Anda di halaman 1dari 29

BAHAN SEMINAR : PROPOSAL SKRIPSI

PROGRAM STUDI : KEHUTANAN


PEMINATAN : SILVIKULTUR
HARI/TANGGAL : KAMIS/ 17 JUNI 2021
WAKTU/TEMPAT : 9.10 WIB

RESPONS PERTUMBUHAN SENGON SOLOMON (Paraserianthes mollucana)


DENGAN PEMBERIAN PUPUK NPK DAN ASAM HUMAT PADA TANAH
BEKAS PENAMBANGAN BATUBARA

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Forst. Ir. Bambang Irawan, SP., M.Sc., IPU
2. Ir. Richard R.P. Napitupulu, S.Hut., M.Sc

Pemrasaran : Boy Julius Sitanggang


L1A117074

Pembahas Utama : Hendri Effendi (L1A117053)


Martin Rolintua Silalahi (L1A117111)
Shania Pangastuti Masytoh (L1A117121)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
Respons Pertumbuhan Sengon Solomon (Paraserianthes
mollucana) dengan Pemberian Pupuk NPK dan Asam Humat
pada Tanah Bekas Penambangan Batubara

BOY JULIUS SITANGGANG

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Skripsi yang berjudul “Respons Pertumbuhan Sengon Solomon
(Paraserianthes mollucana) dengan Pemberian Pupuk NPK dan Asam Humat
Pada Tanah Bekas Penambangan Batubara.” Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana di Fakultas Pertanian Universitas
Jambi.

Penyusunan Proposal skripsi oleh penulis dapat terselesaikan atas bantuan,


arahan, kritik dan saran maupun dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu, dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang dapat membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan
proposal skripsi ini, serta untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam
penulisan karya ilmiah di kemudian hari. Akhir kata, penulis mengucapkan terima
kasih dan berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi kita semua.

Jambi, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
1.4 Hipotesis ............................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5


2.1 Deskripsi Tanaman Sengon Salomon ................................................. 6
2.2 Karakteristik Tanah Batubara .............................................................. 6
2.3 Pupuk NPK ........................................................................................... 7
2.4 Asam Humat ......................................................................................... 8

III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 9


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 11
3.2 Bahan dan Alat ..................................................................................... 11
3.3 Rancangan Percobaan .......................................................................... 11
3.4 Prosedur Penelitian............................................................................... 12
3.4.1 Persiapan Areal dan Bibit ................................................................. 12
3.4.2 Pembuatan Lubang Tanam ............................................................... 12
3.4.3 Penanaman ......................................................................................... 12
3.4.4 Pemberian Perlakuan Pupuk NPK dan Asam Humat ..................... 13
3.5 Variabel yang diamati .......................................................................... 13
3.5.1 Pertambahan Tinggi Tanaman.......................................................... 13
3.5.2 Pertambahan Diameter Tanaman ..................................................... 13
3.5.3 Pertambahan Jumlah Daun ............................................................... 14
3.5.4 Berat Kering Tajuk............................................................................ 14
3.5.5 Berat Kering Akar ............................................................................. 14
3.5.6 Data Penunjang ................................................................................. 14
3.6 Analisis Data......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16

LAMPIRAN .................................................................................................. 19

iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Denah Petak Percobaan ............................................................................. 19
2. Denah Tanaman Dalam Petak Percobaan ................................................. 20
3. Lubang Tanam ............................................................................................ 21
4. Perhitungan Jumlah Pupuk NPK dan Asam Humat yang dibutuhkan .... 22
5. Peta Lokasi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi PT. Nan Riang 23
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sengon solomon (Paraserianthes mollucana (Miq.) Barneby & J.W.


Grimes) yang termasuk dalam famili Leguminoceae merupakan tanaman yang
memiliki pertumbuhan yang cepat (Baskorowati, 2014). Tanaman sengon tidak
membutuhkan persyaratan khusus untuk dapat tumbuh karena dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah (Krisnawati et al., 2011). Selanjutnya sengon memiliki nilai
ekonomi yang cukup besar seperti kayu nya dapat digunakan untuk bahan baku
triplex, kayu lapis, papan partikel dan papan blok, industri korek api, pensil, dan
bahan baku industri pulp kertas (Krisnawati et a., 2011 dan Purwanto, 2018).
Daun sengon juga memiliki kandungan protein yang cukup tinggi sehingga sering
digunakan sebagai pakan ternak seperti kerbau, kambing, sapi, dan domba
(Astana, 2016).

Melihat manfaat tersebut tanaman sengon mempunyai potensi yang besar


untuk dikembangkan di areal reklamasi bekas tambang batubara karena tanaman
sengon mudah beradaptasi terhadap lingkungan lahan tersebut (Setiowati et al.,
2017). Taqiyuddin dan Hidayat (2020) melaporkan bahwa sengon merupakan
tanaman yang paling umum dipakai dalam kegiatan reklamasi lahan bekas
tambang batubara, karena pertumbuhannya lebih cepat daripada tanaman lain.
Namun permasalahan yang terjadi pada kegiatan reklamasi yaitu pertumbuhan
tanaman sengon yang kurang optimal. Kusmana et al. (2013) melaporkan bahwa
tanaman sengon yang ditanaman di areal reklamasi bekas tambang batubara
mengalami kekerdilan. Hal tersebut karena adanya perubahan sifat tanah yang
disebabkan oleh kegiatan penambangan batubara mulai dengan pengupasan tanah
pucuk, mengangkat tanah penutup, menambang batubara, dan penimbunan
kembali.

Penambangan batubara dengan sistem terbuka menyebabkan penurunan


sifat fisik, kimia, biologi tanah (Subowo, 2011). Penurunan tersebut disebabkan
oleh kegiatan penimbunan kembali lubang bekas galian (backfilling), dimana
tanah top soil yang mengandung banyak unsur hara tidak lagi berada di lapisan

1
paling atas. Hasil penelitian Sudaryono (2009) menyatakan bahwa tanah pasca
tambang batubara memiliki kandungan bahan organik tergolong rendah (0,67 -
1,57), N sangat rendah sampai rendah (0,04 - 0,16%), K rendah sampai sedang (4
- 25 mg/100 gr), P rendah sampai sedang (6 - 30 mg/100 gr). Simanjorang (2017)
dan Manalu (2017) menjelaskan bahwa konsistensi pada permukaan tanah teguh,
pada lapisan bawah sangat teguh, serta kandungan unsur hara makro primer dan
sekunder tergolong sangat rendah (0,01 % - 4,56 %). Hasil penelitian Fahrul et al.,
(2019) juga melaporkan bahwa tanah bekas tambang batu bara memiliki pH yang
sangat masam (3,28), kandungan C-organik sangat rendah (0,48%), N-total sangat
rendah (0,08 %) dan P-tersedia sangat rendah (4,45 ppm). Dengan demikian
karakteristik tersebut akan menjadi faktor pembatas terhadap pertumbuhan
tanaman dan keberhasilan kegiatan reklamasi di lahan bekas tambang.

Melihat kondisi di atas perlu dilakukan penambahan unsur hara untuk


mmingkatkan kesuburan pada tanah bekas tambang batubara, salah satu upaya
yang dilakukan dengan pemberian unsur hara makro primer yaitu dengan pupuk
NPK. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk NPK
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan pada tanaman seperti
penelitian Suhartati dan Nursyamsi (2006) menunjukkan bahwa dosis 100 g
pupuk NPK memberi pertumbuhan tanaman jati terbaik umur 20 bulan di
lapangan. Hasil penelitian Mansur dan Surahman (2011) bahwa pemberian pupuk
NPK dengan dosis 100 g/tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan diameter
tanaman jabon (Anthicephalus cadamba). Hartati dan Sudarmadji (2012)
melaporkan bahwa pemberian pupuk NPK dengan dosis 100 g memberi pengaruh
yang paling maksimal terhadap tinggi dan diameter tanaman sengon buto
(Entrolobium cyclocarpum) pada areal bekas tambang batubara.

Selain penggunaan pupuk anorganik sebagai penyedia unsur hara makro


primer di tanah bekas tambang batubara, diperlukan bahan amelioran sebagai
tambahan untuk meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk NPK serta
memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah. Salah satunya yaitu dengan asam
humat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2013) menjelaskan bahwa
penambahan asam humat 0.15% dapat menurunkan pemakaian pupuk NPK
sebanyak 25%. Selanjutnya Djufry et al., (2014) melaporkan bahwa aplikasi asam
humat dapat menghemat pemakaian pupuk NPK sebesar 50%. Asam humat
mampu memperbaiki struktur tanah, tingkat aerasi tanah, meningkatkan pH
tanah, Kapasitas Tukar Kation (KTK), P-tersedia, C-organik, N-total, kation basa
yang dapat dipertukarkan serta dapat menurunkan Al-dd tanah (Suwahyono,
2011., Delvita, 2016 dan Ikbal et al., 2016). Disamping itu penggunaan asam
humat sebagai pembenah tanah di lahan bekas tambang batubara sangat potensial,
dimana ketersediaannya sangat banyak serta mudah diperoleh karena salah satu
sumber asam humat yakni dari batubara muda (Restida et al., 2014 dan Dariah
dan Nurida, 2011). Oleh sebab itu asam humat sering digunakan dalam kegiatan
reklamasi lahan kristis seperti lahan bekas tambang batbara (Herjuna, 2011.,
Widuri dan Yassir, 2013 dan Adhiatma et al., 2014).

Hasil penelitian Yuliani (2007) bahwa pemberian asam humat 10 g/polybag


yang diberi mikoriza memberikan engaruh terbaik dalam memperbaiki tanaman
kaliandra merah. Selanjutnya Rahmawatin (2007) bahwa terdapat interaksi yang
nyata antara bioaktifator dengan asam humat dalam meningkatkan pertambahan
diameter kaliandra pada dosis 10 g/polybag. Penelitian Ashari (2017), bahwa
pemberian asam humat dengan dosis 20 g memberi pertumbuhan terbaik terhadap
pertumbuhan tanaman jarak pagar.

Berdasarkan uraian diatas tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian yang berjudul “Respons Pertumbuhan Sengon Solomon
(Paraserianthes mollucana) dengan Pemberian Pupuk NPK dan Asam Humat
pada Tanah Bekas Penambangan Batubara”.

1.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mempelajari interaksi pupuk NPK dan asam humat terhadap pertumbuhan
sengon salomon pada lahan bekas tambang batubara.
2. Mempelajari pengaruh pupuk NPK terhadap petumbuhan sengon salomon
pada lahan bekas tambang batubara.
3. Mempelajari pengaruh asam humat terhadap pertumbuhan sengon salomon
pada lahan bekas tambang batubara.

3
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah agar dapat menjadi acuan dasar dalam
penggunaan dosis pupuk NPK dan asam humat dalam melakukan kegiatan
reklamasi di lahan bekas tambang batu bara serta sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi (S1) pada Program studi Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi.

1.4 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, rumusan hipotesis
penelitian adalah sebagai berikut :

1. Terdapat interaksi yang nyata antara pupuk NPK dan asam humat terhadap
pertumbuhan sengon solomon di lahan bekas tambang batubara.
2. Pemberian 100 g pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
sengon solomon di lahan bekas tambang batubara.
3. Pemberian 20 g asam humat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
sengon solomon di lahan bekas tambang batubara.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Sengon Salomon


Sengon di Indonesia ditemukan tersebar di bagian timur dan di perkebunan
di Jawa (Martawijaya et al., 1989). Sengon solomon (Paraserianthes moluccana)
merupakan sengon yang berasal dari Kepulauan Solomon. Krisnawati et al.,
(2011) menyatakan bahwa pada kondisi lingkungan yang bagus, tinggi sengon
dapat mencapai 7 m dalam satu tahun, 16 m dalam tiga tahun, dan 33 m dalam
sembilan tahun. Selanjutnya sengon solomon pada umur dua tahun memiliki
diameter sebesar 16 cm, sedangkan sengon lokal umur dua tahun memiliki
diameter sebesar 12 cm (Setiadi et al., 2014). Sengon dapat tumbuh mulai dari
pantai 1600 mdpl, namun pada umumnya pertumbuhannya akan optimum jika
tumbuh pada kisaran 0-800 mdpl. Sengon tumbuh dengan baik di daerah yang
terletak antara 10°LS-3°LU yang memiliki 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering
serta curah hujan rata-rata tahunan yang cocok untuk tanaman ini adalah 2.000-
2.700 mm (Baskorowati, 2014).

Astana et al., (2016) menyatakan bahwa pohon sengon banyak digunakan


oleh penduduk Jawa Barat untuk bahan perumahan (papan, balok, tiang, kaso dan
sebagainya). Selain itu dapat juga dipakai untuk pembuatan peti, venir, pulp,
papan semen, wol kayu, papan serat, papan partikel, korek api (tangkai dan
kotak), kelom dan kayu bakar.

Sengon dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, termasuk tanah kering,
lembap, bahkan di tanah yang mengandung garam dan asam selama drainasenya
cukup (Astana et al., (2016). Selanjutnya Setiowati et al., (2017) mengatakan
bahwa tanaman sengon merupakan salah satu tanaman yang direkomendasikan
untuk reklamasi di lahan bekas tambang batubara. Hal tersebut dikarenakan
sengon termasuk ke dalam famili legumenaceae mempunyai bintil-bintil akar
yang mampu bersimbiosa dengan bakteri tanah (Rhizobium) dalam melakukan
proses penambatan nitrogen (Gothwal et al. (2008).

5
2.2 Karakteristik Lahan Bekas Tambang Batubara

Kegiatan penambangan pada umumnya dilakukan dengan penambangan


terbuka (open pit mining) yang akan menimbulkan dampak pada perubahan
lansekap lahan bekas tambang. Perubahan lansekap ini meliputi, perubahan
topografi dan pola hidrologi, kerusakan tubuh tanah, perubahan vegetasi penutup
tanah, yang pada akhirnya merubah ekosistem tempat dilakukannya penambangan
terbuka (Ardiyanto, 2009). Tanah pada lahan bekas tambang batu bara memiliki
profil yang abnormal karena disebabkan oleh pengerukan, penimbunan dan
pemadatan alat berat ditambah lagi pada musim kemarau tanah tersebut menjadi
berstruktur padat dan keras. Hal tersebut yang menyebabkan buruknya sistem tata
air dan aerasi yang berdampak langsung kepada pertumbuhan tanaman karena
penyerapan air oleh akar tanaman menjadi terhambat karena pori pori tanah
sangan kecil (Fitrah, 2018).
.Hasil penelitian Mashud dan Manarionsong (2014) menunjukkan bahwa
tingkat kemasaman (pH) tanah pada bekas tambang batubara tergolong sangat
masam hingga agak masam (4,10-6,46), C organik rendah-tinggi (0,48-4,82%),
kandungan bahan organik rendah-tinggi (1,85-8,30%), C/N rendah-sedang (12,47-
22,9), N total sangat rendah-sedang (0,08-0,21%), P tersedia rendah (3,52-7,72
ppm) dan K tersedia tinggi (11,47-92,80 ppm. Selanjutnya penelitian Fitrah
(2018), bahwa sifat kimia tanah bekas tambang batubara seperti pH sangat masam
(<4,5), kandungan Corganik sangat rendah (0,432), N total sangat rendah
(0,048%), K tersedia sangat rendah (0,013 ppm), dan P tersedia sangat rendah
(1,243 ppm).

2.3 Pupuk NPK

Pupuk NPK merupakan pupuk yang menyediakan unsur hara esensial yang
sangat di butuhkan dalam pertumbuhan tanaman. Rahmawaty (2002) menjelaskan
strategi yang perlu diterapkan pada perbaikan kondisi tanah antara lain perbaikan
ruang tubuh tanah, pemberian top soil dan bahan organik, serta pemupukan dan
pemberian kapur. Namun pada pemberian pupuk khususnya pupuk anorganik
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hara yang ketersediaannya di tanah
bekas tambang batubara sangat sedikit. Untuk memenuhi kebutuhan tanaman
tersebut kita bisa menyediakan unsur hara dengan pemberian pupuk anorganik
yaitu pupuk NPK.
Hasil Penelitian Hatmani (1995) melaporkan bahwa pemberian pupuk NPK
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit sengon
(Paraserianthes falcataria) di pembibitan. Berdasarkan hasil penelitian Surata
(2009) bahwa pemberian pupuk NPK 50 g/ pohon paling efektif meningkatkan
pertumbuhan tinggi Eucalyptus camaldulensis. Hasil penelitian Firdaus (2019)
menunjukkan bahwa Pengaruh arang sekam, kompos dan pupuk NPK secara
tunggal tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan kaliandra merah,
sedangkan kombinasinya memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan
diameter dan sangat nyata terhadap berat basah dan kering daun, serta berat basah
dan kering cabang tanaman. Wasis dan Sa’idah (2019) menyatakan bahwa
pemberian pupuk NPK secara tunggal memberikan pengaruh secara nyata
terhadap diameter, berat basah dan nisbah pada tanaman sengon.

2.4 Asam Humat

Menurut Suwahyono (2011) asam humat adalah komponen terpenting


dalam bahan organik karena dari hasil penelitian menunjukan bahwa, asam humat
dapat membantu menggemburkan tanah, membantu mentransfer nutrien dari
tanah ke dalam tanaman, serta membantu asupan ke dalam akar tanaman dengan
mengkonversi elemen dalam nutrisi (N, P, K, dan unsur mikro lainnya) dalam
bentuk yang mudah diserap oleh tanaman. Berdasarkan penelitian Dariah dan
Nurida (2011) menjelaskan bahwa kandungan asam humat pada bahan organik
pupuk kandang 1,52 %, sampah rumah tangga 6,67 %, batubara muda 2,4% dan
yang paling besar yaitu bahan organik dari gambut 15,56 %. Dengan demikian
ketersediaan asam humat di areal bekas tambang batubara mudah untuk
didapatkan.
Berdasarkan penelitian Hermanto et al,. (2013) penerapan asam humat
sebagai pelengkap pupuk mampu meningkatkan ketersediaan dan pengambilan
unsur hara bagi tanaman. Didukung oleh Sembiring dan Yulia (2015) menyatakan
bahwa asam humat dapat memperbaiki sifat kimia pada sub soil ultisol berupa

7
peningkatan nilai pH (H¬2O), C-organik, N-total dan P-tersedia. Tidak hanya itu
asam humat juga memiliki sifat memperbaiki struktur tanah secara fisika maupun
kimia, perangsang pertumbuhan tanaman dan memper-cepat pertumbuhan akar
atau tunas muda sehingga tanaman lebih cepat tumbuh serta menambah hasil dan
kualitas tanaman, menstimulasi peningkatan aktivitas mikrobiologi tanah yang
menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman (Hermanto et al., 2013).

Hasil penelitian Parlindungan (2011) pemberian bahan humat 800 ppm


ditambah pupuk P dosis 100% rekomendasi meningkatkan pH sebesar 0,53 unit,
P-tersedia sebesar 6,35 ppm, C-organik 0,01% dan menurunkan Al-dd sebesar
0,70 me/100 g dibanding kontrol. Dari hasil penelitian Herviyanti et al., (2012)
pemberian asam humat dengan kepekatan 800 mg/kg tanah terjadi peningkatkan
ketersedian P sebesar 23,03 ppm, N-total 0,09%, dan dapat menurunkan Al-dd
sebesar 0,53 me/100 g serta Fe-dd sebesar 25,62 ppm bila dibandingkan dengan
perlakuan tanpa pemberian bahan humat. Berdasarkan hasil penelitian Hermanto
et al., (2013) bahwa ketersediaan dan pengambilan N, P, K, Zn dan Fe tertinggi
oleh tanaman ditemukan pada perlakuan asam humat 20 kg ha-1 bersama pupuk
NPK dosis 100% dimana asam humat mampu meningkatkan dan pengambilan
unsur hara bagi tumbuhan.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di areal pertambangan batubara PT. Nan
Riang yang berada di Desa Jebak, Kecamatan Muaro Tembesi, Kabupaten
Batanghari, Provinsi Jambi. Lama penelitian ini diperkirakan selama 5 bulan dari
bulan Mei 2021 hingga bulan September 2021.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman sengon
salomon, asam humat, pupuk NPK (16:16:16) dan kapur dolomit. Alat yang
digunakan adalah ajir, cangkul, meteran, jangka sorong, alat tulis, alat
dokumentasi dan lain-lain.

3.3 Rancangan Percobaan


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan dua faktor dan kelompok didasarkan atas kelerengan. Faktor
pertama yaitu dosis pupuk NPK (p) yang terdiri dari 3 taraf dan faktor kedua yaitu
asam humat (a) yang terdiri dari 3 taraf.
Faktor pupuk NPK (P) terdiri dari 3 taraf yaitu :
1. 𝑃1 = 50 g pupuk NPK per lubang tanam
2. 𝑃2 = 100 g pupuk NPK per lubang tanam
3. 𝑃3 = 150 g pupuk NPK per lubang tanam
Faktor asam humat (A) terdiri dari 3 taraf yaitu :
1. 𝐴1 = 10 g asam humat per lubang tanam
2. 𝐴2 = 20 g asam humat per lubang tanam
3. 𝐴3 = 30 g asam humat per lubang tanam
Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan dimana setiap perlakuan
dilakukan ulangan sebanyak 3 kali dan setiap satuan percoban terdapat 8 tanaman
sehingga jumlah bibit sengon diperlukan sebanyak 216 tanaman. (Lampiran 1)

9
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Penyiapan Areal dan Bibit

Persiapan areal yaitu pemilihan lokasi yang akan digunakan dalam


penelitian yaitu disposal tidak aktif. Selanjutnya pada areal tersebut dilakukan
pembersihan gulma dan pembagian kelompok/ulangan berdasarkan kelerengan
dan petak percobaan yang telah di buat. Setelah itu dilakukan pemasangan ajir
menggunakan bambu setinggi 1 m sesuai jarak tanam yaitu 3 meter x 3 meter
untuk mempermudah pembuatan lubang tanam (Nuroniah dan Putri, 2013).
Bibit sengon salomon yang akan digunakan di peroleh dari areal pemibitan
PT. Nan Riang. Bibit tersebut di seleksi yaitu dengan umur 5-6 bulan, berbatang
tunggal dan lurus, tinggi 75-80 cm, diameter 7-9 mm, jumlah daun antara 4-6
helai dan bibit bebas dari serangan hama dan penyakit.

3.4.2 Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam akan dibuat menggunakan alat yaitu cangkul dan dodos
dengan ukuran lubang tanam 40 cm x 40 cm x 40 cm (Astana et al., 2016).
Selanjutnya lubang tanam diberikan kapur dolomit sebanyak 1xAldd/lubang
tanam yang diaduk dengan tanah bekas galian dan dibiarkan selama 7 hari
(Lawing, 2018). (Lampiran 3)

3.4.3 Penanaman
Bibit sengon akan ditanaman dengan melepaskan plastik polibag serta
mempertahankan tanah yang terdapat didalamnya tidak hancur. Selanjutnya bibit
ditanam secara tegak lurus pada lubang tanam dan ditutup kembali menggunakan
tanah bekas galian yang sudah diaduk dengan kapur dolomit.

3.4.4 Pemberian Perlakuan


Pemberian perlakuan diawali dengan persiapan pupuk NPK dan asam humat
yang dilakukan dengan cara menimbang masing-masing perlakuan sesuai dengan
dosis yang ditentukan (Lampiran 4) dan pupuk NPK dan asam humat dicampur
sampai merata. Selanjutnya pemberian perlakuan dilakukan dua hari setelah
tanam, dimana pupuk NPK dan asam humat yang sudah dicampurkan di berikan
pada 2 lubang (sebelah kiri dan kanan tanaman) yang kedalamannya 15 cm
dengan jarak sekitar 10 cm dari pokok tanaman (Mahbub, 2020).

3.4.5 Pemeliharaan tanaman


Pemeliharaan tanaman yang akan dilakukan yaitu penyiraman, penyulaman,
penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan dengan
pemberian air yang sama untuk semua tanaman yaitu 1 l/tanaman dan penyiraman
dilakukan pada sore hari. Penyulaman dilakukan bila terdapat tanaman yang mati
pada saat dua minggu setelah tanam. Selanjutnya apabila gulma mulai tumbuh
disekitar tanaman, penyiangan akan dilakukan secara manual yaitu mencangkul
gulma yang mulai tumbuh tersebut.

3.5 Variabel yang Diamati


3.5.1 Pertambahan Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman awal dilakukan 1 minggu setelah penanaman


(t0), pengukuran selanjutnya dengan interval 2 minggu (t 1 sampai t8). Pengukuran
tinggi tanaman diukur dari tanda garis putih yang dibuat (± 5 cm diatas leher akar)
sampai titik tumbuh tertinggi tanaman. Alat yang digunakan adalah meteran
dengan satuan centimeter. Hasil pertambahan tinggi tanaman selama penelitian
diperoleh dari selisih antara pengukuran tinggi terakhir (t8) dengan pengukuran
awal (t0).

3.5.2 Pertambahan Diameter Tanaman


Pengukuran diameter dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi
tanaman. Agar standar pengukuran tidak berubah, maka pengukuran dilakukan
pada tanda garis putih di tempat pengukuran tinggi. Alat yang digunakan untuk
mengukur diameter tanaman adalah jangka sorong dengan satuan millimeter.

3.5.3 Pertambahan Jumlah Daun


Pengamatan pertambahan jumlah daun juga dilakukan bersamaan dengan
pengukuran tinggi dan diameter batang. Pengamatan dilakukan pada tanaman
sampel setiap 2 minggu sekali. Daun yang dihitung adalah daun yang telah

11
membuka sempurna dan diberi tanda berupa benang putih pada daun yang sudah
dihitung. Data yang diperoleh adalah selisih antara jumlah daun pada pengamatan
terakhir dengan jumlah daun pada pengamatan awal.

3.5.4 Berat Kering Tajuk (g)


Pengamatan berat kering tajuk ini dilakukan pada akhir penelitian dengan
cara mencabut salah satu tanaman sampel (Lampiran 2) kemudian memotong
pada bagian leher akar. Tanaman sampel kemudian dipotong kecil-kecil dan
dimasukkan ke dalam amplop, lalu di oven pada suhu 105°C selama 8 jam
kemudian ditimbang. Penimbangan dan pengovenan dilakukan hingga diperoleh
berat kering konstan.
.
3.5.5 Berat Kering Akar (g)
Pengamatan berat kering akar dilakukan bersamaan dengan berat kering
tajuk. Akar yang telah dibersihkan dari tanah dengan cara menyiram akar tanaman
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop, kemudian dikeringkan dengan
menggunakan oven selama 8 jam pada suhu 105°C lalu ditimbang. Penimbangan
dan pengovenan dilakukan hingga diperoleh berat kering konstan.

3.5.6 Data Penunjang


Data yang diperlukan untuk melengkapi penelitian berupa data curah hujan,
suhu dan kelembapan udara (termohygrometer) serta dilakukan pengambilan
tanah pada setiap petak percobaan, yaitu di dekat zona perakaran (disisi kiri dan
kanan tanaman sampel) dengan kedalaman 0-20 cm menggunakan bor tanah
untuk untuk analisis sifat kimia tanah yaitu pH tanah, C-organik, N total, P
tersedia, K tersedia dan Al-dd yang di ukur pada awal dan akhir penelitian.

3.6 Analisis Data


Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati, maka
data dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik ragam (analisist of
variance = ANOVA) dengan taraf 5%, kemudian dilanjutkan dengan uji
Polinomial orthogonal untuk melihat interaksi antar perlakuan. Jika tidak terdapat
interaksi dilakukan uji DMRT untuk melihat perbedaan antar pelakuan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adhiatma S, Susanto TB, Nurmiyanto A, dan Hudori. 2014. Aplikasi bahan


amelioran (asam humat; lumpur IPAL tambang batubara) terhadap
pertumbuhan tanaman reklamasi pada lahan bekas tambang batubara. Jurnal
Sains dan Teknologi Lingkungan.Vol. 6(1):26-37.

Ashari AM, Suherman C, dan Nuraini A. 2017. Respons pertumbuhan tanaman


jarak pagar (Jatropha curcas L.) akibat pemberian asam humat dan fungi
mikoriza arbuskula. Jurnal Agrotek. Vol 9 (2):148-158.

Astana S, Hani A, Endom W, Nuroniah HS, Lelana NE, Kurniasari DR, dan
Bangsawan I. 2016. Kiat Berbisnis Sengon Tanam Sekali Untung Berkali-
kali. Forda Press, Bogor, Indonesia

Ardiyanto AE. 2009. Pengaruh Pemberian Bahan Amelioran Senyawa Humat,


Bahan Organik Dan Kapur Terhadap Pertumbuhan Koro Benguk (Mucuna
pruriens) Pada Lahan Bekas Tambang Batubara Tambang Batulicin
Kalimantan Selatan. Skripsi. Fakultas K.ehutanan IPB, Bogor.

Badan Litbang Pertanian. 2013. Asam Humat, Senyawa Organik Penghemat


Pemakaian Pupuk Anorganik. http://www.litbang.pertanian.go.id/info-
aktual/1525/ (Diakses 12 November 2020).

Baskorowati L. 2014. Budidaya Sengon Unggul (Falcataria moluccana) Untuk


Pengembangan Hutan Rakyat. IPP Press, Bogor, Indonesia.

Dariah AI dan Nurida NL. 2011. Formula pembenah tanah diperkaya senyawa
humat untuk meningkatkan produktivitas tanah ultisols taman bogo,
Lampung. Jurnal Tanah dan Iklim. Vol. No. 33

Darwo, Setiadi Y, Santoso E. 2006. Aplikasi endomikoriza, pupuk kompos, dan


asam humat dalam meningkatkan pertumbuhan Khaya anthoteca Dx. Pada
lahan pasca penambangan batu gamping di Cileungsi-Bogor. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol 3 (2):195-207

Delvita S (2016) Pemberian Abu Terbang Batu Bara dan Asam Humat Terhadap
Beberapa Sifat Kimia Tanah Pada Lahan Bekas Tambang Batu
Bara. Diploma thesis, Universitas Andalas.
Djufry F, Nurjanani, Ramlan. 2014. Efektivitas pupuk majemuk dan asam humat
pada budidaya kentang di kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Jurnal
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 17 No. 2

Fahrul M, Jannah R, dan Patmawati. 2019. Perbaikan beberapa sifat kimia pada
tanah pasca tambang batubara dengan pemberian dosis bokashi kiapu
(Pristia stationes L.) dan krinyu (Choromolaena odorata L.). Jurnal
agroekoteknologi Tropika Lembab. Vol 2 No 1.
Firmansyah I, Syakir, dan Lukman L. 2017. Pengaruh kombinasi dosis pupuk N,
P, dan K terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung (Solanum
melongena L.). Jurnal Hortikultura. Vol 27 (1):69-78.

Firdaus NY. 2019. Pengaruh Arang Sekam, Kompos dan Pupuk NPK Terhadap
Pertumbuhan Kaliandra Merah (Calliandra calothyrsus). Skripsi.
Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Fitrah H. 2018. Material Tanah Bekas Tambang Batubara dan Pembenahan.


Thema Publishing, Yogyakarta, Indonesia.

Gothwal RK, VK Nigam, MK Mohan, D Sasmal dan P Ghosh. 2008. Screening


of nitrogen fixers from rhizospheric bacterial isolates associated with
important desert plants. Applied Ecology and Environmental Research.
Vol.6 No.2. Halaman 101-109.

Hartanto H. 2011. Cara Pembudidayaan Sengon. Brilliant Book, Yogyakarta,


Indonesia.
Hartati W. dan Sudarmadji T. 2012. Study on land rehabilitation at mined lands of
PT Trubaindo coal mining, West Kutai, East Kalimantan (2011 - 2012).
General Forestry.

Hermanto D, Dharmayani NKT, Kurnianingsih R, dan Kamali SR.2013. Pengaruh


asam humat sebagai pelengkap pupuk terhadap ketersediaan dan
pengambilan nutrien pada tanaman jagung di lahan kering Kec.Bayan-NTB.
Ilmu Pertanian. Vol 16 (2) : 28-41.

Hatmani SS. 1995. Pengaruh Komposisi Media dan Dosis Pupuk NPK Terhadap
Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria (L.)Nielsen). Skripsi.
Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Herviyanti, Anche C, Gusnidar, dan I. Darfis. 2012. Perbaikan sifat kimia oxisol
dengan pemberian bahan humat dan pupuk p untuk meningkatkan serapan
hara dan produksi tanaman jagung (Zea mays l.). Jurnal Solum Vol. 9 :51-
60.

Heruna S. 2011. Pemanfaatan Bahan Humat dan Abu Terbang untuk Reklamasi
Lahan bekas Tambang. Tesis. IPB, Bogor

Ikbal, Iskandar, Budi SWR. 2016. Penggunaan bahan humat dan kompos untuk
meningkatkan kualitas tanah bekas tambang nikel sebagai media
pertumbuhan sengon (Paraserianthes falcataria). Jurnal Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Vol.6 No.1

15
Krisnawati H, Varis E, Kallio M and Kanninen M. 2011. Paraserienthes falcataria
(L.) Nielsen: ecology, silviculture and productivity. CIFOR, Bogor,
Indonesia.

Kusmana C, Setiadi Y, dan Anshary AL. 2013. Studi pertumbuhan tanaman hasil
revegetasi di lahan pasca tambang batubara PT. Arutmin Indonesia Sie
Batulicin Kalimantan Selatan. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol.4(3):160-16.

Lawing YH. 2018. Pengaruh pemberian kapur dolomit terhadap pertumbuhan


bibit gaharu pada lahan pasca tambang di PT. Tanito Harum. Jurnal Geologi
pertambangan. Vol. 1(23)

Mahbub IA, Tampubolon G, dan Irianto. 2020. Perbaikan beberapa sifat kimia
tanah dan pertumbuhan tanaman sengon solomon (Falcataria moluccana
(miq.) barneby & grimes) melalui pemberian kompos Desmodium
ovalifolium pada tanah bekas tambang batubara. Jurnal Silva Tropika. Vol
4(1).

Manalu DP. 2017. Evaluasi Sifat Kimia dan Kesuburan Tanah Di Areal
Reklamasi Pasca Tambang Batubara (Studi Kasus di PT. Nan Riang, Desa
Ampelu Mudo, Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari). Skripsi
[Tidak Dipublikasikan]. Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Mansur I dan Suharman. 2011. Respon tanaman jabon (Anthocephalus cadamba)


terhadap pemupukan lanjutan (npk). Jurnal Silvikultur Tropika. Vol.3 No.1

Martawijaya A., Kartasujana I., Mandang Y.I., Prawira S. A. dan Kadir K. 1989.
Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan.
Mashud N dan Manarionsong E. 2014. Pemanfaatan lahan bekas tabang batubara
untuk pengembangan sagu. Balai Penelitian Tanaman Palma. Vol. 15 No. 1
Nuroniah HS, dan Putri KP. 2013. Manual Budidaya Sengon (Falcataria
moluccana Miq.). Pusat Pendidikan dan Pengembangan Peningkatan
Produktivitas Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor,
Indonesia.
Parlindungan S.P. 2011. Pengaruh Bahan Humat Dari Ekstrak Batubara Muda
(Subbituminus) dan Pupuk P terhadap Ketersediaan dan Serapan Hara P
Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Ultisol. Skripsi. Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.

Priadi D dan NS Hartati. 2015. Daya kecambah dan multiplikasi tunas in vitro
Sengon (Paraserianthes falcataria) unggul benih segar dan yang disimpan
selama empat tahun. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. Vol 1(6): 1516-
1519.
Purwanto F. 2018. Omset Petani Pohon Sengon Di Desa Pangkoh Kabupaten
Pulang Pisau. Skripsi. Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Syariah
Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya.
Rahmawatin RM. 2007. Respons Pertumbuhan Awal Legum Kaliandra
(Calliandra calothyrsus) Terhadap Pemberian Boi Enzim, Bioaktivator dan
Asam Humik. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor
Rahmawaty. 2002. Restorasi lahan bekas tambang berdasarkan kaidah ekalogi.
USU Digital Library. Sumatera Utara.

Restida M, Sarno, dan Ginting YC. 2014 . Pengaruh pemberian asam humat (berasal
dari batubara muda) dan pupuk N terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Jurnal Agrotek Tropika. Vol. 2(3).

Subowo G. 2011. Penambangan sistem terbuka ramah lingkungan dan upaya


reklamasi pasca tambang untuk memperbaiki kualitas sumberdaya lahan dan
hayati tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol 5(2).

Simanjorang BN. 2017. Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Jenis Tanaman di


Areal Reklamasi Pasca Tambang Batubara (Studi Kasus di PT. Nan Riang,
Desa Ampelu Mudo, Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari).
Skripsi [Tidak Dipublikasikan]. Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Sembiring JV, Nelvia dan Yulia AE. 2015. Pertumbuhan bibit kelapa sawit
(Elaeis guineensis jacq.) di pembibitan utama pada medium sub soil ultisol
yang diberi asam humat dan kompos tandan kosong kelapa sawit. Jurnal
Agroteknologi. Vol 6(1) : 25-32.

Setiadi D, Baskorowati L, dan Susanto M. 2014. Pertumbuhan sengon solomon


dan responnya terhadap penyakit karat tumor di Bondowoso, Jawa Timur.
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol 8(2):121-136.
Setiowati DN, Amala AN, dan Aini UNN. 2017. Studi pemilihan tanaman
revegetasi untuk keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang. Jurnal Teknik
Lingkungan. Vol 3 (1):14-20.
Sudaryono. 2009. Tingkat kesuburan tanah ultisol pada lahan pertambangan
batubara Sanggatta, Kalimantan Timur. Jurnal teknik lingkungan. Vol.
10(3)
Suwahyono U. 2011. Prospek teknologi remediasi lahan kritis dengan asam humat
(humic acid). Jurnal Teknik Lingkungan. Vol 12 (1) : 55-65.
Suhartati dan Nursyamsi. 2006. Pengaruh dosis pupuk dan asal bibit terhadap
pertumbuhan jati. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol 3 (3) : 193-200.

Surata IK. 2009. Pemupukan npk pada tanaman Eucalyptus camaldulensis dehnh
di lahan savana, Kabupaten Sumba Timur, propinsi Nusa Tenggara Timur.
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman.Vol 6. No.1

17
Taqiyuddin MFK dan Hidayat L. 2020. Reklamasi tanaman adaptif lahan tambang
batubara PT. BMB blok dua kabupaten Tapin Kalimantan Selatan.Ziraa’ah.
Vol.45 No.3:285-292.

Wasis B dan Sa’idah SH. 2019. Pertumbuhan semai sengon (Paraserianthes


falcataria (l.) nielsen) pada media tanah bekas tambang kapur dengan
penambahan pupuk kompos dan npk. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol 9
(1) : 51-57.

Widuri SA dan Yassir I. 2013. Pertumbuhan laban (Vitex pinnata) dengan


perlakuan asam humat dan kompos di lahan pascatambang batubara, pt
singlurus pratama, kalimantan timur. Balai Penelitian Teknologi Konservasi
Sumber Daya Alam.

Yuliani E. 2007. Pengaruh Penambahan Bioktivator, Asam Humik dan Mikoriza


(CMA) Terhadap Pertumbuhan Kaliandra Merah (Calliandra calothyrsus).
Skripsi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor
LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Petak Percobaan

kELERENGAN

P3A2 P1A1 P3A1

P1A2 P3A3 P1A2


Keterangan :
P1A1 P1A2 P2A2
I,II, III : Ulangan
P1A3 P2A3 P1A3 P3A2 P1A2 P1A1…: Kombinasi Perlakuan

P2A2 P3A2 P2A1

P2A3 P3A1 P1A1

P2A1 P2A2 P2A3

P3A3 P1A3 P3A2

P3A1 P2A1 P3A3

I II III

19
Lampiran 2. Denah Tanaman dalam Petak Percobaan

Keterangan :
: Jarak tanam (3 x 3 m)

: Jarak tanaman ke petak percobaan (1,5 m)

: Tanaman yang terdapat pada petak percobaan

: Tanaman sampel untuk variabel tanaman dan tanah


Lampiran 3. Lubang Tanam

Lapisan tanah
Lapisan tanah bawah atas (20 cm)
(20-40 cm) 10 cm

15 cm

40 cm 40 cm

Tempat pemberian
perlakuan

40 cm

21
Lampiran 4. Perhitungan Jumlah Asam humat dan pupuk NPK yang dibutuhkan

 Untuk P1 A1 = 50 g NPK dan 10 g Asam humat :


Asam humat yang di dibutuhkan : 10 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 240 g
Pupuk NPK yang dibutuhkan : 50 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 1200 g
 Untuk P2 A1 = 100 g NPK dan 10 g Asam Humat:
Asam humat yang dibutuhkan : 10 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 240 g
Pupuk NPK yang dibutuhkan : 100 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 2400 g
 Untuk P3 A1 = 150 g NPK dan 10 g Asam Humat :
Asam humat yang dibutuhkan : 10 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 240 g
Pupuk NPK yang dibutuhkan : 150 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 3600 g
 Untuk P1 A2 = 50 g NPK dan 20 g Asam Humat :
Asam humat yang dibutuhkan : 20 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 480 g
Pupuk NPK yang dibutuhkan : 150 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 1200 g
 Untuk P2 A2 = 100 g NPK dan 20 g Asam Humat:
Asam humat yang dibutuhkan : 10 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 480 g
Pupuk NPK yang dibutuhkan : 150 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 2400 g
 Untuk P3 A2 = 150 g NPK dan 20 g Asam Humat:
Asam humat yang dibutuhkan : 10 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 480 g
Pupuk NPK yang dibutuhkan : 150 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 3600 g
 Untuk P1 A3 = 50 g NPK dan 30 g Asam Humat:
Asam humat yang dibutuhkan : 10 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 720 g
Pupuk NPK yang dibutuhkan : 150 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 1200 g
 Untuk P2 A3 = 100 g NPK dan 30 g Asam Humat :
Asam humat yang dibutuhkan : 10 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 720 g
Pupuk NPK yang dibutuhkan : 150 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 2400 g
 Untuk P3 A3 = 150 g NPK dan 30 g Asam Humat:
Asam humat yang dibutuhkan : 10 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 720 g
Pupuk NPK yang dibutuhkan : 150 g x 8 tanaman x 3 ulangan = 3600 g

Sehingga total keseluruhan yang diperlukan :

As. Humat : (240 x 3) + (480 x 3) + (720 x 3) = 4.320 g = 4,32 kg


NPK : (1200 x 3 ) + (2400 x 3) + (3600 x 3) = 21.600 g = 21,6 kg
Lampiran 5. Peta Lokasi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi PT. Nan
Riang

23

Anda mungkin juga menyukai