Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "Korosi
Pada Beton Bertulang".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Banyuwangi, 20 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang…................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah…............................................................ 3
1.3. Tujuan …............................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 4
2.1. Korosi pada beton bertulang............................................... 4
2.1.1 Baja tulangan di dalam beton……………………... 7
2.1.2 Korosi pada baja bertulang………………………... 7
2.2. Proses terjadinya korosi pada beton bertulang.................... 8
2.2.1 Masuknya air ke dalam beton…………………...... 9
2.2.2 Karbonasi………………………………………...... 9
2.2.3 Degranasi pada sulfat……………………………... 9
2.2.4 Degradasi oleh kloroda………………………….... 10
2.2.5 Penetrasi klorida………………………………....... 10
2.2.6 Leaching………………………………………....... 11
2.3. Penyabab terjadinya korosi pada beton bertulang............... 12
2.3.1 Karbonasi…………………………………………. 13
2.3.2 Terkena aliran listrik…………………………….... 13
2.3.3 Terkontaminasi senyawa korosif…………………. 13
2.3.4 Air dan kelembaban udara………………………... 13
2.3.5 Elektrolit…………………………………………... 13
2.4. Perbaikan dan pencegahan terjadinya korosi pada beton ... 14
2.4.1 Pencegahan terjadinya korosi pada beton
bertulang.................................................................. 14
2.4.2 Perbaikan terjadinya korosi pada beton bertulang... 15

BAB III PENUTUP..................................................................................... 19


3.1. Kesimpulan.......................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.1 Proses pengecoran beton............................................................ 3


Gambar 2.1.2 Korosi pada beton bertulang...................................................... 4
Gambar 2.2.1 Tabel Pengaruh potensial dan pH terhadap korosifitas baja........ 7
Gambar 2.2.2 Proses korosi pd baja bertulang................................................. 8
Gambar 2.2.3 Tabel kriteria korosifitas berdasarkan resistivity....................... 10
Gambar 2.2.4 Bagan Alir terjadinya Lingkaran Korosi ................................... 11
Gambar 2.2.5 Tabel Pengaruh Senyawa Sulfat terhadap Korosi ..................... 11
Gambar 2.4.1 Tabel Koefisien pemampatan nilai slamp ................................. 13
Gambar 2.4.2 Tabel Koefisien kemampatan beton untuk berbagai kondisi
nilai slump................................................................................. 14
Gambar 2.4.3 Perbaikan dengan metode Chipping and concreting pada
balok.......................................................................................... 15
Gambar 2.4.4 Perbaikan metode stenghening dengan Perbesaran dimensi
struktur....................................................................................... 15
Gambar 2.4.5 Perbaikan metode Patching........................................................ 16
Gambar 2.4.6 Gerinda Kawat 3........................................................................ 16
Gambar 2.4.7 Contoh Produk Rust Remover 4................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Beton yang selama ini dikenal sebagai material yang “tahan karat”, sebenarnya
bisa juga mengalami korosi sebagaimana korosi atau karat yang terjadi pada
struktur baja. Korosi yang dimaksud di sini adalah kerusakan material beton
tersebut akibat proses kimia yang terjadi di dalamnya. Tentu saja bentuk korosi
beton ini tidak sama dengan korosi yang terjadi pada besi baja. Korosi tulangan
baja pada beton bertulang adalah masalah utama yang mempengaruhi keawetan
dan integritas struktur beton bertulang. Korosi terjadi ketika tulangan baja
ditempatkan terlalu dekat dengan permukaan beton dalam situasi penutup beton
yang tidak memadai atau karena kualitasnya yang buruk dan juga karena berada
pada lingkungan dengan tingkat garam yang tinggi seperti pada daerah pantai.
Keberadaan garam dapat menyebabkan kerusakan lokal pada lapisan oksida pasif
tulangan, dikarenakan setelah lapisan pasif kehilangan kemampuan sebagai
pelindung terhadap korosi. Kondisi ini dimulai dengan adanya uap air dan oksigen
sehingga mengakibatkan reaksi yang menyebab lapisan oksida pasifnya rusak.
Terjadinya korosi pada tulangan menyebabkan melemahnya kuat ikatan atau
lekatan antara tulangan dengan beton (bond) yang menyebabkan kegagalan
konstruksi pada suatu bangunan. Ikatan antara tulangan baja dan beton merupakan
bagian penting dari sistem mekanis beton bertulang. Pada proses perencanaan
struktur balok bertulang, kuat ikatan antara tulangan baja dan beton harus
direncanakan dengan baik untuk menjamin efek tahan gesekan saat struktur balok
mengalami tekanan dari beban-beban yang terjadi.

Beton bertulang merupakan material yang mampu menahan tekan namun tidak
kuat menahan tarik. Oleh karena itu, penambahan tulangan baja mampu untuk
menjawab kelemahan dari beton tersebut. Akan tetapi tulangan baja juga
mempunyai kelemahan yaitu terpengaruh oleh lingkungan luar sehingga bisa
menyebabkan korosi. Korosi pada tulangan baja juga menjadi penyebab utama
penurunan kekuatan pada beton. Oleh karena itu, penelitian untuk mengkaji
pengaruh korosi tulangan baja pada beton terhadap kekuatan beton sangat penting
dilakukan. Penelitian ini mengkaji kekuatan pada beton dengan tingkat korosi yang
berbeda menggunakan analisis elemen hingga dengan software Atena 3D. Benda
uji yang digunakan berupa balok dengan ukuran 100 x 100 x 500 mm dengan mutu
beton 30 MPa. Tingkat korosi pada tulangan baja pada balok yang digunakan yaitu
0%, 10%, 20%, 30%, 38%, dan 50%. Metode yang digunakan untuk pemodelan
analisis elemen hingga pada balok dengan tingkat korosi yang berbeda yaitu
dengan melalui pendekatan berkurangnya ikatan antara beton dan tulangan (bond)

1
Bigaj 1999 dan pendekatan perfect bond pada beton bertulang. Hasil penelitian
menunjukan penurunan beban ultimate dan defleksi pemodelan Bigaj 1999 dan
perfect bond terhadap bertambahnya tingkat korosi pada benda uji balok.

2
1.2RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah ada, berikut adalah rumusan permasalahan pada
makalah ini yang terkait dengan Korosi Pada Beton Bertulang:

1. Bagaimana uraian deskripsi dari Korosi Pada Beton Bertulang?


2. Bagaimana proses terjadinya Korosi Pada Beton Bertulang?
3. Apa saja penyebab terjadinya Korosi Pada Beton Bertulang?
4. Bagaimana pencegahan dan perbaikan dari Korosi Pada Beton Bertulang?

1.3TUJUAN

Dari rumusan masalah yang telah ada, berikut adalah tujuan penulisan pada
makalah ini yang terkait dengan Korosi Pada Beton Bertulang:

1. Dapat memahami uraian deskripsi dari Korosi Pada Beton Bertulang


2. Dapat mengetahui proses terjadinya Korosi Pada Beton Bertulang
3. Dapat mengetahui penyebab terjadinya Korosi Pada Beton Bertulang
4. Dapat mengetahui pencegahan dan perbaikan dari Korosi Pada Beton
Bertulang

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KOROSI PADA BETON BERTULANG

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu atau
lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik
tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu
pengerasan. Beton mempunyai sifat kuat terhadap tekan, tetapi di sisi lain beton
lemah terhadap tarik. Oleh sebab itu beton memerlukan tulangan untuk menahan
gaya tarik untuk memikul beban-beban yang bekerja pada beton. Tulangan ini
digunakan untuk memperkuat daerah tekan pada penampang balok.

Gambar 2.1.1 proses pengecoran beton

Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja di mana
tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton.
Tulangan baja juga dapat menahan gaya tekan sehingga digunakan pada kolom
dan pada berbagai kondisi lain. Hal ini dimungkinkan karena beton dapat dengan
mudah dibentuk dengan cara menempatkan campuran yang masih basah ke dalam
cetakan beton sampai terjadi pengerasan beton. Jika berbagai unsur pembentuk
beton dirancang dengan baik, maka hasilnya adalah bahan yang kuat, tahan lama
dan bila dikombinasikan dengan baja tulangan akan menjadi elemen yang utama
pada suatu sistem struktur.

4
Korosi yang merupakan proses elektrokimia dimana baja yang berhubungan
dengan cairan yang mengandung ion-ion (elektro) menimbulkan perbedaan
potensial yang menyebabkan ion-ion tulangan baja akan melarut sampai pada
keadaan seimbang.

Korosi pada beton bertulang adalah hasil dari penetrasi klorida yang masuk pada
beton maupun pada tulangan akibat terbukanya atau retak yang terjadi pada beton
bertulang. Proses reaksi antara karbondioksida (CO2) dengan unsur kalsium
hidroksida di dalam beton (Ca (OH)2) karena beton tidak kedap udara. Ca (OH)2 +
CO2 → CaCO3 + H2O sehingga proses karbonasi akan terjadi.

Korosi pada beton bertulang terjadi karena struktur beton terpapar oleh kondisi
lingkungan yang agresif seperti lokasi bangunan yang dekat dengan laut, berada
di lingkungan dengan keasaman yang tinggi, didekat jalan raya, dan berbagai
faktor lainnya. Kerusakan bisa terjadi dalam bentuk retak dan terkelupasnya
selimut beton yang disebabkan proses korosi sudah terjadi di dalam tulangan.
Korosi tulangan baja pada beton bertulang adalah masalah utama yang
mempengaruhi keawetan dan integritas struktur beton bertulang. Pada korosi jenis
ini, kerusakan terjadi pada tulangan di dalam beton. Ini disebabkan karena
tulangan di dalam beton bereaksi dengan air dan membentuk karat. Karat yang
terbentuk pada tulangan ini mengakibatkan pengembangan volume besi tulangan
tersebut. Pengembangan volume ini kemudian mendesak beton sehingga beton
tersebut terkelupas atau pecah.
Terjadinya karat ini disebabkan adanya reaksi antara unsur besi (Fe+) di dalam
tulangan dengan unsur hidroksi (OH–) dari air.
2Fe2+ + 4OH– → 2Fe (OH)2

Gambar 2.1.2 Korosi pada beton bertulang

Korosi terjadi ketika tulangan baja ditempatkan terlalu dekat dengan


permukaan beton dalam situasi penutup beton yang tidak memadai atau karena
kualitasnya yang buruk dan juga karena berada pada lingkungan dengan tingkat

5
garam yang tinggi seperti pada daerah pantai. Keberadaan garam dapat
menyebabkan kerusakan lokal pada lapisan oksida pasif tulangan, dikarenakan
setelah lapisan pasif kehilangan kemampuan sebagai pelindung terhadap korosi.
Kondisi ini dimulai dengan adanya uap air dan oksigen sehingga mengakibatkan
reaksi yang menyebab lapisan oksida pasifnya rusak. Terjadinya korosi pada
tulangan menyebabkan melemahnya kuat ikatan atau lekatan antara tulangan
dengan beton (bond) yang menyebabkan kegagalan konstruksi pada suatu
bangunan. Ikatan antara tulangan baja dan beton merupakan bagian penting dari
sistem mekanis beton bertulang. Pada proses perencanaan struktur balok
bertulang, kuat ikatan antara tulangan baja dan beton harus direncanakan dengan
baik untuk menjamin efek tahan gesekan saat struktur balok mengalami tekanan
dari beban-beban yang terjadi. Penelitian tentang pengaruh korosi terhadap beton
telah banyak dilakukan baik uji laboratorium maupun pemodelan menggunakan
elemen hingga dan analisis numerik. Penelitian menggunakan elemen hingga dan
analisis numerik diantaranya, yaitu pengaruh tulangan korosi pada beton terhadap
kuat lentur beton bertulang dengan menggunakan software ANSYS,
menggunakan software Abaqus, dan menggunakan VecTor2, terhadap beban
ultimate dengan pemodelan elemen hingga non-linier, terhadap penilaian kinerja
berdasarkan studi eksperimen dan pemodelan probabilistik Gumbel, dan terhadap
penurunan kuat geser dengan membandingkan eksperimen dan pemodelan elemen
hingga. Pada penelitian-penelitian di atas menggunakan beberapa software
elemen hingga seperti Ansys dan Abaqus, namun sangat terbatas penelitian-
penelitian yang menggunakan software elemen hingga Atena 3D. Oleh karena itu,
penelitian tentang perilaku mekanis pada balok beton bertulang akibat korosi dan
kuat ikatan antara beton dan tulangan baja perlu dilakukan dengan melakukan
pemodelan atau simulasi elemen hingga menggunakan software Atena 3D.

Pembangunan di bidang Teknik Sipil dan Industri, khususnya di bidang


konstruksi gedung, jalan raya, pelabuhan, lapangan terbang dan bangunan irigasi
mempunyai sasaran meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.
Dalam melaksanakan atau merencanakan suatu konstruksi, kekuatan dan
keawetan merupakan tujuan yang penting untuk dicapai. Beton merupakan bahan
bangunan yang dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus,
agregat kasar (batu pecah atau kerikil), udara dan kadang-kadang campuran bahan
tambahan lain. Campuran yang masih plastis dicor ke dalam acuan dan dirawat
untuk mempercepat reaksi hidrasi campuran campuran semen-air, yang
menyebabkan pengerasan beton. Bahan yang terbentuk mempunyai kekuatan
tekan yang tinggi dan Korosi pada Beton Bertulang dan Pencegahannya (Fahirah
F.) 191 ketahanan tarik yang rendah. Untuk mengatasi kelemahan pada daerah
tarik pada beton maka dibutuhkan baja tulangan yang memiliki kekuatan tarik
yang besar. Komponen beton dan baja tulangan harus disusun komposisinya
sehingga dapat dipakai sebagai material yang optimal. Hal ini dimungkinkan
karena beton dapat dengan mudah dibentuk dengan cara menempatkan campuran
yang masih basah ke dalam cetakan beton sampai terjadi pengerasan beton. Jika
berbagai unsur pembentuk beton dirancang dengan baik, maka hasilnya adalah

6
bahan yang kuat, tahan lama dan bila dikombinasikan dengan baja tulangan akan
menjadi elemen yang utama pada suatu sistem struktur. Korosi yang merupakan
proses elektrokimia dimana baja yang berhubungan dengan cairan yang
mengandung ion-ion (elektro) menimbulkan perbedaan potensial yang
menyebabkan ion-ion tulangan akan melarut sampai pada keadaan seimbang.
Korosi khususnya pada beton bertulang dapat mempersingkat umur bangunan.
Karena itu penulis mencoba untuk membahas mengenai cara-cara pencegahan
korosi pada beton bertulang.

2.1.1 Baja tulangan di dalam beton

Baja tulangan di dalam beton berada dalam lingkungan bersifat basa


kuat dengan nilai pH  12,5. Keadaan ini disebabkan karena beton
mengandung 20 – 30 persen Kalsium Dihidrosida (Ca (OH)2), sebagian
berupa larutan jenuh Ca (OH)2 di dalam beton, sebagian mengendap
berupa kristal Ca (OH)2 di dalam beton. Lingkungan basa kuat ini
memberikan perlindungan terhadap baja tulangan di dalam beton dari
serangan korosi karena baja tulangan di dalam lingkungan basa kuat
menjadi pasif.
2.1.2 Korosi baja tulangan

Korosi baja tulangan adalah reaksi kimia atau elektro kimia antara baja
tulangan dengan lingkungannya. Secara umum reaksi tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Reaksi Anodik:
Fe Fe++ + 2e
H2O H+ + OH
Fe++ + OH- Fe (OH)2
4Fe (OH)2 + O2 + H2O 4 Fe (OH)3
Karat

Reaksi Katodik:
2H+ + 2e- 2H H2 (asam)
2H + ½ O2 H2O (oksigen)
½ O2 + H2 + 2e- 2(OH) - (netral)

Baja tulangan yang terkorosi, volume karatnya lebih besar  3 kali dari
volume bahan asalnya sehingga mengakibatkan keretakan pada beton. Hal
ini merupakan awal dari kerusakan beton yang akhirnya menuju ke
kerusakan yang lebih parah sehingga secara keseluruhan memperpendek
usia pakai konstruksi yang bersangkutan. Baja tulangan di dalam beton
terkorosi apabila keadaan pasif hilang yaitu pH lingkungan pada bidang

7
kontak baja-beton turun sampai < 9,5. Kondisi dimana proses korosi baja
tulangan di dalam beton dapat berlangsung sebagai beri

2.2 PROSES TERJADINYA KOROSI PADA BETON


BERTULANG
Beton pada dasamya bersifat basa dengan pH > 12,5 hal ini memberi
lingkungan yang pasif pada tulangan beton sehingga tulangan terproteksi dari
korosi, sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 2.3. berikut.

Gambar 2.2.1 Tabel Pengaruh potensial dan pH terhadap korosifitas baja


Apabila terjadi penetrasi karhonasi terhadap beton pada kdcmbahan yang
tmggL maka pH akan turun menjadi nctral dan tulangan baja mudah tcrkorosi. llal
yang sama terjadi pula pada peristiwa penetralan beton oleh gas asam lamnya
seperti: SOz, HzS, Clz, dll.

Pada gambar 2.2.1 di atas, tampak pengaruh potensial tulangan baja terhadap
korosifitas. Tulangan baja yang mempunyai potensial lebih kecil dari -800 mvolt
terhadap elektroda Ag/AgCl akan tahan terhadap serangan korosi. Jadi rcaksi
karbonasi ataupun penctrasi klorida dapat menurunkan pH beton, sehingga terjadi
depasifasi lingkungan beton.

8
2.2.1 MASUKNYA AIR KE DALAM BETON

Gambar 2.2.2 Proses korosi pd baja bertulang

Air ini dapat masuk ke dalam beton dan sampai ke tulangan melalui Air
yang masuk dari luar atau uap air di udara melalui pori-pori beton karena
beton tidak kedap air.

2.2.2 KARBONASI

Karbonasi yaitu peristiwa terbentuknya CaCO3 sebagai akibat reaksi


antara Ca (OH)2 dengan gas atau senyawa terlarut yang bersifat asam.
Proses karbonisasi berlangsung menurut reaksi sebagai berikut:

Ca (OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O


Ca (OH)2 + N2CO3 CaCO3 + 2H2O
Ca (OH)2 + Ca (HCO3) 2CaCO3+ H2O
Ca (OH)2 + 2NaHCO3 CaCO3+ Na2CO3+ H2O

Reaksi tersebut masih dapat berlanjut sebagai berikut:

CaCO3 + H2O + CO2 Ca (HCO3)2


CaCO3 + H2O Ca (HCO3)2

Proses karbonasi ini berlangsung dari permukaan beton ke bagian dalam


beton yang akhirnya mencapai bidang kontak baja beton. Apabila proses
karbonasi telah mencapai bidang kontak baja-beton, pH lingkungan pada
bidang kontak baja-beton turun sampai < 9,5. Hal ini mengakibatkan
keadaan pasif baja tulangan hilang dan baja tulangan akan terkorosi yang
akhirnya merusak betonnya.

2.2.3 DEGRADASI OLEH SULFAT

Apabila larutan sulfat masuk ke dalam beton, maka akan terjadi reaksi
dengan senyawa hidrasi kalsium aluminate (3CaO.Al2O3.12H2O) yang
terdapat di dalam beton. Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah sebagai

9
berikut:

Ca (OH)2 + Na2SO4.10H2O CaSO4.2H2O +2NaOH + H2O


3CaO.Al2O3.12H2O + 3(CaSO4.2H2O) + 12H2O 3CaO.Al2O3.
2(CaO.Al2O3.12H2O) + 3(Na2 SO4.10 H2O ) 3CaO.Al2O3.

Reaksi ini menghasilkan Kalsium Sulpo Aluminate (3CaO.Al2O3


.3CaSO4.31H2O).

Volume kristal Kalsium Sulpo Aluminate 3 kali volume kalsium


aluminate (bahan asalnya) sehingga mengakibatkan beton mengalami retak
halus. Hal ini merupakan jalan bagi larutan dari luar dan atau proses
karbonasi mencapai bidang kontak baja-beton.

Apabila larutan dari luar dan atau proses karbonasi telah mencapai
bidang kontak baja-beton, pH lingkungan pada bidang kontak bajabeton
turun sampai < 9,5. Hal ini mengakibatkan keadaan pasif baja tulangan
hilang dan baja tulangan terkorosi yang akhirnya merusak beton.

2.2.4 DEGRADASI OLEH KLORIDA

Ion klorida telah terkenal sangat agresif terhadap bahan konstruksi baja.
Klorida melalui reaksi hidrolisa membentuk asam. Asam yang dihasilkan
menetralisir Ca (OH)2 yang terdapat di dalam beton. Apabila proses
netralisir Ca (OH)2 telah mencapai bidang kontak baja-beton, pH
lingkungan pada bidang kontak baja-beton turun sampai < 9,5. Hal ini
mengakibatkan keadaan pasif baja tulangan hilang dan baja tulangan
terkorosi yang akhirnya merusak beton.

2.2.5 PENETRASI KLORIDA

Ion klorida yang berasal dari air laut dapat masuk (penetrasi) ke dalam
beton dan akan merusak lapisan oksida yang melindungi tulangan baja dan
(8) menurunkan pH beton, sehingga korosi baja tulangan dapat teijadi. lon
klorida terkenal sangat agresif terhadap bahan baja sehingga baja mudah
terkorosi. Penetrasi ion klorida ke dalam beton dapat menyebabkan
kerusakan beton karena ion klorida dapat bereaksi dengan beberapa
senyawa kimia di dalam beton, misalnya kalsium aluminat, dan
aluminoferrates, 8 sehingga beton menjadi rusak. Selain itu, dengan adanya
ion klorida, resistivity beton menjadi lebih rendah dan baja tulangan
menjadi lebih mudah terkorosi sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel
berikut:

10
Gambar 2.2.3 Tabel kriteria korosifitas berdasarkan resistivity

2.2.6 LEACHING

Leaching adalah peristiwa turunnya konsentrasi senyawa teralrut di


sekitar daerah kontak baja-beton akibat masuknya larutan ke dalam beton.
Penurunan konsentrasi akhirnya mengakibatkan pH lingkungan pada bidang
kontak baja-beton turun sampai < 9,5. Hal ini mengakibatkan keadaan pasif
baja tulangan hilang dan baja tulangan akan terkorosi yang akhirnya
merusak beton.

Prinsip terjadinya lingkaran korosi, dikatakan lingkaran karena korosi


akan berproses terus sampai akhirnya menghancurkan konstruksi yang
bersangkutan secara skematis digambarkan pada Gambar 1. Akibat yang
ditimbulkan bila terjadi lingkaran korosi pada tulangan beton adalah:

• Tercucinya pasta semen yang telah mengeras.


• Melarutnya dan tercucinya senyawasenyawa yang terbentuk akibat
serangan air agresip.
• Terbentuknya senyawa-senyawa baru, hasil reaksi kimia yang
memiliki Korosi pada Beton Bertulang dan Pencegahannya (Fahirah
F.) 193 sifat sangat mengembang (expansive) hingga beton menjadi
retak dan pecah.
• Hilangnya tegangan retakan antara beton dan tulangan akibat slip.

Yang paling berbahaya adalah air laut dan air tanah karena mengandung
ion-ion sulfat. Menurut C.J. Menger dalam “Sewen Coreosion and
Protective Coating”, pengaruh senyawa sulfat terhadap korosi disajikan
pada gambar berikut:

11
Gambar 2.2.4 Bagan Alir terjadinya Lingkaran Korosi

Gambar 2.2.5 Tabel Pengaruh Senyawa Sulfat terhadap Korosi

2.3 PENYEBAB TERJADINYA KOROSI PADA BETON


BERTULANG

Korosi pada beton bertulang terjadi karena struktur beton terpapar oleh kondisi
lingkungan yang agresif seperti lokasi bangunan yang dekat dengan laut, berada
di lingkungan dengan keasaman yang tinggi, didekat jalan raya, dan berbagai
faktor lainnya. Kerusakan bisa terjadi dalam bentuk retak dan terkelupasnya
selimut beton yang disebabkan proses korosi sudah terjadi di dalam tulangan.
Penyebab korosi baja tulangan diantaranya adalah:

12
2.3.1 Karbonasi
Karbondioksida dalam udara bereaksi dengan kalsiumdioksida melalui
pori-pori beton

Senyawa dengan basa kuat PH 11 sd 12 terurai menjadi basa PH kurang


dari 9Tulangan yang sebelumnya terlindungi oleh alkalinitas beton (basa)
menjadi tidak terlindungi lagi. Dalam kasus ini laju korosi tulangan baja
mengikuti pasivasi alkalitinas beton karena pengaruh karbonasi secara
alami dari udara.

2.3.2 Terkena Aliran Arus Listrik

Logam dengan potensial arus listrik yang berbeda terhubung satu sama
lain dalam beton yang menyebabkan terjadinya korosi. Korosi bisa juga
disebabkan oleh kebocoran arus listrik dari power supply atau jaringan
bertransmisi di sekitar beton.

2.3.3 Terkontaminasi Senyawa Korosif (misalnya Chlorida)

Chlorida mempercepat laju korosi. Konsentrasi Chlorida diatas 0.2-0.4


% di dalam beton akan menyebabkan rusaknya lapisan pelindung pasif
terhadap oksidasi permukaan tulangan. Umumnya chloride ini dihasilkan
dari paparan air laut.

2.3.4 Air dan Kelembaban Udara

Diliat dari reaksi yang terjadi pada proses korosi, air merupakan salah
satu faktor utama berlangsungnya korosi. Udara lembab yang banyak
mengandung uap air akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
Oleh karena itu Ketika baja tulangan dibiarkan begitu saja di alam terbuka
tanpa penutup maupun tanpa perawatan yang layak maka akan dengan
mudah berkarat atau mengalami korosi.

2.3.5 Elektrolit (asam atau garam)

Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk transfer
muatan. Hal ini mengakibatkan electron lebih mudah untuk diikat oleh
oksigen di udara. Air hujan mengandung banyak asam, oleh karena itu air
hujan juga merupakan penyebab korosi utama

13
2.4 PENCEGAHAN DAN PERBAIKAN TERJADINYA KOROSI
PADA BETON BERTULANG
Berikut merupakan cara-cara yang dapat mencegah dan memperbaiki korosi
pada beton bertulang:

2.4.1 PENCEGAHAN TERJADINYA KOROSI PADA BETON


BERTULANG
Pencegahan terhadap korosi pada prinsipnya adalah mencegah reaksi
antara beton dengan mendium yang agresif antara lain:

1) Pemakaian bahan-bahan yang bermutu baik. Menggunakan Semen PC


Type V untuk daerah dengan potensi serangan senyawa korosif tinggi

2) Memilih bahan – bahan penyusun beton dan merencanakan campuran


beton yang tepat (misalnya mengunakan semen portland rendah alkali
bila agregat mengandung silica reaktif)
3) Mempertebal selimut beton

4) Penambahan dimensi struktur

5) Pelaksanaan pengadukan, pengecoran, dan curing beton yang baik.


6) Perlindungan permukaan (coating) biasanya bersifat sementara karena
bila perlindungan cat atau rusak proses korosi akan berjalan lagi.
7) Pelaksanaan pembuatan beton yang kompak dan rapat serta homogen
maka diperlukan kesesuaian kadar air semen dan cara pemampatannya.
Parameter nilai slamp test beton untuk berbagai konsisi mengikuti
ketentuan berikut:

Gambar 2.4.1 Tabel Koefisien pemampatan nilai slamp

14
8) Cara pemampatan beton yang tepat. Salah satu upaya mencegah korosi
adalah mengusahakan beton yang padat dan homogen. Diperlukan
kesesuaian kadar air semen dan cara pemampatannya. Koefisien
kemampatan beton untuk berbagai kondisi nilai slump harus mengikuti
ketentuan berikut:

Gambar 2.4.2 Tabel Koefisien kemampatan beton untuk berbagai kondisi nilai
slump

9) Perlindungan permukaan (Coatings). Cara ini biasanya bersifat


sementara, karena bila perlindungannya cacat atau rusak proses korosi
akan berjalan lagi. Sehingga harus dilakukan coating ulang secara
periodik.

10) Pemberian proteksi katodik untuk mempertahankan kondisi pasif dengan


cara inhibition, yaitu membalikkan arah arus korosi, sehingga
menghalangi proses korosi. Untuk Coatnya biasa digunakan prinsip-
prinsip deret volta dimana proses korosi dicegah dengan cara
mempertahankan logam yang dilindungi sebagai katoda dan logam lain
yang terkorosi sebagai Anoda.

2.4.2 PERBAIKAN TERJADINYA KOROSI PADA BETON


BERTULANG

Sebelum baja tulangan digunakan, harus dilihat apakah sudah terjadi


korosi pada permukaan baja tulangan akibat dari penyimpanan yang kurang
baik di udara terbuka dalam jangka waktu yang tertentu. Jika baja tulangan
sudah terlihat kemerahan akibat korosi maka cara untuk mengatasinya
adalah:

1) Chipping and concreting

metode ini untuk memperbaiki beton keropos dengan memasang baja


tulangan baru sebagai pengganti baja yang terjadi korosi kemudian
dilakukan coating nitoprime zincrich untuk baja dan nitiboned untuk
beton. Selanjutnya cor bagian yang telah di chipping dengan kualitas
beton yang sama atau mutu beton yang lebih tinggi.

15
Gambar 2.4.3.Perbaikan dengan metode Chipping and concreting pada balok

2) Strengthening
metode ini bertujuan untuk memperkuat struktur beton yang telah ada,
sehingga secara struktural direncanakan mampu menahan beban rencana
sampai kekuatan yang diinginkan.

Gambar 2.4.4 Perbaikan metode stenghening dengan Perbesaran dimensi struktur

3) Grouting
metode yang digunakan untuk memperbaiki beton keropos dengan tulangan
yang terekspose.

16
4) Patching metode ini dilakukan dengan cara membersihkan debu dan
kotoran – kotoran pada daerah retak, selanjutnya menambalnya dengan
menggunakan sikagrout 215.

Gambar 2.4.5 Perbaikan metode Patching

5) Pengecatan
Bersihkan permukaannya agar produk korosi hilang dari permukaan
material. Setelah itu proteksi baja tulangan dengan cat, proteksi dengan
cat bisa menekan biaya yang diperlukan untuk memproteksi baja
tulangan.

6) Menggunakan gerinda listrik


Untuk melakukan metode ini diperlukan gerinda listrik yang telah
diganti kepalanya dengan sikat kawat baja. Cara kerja alat ini cukup
tekan dan arahkan pada permukaan yang telah berkarat hingga karat
tersebut terlepas dan rontok.

Gambar 2.4.6 Gerinda Kawat 3.

7) Menggunakan produk bahan kimia


Kini telah tersedia banyak produk bahan pembersih karat yang dijual
dipasaran. Biasanya penggunaanya menggunakan larutan bahan kimia
ini disemprotkan pada baja tulangan yang berkarat. Diamkan semalam,

17
kemudian permukaan baja tulangan yang berkarat digosok hingga bersih
dari karatan.

Gambar 2.4.7 Contoh Produk Rust Remover 4.

8) Menggunakan amplas
Penggunaan metode ini biasanya setelah dilakukan pembersihan
dengan metode
lainnya ternyata masih tersisa karatan yang melekat pada permukaan baja
tulangan Jika baja tulangan telah digunakan pada struktur bangunan
tanpa diproteksi terlebih dahulu, dapat dilakukan tindakan pengamanan
dengan cara melapisi permukaan bangunan dengan cat. Jika permukaan
bangunan itu tidak kontak langsung dengan cuaca dapat dicat dengan cat
tembok, tetapi jika permukaan bangunan itu akan kontak langsung
dengan cuaca maka harus dilapisi dengan cat yang tahan dengan cuaca
(weather shield) Hal yang tak kalah penting adalah monitoring secara
teratur agar diketahui jika ada sesuatu yang tidak normal dengan
bangunan. Hal ini tidak hanya berfungsi untuk mengontrol resiko yang
terjadi, tetapi juga hal-hal lain yang dianggap perlu untuk merawat
bangunan.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan dalam makalah ini
diantaranyaadalah sebagai berikut:

1. Korosi pada beton bertulang adalah hasil dari penetrasi klorida yang masuk
pada beton maupun pada tulangan akibat terbukanya atau retak yang terjadi
pada beton bertulang.

2. Proses terjadinya korosi pada beton bertulang antara lain:


a. Masuknya air kedalam beton
b. Karbonasi
c. Degradasi oleh sulfat
d. Degradasi oleh klorida
e. Penetrasi Klorida
f. Leaching

3. Penyebab terjadinya korosi pada beton bertulang yaitu:

a. Karbonasi
b. Tekanan aliran arus lisrik
c. Terkontaminasi senyawa korosif (misalnya klorida
d. Air dan kelembaban udara
e. Elektrolit (asam dan garam)

4. Pencegahan dan Perbaikan dari terjadinya korosi pada beton bertulang yaitu:

• Pencegahan:
a. Pemakaian bahan-bahan yang bermutu baik.
b. Memilih bahan – bahan penyusun beton dan merencanakan campuran
beton yang tepat.
c. Mempertebal selimut beton.
d. Dll.

• Perbaikan:
a. Chipping and concreting
b. Strengthening
c. Grouting
d. Dll.

19
Daftar Pustaka

Agus Hernandar. (2008, December 16). Agus Hernandar Weblog; Agus Hernandar

Weblog. https://aguzher.wordpress.com/2008/12/16/korosi-pada-beton-

bertulang/

Ahmad Zaki, Andri Nugroho. (2021). Pemodelan Perilaku Beton Berkarat

Menggunakan ATENA 3D. https://journal.unilak.ac.id/index.php/SIKLUS

Arief Subakti Ariyanto. (2022). Korosi pada Baja Tulangan dan Pencegahannya

(Studi Kasus Gedung Ruko Yos Sudarso Square Semarang).

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/3343-Article%20Text-6443-2-10-

20220317%20(1).pdf

Arvianto Eko Nugroho. (2022, July 15). Korosi Pada Beton Bertulang - Artikel.

Tunas-Engineering.co.id. https://tunas-engineering.co.id/web/article/korosi-

pada-beton-bertulang.html

DRA. LIEN SUHARLINAH. (2000). Kerusakan beton bertulang jembatan akibat

lingkungan korosif. https://simantu.pu.go.id/personal/img-


post/adminkms/post/20201124195222__F__071_2000_Kerusakan_beton_bert

ulang_jembatan_akibat_lingkungan_korosif.pdf

Fahirah F. KOROSI PADA BETON BERTULANG DAN PENCEGAHANNYA

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/garuda1325241.pdf

HesaLarasCemerlang_PT. (2019, March 26). Korosi Pada Beton Bertulang. PT Hesa

Laras Cemerlang. https://hesa.co.id/korosi-pada-beton-

bertulang/#:~:text=Korosi%20pada%20beton%20bertulang%20terjadi,raya%2

C%20dan%20berbagai%20faktor%20lainnya

20

Anda mungkin juga menyukai