1. Pendahuluan
Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi sebagai penutup/pelindung
bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan kenyamanan bagi
penggunan bangunan. Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
struktur penutup atap, gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh
struktur rangka atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk, dan reng. Beban-beban atap
akan diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan/atau balok. Konstruksi atap
memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan baik. Lebih detail bagian-bagian atap
seperti gambar.
2. Bentuk-Bentuk Atap
a. Atap Limasan/Perisai
(a) (b)
Gambar. Tampak Muka (a) dan Tampak Samping (b)
(i-i) (ii-ii)
Gambar. Potongan Bujur (i-i); Potongan Melintang (ii-ii)
b. Atap Pelana
(i-i) (ii-ii)
Gambar. Potongan Bujur (i-i); Potongan Melintang (ii-ii)
d. Atap Joglo
Gambar. Joglo Tanpa Soko Guru (a) dan Joglo dengan Soko Guru (b)
3. Bagian-Bagian Atap
Bagian-bagian atap terdiri atas: gording, jurai, usuk, reng, penutup atap dan bubungan:
Gambar. Konstruksi Atap 3D
a. Gording
Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi
horizontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angin,
beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya
tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi
gording harus disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Gording harus berada di atas
titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda sebaiknya disesuaikan dengan panjang
usuk yang tersedia. Gording kayu memiliki dimensi; panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan
lebar 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 sampai dengan 2,5 m.
b. Usuk/Kaso
Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke gording.
Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usuk dipasang
dengan jarak 40 sampai dengan 50 cm antara satu dengan lainnya pada arah tegak lurus
gording. Usuk akan terhubung dengan gording dengan menggunakan paku. Pada kondisi
tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-ujung
usuk.
c. Reng
Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3 m. Reng
menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso. Pada atap dengan
penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan. Reng akan digunakan pada atap
dengan penutup dari genteng. Reng akan dipasang pada arah tegak lurus usuk dengan jarak
menyesuaikan dengan panjang dari penutup atapnya (genteng).
d. Jurai
Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau frame-work yang disebut
jurai. Pengertian lain dari jurai adalah garis sambungan antara bidang atap yang satu dengan
bidang atap yang lainnya. Menutut bentuknya jurai dibedakan menjadi jurai dalam dan jurai
luar. Jurai dalam merupakan balok kayu yang diletakan miring menghadap kedalam. Jurai
dalam ini berfungsi sebagai pertemuan dan tumpuan antara balok gording dengan balok
gording lainnya serta dudukan papan talang. Kayu yang diguakan sebagai jurai dalam
berukuran 8 cm x 12 cm atau 8 cm x 15 cm. Jurai luar adalah sambungan yang menonjol
kearah luar.
e. Penutup Atap
Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap. Penutup atap harus mempunyai
sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian hujan. Sifat tidak
rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan. Struktur penutup atap
merupakan struktur yang langsung berhubungan dengan beban-beban kerja (cuaca) sehingga
harus dipilih dari bahan-bahan yang kedap air, tahan terhadap perubahan cuaca. Struktur
penutup yang sering digunakan antara lain; genteng, asbes, kayu (sirap), seng, polycarbonat,
plat beton, dan lain-lain.
Keunggulan genteng sirap jika dibandingkan dengan genteng jenis lain antara lain bobotnya
ringan, kuat, dan kokoh menahan beban yang berat; tidak menyerap panas sehingga ruangan
dibawahnya terasa sejuk dan dingin; serta setelah disusun maka mempunyai nilai keindahan
yang tinggi setelah disusun atau digunakan dirumah tinggal. Namun, pemasangan atap
genteng sirap membutuhkan waktu yang lama. Apabila bocor, sulit untuk ditentukan letak
atau posisi kebocorannya. Selain itu,karena berasal dari bahan kayu yang jarang didapatkan
dipasaran, harganya pun menjadi relatif mahal.
Akan tetapi, atap dari asbes memiliki kekurangan pertama yaitu menyerap panas sehingga ruangan dibawahnya
terasa panas. Agar tidak mudah ditumbuhi lumut dan tahan lama, sebaiknya atap genteng asbes dicat dengan
cat khusus genteng. Sudut kemiringan dalam pemasangan konstruksinya adalah 15-25. Kekurangan kedua,
asbes dapat membahayakan tubuh. Jika ada bagian yang rusak, sehingga serat – seratnya bisa lepas, ini
menjadi bebabahaya karena sulit untuk mendeteksi bagai manakah yang dikatakan rusak. Kondis lain yang
sangat beresiko adalah saat asbes dipotong atau diperbaiki. Ketika di potong akan mengeluarkan serpihan-
serpihan yang berupa serbuk, yang sangat berbahaya bagi paru-paru.
Gording
Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada
proyeksi horisontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk,
orang, beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda.
Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda.
Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan
dengan panjang usuk yang tersedia.
Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda
sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia.
Bahan- bahan untuk Gording, terbuat dari kayu, baja profil canal atau profil WF.
Pada gording dari baja, gording satu dengan lainnya akan dihubungkan dengan
sagrod untuk memperkuat dan mencegah dari terjadinya pergerakan.
Posisi sagrod diletakkan sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal
yang terjadi pada gording
Gording kayu biasanya memiliki dimensi : panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm
dan lebar 8 cm s.d. 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d. 2,5 m.
Gording dari baja profil canal (Iight lip channel) umumnya
akan mempunyi dimensi; panjang satu batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi antara
10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 2,5 mm. Profil WF akan memiliki panjang 6 s.d. 12
meter, dengan tinggi sekitar 10 s.d. 12 cm dan tebalsekitar 0,5 cm.
Jurai
Pada pertemuan sudut atap terdapat batang baja atau kayu atau framework yang
disebut jurai. Jurai dibedakan menjadi jurai dalam dan jurai luar.
Ukuran sama dengan gording.
Sagrod
Sagrod adalah batang besi bulat terbuat dari tulangan polos dengan kedua
ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa digeser
(diperpanjang/diperpendek).
Usuk/kaso
Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke
gording. Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m.
Usuk dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara satu dengan lainnya pada arah
tegak lurus gording. Usuk akanterhubung dengan gording dengan menggunakan
paku.
Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk
menghindari pecah pada ujung-ujung usuk.
Reng
Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3
m.
Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso.
Pada atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan.
Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng akan dipasang
pada arah tegak lurus usuk dengan jarak menyesuaikan dengan panjang
dari penutup atapnya (genteng)
Penutup Atap
Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap.
Penutup atap harus mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan
air selama kejadian hujan. Sifat tidak rembes ini diuji dengan pengujian serapan air
dan rembesan.
Struktur penutup atap merupakan struktur yang langsung berhubungan dengan
beban-beban kerja (cuaca) sehingga harus dipilih dari bahan-bahan yang kedap
air, tahan terhadap perubahan cuaca.
Struktur penutup yang sering digunakan antara lain; genteng, asbes, kayu (sirap),
seng, polycarbonat, plat beton, dan lain-lain.
Atap Bangunan dan Macam Macam Atap Bangunan
By aris artawan06.55No comments
ATAP
Atap adalah bagian dari stuktur bangunan yang berfungsi sebagai penutup sekaligus
melindungi bangunan beserta penghuninya dari hujan dan panas matahari. Disamping itu atap
juga mempunyai fungsi estetika dalam arti juga berperan untuk keindahan bentuk bangunan .
Oleh karena itu seorang arsitek tidak jarang mengharuskan pemiliknya mengeluarkan biaya
ekstra untuk memperoleh bentuk atap yang diinginkan .
Syarat-syarat atap.
Oleh karena atap mempunyai fungsi ganda, maka bahan atap harus memenuhi beberapa
syarat yaitu :
Kuat dalam artian tidak mudah pecah atau rusak yang disebabkan kejatuhan benda , atau
pada saat perbaikan .
Awet, dalam artian atap harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap cuaca, hujan atau
panas serta tidak mudah lapuk .
Indah, karena atap terlihat langsung dari luar bahkan dari jauh, maka atap juga harus terbuat
dari bahan yang mempunyai bentuk tekstur yang indah.
Fungsional, dalam artian atap harus terbuat dari bahan yang dapat mengalirkan air dengan
cepat, tidak menyerap air, dan tidak panas jika kena sinar matahari, serta tidak dingin jika
malam hari.
Ekonomis, dalam artian bahan atap harus mudah didapat , mudah dikerjakan dan mudah
biayanya tanpa mengurangi persyaratan diatas.
Atap merupakan bagian bangunan yang berperan penting dalam keindahan bentuk bangunan
bahkan kadang kala atap menjadi suatu ciri khas dari sebuah bangunan atau ciri khas daerah
tertentu .
Oleh karena itu arsitek sering kali membuat bentuk atap yang aneh atau lain dari pada yang
lain. Namun demikian secara umum bentuk atap dibedakan menjadi beberapa macam antara
lain:
Atap Pelana
Bentuk atap seperti ini biasanya dipakai pada rumah-rumah sangat sederhana, karena
bentuknya yang sederhana, gampang membuatnya dan biayanya ekonomis. bahan yang
sering dipakai adalah bahan yang berbentuk lembaran seperti asbes, seng dan sebagainya.
Model seperti ini dipilih dimaksudkan agar tidak banyak diperlukan pemotongan atap untuk
membuat sudut jurai luar.
Atap Limas
Untuk rumah dengan denah persegi panjang. Bentuk atap seperti ini paling banyak dipakai
karena bentuknya bagus, mempunyai kemiringan ke empat arah dengan puncak memanjang.
Bentuk atap ini paling aman dan mudah perawatannya . Bahan atap yang sering dipakai adalah
genteng karena murah , mudah memasang dan tidak diperlukan pemotongan bahan .
Atap Tenda
Untuk bangunan yang memiliki denah persegi, paling banyak memilih bentuk atap
tenda . Bentuknya hampir sama dengan atap limas , memiliki kemiringan ke empat arah ,
hanya puncak satu titik ditengah . Dinamakan atap tenda karena bentuknya menyerupai tenda
yang keempat sudutnya diikat dan ditengah-tengah ditopang dengan satu tiang. Bahan yang
sering dipakai Atap model ini adalah genteng, sirap dan sebagainya.
Atap Joglo
Bentuk atap seperti ini banyak dipakai pada rumah tradisional Jawa. Atap seperti ini bisa
dipakai untuk denah bujur sangkar ataupun persegi panjang. Struktur atap ini terdiri dari dua
bagian yaitu bagian atas yang mempunyai kemiringan lebih curam dan bagian bawah ( bagian
luar ) memiliki kemiringan lebih landai. Oleh karena itu terjadi patahan atap pada gording.
Besarnya sudut kemiringan atap bagian bawah dan atas tergantung dari bahan yang dipakai.
Karena bentuk atap seperti ini mengutamakan keindahan, maka bahan yang dipakaipun harus
yang memiliki nilai artistik.
Atap Mansard
Bentuk atap mansard ini merupakan kebalikan dari atap joglo. pada atap joglo patahannya
kedalam, sedangkan pada atap mansard patahannya keluar. sehingga sudut kemiringan atap
bagian atas lebih kecil dari sudut kemiringan atap bagian bawah. bentuk. Bentuk atap seperti
ini banyak kita jumpai pada bangunan lumbung padi, tetapi di Bali patahan ini dibuat lebih
halus sehingga mendekati lengkung.
Atap Kubah
Atap kubah mempunyai tampak depan dan tampak samping berbentuk lengkung/ setengah
lingkaran. Sedangkan tampak atasnya bisa berbentuk segi 8, segi banyak beraturan sampai
berbentuk lingkaran . Bentuk atap seperti ini banyak kita jumpai pada atap puncak dari
bangunan mesjid, teater IMAX Keong Emas dan sebagainya. Pembuatan atap seperti ini
memang membutuhkan lebih banyak bahan karena daya tutupnya relatif lebih kecil dan
banyak dilakukan pemotongan bahan. Disamping itu pengerjaannya memerlukan keahlian dan
ketelitian yang tinggi.
Atap Gergaji
Untuk bangunan yang luas ( panjang dan lebar ), seperti bangunan pabrik, hangar dan sebagainya,
jika dibuat atap limas atau bentuk lain, maka akan didapat tinggi atap yang sangat tinggi. Hal ini
tidak sesuai dengan tinggi bangunan sehingga kesannya keberatan atap. Oleh karena itu luas
bidang atap dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Pada setiap bagian dibuat atap dengan satu
kemiringan dengan emperan sebagai pencegah tetesan air hujan dari depan. Bentuk atap dengan
satu kemiringan ini menyerupai gigi gergaji, sehingga disebut atap gergaji. Disamping itu juga
bentuk atap seperti ini dimaksudkan untuk memperoleh ventilasi dibawah atap emperan
KUDA-KUDA
Kuda-kuda pada umumnya merupakan suatu struktur penyangga atau pendukung utama dari
struktur atap, sehingga bentuk kuda-kuda dibuat serupa dengan bentuk atapnya.
Kuda-kuda dibentangkan bebas di atas dua tumpuan atau perletakan yaitu dinding/ tembok
yang terletak di bagian tepi bangunan/gedung. sehingga dengan demikian perencana dapat
mengatur pembagian ruangan dengan leluasa. kecuali itu pada gedung-gedung pertemuan,
show room atau gedung pameran, bengkel, pabrik dan sebagainya dimana dibutuhkan
ruangan yang luas tanpa ada tiang-tiang tengah, maka penerapan struktur kuda-kuda sebagai
kerangka penyangga struktur atap sangat tepat.
Struktur kuda-kuda harus memenuhi syarat kuat, ekonomis, dan kaku /tidak boleh berubah
bentuk ( deformasi ), untuk itu dipilih susunan dari beberapa bentuk segitiga hingga menjadi
bentuk kuda-kuda sesuai dengan bentuk atap yang didukungnya, sebab susunan bentuk
segitiga tidak mudah berubah/bergoyang.
Beban atap yang harus didukung oleh kuda-kuda melalui gording-gording sedapat mungkin
diterima tepat pada titik buhul, Sehingga gaya-gaya yang bekerja pada struktur rangka batang
hanyalah gaya normal tekan dan tarik saja. penempatan gording tepat diatas titik buhul juga
bertujuan untuk menghindarkan terjadinya momen lentur. Didalam praktek biasanya terdapat
penyimpangan-penyimpangan ini supaya diusahakan sekecil mungkin sehingga struktur
secara teknis dapat dipertanggung jawabkan.
Pada pembuatan kuda-kuda dari kayu yang harus diperhatikan adalah penempatan
sambungan , karena sambungan merupakan titik terlemah dari struktur kuda-kuda kayu. Oleh
karena itu sambungan harus ditempatkan pada gaya atau momen yang minimum. Disamping
itu sambungan harus dirancang sedemikian rupa sehingga perlemahan dapat ditekan sekecil
mungkin. Biasanya sambungan kayu lebih lemah memikul gaya tarik daripada memikul gaya
tekan oleh karena itu untuk menyederhanakan bentuk sambungan pada titik buhul, maka pada
gaya batang yang cukup besar supaya diusahakan berupa batang tekan karena pada batang
tekan bentuk hubungan dapat dibuat bentuk gigi yang syarat-syaratnya tidak memerlukan
tempat yang luas, sedangkan pada batang yang mendukung gaya tarik yang besar akan
membutuhkan alat sambung baut cukup banyak jumlahnya sehingga pengaturan letak baut
yang memenuhi syarat akan memerlukan tempat yang luas dan dapat menyulitkan pengerjaan
sambungan.
Ukuran kayu kuda-kuda biasanya tidak ditentukan oleh perhitungan yang disebabkan karena
beban, melainkan banyak ditentukan oleh persyaratan cara-cara penempatan/letak alat
sambung padahal ukuran kayu kuda-kuda pada umumnya sudah cukup aman. Tetapi
walaupun demikian sebaiknya harus dihitung apakah tegangan yang timbul pada tiap-tiap
batang telah memenuhi syarat, artinya tegangan yang timbul harus lebih kecil daripada
tegangan yang diijinkan.
Beugel-beugel (sengkang) yang dipasang pada hubungan kuda-kuda sangat berguna untuk membuat
hubungan pada tiap-tiap titik buhul agar menjadi mantap kedudukannya sehingga dapat diharapkan
tidak terjadi perubahan akibat pergeseran kedudukan batang pada hubungan-hubungan tersebut.
Kuda-kuda dari atap pelana pada umumnya tidak sulit karena bentuknya sederhana. Tetapi
mengingat duga langit-langit untuk ruangan bagian dalam dan emperan ( tritisan ), maka
struktur kuda-kuda dapat dibuat lain. pada gedung yang langit-langit ruangan bagian dalam
mempunyai duga lebih tinggi dari pada duga langit-langit emperan ( tritisan ), maka struktur
kuda-kuda dapat dibuat hanya sampai pada tembok tepi saja, sedang pada emperan ( tritisan )
dapat dibuat struktur tersendiri yaitu :
2. Struktur dapat dibuat bentuk konsol dari rangka batang ( konsol tarikm ), jika emperan
yang menonjol ke luar ( overstek ) besar kurang lebih 2 m.