Oleh:
Aridinasty Maritasari
16/407506/PPN/04157
Studi lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 27- 29 Juli 2017 dan 17- 18 Februari
2018
Laporan ini telah diterima dan disahkan oleh Pembimbing Lapangan sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan Nilai MK. Kerja Lapangan
Yogyakarta, ...........................................2018
Mengetahui,
Ketua Program Studi S2 Ilmu Tanah
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
P. Site 16. Karangasmbung (Batu Rijang) ................................................................. 48
Q. Site 17. Gunung Merapi......................................................................................... 51
R. Site 18. Bayat ......................................................................................................... 54
S. Site 19. Watu Prau Klaten, Jawa Tengah ............................................................. 57
T. Site 20. Bukit Temas ............................................................................................. 60
U. Site 21. Bukit Bedoyo ............................................................................................ 63
IV. KESIMPULAN ............................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 67
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Profil tanah Bukit Gendol dan posisi profil di Lereng Bukit ........................................ 7
2. Profil tanah sawah Tempuran dan bentang lahan sawah ............................................ 11
3. Profil tanah Kledung ................................................................................................... 14
4. Pengambilan sampel tanah gambut Dieng .................................................................. 17
5. Kawah Sikidang ............................................................................................................ 19
6. Pancuran Tujuh Baturaden.......................................................................................... 21
7. Profil tanah andisol Baturaden .................................................................................... 25
8. Meadering Sungai Logawa ......................................................................................... 27
9. Bendungan Gerak Sedayu ........................................................................................... 28
10. Formasi Oxbow Lake .................................................................................................. 31
11. Profil tanah Oxbow Lake............................................................................................... 31
12. Goa Jatijajar .................................................................................................................. 33
13. Penampang batuan dan profil tanah Serpentin ........................................................... 36
14. Profil tanah batuan Diabas Karangsambung ............................................................... 39
15. Batuan Gamping Karangsambung ................................................................................ 42
16. Batu Gabro Karangsambung ....................................................................................... 44
17. Profil tanah Fillit dan bentang lahan profil tanah ......................................................... 47
18. Profil tanah Batuan Rijang .......................................................................................... 50
19. Profil tanah sekitar gunung Merapi dan material vulkanik Merapi ............................ 53
20. Profil tanah Bayat ....................................................................................................... 56
21. Profil tanah Watu Prau ................................................................................................ 59
22. Profil tanah Bukit Temas ............................................................................................ 62
23. Bentang Lahan Bukit Bedoyo ..................................................................................... 64
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanah merupakan sumber kehidupan manusia, karena tanah mampu
memberikan sumber makanan dan tempat tinggal untuk manuisa. Pada mulanya,
tanah dipandang sebagai lapisan permukaan yang berasal dari bebatuan yang
telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga
membentuk regolith. Sedangkan menurut Soil Survey Staff (1990) Tanah adalah
kumpulan benda alam di permukaan bumi dimodifikasi bahkan dibuat oleh
manusia dari bahan bumi, mengandung gejala-gejala kehidupan dan menopang
atau mampu menopang pertumbuhan tanaman.
Tanah merupakan hasil pelapukan atau erosi batuan induk (anorganik)
yang bercampur dengan bahan organik. Tanah mengandung partikel batuan atau
mineral, bahan organik (senyawa organik dan organisme) air dan udara. Mineral
merupakan unsur utama tanah. Pada umumnya mineral terbentuk dari padatan
anorganik dan mempunyai komposisi homogen. Tanah terbentuk melalui proses
alami dan berlangsung sangat lama. Selain itu terdapat hubungan antara
perkembangan lapisan tanah dan perkembangan tumbuh-tumbuhan, hewan,
manusia. Tinjauan tanah dari berbagai segi seperti dari segi geomorfologi,
pedologi, sifat kimia, fisika, biologi, geologi, klimatologi sangatlah diperlukan.
Kajian mengenai genesis dan evolusi bentuk lahan, mengisyaratkan
bahwa kajian geomorfologi mengutamakan kajian proses-proses geomorfologi.
Geomorfologi merupakan studi yang mempelajari asal terbentuknya topografi
sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama serta terbentuknya
material-material hasil erosi. Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan
baik secara fisik maupun kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab
proses tersebut yaitu benda-benda alam yang kita kenal dengan nama
geomorphic agent, berupa air dan angin.
Proses geomorfologi tersebut antara lain proses-proses endogenik (asal
tenaga dari dalam bumi), proses-proses eksogenik (asal tenaga dari iklim),
proses-proses antropogenik (asal tenaga dari aktivitas manusia), dan proses-
proses extraterrestrial (asal tenaga dari luar bumi). Material penyusun bentuk
1
lahan berupa material dasar yang biasanya berupa batuan dasar yang relative
keras dan kompak. Dan material penutup permukaan yang biasanya berupa
material lepas-lepas hasil pelapukan secara insitu maupun hasil transportasi dari
wilayah lain. Proses geomorfologi yang mempengaruhi bentuk lahan antara lain
proses struktural berupa proses pengangkatan, pengsesaran, dan pelipatan.
Selanjutnya proses aeolin, proses marin, proses solusional, proses vulkanik,
serta proses biotik oleh organisme.
Kajian tanah berdasarkan pedologi ada lima faktor penting sebagai
pembentuk tanah yaitu bahan induk, relief atau topografi, iklim, waktu, serta
organisme (Jenny, 1941). Dimana faktor yang paling dominan di setiap tempat
berbeda-beda. Bahan induk tanah memiliki peranan paling penting dalam
pembentukan tanah, yang terlihat dari sifat-sifat tanah yang terbentuk. Relief
akan mempegaruhi pembentukan tanah terkait dengan sistem hidrologi yang
selanjutnya akan mempengaruhi pelapukan ataupun pelarutan bahan induk
menjadi. Faktor iklimyang penting dalam proses pembentukan tanah adalah
curah hujan dan suhu. Suhu mempengaruhi kecepatan reaksi dalam
pembentukan tanah (Hardjowigeno, 2004). Organisme menghasilkan asam-asam
organik baik dari eksudat akar maupun hasil dekomposisinya yang akan
mempercepat proses pelapukan bahan induk tanah secara kimia atapupun
pelapukan fisika dengan pembesaran akar tanaman. Faktor waktu, memainkan
peran penting pada pelapukan bahan induk tanah dan menentukan jenis tanah
yang terbentuk.
Profil tanah dapat membedakan setiap jenis tanah, karena setelah
mengetahui ciri tanah dari profil, kita dapat mengklasifikasikan suatu tanah.
Klasifikasi tanah adalah cara mengumpulkan dan mengelompokkan tanah
berdasarkan kesamaan dan kemiripan sifat dan ciri morfologi, fisika dan kimia,
serta mineralogi, kemudian diberi nama agar mudah dikenal, diingat, dipahami
dan digunakan serta dapat dibedakan satu dengan lainnya. Sistem klasifikasi
tanah USDA mengklasifikasikan jenis tanah berdasarkan proses pedogenesis
tang terjadi pada tanah tersebut. Sistem klasifikasi tanah FAO
mengklasifikasikan jenis tanah berdasarkan karakteristik yang dominan pada
tanah tersebut. Sedangkan berdasarkan sistem klasifikasi tanah nasional,
2
klasifikasi tanah ini didasarkan atas prinsip genesis, dan tanah-tanah yang
diklasifikasikan diberi nama atas dasar warna (Subardja et al., 2014).
Setiap jenis tanah memiliki sifat dan ciri yang spesifik, potensi dan
kendala untuk penggunaan tertentu dan berbeda satu dengan lainnya, sehingga
diperlukan input teknologi yang berbeda untuk suatu jenis penggunaan pertanian
dan atau non-pertanian. Karena alasan tersebut, penggunaan tanah perlu dikelola
dengan baik, sesuai karakteristik dan potensi, kendala dan input teknologi
spesifik lokasi yang diperlukan agar diperoleh produktivitas pertanian yang
optimal dan berkelanjutan melalui pendekatan pemahaman klasifikasi tanah
(Subardja et al., 2014).
2. Tujuan
Kerja lapangan ini bertujuan untuk mengamati bentang lahan, morfologi,
vegetasi, topografi, bahan induk, klasifikasi, genesis, sifat fisik- konservasi,
kimia dan kesuburan tanah di beberapa lokasi di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Tengah.
3
BAB II
METODOLOGI
1. Lokasi Kegiatan
Kegiatan kerja lapangan dilaksanakan pada tanggal 27 – 29 Juli 2017 dan
17- 18 Februari 2018. Lokasi kerja lapangan meliputi: Bukit Gendol, kawasan
sawah Tempuran, kawasan tembakau Kledung, Dieng, Kawah Sikidang, Sumber
Mata Air Panas Pancuran Pitu, Baturaden, Sungai Logawa dan Bendungan
Gerak Serayu, Bekas Danau Tapal Kuda/Oxbow lake, Goa Jatijajar,
Karangsambung, kawasan gunung Merapi, Bayat Klaten, Watu Prau di Klaten
dan Bukit Bedoyo Gunungkidul.
3. Metode Pengamatan
Metode yang digunakan dalam kegiatan lapangan ini adalah metode survei
lapangan. Metode ini merupakan suatu metode dalam mengkaji suatu objek
melalui observasi lapangan. Pada objek penelitian dikhususkan pada daerah
yang dapat mewakili jenis-jenis bentang lahan dan bentuk permukaan bumi
yang ada dalam klasifikasi bentang lahan. Pada setiap lokasi pengamatan akan
diamati bentang lahan, profil dan deskripsi profil, bahan induk, topografi,
vegetasi, umur, genesis, klasifikasi, sifat fisik-konservasi, kimia dan kesuburan
tanah.
Beberapa sampel tanah dianalisis secara cepat meliputi ada tidaknya bahan
organik, Mn, kadar kapur, potensial redoks, pH H2O, pH KCl, pH NaF
menggunakan pH meter, dan warna tanah menggunakan buku Munshell Soil
Color Chart.
4
4. Analisis Hasil
Data yang sudah terkumpul dari survei lapang dan analisis sifat-sifat tanah
dianalisis dengan metode deskriptif. Setiap parameter yang dibandingkan untuk
mendapatkan hubungan untuk menjelaskan profil atau hasil pengamatan.
5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
b. Deskripsi profil
Tabel 1. Hasil Pengamatan profil dan analisis tanah Bukit Gendol
Lapisan
No. Parameter
1 2 3 4
1. Horizon Diagnostik Ap A Bw1 Bw2
2. Warna 10 YR 3/4 10 YR 3/6 7.5 YR 3/4 7.5 YR 3/4
3. Jeluk 0 - 6 cm 6 - 28 cm 28 - 51 cm 51 - 90 cm
4. Batas Rata baur Rata baur Rata baur Rata baur
Makro banyak sedikit - -
5. Perakaran Meso sedikit banyak banyak banyak
Mikro - - Sedikit sedikit
6. Bahan Organik +++++ ++++ +++++ +++++
7. Mn +++ +++ +++ +++
8. CaCO3 +++ +++++ +++++ +++
9. Redoks - - - -
H2O 4 4 4 4
10. pH KCl 5 5 5 5
NaF - - - -
Gumpal
11. Struktur Remah Remah Membulat
membulat
Geluh Geluh Geluh Geluh
12. Tekstur
debuan pasiran pasiran debuan
7
51 – 90 cm A, 7.5 YR 3/4, geluh debuan, membulat, perkaran mikro sediit,
perakaran sedang banyak, dan perakaran makro tidak ada,batas
rata baur, bahan organik sangat banyak, Mn banyak, CaCO3
banyak, Redoks tidak ada, pH H2O 4, pH KCl 5, pH NaF tidak ada
2. Pembahasan
Tanah di bukit gendol merupakan tanah yang sudah relatif subur karena
berasal dari bahan induk merapi tua. Bukit Gendol yang terletak di perbatasan
kabupaten Sleman dan Muntilan Magelang merupakan bagian formasi merapi
tua (Qmo) selain Turgo, Plawangan dan Deles. Ketika terjadi letusan pada
tahun 1006 material erupsi terlempar sejauh 25 km dan membentuk bukit
Gendol dan beberapa bukit kecil di sekitarnya setinggi 400 mdpl. Walaupun
berasal dari bahan induk yang sama akan tetapi tanah yang terbentuk di Bukit
Gendol berbeda dengan di Turgo, Plawangan dan merapi tua. Secara umum
Perbukitan Gendol terdiri atas breksi lahar dengan fragmen augit-hipersten-
hornblende-andesit yang bertekstur vitropirik (Commeret al., 2006).
Lokasi pengamatan berada di titik koordinat 07º37’15.2” S dan
110º18’28.7” E dengan ketinggian 428 mdpl, kemiringan 25% dan topografi
berbukit sehingga penggunaan lahan lebih diutamakan untuk hutan sekunder.
Tanah di bukit Gendol memilki rezim kelengasan udik yaitu selalu basah
dalam kurung waktu 90 hari (kumulatif). Suhu disekitar profil 15-22OC
sehingga masuk dalam rezim suhu isohypotermik. Tanah di bukit gendol
sudah berkembang hingga membentuk horison B argilik, ditemukan adanya
clay skin, sehingga tipe tanah di daerah bukit Gendol masuk Alfisol typic
hapludalf dengan kejenuhan basa KB >35 %. Tanah berwarna merah yang
mengindikasikan drainase yang baik sehingga proses oksidasi berjalan secara
intensif dan terbentuknya oksida Fe yaitu hematite (Fe2O3).
8
A B
Gambar 1. A. Profil tanah Bukit Gendol, dengan perakaran tanaman dalam;
B. Posisi profil di lereng bukit
Terdapat 4 lapisan yang masing-masing memilki karakteristik yang
hampir sama. Lapisan 1 dan 2 hanya dibedakan pada karakteristik type
horizon diagnostik, warna, perakaran, bahan orgnaik, kapur, struktur dan
tekstur, sedangkan lapisan 3 dan 4 dibedakan pada horizon diagnostik, warna,
kapur, struktur dan teksturnya. Bahan organik di setiap lapisan tanah sangat
banyak hal ini dikarenakan bukit Bedoyo didominasi tumbuhan tahunan dan
masih dalam keadaan belum terusik. Selain itu kondisi tersebut dapat dilihat
dari pH tanah, baik pH H2O dan pH KCl yang menunjukkan kondisi asam,
hal ini dikarenakan asam-asam organik dari tumbuhan tahunan dan aktivitas
mikroba di dalam tanah.
9
7) Bahan Induk : vulkanik
8) Topografi : Berombak
9) Kemiringan : 45 %
10) Jenis tanah :
a. Rezim lengas : Aquic
b. Rezim suhu : Isotermik
c. Epipedon : Umbrik
d. Endopedon : Kambik
e. Ordo : Inceptisol
f. Sub Ordo : Aquepts
g. Group : Endoaquepts
h. Sub Group : Typic Endoaquepts
b. Deskripsi Profil
Tabel 2. Hasil Pengamatan profil dan analisis tanah Tempuran
Lapisan
No. Parameter
1 2 3
1. Horizon Diagnostik Ap Bw1 Bw2
2. Warna 10 YR 4/3 10 YR 3/3 10 YR 3/3
3. Jeluk 0 - 18 cm 18 - 58 cm 58 - 90 cm
Berombak Berombak Berombak
4. Batas
berangsur berangsur berangsur
Makro - - -
5. Perakaran Meso sedang - -
Mikro banyak sedang banyak
6. Bahan Organik +++ ++++ +++++
7. Mn +++ +++ +++
8. Kapur - - -
9. Redoks + + +
H2O 6 6 6
10. pH KCl 5,5 5,5 5
NaF - - -
Struktur Gumpal Gumpal Gumpal
11.
membulat membulat membulat
Tekstur Geluh lempung
12. Geluh pasiran Geluh pasiran
pasiran
10
Deskripsi Profil Tanah
0 – 18 cm Ap, 10 YR 4/3, geluh lempung pasiran, gumpal membulat,
perkaran mikro banyak, perakaran sedang sedang, dan perakaran
makro tidak ada,batas berombak berangsur, bahan organik
banyak, Mn banyak, CaCO3 tidak ada, Redoks sangat sedikit, pH
H2O 6, pH KCl 5,5, pH NaF tidak ada
18 – 58 cm A, 10 YR 3/3, geluh pasiran, gumpal membulat, perkaran mikro
sedang, perakaran sedang tidak ada, dan perakaran makro tidak
ada,batas berombak berangsur, bahan organik sangat banyak, Mn
banyak, CaCO3 tidak ada, Redoks sangat sedikit, pH H2O 6, pH
KCl 5,5, pH NaF tidak ada
58 – 90 cm A, 10 YR 3/3, geluh pasiran, gumpal membulat, perkaran mikro
banyak, perakaran sedang tidak ada, dan perakaran makro tidak
ada,batas berombak berangsur, bahan organik sangat banyak, Mn
banyak, CaCO3 tidak ada, Redoks sangat sedikit, pH H2O 6, pH
KCl 5, pH NaF tidak ada
2. Pembahasan
Tapak pengamatan di daerah Tempuran memiliki pola drainase relatif
lambat ke sedang, sehingga tingkat erosinyapun juga rendah.Sebagian besar
lahan di daerah Tempuran digunakan untuk persawahan. Kondisi ini didukung
oleh keberadaan air irigasi yang melimpah sepanjang tahun. Penggenangan
selama pertumbuhan padi dan pengolahan tanah yang disawahkan dapat
menyebabkan berbagai perubahan sifat tanah, baik morfologi, fisika, kimia,
mikrobiologi maupun sifat-sifat lain, sehingga sifat-sifat tanah dapat sangat
berbeda dengan sifat tanah asalnya (Hardjowigeno et al., 2004). Penggenangan
tanah ini menyebabkan timbulnya lapisan reduksi yang berwarna kelabu di
bagian atas yang bisa mencapai kedalaman sampai 30-80 cm, tergantung pada
tekstur, komposisi mineral dan drainase setempat. Berdasarkan pengamatan
profil tanah di daerah Tempuran memiliki tiga horizon. Horizon Ap dengan
kedalaman 18 cm memiliki batas berombak berangsur dengan dibawahnya.
Horizon B terdiri atas dua lapisan yaitu Bw1 dan Bw2 dengan kedalaman
lapisan pertama 18-58 cm dan kedalaman lapisan kedua 58-90 cm. Kedua
11
lapisan warna dan batas yang sama 10 YR 3/3 untuk warna tanah dan batas
yang berombak berangsur. Horizon A memiliki tekstur geluh lempung pasiran,
sedangkan di horizon B bertekstur geluh pasiran. Tanah ini memiliki struktur
gumpal membulat dengan ukuran besar sampai sedang dan memiliki derajat
sedang sampai lemah.
Terbentuk bercak (mottling) Ca, Fe, dan Mn di semua horizon dengan
ukuran kecil yang membentuk lamela. Selain itu setiap lapisan juga memilki
kandungan bahan organik yang sama yaitu sedang-tinggi. Pada lapisan olah
unsur besi dan mangan akan tercuci dan dalam keadaan tereduksi. Saat air
surut maka akan terjadi illuviasi, kondisi menjadi oksidatif dimana Fe2+
dioksidasi menjadi Fe3+ pada potensial redoks yang lebih rendah, Mn2+ yang
dioksidasi menjadi Mn3+. Karena adanya peningkatan gradien redoks di
bawah horison melumpur, maka Fe2+ pertama kali mencapai kondisi untuk
terjadinya oksidasi, dan kemudian diendapkan. Mn2+ bergerak lebih dalam,
hingga tercapai kondisi redoks cukup untuk terjadinya oksidasi dan
pengendapan. Karena kelarutan Fe2+ lebih rendah daripada Mn2+ , maka Fe
akan mengendap terlebih dahulu sehingga terbentuk suatu pemisahan lapisan
yang nyata, yaitu: (1) lapisan atas merupakan iluviasi Fe (B ir) berwarna
kuning kecoklatan; dan (2) lapisan di bawahnya merupakan iluviasi Mn (B mn)
berwarna kehitaman (Hardjowigeno dkk., 2004).
12
A B
Gambar 2. A. Profil tanah sawah Tempuran; B. Bentang lahan di tanah sawah
Tempuran
Lokasi pengamatan berada di titk koordinat 07º32’03.6” S dan
110º10’21.6” E dengan ketinggian 298 mdpl, kemiringan 45% dan topografi
berombak. Lahan yang digunakan sebagai pengamatan merupakan lahan sawah
dengan kondisi pertumbuhan tanaman yang relatif subur
Tanah diklasifikasikan sebagai tanah Inceptisols (Aquepts). Inceptisol
merupakan tanah yang belum berkembang lanjut yang masih banyak memiliki
sifat bahan induknya. Memiliki epipedon okrik dan albik, juga memiliki penciri
lain seperti horizon kambik, namun belum memenuhi syarat masuk ordo
lainnya (Hardjowigeno, 2003). Berdasarkan hasil pengamatan dapat
disimpulkan bahwa bentang lahan sawah Tempuran yang digunakan untuk
profil menunjukkan bahwa tanah tersbut termasuk inceptisol dengan sub group
Typic Dystrudepts.
C. Site 3 Kledung
1. Hasil Pengamatan
a. Deskripsi Lokasi
1) Lokasi pengamatan :Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung
2) Koordinat : 07º20’50.2” S dan 110º01’32” E
3) Elevasi : 1407 mdpl
4) Penggunaan lahan : Tegalan
5) Vegetasi : Rumput, semak, jagung, tembakau
6) Kondisi pertumbuhan : Relatif subur
7) Bahan Induk : Vulkanik sumbing
8) Topografi : Berombak
9) Kemiringan : 15 %
10) Jenis tanah :
a. Rezim lengas : Udik
b. Rezim suhu : Isotermik
c. Epipedon : Molik
13
d. Endopedon : Kambik
e. Ordo : Andisol
f. Sub Ordo : Udands
g. Group : Hapludands
h. Sub Group : Typic Hapludand
b. Deskripsi Profil
Tabel 3. Hasil Pengamatan profil dan analisis tanah Kledung
Lapisan
No. Parameter
1 2 3
1. Horizon Diagnostik Ap Bw1 Bw2
2. Warna 10 YR 2/1 10 YR 2/2 10 YR 2/2
3. Jeluk 0 - 24 cm 24 - 35 cm 35 -89 cm
Berombak Berombak
4. Batas Rata jelas
berangsur berangsur
Makro Sedikit Sedikit Banyak
5. Perakaran Meso Sedikit Sedikit -
Mikro Banyak Sedikit banyak
6. Bahan Organik +++++ ++++ +++++
7. Mn +++ +++ +++
8. Kapur - - -
9. Redoks - + +
H2O 4,5 4,5 4,5
10. pH KCl 5 6 6
NaF 10 10,5 10,5
Struktur Gumpal
11. Remah Remah
membulat
Tekstur
12. Geluh pasiran Geluh pasiran Geluh pasiran
Deskripsi Profil Tanah
0 – 24 cm Ap, 10 YR 2/1, geluh pasiran, remah, perkaran mikro banyak,
perakaran sedang sedikit, dan perakaran makro sedikit,batas rata
jelas, bahan organik sangat banyak, Mn banyak, CaCO3 tidak ada,
Redoks tidak ada, pH H2O 4,5, pH KCl 5, pH NaF 10
24 – 35 cm Ap, 10 YR 2/2, geluh pasiran, remah, perkaran mikro sedikit,
perakaran sedang sedikit, dan perakaran makro sedikit,batas rata
berombak berangsur, bahan organik sangat banyak, Mn banyak,
CaCO3 tidak ada, Redoks sangat sedikit, pH H2O 4,5, pH KCl 6,
pH NaF 10,5
14
35 – 89 cm Ap, 10 YR 2/2, geluh pasiran, gumpal membulat, perkaran mikro
banyak, perakaran sedang tidak ada, dan perakaran makro
banyak,batas rata berombak berangsur, bahan organik sangat
banyak, Mn banyak, CaCO3 tidak ada, Redoks sangat sedikit, pH
H2O 4,5, pH KCl 6, pH NaF 10,5
2. Pembahasan
Kecamatan Kledung termasuk dalam kawasan gunung Sindoro –
Sumbing di Kabupaten Temanggung. Tanah di kawasan ini terbentuk dari
proses sortasi ashfall. Hal ini dapat dilihat dari penampang profil yang
menunjukkan susunan yang beraturan yaitu ukuran butir tanah di bagian bawah
lebih besar dibandingkan bagian atas. Tanah di kawasan Kledung mempunyai
sortasi material yang bagus karena jauh dari kepundan.
Lokasi pengamatan berada di titk koordinat 07º20’50.2” S dan
110º01’32” E dengan ketinggian 1407 mdpl, kemiringan 15% dan topografi
berombak. Lahan yang digunakan sebagai pengamatan merupakan lahan tegalan
dengan kondisi pertumbuhan tanaman yang relatif subur. Tanah di tegalan
Kledung memilki rezim kelengasan udik yaitu selalu basah dalam kurung waktu
90 hari (kumulatif). Suhu disekitar profil 15-22OC sehingga masuk dalam rezim
suhu isohypothermik. Tanah di lokasi Kledung diklasifikasikan sebagai tanah
andisol dengan sub group Typic Hapludands.
15
Berdasarkan pengamatan profil tanah di daerah Kledung memiliki tiga
horizon. Horizon Ap dengan kedalaman 24 cm memiliki batas rata jelas dengan
dibawahnya dan warna tanah 10 YR 2/1. Horizon B terdiri atas dua lapisan yaitu
Bw1 dan Bw2 dengan kedalaman lapisan pertama 24-35 cm dan kedalaman
lapisan kedua 35-90 cm. Kedua lapisan warna dan batas yang sama 10 YR 2/2
untuk warna tanah dan batas yang berombak berangsur.
Bahan organik banyak terlihat di lapisan satu, tidak terlihat dilapisan dua,
kemudian terlihat lagi di lapisan tiga. Hal ini menindikasikan terjadinya proses
penimbunan yang berulang oleh kegiatan vulkanik, dari Gunung Sindoro atau
Gunung Sumbing. Tanah andisol Kledung memiliki reaksi tanah yang masam
dengan kisaran pH 4-4,5. Hal ini menandakan bahwa tanah Andosol di
Indonesia didominasi oleh mineral-mineral liat amorf. . Pembentukan mineral
allofan ini didukung oleh suhu daerah Kledung yang rendah. Tanah Andisol
Kledung bersifat isotropik, yaitu apabila dilihat secara fisik tanah tampak kering
tetapi bersifat smeary. Tanah bersifat smery apabila partikel tanah ditekan
diantara ibu jari dan jari telunjuk akan terasa berair dan berstruktur remah.
Vegetasi yang mendominasi yaitu tanaman tembakau, sawi dan jagung.
16
c. Ordo : Histosol
d. Sub Ordo : Fibrists
e. Group : Haplofibrists
f. Sub Group : Hemic Haplofibrists
b. Deskripsi Tanah
Tabel 4. Hasil Pengamatan tanah dan analisis tanah Di Plateu Dieng
No. Parameter Horizon
1 Horizon Diagnostik Oi Oi Oi Oi Oi Oi Oi Oi
10 YR 10 YR 7.5 YR 7.5 YR 7.5 YR 7.5 YR 7.5 YR 7.5 YR
2 Warna
2/2 2/2 3/4 3/4 5/8 4/4 5/8 3/4
20 - 40 40 - 60 60- 80 80-100 100 - 120 - 140 -
3 Jeluk 0 - 20 cm
cm cm cm cm 120 cm 140 cm 160 cm
4 Bahan Organik +++ +++++ +++ - - - +++ +++
5 Mn - - - - - - - -
6 Kapur - - - - - - - -
7 Redoks + + + + + + + +
H2O 5 5 4 5 4 4 5 4
8 pH KCl 5 5 5 5 5 5 5 5
NaF - - - - - - - -
9 Tingkat Kematangan Fibrik Fibrik Fibrik Fibrik Fibrik Hemik Hemik Hemik
Deskripsi Profil Tanah
0 – 20 cm Ap, 10 YR 2/2, tingkat kematangan berjenis fibrik, bahan organik
banyak, Mn tidak ada, CaCO3 tidak ada, Redoks sangat sedikit, pH
H2O 5, pH KCl 5, pH NaF tidak ada
20 – 40 cm Ap, 10 YR 2/2, tingkat kematangan berjenis fibrik, bahan organik
sangat banyak, Mn tidak ada, CaCO3 tidak ada, Redoks sangat
sedikit, pH H2O 5, pH KCl 5, pH NaF tidak ada
40 – 60 cm Ap, 7,5 YR 3/4, tingkat kematangan berjenis fibrik, bahan organik
banyak, Mn tidak ada, CaCO3 tidak ada, Redoks sangat sedikit, pH
H2O 4, pH KCl 5, pH NaF tidak ada
60 – 80 cm Ap, 7,5 YR 3/4, tingkat kematangan berjenis fibrik, bahan organik
tidak ada, Mn tidak ada, CaCO3 tidak ada, Redoks sangat sedikit, pH
H2O 5, pH KCl 5, pH NaF tidak ada
80 – 100 cm Ap, 7,5 YR 5/8, tingkat kematangan berjenis fibrik, bahan organik
tidak ada, Mn tidak ada, CaCO3 tidak ada, Redoks sangat sedikit, pH
H2O 4, pH KCl 5, pH NaF tidak ada
17
100 – 120 cm Ap, 7,5 YR 4/4, tingkat kematangan berjenis hemik, bahan organik
tidak ada, Mn tidak ada, CaCO3 tidak ada, Redoks sangat sedikit, pH
H2O 4, pH KCl 5, pH NaF tidak ada
120 – 140 cm Ap, 7,5 YR 4/4, tingkat kematangan berjenis hemik, bahan organik
banyak, Mn tidak ada, CaCO3 tidak ada, Redoks sangat sedikit, pH
H2O 5, pH KCl 5, pH NaF tidak ada
140 – 160 cm Ap, 7,5 YR 4/4, tingkat kematangan berjenis hemik, bahan organik
banyak, Mn tidak ada, CaCO3 tidak ada, Redoks sangat sedikit, pH
H2O 4, pH KCl 5, pH NaF tidak ada
2. Pembahasan
Dieng merupakan kawasan dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata ±
2075 meter di atas permukaan laut dan berada 26 km ke arah utara dari pusat
kota Wonosobo. Dataran tinggi Dieng terbentuk oleh kawah gunung berapi
yang telah mati atau tidak aktif. Suhu udara di Dieng berkisar 14oC sampai
dengan 20oC dan pada malam hari mencapai 10oC. Pada musim kemarau suhu
udara dapat mencapai 0oC di pagi hari.
18
Gambar 4. Pengambilan sample tanah gambut di Plateu Dieng
19
(Widjaja, 1988). Menurut Charman (2002) asam organik memberikan
kontribusi nyata terhadap rendahnya pH tanah gambut. Bahan organik yang
telah terdekomposisi mempunyai gugus reaktif, antara lain: karboksilat (-
COOH) dan fenolat (C6H4OH) yang mendominasi kompleks pertukaran dan
bersifat sebagai asam lemah sehingga dapat terdisosiasi dan menghasilkan ion
H dalam jumlah banyak.
b. Deskripsi Tanah
Tabel 5. Hasil Pengamatan tanah dan analisis tanah Sikedang
Tanah
No. Parameter
Ada vegetasi Tanpa vegetasi
1 Warna 7.5 YR ¾ 7.5 YR 6/0
2 Bahan organik +++ -
3 Mn +++ +
4 Kapur +++ +++
5 Redoks - -
H2O 3 3
6 pH KCl 3 2
NaF - -
7 Tekstur Geluh pasiran Geluh pasiran
2. Pembahasan
Komplek Gunungapi Dieng merupakan satu kesatuan gunungapi besar
yang mengalami letusan dan kehilangan kalderanya dengan kerucutnya,
20
kemudian membentuk kawah baru. Kawah Sikidang sebagai salah satu kawah
di Dataran tinggi Dieng yang masih akif mengeluarkan gas belerang. Kawasan
dataran tinggi Dieng adalah hasil pembentukan proses vulkanik yang masih
terdapat aktivitas hingga sekarang. Curah hujan rata-rata kawasan mencapai
lebih dari 3500 mm tahun-1. Secara geologis kondisi fisik lahan sebagian besar
merupakan bentukan dan pengaruh dari aktivitas gunungapi dengan kemiringan
lahan mulai dari datar, curam hingga sangat curam serta lapisan tanah dari
jenis andosol dan regosol yang memiliki karakteristik mudah tererosi dan
longsor. Kandungan belerang di Kawah Sikidang dapat diketahui terutama dari
bau asap yang keluar, serta warna batuan dan tanah di sekitar kawah. Kawah
Sikidang disusun oleh batuan andesit yang mengeluarkan gas belerang.
21
berarti di tanah itu pernah muncul kawah dan telah berubah menjadi tanah.
Kemudian kawah yang baru akan muncul di tempat lain.
Batuan Andesit terbentuk dari magma dengan temperatur antara 900
sampai 1.100oC. Mineral-mineral yang dikandung batuan andosit bersifat
mikroskopis, sehingga tak bisa dilihat tanpa batuan mikroskop. Di lapangan,
morfologi batuan andesit dapat dikenali dari warna abu-abu yang dominan
sampai merah. Warna ini menandakan kandungan silicanya yang cukup besar.
Ciri morfologi lainnya adalah memiliki pori-pori yang cukup padat dan
struktur yang sangat pejal. Tapi struktur kepadatan batuan andesit masih
dibawah batuan granit.
b. Deskripsi Air
Tabel 6. Hasil Pengamatan Sumber Mata Air Pancuran Tujuh
pH
Sampel Air
H2O KCl
Keruh 6,7 6
Bening 6,9 6,2
2. Pembahasan
22
Gunung Slamet terletak antara 7º 18' 35" Lintang Selatan dan 109º 13' 40"
Bujur Timur. Gunung Slamet menunjukkan kegiatan yang esplosif dan efusif.
Rempah gunungapi yang esplosif terdiri atas bom vulkanik-lapili-pasir-abu,
kemungkinan awan panas letusan, sedangkan yang efusif berupa leleran lava.
Oleh karena itu Gunung Slamet termasuk gunungapi aktif yang berbahaya,
sehingga perlu dipantau secara menerus (Minarto, 2000). Secara geologis
kondisi fisik lahan sebagian besar merupakan bentukan dan pengaruh dari
aktivitas gunungapi dengan kemiringan lahan mulai dari datar, curam hingga
sangat curam serta lapisan tanah dari jenis andosol dan regosol yang memiliki
karakteristik mudah tererosi dan longsor.
23
sekitar pemunculan air panas. Secara keseluruhan, temperatur air panas
Gunungapi Slamet berkisar antara 40,9 – 61,7 C. Dengan pH dalam kisaran
6,23 hingga 7,43 (Sumaryadi, 2014). Berdasarkan ESDM (2011), air di
Pancuran Tujuh mengandung Na sebesar 163 ppm, K 52 ppm, Ca 372 ppm,
Mg 76 ppm, HCO3 225 ppm, Cl 625 ppm, SO4 571 ppm, serta SiO2 78 ppm.
Berdasarkan penelitian Juhri (2016) konsentrasi ion antara sampel air
panas dan air dingin menunjukkan adanya perbedaan pada beberapa unsur.
Perbedaan yang cukup terlihat ada pada konsentrasi SiO2 dan B,konsentrasi
yang tinggi pada sampel air panas menunjukkan adanya pengayaan kedua
unsur tersebut. Sedangkan unsur lain seperti Rb, Mn dan Sr terlihat adanya
pengayaan pada beberapa sampel air panas.
24
b. Deskripsi Profil
Tabel 7. Hasil Pengamatan tanah dan analisis tanah Andisol Baturaden
Lapisan
No. Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8
Horizon
1. Ap A2 Bw1 Bw2 Bw3 Bw4 Bw5 Bw6
Diagnostik
2. Warna 10 YR 2/2 10 YR 3/6 10 YR 3/3 10 YR 3/6 10 YR 3/3 11 YR 3/3 10 YR 4/4 11 YR 4/4
20 -33/39 33/39 - 40/52 40/52 - 65/89 - 89/100 - 122/135 -
3. Jeluk 0 - 8 cm 8 - 20 cm
cm cm 65/89 cm 89/100 cm 122/135 cm 160 cm
Berombak Berombak Berombak Berombak Berombak
4. Batas Rata baur Rata baur Berombak baur
baur baur baur baur baur
Makro - - sedikit - - - - -
5. Perakaran Meso - Sedikit - - - - - -
Mikro Banyak Sedikit Sedikit Sedikit - - - -
6. Bahan Organik +++ +++ +++ +++ +++ +++ - -
7. Mn - +++ +++ +++ +++ +++ +++++ +++++
8. Kapur +++ +++ +++ +++ +++ +++ - -
9. Redoks - - - - - - - -
H2O 4 4 4,5 4,5 4 4 4 4
10. pH KCl 5 6 5 5 5 5 5 5
NaF 10 10,5 11 11 11 11 10 10
Gumpal Gumpal Gumpal Gumpal Gumpal Gumpal
11. Struktur Remah Remah
membulat membulat membulat membulat membulat membulat
Geluh lempung Geluh lempung Geluh Geluh lempung Geluh Geluh Geluh Geluh
12. Tekstur
pasiran pasiran pasiran pasiran pasiran pasiran pasiran pasiran
23
Deskripsi Profil Tanah
0 – 8 cm Ap, 10 YR 2/2, geluh lempung pasiran, remah, perkaran mikro banyak,
perakaran sedang tidak ada, dan perakaran makro tidak ada,batas rata
baur, bahan organik banyak, Mn tidak ada, CaCO3 banyak, Redoks tidak
ada, pH H2O 4, pH KCl 5, pH NaF 10
8 – 20 cm A2, 10 YR 3/6, geluh lempung pasiran, remah, perkaran mikro sedikit,
perakaran sedang sedikit, dan perakaran makro tidak ada,batas rata baur,
bahan organik banyak, Mn banyak, CaCO3 banyak, Redoks tidak ada, pH
H2O 4, pH KCl 6, pH NaF 10,5
20 – 33/39 cm Bw1, 10 YR 3/3, geluh pasiran, gumpal membulat, perkaran mikro
sedikit, perakaran sedang tidak ada, dan perakaran makro sedikit,batas
berombak baur, bahan organik banyak, Mn banyak, CaCO3 banyak,
Redoks tidak ada, pH H2O 4,5, pH KCl 5, pH NaF 11
33/39 – 40/52 cm Bw2, 10 YR 3/6, geluh lempung pasiran, gumpal membulat,
perkaran mikro sedikit, perakaran sedang tidak ada, dan perakaran makro
tidak ada,batas berombak baur, bahan organik banyak, Mn banyak,
CaCO3 banyak, Redoks tidak ada, pH H2O 4,5, pH KCl 5, pH NaF 11
40/52 – 65/89 cm Bw3, 10 YR 3/3, geluh pasiran, gumpal membulat, perkaran mikro
tidak ada, perakaran sedang tidak ada, dan perakaran makro tidak
ada,batas berombak baur, bahan organik banyak, Mn banyak, CaCO3
banyak, Redoks tidak ada, pH H2O 4, pH KCl 5, pH NaF 11
65/89 – 89/100 cm Bw4, 11 YR 3/3, geluh pasiran, gumpal membulat, perkaran
mikro tidak ada, perakaran sedang tidak ada, dan perakaran makro tidak
ada,batas berombak baur, bahan organik banyak, Mn banyak, CaCO3
banyak, Redoks tidak ada, pH H2O 4, pH KCl 5, pH NaF 11
89/100 – 122/135 cm Bw5, 10 YR 4/4, geluh pasiran, gumpal membulat, perkaran
mikro tidak ada, perakaran sedang tidak ada, dan perakaran makro tidak
ada,batas berombak baur, bahan organik tidak ada, Mn sangat banyak,
CaCO3 tidak ada, Redoks tidak ada, pH H2O 4, pH KCl 5, pH NaF 10
122/135 – 160 cm Bw6, 11 YR 4/4, geluh pasiran, gumpal membulat, perkaran
mikro tidak ada, perakaran sedang tidak ada, dan perakaran makro tidak
24
ada,batas berombak baur, bahan organik tidak ada, Mn sangat banyak,
CaCO3 tidak ada, Redoks tidak ada, pH H2O 4, pH KCl 5, pH NaF 10
2. Pembahasan
Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah Andisol Baturaden
dilakukan disekitar pancuran tujuh. Koordinat lokasi tersebut 07º18’38.1”S dan
109º13’15.7” E berada di ketinggian 854 mdpl dan kemiringan lereng 25%.
Topografi lahan berbukit yang banyak ditanami tumbuhan paku-pakuam, pinus
dan damar. Bahan induk penyusun tanah di lokasi tersebut termasuk vulkanik
andesitik basaltik yaitu batuan dengan kandungan SiO2 ± 40-65%, kandungan Fe
dan Mg tinggi sedangkan K dan Na rendah. Temperatur pembentukan batuan
induk tersebut diperkirakan 800-1200oC dan viskositas yang cenderung rendah-
menengah (Wahyu 2010).
25
horizon penciri bawah permukaan adalah endopedon kambik. Berdasarkan ciri-
ciri di atas maka tanah masuk dalam klasifikasi ordo Andisol.
Hasil analisis kimia terlihat adanya bahan organik hal ini sesuai dengan warna
tanah yang hitam oleh material organik. Mangan hampir terlihat di semua horizon
kecuali horizon Ap. Reaksi tanah agak masam dengan pH 5, dimana tanah
Andosol di Indonesia memiliki kisaran pH 3,4 sampai 6,7, dengan kisaran paling
banyak antara 4,5 sampai 5,5 (Dariah, 2014). Nilai pH NaF sebesar 10-11
menunjukkan bahwa tanah didominasi oleh bahan amorf seperti alofan dan
imogolit. Andisol adalah salah satu jenis tanah yang relatif subur namun
mempunyai tingkat jerapan P yang tinggi karena dirajai oleh mineral amorf
seperti alofan, imogolit, ferihidrit dan oksida-oksida hidrat Al dan Fe dengan
permukaan spesifik yang luas (Munir, 1996).
2. Pembahasan
a) Sungai Logawa
Sungai Logawa merupakan salah satu anak sungai Serayu yang berada
di Jawa Tengah dan berada di daerah aliran sungai (DAS) Serayu dengan
sub DAS Logawa sendiri seluas 29,541.24 Ha. Sungai Logawa termasuk
dalam sungai tua, hal ini dicirikan dengan bentuk sungai yang berkelok-
kelok atau disebut dengan meander. Meander terbentuk karena topografi
yang datar dan biasanya terjadi pada hilir sungai. Proses pembentukan
meander berawal dari bagian hulu sungai yang memiliki topografi miring
dengan volume air yang kecil sehingga tenaga yang terbentuk juga kecil.
26
Oleh karena itu, sungai mulai menghindari penghalang dan mencari rute
yang paling mudah dilewati. Pada bagian tengah yang wilayahnya mulai
datar, aliran air mulai lambat, volume air lebih besar, dan lama-kelamaan
sungai akan berkelok-kelok membentuk meander.
Secara alamiah sulit sekali menemukan alur sungai yang lurus, kecuali
pada jarak-jarak pendek dari sungai. Umumnya alur sungai membentuk
belokan yang morfologinya sangat dipengaruhi oleh karakteristik aliran.
Pembentukan pola alur sungai secara umum dipengaruhi oleh debit aliran,
kemiringan dasar sungai maupun kondisi geologi di alur sungai. Morfologi
dasar dan tebing sungai akan menuju kondisi kesetimbangan oleh aliran
sungai yang fluktuatif sepanjang tahun. Timbunan dan erosi di tebing dan
dasar sungai akan membentuk alur yang dalam (thalweg), yang umumnya
tidak lurus. (Yulistiyanto, 2017). Aliran sungai Logawa yang deras telah
membentuk pola meander sungai.
27
mengatur debit air. Sistem bendungan ini terdapat sensor yang dapat
mengatur banyaknya air keluar, pada saat debit air tinggi secara otomatis
bendungan akan bergerak membuka sehingga membuang air yang ada dalam
bendungan yang nantinya dapat dialirkan ke irigasi untuk kebutuhan
budidaya pertanian. Agar bendungan gerak sungai Serayu tidak cepat
dangkal, maka pada saat kemarau bendungan diaduk sehingga endapan larut
kemudian sedimentasi di buang cara ini dapat memungkinkan bendungan
bertahan lama.
28
yang optimum, baik kualitas dan kuantitasnya yang kontinyu (Suhardjo
2011).
I. Site 9 Danau Tapal Kuda/Oxbow Lake
1. Hasil Pengamatan
a. Deskripsi Lokasi
1) Lokasi pengamatan :Kecamatan Bulakan Kabupaten Sukoharjo
2) Koordinat : 07º32’53.4” S dan 109º11’09.0” E
3) Elevasi : 30 mdpl
4) Penggunaan lahan : Lahan pertanian
5) Vegetasi : Eceng gondok, palawija
6) Kondisi pertumbuhan : Subur
7) Bahan Induk : Sedimen aluvial
8) Topografi : Datar
9) Kemiringan :0%
10) Jenis tanah :
a. Rezim lengas : Aquic
b. Rezim suhu : Isotermik
c. Epipedon : Umbrik
d. Endopedon : Kambik
e. Ordo : Inceptisol
f. Sub Ordo : Aquepts
g. Group : Endoaquepts
h. Sub Group : Typic Endoaquepts
b. Deskripsi Profil
Tabel 8. Hasil Pengamatan tanah dan analisis tanah Oxbow Lake
Lapisan
No. Parameter
1 2 3
1. Horizon Diagnostik Ap Bw1 Bw2
2. Warna 10 YR 3/1 10 YR 4/2 10 YR 5/2
3. Jeluk 0 - 9 cm 9 - 32 cm 32 - 80 cm
4. Batas Rata jelas Rata jelas Rata jelas
6. Bahan Organik +++ +++++ +++++
7. Mn +++ +++++ +++++
8. Kapur +++++ +++++ +++++
29
9. Redoks - - +
H2O 4 4 5
10. Ph KCl 4 5 5
NaF - - -
Gumpal Gumpal
11. Struktur Remah
membulat membulat
Lempung Lempung Lempung
12. Tekstur
debuan debuan debuan
0 – 9 cm Ap, 10 YR 3/1 lempung debuan, remah, batas rata jelas, bahan organik
banyak, Mn banyak, CaCO3 sangat banyak, Redoks tidak ada, pH H2O
4, pH KCl 4, pH NaFtidak ada
9 – 32 cm Bw1, 10 YR 4/2 lempung debuan, gumpal membulat, batas rata jelas,
bahan organik sangat banyak, Mn sangat banyak, CaCO3 sangat
banyak, Redoks tidak ada, pH H2O 4, pH KCl 5, pH NaF tidak ada
32 – 80 cm Bw 2, 10 YR 5/2 lempung debuan,gumpal membulat, batas rata jelas,
bahan organik sangat banyak, Mn sangat banyak, CaCO3 sangat
banyak, Redoks tidak ada, pH H2O 5, pH KCl 5, pH NaF tidak ada
2. Pembahasan
Danau tapal kuda atau oxbow lake merupakan danau yang terbentuk bila
sungai yang berkelok-kelok atau sungai meander melintasi daratan mengambil
jalan pintas dan meninggalkan potongan-potongan yang akhirnya membentuk
danau tapal kuda. Oxbow lake terbentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat
dari erosi dan sedimentasi dari tanah disekitar sungai meander (Hirukiazana,
2014). Site danau tapal kuda berupa cekungan dengan pola drainase yang
lambat karena sebagian tergenang air terutama pada musim penghujan, dan
akan kering dimusim kemarau.
30
Gambar 10. Formasi Oxbow Lake
Oxbow lake terbentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat dari erosi
dan sedimentasi dari tanah disekitar sungai meander. Meander dapat
didefinisikan sebagai aliran sungai yang berbelok-belok secara teratur
dengan arah pembelokan lebih atau kurang 180%. Meander merupakan
bentuk aliran sungai pada daerah datar yang berliku-liku, baik datar karena
endapan alluvial atau karena peneplainisasi. Proses berkelok-keloknya
sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu, volume air kecil
dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari
penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada
bagian hulu belum terjadi pengendapan. Belokan-belokan sungai ini akan
bertambah lebar sehingga pada waktu air pasang, terdapat hubungan
langsung antara lingkaran yang satu dan lingkaran yang lain. Selama air
pasang, terjadilah pengikisan dan pemindahan material batuan di sepanjang
lembah sungai. Akibatnya ketika air surut terputuslah lingkaran-lingkaran
dan terbentuklah cabang-cabang yang mati, serta danau-danau dan payau-
payau yang melengkung (Anonim 2011).
31
Gambar 11. Profil tanah Oxbow Lake
32
1) Lokasi pengamatan : Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen
2) Koordinat : 7o 40’ 06,07” LS dan 109o 25’ 34,60” BT
3) Elevasi : 564 mdpl
4) Penggunaan lahan : Tempat wisata
5) Vegetasi : Paku-pakuan
6) Kondisi pertumbuhan : Kurang Subur
7) Bahan Induk : Kapur koral
8) Topografi : Berbukit
9) Kemiringan : 30 %
b. Deskripsi Profil
Tabel 10. Hasil Pengamatan tanah dan analisis tanah Goa Jatijajar
Bahan pH
Sampel Warna Mn Kapur Redoks Tekstur
orgnaik H2O KCl NaF
7.5 YR Geluh
Tanah +++++ +++++ +++ - 5 5 -
2/0 debuan
2. Pembahasan
Goa Jajar merupakan goa yang berada pada 7o 40’ 06,07” LS dan 109o 25’
34,60” BT ketinggian 564 mdpl dan ditanamai paku-pakuan. Saat ini lokasi ini
digunakan sebagai tempat wisata, namun dengan kemiringan yang hampir 30%
dan topografi berbukit menyebabkan sulitnya pengunjung untuk menjelajahi
goa. Tanah di dalam goa dapat berupa inceptisol atau vertisol karena dengan
warna 7.5 YR 2/0 dn tekstur debuan. Bahan induk goa didominasi kapur koral,
yaitu batuan yang mudah larut dan mengandung karbonat. Asam karbonat
terbentuk oleh pelarutan CO2 atmosfer dalam air hujan membentuk asam
karbonat (H2CO3). Air yang mengandung asam karbonat bersifat masam masuk
ke dalam batuan melalui retakan, rongga atau celah batuan yang akan
melarutkan bukaan kecil yang ada menjadi lorong berukuran besar dan jaringan
saluran yang belum saling terhubung. Bertambahnya ukuran retakan
menyebabkan terbentuknya sistem aliran bawah tanah dan membentuk bentang
alam karst bawah permukaan. Aliran air dan pembesaran saluran menempati
daerah muka air tanah atau sedikit di bawahnya. Daerah permukaan bawah
33
jenuh air, dimana sirkulasi air dan ukuran batuan terlarut paling besar, retakan
saling terhubung dan bersifat terbuka. Lubang pelarutan inilah yang disebut
gua.
Beberapa ornamen yang terdapat di dalam gua karst antara lain Geode,
yaitu batu permata yang terbentuk dari pembentukan rongga oleh aktifitas
pelarutan air`tanah. Kemudian dalam kondisi yang berbeda hasil pelarutan
sebelumnya akan mengendapkan material mineral (kuarsa, kalsit dan fluorit)
yang dibawa oleh air tanah pada bagian dinding rongga.Stalaktit (stalactite)
yang terbentuk dari tetesan air dari atap gua yang mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) yang mengkristal, dari tiap tetes air akan menambah tebal
endapan yang membentuk kerucut menggantung dilangit-langit gua. Stalakmit
(stalacmite), adalah pasangan dari stalaktit yang tumbuh di lantai gua karena
hasil tetesan air yang mengandung kalsium karbonat dari atas langit-langit
gua.Tiang (Column), merupakan hasil pertemuan endapan antara stalaktit dan
stalakmit yang akhirnya membentuk tiang yang menghubungkan stalaktit dan
stalakmit menjadi satu. Tirai (drapery), terbentuk dari air yang menetes melalui
bidang rekahan yang memanjang pada langit-langit yang miring hingga
membentuk endapan cantik yang berbentuk lembaran tipis vertikal.
34
1) Lokasi pengamatan : Kecamatan Karangsambung Kabupaten
Kebumen
2) Koordinat : 07º31’16.9” S dan 109º41’33.9” E
3) Elevasi : 90 mdpl
4) Penggunaan lahan : Lahan pertanian
5) Vegetasi : Eceng gondok, palawija
6) Kondisi pertumbuhan : Subur
7) Bahan Induk : Sepentin
8) Topografi : Berbukit
9) Kemiringan : 37 %
10) Jenis tanah :
a. Rezim lengas : Ustik
b. Rezim suhu : Isohippertermik
c. Epipedon : Umbrik
d. Endopedon : Kambik
e. Ordo : Inceptisol
f. Sub Ordo : Ustepts
g. Group : Haplustepts
h. Sub Group : Typic Haplustepts
b. Deskripsi Profil
Tabel 11. Hasil Pengamatan tanah dan analisis tanah Karangsambung
“Serpentin”
Lapisan
No. Parameter
1 2
1 Warna 7.5 YR 3/2 5 YR 3/4
2 Jeluk 0 - 14/22 cm 14/22 - 58 cm
3 Batas Rata baur Rata baur
Makro - -
4 Perakaran Meso banyak banyak
Mikro banyak sedikit
5 Bahan Organik +++++ +++++
6 Mn +++++ +++++
7 kapur +++++ +++++
8 Redoks - -
H2O 5 5
9 pH
KCl 5 5
35
NaF - -
Gumpal
10 Struktur Remah
membulat
11 Tekstur Geluh lempungan Geluh debuan
0 – 14 cm, 7,5 YR 3/2, geluh lempungan, remah, perkaran mikro banyak,
perakaran sedang banyak, dan perakaran makro tidak ada,batas
rata baur, bahan organik sangat banyak, Mn sangat banyak,
CaCO3 sangat banayak, Redoks tidak ada, pH H2O 5, pH KCl 5,
pH NaF tidak ada
14/22 – 58 cm, 5 YR 3/4, geluh debuan, gumpal membulat, perkaran mikro
sedikit, perakaran sedang banyak, dan perakaran makro tidak
ada,batas rata baur, bahan organik sangat banyak, Mn sangat
banyak, CaCO3 sangat banayak, Redoks tidak ada, pH H2O 5, pH
KCl 5, pH NaF tidak ada
2. Pembahasan
Serpentin merupakan jenis batuan metamorf. Batuan serpentin merupakan
batuan metamorf yang terbentuk dari mineral serpentin akibat perubahan basalt
dasar laut yang bertekanan tinggi pada temperatur rendah. Mineral serpentin
tergolong dalam kelas mineral silikat yaitu Phyllosilicates. Mineral serpentin
mengandung chrysotile yaitu mineral serpentin yang mengkristal membentuk
serat tipis yang panjang. Serpentinit, mineral ini dibentuk oleh proses
serpentinisasi (serpentinization), adalah proses proses metamorfosis temperatur
rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan batuan
ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.
Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah dilakukan disekitar
batuan sepentin. Koordinat lokasi tersebut adalah 07º31’16.9” S dan 9º41’33.9”
E berada di ketinggian 90 mdpl dan kemiringan lereng 37%. Topografi lahan
berbukit yang banyak ditanami tumbuhan eceng gondok dan palawija. Bahan
induk penyusun tanah di lokasi tersebut termasuk serpentin
36
A B
Gambar 13. A. Penampang batuan serpentin; B. Penampang profil tanah
serpentin
37
4) Penggunaan lahan : Tegalan
5) Vegetasi : Singkong
6) Kondisi pertumbuhan : Relatif subur
7) Bahan Induk : Diabas
8) Topografi : Berbukit
9) Kemiringan : 45 %
10) Jenis tanah :
a. Rezim lengas : Ustik
b. Rezim suhu : Isohippertermik
c. Epipedon : Umbrik
d. Endopedon : Kambik
e. Ordo : Inceptisol
f. Sub Ordo : Ustepts
g. Group : Haplustepts
h. Sub Group : Typic Haplustept
b. Deskripsi Profil
Tabel 12. Hasil Pengamatan tanah dan analisis tanah Karangsambung
“Diabas”
Lapisan
No. Parameter
1 2 3
1 Horzon Diagnostik Ap Bw1 Bw2
2 Warna 5 YR 3/4 10 YR 5/8 10 YR 5/8
3 Jeluk 0 - 12 cm 12 - 34 cm 34 - 80 cm
4 Batas Rata baur Rata baur Rata baur
Makro - - -
5 Perakaran Meso sedikit Sedikit -
Mikro banyak - -
6 Bahan Organik +++++ +++++ ++++
7 Mn +++ +++ +++
8 kapur +++ +++ +++
9 Redoks - - -
H2O 5 5 5
10 pH KCl 5 5 5
NaF - - -
Gumpal
11 Struktur Remah Remah
membulat
Geluh
12 Tekstur Pasir geluhan Pasir geluhan
lempungan
38
0 – 12 cm Ap, 5 YR 3/4, pasir geluhan, remah, perkaran mikro banyak,
perakaran sedang sedikit, dan perakaran makro tidak ada,batas
rata baur, bahan organik sangat banyak, Mn banyak, CaCO3
banyak, Redoks tidak ada, pH H2O 5, pH KCl 5, pH NaF tidak ada
12 – 34 cm Bw 1, 10 YR 5/8, pasir geluhan, remah, perkaran mikro tidak ada,
perakaran sedang sedikit, dan perakaran makro tidak ada,batas
rata baur, bahan organik sangat banyak, Mn banyak, CaCO3
banayak, Redoks tidak ada, pH H2O 5, pH KCl 5, pH NaF tidak
ada
34 – 80 cm Bw 2,5 10 YR 5/8, geluh lempungan, remah, perkaran mikro
tidak ada, perakaran sedang tidak ada, dan perakaran makro tidak
ada,batas rata baur, bahan organik sangat banyak, Mn banyak,
CaCO3 banyak, Redoks tidak ada, pH H2O 5, pH KCl 5, pH NaF
tidak ada
2. Pembahasan
Site Diabas merupakan perbukitan yang memiliki kelerengan agak curam
± 45%. Dengan kelerengan tersebut maka lahan memiliki pola drainase yang
cepat. Titik singkapan profil berada pada 07º32’23.2” S dan 109º40’15.7” E
dan 108 mdpl. Penggunaan lahan d daerah ini tegalan singkong dengan kondisi
pertumbuhan yang relatif subur. Jenis tanah inceptisol.
Berdasarkan singkapan profil yang ada, tanah terbagi atas tiga
lapisan/horison yaitu horison Ap dengan kedalaman 12 cm dan batas baur,
horison Bw1 sampai kedalaman 34 cm dan batas baur, serta horison Bw2
sampai kedalaman 80 cm dan batas baur. Tanah yang subur memiliki struktur
remah dengan sementasi berupa lempung. Di horison Ap hanya memilki
perakaran meso dan mikro, horizon Bw1 perakaran meso dengan jumlah akar
yang sedikit dan horizon Bw2 yang tidak memilki perakaran sama sekali.
Bahan organik setiap horizon relatif banyak sehingga pH tanah cenderung
39
asam sedangkan kandungan Mn dan kapurnya relatif sedang. Struktur tanah
horizon Ap dan Bw1 remah sedangkan horizon Bw2 gumpal membulat, hal ini
menandakan bahwa horizon Bw2 telah mengandung lempung. Tekstur pada
profil ini sudah mengalami pencampuran antara pasir dengan lempung.
Batuan diabase merupakan batuan beku. Batuan beku adalah batuan yang
berasal dari pembekuan dan pendinginan magma. Pembekuan magma bisa
terjadi di bawah permukaan bumi (plutonic), pembekuan magma dekat dengan
permukaan bumi (hypabyssal) dan pembekuan magma di permukaan bumi
(vulcanic). Batuan diabase adalah batuan beku basa yang kaya kandungan Fe
dan berwarna gelap terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua dengan
lempeng samudera. Tumbukan tersebut menyebabkan terjadinya partial
melting batuan menjadi magma yang bersifat basaltik (magma yang
komposisinya kaya Fe dan bersifat relatif encer). Magma basaltik ini kemudian
mengalami alih tempat menuju kerak benua bagian bawah, kemudian
mengalami fraksinasi dan diferensiasi sehingga membentuk magma diabas
yang selanjutnya tersingkap di permukaan bumi (Nur, 2011).
Komposisi batuan diabase setara dengan gabro dan basalt dan teksturnya
kombinasi diantara keduanya. Batuan diabase merupakan batuan beku basa
(mafic igneous rock) yang miskin kandungan silica (45-52%). Tekstur yang
dimiliki oleh batuan diabase adalah Kristal halus, kristalinitas : holokristalin,
granulitas : fenerik sedang, ukuran butiran : five-grained, euhedral.
M. Site 13 Batuan Gamping Karangsambung
40
1. Hasil Pengamatan
a. Deskripsi Lokasi
1) Lokasi pengamatan : Kecamatan Karangsambung Kabupaten
Kebumen
2) Koordinat : 07º31’32.6” S dan 109º40’41.7” E
3) Elevasi : 121 mdpl
4) Penggunaan lahan : Sawah
5) Vegetasi : Padi
6) Kondisi pertumbuhan : Relatif subur
7) Bahan Induk : Sedimen gamping
8) Topografi : Datar berombak
9) Kemiringan :9%
10) Jenis tanah :
a. Rezim lengas : Ustik
b. Rezim suhu : Isohippertermik
c. Epipedon : Umbrik
d. Endopedon : Kambik
e. Ordo : Inceptisol
f. Sub Ordo : Ustepts
g. Group : Haplustepts
h. Sub Group : Typic Haplustepts
b. Deskripsi Profil
Tabel 13.Hasil Pengamatan tanah dan analisis tanah Karangsambung
“Gamping”
Lapisan
No. Parameter
1 2
1 Warna 10 YR 3/2 10 YR 3/2
2 Jeluk 0 - 25 cm 25 - 45 cm
3 Batas Rata berangsur Rata berangsur
Makro - -
4 Perakaran Meso sedang Sedikit
Mikro banyak Sedikit
5 Bahan Organik +++++ +++++
6 Mn +++ +++
7 Kapur +++ +++
8 Redoks - -
41
H2O 5 5
9 pH KCl 6 6
NaF - -
Gumpal Gumpal
10 Struktur
membulat bersudut
Geluh lempung Geluh
11 Tekstur
debuan lempungan
0 – 25 cm, 10 YR 3/2, geluh lempung debuan, gumpal membulat, perkaran
mikro banyak, perakaran sedang sedang, dan perakaran makro
tidak ada,batas rata berangsur, bahan organik sangat banyak, Mn
banyak, CaCO3 banyak, Redoks tidak ada, pH H2O 5, pH KCl 6,
pH NaF tidak ada
25 – 45 cm, 10 YR 3/2, geluh lempungan, gumpal bersudut, perkaran mikro
sedikit, perakaran sedang sedikit, dan perakaran makro tidak
ada,batas rata berangsur, bahan organik sangat banyak, Mn
banyak, CaCO3 banyak, Redoks tidak ada, pH H2O 5, pH KCl 6,
pH NaF tidak ada
2. Pembahasan
Site Gamping merupakan perbukitan yang memiliki kelerengan datar ±9%.
Dengan kelerengan tersebut maka tanah di lahan tersebut terbentuk karena
akumulasi sedimen. Titik singkapan profil berada pada 07º31’32.6” S dan
109º40’41.7” E dan 121 mdpl. Penggunaan lahan di daerah ini sawah padi
dengan kondisi pertumbuhan yang relatif subur. Jenis tanah inceptisol sub
group Typic Haplustepts.
Berdasarkan singkapan profil yang ada, tanah terbagi atas dua
lapisan/horison yaitu horison satu warna tanah 10 YR 3/2 dengan kedalaman
25 cm dan batas berangsur, serta horison dua warna tanah 10 YR 3/2 sampai
kedalaman 45 cm dan batas berangsur. Tanah yang subur memiliki struktur
remah dengan sementasi berupa lempung. Di horison satu memilki perakaran
meso dan mikro yang relatis sedang-banyak, sedangkan horizon dua memiliki
perakaran meso dan mikro yang sedikit. Bahan organik setiap horizon relatif
banyak sehingga pH tanah cenderung asam (pH 5-6) sedangkan kandungan Mn
dan kapurnya relatif sedang. Struktur tanah horizon satu gumpal membulat
sedangkan horizon kedua gumpal bersudut. Hal ini menandakan bahwa horizon
42
Bw2 telah mengandung lempung. Tekstur pada profil ini sudah mengalami
pencampuran antara debu dan lempung.
43
10) Jenis tanah :
a. Rezim lengas : Ustik
b. Rezim suhu : Isohippertermik
c. Epipedon : Okrik
d. Endopedon : Argilik
e. Ordo : Alfisol
f. Sub Ordo : Ustalfs
g. Group : Haplustasts
h. Sub Group : Typic Haplustasts
b. Deskripsi Profil
Tabel 13.Hasil Pengamatan tanah dan analisis tanah Gabro Karangsambung
Lapisan
No. Parameter
1 2 3 4 5
1 Horzon Diagnostik Ap A Bw Bt Bt2
2 Warna 7.5 YR 4/4 7.5 YR 4/4 7.5 YR 4/4 5 YR 5/8 5 YR 5/6
8 - 18/23 18/23 - 66/95 - 84/99 - 140
3 Jeluk 0 - 8 cm
cm 66/95 cm 84/99 cm cm
Rata Ombak Ombak Ombak Ombak
4 Batas
berangsur berangsur berangsur berangsur berangsur
Makro - - - - -
5 Perakaran Meso Sedang banyak Banyak Sedang sedikit
Mikro Banyak banyak Banyak - -
6 Bahan Organik +++ +++++ +++++ +++++ +++++
7 Mn +++ +++ +++ +++ +++
8 kapur - +++ +++ +++ +++
9 Redoks - - - - -
H2O 5 4 5 4 4
10 pH KCl 5 4 5 4 4
NaF - - - - -
Gumpal Gumpal Gumpal Gumpal Gumpal
11 Struktur
membulat membulat membulat menyudut menyudut
Geluh Geluh Geluh Geluh
12 Tekstur Geluh debuan
debuan debuan debuan debuan
2. Pembahasan
Site gabro berupa perbukitan dengan topografi yang berlereng-datar,
sehingga memiliki pola drainase yang lambat-sedang. Torehan yang terlihat
adalah batu diorit. Batuan ini mengandung sedikit kalsium (soda) plagioklas
44
feldspar, mineral berwarna terang. Batuan diorite tidak mengandung atau
sedikit kuarsa. Apabila batuan diorite ini dihasilkan dari letusan gunungapi
maka akan terjadi pendinginan menjadi lava andesit (Anonim, 2011).
Vegetasi lahan berupa tanaman bambu, kelapa, serta tanaman hutan. Tanah
bersementasi lempung relatif gembur dengan jeluk meman perakaran mencapai
kedalaman 140 cm. Berdasarkan singkapan profil yang ada, tanah terbagi atas
lima lapisan/horison yaitu horison Ap dengan kedalaman 0-8 cm dan batas rata
berangsur, horison A kedalaman 8-23 cm, horison Bw dari kedalaman 23-95
cm dan batas ombak berangsur, horizon Bt kedalaman 95-99 cm, dan horizon
Bt2 kedalaman 99-140 cm memiliki batas yang sama ombak berangsur.
Tanah yang subur memiliki struktur gumpal membulat berukuran kecil
dengan derajat struktur sedang. Horizon Ap, A dan Bw berstruktur gumpal
membulat sedangkan horizon Bt dan Bt2 berstruktur gumpal menyudut. Di
horison Ap banyak terdapat pori mikro, namun sedikit mikro. Horison A dan
Bw banyak peralaran makro dan meso, sedang di horison Bt dan Bt2 memilki
perakaran meso yang relatif sedikit sampai sedang. Tekstur tanah semua
horizon menunjukkan geluh debuan yaitu tanah dengan perbandingan pasir
11,22%, debu 58,12%, lempung 29,66% (Sukmana 2012).
45
berjauhan, serta dijumpai 50% gelas volkanik. Adapun mineral primer
penyusun batuan beku adalah olivin, pyroxene, amphibole, biotite, muscovite,
anorthite, albite, ortoklas, dan quartz. Tanah disekitar batu mengandung bahan
organik yang cukup banyak di semua lapisan. Hasil analisis cepat
menunjukkan adanya Mn di semua lapisan, namun tidak menunjukkan adanya
Fe maupun Ca dalam lapisan tanah. Tanah bereaksi masam dengan pH 4,0-5,0
sehingga warna tanah cenderung merah kecoklatan.
46
1 2 3
1 Horzon Diagnostik Ap BC CB
2 Warna 10 YR 4/6 10 YR 5/6 10 YR 5/4
10/14 - 66/75
3 Jeluk 0 - 10/14 cm 66/75 - 85 cm
cm
Berombak Berombak Berombak
4 Batas
berangsur berangsur berangsur
Makro - - -
5 Perakaran Meso sedikit sedikit -
Mikro banyak banyak banyak
6 Bahan Organik +++++ +++++ +++
7 Mn +++ +++ +++
8 Kapur +++ +++ -
9 Redoks - - -
H2O 5 5 5
10 pH KCl 4 4 4
NaF - - -
Gumpal Gumpal Gumpal
11 Struktur
membulat membulat membulat
12 Tekstur Pasir geluhan Pasir geluhan Pasir geluhan
2. Pembahasan
Batu Fillit merupakan batuan metamorf yang terbentuk dari
metamorfisme batuan shale dan merupakan proses lanjutan metamorfosisme
batu Slate. Batu Fillit adalah batuan metamorphic berbutir halus yang terbentuk
pada temperature dan tekanan lebih tinggi disbandingkan dengan slate, tetapi
pada temperatur dan tekanan yang lebih rendah dibanding dengan sekis. Batu
metamorf filit umumnya tersusun atas kuarsa, sericite mica dan klorit. Bentang
alam site Filit berupa perbukitan, memiliki topografi dengan kelerengan
mencapai sekitar 85% sehingga berpola drainase cepat. Kenampakan
permukaan tanah berupa kebatuan dan kerakal berukuran sedang. Tanah
bersementasi lempung memiliki jeluk mempan perakaran sampai satu meter,
permeabilitas lambat-sedang dan limpasan yang besar.
Berdasarkan singkapan profil tanah terlihat tiga horison yaitu Ap dengan
kedalaman sampai 14 cm dan berombak berangsur, horison BC sampai
kedalaman 67 cm dan berombak berangsur dan horison CB sampai kedalaman
85 cm dengan berombak berangsur. Horizon Ap dan BC memilki perakaran
meso sedikit dan mikro banyak. Horizon CB hanya memiliki perakaran mikro.
47
Bahan organik di semua horizon relatif sedang sampai tinggi diikuti dengan
kandungan Mn yang relatif sedang sehingga reaksi tanah cenderung asam
dengan pH 4,0-5,0 Struktur tanah sudah terbentuk gumpal mambulat berukuran
kecil sampai sedang di semua horizon.
A B
Gambar 16. A. Profil tanah Fillit; B. Bentang lahan sekitar profil tanah
48
2) Koordinat : 07º32’43.4” S dan 109º39’23.6” E
3) Elevasi : 135 mdpl
4) Penggunaan lahan : Tegalan
5) Vegetasi : Singkong, jati, sengon
6) Kondisi pertumbuhan : Relatif subur
7) Bahan Induk : Gamping merah dan Rijang
8) Topografi : Berbukit
9) Kemiringan : 67 %
10) Jenis tanah :
a. Rezim lengas : Ustik
b. Rezim suhu : Isohippertermik
c. Epipedon : Umbrik
d. Endopedon : Argilik
e. Ordo : Alfisol
f. Sub Ordo : Ustepts
g. Group : Haplustepts
h. Sub Group : Typic Haplustepts
b. Deskripsi Profil
Tabel 15. Hasil Pengamatan tanah dan analisis tanah Rijang Karangsambung
Lapisan
No. Parameter
1 2 3 4 5
7.5 YR
1 Warna 7.5 YR 3/4 7.5 YR 3/4 7.5 YR 3/4 7.5 YR 3/4
3/4
27/29 - 59/60 - 77/80 -
2 Jeluk 0 - 7 cm 7 - 27/29 cm
59/60 cm 77/80 cm 89/103 cm
Berombak Berombak Berombak Berombak
3 Batas Datar baur
baur baur baur baur
Makro banyak banyak - - -
4 Perakaran Meso banyak banyak banyak banyak banyak
Mikro banyak banyak banyak sedikit sedikit
5 Bahan Organik +++++ +++++ +++++ +++++ +++++
6 Mn +++++ +++++ +++++ +++++ +++++
7 kapur +++++ +++++ +++++ +++ +++
8 Redoks - - - - -
H2O 4 4 4 5 4
9 pH KCl 4 4 5 4 5
NaF - - - - -
49
Gumpal Gumpal Gumpal Gumpal Gumpal
10 Struktur
membulat membulat membulat menyudut menyudut
Pasir Pasir Pasir
11 Tekstur Pasir geluhan Pasir geluhan
geluhan geluhan geluhan
2. Pembahasan
Berdasarkan singkapan profil yang ada, tanah terbagi menjadi lima
lapisan/horison yaitu horison satu dengan kedalaman 0-7 cm dan batas datar
baur, horison dua sampai kedalaman 29 cm dan berombak baur, horison ketiga
sampai kedalaman 60 cm dan batas berombak baur, horison ketiga pada
kedalaman 80 cm dan horizon keempat kedalaman 103 cm. Tanah yang subur
memiliki struktur remah dengan sementasi berupa lempung. Di semua horison
banyak terdapat perakaran makro, meso dan mikro, hanya pada horizon empat
dan lima perakaran mikro sedikit. Hal ini dikarenakan vegetasi disekitar profil
berupa tanaman singkong, pohon jati dan sengon.
Rijang dapat terbentuk ketika mikrokristal silikon dioksida (SiO2) tumbuh
dalam sedimen lunak yang akan menjadi batu kapur. Dalam sedimen tersebut,
jumlah yang sangat besar dari mikrokristal silikon dioksida akan tumbuh
menjadi nodul yang berbentuk tidak teratur atau konkresi silika terlarut
terangkut oleh air ke sebuah lingkungan pengendapan.
50
A B
Gambar 17. A. Profil tanah; B. Bentang lahan Batuan Rijang
51
e. Ordo : Andisol
f. Sub Ordo : Udands
g. Group : Hapludands
h. Sub Group : Typic Hapludands
b. Deskripsi Profil
Tabel 17. Hasil Pengamatan tanah dan analisis tanah Merapi
Lapisan
No. Parameter
1 2 3 4
1 Horzon Diagnostik Ap Ap Bw1 Bw2
7,5 YR
2 Warna 7,5 YR 3/2 7,5 YR 3/2 7,5 YR 3/2
3/2
3 Jeluk 0 - 17 cm 17 - 46 cm 46 89 – cm
Rata Rata Rata Rata
4 Batas
berangsur berangsur berangsur berangsur
Makro - - - -
5 Perakaran Meso banyak Banyak - -
Mikro banyak Sedikit Sedikit sedikit
6 Bahan Organik +++++ +++++ +++++ +++++
7 Mn + + ++ -
8 Kapur - - - -
9 Redoks - - - -
H2O 6,24 5,98 5,93 6,01
10 pH KCl 5,03 5,31 5,04 5,19
NaF 10,07 10,59 10,87 10,79
Gumpal Gumpal Gumpal
11 Struktur Remah
membulat membulat membulat
Geluh Pasir Pasir
12 Tekstur Pasir
pasiran geluhan geluhan
2. Pembahasan
Site Merapi merupakan perbukitan yang memiliki kelerengan datar ±32%.
Dengan kelerengan tersebut maka tanah akan terbentuk karena pencucian
material dan unsur hara. Titik singkapan profil berada pada 07º34’43” S dan
110º39’50.6” E dengan ketinggian 1181 mdpl. Penggunaan lahan di daerah ini
hutan dengan kondisi pertumbuhan yang relatif subur. Berdasarkan analisis
sidik cepat tanah tersebut adalah tanah andisol sub group Typic Hapludands.
Berdasarkan singkapan profil yang ada, tanah terbagi empat
lapisan/horison yaitu horison Ap dengan kedalaman 0-17 cm, horison Ap
dengan kedalaman 17-46 cm, horison Bw1 dengan kedalaman 46-89 cm,
52
horizon Bw2 dengan kedalaman 89-120 cm. Semua horison memilki batas
yang sama dengan horison bawahnya yaitu rata berangsur. Tanah yang subur
memiliki struktur remah dengan sementasi berupa lempung. Kandungan bahan
organik setiap horizon relatif banyak sehingga pH tanah (H2O dan KCl)
cenderung asam (pH 5-6). Struktur tanah remah dan gumpal membulat. Hal ini
menandakan bahwa horison telah mengandung lempung. Tekstur pada horison
pertaman banyak mengandung pasir sedangkan horison-horison dibawahnya
sudah mengalami campuran antar lempung dengan pasir. Horison pertama
bertekstur pasir menandakan bahwa abu volkan hasil erupsi tahun 2010 belum
sepenuhnya bertranformasi menjadi tanah.
A B
Gambar 18. A. Profil tanah sekitar gunung Merapi; B. Material vulkanik
gunung Merapi
Tanah di sekitar gunung berapi merupakan jenis tanah vulkanik yang pada
umumnya merupakan lahan yang subur. Tanah vulkanik terbentuk sebagai
akibat dari erupsi gunung, yaitu lapisan bumi yang terbentuk dari materi-materi
erupsi gunung berapi yang telah lapuk. Kusnadi (2008) menyatakan bahwa
tanah vulkanik adalah tanah subur yang mengandung zat hara yang tinggi.
Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
53
Menurut (Suriadikarta dkk., 2011) tanah di sekitar gunung merapi
memiliki pH yang bervariasi. Daerah yang terkena awan panas antara 4,8 – 5,9,
sedangkan daerah ynag terkena lahar panas berkisar antara 6,1 – 6,8.
Kandungan P dalam abu volkan berkisar antara rendah sampai tinggi (8-232
ppm K2O). KTK dan Mg abu volkan rendah, namun kadar Ca cukup tinggi.
Kadar S dalam abu volkan bervariasi dari 2-160 ppm, sedangkan kadar logam
berat Fe, Mn, Pb dan Cd cukup rendah. Hal ini dapat disampaikan bahwa abu
volkanik Gunung Merapi cukup aman untuk pengembangan pertanian.
54
b. Deskripsi Profil
Tabel 18. Hasil Pengamatan tanah dan analisis tanah Bayat
Lapisan
No. Parameter
1 2 3 4 5
2,5 YR 2,5 YR 2,5 YR 2,5 YR
1. Warna 2,5 YR 4/6
4/4 4/4 5/8 5/8
0 - 13/24 13/24 - 43
2. Jeluk 43 - 64 cm 64 - 80 cm 80 - 94 cm
cm cm
Berombak Rata Rata Rata Rata
3. Batas
berangsur berangsur berangsur berangsur berangsur
Makro - - - - -
4. Perakaran Meso Sedikit sedikit sedikit - -
Mikro Banyak banyak sedikit - -
5. Bahan Organik + +++ - +++ +++
6 Mn +++ +++ +++ +++ +++
7. kapur - - - - -
8. Redoks - - + - -
H2O 6,42 6,06 7,03 6,54 7,23
9. pH KCl 5,01 4,49 4,9 4,6 4,01
NaF - - - - -
Gumpal Gumpal Gumpal Gumpal Gumpal
10. Struktur
membulat membulat membulat membulat bersudut
Geluh Geluh
Pasir Geluh Lempung
11. Tekstur lempung lempung
geluhan pasiran berdebu
berdebu berdebu
2. Pembahasan
Site tanah inceptisol bayat memiliki topografi berbukit, di bagian selatan
merupakan pegunungan kapur yang memungkinkan hara-hara tercuci masuk ke
lahan ini. Penggunaan lahan adalah untuk tegalan dengan tanaman pisang,
pepaya, dan kacang tanah. Ketinggian tempat 125 mdpl termasuk dalam
dataran rendah sehingga dimungkinkan terjadinya pengendapan material-
material dari dataran di atasnya. Bahan induk pembentuk tanah berasal dari
55
batuan beku dalam yaitu batuan yang terbentuk dari magama yang membeku di
dalam bumi. Terbentuk dengan penurunan suhu secara lambat, karena terjadi
pada kedalaman lebih dari 3 km sampai 15 km (rata-rata tebal kerak bumi).
Keadaan suhu yang selalu panas mengakibatkan semua unsur dari komposisi
magma sempat tumbuh menjadi kristal (Hardjowigeno 2003).
A B
Gambar 19. A. Profil tanah Bayat; B. Batuan penyusun tanah
56
pelapukan kimia ini menghasilkan mineral-mineral sekunder berbagai mineral
lempung tergantung kondisi iklim (Nurjamil dkk., 2005).
57
Meso - - banyak - sedikit
Mikro Banyak sedikit - banyak sedikit
Bahan Organik +++ - - - -
Mn - - - - -
Kapur - - - - -
Redoks - ++ ++ ++ +++
H2O 5,6 6,59 6,67 6,2 6,53
pH KCl 3,36 3,42 3,93 3,52 3,7
NaF - - - - -
Gumpal Gumpal Gumpal Gumpal Gumpal
Struktur
membulat membulat bersudut membulat bersudut
Geluh Geluh Geluh Geluh Geluh
Tekstur
pasiran pasiran pasiran pasiran pasiran
2. Pembahasan
Site tanah alfisol Watu Prau memiliki topografi berbukit dengan
kemiringan 30%. Penggunaan lahan sebagai hutan dengan tanaman akasia dan
jati. Ketinggian tempat 150 mdpl termasuk dalam dataran rendah sehingga
dimungkinkan terjadinya pengendapan material-material dari dataran di
atasnya. Bahan induk pembentuk tanah berasal dari batuan marmer. Marmer
adalah batuan yang dihasilkan dari metamorfosis batuan karbonat sedimen,
terutama batu kapur atau dolomit oleh tekanan dan panas di kerak bumi akibat
proses geologi. Metamorfosis menyebabkan rekristalisasi variabel butir
karbonat mineral asli. Batu marmer yang dihasilkan biasanya terdiri dari
sebuah mosaik saling kristal karbonat. tekstur sedimen primer dan struktur
batuan karbonat asli (protolith) biasanya telah dimodifikasi atau hancur.
Berdasarkan singkapan profil, tanah terbagi lima lapisan/horison yaitu
horison Ap dengan kedalaman 0-14/16 cm, horison Ap dengan kedalaman
14/16-30 cm, horison Bw1 dengan kedalaman 30-37/47 cm, horizon Bw2
dengan kedalaman 37/47-68 cm dan horison Bt dengan kedalaman 68-86/89
cm. Semua horison memilki batas horizon yang sama yaitu berombak jelas,
hanay di horizon Ap yang memilki batas rata jelas dengan horison dibawahnya.
Kandungan bahan organik hanya ditemukan di horison pertama, namun di
lapisan ini tidak ditemukan potensial redoks.
58
A B
Gambar 21. A. Profil tanah Watu Prau; B. Batu marmer penyusun tanah Watu
Prau
Batu marmer memiliki tekstur granular, dengan ukuran butir medium,
kekerasan tinggi, warna bervariasi tergantung pada pengotor yang ada dalam
batuan, mineral yang ada pada batu marmer adalah jenis kalsit, sehingga akan
bereaksi dengan HCl mengeluarkan gelembung CO2 dan H2O. Lokasi
pengamatan berada di Watu Prau Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten. Lahan berbukit-datar dengan vegetasi tanaman keras seperti
jati, semak-semak, maupun tanaman pangan untuk daerah yang diterasering.
Tanah di sekitar lokasi pengamatan berwarna kecoklatan, struktur tanah sudah
terbentuk, terlihat adanya clayskin di horizon bawah permukaan. Reaksi
kemasaman tanah tidak diukur, namun untuk wilayah Bayat Klaten rata-rata
memiliki pH yang netral apalagi berada disekitar batuan marmer yang pasti
selalu berafiliasi dengan batu kapur/kalsit. Oleh karenanya tanah di sekitar
lokasi pengamatan memiliki ordo tanah Alfisol.
59
4) Penggunaan lahan : Perkebunan
5) Vegetasi : Jagung, pepaya, jati
6) Kondisi pertumbuhan : Relatif Subur
7) Bahan Induk : Batuan gamping
8) Topografi : Berbukit
9) Kemiringan : 13 %
10) Jenis tanah :
a. Rezim lengas : Udik
b. Rezim suhu : Isotermik
c. Epipedon : Umbrik
d. Endopedon : Kambik
e. Ordo : Inceptisol
f. Sub Ordo : Udepts
g. Group : Dystrudepts
h. Sub Group : Typic Dystrudepts
b. Deskripsi Profil
Tabel 20. Hasil Pengamatan tanah dan analisis tanah Bukit Temas
Lapisan
Parameter
1 2 3
Horzon
Ap Bw1 Bw2
Diagnostik
Warna 5 YR 1/1 5 YR 1/3 5 YR 2/3
Jeluk 0 - 26 cm 26 - 47/56 cm 47/56 - 98 cm
Berombak Berombak
Batas Rata jelas
Jelas Jelas
Makro - - -
Perakaran Meso sedikit Sedikit -
Mikro sedikit Sedikit Sedikit
Bahan Organik +++ +++++ +++++
Mn +++ +++ +++
Kapur - ++ -
Redoks - - -
H2O 5,6 6,59 6,67
pH KCl 3,36 3,42 3,93
NaF - - -
Gumpal Gumpal Gumpal
Struktur
membulat membulat bersudut
Tekstur Lempung Lempung Pasir geluhan
60
2. Pembahasan
Site Bukit Temas merupakan perbukitan yang memiliki kelerengan datar
±13%. Dengan kelerengan tersebut maka tanah akan terbentuk karena
pencucian material dan unsur hara. Titik singkapan profil berada pada
07º45’39.2” S dan 110º45’34.1” E dengan ketinggian 139 mdpl. Penggunaan
lahan di daerah ini perkebunan dengan kondisi pertumbuhan yang relatif subur.
Tanaman yang terdapat di sekitar profil tanah yaitu jagung, pepaya dan jati.
Berdasarkan analisis sidik cepat tanah tersebut adalah tanah inceptisol.
Berdasarkan singkapan profil yang ada, tanah terbagi tiga lapisan/horison
yaitu horison Ap dengan kedalaman 0-26 cm, horison Bw1 dengan kedalaman
26-47/56 cm dan horison Bw2 dengan kedalaman 47/56-98 cm. Horison Ap
memilki batas rata jelas, horison Bw1 dan Bw2 memilki batas yang sama yaitu
berombak jelas. Kandungan bahan organik setiap horizon relatif banyak
sehingga pH tanah (H2O dan KCl) cenderung asam (pH 3-6). Perakaran makro
tidak terdapat di semua lapisan, hanya di lapisan meso dan mikro saja dengan
jumlah sedikit. Struktur tanah gumpal membulat dan gumpal menyudut. Hal ini
menandakan bahwa horison telah mengandung lempung. Tekstur pada horison
pertama dan kedua banyak mengandung lempung sedangkan horison ketiga
meruapakan campuran dari pasir dan geluhan.
A B
Gambar 21. A. Profil tanah Bukit Temas; B. Bentang lahan sekitar profil
61
Batuan gamping merupakan endapan laut, banyak mengandung karang
laut. Sebagian besar terdiri dari CaCO3 (kalsit) dan CaMg (CO3)2 (dolomit).
Tanah di atas batuan induk gamping umumnya diklasifikasikan kedalam ordo
vertisol dan inceptisol. Bahan induk endapan alluvium membentuk tanah
inceptisol. Tanah umumnya bertekstur liat, pH agak masam hingga netral,KTK
dan KB tinggi. Mineralogi batuan umumnya didominasi oleh piroksendan
plagioklas, pasir juga oleh pyroksin dan plagioklas,sedangkan dalamjumlah
kecil kuarsa, opak, hornblende dan biotit. Sementara mineral liatdi dominasi
oleh Montmorillonite. Mikromorfologi umumnya memiliki porivug dengan
bentukan pedologi tipik (Ulfiyah, 2014).
b. Deskripsi Profil
Andisol menurut Sistem Klasifikasi Dudal dan Soepraptohardjo
(1957, 1961) adalah tanah berwarna hitam atau coklat tua, struktur remah,
kadar bahan organik tinggi, licin (smeary) jika dipilin. Tanah bagian bawah
berwarna coklat sampai coklat kekuningan, tekstur sedang, porous,
pemadasan lemah, akumulasi liat sering ditemukan di lapisan bawah.
Andosol hanya dijumpai pada bahan vulkanik yang tidak padu, pada
ketinggian 750 sampai 3.000 m di atas permukaan laut (m dpl).Tanah-tanah
62
andisol biasanya ditemukan di wilayah volkan, terbentuk dari bahan volkan
yaitu abu vulkan/batuan andesitik/batuan basaltik, serta horison tanahnya
memenuhi syarat sifat andik (Soil Survey Staff, 2014).
Tabel 31. Deskripsi lokasi Andisol Bedoyo
No Deskripsi Keterangan
1 Lokasi Kegiatan : Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten
Gunungkidul, DIY
2 Koordinat : 8o 00’ 34,82” LS 110o 44’ 33,41” BT
3 Elevasi : 414 mdpl
4 Posisi site : Lereng atas
5 Tataguna lahan : Hutan rakyat
6 Vegetasi : Semak, tanaman akasia, rumput
7 Kondisi pertumbuhan : Bagus
8 Bahan Induk : formasi Wonosari-Punung yang tersusun atas
batu gamping, batu gamping napal-tufan, batu
gamping konglomerat, batu gamping pasir
tufan, serta batu lanau (Suronoet al., 1992)
9 Topografi : Berbukit
10 Kelerengan : 50%
11 Klasifikasi tanah : Andisol
63
Persyaratan sifat andik tanah berdasar Soil Survey Staff (1990) adalah bahwa
tanah harus memiliki karbon organic <25%, dan memenuhi satu atau kedua syarat
berikut:
1. Adalah:
a. Kandungan Al + ½ Fe (keduanya dengan ekstraksi asam oksalat) di dalam
fraksi tanah halus (<2,0 mm) adalah 2% atau lebih, dan
b. berat isi fraksi tanah halus ditetapkan pada retensi air 33 kPa, sebesar 0,90
gram/cm3 atau kurang, dan
c. retensi fosfat fraksi tanah halus adalah 85% atau lebih, atau
2. fraksi tanah halus memiliki retensi fosfat >25% atau fraksi 0,02-2,0 mm minimal
30% dari fraksi tanah halus dan memenuhi salah satu dari tiga syarat berikut:
a. fraksi tanah halus memiliki kandungan Al + ½ Fe (keduanya dari ekstraksi
asam oksalat) sebesar 0,40% atau lebih dan kandungan kaca volkan di dalam
fraksi 0,02-2,0 mm minimal 30%, atau
b. fraksi tanah halus memiliki kandungan Al + ½ Fe (keduanya dari ekstraksi
asam oksalat) sebesar 2,0% atau lebih dan kandungan kaca volkan di dalam
fraksi 0,02-2,0 mm minimal 5%, atau
c. fraksi tanah halus memiliki kandungan Al + ½ Fe (keduanya dari ekstraksi
asam oksalat) sebesar 0,40-2,0% dan terdapat cukup banyak kaca volkan di
dalam fraksi 0,02-2,0 mm sehingga persentaseya bila diplot terhadap
kandungan persentase Al + ½ Fe menghasilkan titik yang berada di dalam
daerah gelap pada gambar (Soil Survey Staff, 1990).
64
Gambar 27.Bentang lahan Andisol di Bukit Bedoyo
Hasil analisis cepat terlihat adanya kandungan bahan organik yang cukup
pada tanah Andisol Bedoyo. Namun kandungan Ca tidak terdeteksi dari analisis
cepat. Hal ini sangat berbeda dengan hasil penelitian Sudihardjo et al. (1995) yang
mengemukakan bahwa kandungan C-organik di tanah andisol Gunungkidul berkisar
3,15-4,87% yang termasuk tinggi. Demikian juga kandungan kation (Ca2+, Mg2+, K+,
Na+) > 19 cmol+/kg dengan dominasi Ca2+> 17 cmol+/kg tanah, yang juga
tinggi.Reaksi kimia tanah menunjukkan masam pada semua lapisan dengan kisaran
5-5,5. Dimana kebanyakan tanah Andisol memiliki pH antara 5-7 (antara asam dan
65
basa).Pada saat menggunakan NaF terlihat bahwa pH NaF menunjukkan nilai di atas
10, hal ini mengindikasikan adanya dominasi alofan pada tanah Andisol Bedoyo.
Karakteristik tanah andisol bukit Bedoyo berbeda dengan di pegunungan Merapi
karena perbedaan iklim dan ketinggian dan perbedaan material amorfnya, sehingga
disini membentuk tanah andisol non alofanik sedangkan di pegunungan merapi
membentuk andisol alofanik.
66
BAB IV
KESIMPULAN
65
DAFTAR PUSTAKA
66
Nur, A M. 2011. Kajian Geologi Lingkungan pada Lokasi Penambangan Batuan
Diabase Gunung Parang dan Rangka Konservasi Batuan di Cagar Alam
Geologi Karangsambung. Jurnal Teknik 32 (2) Tahun 2011, ISSN 0852-1697.
Nurjamil A, I.A. Sadisun dan Bandono. 2005. Pengaruh derajat pelapukan terhadap
potensi mengembang batulempung formasi subang. Proceedings Joint
Convention Surabaya 2005. Surabaya.
Pratama I M R, I Yulianti dan Masturi 2017. Analisis Sebaran Butiran Agregat
Tanah, Sebaran Butir Primer Tanah, dan Permeabilitas Tanah Pada Pabrik Teh.
Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika 2 (1): 7-9
Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy. Twelfth Edition. United States
Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service.
Subardja, D., S. Ritung, M. Anda, Sukarman, E. Suryani, dan R.E. Subandiono.
2014. Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah Nasional. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Bogor. 22 hal.
Sudihardjo, A.M, Tejoyuwono N. & D. Mulyadi. 1995. Adisolisasi Tanah-Tanah Di
Wilayah Karst Gunungkidul. Kongres Nasional HITI VI.
Suhardjo, I. 2011. Operasi Pintu Air Bendung Gerak Serayu Dalam Usaha
Pengendalian Banjir Dan Irigasi. J. Teodolita 12 (2): 1-11.
Sukmana Y 2012. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi di Kecamatan Teluk
Batang Kabupaten Kayong Utara Provinsi Kalimantan Barat. Skripsi. Fakultas
Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sumaryadi, M. 2014. Geokimia panas bumi gunungapi slamet jawa tengah. Seminar
Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014.
Suriadikarta, D. A., A. Kasno dan L. Anggria. 2011. Rehabilitasi Lahan Petanian
Aspek Kesuburan Lahan Pasca Erupsi Gunung Merapi. Balai Penelitian Tanah.
Bogor. http://www.litbang.pertanian.go.id/ buku /Erupsi-Gunung-Merapi/Bab-
II/2.1.pdf. Diakses pada tanggal 29 April 2018
Ulfiyah R. 2013. Karakteristik, genesis dan klasifikasi tanah Vertisol di Kabupaten
Jeneponto (disertasi). Makassar (ID). Universitas Hasanuddin
Wahyu, A. 2010. Magma 2 (Tipe-tipe magma dan sifat-sifatnya).
https://wahyuancol.wordpress.com/2010/11/10/magma-2-tipe-tipe-magma-dan-
sifat-sifatnya/. Diakses pada tanggal 26 Juni 2018.
Widjaja-Adhi, I P.G. 1988. Masalah tanaman di lahan gambut. Makalah disajikan
dalam Pertemuan Teknis Penelitian Usahatani Menunjang Transmigrasi.
Cisarua, Bogor, 27-29 Februari 1988. 16 hal.
67
Wonosobo. 2011. Wonosobo Dalam Angka Tahun 2011. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Wonosobo.
Yulistiyanto, 2017. Karakteristik Aliran Pada Meander Sungai.
http://bambangyulistiyanto.staff.ugm.ac.id/karakteristik-aliran-pada-meander-
sungai/. Diakses 26 Juni 2018.
68