OLEH:
EMILIANA (1607110954)
MEYSARA (1607112083)
PEKANBARU
2019
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
..................................................................................................... i DAFTAR
GAMBAR ....................................................................................... ii BAB I
PENDAHULUAN . .................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang ....................................................................................1 1.2
Rumusan Masalah ...............................................................................2 1.3
Tujuan Penelitian ................................................................................4 1.4
Manfaat Penelitian ..............................................................................4 1.5
Sistematiaka Penulisan ........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUASTAKA . ..................................................................... 6
2.1 Geopolimer ..........................................................................................6
2.2 Komponen dalam Pembuatan Geopolimer .........................................6
2.2.1 Prekursor ...................................................................................6 2.2.2
Aktivator Alkali ........................................................................7 2.2.3
Agregat ......................................................................................7 2.2.4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Reaksi Penguraian Ion Prekursor menjadi Monomer ..................
9 Gambar 2.2 Polimerisasi Monomer-monomer Menjadi Struktur Monomer ...
10 Gambar 2.3 Konsep Model Proses Aktivasi Alkali
......................................... 10 Gambar 2.4 Struktur Grafit
.............................................................................. 12 Gambar 2.5 Pengaruh
Penambahan Grafit pada Geopolimer .......................... 13 Gambar 2.6
Pengaruh Penambahan GO pada Geopolimer .............................. 14
Gambar 2.7 Pengaruh Penambahan GNp pada Geopolimer
............................ 14 Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pengabuan Sekam
Padi .............................. 17 Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Pembuatan
Grafena .................................... 18 Gambar 3.3 Diagram Alir Pembuatan
Natrium Silikat .................................... 19 Gambar 3.4 Diagram Alir
Pembuatan Geopolimer ......................................... 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
dalam produksi semen yaitu konsumsi energi yang tinggi selama pembuatan
semen dan gas CO2 yang sangat merugikan bagi lingkungan. Diperkirakan
5% gas CO
2 yang menyebabkan kerusakan pada lingkungan berasal dari
lain yang lebih ramah lingkungan dengan sifat rekayasa yang lebih baik dari
OPC
ketahanan yang baik terhadap senyawa asam, ketahanan terhadap api, dan
tidak
bahan material yang dibutuhkan berasal dari hasil limbah padat industri,
seperti fly
mengandung silika dan alumina yang dapat bereaksi dengan Natrium Silika
bara merupakan bahan baku yang saat ini banyak digunakan dalam
memproduksi
geopolimer. Kelemahan dari produksi geopolimer dengan bahan baku fly ash
batu
1
2
bara adalah masih adanya kandungan logam berat (Zn, Na, Cd, Pb, Cu, Fe,
Cr)
(Ruiz dkk, 2017). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014
tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, fly ash j enis ini
diperlukan adanya alternatif fly ash dari bahan lain yang dapat menggantikan
fly
atu
dihasilkan dapat bersaing dengan geopolimer berbahan baku fly ash b
bara.
Fly ash batu bara dapat digantikan dengan menggunakan fly ash
sekam
akan silika, biasanya terdiri dari 90-95% berat SiO2. Selain itu, fly ash sekam
padi memiliki
aktivitas pozzolanik yang sangat tinggi sehingga dapat
digunakan
Pada penelitian ini akan dilakukan inovasi geopolimer dari limbah fly
ash
filler. Graphene nanosheet ( GNs) merupakan material atom dua dimensi yang
memiliki susunan atom karbon hibridisasi dari sp2. GNs memiliki luas
permukaan spesifik yang besar yaitu 2630 m2g-1 dan sifat mekanik yang
sangat baik (kekuatan
tarik 130 G Padan Modulus Young 0,5-1 TPa). Luas area permukaan intrinsik
dari
material sekitarnya ke GNs (Radha dkk, 2018). Oleh karena itu, GNs bisa
unggul dan kuat tekan yang lebih baik dari pada geopolimer tanpa
grafena.
M dan 16 M) dan Alkali Activator to Binder (AAB) yaitu (0,5, 0,6 dan 0,7) pada
suhu 800C dengan waktu perawatan geopolimer selama 3 hari, 7 hari, 14 hari
dan
28 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kuat tekan maksimum mortar
geopolimer berbasis sekam padi yaitu 39,95 MPa pada konsentrasi NaOH 14
M
nanoplatelets grafena ( GNPs) pada geopolimer-fly ash (fly ash t ipe F dari
batubara) dengan variasi 0,1%wt, 0,5%wt dan 1%wt serta NaOH sebagai
bara dengan membandingkan aktivator NaOH dan KOH. Hasil penelitian ini
kuat tekan mortar yang menggunakan aktivator NaOH adalah 25,73 MPa,
19,54 Mpa. Hal ini menunjukkan bahwa Natrium Hidroksida (NaOH) memiliki
Penelitian ini mensintesis geopolimer berbasis fly ash s ekam padi dari
0 mg/ml (0 %wt,
Kabupaten Kampar dengan variasi penambahan grafena 2
0,2
%wt, 0,4 %wt, 0,6 %wt) sebagai filler dan konsentrasi NaOH (12 M, 14 M dan
dihasilkan.
berbasis limbah
sekam padi. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan
sebagai
komposit geopolimer-grafena
kedepannya.
a. Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini dibahas tentang latar belakang, batasan dan perumusan
geopolimer.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geopolimer
NaOH dan KOH dan beberapa limbah atau produk sampingan seperti kerak
metalurgi, fly ash batubara dan berbagai limbah yang kaya akan Al dan Si
dapat
digunakan untuk sintesis geopolimer (Kaur dkk, 2018). Menurut Abdullah dkk
oleh reaksi antara Natrium Hidroksida (NaOH) atau Kalium Hidroksida (KOH)
dan Natrium Silikat (Na2SiO3) atau Kalium Silikat (K2SiO3) dengan bahan
alumina-silikat padat.
melibatkan pelepasan silikat (SiO4) dan aluminat (AlO4) sebagai bahan awal
yang diaktifkan
oleh alkali dan menghasilkan gel geopolimer sebagai hasil
akhir.
2.2.1 Prekursor
silika dan alumina sebagai pengganti dari bahan utama pembuatan cement
portland. Pada penelitian ini prekursor yang digunakan adalah fly ash d
ari
sekam
padi. Rice Hush Ash ( RHA) atau Fly Ash S
ekam Padi adalah produk
sampingan
6
7
dari sekam (sekam padi). Secara umum, RHA dibakar dalam boiler pada
suhu
energi panas. Energi panas ini digunakan untuk memproses padi di pabrik.
Setelah
proses ini, terbentuk produk residu non-biodegradable y ang kaya akan silikon
kg RHA dibiarkan sebagai residu. Ketika sekam padi dibakar pada suhu
terkontrol
ia memiliki kandungan SiO2 yang tinggi dan sebagian besar dalam bentuk
amorf. Karena
banyaknya kandungan silica pada Fly Ash Sekam Padi,
sehingga dapat
berbasis natrium
dipilih karena lebih murah daripada aktivator berbasis
kalium.
lebih baik, kekuatan 1-, 7-, dan 8 hari yang lebih tinggi, dan waktu
penempaan
2.2.3 Agregat
Agregat halus sering disebut dengan pasir, baik berupa pasir alami
langsung dari sungai atau tanah galian maupun hasil pemecahan. Pada
umumnya
yang dimaksudkan dengan agregat halus adalah agregat dengan besar butir
(durability) dari mortar yang dihasilkan. Pasir sebagai agregat halus harus
lainnya
3) Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton
yang
Natrium silikat atau sering disebut “water glass” dengan rumus kimia
dan silika
(SiO2). Natrium silika sangat dibutuhkan dalam industri diantaranya:
sebagai tinta gel, aditif, detergen, sabun cair serta produk-produk turunan dari
silika seperti silika adsorbent, silika presipitat (filler) dan lainnya (Sumada dkk,
2017).
tinggi temperatur perawatan umumnya semakin baik dan tinggi kuat tekan
yang
diperoleh. Geopolimer secara umum memiliki sifat fisik dan kimia yang
sangat
baik: (1) kinerja panas/api yang luar biasa; (2) tidak beracun, sehingga tidak
akan
melepaskan gas beracun saat terbakar atau dipanaskan; (3) daya tahan yang
lebih
9
baik (sehingga dapat bertahan selama lima ribu tahun sebagai piramida),
tidak
terdegradasi di bawah sinar UV, dan sangat tahan korosi, yang dapat
menahan
tekan yang
tinggi. Pada saat proses polimerisasi berlangsung, terjadi reaksi
endotermis.
Panas yang diserap berasal dari temperatur curing, dimana semakin tinggi
temperatur curing, waktu curing j uga berpengaruh. Sodium silikat akan larut
dalam air dan selanjutnya akan menghasilkan kation Na+ yang berperan
sebagai
alumina pada prekursor untuk membentuk [SiO4] dan [AlO4]- atau disebut
menghasilkan kuat tekan geopolimer yang lebih tinggi. Kadar aktivator alkali
mengikat seperti pasta semen. Reaksi kimia yang terjadi pada proses
polimerisasi
ion hidroksida
(OH)2 Gambar
2.1 Reaksi
Penguraian Ion Prekursor menjadi Monomer (Sidik, 2012)
10
OOO
4) Konsep model untuk proses aktivasi alkali dapat dilihat pada Gambar
2.3
Gambar 2.3 Konsep Model Proses Aktivasi Alkali (Palomo A dan Ana
Fernandez, 2011)
ada Geopolimer
2.5 Jenis Filler p
Bahri dkk (2010), serbuk besi adalah bagian dari hasil sisa potongan
atau
jenis besi tuang yang banyak digunakan, yaitu besi tuang kelabu (grey cast
iron) ,
besi tuang ulet atau besi tuang nodular (nodular cast iron) dan besi tuang
putih
(white cast iron) . Ketiga jenis besi tulang ini mempunyai komposisi kimia yang
serbuk besi yang merupakan hasil langsung dari sisa pembubutan dan
pemotongan
dalam menahan beban. Hal ini juga dapat menyebabkan lapisan menjadi
lebih
2.5.2 Polimer
dengan kuat tekan yang sangat tinggi. Beton dengan kuat tekan tinggi ini
biasanya
carbon y ang dapat diperoleh dari penambangan bahan alam mineral yang
banyak
2.5.3.1 Grafit
dan panas dengan baik. Dalam struktur grafit setiap atom karbon membentuk
12
dengan struktur berlapis seperti tumpukan kartu. Sifat daya hantar listrik yang
dimiliki grafit dipengaruhi oleh elektron – elektron yang tidak digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen. Ikatan kovalen antar lapisan pada grafit relatif
lebih
lemah bila dibandingkan ikatan kovalen antar atom dalam satu lapisan.
Dengan
adanya hal ini, menyebabkan grafit bersifat licin. Struktur grafit dapat dilihat
pada
kekuatan patahan dari geopolimer. Pada rasio grafit dan fly ash ( 0:1; 9:1;
12:1)
mengalami penurunan. Kekuatan lentur tertinggi ada pada rasio 12:1 dengan
nilai
kekuatan lentur 17,4 MPa, nilai ini meningkat 41,5% dari geopolimer tanpa
grafit.
graphene oxide telah dianggap sebagai prekursor untuk produksi skala besar
kelompok fungsional ini kompatibel dengan air dan karena itu GO sangat
mudah
komposit plastik dan organik. Sifat mekanik yang ditingkatkan dari komposit
ini
dikaitkan dengan luas permukaan spesifik yang tinggi dan sifat mekanik yang
dalam komposit, karena mereka memiliki sifat mekanik, kimia, dan termal
lebih
lapisan karbon juga memiliki konduktivitas listrik yang sangat baik (Kusak
dkk,
2016).
dua dimensi (2D) dengan geometri lapisan rasio aspek tinggi dan luas
permukaan
spesifik, telah menarik perhatian dalam beberapa tahun terakhir karena sifat
termal, mekanik, dan listriknya yang luar biasa. Dalam beberapa tahun
terakhir,
oleh beberapa lapisan graphene dan kurang rentan terhadap aglomerasi dan
GNP.
modulus Young 0,5-1 TPa). Area permukaan tinggi geometri kisi 2D intrinsik
2018).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fly ash s ekam padi,
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitchen blender, gelas
an pasir, 20%wt sodium silikat dan 8%wt NaOH. Rasio fly ash
70%wt fly ash d
dan pasir adalah 1:3, dimana ukuran partikel fly ash 200 mesh d
an pasir 12
mesh.
16 M.
16
17
matahari. Setelah itu dibakar di tungku terbuka hingga menjadi arang abu
dan
permukaan fly ash ( Das dkk, 2018) dan untuk menghilangkan bahan-bahan
organik yang dapat menurunkan nilai kuat tekan geopolimer (Saafi dkk,
2014).
Kemudian fly ash t ersebut di ayak menggunakan ayakan yang berukuran 200
25 kg Sekam Padi
ada suhu
Di furnace p
Padi
1,25 gr dengan tingkat konsentrasi 2,5 mg/ml untuk larutan grafena 20 mg/ml
dan
(exfoliation) untuk konsentrasi 20 mg/ml, serbuk grafit yang berasal dari isi
pensil
an ditimbang
2B diayak menggunakan ayakan berukuran 200 mesh d
sebanyak 10
total 500 ml
gan ukuran
Aquadest v olume (1,25 gr, 5 ml)
Serbuk grafit pensil (1,25 gr, 5 ml)
Surfaktan
Surfaktan partikel 20 mesh (1
gram, 20 mg/ml)
Grafena
labu leher 4 yang dioperasikan pada suhu 600C. Kemudian produk reaksi
disaring
produk reaksi yang berupa larutan Natrium Silikat (Soeswanto dan Lintang,
2011)
Abu Sekam
Pengayakan
Hidroksida
straksi
Silika
Larutan Natrium
Proses
Residu
Proses Filtrasi
Larutan
Natrium
Silikat
sodium silikat (Na2SiO3) serta mereaksikan silika dan alumina pada fly
ash.
dengan urutan pencampuran yaitu pengadukan fly ash sekam padi dan pasir
sonicator s elama 1 jam. Pasir dan fly ash dicampur secara merata dengan
ditandai
adanya perubahan warna yang merata (berwarna abu abu). Larutan yang
telah
seluruh sisi cetakan dengan cara setiap lapisan diberi tekanan 10 kali untuk
setiap
sudut cetakan dan dibagian tengah cetakan dengan jumlah lapisan sebanyak
6 lapisan. Cetakan ditutup rapat kemudian dioven dengan suhu 60oC selama
24 jam.
kedalam kotak sampel yang kemudian dibiarkan dalam suhu kamar selama
28 hari
terhitung dari pengeluaran sampel dari cetakan. Kemudian diuji kuat tekan,
Grafena
Variasi
NaOH + Cam
Fly Ash : Pasir
Fly Ash : Pasir
Konsentrasi dan
Has
Na2SiO3
1:3 Dima
1:3
X-ray
Cetakan
X-ray
X-ray
Kuatpada
Pengovenan Tekan
Jam
D = ..............................................................................................(3.1)
dilakukan hingga benda uji menjadi hancur. Beban maksimum yang terjadi
selama
.......................................................................
(3.2)
tekanan dari mesin uji tekan (Compressing Test Machine) (N), A sebagai luas
penampang dari mortar geopolimer-grafena (mm2).
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S.F A., Yun-Ming, L., Bakri, M.M.A., Cheng-Yong, H., Zulkifly, K.,
Adam, A.A. dan Horianto. (2014). The effect of temperature and duration of
Bahri, S., dan Dwi, A.S.I. (2010). Pengaruh Limbah Serbuk Besi Sebagai
(2): 1-33
Teknik Sipil Inersia. 2
Das, S.K., Mishra, J., dan Mustakim, S.M. (2018). Rise Husk Ash as a
Potential
3, 7,
Journal of Applied Engineering Research, 1
81-84.
Dimitros, G., Papageorgiou, A., Kinloch, R.J., dan Young. (2015). Graphene/
95: 460-484.
Fan, F. (2014). Mechanical and Thermal Properties of Fly Ash-based of
Fan, F., Liu, Z., Xu, G., Peng, H. dan Cai, C.S. (2017). Mechanical and
Thermal
60: 66-81.
Materials. 1
Hamidi, R.M., Man, Z., dan Azizli, K.A., (2016). Concentration of NaOH and
the
48,
Conference on Process Engineering and Advanced Materials, 1
189-
193.
23
24
Kaur, K., Singh, J dan Kaur, M. (2018). Compressive Strengh of Rice Husk
Ash
69: 188-192.
Building Materials. 1
ortar
Primasasti, D.K. (2010) Tinjauan Kuat Tekan Dan Kuat Lentur Reprair M
Ranjbar, N., Mehdi, M.M., Mehrali, U.J., Alengaram., dan Zamin. (2015).
Ruiz, S., Valentine, A.G., Borrego, A., Bouzinos, D., Flores, S., Kalaitzidis, M.,
Maliconico, M., Marques, M., Kennan, G., Predeanu, J., Montes, S.,
10.1016/j.coal.2017.06.004, :
1101-1112.
25
Saafi, M., Tang, L., Fung, J., Rahman, M., dan Liggat, J. (2015). Enhanced
Sturm, P., Gluth, G.J.G., Brouwers, H.J.H. dan Kuhne, H.C. (2016).
Shyntesizing
24: 961-966.
Materials. 1
2, 60-64.
ISSN: 2321-0869-2454-4698.
Varrla, E., Paton, Keith R., Backes, C., Harvey, A., Smith, R.J., McCaukey, J.,
10: 1-22.
Semarang, Semarang.
Zhang, Y.J., Pan, Y.H., Yi, X.Z., dan Hao, C., (2017). A Novel
Electroconductive