Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KIMIA DASAR
KOROSI PADA BETON BERTULANG
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Dosen Pengampu : Asfarina Hidayah, S.T, M.T

Kelompok 2 :
1. Langgeng Dewantoro (62220887)
2. Kiki Anjar Sari (62220907)
3. Muhammad Vika Afthon (62220923)
4. Illiyin Elshiano (62220909)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Korosi Pada Beton Bertulang” dengan tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Dasar. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan dan memperluas pengetahuan tentang Korosi Pada Beton
Bertulang bagi para pembaca dan juga bagi kami sendiri sebagai penulis.
Kami mengucapkan terima kasih Kepada Ibu Asfarina Hidayah, M.T selaku Dosen Mata
Kuliah Kimia Dasar. Terima kasih juga kepada Anggota Kelompok 2 yang telah bekerja
sama membantu menyelesaikan makalah ini.
Demikian Makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kami
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini
ke depannya.

Banyuwangi, 20 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 2
2. 1 Pengertian Korosi ......................................................................................................................... 2
2.1.1 Jenis-jenis Korosi .................................................................................................................... 3
2.2 Korosi Pada Beton Bertulang ........................................................................................................ 8
2.2.1 Baja tulangan di dalam beton ................................................................................................ 8
2.2.2 Korosi baja tulangan .............................................................................................................. 8
2.3 Faktor Penyebab Yang Memp Korosi .......................................................................................... 12
2.4 Pencegahan Korosi Pada Beton Bertulang.................................................................................. 13
BAB III .................................................................................................................................................... 16
PENUTUP ............................................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 16
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang paling banyak digunakan dal dunia
kontruksi, baik pada bangunan yang bersifat struktural maupun bangunan non -struktural.
Sebagai bahan bangunan beton mempunyai berbagai kelebihan. Kelebihannya antara lain
dapat dibentuk sesuai dengan keinginan, mempunyai kuat tekan yang tinggi, tahan terhadap
temperatur tinggi, dan tahan bakar sehingga biaya pemeliharaan relatif murah. Disamping
kelebihannya beton juga mempunyai kekurangan. Kekurangannya antara lain beton yang
sudah dibentuk sulit untuk diubah, pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang
tinggi, beton dianggap tidak mampu untuk gaya tarik sehingga perlu ditambahkan baja
tulangan sebagai penahan gaya tarik, dan beton bersifat getas ( tidak daktail) sehingga harus
dihitung dengan teliti secara seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulanga
menjadi bersifat dektail. Kombinasi beton dengan baja tulangan tersebut disebut dengan
beton bertulang.
Komponen beton dan baja tulangan harus disusun komposisinya sehingga dapat dipakai
sebagai material yang optimal. Hal ini di mungkinkan karena beton dapat dengan mudah
dibentuk dengan cara menempatkan campuran yang masih basah ke dalam cetakan beton
sampai terjadi pengerasan beton. Jika berbagai unsur pembentuk beton dirancang dengan
baik, maka hasilnya adalah bahan yang kuat, tahan lama dan bila dikombinasikan dengan
baja tulangan akan menjadi elemen yang utama pada suatu sistem struktur.
Korosi yang merupakan proses elektrokimia dimana baja yang berhubungan dengan
cairan yang mengandung ion-ion (elektro) menimbulkan perbedaan potensial yang
menyebabkan ion-ion tulangan akan melarut sampai pada keadaan seimbang. Korosi
khususnya pada beton bertulang dapat mempersingkat umur bangunan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Korosi?
2. Apakah yang dimaksud dengan Korosi pada beton bertulang?
3. Bagaimana cara atau metode untuk meminimalisir terjadinya Korosi pada beton
tulangan?
4. Bagaiamana Pencegahan Korosi pada beton bertulang?
1.3 Tujuan
1. Menguraikan lebih lanjut tentang pengertian korosi dan jenis-jenis korosi
2. Menjabarkan apa yang dimaksud dengan korosi pada beton bertulang
3. Menjelaskan Penyebab terjadinya korosi pada beton bertulang
4. Menjelaskan pencegahan korosi pada beton bertulang
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan
oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau
karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna
coklat-merah. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari
besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi. Fe(s) > Fe2+(aq) + 2e.
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e > 2H2O(l)
Atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e > 4OH-(aq).
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana
dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode,
bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang
mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida
atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Korosi pada beton adalah serangan dan disintegrasi struktur beton akibat pengaruh cairan
atau uap yang agresif. Dengan demikian, korosi pada beton adalah hasil dari suatu proses
kimiawi. Berbagai senyawa yang agresif pada beton mempunyai sifat dan pengaruh yang
berbeda-beda pada korosi yang ditimbulkannya. Air campuran beton, type semen dan jenis
agregat juga mempengaruhi sifat-sifat dan ketahanan beton terhadap korosi. Maka biasanya
sangat sukar memperkirakan terjadinya korosi pada beton dengan cara meramalkan hasil
interaksi antara beton dengan substansi yang agresif.

2
2.1.1 Jenis-jenis Korosi
Jenis kerusakan yang terjadi tidak hanya tergantung pada jenis logam, keadaan fisik
logam dan keadaan penggunaan-penggunaannya, tetapi juga tergantung pada lingkungannya.
Ditinjau dari bentuk produk atau prosesnya, menurut Setyowati tahun 2008 korosi dapat
dibedakan dalam beberapa jenis, di antaranya :
1. Korosi merata (uniform corrosion)
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam,
oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi depresi
dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata
berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan
akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan.
Sedangkan kerugian tidak langsung antara lain berupa penurunan kapasitas dan
peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).
2. Korosi Celah (Crevice Corrosion)
Korosi celah adlah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen.
Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadinya korosi merata diluar
dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan pengurangan oksigen. Pada
suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah
masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar
menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga
terbentuk celah yang terkorosi.
3. Korosi galvani (korosi galvanik)
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada
di lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi,
sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang
mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensi lebih rendah dan logam yang
tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensi lebih tinggi.
4. Korosi kabur (selective leaching)
Pencucian selektif adalah korosi yang terjadi pada logam paduan karena pelarutan
salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan
tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selektif leaching diawali dengan
terjadinya pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang
potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih
rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut.
Contoh lain pencucian selektif terjadi pada besi tuang yang digunakan sebagai pipa
Pembakaran. Kurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan
tersebut menjadi berpori dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah
pada pipa.
5. Korosi antar kristal (korosi intergranular)
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada logam paduan akibat
terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi
pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada suhu 425 –
815oC karbida krom (Cr 23 C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan

3
krom dibawah 10%, di daerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan
menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.
6. Korosi Retak Tegang (stress corrosion cracking)
Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik ( corrosion fatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen ) adalah
bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya.
Korosi retak tegang terjadi pada logam paduan yang mengalami tegangan tarik statis
pada lingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan
klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap
nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif.
Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi
hidrogen kedalam paduan.
7. Erosi Korosi
Korosi erosi adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam yang disebabkan oleh
aliran fluida yang sangat cepat sehingga merusak permukaan logam dan lapisan film
pelindung. Korosi erosi juga dapat terjadi karena efek-efek mekanik yang terjadi pada
permukaan logam, misalnya : pengausan, abrasi dan gesekan. Logam yang mengalami
korosi erosi akan menimbulkan bagian-bagian yang kasar dan tajam
8. Korosi lelah Merupakan kegagalan logam akibat aksi gabungan beban dinamis dan
lingkungan korosif.
9. Korosi lubang
Korosi sumuran (pitting corrosion), korosi ini terjadi akibat adanya sistem anoda pada
logam, dimana daerah tersebut terdapat konsentrasi ion Cl – yang tinggi. Korosi jenis
ini sangat berbahaya karena pada bagian permukaan hanya lubang kecil, sedangkan
pada bagian dalamnya terjadi proses korosi membentuk “sumur” yang tidak tampak.
Mekanisme krisis ini dapat dijelaskan dari Gambar 2.3 dibawah ini. Karena suatu
pengaruh fisik maupun metalurgis (adanya presipitasi karbida maupun inklusi) maka
pada permukaan logam terdapat daerah yang terkorosi lebih cepat dibandingkan
lainnya. Kondisi ini menimbulkan pit yang kecil, logam pecah yang cepat terjadi di
dalam pit, saat reduksi oksigen terjadi pada permukaan yang rata. Pelarutan logam
yang cepat akan mengakibatkan pindahnya ion Cl – . Kemudian didalam pit terjadi
proses hidrolisis (seperti pada Crevice Corrosion) yang menghasilkan ion H + dan Cl
– . Kedua jenis ion ini secara bersama – sama mempercepat terjadinya penyelesaian
logam sehingga mempercepat terjadinya korosi.

4
Gambar 1. Mekanisme Korosi Sumuran

Mekanisme reaksi yang terjadi yaitu:


Dengan adanya reaksi diatas pada daerah sekitar sumuran cenderung untuk menekan
laju korosi karena daerah tersebut terpasifasi dengan naiknya pH akibat timbulnya ion
OH – . Dengan kata lain sumuran secara katodik melindungi bagian lain dari
permukaan baja. Kadang-kadang pada dasar sumuran, terdapat larutan terlarut dari
garamnya seperti kristal FeCl 2 .4H 2O. Oleh karena korosi sumuran memiliki
kecenderungan untuk terjadi di bawah permukaan sehingga mengakibatkan kerusakan
yang lebih hebat dibandingkan dengan dipermukaan, sehingga dapat dikatakan korosi
sumuran sebagai periode penyebaran terjadinya korosi merata .
Macam-macam bentuk pitting.
Berikut ini adalah macam-macam bentuk dari korosi sumuran:

Gambar 2. Macam- macam bentuk korosi Sumuran

5
Cara mencegah agar tidak terjadi proses korosi sumuran (pitting corrosions), yaitu:
1. Meletakkan material tegak berdiri sehingga tidak akan terjadi genangan air
pada permukaan logam .
2. Melapisi permukaan logam dengan pelindung atau lazim disebut coating baik
organic maupun yang organic.
3. Penambahan inhibitor yang sesuai dengan lingkungannya.
4. Merubah lingkungan dengan mengurangi faktor utama penyebab dampak
korosi.
5. Pemasangan seng anoda yang sesuai dengan kondisi dimana korosi tersebut
terjadi.
10. Stres korosi retak
Korosi retak tegang (SCC) adalah peristiwa pembentukan dan perambatan
retak dalam logam yang terjadi secara simultan antara tegangan tarik yang bekerja
pada bahan tersebut dengan lingkungan korosif. Proses korosi retak tegang (SCC)
dapat terjadi dalam beberapa menit jika berada pada lingkungan korosif atau beberapa
tahun setelah pemakaiannya. Hal ini terjadi karena adanya serangan korosi terhadap
bahan. Korosi retak tegang (SCC) merupakan kerusakan yang paling berbahaya,
karena tidak ada tanda-tanda sebelumnya.

Gambar 3. Macam-macam Stress corosi cracking


Dalam kondisi kombinasi antara tegangan (baik tarik, torsi, kompresi, maupun termal) dan
lingkungan yang korosif maka Stainless Steel cenderung lebih cepat mengalami korosi.
Karat yang menyebabkan berkurangnya penampang luas efektif permukaan Stainless Steel
menyebabkan tegangan kerja (working stress) pada Stainless Steel akan bertambah besar.
Korosi ini meningkat jika bagian yang mengalami tekanan (stres) berada di lingkungan
dengan kadar klorida tinggi.
Pada tahun 1998, Zhang melakukan penelitian tentang pengaruh ion borat terhadap
korosi retak tegang pada material stainless steel 304 (UNS30400) yang disensitisasi pada

6
natrium borat (Na2B4O7) cair, pada suhu 950 C yang diamati pada percobaanSlow Strain
Rate Testing (SSRT) dengan menggunakan sistem observasi dinamik. Pengaruh inhibitor dari
ion borate (B4O72-) pada pemicu retak dihasilkan dari efek tersingkir, pada saat pengasaman
lokal membentuk lapisan pelindung. Konsentrasi (B4O72-) yang tersedia tidak menunjukkan
pengaruh penghambat pada kecepatan retak (CF). Ion hidroksil (OH-) juga memicu retak
dengan mengikuti distribusi utilitas eksponen dan kecepatan retak diikuti distribusi distribusi
Weibull.
Stainless steel ada 5 jenis, di antaranya adalah Austenitic Stainless Steel dan Duplex
Stainless Steel. Austenitic SS mengandung sedikitnya 16% Chrom dan 6% Nickel (grade
standar untuk 304), sampai ke grade Super Autenitic SS seperti 904L (dengan kadar Chrom
dan Nickel lebih tinggi serta unsur tambahan Mo sampai 6%). Molibdenum (Mo), Titanium
(Ti) atau Tembaga (Co) berfungsi untuk meningkatkan ketahanan terhadap temperatur serta
korosi. Austenitic cocok juga untuk aplikasi suhu rendah karena unsur Nickel membuat SS
tidak menjadi rapuh pada suhu rendah. Sedangkan Duplex SS seperti 2304 dan 2205 (dua
angka pertama menyatakan proporsi Chrom dan dua angka terakhir menyatakan proporsi
Nickel) memiliki bentuk mikrostruktur campuran austenitic dan Ferritic. Duplex ferritic-
austenitic memiliki kombinasi sifat tahan korosi dan temperatur relatif tinggi atau secara
khusus tahan terhadap Stress Corrosion Cracking. Meskipun kemampuan Stress Corrosion
Cracking-nya tidak sebaik ferritic SS tetapi ketangguhannya jauh lebih baik (superior)
dibanding ferritic SS dan lebih buruk dibanding Austenitic SS. Sementara kekuatannya lebih
baik dibanding Austenitic SS (yang di annealing) kira-kira 2 kali lipat. Sebagai tambahan,
ketahanan korosinya Duplex SS sedikit lebih baik dibanding 304 dan 316 tetapi ketahanan
terhadap korosi pitting jauh lebih baik (superior) dubanding 316. Ketangguhannya Duplex SS
akan menurun pada suhu dibawah – 50o C dan di atas 300 o C (Nugroho, 2008).
Bahan utama pada konstruksi untuk alat proses dalam industri Farmasetika dan
Bioteknologi adalah stainless steel austenit tipe 316L. Stainless steel tipe 316L memiliki
mikrostruktur yang terdiri dari fase austenit dan sedikit fase ferrit. Hal ini dapat dicapai
dengan penambahan cukup nikel pada campuran untuk menstabilkan fase austenit.
Komposisi Nikel pada SS 316L rata-rata adalah 10-11%. Stainless steel duplex memilki
komposisi kimia yang disesuaikan untuk menghasilkan mikrostruktur yang fase ferrit dan
austenitnya sama banyak. Baru-baru ini, muncul pula duplex stainless steel tipe 2205 sebagai
material industri, yang merupakan stainless steel dengan penyerapan kandungan nikel 5% dan
menyesuaikan penambahan Mangaan dan Nitrogen untuk menghasilkan ferrit kira-kira 40-
50% (Fritz, 2011).
Jenis korosi yang paling umum terjadi pada stainless steel dalam aplikasi farmasi dan
bioteknologi adalah korosi sumuran pada lingkungan bantalan-klorida. Peningkatan kadar Cr,
Mo dan N di stainless steel duplex 2205 secara substansi lebih tahan terhadap korosi pitting
dan korosi celah dari 316 L. Resistensi pitting relatif dari stainless steel dapat ditentukan
dengan mengukur suhu yang diperlukan untuk menghasilkan pitting (pitting suhu kritis)
dalam larutan standar seperti besi metalik 6%. Stainless steel duplex 2205 memiliki suhu
kriting pitting (CPT) di antara tipe 316 L dan Super austenitik stainless steel 6% Mo. Perlu

7
dicatat bahwa pengukuran CPT dalam larutan alkohol memberikan peringkat yang dapat
diandalkan dari ketahanan pitting relatif,
Pada suhu di atas 150 o F (60 o C) kombinasi dari tegangan tarik dan metal dapat
dengan mudah memecahkan kelas 316L. Mode katatropik serangan disebut korosi stress retak
logam dan harus dipertimbangkan ketika memilih bahan untuk proses stream panas. Tipe
316L yang harus dihindari untuk aplikasi yang melibatkan logam dan suhu 150 o F dan lebih
tinggi. 2205 duplex stainless steel tahan SCC (Stress Corrosion Cracking) dalam larutan
garam sederhana sampai dengan suhu minimal 250 F (Fritz, 2011).
Perbandingan sifat mekanik antara stainless steel duplex 2205 dengan austenit 316L:

2.2 Korosi Pada Beton Bertulang


2.2.1Baja tulangan di dalam beton
Baja tulangan di dalam beton berada dalam lingkungan bersifat basa kuat dengan nilai
pH ± 12,5. Keadaan ini disebabkan karena beton mengandung 20-30 persen Kalsium
Dihidrosida (Ca(OH)2, sebagian berupa larutan jenuh Ca(OH)2 di dalam beton, sebagian
mengendap berupa kristal Ca(OH)2 di dalam beton. Lingkungan basa kuat ini memberikan
perlindungan terhadap baja tulangan di dalam beton dari serangan korosi karena baja
tulangan di dalam lingkungan basa kuat menjadi pasif.
2.2.2 Korosi baja tulangan
Korosi baja tulangan adalah reaksi kimia atau elektro kimia antara baja tulangan dengan
lingkungannya.
Secara umum reaksi tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
Reaksi Anodik :

Reaksi Katodik :

8
Baja tulangan yang terkorosi, volume karatnya lebih besar ± 3 kali dari volume bahan
asalnya sehingga mengakibatkan keretakan pada beton. Hal ini merupakan awal dari
kerusakan beton yang akhirnya menuju ke kerusakan yang lebih parah sehingga secara
keseluruhan memperpendek usia pakai konstruksi yang bersangkutan.
Korosi yang terjadi pada baja tulangan adalah seragam atau biasa disebut uniform
corrosion. Korosi memang hanyalah fenomena dipermukaan material, tetapi jika korosi telah
terjadi dipermukaan material akan masuk lebih dalam dan bisa menimbulkan cracking pada
material, hal ini tentu saja sangat merugikan, baja tulangan yang seharusnya dapat menahan
beban yang telah ditentukan oleh arsitek akan berkurang kekuatannya dan akan
membahayakan penghuni bangunan jika tidak segera ditangani dengan baik. Biaya yang
besar tentu harus dikeluarkan untuk mengatasi kasus seperti ini, karena bangunan telah terjadi
sudah parah.

Gambar 1. Baja tulangan yang digunakan pada bangunan sudah terkorosi dengan parah.
Baja tulangan di dalam beton terkorosi apabila keadaan pasif hilang yaitu pH lingkungan
pada bidang kontak baja-beton turun sampai < 9,5. Kondisi dimana proses korosi baja
tulangan di dalam beton dapat berlangsung sebagai berikut :
a. Karbonasi
Karbonasi yaitu peristiwa terbentuknya CaCO3 sebagai akibat reaksi antara Ca(OH)2
dengan gas atau senyawa terlarut yang bersifat asam.
Proses karbonasi berlangsung menurut reaksi sebagai berikut

9
Reaksi tersebut masih dapat berlanjut sebagai berikut :

Proses karbonasi ini berlangsung dari permukaan beton ke bagian dalam beton yang
akhirnya mencapai bidang kontak baja beton. Apabila proses karbonasi telah
mencapai bidang kontak baja-beton, pH lingkungan pada bidang kontak baja-beton
turun sampai < 9,5. Hal ini mengakibatkan keadaan pasif baja tulangan hilang dan
baja tulangan akan terkorosi yang akhirnya merusak betonnya.

b. Degradasi oleh Sulfat


Apabila larutan sulfat masuk ke dalam beton, maka akan terjadi reaksi dengan
senyawa hidrasi kalsium alumninate (3CaO.Al2O3.12H2O) yang terdapat di dalam
beton.
Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah sebagai berikut :

Reaksi ini menghasilkan Kalsium Sulpo Aluminate (3CaO.Al2O3.3CaSO4.31H2O).

Volume kristal Kalsium Sulpo Alumninate 3 kali volume kalsium alumninate (bahan
asalnya) sehingga mengakibatkan beton mengalami retak halus. Hal ini merupakan
jalan bagi larutan dari luar dan proses karbonasi mencapai bidang kontak baja-beton.
Apabila larutan dari luar dan atau proses karbonasi telah mencapai bidang kontak
baja-beton , pH beton turun sampai < 9,5. Hal ini mengakibatkan keadaan pasif baja
tulangan akan terkorosi yang akhirnya merusak beton.
c. Degradasi oleh Klorida
Ion klorida telah terkenal sangat agresif terhadap bahan konstruksi baja. Klorida
memulai reaksi hidrolisa membentuk asam. Asam yang dihasilkan menetralisir
Ca(OH)2 yang terdapat di dalam beton. Apabila proses netralisir Ca(OH)2 telah
10
mencapai bidang 5. kontak baja-beton, pH lingkungan pada bidang kontak baja-beton
turun sampai < 9,5. Hal ini mengakibatkan keadaan pasif baja tulangan hilang dan
baja tulangan akan terkorosi yang akhirnya merusak beton.
d. Leaching
Leaching adalah peristiwa turunnya konsentrasi senyawa terlarut di sekitar daerah
kontak baja-beton akibat masuknya larutan ke dalam beton. Penurunan konsentrasi
akhirnya mengakibatkan pH lingkungan pada bidang kontak baja-beton turun sampai
< 9,6. Hal ini mengakibatkan keadaan pasif baja tulangan hilang dan baja tulangan
akan terkorosi yang akibatnya merusak beton.
Prinsip terjadinya lingkaran korosi, dikatakan lingkaran karena korosi akan berproses
terus sampai akhirnya menghancurkan konstruksi yang bersangkutan secara skematis
di gambarkan pada Gambar 1.
Akibat yang ditimbulkan bila terjadi lingkaran korosi pada tulangan beton
adalah :
• Terkuncinya pasta semen yang telah mengeras
• Melarutnya dan tercucinya senyawa-senyawa yang terbentuk serangan
air agresip.
• Terbentuknya senyawa-senyawa baru, hasil reaksi kimia yang
memiliki sifat sangat mengembangkan (expansive) hingga beton
menjadi retak dan pecah.
• Hilangnya tegangan retakan antara beton dan tulangan akibat slip.

Gambar 1. Bagan Alir terjadinya lingkaran korosi


Yang paling berbahaya adalah air laut dan air tanah karena mengandung ion-ion
sulfat.
Menurut C.J Menger dalam “ Sewen Corrosion and Protective Coating”. Pengaruh
senyawa sulfat terhadap korosi disajikan pada tabel 1.

11
2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Percepatan Korosi
Terdapat beberapa faktor yang membuat ataupun mempercepat korosi pada beton
bertulang, antara lain :
1. Air dan Kelembaban Udara Diliat dari reaksi yang terjadi pada proses korosi, air
merupakan salah satu faktor utama berlangsungnya korosi. Udara lembab yang banyak
mengandung uap air akan mempercepat berlangsungnya proses korosi. Oleh karena itu
Ketika baja tulangan dibiarkan begitu saja di alam terbuka tanpa penutup maupun tanpa
perawatan yang layak maka akan dengan mudah berkarat atau mengalami korosi.
2. Elektrolit (asam atau garam) Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang
baik untuk transfer muatan. Hal ini mengakibatkan electron lebih mudah untuk diikat oleh
oksigen di udara. Air hujan mengandung banyak asam, oleh karena itu air hujan juga
merupakan penyebab korosi utama Pada intinya perawatan pada material baja tulangan
sangatlah penting, karena jika dibiarkan saja di alam terbuka kemungkinan terjadi korosi
akan tinggi karena baja tulangan pasti akan mengalami kontak langsung dengan air hujan
maupun udara lembab yang akan mempercepat proses korosi pada baja tulangan.
Pada intinya perawatan pada material baja tulangan sangatlah penting, karena jika dibiarkan
saja di alam terbuka kemungkinan terjadi korosi akan tinggi karena baja tulangan pasti akan
mengalami kontak langsung dengan air hujan maupun udara lembab yang akan mempercepat
proses korosi pada baja tulangan.

12
2.4 Pencegahan Korosi Pada Beton Bertulang
Salah satu pencegahan korosi adalah mengusahakan beton yang kompak dan rapat serta
homogen. Ini berarti dituntut adanya kesesuaian antara kekentalan beton (kadar air semen)
dan cara pemampatannya. Dengan parameter slump test beton,GEORGE DREUX membuat

tabel hubungan yang ditabelkan pada Tabel 2.

Gambar 2. Prinsip pengendalian dan pencegahan korosi pada beton bertulang

13
Salah satu contoh mempertahankan kondisi pasif ialah cara inhibition atau cara proteksi
Katodik, yaitu membalikkan arah arus korosi, sehingga menghalangi proses korosi. Untuk
Coatnya biasa digunakan prinsip-prinsip deret Volta dimana proses korosi dicegah dengan
cara mempertahankan logam yang dilindungi sebagai katoda dan logam lain yang terkorosi
sebagai Anoda.
Adapun cara-cara yang dapat mencegah korosi :
1) Pemakaian bahan-bahan yang bermutu baik.
2) Mempertebal selimut beton.
3) Menggunakan beton kedap air (secara teoritis tidak ada)
4) Penambahan dimensi struktur.
5) Cara pemampatan beton yang tepat.
6) Perlindungan permukaan (Coatings).
Cara ini biasanya bersifat sementara, karena bila perlindungan cacat atau rusak proses
korosi akan berjalan lagi.
Metode/ Cara Mengatasi Korosi Pada Beton Bertulang
Sebelum baja tulangan digunakan, harus dilihat apakah sudah terjadi korosi pada
permukaan baja tulangan akibat dari penyimpanan yang kurang baik di udara terbuka dalam
jangka waktu yang tertentu. Jika baja tulangan sudah terlihat kemerahan akibat korosi maka
cara untuk mengatasinya adalah :
1. Pengecatan Bersihkan permukaannya agar produk korosi hilang dari permukaan material.
Setelah itu proteksi baja tulangan dengan cat, proteksi dengan cat bisa menekan biaya yang
diperlukan untuk memproteksi baja tulangan.
2. Menggunakan gerinda listrik Untuk melakukan metode ini diperlukan gerinda listrik yang
telah diganti kepalanya dengan sikat kawat baja. Cara kerja alat ini cukup tekan dan arahkan
pada permukaan yang telah berkarat hingga karat tersebut terlepas dan rontok.
3. Menggunakan produk bahan kimia Kini telah tersedia banyak produk bahan pembersih
karat yang dijual dipasaran. Biasanya penggunaanya menggunakan larutan bahan kimia ini
disemprotkan pada baja tulangan yang berkarat. Diamkan semalam, kemudian permukaan
baja tulangan yang berkarat digosok hingga bersih dari karatan.
4. Menggunakan amplas Penggunaan metode ini biasanya setelah dilakukan pembersihan
dengan metode lainnya ternyata masih tersisa karatan yang melekat pada permukaan baja
tulangan.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar baja tulangan yang digunakan pada
struktur bangunan tidak mengalami korosi. Sebelum baja tulangan digunakan kita harus
melihat apakah sudah terjadi korosi pada permukaan baja tulangan akibat dari penyimpanan
yang kurang baik di udara terbuka dalam jangka waktu yang tertentu, jika baja tulangan
sudah terlihat kemerahan akibat korosi bersihkan permukaannya agar produk korosi hilang
dari permukaan material. Setelah itu proteksi baja tulangan dengan cat, proteksi dengan cat
bisa menekan biaya yang diperlukan untuk memproteksi baja tulangan.

14
Jika baja tulangan telah digunakan pada struktur bangunan tanpa diproteksi terlebih
dahulu, dapat dilakukan tindakan pengamanan dengan cara melapisi permukaan bangunan
dengan cat. Jika permukaan bangunan itu tidak kontak langsung dengan cuaca dapat dicat
dengan cat tembok, tetapi jika permukaan banguna itu akan kontak langsung dengan cuaca
harus dilapisi dengan cat yang tahan dengan cuaca (weather shield).
Hal yang tak kalah penting adalah monitoring secara teratur, agar diketahui jika ada
sesuatu yang tidak normal dengan bangunan. Hal ini tidak hanya berfungsi untuk mengontrol
korosi yang terjadi, tetapi juga hal-hal lain yang diaanggap perlu untuk merawat bangunan.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa uraian tentang korosi pada beton bertulang dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
a. Beton tulangan yang terkorosi merupakan awal kerusakan beton, yang secara
keseluruhan akan memperpendek usia konstruksi.
b. Proses korosi beton tulangan di dalam beton berlangsung secara karbonasi,
degradasi oleh sulfat dan klorida dan leaching Beberapa cara pencegahan
korosi pada beton bertulang adalah pemakaian bahan yang baik, mempertebal
selimut beton, dan penambahan dimensi struktur serta pemampatan beton dan
coatings.

3.2 Saran
Dari segi korosifitas beton, agar perlu dicapai umur 50 tahun, mutu beton bertulang
dilingkungan pantai sebaiknya nilai mutu beton diatas K-300 dan tebal selimut
betonnya 60 sampai 70 mm. Perlu dilakukan pengkajian kerusakan beton bertulang
akibat lingkungan korosif didaerah pedalaman dan industri.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, Arief Subakti, 2022. Korosi Pada Baja Tulangan dan Pencegahannya.
C, Lauw Giok Swan, 1990. Korosi Pada Beton.
Endar, Setiawan. 2013. Korosi Pada Baja Tulangan yang digunakan sebagai kontruksi
bangunan.http://endarsetiawan.blogspot.com/2013/04/korosi-pada-baja-tulangan-
yang.html?m=1
Fahirah, F. 2007. Korosi pada beton bertulang.
Yulianto, Ade Surya. 2015. Korosi Pada Baja Tulangan yang digunakan pada struktur
Bangunan Beton. https://id.scribd.com/doc/261102008/Korosi-Pada-Baja-Tulangan

17
Pertanyaan :
Dari : Anggi Veronika
Nim : 62220920
1. Cara penanggulangan sesudah korosi pada beton bertulang ?
Jawab :
Jika baja tulangan sudah terlihat kemerahan akibat korosi maka cara untuk
mengatasinya adalah :
1. Pengecatan Bersihkan permukaannya agar produk korosi hilang dari permukaan material.
Setelah itu proteksi baja tulangan dengan cat, proteksi dengan cat bisa menekan biaya yang
diperlukan untuk memproteksi baja tulangan.
2. Menggunakan gerinda listrik Untuk melakukan metode ini diperlukan gerinda listrik yang
telah diganti kepalanya dengan sikat kawat baja. Cara kerja alat ini cukup tekan dan arahkan
pada permukaan yang telah berkarat hingga karat tersebut terlepas dan rontok.
3. Menggunakan produk bahan kimia Kini telah tersedia banyak produk bahan pembersih
karat yang dijual dipasaran. Biasanya penggunaanya menggunakan larutan bahan kimia ini
disemprotkan pada baja tulangan yang berkarat. Diamkan semalam, kemudian permukaan
baja tulangan yang berkarat digosok hingga bersih dari karatan.
4. Menggunakan amplas Penggunaan metode ini biasanya setelah dilakukan pembersihan
dengan metode lainnya ternyata masih tersisa karatan yang melekat pada permukaan baja
tulangan.

Pertanyaan :
Dari : Rista Ayu Andini
Nim : 62220891
2. Penyebab terjadinya korosi pada beton bertulang?
Jawab :
Terdapat beberapa faktor yang membuat ataupun mempercepat korosi pada beton
bertulang, antara lain :
1. Air dan Kelembaban Udara Diliat dari reaksi yang terjadi pada proses korosi, air
merupakan salah satu faktor utama berlangsungnya korosi. Udara lembab yang banyak
mengandung uap air akan mempercepat berlangsungnya proses korosi. Oleh karena itu
Ketika baja tulangan dibiarkan begitu saja di alam terbuka tanpa penutup maupun tanpa
perawatan yang layak maka akan dengan mudah berkarat atau mengalami korosi.
2. Elektrolit (asam atau garam) Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang
baik untuk transfer muatan. Hal ini mengakibatkan electron lebih mudah untuk diikat oleh

18
oksigen di udara. Air hujan mengandung banyak asam, oleh karena itu air hujan juga
merupakan penyebab korosi utama Pada intinya perawatan pada material baja tulangan
sangatlah penting, karena jika dibiarkan saja di alam terbuka kemungkinan terjadi korosi
akan tinggi karena baja tulangan pasti akan mengalami kontak langsung dengan air hujan
maupun udara lembab yang akan mempercepat proses korosi pada baja tulangan.

Pertanyaan :
Dari : Tito Tauro Dwi Dewanto
Nim : 62220902
3. Jelaskan Korosi Galvani ?
Jawab :
Korosi galvani (korosi galvanik)
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di
lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sementara logam
lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang mengalami korosi adalah logam
yang memiliki potensi lebih rendah dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam
yang memiliki potensi lebih tinggi

19

Anda mungkin juga menyukai