Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "Korosi
Pada Beton Bertulang".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang…................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah…............................................................ 3
1.3. Tujuan …............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 4
2.1. Korosi pada beton bertulang............................................... 4
2.1.1 Baja tulangan di dalam beton……………………... 7
2.1.2 Korosi pada baja bertulang………………………... 7
2.2. Proses terjadinya korosi pada beton bertulang.................... 8
2.2.1 Masuknya air ke dalam beton…………………...... 9
2.2.2 Karbonasi………………………………………...... 9
2.2.3 Degranasi pada sulfat……………………………... 9
2.2.4 Degradasi oleh kloroda………………………….... 10
2.2.5 Penetrasi klorida………………………………....... 10
2.2.6 Leaching………………………………………....... 11
2.3. Penyabab terjadinya korosi pada beton bertulang............... 12
2.3.1 Karbonasi…………………………………………. 13
2.3.2 Terkena aliran listrik…………………………….... 13
2.3.3 Terkontaminasi senyawa korosif…………………. 13
2.3.4 Air dan kelembaban udara………………………... 13
2.3.5 Elektrolit…………………………………………... 13
2.4. Perbaikan dan pencegahan terjadinya korosi pada beton ... 14
2.4.1 Pencegahan terjadinya korosi pada beton
bertulang.................................................................. 14
2.4.2 Perbaikan terjadinya korosi pada beton bertulang... 15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 20
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Beton yang selama ini dikenal sebagai material yang “tahan karat”, sebenarnya
bisa juga mengalami korosi sebagaimana korosi atau karat yang terjadi pada
struktur baja. Korosi yang dimaksud di sini adalah kerusakan material beton
tersebut akibat proses kimia yang terjadi di dalamnya. Tentu saja bentuk korosi
beton ini tidak sama dengan korosi yang terjadi pada besi baja. Korosi tulangan
baja pada beton bertulang adalah masalah utama yang mempengaruhi keawetan
dan integritas struktur beton bertulang. Korosi terjadi ketika tulangan baja
ditempatkan terlalu dekat dengan permukaan beton dalam situasi penutup beton
yang tidak memadai atau karena kualitasnya yang buruk dan juga karena berada
pada lingkungan dengan tingkat garam yang tinggi seperti pada daerah pantai.
Keberadaan garam dapat menyebabkan kerusakan lokal pada lapisan oksida pasif
tulangan, dikarenakan setelah lapisan pasif kehilangan kemampuan sebagai
pelindung terhadap korosi. Kondisi ini dimulai dengan adanya uap air dan oksigen
sehingga mengakibatkan reaksi yang menyebab lapisan oksida pasifnya rusak.
Terjadinya korosi pada tulangan menyebabkan melemahnya kuat ikatan atau
lekatan antara tulangan dengan beton (bond) yang menyebabkan kegagalan
konstruksi pada suatu bangunan. Ikatan antara tulangan baja dan beton merupakan
bagian penting dari sistem mekanis beton bertulang. Pada proses perencanaan
struktur balok bertulang, kuat ikatan antara tulangan baja dan beton harus
direncanakan dengan baik untuk menjamin efek tahan gesekan saat struktur balok
mengalami tekanan dari beban-beban yang terjadi.
Beton bertulang merupakan material yang mampu menahan tekan namun tidak
kuat menahan tarik. Oleh karena itu, penambahan tulangan baja mampu untuk
menjawab kelemahan dari beton tersebut. Akan tetapi tulangan baja juga
mempunyai kelemahan yaitu terpengaruh oleh lingkungan luar sehingga bisa
menyebabkan korosi. Korosi pada tulangan baja juga menjadi penyebab utama
penurunan kekuatan pada beton. Oleh karena itu, penelitian untuk mengkaji
pengaruh korosi tulangan baja pada beton terhadap kekuatan beton sangat penting
dilakukan. Penelitian ini mengkaji kekuatan pada beton dengan tingkat korosi yang
berbeda menggunakan analisis elemen hingga dengan software Atena 3D. Benda
uji yang digunakan berupa balok dengan ukuran 100 x 100 x 500 mm dengan mutu
beton 30 MPa. Tingkat korosi pada tulangan baja pada balok yang digunakan yaitu
0%, 10%, 20%, 30%, 38%, dan 50%. Metode yang digunakan untuk pemodelan
analisis elemen hingga pada balok dengan tingkat korosi yang berbeda yaitu
dengan melalui pendekatan berkurangnya ikatan antara beton dan tulangan (bond)
1
Bigaj 1999 dan pendekatan perfect bond pada beton bertulang. Hasil penelitian
menunjukan penurunan beban ultimate dan defleksi pemodelan Bigaj 1999 dan
perfect bond terhadap bertambahnya tingkat korosi pada benda uji balok.
2
1.2RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah ada, berikut adalah rumusan permasalahan pada
makalah ini yang terkait dengan Korosi Pada Beton Bertulang:
1.3TUJUAN
Dari rumusan masalah yang telah ada, berikut adalah tujuan penulisan pada
makalah ini yang terkait dengan Korosi Pada Beton Bertulang:
3
BAB II
PEMBAHASAN
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu atau
lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik
tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu
pengerasan. Beton mempunyai sifat kuat terhadap tekan, tetapi di sisi lain beton
lemah terhadap tarik. Oleh sebab itu beton memerlukan tulangan untuk menahan
gaya tarik untuk memikul beban-beban yang bekerja pada beton. Tulangan ini
digunakan untuk memperkuat daerah tekan pada penampang balok.
Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja di mana
tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton.
Tulangan baja juga dapat menahan gaya tekan sehingga digunakan pada kolom
dan pada berbagai kondisi lain. Hal ini dimungkinkan karena beton dapat dengan
mudah dibentuk dengan cara menempatkan campuran yang masih basah ke dalam
cetakan beton sampai terjadi pengerasan beton. Jika berbagai unsur pembentuk
beton dirancang dengan baik, maka hasilnya adalah bahan yang kuat, tahan lama
dan bila dikombinasikan dengan baja tulangan akan menjadi elemen yang utama
pada suatu sistem struktur.
4
Korosi yang merupakan proses elektrokimia dimana baja yang berhubungan
dengan cairan yang mengandung ion-ion (elektro) menimbulkan perbedaan
potensial yang menyebabkan ion-ion tulangan baja akan melarut sampai pada
keadaan seimbang.
Korosi pada beton bertulang adalah hasil dari penetrasi klorida yang masuk pada
beton maupun pada tulangan akibat terbukanya atau retak yang terjadi pada beton
bertulang. Proses reaksi antara karbondioksida (CO2) dengan unsur kalsium
hidroksida di dalam beton (Ca (OH)2) karena beton tidak kedap udara. Ca (OH)2 +
CO2 → CaCO3 + H2O sehingga proses karbonasi akan terjadi.
Korosi pada beton bertulang terjadi karena struktur beton terpapar oleh kondisi
lingkungan yang agresif seperti lokasi bangunan yang dekat dengan laut, berada
di lingkungan dengan keasaman yang tinggi, didekat jalan raya, dan berbagai
faktor lainnya. Kerusakan bisa terjadi dalam bentuk retak dan terkelupasnya
selimut beton yang disebabkan proses korosi sudah terjadi di dalam tulangan.
Korosi tulangan baja pada beton bertulang adalah masalah utama yang
mempengaruhi keawetan dan integritas struktur beton bertulang. Pada korosi jenis
ini, kerusakan terjadi pada tulangan di dalam beton. Ini disebabkan karena
tulangan di dalam beton bereaksi dengan air dan membentuk karat. Karat yang
terbentuk pada tulangan ini mengakibatkan pengembangan volume besi tulangan
tersebut. Pengembangan volume ini kemudian mendesak beton sehingga beton
tersebut terkelupas atau pecah.
Terjadinya karat ini disebabkan adanya reaksi antara unsur besi (Fe+) di dalam
tulangan dengan unsur hidroksi (OH–) dari air.
2Fe2+ + 4OH– → 2Fe (OH)2
5
garam yang tinggi seperti pada daerah pantai. Keberadaan garam dapat
menyebabkan kerusakan lokal pada lapisan oksida pasif tulangan, dikarenakan
setelah lapisan pasif kehilangan kemampuan sebagai pelindung terhadap korosi.
Kondisi ini dimulai dengan adanya uap air dan oksigen sehingga mengakibatkan
reaksi yang menyebab lapisan oksida pasifnya rusak. Terjadinya korosi pada
tulangan menyebabkan melemahnya kuat ikatan atau lekatan antara tulangan
dengan beton (bond) yang menyebabkan kegagalan konstruksi pada suatu
bangunan. Ikatan antara tulangan baja dan beton merupakan bagian penting dari
sistem mekanis beton bertulang. Pada proses perencanaan struktur balok
bertulang, kuat ikatan antara tulangan baja dan beton harus direncanakan dengan
baik untuk menjamin efek tahan gesekan saat struktur balok mengalami tekanan
dari beban-beban yang terjadi. Penelitian tentang pengaruh korosi terhadap beton
telah banyak dilakukan baik uji laboratorium maupun pemodelan menggunakan
elemen hingga dan analisis numerik. Penelitian menggunakan elemen hingga dan
analisis numerik diantaranya, yaitu pengaruh tulangan korosi pada beton terhadap
kuat lentur beton bertulang dengan menggunakan software ANSYS,
menggunakan software Abaqus, dan menggunakan VecTor2, terhadap beban
ultimate dengan pemodelan elemen hingga non-linier, terhadap penilaian kinerja
berdasarkan studi eksperimen dan pemodelan probabilistik Gumbel, dan terhadap
penurunan kuat geser dengan membandingkan eksperimen dan pemodelan elemen
hingga. Pada penelitian-penelitian di atas menggunakan beberapa software
elemen hingga seperti Ansys dan Abaqus, namun sangat terbatas penelitian-
penelitian yang menggunakan software elemen hingga Atena 3D. Oleh karena itu,
penelitian tentang perilaku mekanis pada balok beton bertulang akibat korosi dan
kuat ikatan antara beton dan tulangan baja perlu dilakukan dengan melakukan
pemodelan atau simulasi elemen hingga menggunakan software Atena 3D.
6
bahan yang kuat, tahan lama dan bila dikombinasikan dengan baja tulangan akan
menjadi elemen yang utama pada suatu sistem struktur. Korosi yang merupakan
proses elektrokimia dimana baja yang berhubungan dengan cairan yang
mengandung ion-ion (elektro) menimbulkan perbedaan potensial yang
menyebabkan ion-ion tulangan akan melarut sampai pada keadaan seimbang.
Korosi khususnya pada beton bertulang dapat mempersingkat umur bangunan.
Karena itu penulis mencoba untuk membahas mengenai cara-cara pencegahan
korosi pada beton bertulang.
Korosi baja tulangan adalah reaksi kimia atau elektro kimia antara baja
tulangan dengan lingkungannya. Secara umum reaksi tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Reaksi Anodik:
Fe Fe++ + 2e
H2O H+ + OH
Fe++ + OH- Fe (OH)2
4Fe (OH)2 + O2 + H2O 4 Fe (OH)3
Karat
Reaksi Katodik:
2H+ + 2e- 2H H2 (asam)
2H + ½ O2 H2O (oksigen)
½ O2 + H2 + 2e- 2(OH) - (netral)
Baja tulangan yang terkorosi, volume karatnya lebih besar 3 kali dari
volume bahan asalnya sehingga mengakibatkan keretakan pada beton. Hal
ini merupakan awal dari kerusakan beton yang akhirnya menuju ke
kerusakan yang lebih parah sehingga secara keseluruhan memperpendek
usia pakai konstruksi yang bersangkutan. Baja tulangan di dalam beton
terkorosi apabila keadaan pasif hilang yaitu pH lingkungan pada bidang
7
kontak baja-beton turun sampai < 9,5. Kondisi dimana proses korosi baja
tulangan di dalam beton dapat berlangsung sebagai beri
Pada gambar 2.2.1 di atas, tampak pengaruh potensial tulangan baja terhadap
korosifitas. Tulangan baja yang mempunyai potensial lebih kecil dari -800 mvolt
terhadap elektroda Ag/AgCl akan tahan terhadap serangan korosi. Jadi rcaksi
karbonasi ataupun penctrasi klorida dapat menurunkan pH beton, sehingga terjadi
depasifasi lingkungan beton.
8
2.2.1 MASUKNYA AIR KE DALAM BETON
Air ini dapat masuk ke dalam beton dan sampai ke tulangan melalui Air
yang masuk dari luar atau uap air di udara melalui pori-pori beton karena
beton tidak kedap air.
2.2.2 KARBONASI
Apabila larutan sulfat masuk ke dalam beton, maka akan terjadi reaksi
dengan senyawa hidrasi kalsium aluminate (3CaO.Al2O3.12H2O) yang
terdapat di dalam beton. Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah sebagai
9
berikut:
Apabila larutan dari luar dan atau proses karbonasi telah mencapai
bidang kontak baja-beton, pH lingkungan pada bidang kontak bajabeton
turun sampai < 9,5. Hal ini mengakibatkan keadaan pasif baja tulangan
hilang dan baja tulangan terkorosi yang akhirnya merusak beton.
Ion klorida telah terkenal sangat agresif terhadap bahan konstruksi baja.
Klorida melalui reaksi hidrolisa membentuk asam. Asam yang dihasilkan
menetralisir Ca (OH)2 yang terdapat di dalam beton. Apabila proses
netralisir Ca (OH)2 telah mencapai bidang kontak baja-beton, pH
lingkungan pada bidang kontak baja-beton turun sampai < 9,5. Hal ini
mengakibatkan keadaan pasif baja tulangan hilang dan baja tulangan
terkorosi yang akhirnya merusak beton.
Ion klorida yang berasal dari air laut dapat masuk (penetrasi) ke dalam
beton dan akan merusak lapisan oksida yang melindungi tulangan baja dan
(8) menurunkan pH beton, sehingga korosi baja tulangan dapat teijadi. lon
klorida terkenal sangat agresif terhadap bahan baja sehingga baja mudah
terkorosi. Penetrasi ion klorida ke dalam beton dapat menyebabkan
kerusakan beton karena ion klorida dapat bereaksi dengan beberapa
senyawa kimia di dalam beton, misalnya kalsium aluminat, dan
aluminoferrates, 8 sehingga beton menjadi rusak. Selain itu, dengan adanya
ion klorida, resistivity beton menjadi lebih rendah dan baja tulangan
menjadi lebih mudah terkorosi sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel
berikut:
10
Gambar 2.2.3 Tabel kriteria korosifitas berdasarkan resistivity
2.2.6 LEACHING
Yang paling berbahaya adalah air laut dan air tanah karena mengandung
ion-ion sulfat. Menurut C.J. Menger dalam “Sewen Coreosion and
Protective Coating”, pengaruh senyawa sulfat terhadap korosi disajikan
pada gambar berikut:
11
Gambar 2.2.4 Bagan Alir terjadinya Lingkaran Korosi
Korosi pada beton bertulang terjadi karena struktur beton terpapar oleh kondisi
lingkungan yang agresif seperti lokasi bangunan yang dekat dengan laut, berada
di lingkungan dengan keasaman yang tinggi, didekat jalan raya, dan berbagai
faktor lainnya. Kerusakan bisa terjadi dalam bentuk retak dan terkelupasnya
selimut beton yang disebabkan proses korosi sudah terjadi di dalam tulangan.
Penyebab korosi baja tulangan diantaranya adalah:
12
2.3.1 Karbonasi
Karbondioksida dalam udara bereaksi dengan kalsiumdioksida melalui
pori-pori beton
Logam dengan potensial arus listrik yang berbeda terhubung satu sama
lain dalam beton yang menyebabkan terjadinya korosi. Korosi bisa juga
disebabkan oleh kebocoran arus listrik dari power supply atau jaringan
bertransmisi di sekitar beton.
Diliat dari reaksi yang terjadi pada proses korosi, air merupakan salah
satu faktor utama berlangsungnya korosi. Udara lembab yang banyak
mengandung uap air akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
Oleh karena itu Ketika baja tulangan dibiarkan begitu saja di alam terbuka
tanpa penutup maupun tanpa perawatan yang layak maka akan dengan
mudah berkarat atau mengalami korosi.
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk transfer
muatan. Hal ini mengakibatkan electron lebih mudah untuk diikat oleh
oksigen di udara. Air hujan mengandung banyak asam, oleh karena itu air
hujan juga merupakan penyebab korosi utama
13
2.4 PENCEGAHAN DAN PERBAIKAN TERJADINYA KOROSI
PADA BETON BERTULANG
Berikut merupakan cara-cara yang dapat mencegah dan memperbaiki korosi
pada beton bertulang:
14
8) Cara pemampatan beton yang tepat. Salah satu upaya mencegah korosi
adalah mengusahakan beton yang padat dan homogen. Diperlukan
kesesuaian kadar air semen dan cara pemampatannya. Koefisien
kemampatan beton untuk berbagai kondisi nilai slump harus mengikuti
ketentuan berikut:
Gambar 2.4.2 Tabel Koefisien kemampatan beton untuk berbagai kondisi nilai
slump
15
Gambar 2.4.3.Perbaikan dengan metode Chipping and concreting pada balok
2) Strengthening
metode ini bertujuan untuk memperkuat struktur beton yang telah ada,
sehingga secara struktural direncanakan mampu menahan beban rencana
sampai kekuatan yang diinginkan.
3) Grouting
metode yang digunakan untuk memperbaiki beton keropos dengan tulangan
yang terekspose.
16
4) Patching metode ini dilakukan dengan cara membersihkan debu dan
kotoran – kotoran pada daerah retak, selanjutnya menambalnya dengan
menggunakan sikagrout 215.
5) Pengecatan
Bersihkan permukaannya agar produk korosi hilang dari permukaan
material. Setelah itu proteksi baja tulangan dengan cat, proteksi dengan
cat bisa menekan biaya yang diperlukan untuk memproteksi baja
tulangan.
17
kemudian permukaan baja tulangan yang berkarat digosok hingga bersih
dari karatan.
8) Menggunakan amplas
Penggunaan metode ini biasanya setelah dilakukan pembersihan
dengan metode
lainnya ternyata masih tersisa karatan yang melekat pada permukaan baja
tulangan Jika baja tulangan telah digunakan pada struktur bangunan
tanpa diproteksi terlebih dahulu, dapat dilakukan tindakan pengamanan
dengan cara melapisi permukaan bangunan dengan cat. Jika permukaan
bangunan itu tidak kontak langsung dengan cuaca dapat dicat dengan cat
tembok, tetapi jika permukaan bangunan itu akan kontak langsung
dengan cuaca maka harus dilapisi dengan cat yang tahan dengan cuaca
(weather shield) Hal yang tak kalah penting adalah monitoring secara
teratur agar diketahui jika ada sesuatu yang tidak normal dengan
bangunan. Hal ini tidak hanya berfungsi untuk mengontrol resiko yang
terjadi, tetapi juga hal-hal lain yang dianggap perlu untuk merawat
bangunan.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan dalam makalah ini
diantaranyaadalah sebagai berikut:
1. Korosi pada beton bertulang adalah hasil dari penetrasi klorida yang masuk
pada beton maupun pada tulangan akibat terbukanya atau retak yang terjadi
pada beton bertulang.
a. Karbonasi
b. Tekanan aliran arus lisrik
c. Terkontaminasi senyawa korosif (misalnya klorida
d. Air dan kelembaban udara
e. Elektrolit (asam dan garam)
4. Pencegahan dan Perbaikan dari terjadinya korosi pada beton bertulang yaitu:
• Pencegahan:
a. Pemakaian bahan-bahan yang bermutu baik.
b. Memilih bahan – bahan penyusun beton dan merencanakan campuran
beton yang tepat.
c. Mempertebal selimut beton.
d. Dll.
• Perbaikan:
a. Chipping and concreting
b. Strengthening
c. Grouting
d. Dll.
19
Daftar Pustaka
Agus Hernandar. (2008, December 16). Agus Hernandar Weblog; Agus Hernandar
Weblog. https://aguzher.wordpress.com/2008/12/16/korosi-pada-beton-
bertulang/
Arief Subakti Ariyanto. (2022). Korosi pada Baja Tulangan dan Pencegahannya
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/3343-Article%20Text-6443-2-10-
20220317%20(1).pdf
Arvianto Eko Nugroho. (2022, July 15). Korosi Pada Beton Bertulang - Artikel.
Tunas-Engineering.co.id. https://tunas-engineering.co.id/web/article/korosi-
pada-beton-bertulang.html
ulang_jembatan_akibat_lingkungan_korosif.pdf
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/garuda1325241.pdf
bertulang/#:~:text=Korosi%20pada%20beton%20bertulang%20terjadi,raya%2
C%20dan%20berbagai%20faktor%20lainnya
20