Anda di halaman 1dari 43

INNOVATION OF HIGH STRENGTH GREEN CONCRETE

COMPETITION 2018

PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL


AGREGAT, FLY ASH DAN ABU PEMBAKARAN TULANG IKAN
SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DALAM CAMPURAN BETON

NAMA ANGGOTA CIRCLE TRENGGINAS :


1. ELKANA CHRISTOPHER Y.S. 21010115140152
2. LIVIA PUSPITASARI 21010115140155
3. ANGELINA SRI R.N. 21010115140206

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... v
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 3
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 3
1.2. Perumusan Masalah .................................................................. 3
1.3. Tujuan ....................................................................................... 4
1.4. Manfaat ..................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
2.1. Beton......................................................................................... 5
2.2. Beton Mutu Tinggi ................................................................... 6
2.3. Agregat ..................................................................................... 6
2.4. Semen Portland ......................................................................... 7
2.5. Air ............................................................................................. 8
2.6. Limbah Fly Ash ........................................................................ 8
2.7. Limbah Abu Pembakaran Tulang Ikan..................................... 13
2.8. Limbah Beton ........................................................................... 14
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 15
3.1. Data Uji Material yang Digunakan........................................... 15
3.2. Inovasi Bahan Tambah ............................................................. 19
3.3. Perhitungan Rancangan Bahan Susun Beton ........................... 20
3.4. RAB Pembuatan Beton............................................................. 30
3.5. Pengaplikasian Beton di Lapangan .......................................... 31
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 32
4.1. Kesimpulan ............................................................................... 32
4.2. Saran ......................................................................................... 32

iii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33
LAMPIRAN ..................................................................................................... 34

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Persyaratan Kimia Abu Terbang .................................................. 11


Tabel 2.2. Persyaratan Fisik Abu Terbang ..................................................... 11
Tabel 3.1. Analisa Ayakan Agregat Halus ..................................................... 15
Tabel 3.2. Analisa Ayakan Agregat Kasar ..................................................... 17
Tabel 3.3. Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk
Berbagai Jenis Pekerjaan Beton .................................................... 21
Tabel 3.4. Penetapan Nilai Slump .................................................................. 22
Tabel 3.5. Hasil Analisa Agregat ................................................................... 23
Tabel 3.6. Perkiraan Kuat Tekan Beton dengan FAS 0,50 ............................ 24
Tabel 3.7. Perkiraan Kebutuhan Air Per m3 Beton (Liter) ............................. 26
Tabel 3.8. Persentase Kebutuhan Bahan Tambahan ...................................... 28
Tabel 3.9. RAB untuk 1 m3 Tanpa Menggunakan Bahan Tambahan ........... 30
Tabel 3.10. RAB untuk 1 m3 Dengan Menggunakan Bahan Tambahan ......... 30
Tabel 3.11. RAB untuk 1 Silinder Tanpa Menggunakan Bahan Tambahan .... 30
Tabel 3.12. RAB untuk 1 Silinder Dengan Menggunakan Bahan Tambahan . 31

v
DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1. Analisa Saringan Agregat Halus ................................................... 16


Grafik 3.2. Analisa Saringan Agregat Kasar .................................................... 18
Grafik 3.3. Perkiraan Kuat Tekan Beton dengan FAS 0,50 ............................. 25
Grafik 3.4. Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran, dan
Berat Isi Beton ............................................................................... 26

vi
PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL
AGREGAT, FLY ASH DAN ABU PEMBAKARAN TULANG IKAN
SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN
DALAM CAMPURAN BETON
Elkana Christopher Y.S. 1), Livia Puspitasari 2), Angelina Sri R.N. 3)
elkanayosafat@gmail.com
deboralivia0406@gmail.com
angelinasrn07@gmail.com
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH., Tembalang, Semarang 50239
Telp.: (024) 7460012, Fax.: (024) 7460013

ABSTRAK
Dewasa ini, pembangunan dalam bidang konstruksi menunjukkan
perkembangan yang sangat pesat. Hal tersebut membuat permintaan produksi
bahan bangunan, khususnya beton semakin meningkat, maka kebutuhan semen
juga mengalami peningkatan. Kebutuhan permintaan semen yang tinggi tidak
diimbangi dengan adanya produksi semen. Oleh karena itu, diperlukan adanya
inovasi – inovasi sebagai bahan pengganti semen dalam pembuatan campuran
beton. Dalam penelitian ini, direncanakan beton menggunakan metode SNI
dengan kuat tekan 50 Mpa dengan bahan tambahan berupa limbah ampas batubara
(fly ash) dan limbah abu pembakaran tulang ikan. Komposisi fly ash dan abu
pembakaran tulang ikan pada campuran beton digunakan 25% dan 10% dari berat
semen seluruhnya. Selanjutnya, sampel uji beton akan diuji dalam waktu 28 hari.
Fly ash dan abu pembakaran tulang ikan berfungsi sebagai bahan tambahan
pengganti semen karena memiliki kandungan oksida, apabila bereaksi dengan
kalsium hidroksida maka bahan tambahan tersebut memiliki kemampuan
mengikat seperti semen. Di sisi lain, digunakan juga pengganti agregat berupa
limbah beton. Penggunaan limbah beton tersebut digunakan untuk mengisi
kekosongan gradasi sehingga diperoleh agregat yang memenuhi syarat teknis.
Ditinjau dari segi ekonomi, bahan-bahan tersebut dapat mengurangi anggaran
biaya material yang akan digunakan. Sedangkan dari segi lingkungan, penggunaan

1
limbah ampas batu bara, ampas tulang ikan, dan limbah beton bertujuan untuk
mengurangi jumlah limbah yang ada serta menciptakan beton yang ramah
lingkungan.

Kata Kunci : Ampas Batubara, Ampas Tulang Ikan, Beton, Limbah Beton

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pada masa sekarang, pembangunan di Indonesia semakin meningkat
pesat. Kebutuhan masyarakat akan konstruksi yang kokoh, ekonomis, dan
ramah lingkungan sangat dibutuhkan. Untuk itu, dilakukan inovasi-inovasi,
salah satunya dalam bidang konstruksi dilakukan inovasi beton. Inovasi
beton sendiri dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan semen dengan
memanfaatkan limbah-liimbah yang dapat menggantikan fungsi dari semen
tersebut. Salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai inovasi
pembuatan beton yaitu limbah ampas batu bara dan pembakaran tulang ikan.
Limbah ampas batu bara ini memiliki sifat seperti fly ash, yaitu ringan dan
berukuran kecil sehingga dapat mengisi rongga – rongga dalam beton dan
tentunya meningkatkan nilai dari kuat tekan beton itu sendiri. Begitu pun
dengan abu pembakaran tulang ikan. Selain itu, dengan adanya pemanfaatan
limbah ampas batu bara dan tulang ikan ini, dapat meminimalkan biaya
produksi.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
proposal ini adalah sebagai berikut :
1. Apa material yang digunakan sebagai bahan pengganti pemakaian
semen dalam pembuatan beton?
2. Apa kelebihan penggunaan fly ash dan abu pembakaran tulang ikan
dalam pembuatan beton?
3. Berapa besar kadar atau persentase dari fly ash dan abu pembakaran
tulang ikan dalam pembuatan beton?
4. Berapa besar perbedaan biaya yang dihasilkan dari pembuatan beton
dengan atau tanpa fly ash dan abu pembakaran tulang ikan?

3
1.3. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan
proposal ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui material yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti
pemakaian semen dalam pembuatan beton.
2. Mengetahui kelebihan penggunaan fly ash dan abu pembakaran tulang
ikan dalam pembuatan beton.
3. Mengetahui besar kadar atau persentase dari fly ash dan abu
pembakaran tulang ikan dalam pembuatan beton.
4. Mengetahui besar perbedaan biaya yang dihasilkan dari pembuatan
beton dengan atau tanpa fly ash dan abu pembakaran tulang ikan.

1.4. Manfaat
Manfaat penulisan proposal ini adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi limbah tulang ikan dan limbah beton dengan cara
memanfaatkannya sebagai bahan pengganti parsial dari semen dan
pasir.
2. Meningkatkan nilai ekonomi dari abu pembakaran tulang ikan dan
limbah beton.
3. Mengurangi penggunaan semen dalam pembuatan beton.
4. Meningkatan nilai kuat tekan beton.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beton
Menurut Pedoman Beton 1989, beton didefinisikan sebagai
campuran semen portland atau sembarang semen hidrolik yang lain,
agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa menggunakan
bahan tambahan. Campuran semen dengan air disebut pasta semen yang
berfungsi sebagai perekat sedangkan agregat halus (pasir atau abu batu)
dan agregat kasar ( kerikil atau batu pecah ) berfungsi sebagai pengisi. Bila
pembuatan beton dilakukan dengan baik maka setiap agregat akan terlapisi
oleh pasta semen dan agregat akan menempati (60-75)% dari volume total
sehingga seleksi bahan ini merupakan hal yang penting (Hendro Suseno,
2010).
Pembangunan suatu konstruksi tidak dapat dipisahkan dari
penggunaan beton. Untuk gedung misalnya, beton digunakan sebagai
struktur pondasi, balok, kolom, dan plat lantai. Selain itu untuk bangunan
air beton juga sering digunakan sebagai saluran drainase, gorong-gorong,
bendungan, dan bendung. Hal ini disebabkan oleh kelebihan beton yang
mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Selain itu beton juga
memiliki kekuatan mumpuni, tahan terhadap temperatur yang tinggi, tahan
terhadap pengkaratan dan pembusukan sehingga membutuhkan biaya
pemeliharaan yang murah.
Dalam perkembangannya banyak ditemukan beton baru hasil
modifikasi, seperti beton ringan, beton semprot, beton fiber, beton
berkekuatan tinggi (eng: high strength concrete), beton mampat
sendiri (eng: self compacted concrete) dll.

5
2.2. Beton Mutu Tinggi
Beton mutu tinggi atau high strength concrete merupakan sebuah
tipe beton performa tinggi yang secara umum memiliki kuat tekan 6000
psi (40 MPa) atau lebih. Menurut PD T-04-2004-C tentang Tata Cara
Pembuatan dan Pelaksanaan Beton Berkekuatan Tinggi, yang tergolong
beton bermutu tinggi adalah yang memiliki kuat tekan antara 40 – 80 MPa.
Mengapa kita membutuhkan high strength concrete? Beberapa alasan
yang dapat disajikan antara lain:
 Untuk membangun bangunan-bangunan tinggi dengan mereduksi
ukuran kolom dan meningkatkan luasan ruang yang tersedia.
 Untuk membangun struktur bagian atas dari jembatan-jembatan bentang
panjang dan untuk mengembangkan durabilitas lantai-lantai jembatan.
 Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus dari aplikasi-aplikasi
tertentu seperti durabilitas, modulus elastisitas dan kekuatan lentur.
Beberapa dari aplikasi ini termasuk dam, atap-atap tribun, pondasi-
pondasi pelabuhan, garasi-garasi parkir, dan lantai-lantai heavy
duty pada area industri.

2.3. Agregat
Pada high strength concrete, agregat memainkan peranan yang
penting dalam stabilitas isi, kekuatan, dan kekakuan beton. Agregat harus
keras dan kuat, bersih dari kotoran dan lumpur serta stabil secara kimiawi.
Artinya agregat tersebut tidak akan beraksi dengan salah satu komponen
semen maupun air, dan tidak berubah wujud sebagai fungsi waktu.
Berdasarkan hasil dari studi eksperimental, Aitcin dan Mehta
menyatakan bahwa semakin tinggi kekuatan yang ingin dicapai, maka
semakin kecil ukuran agregat kasarnya. Nilai kuat tekan sampai dengan 70
MPa dapat diproduksi dengan agregat kasar kualitas bagus dengan ukuran
maksimum 20 mm – 25 mm sementara ntuk menghasilkan nilai kuat tekan
100 MPa, maka ukuran maksimum agregat kasar yang harus digunakan
adalah 14 mm – 20 mm. Lebih lanjut, beton-beton komersial dengan nilai
kuat tekan lebih dari 125 MPa telah diproduksi menggunakan ukuran

6
agregat maksimum 10 mm – 14 mm. Lebih lanjut, hasil penelitian Larrad
(1990) menyebutkan bahwa butiran maksimum yang memberikan arti nyata
untuk membuat beton mutu tinggi tidak boleh lebih dari 15 mm. Namun
demikian pemakaian butiran agregat sampai dengan 25 mm masih
memungkinkan di perolehnya beton mutu tinggi dalam proses produksinya.
Di sisi lain, Aitcin merekomendasikan penggunaan agregat halus
dengan modulus kehalusan yang tinggi (kira-kira 3,0) untuk beberapa alasan
berikut ini :
 Campuran high strength concrete sudah memiliki partikel-partikel kecil
semen dan pozzolan dalam jumlah yang banyak, dengan demikian
kehadiran partikel yang sangat kecil pada agregat yang halus tidak
diperlukan untuk mengembangkan workability.
 Penggunaan agregat yang lebih kasar akan memerlukan air yang lebih
sedikit untuk memperoleh workability yang sama, dan
 Selama proses pencampuran, partikel-partikel yang lebih kasar akan
menghasilkan tegangan geseran yang lebih besar yang membantu untuk
menghindari penggumpalan partikel-partikel semen.

2.4. Semen Portland


Secara garis besar, ada 4 (empat) senyawa kimia utama yang
menyusun semen portland, yaitu:
1. Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C3S.
2. Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C2S.
3. Trikalsium Aluminat (3CaO. Al2O3) yang di singkat menjadi C3A.
4.Tetrakalsium aluminoferrit (4CaO. Al2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi
C4AF.
Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang saling mengikat/mengunci
ketika menjadi klinker. Komposisi C3S dan C2S adalah 70%-80% dari berat
semen dan merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen
(Tjokrodimuldjo, 1992).

7
Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah
agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan
dengan agregat kasar akan campuran menjadi beton segar yang setelah
mengerasakan menjadi beton keras (concrete) (Mulyono: 2003).
Yang umum digunakan untuk membuat beton adalah semen portland
tipe I (PPI). Semen jenis ini dipakai untuk bangunan-bangunan yang tidak
memerlukan persyaratan khusus, seperti panas dan atau waktu hidrasi serta
kondisi lingkungan agresif [SNI 15-2049-2004].

2.5. Air
Air didalam adukan beton mempunyai dua fungsi. Pertama sebagai
komponen reagen terhadap reaksi kimia yang disebut hidrasi semen.
Jumlah air yang tepat sehingga seluruh molekul semen dapat bereaksi
dengan sempurna, disebut konsistensi normal semen. Apabila air yang
tersedia lebih sedikit, maka tidak semua komponen semen dapat bereaksi,
dan proses hidrasi menjadi tidak sempurna.
Kedua sebagai komponen kelacakan adukan. Kelacakan adalah nilai
kekentalan adukan, semakin rendah FAS, makin rendah pula kelacakan
adukan karena adukan semakin kental. Kelacakan rendah mengakibatkan
sulitnya pencampuran dan pemadatan. Sebaliknya semakin tinggi FAS,
semakin banyak air bebas dalam beton, air bebas adalah air yang tidak
digunakan dalam proses hidrasi.

2.6. Limbah Fly Ash


Abu terbang (fly ash) diperoleh dari hasil residu PLTU. Material ini
berupa butiran halus ringan, bundar, tidak porous, mempunyai kadar bahan
semen yang tinggi dan mempunyai sifat pozzolanik, yaitu dapat bereaksi
dengan kapur bebas yang dilepaskan semen saat proses hidrasi dan
membentuk senyawa yang bersifat mengikat pada temperatur normal
dengan adanya air. Fly ash dapat dibedakan menjadi 3 jenis (ACI Manual
of Concrete Practice 1993 Part 1 226.3R-3), yaitu :

8
1. Kelas C
Fly ash yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilkan dari
pembakaranlignite atau sub-bitumen batubara (batubara muda).
a. Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) >50%.

b. Kadar CaO mencapai 10%.


Dalam campuran beton digunakan sebanyak 15% - 35% dari berat
binder.

2. Kelas F
Fly ash yang mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dihasilkan
dari pembakaran anthracite atau bitumen batubara.
a. Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70%.

b. Kadar CaO < 5%.


Dalam campuran beton digunakan sebanyak 15% - 25% dari berat
binder.

3. Kelas N
Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan
antara lain tanah diatomic, opaline chertz, shales, tuff dan abu vulkanik,
yang mana biasa diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses
pembakaran. Selain itu juga mempunyai sifat pozzolan yang baik.

2.6.1. Sifat - Sifat Fly Ash


1. Warna
Abu terbang berwarna abu-abu, bervariasi dari abu-abu muda
sampai abu-abu tua. Makin muda warnanya sifat pozzolannya makin
baik. Warna hitam yang sering timbul disebabkan karena adanya
karbon yang dapat mempengaruhi mutu abu terbang.

9
2. Komposisi
Unsur pokok abu terbang adalah silika dioksida SiO2 (30% - 60%),
aluminium oksida Al2O3 (15% - 30%), karbon dalam bentuk batu bara
yang tidak terbakar (bervariasi hingga 30%), kalsium oksida CaO (1%
- 7%) dan sejumlah kecil magnesium oksida MgO dan sulfur trioksida
SO3.
3. Sifat Pozzolan
Sifat pozzolan adalah sifat bahan yang dalam keadaan halus dapat
bereaksi dengan kapur padam aktif dan air pada suhu kamar (24°C -
27°C) membentuk senyawa yang padat tidak larut dalam air. Abu
terbang mempunyai sifat pozzolan seperti pada pozzolan alam,
mempunyai waktu pengerasan yang lambat. Hal ini dapat diketahui
dari daya ikat yang dihasilkan apabila dicampur dengan kapur.
Kehalusan butiran abu terbang mempunyai pengaruh pada sifat
pozzolan, makin halus makin baik sifat pozzolannya.
4. Kepadatan (Density)
Kepadatan abu terbang bervariasi, tergantung pada besar butir dan
hilang pijarnya. Biasanya berkisar antara 2,43 gr/cc sampai 3 gr/cc.
Luas permukaan spesifik rata-rata 225 m2/kg - 300 m2/kg. Ukuran
butiran yang kecil kadang- kadang terselip dalam butiran yang besar
yang mempunyai fraksi lebih besar dari 300μm.
5. Hilang pijar
Hilang pijar menentukan sifat pozzolan abu terbang. Apabila hilang
pijar 10%- 20% berarti kadar oksida kurang, sehingga daya ikatnya
kurang, yang berarti sifat pozzolannya kurang. (Sumber : Suarnita,
2011)

10
6. Persyaratan kimia dan fisik abu terbang dapat di lihat pada tabel 2.1.
dan 2.2.

Tabel 2.1. Persyaratan Kimia Abu Terbang


No. Senyawa Kadar (%)
1 Jumlah oksida SiO2+Fe2O3 Minimum 70
2 SO3 m 5
3 Hilang pijar maks 6
4 Kadar air maks 3
5 Total alkali dihitung sebagai Na3O maks 1.5
Sumber: SNI 03-2460-1991

Tabel 2.2. Persyaratan Fisik Abu Terbang


No. Uraian Kadar (%)
1 Kehalusan : Jumlah yang tertinggal di atas ayakan no. 34
325 (0,045mm) maks %
2 Indeks keaktifan pozzolan : 75 % KT
1. Dengan menggunakan semen Portland kuat tekan pada adukan
umur 28 hari, minimum pembanding
2. Dengan menggunakan kapur padam yg aktif kuat 550
tekan 7 hari, minimum (N/m)
3 Kekekalan bentuk pengembangan/penyusutan dengan 0,8
autoclave, maksimum %
4 Jumlah air yang digunakan 105 % dari
jumlah air
5 Keseragaman : Berat jenis dan kehalusan dari contoh uji
masing- masing tidak boleh banyak berbeda dari rata-
rata 10 benda uji atau dari seluruh benda uji yang
jumlahnya kurang dari 10 buah, maka untuk :
1) berat jenis, perbedaan maksimum dari rata-rata, % 5
2) presentase partikel yang tertinggal pada ayakan no. 5
325 perbedaan dari rata-rata, %

11
Tabel 2.2. Persyaratan Fisik Abu Terbang (Lanjutan)
No. Uraian Kadar (%)
6 Pertambahan penyusutan karena pengeringan (pada 0,03
umur 28 hari maksimum, %)
7 Reaktifitas dengan alkali semen : Pengembangan 0,02
Sumber: SNI 03-2460-1991

2.6.2. Kelebihan dan Kelemahan Fly Ash


A. Kelebihan

1. Pada beton segar :

a. Memperbaiki sifat pengerjaan.

b. Mengurangi terjadinya bleeding dan segregasi.

c. Mengurangi jumlah panas hidrasi yang terjadi

d. Mengurangi jumlah air campuran.


2. Pada beton keras :

a. Meningkatkan kerapatan pada beton.

b. Menambah daya tahan beton terhadap serangan agresif (sulfat).

c. Meningkatkan kekuatan beton pada jangka panjang

B. Kelemahan

1. Pemakaian abu terbang kurang baik untuk pengerjaan beton yang


memerlukan waktu pengerasan dan kekuatan awal yang tinggi
karena proses pengerasan dan penambahan kekuatan betonnya agak
lambat yang disebabkan karena terjadinya reaksi pozzoland.

2. Pengendalian mutu harus sering dilakukan karena mutu abu terbang


sangat tergantung pada proses (suhu pembakaran) serta jenis abu
batubaranya. (Sumber : Suarnita, 2011)

12
2.7. Limbah Abu Pembakaran Tulang Ikan
Limbah tulang hewan pada umumnya hanya dimanfaatkan sebagai
bahan kerajinan, lem, dan dan bahan makanan. Namun pemanfaatan
limbah tulang tersebut tidak menyerap limbah tulang secara menyeluruh.
Selain itu dalam pembuatan beton memerlukan material semen yang
peranannya dalam beton sangat dominan. Di sisi lain penggunaan semen
telah menyumbang emisi CO2, karena dalam proses pembakaran batu
kapur sebagai bahan dasar semen akan menghasilkan CO2 yang lepas ke
atmosfer. Hal ini akan memperparah pemanasan global. Oleh karena itu
diperlukan material lain yang ramah lingkungan salah satunya tulang
hewan.
Proses pembakaran limbah tulang ikan dilakukan menggunakan
Furnace dengan suhu pembakaran sebesar 800°C selama empat jam. Tahap
selanjutnya, limbah tulang yang telah dibakar kemudian dihancurkan
sampai ukuran butiran partikelnya lolos ayakan nomor 100. Dari sini
limbah tulang yang telah dihaluskan dilakukan analisa XRF yang
didapatkan hasil mengenai komposisi tulang. dimana sekitar 78,86%
kandungan tulang terdiri dari oksida Kalsium Oksida (CaO), dan sekitar
20,2% nya adalah Oksida Posfat ( P2O5 ). Dari sini dapat diambil hipotesa
bahwa tulang memiliki potensi jika digunakan dalam struktur beton
mengingat kandungan CaO yang besar pada tulang. CaO sendiri komposisi
terbesar dalam semen.
Lebih lanjut, jaringan utama dari tulang, jaringan osseus, relatif
keras dan ringan, dibentuk sebagian besar dari Kalsium Fosfat dalam
susunan kimia disebut Kalsium Hydroxylapatite (ini adalah jaringan
ossesus yang memberikan sifat kaku pada tulang). Jaringan ini memiliki
kuat tekan yang relatif tinggi, yaitu dari sekitar 170 Mpa (1800 kgf/cm 2),
tetapi memiliki kekuatan tarik yang rendah dari 104 Mpa sampai 121 Mpa
dan kekuatan lentur yang sangat rendah (51,6 Mpa).

13
2.8. Limbah Beton
Saat ini beton menjadi salah satu material yang paling banyak
digunakan dalam konstruksi. Namun konstruksi beton seperti gedung,
jalan, trotoar, dan jembatan bisa mengalami kegagalan yang menyebabkan
bangunan tersebut terpaksa dihancurkan karena tua atau perlu
perombakan. Saat itulah beton berubah menjadi limbah padat yang harus
dibuang.
Penelitian menunjukkan bahwa limbah beton dapat didaur ulang
sehingga menghasilkan agregat halus (pasir atau partikel kurang dari 5
mm) atau agregat kasar (kerikil atau batu pecah berukuran lebih dari 5
mm). Tentu saja agregat hasil proses daur ulang memiliki kualitas maupun
sifat-sifat kimia dan fisik yang berbeda dari agregat alami. Hal ini wajar
karena pada pembuatan campuran dengan limbah beton, agregat telah
bercampur dengan media pengikat (semen) serta mengalami reaksi hidrasi
oleh penambahan air. Namun jika karakteristik limbah beton sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan untuk campuran agregat beton,
maka limbah beton tersebut dapat dimanfaatkan untuk bahan substitusi
parsial dari agregat beton. Di sisi lain, penggunaan limbah beton juga
dapat menghemat biaya sekaligus mendukung pelestarian lingkungan.

14
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Data Uji Material yang Digunakan


Data uji material yang digunakan oleh panitia adalah sebagai berikut :
1. Agregat Halus
Bahan : Pasir
Asal dari : Kali Progo
Pengirim : CED
Untuk : Lomba
Diterima tanggal : 8 November 2017 Jumlah : ± 423,34 kg
Keadaan : Kering
Diperiksa tanggal : 30 November 2017

a. Uji Gradasi Besar Butiran

Tabel 3.1. Analisa Ayakan Agregat Halus


Lubang Sisa ayakan (gram) Sisa Jumlah sisa Jumlah yang Syarat
Ayakan Perc. I Perc. II Jumlah ayakan (%) ayakan (%) melalui ayakan ASTM
50 - - - - - -
37,5 - - - - - -
25 - - - - - -
19 - - - - - -
12,5 - - - - - -
9,5 - - - - - -
4,75 - - - - - - 100
2,36 - - - - - - 95-100
1,18 - - - - - - 80 – 100
0,6 134,12 - 134,12 31,68 31,68 68,32 50 – 85
0,3 215,05 - 215,05 50,8 82,48 17,52 25 – 60
0,15 69,73 - 69,73 16,47 98,95 1,05 10 – 30
0,075 4,32 - 4,32 1,02 99,97 0,03 2 – 10

15
Lubang Sisa ayakan (gram) Sisa Jumlah sisa Jumlah yang Syarat
Ayakan Perc. I Perc. II Jumlah ayakan (%) ayakan (%) melalui ayakan ASTM
0 0,12 - 0,12 0,03 100 0,00
Jumlah 423,34 - 423,34 100 313,08

Modulus kehalusan butir = 313,08 : 100 = 3,1308


Kesimpulan :
- Modulus halus butir pasir tersebut memenuhi syarat yang
ditentukan yaitu >2,8, yang berarti kasar.
- Masuk dalam batas gradasi daerah II.

Di bawah ini adalah grafik analisa saringan agregat halus.

Grafik Analisa Saringan Agregat Halus


100
90
80
% Lolos Saringan

70
60
Batas atas
50
40 Batas Bawah
30 Hasil Ayakan
20
10
0
0,075 0,15 0,3 0,6 1,18 2,36 4,75
Diameter Saringan

Grafik 3.1. Analisa Saringan Agregat Halus

b. Uji Berat Jenis dan Penyerapan


Berat pasir SSD (X) : 500,52 gram
Jumlah air (W) : 265 cc
Volume botol (V) : 500 cc
Berat pasir kering oven (A) : 423,34 gram

16
𝐴
Berat jenis curah = = 1,7975
𝑉−𝑊
500
Berat jenis SSD = = 2,123
𝑉−𝑊
𝐴
Berat jenis semu = = 2,6649
(𝑉−𝑊)−(500−𝐴)
500−𝐴
Penyerapan = × 100 % = 18,1084 %
𝐴
𝑋−𝐴
Kadar air = × 100 % = 15,42 %
𝑋

2. Agregat Kasar
Bahan : Kerikil
Asal dari : Kokap
Pengirim : CED
Untuk : Lomba
Diterima tanggal : 8 November 2017 Jumlah : ± 980,57 kg
Keadaan : Kering
Diperiksa tanggal : 24 November 2017

c. Uji Gradasi Besar Butiran

Tabel 3.2. Analisa Ayakan Agregat Kasar


Lubang Sisa ayakan (gram) Sisa Jumlah sisa Jumlah yang Syarat
Ayakan Perc. I Perc. II Jumlah ayakan (%) ayakan (%) melalui ayakan ASTM
50 - - - - - - -
37,5 - - - - - - -
25 - - - - - - -
19 48,61 - 48,61 4,96 4,96 95,04 90 – 100
12,5 737,66 - 737,66 75,23 80,19 19,81 20 – 55
9,5 194,3 - 194,3 19,81 100 0,00 0 – 15
4,75 0,00 - 0,00 0,00 0,00 0,00 0–5
2,36 0,00 - 0,00 0,00 0,00 0,00 0
1,18 0,00 - 0,00 0,00 0,00 0,00 0

17
Lubang Sisa ayakan (gram) Sisa Jumlah sisa Jumlah yang Syarat
Ayakan Perc. I Perc. II Jumlah ayakan (%) ayakan (%) melalui ayakan ASTM
0,6 0,00 - 0,00 0,00 0,00 0,00 0
0,3 0,00 - 0,00 0,00 0,00 0,00 0
0,15 0,00 - 0,00 0,00 0,00 0,00 0
0,075 0,00 - 0,00 0,00 0,00 0,00 0
0 0,00 - 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 980,57 - 980,57 100 85,15

Di bawah ini adalah grafik analisa saringan agregat kasar.

Grafik Analisa Saringan Agregat Kasar


100
90
80
% Lolos Saringan

70
60
Batas atas
50
40 Batas Bawah
30 Hasil Ayakan
20
10
0
4,75 9,5 12,5 19
Diameter Saringan

Grafik 3.2. Analisa Saringan Agregat Kasar

d. Uji Berat Jenis dan Penyerapan


Berat kering oven (A) : 1998,47 gram
Berat SSD (B) : 2059,39 gram
Berat dalam air (C) : 1223,04 gram
Berat kerikil (D) : 2000 gram

𝐴
Berat jenis curah = = 2,3895
𝐵−𝐶

18
𝐵
Berat jenis SSD = = 2,4624
𝐵−𝐶
𝐴
Berat jenis semu = 𝐴−𝐶 = 2,5772
𝐵−𝐴
Penyerapan = × 100 % = 3,04833 %
𝐴
𝐷−𝐴
Kadar air = × 100 % = 0,0765 %
𝐷

3.2. Inovasi Bahan Tambah


Berdasarkan data uji yang telah dicantumkan sebelumnya, terlihat ada
kesenjangan ukuran butiran apabila agregat halus dan kasar digabungkan,
yakni antara ukuran 4,75 mm – 1,18 mm. Kesenjangan ini tentu kurang
menguntungkan apabila agregat gabungan tersebut digunakan untuk
membuat campuran beton karena berpotensi menimbulkan adanya ruang-
ruang dalam beton yang tidak terisi. Di sisi lain, terdapat banyak limbah
beton yang tidak dapat digunakan dan dibiarkan menumpuk. Untuk itu,
kami memanfaatkan limbah beton sebagai susbtitusi parsial agregat halus
dengan proporsi 50% dari berat pasir, yakni dengan memecahnya sehingga
memiliki variasi ukuran antara 4,75 mm – 1,18 mm.
Selain itu, digunakan pula bahan tambahan alami fly ash dan limbah
tulang ikan untuk campuran beton. Fly ash adalah bagian dari sisa
pembakaran batubara pada boiler pembangkit listrik tenaga uap yang
berbentuk partikel halus amorf dan bersifat pozzolan, berarti abu tersebut
dapat bereaksi dengan kapur pada suhu kamar dengan media air membentuk
senyawa yang bersifat mengikat. Dengan adanya sifat pozzolan tersebut,
abu terbang mempunyai prospek untuk digunakan dalam berbagai keperluan
bangunan.
Tulang ikan merupakan limbah pasar ikan, rumah makan, rumah
tangga yang sering dijumpai. Tulang ikan ini banyak mengandung senyawa
CaO sekitar 79 % dan limbah fly ash memiliki kandungan SiO2 cukup tinggi
sekitar 70% lebih, sehingga apabila keduanya dicampurkan dengan air
(H2O) melalui reaksi hidrasi dengan kadar yang tepat, maka akan dihasilkan
gell CSH (CaO - SiO2 - H2O) yang mampu merekatkan material-material
beton lainnya.

19
Kedua bahan tersebut, fly ash dan limbah tulang ikan digunakan
sebagai filler dalam campuran beton. Fly ash dan limbah tulang ikan
berfungsi sebagai fine aggregates dengan proporsi fly ash sebesar 25% dari
berat semen (kg) dan limbah tulang ikan sebesar 10% dari berat semen (kg).

3.3. Perhitungan Rancangan Bahan Susun Beton


Metode perencanaan mix design yang tepat diperlukan untuk
menghasilkan campuran beton yang memenuhi syarat mutu dan bernilai
ekonomis yang tinggi. Di Indonesia, metode yang sering digunakan untuk
mix design beton yaitu metode ACI dan SNI. Dalam lomba ini, kami
menggunakan metode SNI untuk menghitung campuran dalam beton
dengan benda uji silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Data-data perencanaan adalah sebagai berikut :

1. Kuat tekan rencana 50 Mpa


2. Standar deviasi yang digunakan adalah 30 kg/cm2
3. Semen Portland Cement Tipe I
Berat jenis semen = 3,1 t/m3
4. Agregat kasar yang dipakai = kerikil
Berat jenis SSD = 2,4624 t/m3
Kadar air = 0,0765 %
5. Agregat halus yang dipakai = pasir
Berat jenis SSD = 2,123 t/m3
Kadar air = 15,42 %
6. Kemampuan pasir mengabsorpsi air = 3,04833 %
Kemampuan split mengabsorpsi air = 18,1084 %
7. Susunan agregat gabungan direncanakan :
Lolos kumulatif pada #9,6 mm = 45 %
Lolos kumulatif pada #0,6 mm = 16 %
8. Keadaan beton di dalam ruang bangunan nonkorosif
Kadar semen minimum 275 kg/m3
FAS maksimum 0,60

20
Tabel 3.3. Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Berbagai
Jenis Pekerjaan Beton

Jumlah Semen Nilai FAS


Jenis Pekerjaan Beton
Minimum (Kg) Maksimum

Beton di dalam ruangan bangunan


a. Kondisi keliling non korosif 275 0,60
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh 325 0,52
kondensasi atau uap korosi
Beton di luar ruangan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik 325 0,60
matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari 275 0,60
langsung
Beton yang masuk ke dalam tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering 325 0,55
berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari 375 0,52
tanah
Beton yang selalu berhubungan dengan air
a. Air tawar 275 0,57
b. Air laut, air beragam 375 0,52

21
9. Pemakaian beton untuk pelat, balok, kolom, dan dinding
Nilai slump 75 – 150 mm

Tabel 3.4. Penetapan Nilai Slump

Pemakaian Beton Maksimal Minimal

Dinding, pelat, pondasi, dan pondasi telapak


125 50
tulangan

Pondasi telapak tanpa tulangan, kaison, dan


90 25
struktur di bawah tanah

Pelat, balok, kolom, dan dinding 150 75

Pengerasan jalan 75 50

Pembetonan massal 75 25

Langkah-langkah perhitungan perencanaan menggunakan metode


DOE adalah sebagai berikut.

1. Kuat Tekan Beton Rata-rata (f’cr)


f’cr = f’c + k * Sr
= 602,41 + 1,645 * 30
= 651,76 kg/cm2

22
2. Persentase Agregat Gabungan
Diketahui hasil analisa agregat halus seperti tabel di bawah.
Tabel 3.5. Hasil Analisa Agregat
PASIR BATU PECAH
Ukuran
% Kumulatif
Ayakan (mm) % Kumulatif % Lolos % Lolos
Tertahan
Tertahan
50 0,00 100,00 0,00 100,00
37,5 0,00 100,00 0,00 100,00
25 0,00 100,00 0,00 100,00
19 0,00 100,00 4,96 95,04
12,5 0,00 100,00 80,19 19,81
9,6 0,00 100,00 100,00 0,00
4,75 0,00 100,00 0,00 0,00
2,36 0,00 100,00 0,00 0,00
1,18 0,00 100,00 0,00 0,00
0,6 31,68 68,32 0,00 0,00
0,3 82,48 17,52 0,00 0,00
0,15 98,95 1,05 0,00 0,00
0,075 99,97 0,03 0,00 0,00
0 100,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 313,08 185,15

100𝑥 (100−𝑥)
45 = + ∗0
100 100

4500 = 100𝑥
4500
x = = 45 %
100
68,32𝑥 (100−𝑥)
16 = + ∗0
100 100

1600 = 68,32𝑥
1600
x = = 23,42 %
68,32

23
45+23,42
xrata = = 34,21 %
2

Jadi persentase pasir = 34,21 %


persentase batu pecah = 100 % - 34,21 % = 65,79 %

BJ gabungan = 34,21 % * 2,123 + 65,79 % * 2,4624


= 2,346 t/m3

3. Nilai FAS
Berdasarkan Tabel 5 dan Grafik 1 diperoleh FAS = 0,357, sedangkan
berdasarkan Tabel 1 diperoleh FAS maksimal = 0,6, maka dipilih nilai
FAS terkecil yaitu 0,357 seperti yang tertera sebagai berikut.

Tabel 3.6. Perkiraan Kuat Tekan Beton dengan FAS 0,50

Umur Beton (hari) Bentuk


Jenis Jenis Agregat
Benda
Semen Kasar 3 7 28 91 Uji

Alami 17 23 33 40
Silinder
Batu Pecah 19 27 37 45
I,II,V
Alami 20 28 40 48
Kubus
Batu Pecah 23 32 45 54

Alami 21 28 38 44
Silinder
Batu Pecah 25 33 44 48
III
Alami 25 31 46 53
Kubus
Batu Pecah 30 40 53 60

24
65,1

45

0,357

Grafik 3.3. Perkiraan Kuat Tekan Beton dengan FAS 0,50

4. Kadar Semen yang Dibutuhkan


Berdasarkan Tabel 6, untuk butir maksimum ø20 mm
nilai slump 75 – 150 mm
Maka diperoleh jumlah air bebas 195 liter dan 225 liter.

25
Tabel 3.7. Perkiraan Kebutuhan Air per m3 Beton (Liter)

Besar Ukuran Slump (mm)


Maksimal Kerikil Jenis Batuan
0 – 10 10 – 30 30 – 60 60 – 180
(mm)

10 Alami 150 180 205 225

Batu Pecah 180 205 230 250

20 Alami 135 160 180 195

Batu Pecah 170 190 210 225

40 Alami 115 140 160 175

Batu Pecah 155 175 190 205

Karena agregat yang dipakai adalah pasir alam dan batu pecah, maka
jumlah air pengaduk dapat diperkirakan sebagai berikut :
Air pengaduk = 2/3 * 195 + 1/3 * 225
= 205 liter
Sehingga kadar semen yang dipakai adalah
Kadar semen = 205 / 0,357
= 574,806 kg/m3
Kadar semen tersebut sudah sesuai dengan kadar semen minimum 275
kg/m3

5. Jumlah Agregat yang Dipakai


Berdasarkan grafik 2, BJ gabungan = 2,346 t/m3, dan air pengaduk =
205 liter, maka diperoleh berat volume beton segar sebesar 2218,75
kg/m3.

26
2218,75

205

Grafik 3.4. Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran, dan Berat
Isi Beton

Berat agregat gabungan = 2218,750 – semen – air


= 2218,750 – 574,806 – 205 = 1438,944 kg
Berat pasir = 34,21 % * 1438,944 = 492,260 kg
Berat batu pecah = 65,79 % * 1438,944 = 946,683 kg

6. Proporsi Campuran Terkoreksi


Pasir lebih kering = 15,420 % - 18,108 % = - 2,688 %
Kerikil lebih kering = 0,0765 % - 3,048 % = - 2,972 %

Sehingga perbandingan di lapangan menjadi


Semen Portland = 574,806 kg
2,688 2,972
Air pengaduk = 205 + ( 100 ∗ 492,260) + ( 100 ∗ 946,683)

= 246,365 kg
2,688
Pasir alam = 492,260 – ( 100 ∗ 492,260)

= 479,026 kg

27
2,972
Batu pecah = 946,683 – ( 100 ∗ 946,683)

= 918,553 kg

7. Kebutuhan Material Beton Normal Satu Silinder


1
Volume silinder = 𝑥 𝜋 𝑥 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 2 𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
4
1
= 𝑥 3,14 𝑥 152 𝑥 30
4

= 0,0053 m3
Nilai safety factor digunakan sebesar 1,2.

Maka kebutuhan material beton normal satu silinder adalah :


Semen Portland = 1,2 x 0,0053 x berat semen
= 1,2 x 0,0053 x 574,806 = 3,658 kg
Air pengaduk = 1,2 x 0,0053 x berat air pengaduk
= 1,2 x 0,0053 x 246,365 = 1,568 kg
Pasir alam = 1,2 x 0,0053 x berat pasir
= 1,2 x 0,0053 x 479,026 = 3,049 kg
Batu pecah = 1,2 x 0,0053 x berat batu pecah
= 1,2 x 0,0053 x 918,553 = 5,846 kg

8. Kebutuhan Material Beton Ramah Lingkungan (dengan Bahan


Tambahan)
Tabel 3.8. Persentase Kebutuhan Bahan Tambahan
Bahan tambahan Persentase substitusi dengan kebutuhan pasir (%)

Limbah beton 50 %

Bahan tambahan Persentase substitusi dengan kebutuhan semen (%)

Fly ash 25 %

Tulang ikan 10 %

28
Maka kebutuhan material beton ramah lingkungan adalah :
Fly ash = 25% x berat semen
= 25% x 3,658 = 0,915 kg
Tulang ikan = 10% x berat semen
= 10% x 3,658 = 0,366 kg
Semen Portland = 3,658 – 0,915 – 0,366 = 2,378 kg
Limbah beton = 50% x berat pasir
= 50% x 3,049 = 1,5245 kg
Pasir alam = 3,049 – 1,0245 = 1,5245 kg
Batu pecah = 5,846 kg
Air pengaduk = 1,568 kg

9. Kebutuhan Material Beton Normal Tiga Silinder

Kebutuhan material beton ramah lingkungan untuk tiga silinder adalah

Fly ash = 3 x 0,915 = 2,744 kg

Tulang ikan = 3 x 0,366 = 1,097 kg

Semen Portland = 3 x 2,378 = 7,133 kg

Air pengaduk = 3 x 1,568 = 4,704 kg

Limbah beton = 3 x 1,5245 = 4,573 kg

Pasir alam = 3 x 1,5245 = 4,573 kg

Batu pecah = 3 x 5,846 = 17,538 kg

29
3.4. RAB Pembuatan Beton
Untuk mengetahui nilai ekonomis pada beton ini, maka perlu
dilakukan perincian anggaran dana. Berikut rincian anggaran dana dari
campuran beton yang akan dibuat.

Tabel 3.9. RAB untuk 1 m3 Tanpa Menggunakan Bahan Tambahan


Material Berat (kg) Harga/kg Harga
Agregat Halus 479,026 Rp 77,50 Rp 37.124,53
Agregat Kasar 918,553 Rp 100,00 Rp 91.855,27
Semen 574,806 Rp 1.062,50 Rp 610.731,69
TOTAL Rp 739.711,49

Tabel 3.10. RAB untuk 1 m3 dengan Menggunakan Bahan Tambahan


Material Berat (kg) Harga/kg Harga
Agregat Halus 239,513 Rp 77,50 Rp 18.562,27
Agregat Kasar 918,553 Rp 100,00 Rp 91.855,27
Semen 373,624 Rp 1.062,50 Rp 396.975,60
Limbah Beton 239,513 - -
Fly Ash 143,702 Rp 425,00 Rp 61.073,17
Limbah Tulang
57,481 - -
Ikan
TOTAL Rp 568.466,30

Tabel 3.11. RAB untuk 1 Silinder Tanpa Menggunakan Bahan Tambahan


Material Berat (kg) Harga/kg Harga
Agregat Halus 3,049 Rp 77,50 Rp 236,27
Agregat Kasar 5,846 Rp 100,00 Rp 584,59
Semen 3,658 Rp 1.062,50 Rp 3.886,87
TOTAL Rp 4.707,73

30
Tabel 3.12. RAB untuk 1 Silinder dengan Menggunakan Bahan Tambahan
Material Berat (kg) Harga/kg Harga
Agregat Halus 1,525 Rp 77,50 Rp 118,14
Agregat Kasar 5,846 Rp 100,00 Rp 584,59
Semen 2,378 Rp 1.062,50 Rp 2526,47
Limbah Beton 1,525 - -
Fly Ash 0,915 Rp 425,00 Rp 388,69
Limbah Tulang
0,366 - -
Ikan
TOTAL Rp 3.617,88

3.5. Pengaplikasian Beton di Lapangan


Kekuatan beton yang direncanakan adalah 50 Mpa yang akan
diaplikasikan dalam pekerjaan konstruksi khususnya dalam pekerjaan
struktural dengan pengawasan mutu kekuatan agregat tekan ketat dan
kontinu, seperti plat beton, kolom maupun dinding Adapun bahan tambahan
pada beton ini adalah limbah fly ash dan abu pembakaran tulang ikan
dikarenakan bahan tersebut mengandung silika yang tinggi dan mudah
didapatkan di lingkungan sekitar. Di lain sisi, penggunaan limbah-limbah
tersebut bertujuan untuk mengurangi dampak negatif limbah terhadap
lingkungan dan mengingkatkan taraf hidup manusia. Oleh karena itu, beton
dapat diproduksi secara masif.

31
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari perhitungan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa penambahan limbah fly ash dan limbah tulang ikan dapat
mengurangi penggunaan semen sebesar 201,182 kg. Sedangkan jika ditinjau
dari segi ekonomi, penggunaan fly ash dan abu pembakaran tulang ikan
dapat mengurangi anggaran dana sebesar Rp 171.245,19. Sehingga beton ini
cocok sekali apabila digunakan di lapangan, selain hemat biaya juga dapat
mengurangi jumlah limbah fly ash dan limbah tulang ikan di lingkungan
sekitar.

4.2. Saran
Penggunaan fly ash dan abu pembakaran tulang ikan memiliki potensi
yang sangat baik dalam menghemat penggunaan semen. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar optimum
penggunaan fly ash dan abu pembakaran tulang ikan untuk memperoleh
kuat tekan beton yang tinggi.
Selain itu disarankan, untuk memperoleh kuat tekan beton lebih
tinggi, dapat menggunakan abu pembakaran tulang ikan dengan diameter
butirnya lebih halus atau lebih kecil daripada fly ash.

32
DAFTAR PUSTAKA

ACI Manual of Concrete Practice 1993 Part 1 226.3R-3

Andi Aprizon dan Pramudiyanto, 2008, High Strength Concrete, [online],


(https://pramudiyanto.wordpress.com/2008/08/06/beton-mutu-tinggi/,
diakses tanggal 05 Februari 2008).

Ay Lie, Han. 2015. “Bahan Kuliah Teknologi Bahan”.

Brook, K.M. dan Murdock, L.J. 1979. Bahan dan Praktik Beton. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2004. Pedoman Konstruksi dan


Bangunan Pd T-04-2004-C. Bandung.

Larrad, De. 1990. A Method For Proportioning High Strength Concrete. Cement
Concrete and Agregate. Vol.12 No.2. PP.47-52.

Mulyono, Tri. 2003. Teknologi Beton. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

SNI 03 – 2460 – 1991 Spesifikasi Abu Terbang Sebagai Bahan Tambahan Untuk
Campuran Beton. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

SNI 03 – 2834 – 1993 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

SNI 15 – 2049 – 1994 Portland Semen. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

Suseno, Hendro. 2010. Bahan Bangunan untuk Teknik Sipil. Malang : Bargie
Media.

Tjokrodimulyo, Kardiyono. 1992. Teknologi Beton. Yogyakarta : Biro Penerbit.

33
LAMPIRAN

HASIL UJI LABORATORIUM

34
35
36
37

Anda mungkin juga menyukai