COMPETITION 2018
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
i
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... v
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 3
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 3
1.2. Perumusan Masalah .................................................................. 3
1.3. Tujuan ....................................................................................... 4
1.4. Manfaat ..................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
2.1. Beton......................................................................................... 5
2.2. Beton Mutu Tinggi ................................................................... 6
2.3. Agregat ..................................................................................... 6
2.4. Semen Portland ......................................................................... 7
2.5. Air ............................................................................................. 8
2.6. Limbah Fly Ash ........................................................................ 8
2.7. Limbah Abu Pembakaran Tulang Ikan..................................... 13
2.8. Limbah Beton ........................................................................... 14
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 15
3.1. Data Uji Material yang Digunakan........................................... 15
3.2. Inovasi Bahan Tambah ............................................................. 19
3.3. Perhitungan Rancangan Bahan Susun Beton ........................... 20
3.4. RAB Pembuatan Beton............................................................. 30
3.5. Pengaplikasian Beton di Lapangan .......................................... 31
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 32
4.1. Kesimpulan ............................................................................... 32
4.2. Saran ......................................................................................... 32
iii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33
LAMPIRAN ..................................................................................................... 34
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GRAFIK
vi
PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL
AGREGAT, FLY ASH DAN ABU PEMBAKARAN TULANG IKAN
SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN
DALAM CAMPURAN BETON
Elkana Christopher Y.S. 1), Livia Puspitasari 2), Angelina Sri R.N. 3)
elkanayosafat@gmail.com
deboralivia0406@gmail.com
angelinasrn07@gmail.com
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH., Tembalang, Semarang 50239
Telp.: (024) 7460012, Fax.: (024) 7460013
ABSTRAK
Dewasa ini, pembangunan dalam bidang konstruksi menunjukkan
perkembangan yang sangat pesat. Hal tersebut membuat permintaan produksi
bahan bangunan, khususnya beton semakin meningkat, maka kebutuhan semen
juga mengalami peningkatan. Kebutuhan permintaan semen yang tinggi tidak
diimbangi dengan adanya produksi semen. Oleh karena itu, diperlukan adanya
inovasi – inovasi sebagai bahan pengganti semen dalam pembuatan campuran
beton. Dalam penelitian ini, direncanakan beton menggunakan metode SNI
dengan kuat tekan 50 Mpa dengan bahan tambahan berupa limbah ampas batubara
(fly ash) dan limbah abu pembakaran tulang ikan. Komposisi fly ash dan abu
pembakaran tulang ikan pada campuran beton digunakan 25% dan 10% dari berat
semen seluruhnya. Selanjutnya, sampel uji beton akan diuji dalam waktu 28 hari.
Fly ash dan abu pembakaran tulang ikan berfungsi sebagai bahan tambahan
pengganti semen karena memiliki kandungan oksida, apabila bereaksi dengan
kalsium hidroksida maka bahan tambahan tersebut memiliki kemampuan
mengikat seperti semen. Di sisi lain, digunakan juga pengganti agregat berupa
limbah beton. Penggunaan limbah beton tersebut digunakan untuk mengisi
kekosongan gradasi sehingga diperoleh agregat yang memenuhi syarat teknis.
Ditinjau dari segi ekonomi, bahan-bahan tersebut dapat mengurangi anggaran
biaya material yang akan digunakan. Sedangkan dari segi lingkungan, penggunaan
1
limbah ampas batu bara, ampas tulang ikan, dan limbah beton bertujuan untuk
mengurangi jumlah limbah yang ada serta menciptakan beton yang ramah
lingkungan.
Kata Kunci : Ampas Batubara, Ampas Tulang Ikan, Beton, Limbah Beton
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.3. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan
proposal ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui material yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti
pemakaian semen dalam pembuatan beton.
2. Mengetahui kelebihan penggunaan fly ash dan abu pembakaran tulang
ikan dalam pembuatan beton.
3. Mengetahui besar kadar atau persentase dari fly ash dan abu
pembakaran tulang ikan dalam pembuatan beton.
4. Mengetahui besar perbedaan biaya yang dihasilkan dari pembuatan
beton dengan atau tanpa fly ash dan abu pembakaran tulang ikan.
1.4. Manfaat
Manfaat penulisan proposal ini adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi limbah tulang ikan dan limbah beton dengan cara
memanfaatkannya sebagai bahan pengganti parsial dari semen dan
pasir.
2. Meningkatkan nilai ekonomi dari abu pembakaran tulang ikan dan
limbah beton.
3. Mengurangi penggunaan semen dalam pembuatan beton.
4. Meningkatan nilai kuat tekan beton.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beton
Menurut Pedoman Beton 1989, beton didefinisikan sebagai
campuran semen portland atau sembarang semen hidrolik yang lain,
agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa menggunakan
bahan tambahan. Campuran semen dengan air disebut pasta semen yang
berfungsi sebagai perekat sedangkan agregat halus (pasir atau abu batu)
dan agregat kasar ( kerikil atau batu pecah ) berfungsi sebagai pengisi. Bila
pembuatan beton dilakukan dengan baik maka setiap agregat akan terlapisi
oleh pasta semen dan agregat akan menempati (60-75)% dari volume total
sehingga seleksi bahan ini merupakan hal yang penting (Hendro Suseno,
2010).
Pembangunan suatu konstruksi tidak dapat dipisahkan dari
penggunaan beton. Untuk gedung misalnya, beton digunakan sebagai
struktur pondasi, balok, kolom, dan plat lantai. Selain itu untuk bangunan
air beton juga sering digunakan sebagai saluran drainase, gorong-gorong,
bendungan, dan bendung. Hal ini disebabkan oleh kelebihan beton yang
mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Selain itu beton juga
memiliki kekuatan mumpuni, tahan terhadap temperatur yang tinggi, tahan
terhadap pengkaratan dan pembusukan sehingga membutuhkan biaya
pemeliharaan yang murah.
Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil
modifikasi, seperti beton ringan, beton semprot, beton fiber, beton
berkekuatan tinggi (eng: high strength concrete), beton mampat
sendiri (eng: self compacted concrete) dll.
5
2.2. Beton Mutu Tinggi
Beton mutu tinggi atau high strength concrete merupakan sebuah
tipe beton performa tinggi yang secara umum memiliki kuat tekan 6000
psi (40 MPa) atau lebih. Menurut PD T-04-2004-C tentang Tata Cara
Pembuatan dan Pelaksanaan Beton Berkekuatan Tinggi, yang tergolong
beton bermutu tinggi adalah yang memiliki kuat tekan antara 40 – 80 MPa.
Mengapa kita membutuhkan high strength concrete? Beberapa alasan
yang dapat disajikan antara lain:
Untuk membangun bangunan-bangunan tinggi dengan mereduksi
ukuran kolom dan meningkatkan luasan ruang yang tersedia.
Untuk membangun struktur bagian atas dari jembatan-jembatan bentang
panjang dan untuk mengembangkan durabilitas lantai-lantai jembatan.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus dari aplikasi-aplikasi
tertentu seperti durabilitas, modulus elastisitas dan kekuatan lentur.
Beberapa dari aplikasi ini termasuk dam, atap-atap tribun, pondasi-
pondasi pelabuhan, garasi-garasi parkir, dan lantai-lantai heavy
duty pada area industri.
2.3. Agregat
Pada high strength concrete, agregat memainkan peranan yang
penting dalam stabilitas isi, kekuatan, dan kekakuan beton. Agregat harus
keras dan kuat, bersih dari kotoran dan lumpur serta stabil secara kimiawi.
Artinya agregat tersebut tidak akan beraksi dengan salah satu komponen
semen maupun air, dan tidak berubah wujud sebagai fungsi waktu.
Berdasarkan hasil dari studi eksperimental, Aitcin dan Mehta
menyatakan bahwa semakin tinggi kekuatan yang ingin dicapai, maka
semakin kecil ukuran agregat kasarnya. Nilai kuat tekan sampai dengan 70
MPa dapat diproduksi dengan agregat kasar kualitas bagus dengan ukuran
maksimum 20 mm – 25 mm sementara ntuk menghasilkan nilai kuat tekan
100 MPa, maka ukuran maksimum agregat kasar yang harus digunakan
adalah 14 mm – 20 mm. Lebih lanjut, beton-beton komersial dengan nilai
kuat tekan lebih dari 125 MPa telah diproduksi menggunakan ukuran
6
agregat maksimum 10 mm – 14 mm. Lebih lanjut, hasil penelitian Larrad
(1990) menyebutkan bahwa butiran maksimum yang memberikan arti nyata
untuk membuat beton mutu tinggi tidak boleh lebih dari 15 mm. Namun
demikian pemakaian butiran agregat sampai dengan 25 mm masih
memungkinkan di perolehnya beton mutu tinggi dalam proses produksinya.
Di sisi lain, Aitcin merekomendasikan penggunaan agregat halus
dengan modulus kehalusan yang tinggi (kira-kira 3,0) untuk beberapa alasan
berikut ini :
Campuran high strength concrete sudah memiliki partikel-partikel kecil
semen dan pozzolan dalam jumlah yang banyak, dengan demikian
kehadiran partikel yang sangat kecil pada agregat yang halus tidak
diperlukan untuk mengembangkan workability.
Penggunaan agregat yang lebih kasar akan memerlukan air yang lebih
sedikit untuk memperoleh workability yang sama, dan
Selama proses pencampuran, partikel-partikel yang lebih kasar akan
menghasilkan tegangan geseran yang lebih besar yang membantu untuk
menghindari penggumpalan partikel-partikel semen.
7
Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah
agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan
dengan agregat kasar akan campuran menjadi beton segar yang setelah
mengerasakan menjadi beton keras (concrete) (Mulyono: 2003).
Yang umum digunakan untuk membuat beton adalah semen portland
tipe I (PPI). Semen jenis ini dipakai untuk bangunan-bangunan yang tidak
memerlukan persyaratan khusus, seperti panas dan atau waktu hidrasi serta
kondisi lingkungan agresif [SNI 15-2049-2004].
2.5. Air
Air didalam adukan beton mempunyai dua fungsi. Pertama sebagai
komponen reagen terhadap reaksi kimia yang disebut hidrasi semen.
Jumlah air yang tepat sehingga seluruh molekul semen dapat bereaksi
dengan sempurna, disebut konsistensi normal semen. Apabila air yang
tersedia lebih sedikit, maka tidak semua komponen semen dapat bereaksi,
dan proses hidrasi menjadi tidak sempurna.
Kedua sebagai komponen kelacakan adukan. Kelacakan adalah nilai
kekentalan adukan, semakin rendah FAS, makin rendah pula kelacakan
adukan karena adukan semakin kental. Kelacakan rendah mengakibatkan
sulitnya pencampuran dan pemadatan. Sebaliknya semakin tinggi FAS,
semakin banyak air bebas dalam beton, air bebas adalah air yang tidak
digunakan dalam proses hidrasi.
8
1. Kelas C
Fly ash yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilkan dari
pembakaranlignite atau sub-bitumen batubara (batubara muda).
a. Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) >50%.
2. Kelas F
Fly ash yang mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dihasilkan
dari pembakaran anthracite atau bitumen batubara.
a. Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70%.
3. Kelas N
Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan
antara lain tanah diatomic, opaline chertz, shales, tuff dan abu vulkanik,
yang mana biasa diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses
pembakaran. Selain itu juga mempunyai sifat pozzolan yang baik.
9
2. Komposisi
Unsur pokok abu terbang adalah silika dioksida SiO2 (30% - 60%),
aluminium oksida Al2O3 (15% - 30%), karbon dalam bentuk batu bara
yang tidak terbakar (bervariasi hingga 30%), kalsium oksida CaO (1%
- 7%) dan sejumlah kecil magnesium oksida MgO dan sulfur trioksida
SO3.
3. Sifat Pozzolan
Sifat pozzolan adalah sifat bahan yang dalam keadaan halus dapat
bereaksi dengan kapur padam aktif dan air pada suhu kamar (24°C -
27°C) membentuk senyawa yang padat tidak larut dalam air. Abu
terbang mempunyai sifat pozzolan seperti pada pozzolan alam,
mempunyai waktu pengerasan yang lambat. Hal ini dapat diketahui
dari daya ikat yang dihasilkan apabila dicampur dengan kapur.
Kehalusan butiran abu terbang mempunyai pengaruh pada sifat
pozzolan, makin halus makin baik sifat pozzolannya.
4. Kepadatan (Density)
Kepadatan abu terbang bervariasi, tergantung pada besar butir dan
hilang pijarnya. Biasanya berkisar antara 2,43 gr/cc sampai 3 gr/cc.
Luas permukaan spesifik rata-rata 225 m2/kg - 300 m2/kg. Ukuran
butiran yang kecil kadang- kadang terselip dalam butiran yang besar
yang mempunyai fraksi lebih besar dari 300μm.
5. Hilang pijar
Hilang pijar menentukan sifat pozzolan abu terbang. Apabila hilang
pijar 10%- 20% berarti kadar oksida kurang, sehingga daya ikatnya
kurang, yang berarti sifat pozzolannya kurang. (Sumber : Suarnita,
2011)
10
6. Persyaratan kimia dan fisik abu terbang dapat di lihat pada tabel 2.1.
dan 2.2.
11
Tabel 2.2. Persyaratan Fisik Abu Terbang (Lanjutan)
No. Uraian Kadar (%)
6 Pertambahan penyusutan karena pengeringan (pada 0,03
umur 28 hari maksimum, %)
7 Reaktifitas dengan alkali semen : Pengembangan 0,02
Sumber: SNI 03-2460-1991
B. Kelemahan
12
2.7. Limbah Abu Pembakaran Tulang Ikan
Limbah tulang hewan pada umumnya hanya dimanfaatkan sebagai
bahan kerajinan, lem, dan dan bahan makanan. Namun pemanfaatan
limbah tulang tersebut tidak menyerap limbah tulang secara menyeluruh.
Selain itu dalam pembuatan beton memerlukan material semen yang
peranannya dalam beton sangat dominan. Di sisi lain penggunaan semen
telah menyumbang emisi CO2, karena dalam proses pembakaran batu
kapur sebagai bahan dasar semen akan menghasilkan CO2 yang lepas ke
atmosfer. Hal ini akan memperparah pemanasan global. Oleh karena itu
diperlukan material lain yang ramah lingkungan salah satunya tulang
hewan.
Proses pembakaran limbah tulang ikan dilakukan menggunakan
Furnace dengan suhu pembakaran sebesar 800°C selama empat jam. Tahap
selanjutnya, limbah tulang yang telah dibakar kemudian dihancurkan
sampai ukuran butiran partikelnya lolos ayakan nomor 100. Dari sini
limbah tulang yang telah dihaluskan dilakukan analisa XRF yang
didapatkan hasil mengenai komposisi tulang. dimana sekitar 78,86%
kandungan tulang terdiri dari oksida Kalsium Oksida (CaO), dan sekitar
20,2% nya adalah Oksida Posfat ( P2O5 ). Dari sini dapat diambil hipotesa
bahwa tulang memiliki potensi jika digunakan dalam struktur beton
mengingat kandungan CaO yang besar pada tulang. CaO sendiri komposisi
terbesar dalam semen.
Lebih lanjut, jaringan utama dari tulang, jaringan osseus, relatif
keras dan ringan, dibentuk sebagian besar dari Kalsium Fosfat dalam
susunan kimia disebut Kalsium Hydroxylapatite (ini adalah jaringan
ossesus yang memberikan sifat kaku pada tulang). Jaringan ini memiliki
kuat tekan yang relatif tinggi, yaitu dari sekitar 170 Mpa (1800 kgf/cm 2),
tetapi memiliki kekuatan tarik yang rendah dari 104 Mpa sampai 121 Mpa
dan kekuatan lentur yang sangat rendah (51,6 Mpa).
13
2.8. Limbah Beton
Saat ini beton menjadi salah satu material yang paling banyak
digunakan dalam konstruksi. Namun konstruksi beton seperti gedung,
jalan, trotoar, dan jembatan bisa mengalami kegagalan yang menyebabkan
bangunan tersebut terpaksa dihancurkan karena tua atau perlu
perombakan. Saat itulah beton berubah menjadi limbah padat yang harus
dibuang.
Penelitian menunjukkan bahwa limbah beton dapat didaur ulang
sehingga menghasilkan agregat halus (pasir atau partikel kurang dari 5
mm) atau agregat kasar (kerikil atau batu pecah berukuran lebih dari 5
mm). Tentu saja agregat hasil proses daur ulang memiliki kualitas maupun
sifat-sifat kimia dan fisik yang berbeda dari agregat alami. Hal ini wajar
karena pada pembuatan campuran dengan limbah beton, agregat telah
bercampur dengan media pengikat (semen) serta mengalami reaksi hidrasi
oleh penambahan air. Namun jika karakteristik limbah beton sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan untuk campuran agregat beton,
maka limbah beton tersebut dapat dimanfaatkan untuk bahan substitusi
parsial dari agregat beton. Di sisi lain, penggunaan limbah beton juga
dapat menghemat biaya sekaligus mendukung pelestarian lingkungan.
14
BAB III
PEMBAHASAN
15
Lubang Sisa ayakan (gram) Sisa Jumlah sisa Jumlah yang Syarat
Ayakan Perc. I Perc. II Jumlah ayakan (%) ayakan (%) melalui ayakan ASTM
0 0,12 - 0,12 0,03 100 0,00
Jumlah 423,34 - 423,34 100 313,08
70
60
Batas atas
50
40 Batas Bawah
30 Hasil Ayakan
20
10
0
0,075 0,15 0,3 0,6 1,18 2,36 4,75
Diameter Saringan
16
𝐴
Berat jenis curah = = 1,7975
𝑉−𝑊
500
Berat jenis SSD = = 2,123
𝑉−𝑊
𝐴
Berat jenis semu = = 2,6649
(𝑉−𝑊)−(500−𝐴)
500−𝐴
Penyerapan = × 100 % = 18,1084 %
𝐴
𝑋−𝐴
Kadar air = × 100 % = 15,42 %
𝑋
2. Agregat Kasar
Bahan : Kerikil
Asal dari : Kokap
Pengirim : CED
Untuk : Lomba
Diterima tanggal : 8 November 2017 Jumlah : ± 980,57 kg
Keadaan : Kering
Diperiksa tanggal : 24 November 2017
17
Lubang Sisa ayakan (gram) Sisa Jumlah sisa Jumlah yang Syarat
Ayakan Perc. I Perc. II Jumlah ayakan (%) ayakan (%) melalui ayakan ASTM
0,6 0,00 - 0,00 0,00 0,00 0,00 0
0,3 0,00 - 0,00 0,00 0,00 0,00 0
0,15 0,00 - 0,00 0,00 0,00 0,00 0
0,075 0,00 - 0,00 0,00 0,00 0,00 0
0 0,00 - 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 980,57 - 980,57 100 85,15
70
60
Batas atas
50
40 Batas Bawah
30 Hasil Ayakan
20
10
0
4,75 9,5 12,5 19
Diameter Saringan
𝐴
Berat jenis curah = = 2,3895
𝐵−𝐶
18
𝐵
Berat jenis SSD = = 2,4624
𝐵−𝐶
𝐴
Berat jenis semu = 𝐴−𝐶 = 2,5772
𝐵−𝐴
Penyerapan = × 100 % = 3,04833 %
𝐴
𝐷−𝐴
Kadar air = × 100 % = 0,0765 %
𝐷
19
Kedua bahan tersebut, fly ash dan limbah tulang ikan digunakan
sebagai filler dalam campuran beton. Fly ash dan limbah tulang ikan
berfungsi sebagai fine aggregates dengan proporsi fly ash sebesar 25% dari
berat semen (kg) dan limbah tulang ikan sebesar 10% dari berat semen (kg).
20
Tabel 3.3. Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Berbagai
Jenis Pekerjaan Beton
21
9. Pemakaian beton untuk pelat, balok, kolom, dan dinding
Nilai slump 75 – 150 mm
Pengerasan jalan 75 50
Pembetonan massal 75 25
22
2. Persentase Agregat Gabungan
Diketahui hasil analisa agregat halus seperti tabel di bawah.
Tabel 3.5. Hasil Analisa Agregat
PASIR BATU PECAH
Ukuran
% Kumulatif
Ayakan (mm) % Kumulatif % Lolos % Lolos
Tertahan
Tertahan
50 0,00 100,00 0,00 100,00
37,5 0,00 100,00 0,00 100,00
25 0,00 100,00 0,00 100,00
19 0,00 100,00 4,96 95,04
12,5 0,00 100,00 80,19 19,81
9,6 0,00 100,00 100,00 0,00
4,75 0,00 100,00 0,00 0,00
2,36 0,00 100,00 0,00 0,00
1,18 0,00 100,00 0,00 0,00
0,6 31,68 68,32 0,00 0,00
0,3 82,48 17,52 0,00 0,00
0,15 98,95 1,05 0,00 0,00
0,075 99,97 0,03 0,00 0,00
0 100,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 313,08 185,15
100𝑥 (100−𝑥)
45 = + ∗0
100 100
4500 = 100𝑥
4500
x = = 45 %
100
68,32𝑥 (100−𝑥)
16 = + ∗0
100 100
1600 = 68,32𝑥
1600
x = = 23,42 %
68,32
23
45+23,42
xrata = = 34,21 %
2
3. Nilai FAS
Berdasarkan Tabel 5 dan Grafik 1 diperoleh FAS = 0,357, sedangkan
berdasarkan Tabel 1 diperoleh FAS maksimal = 0,6, maka dipilih nilai
FAS terkecil yaitu 0,357 seperti yang tertera sebagai berikut.
Alami 17 23 33 40
Silinder
Batu Pecah 19 27 37 45
I,II,V
Alami 20 28 40 48
Kubus
Batu Pecah 23 32 45 54
Alami 21 28 38 44
Silinder
Batu Pecah 25 33 44 48
III
Alami 25 31 46 53
Kubus
Batu Pecah 30 40 53 60
24
65,1
45
0,357
25
Tabel 3.7. Perkiraan Kebutuhan Air per m3 Beton (Liter)
Karena agregat yang dipakai adalah pasir alam dan batu pecah, maka
jumlah air pengaduk dapat diperkirakan sebagai berikut :
Air pengaduk = 2/3 * 195 + 1/3 * 225
= 205 liter
Sehingga kadar semen yang dipakai adalah
Kadar semen = 205 / 0,357
= 574,806 kg/m3
Kadar semen tersebut sudah sesuai dengan kadar semen minimum 275
kg/m3
26
2218,75
205
Grafik 3.4. Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran, dan Berat
Isi Beton
= 246,365 kg
2,688
Pasir alam = 492,260 – ( 100 ∗ 492,260)
= 479,026 kg
27
2,972
Batu pecah = 946,683 – ( 100 ∗ 946,683)
= 918,553 kg
= 0,0053 m3
Nilai safety factor digunakan sebesar 1,2.
Limbah beton 50 %
Fly ash 25 %
Tulang ikan 10 %
28
Maka kebutuhan material beton ramah lingkungan adalah :
Fly ash = 25% x berat semen
= 25% x 3,658 = 0,915 kg
Tulang ikan = 10% x berat semen
= 10% x 3,658 = 0,366 kg
Semen Portland = 3,658 – 0,915 – 0,366 = 2,378 kg
Limbah beton = 50% x berat pasir
= 50% x 3,049 = 1,5245 kg
Pasir alam = 3,049 – 1,0245 = 1,5245 kg
Batu pecah = 5,846 kg
Air pengaduk = 1,568 kg
29
3.4. RAB Pembuatan Beton
Untuk mengetahui nilai ekonomis pada beton ini, maka perlu
dilakukan perincian anggaran dana. Berikut rincian anggaran dana dari
campuran beton yang akan dibuat.
30
Tabel 3.12. RAB untuk 1 Silinder dengan Menggunakan Bahan Tambahan
Material Berat (kg) Harga/kg Harga
Agregat Halus 1,525 Rp 77,50 Rp 118,14
Agregat Kasar 5,846 Rp 100,00 Rp 584,59
Semen 2,378 Rp 1.062,50 Rp 2526,47
Limbah Beton 1,525 - -
Fly Ash 0,915 Rp 425,00 Rp 388,69
Limbah Tulang
0,366 - -
Ikan
TOTAL Rp 3.617,88
31
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari perhitungan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa penambahan limbah fly ash dan limbah tulang ikan dapat
mengurangi penggunaan semen sebesar 201,182 kg. Sedangkan jika ditinjau
dari segi ekonomi, penggunaan fly ash dan abu pembakaran tulang ikan
dapat mengurangi anggaran dana sebesar Rp 171.245,19. Sehingga beton ini
cocok sekali apabila digunakan di lapangan, selain hemat biaya juga dapat
mengurangi jumlah limbah fly ash dan limbah tulang ikan di lingkungan
sekitar.
4.2. Saran
Penggunaan fly ash dan abu pembakaran tulang ikan memiliki potensi
yang sangat baik dalam menghemat penggunaan semen. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar optimum
penggunaan fly ash dan abu pembakaran tulang ikan untuk memperoleh
kuat tekan beton yang tinggi.
Selain itu disarankan, untuk memperoleh kuat tekan beton lebih
tinggi, dapat menggunakan abu pembakaran tulang ikan dengan diameter
butirnya lebih halus atau lebih kecil daripada fly ash.
32
DAFTAR PUSTAKA
Brook, K.M. dan Murdock, L.J. 1979. Bahan dan Praktik Beton. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Larrad, De. 1990. A Method For Proportioning High Strength Concrete. Cement
Concrete and Agregate. Vol.12 No.2. PP.47-52.
SNI 03 – 2460 – 1991 Spesifikasi Abu Terbang Sebagai Bahan Tambahan Untuk
Campuran Beton. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
SNI 03 – 2834 – 1993 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
Suseno, Hendro. 2010. Bahan Bangunan untuk Teknik Sipil. Malang : Bargie
Media.
33
LAMPIRAN
34
35
36
37