Anda di halaman 1dari 71

PENGARUH TEKNIK APLIKASI POC TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TANAMAN TERONG


(Solanum melongena L) DI LAHAN SALIN

HALAMAN JUDUL

Oleh :
IZAD MUHAMMAD ZABIDI
NPM. 0417011061

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Strata Satu
Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEKALONGAN
2022

i
PENGARUH TEKNIK APLIKASI POC TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TANAMAN TERONG
(Solanum melongena L) DI LAHAN SALIN

HALAMAN PENGESAHAN

Oleh :
IZAD MUHAMMAD ZABIDI
NPM. 0417011061

SKRIPSI

Telah disetujui dan disahkan


tanggal : .............................

PembimbingPertama Pembimbing Kedua

Ir. Eka Adi Supriyanto, M.P Ubad Badrudin, S.P., M.P.


NIP. 196305041988031003 NPP. 110400129

Mengetahui,
Dekan

Ir. Ari Handriatni, M.P.


NIP. 196109111987032002

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Teknik Aplikasi POC terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Beberapa Varietas Tanaman Terong (Solanum Melongena L) di Lahan Salin“.
Penyusunan skripsi ini mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
Dekan Dosen Pembimbing
kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan yang telah berkenan
Ir. PudjiatiSyarif., M.P Ir. PudjiatiSyarif., M.P
memberikan ijin untuk NIP.
pelaksanaan penelitian.
195407041988032001 NIP. 195407041988032001
2. Ir. Eka Adi Supriyanto, M.P selaku Pembimbing Pertama yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi.
3. Ubad Badrudin, S.P, M.P selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi.
4. Orang tua yang selalu mendukung.
5. Semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya skripsi.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, namun demikian semoga bermanfaat bagi yang membacanya.

Pekalongan, Juli 2023


Penulis

Izad Muhammad Zabidi

i
DAFTAR ISI

Ha

l
HALAMAN JUDUL................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL....................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii

I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................... 4

1.5 Kerangka Pemikiran................................................................................. 5

1.6 Hipotesis................................................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 9

2.1 Aspek Botani Tanaman Terong................................................................ 9

2.2 Aspek Ekologi Tanaman Terong............................................................ 11

2.3 Teknik Aplikasi POC............................................................................. 11

2.4 Teknik Kocor.......................................................................................... 12

2.5 Teknik Semprot...................................................................................... 13

2.6 Macam Varietas...................................................................................... 13

i
2.7 Lahan Salin............................................................................................. 14

III. METODE PENELITIAN............................................................................... 16

3.1 Tempat dan Waktu................................................................................. 16

3.2 Bahan dan Alat....................................................................................... 16

3.3 Metode Penelitian................................................................................... 16

3.4 Prosedur penelitian................................................................................. 17

3.5 Variabel yang diamati............................................................................ 20

3.6 Analisis Data.......................................................................................... 21

3.7 Jadwal Penelitian.................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 23

ii
DAFTAR TABEL

No Uraian Halaman

1. Kandungan Gizi pada Terong................................................................... 1


2. Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas..................................................... 15
3. Jadwal Penelitian.................................................................................... 22

i
DAFTAR GAMBAR

No Uraian Halaman

1. Kerangka Pemikiran........................................................................................... 5

i
1

DAFTAR LAMPIRAN

No Uraian Halaman

1. Denah penempatan perlakuan pada percobaan................................................ 27


2. Tata Letak Tanaman pada petak percobaan.................................................... 28
3. Deskripsi Varietas Mustang F1 Terong( Terung Ungu )................................. 30
4. Rancangan Annova.......................................................................................... 38
1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Terong (Solanum melongena L.) merupakan tanaman asli daerah tropis
yang berasal dari benua Asia, terutama India dan Birma. Pada mulanya daerah
penyebaran tanaman terung terkonsentrasi pada beberapa negara, kemudian terung
menyebar ke seluruh dunia, baik yang beriklim tropis maupun beriklim sub-tropis.
Budidaya tanaman terung paling pesat perkembangannya di Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Penanaman terung di Indonesia berpusat di pulau Jawa dan
Sumatera (Firmanto, 2011). Terong digunakan sebagai sayur karena mengandung
protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C. Terung memiliki kandungan mineral
dan vitamin yang cukup lengkap, namun terung memiliki kandungan fosfor yang
rendah (Haryoto, 2009). Kandungan gizi terung tertera pada tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Gizi pada Terung.
Kandungan Jumlah per 100 gram
Kalori (kal) 1,1 g
Protein (gram) 0,2 g
Lemak 5,5 g
Karbohidrat 15 mg
Besi 30 S.I
Kalsium 37 mg
Fosfor 0,4 mg
Vitamin A 0,4 mg
Vitamin B 5 mg
Vitamin C 92,7 mg
Sumber: Budiman (2008)

Produksi tanaman terung di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 36.257 ton,
dan mengalami kenaikan menjadi 43.330 ton pada tahun 2019 (Badan Pusat
Statistik, 2019). Produksi terung nasional tiap tahun cenderung meningkat namun
produksi terung di Indonesia masih rendah dan hanya menyumbang 2% dari
kebutuhan dunia (Simatupang, 2019). Produktivitas terung di Indonesia masih
mengalami penurunan dari produktivitas terung dunia yaitu 10 ton/ha
1

dibandingkan dengan China yang mampu mencapai produktivitas 35 ton/ha. Hal


ini dapat disebabkan oleh budidaya terung yang belum intensif dan masih bersifat
sampingan serta luas lahan budidaya yang masih sedikit (FAO, 2012).
Pemanfaatan lahan marginal seperti tanah salin perlu dilakukan untuk
meningkatkan produksi tanaman terung. Tanah salin merupakan jenis tanah yang
kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Persoalan pada tanah salin yang
utama diantaranya adalah tingginya kandungan Na+ dan Cl- dari medium
perakaran tanaman sehingga tekanan osmotik larutan tanah naik. Gejala
pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat salinitas yang cukup tinggi
adalah pertumbuhan yang tidak normal seperti daun mengering di bagian ujung
dan gejala khlorosis. Gejala ini timbul karena konsentrasi garam terlarut yang
tinggi menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga tanaman
kekurangan air (Febrianto et al., 2017).
Upaya dalam meningkatkan produksi tanaman terung dilakukan dengan
cara pemupukan. Pemupukan secara organik merupakan salah satu faktor utama
untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik
diantaranya adalah pupuk organik cair (POC). Pupuk organik cair sangat
bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas,
mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan. Peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia,
biologi tanah serta meningkatkan kualitas produk tanaman (Indrakusuma, 2000).
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar
di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau
disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro
esensial. Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat
mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil
akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis
tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman
sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman
terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit,
merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan
1

bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.
Pupuk organik cair diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah
alam, hormon tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya (Rizqiani et al., 2007).
Hasil penelitian Bastianus (2014) melaporkan bahwa penggunaan POC
Morinsa dapat meningkatkan produksi tanaman terung. Pupuk urin sapi
mengandung lebih banyak N dan K dibandingkan dengan pupuk kandang padat,
urin sapi juga mengandung hormon tertentu yang dapat merangsang
perkembangan tanaman (Aisyah dkk., 2012).
Teknik aplikasi yang biasa diterapkan untuk tanaman terung diantaranya
dilakukan melalui akar dengan cara disiram, pemberiannya dapat juga melalui
daun dengan cara disemprotkan (Maryani et al., 2013). Pengaplikasian pupuk
organik cair umumnya dengan cara disemprotkan ke tanaman atau dikocorkan ke
tanah (Kurnianti, 2013). Kelebihan aplikasi dengan cara disemprot adalah agar
pupuk cepat masuk ke tanaman melalui lubang stomata pada daun. Kemampuan
ini dinyatakan jauh lebih besar dibandingkan akar tanaman (Lingga dan Marsono,
2001).
Varietas unggul merupakan salah satu sarana produksi yang penting untuk
mendapatkan produktivitas yang optimal. Oleh karena itu, penggunaan varietas
unggul ini menjadi prioritas utama dalam penelitian. Selain untuk mendapatkan
varietas unggul dengan produktivitas tinggi, penggunaan varietas juga bertujuan
meningkatkan kualitas genetik tanaman terutama untuk komoditas yang sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Pada saat ini banyak varietas unggul terung yang
dikembangkan, masing-masing memiliki sifat genetik yang berbeda.
Bertitik tolak dari masalah tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh teknik aplikasi POC terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa
varietas tanaman terung (Solanum melongena L) di lahan salin.
1

I.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini perlu dipecahkan
beberapa permasalahan antara lain :
1. Teknik aplikasi POC apa yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman terung di lahan salin?
2. Macam varietas apa yang memberikan hasil terbaik untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman terung di lahan salin?
3. Apakah ada interaksi antara teknik aplikasi POC terhadap pertumbuhan dan
produksi beberapa varietas tanaman terung di lahan salin?

I.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui teknik aplikasi POC yang tepat untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman terung di lahan salin.
2. Untuk mengetahui varietas apa yang memberikan hasil terbaik untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman terung di lahan salin.
3. Untuk mengetahui interaksi antara teknik aplikasi POC terhadap beberapa
varietas tanaman terung di lahan salin

I.4. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat diketahui teknik aplikasi POC yang tepat untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman terung di lahan salin.
2. Dapat diketahui varietas yang memberikan hasil terbaik untuk pertumbuhan
dan produksi tanaman terung di lahan salin
3. Dapat diketahui interaksi antara teknik aplikasi POC terhadap dan beberapa
varietas tanaman terung di lahan salin
1

I.5. Kerangka Pemikiran

Produksi Tanaman Terung Rendah

Teknik budidaya yang kurang optimal

Upaya peningkatan produksi tanaman


Terung dilahan salin

Ekstensifikasi Intensifikasi

Teknik Aplikasi POC dan Beberapa


Varietas tanaman Terung

Teknik Aplikasi POC : Beberapa Varietas :


T1 : Disemprot V1 : Terung bulat (Jeno)
T2 : Dikocor V2 : Terung hijau (Hitavi)
T3 : Disemprot dan kocor V3 : Terung ungu (Mustang F1)
V4 : Terung Putih (Kania F1)

Didapatkan Teknik Aplikasi Didapatkan Beberapa


POC yang Tepat Varietas Yang Terbaik

Produksi Tanaman Terung Meningkat


Gambar 1. Kerangka Pemikiran
1

Menurut Statistik Hortikultura Provinsi Jawa Tengah (2019) produksi


terung tahun 2019 mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2018. Pada
tahun 2018 produksi terung sebanyak 4.870 kw sedangkan tahun 2019
produksinya sebanyak 3.555 kw khususnya wilayah Pekalongan. Penurunan
tersebut dipengaruhi oleh teknik budidaya terung yang belum maksimal.
Luas lahan salin di Indonesia dilaporkan 13,2 juta ha dan akan semakin
luas terutama di daerah pesisir pantai karena perubahan iklim global (Kusmiyati,
2019). Peningkatan salinitas lahan pertanian di Indonesia disebabkan oleh naiknya
permukaan air laut, intrusi air laut, pencemaran limbah, dan eksploitasi air tanah
yang berlebihan (Balitkabi, 2016).
Upaya yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara pada tanaman di
tanah salin diantaranya adalah pemberian pupuk organik cair. Menurut Istiana
(2007) pemupukan bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah melalui
penyediaan hara dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman dengan cara semprot
dan siram.
Pemakaian pupuk kimia dalam jangka waktu yang lama dapat merusak
ekosistem tanah. Penggunaan pupuk kimia juga dapat menambah keasaman tanah
yang menyebabkan banyak mikroorganisme tanah yang mati. Berkurangnya
mikroorganisme dalam tanah menyebabkan kurangnya unsur hara yang dapat
diserap oleh tanaman, sehingga tanaman tidak subur dan produksinya berkurang
(Nusryirwan, 2017). Menurut Hadisuwito (2007) kandungan unsur hara dalam
urin sapi relatif rendah dengan kandungan N 0,52%, P 0,01%, K 0,56% dan Ca
0,007%. Walaupun demikian penggunaan pupuk organik cair ini diharapkan dapat
mengurangi pemakaian pupuk kimia guna menunjang sistem pertanian yang
ramah lingkungan.
Pemupukan POC pada tanaman ada pengaplikasian yaitu pemupukan yang
disemprotkan lewat daun, sedangkan lewat akar dengan cara disiramkan lewat
tanah (Novizan, 2001). Keunggulan setiap aplikasi pemakaian lewat daun
(semprot) dan lewat akar (siram) yaitu penyerapan unsur hara berjalan lebih cepat.
Penyemprotan lewat daun mempunyai kelebihan yaitu pupuk akan diserap
stomata atau mulut daun dengan cepat sehingga pertumbuhan tanaman bisa
1

meningkat. Penyiraman lewat akar mempunyai kelebihan yaitu akar akan cepat
mengadakan kontak langsung antara permukaan akar dan koloid tanah (Suyamto,
2010).
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi terung
adalah penggunaan varietas unggul. Berdasarkan penelitian Johan (2010)
menunjukkan bahwa produksi tanaman terung juga dapat ditingkatkan dengan
menggunakan varietas unggul, salah satunya yaitu terung ungu yang memiliki
keunggulan dibandingkan dengan terung lainnya. Beberapa keunggulan antara
lain memiliki rasa yang lebih manis, kualitas hasilnya tinggi, unggul dalam
produksi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit tertentu.
Varietas Mustang F1 merupakan terung ungu tanaman toleran (tahan)
terhadap penyakit layu dan busuk batang, memiliki daya adaptasi dengan kondisi
lingkungan yang berbeda (Bambang, 2015). Kualitas buah bagus dengan
permukaan mengkilat. Memiliki dimensi ukuran buah 20 cm x 6 cm. Bobot buah
rata-rata 150 - 200 gram. Jumlah buah per tanaman 25 - 30 buah. Bobot buah per
tanaman 4 - 6 kg. Umur panen 50 HST. Potensi hasil 50 - 60 ton per hektar
(Panah Merah, 2022).
Varietas Hitavi mempunyai keunggulan yaitu toleran terhadap penyakit
antraknosa dan layu, buahnya berukuran besar, memiliki tekstur yang
lentur, serta memiliki potensi hasil tinggi. Tanaman vigor, bentuk buah
silindris, warna buah hijau-mengkilap dengan tekstur permukaan buah yang halus.
Ukuran buah 25 cm dengan diameter 4,4 cm. Buah keras ± 2.1 kg. Bobot per buah
161 g (Panah Merah, 2022).
Varietas Jeno memiliki keunggulan adalah buahnya yang tidak mudah
layu, ditunjang dengan buahnya yang mengkilat dan rasa yang renyah. sayuran
Terong Jeno F1 ini dapat mulai di panen pada umur 55 – 65 hari setelah proses
penanaman (Panah Merah, 2022).
Varietas Kania F1 merupakan jenis terong hibrida yang berbentuk
silindris, panjang, dan berwarna putih mengkilap. Buah terong kania F1
mempunyai bobot sekitar 110 gram/buah. Panjang 26 cm dengan diameter 4,4 cm.
Buah terong kania F1 dikenal memiliki tekstur yang lebih keras dibandingkan
1

terong putih lokal. Buah terong kania F1 dikenal memiliki rasa yang enak. Tahan
terhadap dengan lingkungan di dataran tinggi (Panah Merah, 2022).

1.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat disusun hipotesis:
1. Teknik aplikasi pupuk secara semprot dan kocor meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman terung di lahan salin.
2. Varietas Mustang F1 dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
terung di lahan salin.
3. Terjadi interaksi antara teknik aplikasi dan macam varietas terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman terung di lahan salin.
2

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Aspek Botani Tanaman Terung


Menurut Cahyono (2003) klasifikasi botani tanaman terung adalah
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena L.
Terung yang tergolong ke dalam genus solanum mempunyai
banyak spesies. Selain spesies Solanum melongena L juga terdapat jenis
lainnya yang memiliki daya guna untuk makanan, sayuran dan obat
kontrasepsi oral keluarga berencana, yaitu Solanum khasianum, Solanum
laciniatum Ait, Solanum grandiflorum, Solanum macrantum dan Solanum
sanitwongsei (Cahyono, 2003).
Tanaman terung termasuk jenis tanaman sayuran buah setahun
(semusim) yang berbentuk herba atau semak (perdu). Tinggi tanaman
bervariasi berkisar antara 0,50 m – 1,50 m, tergantung dari varietasnya.
Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting tanaman terung adalah
sebagai berikut:
2.1.1. Morfologi tanaman terung
1. Akar
Tanaman terung memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar
dapat menembus ke dalam tanah sekitar 80-100 cm, tergantung dari umur
tanaman dan kesuburan tanahnya (Soetasad dan Muryanti, 2003).
2. Batang
Batang tanaman terung dibedakan menjadi dua macam, yaitu
batang utama (batang primer) dan percabangan (batang sekunder), dimana
3

perkembangan batang sekunder ini akan mempunyai percabangan yang


baru. Batang utama
4

merupakan penyangga berdirinya tanaman yang mengeluarkan bunga (Soetasad


dan Muryanti, 2003)
3. Daun
Daun terung terdiri atas tangkai daun (petiolus) dan helaian daun
(lamina). Daun seperti ini lazim disebut daun bertangkai. Tangkai daun
berbentuk silindris dengan sisi agak tipis dan menebal di bagian pangkal,
panjangnya sekitar 5-8 cm. Helaian daun terdiri ibu tulang daun, tulang
cabang, dan urat-urat daun. Ibu tulang daun merupakan perpanjangan dari
tangkai daun yang semakin mengecil kearah pucuk daun. Lebar helaian
daun 7-9 cm atau lebih sesuuia dengan varietasnya. Panjang daun tanaman
terung antara 12-20 cm. bangun daun berupa belah ketupat hingga oval,
bagian ujung daun tumpul, pangkal daun meruncing dan sisi bertoreh
(Soetasad dan Muryanti, 2003).
4. Bunga
Bunga terung merupakan bunga banci atau lebih dikenal dengan
bunga kelamin dua, dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang
sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga seperti ini sering dinamankan
bunga lengkap. Perhiasan bunga yang dimiliki adalah kelopak bunga,
mahkota bunga dan tangkai bunga. Pada saat mekar, diameter bunga rata-
rata 2,5-3 cm, letaknya menggantung. Mahkota bunga berjumlah 5-8 buah
dan akan gugur sewaktu buah berkembang. Mahkota ini tersusun rapih
membentuk bangun bintang. Benang sari berjumlah 5-6 buah. Kedudukan
putik umumnya lebih tinggi dari pada benang sari, walaupun ada yang
tingginya sama (Imdad dan Nawangsih, 1995).
5. Buah
Buah terung merupakan buah sejati tunggal dan berdaging tebal,
lunak, serta tidak akan pecah ketika buah telah masak. Daging buahnya
lunak, tebal, dan berair. Bagian buah ini merupakan bagian buah yang
enak dimakan. Biji-biji terdapat bebas didalam daging buah. Daun kelopak
melekat pada dasar buah, dan berwarna hijau atau keunguan. Buah
menggantung tuap tangkai buah. Umunya pada satu tangkai terdapat satu
5

buah terunng. Namun, ada pula yang lebih dari satu. Buah terung
bentuknya beraneka ragam sesuai dengan varietasnya. Bentuk
6

yang dikenal meliputi panjang silindris, panjang lonjong, lonjong (oval), bulat
lebar, dan bulat (Soetasad dan Muryanti, 2003).
II.2. Aspek Ekologi Tanaman Terung
2.2.1. Iklim
Iklim udara 20-32˚C merupakan suhu yang cocok untuk tanaman
terung. Suhu panas dan iklim kering ini berkaitan dengan ketinggian
tempat dari permukaan laut (dpl). Suhu mempengaruhi pertumbuhan
tanaman seperti dalam proses perkecambahan, pertunasan, pembungaan
dan lain-lain (Budiman, 2008).
2.2.2. Tanah
Tanaman terung umumnya menyukai kondisi tanah yang subur dan
gembur dan memiliki daya adaptasi yang sangat luas, dengan ketinggian
tempat 0–1200 mdpl, sistem drainase dan tingkat keasaman yang baik,
merupakan syarat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman terung. Untuk
pertumbuhan optimum pH tanah harus berkisar antara 5.5-6.7, namun
tanaman terung masih toleran terhadap pH tanah yang lebih rendah yaitu
5.0. Pada tanah dengan pH yang lebih rendah dari 5.0 akan menghambat
pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan rendahnya tingkat produksi
tanaman (Simanjuntak, 2003).

II.3. Teknik Aplikasi POC


Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menambah unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. yang terlepas dapat
diserap dengan mudah oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan tanaman
(Hananto, 2012).
Menurut Hadisuwito (2007) pupuk organik cair adalah larutan
fermentasi yang berasal dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang
berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan
unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik cair
adalah secara cepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam
pencucian hara, dan mampu menyediakan hara dengan cepat.
7

Pemupukan dengan menggunakan POC lebih merata, tidak terjadi


penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat, karena POC berbentuk
larutan yang dapat larut sehingga lebih cepat mengatasi defesiensi unsur
hara tidak
8

bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat.
POC memiliki keuntungan yaitu memudahkan dalam aplikasi dengan cara
menyiramkanya ke akar dan disemprotkan ke tanaman sehingga dapat menghemat
tenaga (Priangga dkk., 2013 ). Sesuai dengan hasil penelitian Muhammad et al.,
(2014), melaporkan bahwa dengan bertambahnya umur tanaman terong, maka
kebutuhan terhadap unsur hara terutama Nitrogen (N) juga semakin tinggi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 5 ml pupuk
organik cair, dapat meningkatkan pertumbuhan pada tinggi tanaman
terung saat berumur 28 HST. Hal tersebut terjadi karena unsur hara yang
terkandung pada pupuk organik cair dapat mendorong pertumbuhan pada
tinggi tanaman terung (Subhan et al., 2009).
Menurut hasil penelitian (Enny dkk., 2014) menunjukkan bahwa
perlakukan terbaik adalah dengan menggunakan 100 ml/liter pupuk
organik cair (POC) mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada
tanaman terung.
2.3.1. Teknik kocor
Tujuan dari sistem kocor ini adalah tidak dua kali pengerjaan untuk
pemberian pupuk dan penyiraman. Cara pengocoran dirasa sangat mudah
dan lebih cepat terserap oleh tanaman ketika musim kemarau. Sebelum
dilakukan pengocoran, biasanya pupuk dilarutkan dengan air. Contohnya
untuk tanaman cabai atau tomat, pemberian pupuk organik cair sebanyak
dilarutkan dengan air sebanyak 200 ml, diaduk hingga rata semua pada
sebuah wadah drum besar. Untuk penyiraman menggunakan botol atau
gayung ke bagian media tanam dekat dengan tanaman. Tujuan dari sistem
pengocoran ini adalah petani tidak dua kali pengerjaan untuk pemberian
pupuk dan penyiraman. Cara pengocoran dirasa sangat mudah dan lebih
cepat terserap oleh tanaman ketika musim kemarau. Sebelum dilakukan
pengocoran, biasanya pupuk dilarutkan dengan air. Contohnya untuk
tanaman cabai atau tomat, pemberian pupuk NPK sebanyak 2-3 kg
dilarutkan dengan air sebanyak 200 ml, diaduk hingga rata semua pada
sebuah wadah drum besar. Untuk penyiraman menggunakan botol atau
9

gayung ke bagian media tanam dekat dengan tanaman (PT. Neura Cipta
Nusantara, 2021).
10

2.3.2. Teknik semprot


Teknik semprot ini biasanya dilakukan untuk pemupukan daun.
Pupuk daun merupakan jenis pupuk yang memiliki partikel yang sangat
kecil dan mudah diserap oleh stomata daun, sehingga nutrisinya cepat
diambil dan diproses untuk kegiatan fotosintesis. Pemupukan dengan cara
spray dapat digunakan pada musim hujan maupun musim kemarau, namun
tidak disarankan apabila penyemprotan pada hujan, karena mudah tercuci
oleh air hujan (PT. Neura Cipta Nusantara, 2021).

II.4. Macam Varietas


II.4.1. Terung bulat (Jeno)
Varietas ini merupakan terung bulat hijau hibrida pertama di
Indonesia.Produksi tinggi, tahan layu bakteri serta tanaman sangat vigor.
Buah seragam, ukuran buah 4,0 cm x 5,3 cm dengan bobot buah 45
gr/buah, buah keras – tahan simpan, rasa enak dan renyah, umur panen 57
HST dengan produksi pertanaman rata-rata 2 – 2,5 kg per tanaman (PT.
East West Seed Indonesia, 2014).
II.4.2. Terung hijau (Hitavi F1)
Varietas ini merupakan terung panjang hijau tahan virus gemini
dan tahan layu bakteri (Rallstonia Solana Searum). Produksi tinggi lebih
dari 4,6 kg per tanaman. Daya simpan lebih dari 7 hari setelah panen.
Tanamn vigor, bentuk buah silindris, wana buah hijau – mengkilap dengan
tekstur permukaan buah yang halus. Ukuran buah 25 cm dengan diameter
4,4 cm. Buah keras kurang lebih 2,1 kg. bobot perbuah 161 g. Umur panen
55 HST (PT. East West Seed Indonesia, 2018).
II.4.3. Terung ungu (Mustang F1)
Terung ungu varietas mustang f1 yang bisa beradaptasi yang baik
dari dataran rendah sampai menengah. Kualitas buah bagus dengan
mengkilap. Memiliki dimensi ukuran buah 20 cm x 6 cm. bobot buah rata-
rata 150-200 g. Jumlah buah pertanaman 25-30 buah. Bobot buah
11

pertanaman 4-6 kg. Umur panen 50 HST (PT. East West Seed Indonesia,
1999).
12

II.4.4. Terung putih (Kania F1)


Terung putih ini merupakan varietas terung hibrida yang
mempunyai bentuk fisik terung ini sebenarnya tidak berbeda jauh dari
terung ungu dan terung hijau. Perbedaanya ialah terung ini memiliki warna
yang berbeda dari warna terung pada umumnya yaitu warnanya yang putih
bersih. Kandungan gizi terung mencakup protein, lemak, kalsium,
phospor, vitamin A, vitamin B dan vitamin C serta memiliki kadar kalium
tinggi, yaitu sekitar 217 mg / 100g. Kalium sangat penting bagi sistem
syaraf dan kontraksi otot, menjaga keseimbangan elektrolit buah. Terung
memiliki kadar natrium rendah (3 mg / 100 g) sehingga tanaman terung
sangat baik bagi kesehatan, dapat mencegah hipertensi. Kandungan serat
terung sekitar 2,5 g / 100 g, sehingga sangat baik bagi pencernaan (Frita,
2015).

II.5. Lahan Salin


Tanah garaman disebut juga tanah salin yaitu tanah yang
mempunyai kadar garam netral larut dalam air sedemikian sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan kebanyakan tanaman. Proses penimbunan
garam mudah larut dalam tanah sehingga membentuk tanah garaman atau
tanah salin disebut salinisasi. Jumlah H2O yang berasal presipitasi tidak
cukup untuk menetralkan jumlah H2O yang hilang oleh evaporasi dan
evapotranspirasi. Sewaktu air diuapkan ke atmosfer, garam-garam
tertinggal dalam tanah. Garam-garam tersebut terutama adalah NaCl,
Na2SO4, CaCO3dan / atau MgCO3. Tanah salin dapat ditemukan di dua
daerah yang berbeda, yaitu daerah pantai yakni salinitas yang disebabkan
oleh genangan atau intrusi air laut dan daerah arid dan semi arid yakni
salinitas yang disebabkan oleh evaporasi air tanah atau air permukaan
(Candrabarata, 2011).
Kendala utama pertumbuhan tanaman terung pada kondisi kadar
garam tinggi ada beberapa hal yaitu, defisit air yang ditimbulkan oleh
rendahnya potensial air dari media tumbuh, toksisitas ion dan
13

ketidakseimbangan nutrisi akibat imbibisi dari serapan ion dan transport


ke pucuk serta ketidaksesuaian distribusi mineral nutrisi pada internal,
terutama kalsium (Djukri, 2009). Klasifikasi air berdasarkan tingkat
salinitas tertera pada tabel 2.
14

Tabel 2. Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas


Sebutan Istilah Salinitas (ppt)
Air tawar
Fresh water < 0,5
Oligohaline 0,5- 3,0
Air payau
Mesohaline 3,0- 16,0
Polyhaline 16,0- 30,0
Air asin
Marine 30-40
Sumber: Ghufran (2007).
Tanaman yang mengalami cekaman mempunyai ketahanan
terhadap cekaman salinitas akan melakukan mekanisme adaptasi terhadap
salinitas dengan cara mensintesis metabolit. Setiap tanaman akan
memberikan respon yang berbeda-beda untuk menghadapi cekaman,
semua tergantung pada jenis tanamannya. Tanaman yang hanya
menoleransi konsentrasi garam rendah termasuk dalam kelompok tanaman
glikofita, sedangkan spesies-spesies tanaman yang menoleransi
konsentrasi garam tinggi termasuk kelompok tanaman halofita (Sipayung,
2003). Tanaman yang mampu dalam menghadapi cekaman yang terjadi
maka tanaman itu dapat dikatakan sebagai tanaman yang memiliki tingkat
resisten yang sangat tinggi terhadap cekaman (Mulyani, 2006).
15

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian ini akan dilaksanakan di Dinas Pertanian dan Pangan Kota
Pekalongan. Percobaan dilaksanakan selama ±3 bulan, dari bulan Febuari sampai
bulan Mei 2023.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : benih
terung varietas terung bulat (Jeno F1), terung hijau (Hitavi F1), terung ungu
(Mustang F1 ), POC Morinsa, sekam bakar, pupuk kandang sapi, tali rafia, ajir
dari kayu bambo dan polybag ukuran 40 x 40 cm.
Alat yang digunakan meliputi : papan nama, cangkul, pH meter, mistar,
jangka sorong, timbangan analitik, kertas label, hand spayer, alat tulis, gembor
tray semai, baskom, gunting, pisau, gelas ukur, dan salinometer.

3.3 Metode Penelitian


Rancangan percoban menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Percobaan ini merupakan percobaan faktorial yang terdiri atas 2 faktor, faktor
pertama adalah teknik aplikasi POC dan faktor yang kedua adalah macam varietas
terung:
1. Teknik aplikasi POC yang terdiri atas :
T1 : Disemprot
T2 : Dikocor
T3 : Disemprot dan kocor
2. Macam varietas terung terdiri atas :
V1 : Terung bulat (Jeno)
V2 : Terung hijau (Hitavi)
V3 : Terung ungu (Mustang F1)
V4 : Terung Putih (Kania F1)
16

Kombinasi perlakuan ada 12, masing-masing kombinasi diulang 3 kali


sehingga keseluruhan ada (4x3) x 3 = 36 satuan percobaan. Kombinasi perlakuan
lengkap 2 faktor, teknik aplikasi POC dan macam varietas tertera pada tabel 3,
sedangkan denah percobaan dapat dilihat di lampiran 4.
Tabel 3. Kombinasi perlakuan 2 faktor, teknik aplikasi POC dan macam varietas.
Teknik Macam Varietas
Aplikasi POC V1 V2 V3 V4
T1 T1V1 T1V2 T1V3 T1V4
T2 T2V1 T2V2 T2V3 T2V4
T3 T3V1 T3V2 T3V3 T3V4
Keterangan :
T : Teknik aplikasi POC
V : Beberapa varietas

3.4 Prosedur penelitian


Pelaksanaan percobaan meliputi: pembuatan naungan, persiapan media
tanam, persiapan benih terung, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan
penyakit, pengamatan, pemanenan, dan mempertahankan salin.
3.4.1. Pembuatan naungan
Membuat naungan dengan plastik bertujuan untuk melindungi tanaman
setelah pindah tanam dari sinar matahari dan hujan yang berlebihan. Naungan
dibentangkan dengan bantuan beberapa tiang bambu. Tinggi naungan sebelah
timur 2 meter dan sebelah barat 2 meter. Panjang naungan 10 meter dan lebar
naungan 4 meter. Penggunaan naungan sampai dengan berakhirnya penelitian
selesai di lapangan.
3.4.2. Persiapan Benih Terung
Benih terung yang akan digunakan adalah terung bulat varietas Jeno,
terung hijau varietas Hitavi, terung ungu varietas Mustang F1, terung putih
varietas Kania F1. Benih diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan kriteria
benih yang baik dengan cara benih dimasukkan ke dalam air. Apabila benih
tersebut baik maka benih akan tenggelam di dasar air. Benih yang tenggelam di
dasar air diambil untuk dijadikan sebagai bahan tanam.
17

3.4.3. Persiapan Media Tanam


Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah dalam
polybag yang diambil dari desa Panjang Baru Kecamatan Pekalongan Utara Kota
Pekalongan. Campur tanah salin, pupuk kandang dan sekam bakar dengan
perbandingan 1:1:1 kemudian masukkan ke dalam polybag ukuran 40x40 cm dan
didiamkan selama 7 hari dengan tujuan media tanam mengalami penguapan.
Masing-masing polybag berat 8 kg.
3.4.4. Persemaian
Benih terung setelah direndam air hangat selama 15 menit, seleksi benih
yang mengapung dan ambil benih yang tenggelam saja. Kemudian tutup benih
yang sudah direndam dengan kain basah agar mempercepat proses
perkecambahannya. Siapkan media semai berupa tanah dan pupuk kandang
dengan komposisi perbandingan 1:1, campurkan semua bahan hingga merata dan
masukkan ke dalam wadah persemaian berupa tray semai. Benih terung disemai
selama 14 hari.
3.4.5. Penanaman
Setelah bibit berumur 14 hari, basahi media semai agar benih mudah
dipindahkan, bibit dipindahkan ke dalam media tanam dengan cara dicongkel
dengan menggunakan sebatang kayu kecil. Setelah itu pindahkan ke media tanam
yang sudah dipersiapkan. Masing-masing polybag ditanam satu bibit terung.
3.4.6. Pemeliharaan
1. Penyiraman
Melakukan penyiraman sejak bibit ditanam sampai menjelang tanaman
akan panen. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Jika media
tanamnya cenderung lembab, maka penyiraman cukup dilakukan satu kali sehari,
pagi atau sore. Sebaiknya tidak melakukan penyiraman di siang hari, karena dapat
menimbulkan kelayuan pada tanaman.
2. Pemberian Ajir
Pemasangan ajir dilakukan setelah tanaman terung dipindah di media
tanam agar tidak mengganggu sistem perakaran. Ajir yang digunakan adalah dari
batang bambu yang dibelah empat, kemudian dibersihkan dan dihaluskan agar
18

tidak melukai tanaman terung. Tinggi ajir yang umum digunakan untuk tanaman
terung adalah 80 cm dan lebar 2-4 cm, dengan bagian yang dimasukkan ke dalam
tanah adalah 25 cm, ajir ditancapkan dekat dengan batang dan diikat. Bagian
bawah ajir dibuat runcing agar mudah penancapannya.
3. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut rumput/gulma yang ada pada
sekeliling tanaman dan dilakukan ketika tanaman terung yang ditanam di lahan
penelitian sudah ada tanaman pengganggu/gulma yang mulai tumbuh segera
dicabut.
4. Penyulaman
Penyulaman adalah tanaman yang pertumbuhannya tidak normal atau
terserang hama dan penyakit atau mati, harus segera diganti dengan tanaman
(bibit) yang baru. Penyulaman ini dilakukan maksimal pada umur 20 hari setelah
tanam, agar pertumbuhan selanjutnya dapat seragam dan memudahkan
pemeliharaan. Cara penyulaman adalah menanam bibit terung yang baru pada
lubang tanam bekas tanaman yang mati atau abnormal.
5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan POC Morinsa dengan
konsentrasi 6 ml/liter pada setiap perlakuan. Pemupukan dilakukan pada tanaman
berumur 20 HST dan kemudian interval pemberian POC diberikan setiap 7 hari
sekali sampai awal pembungaan. Pemupukan dilakukan dengan cara disemprot,
disiram, disemprot dan disiram POC sesuai dengan perlakuan. 1 liter larutan dapat
diaplikasikan pada 5 tanaman yang berarti masing-masing tanaman mendapat 200
ml larutan. Pengaplikasian dilakukan pada pagi hari.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan hama dan
penyakit yang menyerang pada tanaman terung tersebut, dengan menggunakan
pestisida yang sesuai.
19

3.4.7. Pemanenan
Terung mulai bisa dipanen setelah berumur 75 hari setelah tanam. Proses
pemanenan dilakukan dalam tiga kali pada rentang waktu 1 minggu. Pemanenan
terung dilakukan dengan cara memotong tangkai buah terung menggunakan
gunting atau pisau. Buah yang siap panen adalah buah yang jika ditekan akan
terasa lunak dan belum mengeras. Waktu panen sebaiknya dilakukan saat pagi
hari. Waktu panen harus dihindari saat terik matahari karena dapat mengganggu
tanaman dan membuat kulit terung menjadi keriput (kering), sehingga
menurunkan kualitas.
3.4.8. Teknik Mempertahankan Salin
Teknik mempertahankan salin dibuat dengan cara membuat kolam dengan
menggunakan lempeng kayu, dengan panjang 11 m dan lebar 6 m. Setelah itu
diberi alas plastik bening. Kemudian diberi air salin dengan kedalaman sekitar 5
cm. Pemberian alas plastik bening ini supaya larutan salinitas tidak hanyut begitu
saja karena penyiraman. Setelah itu, polybag-polybag yang telah terisi media
tanam disusun sesuai dengan rancangan percobaan, susunan denah percobaan
dapat dilihat pada lampiran 2.

3.5 Variabel yang Diamati


1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi.
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan per dua minggu sekali mulai umur tanaman
7 hst sampai satu minggu sebelum panen.
2. Saat muncul bunga (hst)
Saat tanaman berbunga dihitung dengan mengamati persentase tanaman
yang berbunga pada petak sekitar 80%.
3. Jumlah daun per tanaman (helai)
Jumlah daun per tanaman dihitung dengan cara menghitung daun yang
masih ada pada tanaman sampel, dan dilakukan 2 minggu sekali. Pengamatan
dimulai saat tanaman muncul buah (umur 60 hst).
20

4. Jumlah buah per tanaman (buah)


Dihitung jumlah buah per tanaman dimulai jika tanaman sudah
mulai berbuah sampai panen terakhir.
5. Bobot buah per buah (gram)
Penimbangan buah dilakukan terhadap buah yang paling besar
pada tiap tanaman sampel kemudian dirata-rata. Pengamatan dilakukan
setelah panen.
6. Bobot buah per tanaman (g)
Pengamatan dilakukan dengan menimbang seluruh buah terung
pada tiap tanaman sampel, kemudian dirata-rata. Pengamatan dilakukan
setelah panen.
7. Volume akar (ml)
Pengamatan volume akar dilakukan setelah panen dengan cara
memasukkan akar ke dalam gelas ukur yang berisi air dengan volume
tertentu. Selanjutnya perubahan volume air dalam gelas ukur dengan
menghitung selisih air sesudah dan sebelum dimasukkan akar ke dalam
gelas ukur.
8. Panjang akar terpanjang (cm)
Pengamatan panjang akar terpanjang dilakukan dengan cara
mengukur panjang akar mulai dari pangkal akar tanaman sampai leher
akar menggunakan penggaris saat tanaman memasuki akhir panen dengan
cara dicabut.
9. Bobot basah brangkasan (gram)
Penghitungan bobot basah brangkasan dilakukan setelah panen,
dengan cara menimbang brangkasan tanaman.
10. Bobot kering brangkasan (gram)
Penghitungan bobot kering brangkasan dilakukan setelah
brangkasan tanaman dikeringkan dengan sinar matahari sampai konstan,
dengan cara menimbang brangkasan tanaman.
21

3.6 Analisis Data


Data yang diperoleh dari percobaan dianalisis dengan uji F. Jika
antara faktor yang dicoba terdapat perbedaan nyata, maka analisis
dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Uji selanjutnya
dilakukan uji kontras orthogonal. Model matematik dari percobaan ini
adalah sebagai berikut :
Y ijk = µ + Bi + Tj + Vk + (TV)jk + E ijk
Keterangan :
Yijk = Nilai pengamatan dari kelompok ke-k yang memperoleh taraf ke-i
dari faktor M dan taraf ke-j dari faktor V.
µ = Nilai rata-rata sebenarnya.
Bi = Pengaruh kelompok ke-k (k = 1,2,3).
Tj = Pengaruh teknik pada taraf ke-j (i=1,2,3,4)
Vk = Pengaruh macam varietas pada taraf ke-k (j=1,2,3)
(TV)jk = Pengaruh interaksi antara teknik aplikasi (T) pada taraf ke-j
dengan macam varietas (V) pada taraf ke-k.
E ijk = Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-k yang memperoleh
perlakuan ke-j dari faktor T dan taraf perlakuan ke-k dari faktor
V.

3.7 Jadwal Penelitian


Tabel 3. Jadwal penelitian
Bulan (2023)
No Kegiatan
Januari Febuari Maret April Mei Juni
Penyusunan
1
proposal
Pelaksanaan
2
penelitian
3 Pengamatan
Analisis
4
data
Penyusunan
5
Laporan
22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Penelitian


Matrik hasil analisis data penelitian pengaruh teknik aplikasi POC
terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas tanaman terung (Solanum
melongena L) di lahan salin disajikan pada tabel 4. Angka rata-rata dan analisis
statistik data komponen pengaruh teknik aplikasi POC terhadap pertumbuhan dan
produksi beberapa varietas tanaman terung (Solanum melongena L) di lahan salin
pada tabel 5. Sedangkan angka rata-rata interaksi antara teknik aplikasi POC dan
macam varietas terong di lahan salin pada tabel 6. Data lengkap rata-rata hasil
pengamatan dan analisis sidik ragam untuk setiap variabel yang diamati dapat
dilihat pada lampiran 8-17.
Tabel 4. Matrik hasil analisis data penelitian pengaruh teknik aplikasi poc
terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas tanaman terung
(Solanum melongena L) di lahan salin.
Faktor yang dicoba
No Variabel yang diamati Teknik Macam varietas Interaksi
aplikasi POC terong
1 Tinggi tanaman (cm) ** ** **
2 Saar muncul bunga (hst) tn ** tn
Jumlah daun per tanaman
3 * ** tn
(helai)
Jumlah buah per tanaman
4 ** ** tn
(buah)
5 Bobot buah per buah (gram) tn ** tn
Bobot buah per tanaman
6 tn * tn
(kg)
7 Volume akar (ml) tn tn tn
Panjang akar terpanjang
8 tn tn tn
(cm)
Bobot basah brangkasan
9 tn tn tn
(gram)
Bobot kering brangkasan
10 tn tn tn
(gram)
Keterangan :
* : Berbeda nyata
** : Berbeda sangat nyata
tn : Berbeda tidak nyata
23

Tabel 5. Angka rata-rata dan analisis statistik data komponen pengaruh teknik aplikasi POC terhadap pertumbuhan dan produksi
beberapa varietas tanaman terung (Solanum melongena L) di lahan salin.
Jumlah Jumlah Bobot buah Panjang Bobot Bobot
Tinggi Saat muncul Bobot buah Volume
daun per buah per per akar basah kering
Perlakuan tanaman bunga
tanaman tanaman
per buah
tanaman Akar terpanjang brangkasan brangkasan
(cm) (hst) (hst) (buah) (g) (ml) (cm) (g) (g)
(g)
Teknik aplikasi POC
T1 : Disemprot 43,77a 37,32 20,25ab 1,42a 62,33 102,17 241,25 16,50 21,50 10,75
T2 : Dikocor 47,14b 37,67 19,17a 1,42a 64,00 106,75 246,58 16,58 24,33 12,17
T3 : Disemprot
48,73b 36,75 20,83b 2,00b 63,92 109,25 241,75 17,25 24,50 12,25
dan kocor
F Hitung 19,31** 0,89tn 4,37* 7,59** 1,01tn 2,40tn 1,24tn 1,58tn 2,94tn 2,94tn
F Tabel 5% 3,44 3,44 3,44 3,44 3,44 3,44 3,44 3,44 3,44 3,44
F Tabel 1% 5,72 5,72 5,72 5,72 5,72 5,72 5,72 5,72 5,72 5,72
Uji BNT 5% 1,69 - 1,19 0,36 - - - - - -
KK (%) 4,29 4,56 6,97 26,28 5,10 7,57 3,77 6,76 14,52 14,52
Macam varietas terung
V1 : Terung bulat 43,64a 39,44a 18,78a 1,44a 57,22a 97,89a 238,33 15,89 21,33 10,67
V2 : Terung hijau 45,76b 38,20a 19,67a 1,56a 63,11b 107,11b 245,22 17,11 23,11 11,56
V3 : Terung ungu 48,98c 35,22b 22,56b 2,11b 66,22bc 109,33b 243,78 17,33 24,22 12,11
V4 : Terung putih 47,60c 36,11b 19,33a 1,33a 67,11c 109,89b 245,44 16,78 25,11 12,56
F Hitung 12,44** 11,55** 13,08** 5,99** 17,21** 4,34* 1,18tn 2,82tn 2,06tn 2,06tn
F Tabel 5% 3,05 3,05 3,05 3,05 3,05 3,05 3,05 3,05 3,05 3,05
F Tabel 1% 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82
Uji BNT 5% 1,95 1,66 1,37 0,41 0,09 7,85 - - - -
KK (%) 4,29 4,56 6,97 26,28 5,10 7,57 3,77 6,76 14,52 14,52
Keterangan : Angka-angka dalam kolom dan perlakuan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf 5%, ** = berbeda sangat nyata; * = berbeda nyata; tn = berbeda tidak nyata
24

Tabel 6. Angka rata-rata interaksi antara teknik aplikasi POC dan macam varietas
terong di lahan salin

Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

T1V1 36,87a
T1V2 42,77b
T1V3 47,40c
T1V4 48,03c
T2V1 46,90c
T2V2 47,07c
T2V3 46,63c
T2V4 47,97c
T3V1 47,17c
T3V2 47,43c
T3V3 52,90d
T3V4 47,40c
F Hitung 6,87**
F Tabel 5% 2,55
F Tabel 1% 3,76
BNT 3,38
KK 4,29
Keterangan : Angka-angka dalam kolom dan perlakuan yang diikuti dengan huruf
yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT
pada taraf 5%, ** = berbeda sangat nyata; * =berbeda nyata.

IV.1.1. Tinggi tanaman (cm)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC
berbeda sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi
dicapai pada teknik disemprot dan kocor (T3) yaitu 48,73 cm, diikuti oleh teknik
aplikasi dikocor (T2) yaitu 47,14 cm, sedangkan tinggi tanaman terendah adalah
teknik aplikasi disemprot (T1) yaitu 43,77 cm. Histogram pengaruh teknik
aplikasi POC terhadap variabel tinggi tanaman dapat dilihat pada gambar 2.
25

50.00
49.00 48.73
48.00
Tinggi Tanaman (cm)
47.14
47.00
46.00
45.00
44.00 43.77
43.00
42.00
41.00
Disemprot Dikocor Disemprot dan
kocor
Teknik Aplikasi POC

Gambar 2. Histogram pengaruh teknik aplikasi POC terhadap variabel tinggi


tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan macam varietas terung


berbeda sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi
dicapai pada varietas mustang (V3) yaitu 48,98 cm, diikuti oleh varietas kania
(V4) yaitu 47,80 cm, kemudian varietas hitavi (V2) yaitu 45,76 cm, sedangkan
tinggi tanaman terendah adalah varietas jeno (T1) yaitu 43,64 cm. Histogram
pengaruh macam varietas terung terhadap variabel tinggi tanaman dapat dilihat
pada gambar 3.
50.00 48.98
49.00
47.80
48.00
Tinggi Tanaman (cm)

47.00
46.00 45.76
45.00
44.00 43.64
43.00
42.00
41.00
40.00
Jeno Hitavi Mustang Karina
Macam Varietas Terung

Gambar 3. Histogram pengaruh macam varietas terung terhadap variabel tinggi


tanaman.
26

Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi antara teknik aplikasi POC


dan macam varietas terung berbeda sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman.
Tinggi tanaman tertinggi dicapai pada interaksi antara teknik aplikasi disemprot
dan kocor dengan varietas mustang (T3V3) yaitu 52,90 cm. Sedangkan tinggi
tanaman terendah terdapat pada interaksi antara teknik aplikasi disemprot dan
varietas jeno (T1V1) yaitu 36,87. Grafik interaksi antara teknik aplikasi POC dan
macam varietas terung terhadap variabel tinggi tanaman dapat dilihat pada gambar
4.

Terung bulat Terung hijau Terung ungu Terung putih


55.00
52.90
Tinggi Tanaman (cm)

50.00 48.03 47.97 47.40


47.40 46.63 47.43
47.07
45.00 46.90 47.17
42.77
40.00
36.87
35.00
Disemprot Dikocor Disemprot dan
kocor
Teknik Aplikasi POC

Gambar 4. Grafik interaksi antara teknik aplikasi POC dan macam varietas terung
terhadap variabel tinggi tanaman.

IV.1.2. Saat muncul bunga (hst)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC tidak
berbeda nyata terhadap variabel saat muncul bunga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan macam varietas terung
berbeda sangat nyata terhadap variabel saat muncul bunga. Saat muncul bunga
tercepat dicapai pada varietas mustang (V3) yaitu 35,22 hst, diikuti oleh varietas
karina (V4) yaitu 36,11 hst, kemudian varietas hitavi (V2) yaitu 38,20 hst,
sedangkan tinggi tanaman terendah adalah varietas jeno (T1) yaitu 39,44 hst.
Histogram pengaruh macam varietas terung terhadap variabel saat muncul bunga
dapat dilihat pada gambar 5.
27

40.00 39.44
Saat Muncul Bunga (hst) 39.00 38.20
38.00
37.00 36.11
36.00 35.22
35.00
34.00
33.00
Jeno Hitavi Mustang Karina
Macam Varietas Terung

Gambar 5. Histogram pengaruh teknik aplikasi POC terhadap variabel saat


muncul bunga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara teknik aplikasi POC


dan macam varietas tanaman terung tidak berbeda nyata pada variabel saat
muncul bunga.
IV.1.3. Jumlah daun per Tanaman (daun)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC
berbeda nyata terhadap variabel tinggi tanaman. Jumlah daun per tanaman
terbanyak dicapai pada teknik disemprot (T1) yaitu 20,83 helai, diikuti oleh teknik
aplikasi disemprot dan kocor (T3) yaitu 20,25 helai, sedangkan jumlah daun per
tanaman terendah adalah teknik aplikasi dikocor (T2) yaitu 19,17 helai. Histogram
pengaruh teknik aplikasi POC terhadap variabel jumlah daun per tanaman dapat
dilihat pada gambar 6.
21.00 20.83
20.50 20.25
Jumlah Daun per
Tanaman (helai)

20.00
19.50 19.17
19.00
18.50
18.00
Disemprot Dikocor Disemprot dan
kocor
Teknik Aplikasi POC

Gambar 6. Histogram pengaruh teknik aplikasi POC terhadap variabel jumlah


daun per tanaman.
28

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan macam varietas terung


berbeda sangat nyata terhadap variabel jumlah daun per tanaman. Jumlah daun per
tanaman terbanyak dicapai pada varietas mustang (V3) yaitu 22,56 helai, diikuti
oleh varietas hitavi (V2) yaitu 19,67 helai, kemudian varietas karina (V4) yaitu
19,33 helai, sedangkan jumlah daun per tanaman terendah adalah varietas jeno
(V1) yaitu 18,76 helai. Histogram pengaruh macam varietas terung terhadap
variabel jumlah daun pertanaman dapat dilihat pada gambar 7.
25.00 22.56
Jumlah Daun Per Tanaman

18.78 19.67 19.33


20.00

15.00
(helai)

10.00

5.00

0.00
Jeno Hitavi Mustang Karina
Macam Varietas Terung

Gambar 7. Histogram pengaruh macam varietas terung terhadap variabel jumlah


daun pertanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara teknik aplikasi POC


dan macam varietas tanaman terung tidak berbeda nyata pada variabel jumlah
daun per tanaman.
IV.1.4. Jumlah buah per tanaman (buah)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC
berbeda sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman. Jumlah buah per tanaman
terbanyak dicapai pada teknik disemprot dan kocor (T3) yaitu 2,00 buah,
sedangkan jumlah daun per tanaman terendah adalah teknik aplikasi disemprot
(T2) dan teknik aplikasi dikocor (T1) yaitu 1,42 buah. Histogram pengaruh teknik
aplikasi POC terhadap variabel jumlah buah per tanaman dapat dilihat pada
gambar 8.
29

2.50
2.00
Jumlah Buah per 2.00
Tanaman (buah) 1.42 1.42
1.50
1.00
0.50
0.00
Disemprot Dikocor Disemprot dan
kocor
Teknik Aplikasi POC

Gambar 8. Histogram pengaruh teknik aplikasi POC terhadap variabel jumlah


buah per tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan macam varietas terung


berbeda sangat nyata terhadap variabel jumlah buah per tanaman. Jumlah buah per
tanaman terbanyak dicapai pada varietas mustang (V3) yaitu 2,11 buah, diikuti
oleh varietas hitavi (V2) yaitu 1,56 buah, kemudian varietas jeno (V1) yaitu 1,44
buah, sedangkan jumlah buah per tanaman terendah adalah varietas karina (V4)
yaitu 1,33 buah. Histogram pengaruh macam varietas terung terhadap variabel
jumlah buah pertanaman dapat dilihat pada gambar 9.
2.50 2.11
2.00
Jumlah Buah per
Tanaman (buah)

1.44 1.56
1.50 1.33
1.00
0.50
0.00
Jeno Hitavi Mustang Karina
Macam Varietas Terung

Gambar 9. Histogram pengaruh macam varietas terung terhadap variabel jumlah


buah pertanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara teknik aplikasi POC


dan macam varietas tanaman terung tidak berbeda nyata pada variabel jumlah
buah per tanaman.
30

IV.1.5. Bobot buah per buah (g)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC tidak
berbeda nyata terhadap variabel bobot buah per buah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan macam varietas terung
berbeda sangat nyata terhadap variabel bobot buah per buah. Bobot buah per buah
tertinggi dicapai pada varietas karina (V4) yaitu 67,11 g, diikuti oleh varietas
mustang (V3) yaitu 66,22 g, kemudian varietas hitavi (V2) yaitu 63,11 g,
sedangkan bobot buah per buah terendah adalah varietas jeno (V1) yaitu 57,22 g.
Histogram pengaruh macam varietas terung terhadap variabel bobot buah per
buah dapat dilihat pada gambar 10.

68.00 67.11
66.22
66.00
Bobot Buah per Buah (g)

64.00 63.11
62.00
60.00
58.00 57.22
56.00
54.00
52.00
Jeno Hitavi Mustang Karina
Macam Varietas Terung

Gambar 10. Histogram pengaruh macam varietas terung terhadap variabel bobot
buah per buah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara teknik aplikasi POC


dan beberapa varietas tanaman terung tidak berbeda nyata pada variabel bobot
buah per buah.
IV.1.6. Bobot buah per tanaman (g)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC tidak
berbeda nyata terhadap variabel bobot buah per tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan macam varietas terung
berbeda nyata terhadap variabel bobot buah per tanaman. Bobot buah per tanaman
tertinggi dicapai pada varietas karina (V4) yaitu 109,89 g, diikuti oleh varietas
31

mustang (V3) yaitu 109,33 g, kemudian varietas hitavi (V2) yaitu 107,11 g,
sedangkan bobot buah per buah terendah adalah varietas jeno (V1) yaitu 97,89 g.
Histogram pengaruh macam varietas terung terhadap variabel bobot buah per
tanaman dapat dilihat pada gambar 11.
115.00
Bobot Buah per Tanaman (g)

109.33 109.89
110.00
107.11
105.00

100.00 97.89

95.00

90.00
Jeno Hitavi Mustang Karina
Macam Varietas Terung

Gambar 11. Histogram pengaruh macam varietas terung terhadap variabel bobot
buah per tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara teknik aplikasi POC


dan macam varietas tanaman terung tidak berbeda nyata pada variabel bobot buah
per tanaman.
IV.1.7. Volume akar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC tidak
berbeda nyata terhadap variabel volume akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan macam varietas terung
tidak berbeda nyata terhadap variabel volume akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara teknik aplikasi POC
dan macam varietas tanaman terung tidak berbeda nyata pada variabel volume
akar.
IV.1.8. Panjang akar terpanjang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC tidak
berbeda nyata terhadap variabel panjang akar terpanjang.
32

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan macam varietas terung


tidak berbeda nyata terhadap variabel panjang akar terpanjang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara teknik aplikasi POC
dan macam varietas tanaman terung tidak berbeda nyata pada variabel panjang
akar terpanjang.
IV.1.9. Bobot basah brangkasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC tidak
berbeda nyata terhadap variabel bobot basah brangkasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan macam varietas terung
tidak berbeda nyata terhadap variabel bobot basah brangkasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara teknik aplikasi POC
dan macam varietas tanaman terung tidak berbeda nyata pada variabel bobot
basah brangkasan.
IV.1.10. Bobot kering brangkasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC tidak
berbeda nyata terhadap variabel bobot kering brangkasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan macam varietas terung
tidak berbeda nyata terhadap variabel bobot kering brangkasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara teknik aplikasi POC
dan macam varietas tanaman terung tidak berbeda nyata pada variabel bobot
kering brangkasan.

IV.2. Pembahasan
IV.2.1. Pengaruh teknik aplikasi POC
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC
berbeda sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman dan jumlah buah per
tanaman; serta berbeda nyata terhadap variabel jumlah daun per tanaman. Hasil
tertinggi dicapai oleh teknik aplikasi disemprot dan kocor. Hal ini karena teknik
aplikasi disemprot dan kocor merupakan teknik aplikasi yang efektif, dapat
diserap maksimal oleh tanaman sehingga memberikan respon terbaik terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman terung.
33

Pemberian pupuk organik cair dengan teknik aplikasi yang tepat berperan
penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung. Hal ini karena teknik
aplikasi POC menentukan tingkat keefektifan penyerapan hara bagi tanaman,
sehingga dapat memberikan pertumbuhan dan produksi yang maksimal bagi
tanaman (Anggraeny dkk., 2020). Pupuk organik cair yang digunakan pada
penelitian ini adalah POC morinsa yang mengandung unsur hara makro 0,98 %
Nitrogen, 0,2% fosfor dan 0,33% Kalsium (Nailah dan Jazila 2021).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC
berbeda sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman, dan berbeda nyata
terhadap variabel jumlah daun per tanaman. Hal ini karena pupuk organik cair
mengandung unsur nitrogen sehingga apabila diberi dengan teknik aplikasi yang
tepat dapat terserap maksimal oleh tanaman, mengakibatkan pertumbuhan
tanaman menjadi lebih baik melalui meningkatnya tinggi tanaman dan jumlah
daun. Hal ini sejalan dengan pendapat Hendri dkk. (2015) bahwa ketersediaan
unsur nitrogen dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman terong. Selanjutnya
Pamungkas dan Supijatno (2017) menambahkan bahwa metabolisme nitrogen
dalam tanaman merupakan faktor utama untuk pembentukan vegetatif, batang,
dan daun tanaman. Berdasarkan hasil uji lab universitas pekalongan kandungan
unsur hara N pada POC Morinsa sangat tinggi dibanding dengan unsur hara
lainnya yaitu 0,98% Nitrogen (Nailah dan Jazila 2021).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik aplikasi POC berbeda sangat
nyata terhadap jumlah buah per tanaman. Hal ini karena pupuk organik cair dapat
meningkatkan ketersediaan unsur hara makro N, P, dan K sehingga apabila diberi
dengan teknik aplikasi yang tepat mampu terserap maksimal oleh tanaman. Hal ini
sejalan dengan pendapat Hardjadi (2002) bahwa pembentukan buah sangat
dipengaruhi oleh unsur hara N, P dan K yang akan digunakan dalam proses
fotosintesis yaitu sebagai penyusun karbohidrat, lemak, protein, mineral dan
vitamin. Hamzah dkk. (2012) menambahkan bahwa peningkatan laju fotosintesis
akan menyebabkan laju fotosintat yang dihasilkan lebih banyak sehingga pada
fase generatif dari hasil fotosintesis dapat digunakan dalam pembentukan buah,
sehingga dapat menghasilkan buah lebih banyak.
34

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC tidak


berbeda nyata terhadap variabel saat muncul bunga, bobot buah per buah, bobot
buah per tanaman, volume akar, panjang akar terpanjang, bobot basah brangkasan
dan bobot kering brangkasan. Hal ini karena kondisi lahan yang salin berpengaruh
negatif pada serapan hara tanaman sehingga unsur hara seperti fosfor tidak dapat
diserap secara maksimal oleh tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Muliawan
(2016) bahwa cekaman salinitas dapat menimbulkan stres ion sitotoksisiti dan
stres ion spesifik. Stres ion tersebut mengakibatkan terhambatnya penyerapan hara
fosfor. Selanjutnya, Pranata (2011) menambahkan bahwa kekurangan fosfor dapat
menyebabkan dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan tidak
baik, pertumbuhan akar terhambat, serta bobot buah menurun.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC
disemprot (T1) dan dikocor (T2) memiliki rataan lebih rendah dibandingkan
dengan disemprot dan kocor (T3) pada semua variabel tinggi tanaman, saat
muncul bunga, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman. Hal ini karena
teknik aplikasi tersebut belum efektif, tidak dapat mencapai distribusi pupuk yang
lebih merata pada bagian tanaman sehingga kandungan POC tidak dapat terserap
maksimal oleh tanaman. Sejalan dengan pendapat Anggraeny dkk. (2020) bahwa
teknik pengaplikasian pupuk perlu dilakukan secara tepat agar dapat diserap oleh
tanaman dengan baik dan dapat memberikan produktivitas dan pertumbuhan yang
maksimal bagi tanaman.
Menurut Taofik (2020), teknik pengaplikasian pupuk organik cair
umumnya dilakukan dengan disemprotkan ke daun atau dikocor langsung ke
tanah. Setiap metode aplikasi POC memiliki keunggulan masing-masing. Metode
aplikasi dengan cara disemprot melalui daun memberikan keuntungan unsur-unsur
makro dan mikro yang yang dibutuhkan dapat segera dimanfaatkan tanaman.
Aplikasi POC melalui dikocor langsung ke tanah berperan pada perbaikan sifat
kimia tanah, salah satunya dapat meningkatkan kandungan unsur makro, mikro,
dan meningkatkan C-organik tanah serta memperbaiki pHo tanah (Hartati et al.,
2014). Teknik aplikasi kombinasi disemprot dan kocor lebih efektif daripada
teknik aplikasi tunggal disemprot atau dikocor karena kombinasi tersebut
35

memanfaatkan keunggulan masing-masing metode untuk mencapai hasil yang


lebih baik. Dengan menggunakan teknik aplikasi kombinasi dapat mencapai
distribusi nutrisi yang lebih merata pada seluruh bagian tanaman.
IV.2.2. Macam varietas terung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa varietas tanaman terung
berbeda sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman, saat muncul bunga, jumlah
daun per tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot buah per buah dan berbeda
nyata terhadap bobot buah per tanaman. Berdasarkan deskripsi varietas tanaman
mustang f1, hitavi, kania f1 dan jeno memiliki kelebihan dapat beradaptasi di
dataran rendah 50-350 mdpl, namun berdasarkan di lapangan pada penelitian ini
varietas mustang lebih unggul pada media salin dibandingkan varietas yang
lainnya. Varietas tanaman yang berbeda menunjukkan pertumbuhan dan hasil
yang berbeda walaupun ditanam pada kondisi lingkungan yang sama (Harjadi
1991). Menurut Subandi (1990) keberhasilan peningkatan produksi sangat
tergantung kepada kemampuan penyediaan dan penerapan inovasi teknologi yaitu
meliputi varietas unggul baru berdaya hasil dan berkualitas tinggi, penyediaan
benih bermutu serta teknologi budidaya yang tepat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa varietas tanaman terung
berbeda tidak nyata terhadap variabel volume akar,panjang akar terpanjang,bobot
basah brangkasan dan bobot kering brangkasan. Hal ini disebabkan karna
kandungan NaCl pada media salin sangat tinggi dan menghambat pertumbuhan
pada akar sehingga pertumbuhan tanaman yang lainnya juga ikut terhambat. NaCl
merupakan salah satu garam terlarut dalam tanah yang merupakan unsur penting
untuk pertumbuhan tanaman, namun kelebihan larutan garam dalam tanah dapat
mempengaruhi pola pertumbuhan (Bintoro, 1981). Taufiq dan Purwaningrahayu
(2013) menyatakan terhambatnya pertumbuhan akar ini disebabkan oleh senyawa
Na yang diserap terakumulasi pada akar sehingga mengganggu penyerapan unsur
hara, akibatnya proses pertumbuhan tanaman terganggu. Konsentrasi garam yang
meningkat pada tanah akan menyebabkan tanaman mengalami cekaman osmotik,
ketidakseimbangan hara, toksisitas ion dan cekaman oksidatif, selain itu akan
menurunkan kemampuan tanaman untuk menyerap air dan mengurangi
36

kemampuan fotosintesis sehingga mempengaruhi proses metabolisme (Kristiono,


et al, 2013).
IV.2.3. Interaksi antara Teknik Aplikasi POC dan Varietas Terung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara aplikasi POC dan
beberapa varietas terung berbeda sangat nyata pada tinggi tanaman. Pada aplikasi
POC disemprot dan kocor terserap oleh tanaman secara optimal. Hal itu
menyebabkan terjadinya interaksi antara aplikasi POC dan varietas terung
sehingga berpengaruh sangat nyata terhadap varibel tinggi tanaman. Pemberian
pupuk organik cair selain menambah unsur hara juga memperbaiki agregat tanah,
sehingga tanah menjadi gembur dan dapat memudahkan perakaran tanaman
menembus tanah serta menyerap unsur hara dalam memenuhi kebutuhannya.
Aplikasi POC morinsa baik disemprot maupun dikocor dapat menambah
kandungan Nitrogen 0,98 %, fosfor 0,2% dan Kalsium 0,33% . Prasetya,
Kurniawan dan Febrianingsih (2009) menjelaskan bahwa unsur nitrogen
bermanfaat untuk pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pembentukan sel-sel baru
seperti daun, cabang, dan mengganti sel-sel yang rusak.
37

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S., N. Sunarlim, B. Solfan. 2012. Pengaruh Urin Sapi Terfermentasi


Dengan Dosis Dan Interval Pemberian Yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Jurnal Agroteknologi.
2(1): 1-5.

Badan Pusat Statistik. 2019. Luas Panen dan Produksi Tanaman Terung.
………………….
Balitkabi. 2016. Budidaya Kacang Tanah di Lahan Salin. (On line), Diakses pada
tanggal 20 September 2020 dari:
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/publikasi/leaflet/budidaya-kacang-
tanah-di-lahan-salin/.

Bambang, S. 2015. Tanaman Hortikultura.


http://industri.bisnis.com/read/20150610/99/442242/tanaman
hortikultura-ewindo-luncurkan-sejumlah-varietas-hasil-riset-terbaru.
Diakses pada hari Kamis, 20 Januari 2022

Bastianus, Z., Marisi, N., dan A. Puji. 2014. Respon Tanaman Kacang Panjang
(Vigna sinensis L.) Terhadap Pemberian Pupuk NPK Pelangi dan POC
Nasa. Fakultas Pertanian. Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda.

Budiman, E. 2008. Cara dan Upaya Budidaya Terong. CV. Wahana Iptek,
Bandung. 124 hlm

Budiman. 2008. Syarat Tumbuh Tanaman Terung.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50473/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y.

Cahyono, B. 2003. Budidaya Terong. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.


38

Candrabarata, R. 2011. KimiaTanah.


http://www.scribd.com/doc/59755089/kimia-tanah.

Chihairy, H dan M. Sitanggang. 2005. Petunjuk Praktis Perawatan Adenium.


Agromedia Pustaka, Jakarta

Djukri. 2009. Cekaman Salinitas Terhadap Pertumbuan Tanaman. Prosiding


Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Enny Mutryarny, Endriani Dan Sri Utam Lestari, 2014. Pemanfaatan Urine
Kelinci Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi
(Brassica Junceal) Varietas Tosakan. Jurnal Ilmiah Pertanian.11(2):
…….

FAO. 2012. Top production eggplant-aubergines. Tersedia pada:


http://faostat.fao.org/site/339/default.aspx. 26 November 2019.

Febrianto, E., Gunawan dan Valentine N.S. 2017. Karakteristik Morfologi Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis jacq.) Varietas Dyxp Dumpy Dengan Pemberian
Asam Humat Pada Media Tanahsalin Di Main Nursery. BERNAS
Agricultural Research Journal. 15(2): 103-120.

Firmanto, B. H. 2011. Sukses Bertanaman Terung Secara Organik.


………………..

Frita. 2015. Perlindungan Hukum Terhadap Pemulia dan Varietas Tanam Terung
Putih (Kania F1). Universitas Jember.

Ghufran, M., H. Kordi K., dan A.B. Tancung, 2007. Pengelolaan Kualitas Air
Dalam Perairan. Rineka Cipta, Jakarta.

Hadisuwito. 2007. Membuat Kompos Cair. Agromedia Pustaka, Jakarta.


39

Hananto. 2012 Pengaruh Pengomposan Limbah Organik sebagai Bahan


Pembuatan Pupuk Terhadap Kandungan C, N, P dan K dalam Pupuk Cair
Yang Terbentuk. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Hanolo, W. 1997. Tanggapan tanaman selada dan sawi terhadap dosis dan cara
pemberian pupuk cair stimulan. Jurnal Agrotropika. 1.

Haryoto. 2009. Bertanam Terung dalam Pot. Kanisius,


Yogyakarta. Hal. 11-13

Huda, M.K. 2013. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Urin Sapi Dengan Aditif
Tetes Tebu (Mollase) Metode Fermentasi. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang, Semarang.

Imdad, H. P. Dan A.A. Nawangsi. 1995. Sayuran jepang. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT Surya
Pratama Alam. Yogyakarta.

Istiana, H. 2007. Cara Aplikasi Pupuk Nitrogen Dan Pengaruhnya Pada Tanaman
Tembakau Madura. Jurnal Buletin Teknik Pertanian Vol 12 No. 2.

Johan. 2010. Pengaruh Macam Pupuk NPK dan Macam Varietas terhadap
Tumbuhan dan Hasil Tanaman Terung Ungu. Surakarta

Kristiono, A, Purwaningrahayu, RD, & Taufiq, A,2013, Respons Tanaman


Kedelai, Kacang Tanah, dan Kacang Hijau Terhadap Cekaman Salinitas,
Buletin Palawija, no. 20, hal. 45 – 60.

Kurnianti, N. 2013. Pupuk Organik. http://www.tanijogonegoro.com.html.

Kusmiyati F., Sutarno dan Herwibawa. 2019. Komponen Produksi Genenrasi M3


Akibat Mutasi Induksi Tanah Salin. Prosding Seminar Nasional Lahan
Suboptimal. Universitas Diponegoro. Semarang.
40

Lingga dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,


Jakarta

Maryani., P. Astuti., M. Napitupulu. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik


Cair Nasa Dan Asal Bahan Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Stroberi (Fragaria sp). Jurnal Agrifor. XII (2) Hal: 160-175.

Muhammad, S. Abdul, R. Noor, J. 2014. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk


Organik kompos Olahan Biogas terhadap Pertumbuhan dan Hasil
tanaman Terung (Solanum melongena L.) Varietas Mustang F-1. Jurnal
Agrifor. 13 (1): 59 – 66

Muldiana, S. dan Rosdiana. 2017. Respon Tanaman Terong (Solanum Melongena


L.) Terhadap Interval Pemberian Pupuk Organik Cair Dengan Interval
Waktu Yang Berbeda. Prosiding Seminar Nasional 2017. Fakultas
Pertanian. UMJ

Mulyani, A. 2006. Potensi tanah kering masam untuk pengembangan pertanian.


Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28(2):16–17.

Mulyono. 2001 . Aplikasi berbagai macam sumber kalsium dan dosis bahan -
bahan organik sebagai pembenah tanah dalam usaha perbaikan sifat fisik
tanah garaman. J. Ilmu-Ilmu Pertanian 9 : 55 – 63.

Musnandar, L. 2003. Membuat Kompos. Edisi Revisi. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Namara, N. 2008. Cara Penggunaan Pupuk Organik Cair. Dinas Pertanian


dan Tanaman Pangan, Propinsi Jawa Barat

Nonny Nailah Hanum dan Syakiroh, 2021.Jazilah Pengaruh Konsentrasi dan


Interval Pemberian POC Morinsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Kale (Brassica oleracea var. Acephala). jurnal ilmiah
universitas pekalongan Vol. 17, No. 1.
41

Novizan 2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. PT Agromedia Pustaka.


Jakarta.138 hal

Nusyirwan. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair dan Ekstrak Rebung
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna
sinensis L.). Jurnal Biosains. Universitas Negeri Medan. Medan.

Nusyirwan. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair dan Ekstrak Rebung
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna
sinensis L.). Jurnal Biosains. Universitas Negeri Medan. nMeda.

Panah Merah. 2022. https://www.panahmerah.id/product/hitavi-f1. Diaksese pada


hari Kamis, 20 Januari 2022

Priangga R., Suwarno dan Hidayat N. 2013. Pengaruh Level Pupuk Organik Cair
Terhadap Produksi Bahan Kering Dan Imbangan Daun-Batang Rumput
Gajah Defoliasi Keempat. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto

PT. Neura Cipta Nusantara, 2021.

Rizqiani, NF, Ambarwati, E & Yuwono, NW 2007, ‘Pengaruh dosis dan frekuensi
pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil buncis

Simanjutak. 2003. Syarat Tumbuh Tanaman Terung.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50473/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

Simatupang, A. 2014.Pengaruh beberapa jenis pupuk organik terhadap


pertumbuhan dan hasil tanaman terung (Solanum melongena L.). Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang. 230 hlm.

Sipayung, R. 2003. Stres Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. Fakultas


Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Univeristas Sumatera Utara,
Medan.
42

Soetasad, Muryanti dan Sunarjono. 2003. Budidaya Terung Lokal dan Terung.
http://www.kajianpustaka.com/2015/02/botani-tanaman-terung.html,

Statistik Hortikultura Provinsi Jawa Tengah. 2016. Capaian Produksi Tanaman


Hortikultura di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2016.
http://distanbun.jatengprov.go.id/v/upload/statistik%20hortik.pdf, diakses
tanggal 25 Februari 2021.

Subandi, I. M. 1990. Penelitian dan Teknologi Peningkatan Produksi Jagung di


Indonesia. Balitbangtan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Subhan, N. N. Nurtika, dan N. Gunadi, 2009. Respon Tanaman Tomat Terhadap


Penggunaan Pupuk Majemuk NPK 15:15:15 Pada Tanah Latosol Pada
MusimKemarau. Jurnal Hortikultura. 19(1):40-48. Bandung.

Suyamto, 2010. Peranan Unsur Hara N, P Dan K Dalam Proses Metabolisme


Tanaman. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Bogor. 26 hal.

Tambun Sihotang, 2021. Pengaruh Cekaman Salinitas terhadap Pertumbuhan


Tanaman Semusim.Fruitset Sains : Jurnal Pertanian
Agroteknologi.Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Taufiq & Purwaningrahayu, 2013, ‘Tanggap Kacang Hijau Terhadap Salinitas’,


Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, vol. 32, no. 3, hal. 159 – 170.
43

Lampiran 1. Denah penempatan perlakuan pada percobaan

BLOK BLOK BLOK


I II III
U
T2V3 90 cm T3V2 T3V3
30cm
T3V1 T1V2 T2V3

T3V2 T2V2 T1V4

T1V4 T2V4 T3V4

T3V4 T1V4 T3V1

T2V1 T1V3 T2V1

T1V3 T1V4 T1V2

T2V2 T2V1 T1V1

T1V2 T1V1 T1V3

T2V4 T3V1 T2V2

T1V1 T3V3 T3V4

T3V3 T2V3 T3V3

Keterangan:
44

6. Teknik Aplikas POC 2. Beberapa Varietas


T1 : Disemprot V1 : Terung bulat (Jeno)
T2 : Dikocor V2 : Terung hijau (Hitavi)
T3 : Semprot dan Kocor V3 : Terung ungu (Mustang F1)
V4 : Terung Putih (Kania F1)
45

Lampiran 2.Tata Letak Tanaman pada petak percobaan

Polybag yang digunakan ukuran 40 cm x 40 cm


Petak perlakuan : : 80 cm x 80 cm
Jarak per polybag : 10 cm
Jumlah tanaman per petak : 5 tanaman
Jumlah tanaman sampel per petak : 5 tanaman
: petak tanaman
: 1 Tanaman sampel setiap polybag
46

2m

20 cm
5 cm
Keterangan :
= Tanaman sampel utama = naungan

= Tempat kestabilan berisi air laut


47

Lampiran 3.Deskripsi Varietas Mustang F1 Terong( Terung Ungu )

Asal : PT. East West Seed Indonesia


Silsilah : TP 17389 (F) x TP 17357 (M)
Golongan varietas : hibrida
Tinggi tanaman : 85 – 110 cm
Bentuk penampang batang : bulat
Diameter batang : 1,1 – 1,5 cm
Warna batang : hijau keunguan
Warna daun : hijau keunguan
Bentuk daun : jorong tak berlekuk
Ukuran daun : panjang 22,5 – 30,0 cm, lebar 15 – 20 cm
Bentuk bunga : seperti bintang
Warna kelopak bunga : hijau keunguan
Warna mahkota bunga : ungu
Warna kepala putik : hijau
Warna benangsari : kuning
Umur mulai berbunga : 29 – 34 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 52 – 55 hari setelah tanam
Bentuk buah : silindris
48

Ukuran buah : panjang 33,00 ̵ 34,04cm, diameter 3,33 ̵ 3,50cm


Warna kulit buah : ungu
Warna daging buah : putih
Rasa daging buah : manis
Bentuk biji : bulat pipih
Warna biji : coklat
Berat 1.000 biji : 4,5 – 5,5 g
Berat per buah : 150 – 200 g
Jumlah buah per tanaman : 17 – 28 buah
Berat buah per tanaman : 2,57 – 4,44 kg
Daya simpan 23 – 260C : 4 – 5 hari setelah panen
Hasil buah per hektar : 50 – 60 ton
Populasi per hektar : 25.000 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 112,5 – 137,5 g
Penciri utama : batang atas ungu tua, tulang daun ung
kelopak bunga/ tangkai buah hijau keunguan
Keunggulan varietas : umur panen genjah (52
buah(17 ̵ 28 buah), produksi (2,55 ̵ 4,30 kg)
Wilayah adaptasi : beradaptasi baik di dataran rendah 50 ̵ 350 m dpl
Pemohon : PT. East West Seed Indonesia
Pemulia : Nugraheni Vita R., Rahman Awaludin
Peneliti : Tukiman Misidi, M. Taufik Hariyadi
Sumber : PT. East West Seed Indonesia (2006).
Lampiran 4. Deskripsi Varietas Jeno (Terung Bulat)

Asal : PT. East West Seed Indonesia


Silsilah : TB 41-5-0-3 (F) x TP 14788-0-8-2 (M)
Golongan varietas : Hibrida
Tinggi tanaman : 74,0 – 108,0 cm
Bentuk penampang
: Bulat
batang
Diameter batang : 0,8 – 1,4 cm
Warna batang : Coklat
Warna daun : Hijau
Bentuk daun : jorong berlekuk
Ukuran daun : panjang 16,5 – 21,5 cm; lebar 10,5 – 14,0 cm
Bentuk bunga : seperti bintang bersudut lima
Warna kelopak bunga : Hijau
Warna mahkota bunga : Putih
Warna kepala putik : Hijau
Warna benangsari : Kuning
Umur mulai berbunga : 35 – 38 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 56 – 61 hari setelah tanam
Bentuk buah : Bulat
Ukuran buah : panjang 4,3 – 4,6 cm; diameter 5,1 – 5,3 cm
Warna kulit buah : hijau strip putih
Warna daging buah : Putih
Rasa daging buah : Manis
Bentuk biji : bulat pipih
Warna biji : Ku/ning kecoklatan (Munsell 2,5 Y 8/4)
Berat 1.000 biji : 3,3 – 4,0 g
Berat per buah : 53,8 – 58,9 g
Jumlah buah per
: 30 – 39 buah
tanaman
Berat buah per : 1,65 – 2,18 kg
50

tanaman
Ketahanan terhadap
: tahan terhadap layu bakteri
penyakit
Daya simpan buah
padasuhu : 5 – 8 hari setelah panen
23 – 26 0C
Hasil buah : 47,86 – 63,26 ton/ha
Populasi per hektar : 25.000 tanaman
Kebutuhan benih per
: 97,06 – 123,5 g
hektar
bentuk bunga seperti bintang bersudut lima,
Penciri utama :
bentuk tangkai buah pendek dan tebal
Keunggulan varietas : produksi tinggi dan tahan layu bakteri
beradaptasi dengan baik pada dataran rendah
Wilayah adaptasi :
dengan ketinggian 50 – 300 m dpl
Pemohon : PT. East West Seed Indonesia
Pemulis : Nugraheni Vita R dan Rahman Awaludin
Tukiman Misidi, Abdul Kohar, Dirayati N.
Peneliti :
Irsalina, M. Taufik Hariyadi
Sumber : PT. East West Seed Indonesia (2018).
51

Lampiran 5. Deskripsi Varietas Hitavi F1 ( Terung Hijau )

Asal : Dalam negeri


Silsilah : TP 23512 (♀) x TP 23513 (♂)
Golongan varietas : Hibrida
Tinggi tanaman : 63,76 – 67,71 cm
Bentuk penampang batang : Bulat agak bergelombang
Diameter batang : 2,51 – 2,65 cm
Warna batang : Hijau (RHS 137 C)
Warna daun : Hijau tua (RHS 136 A)
Bentuk daun : Jorong berlekuk
Ukuran daun : Panjang 17,67 – 19,49; Lebar 11,69 – 12,70 cm
Bentuk bunga : Seperti bintang
Warna kelopak bunga : Hijau (RHS 137 C)
Warna mahkota bunga : Putih (RHS N 999 D)
Warna kepala putik : Putih (RHS N 999 D)
Warna benang sari : Kuning (RHS 12 A)
Umur mulai berbunga : 34 – 35 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 52 – 53 hari setelah tanam
Bentuk buah : Silindris
Bentuk ujung buah : Tumpul
Ukuran buah : Panjang 23,41 – 26,96 cm;Diameter 4,90 – 5,38
Warna kulit buah : Hijau kekuningan (RHS 144 B)
Warna daging buah : Putih kehijauan (RHS 157 B)
Rasa daging buah : Tidak getir
Bentuk biji : Bulat pipih
Warna biji : Coklat kekuningan (RHS 156 D)
Berat 1.000 biji : 3,4 – 4,2 gram
Berat per buah : 231,38 – 252,55 gram
Jumlah buah per tanaman : 11 – 13 buah
Berat buah per tanaman : 2,66 – 2,92 kg
52

Daya simpan buah pada suhu 29 -


31 oC siang, 25 – 27 oC : 5 – 6 hari setelah panen
Hasil buah per hektar : 65,28 – 72,20 ton
Populasi per hektar : 26.667 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 113,4 – 140 gram
Penciri utama : Warna kulit buah hijau kekuningan (RHS 144 B),
bentuk ujung buah tumpul
Keunggulan varietas : Sangat tahan penyakit geminivirus dan
layu bakteri, produksi per satuan luas tinggi
Wilayah adaptasi : Sesuai di dataran rendah pada musim
Penghujan
Pemohon : PT. East West Seed Indonesia
Pemulis : Rahman Awaludin dan Nugraheni Vita Rachma
Peneliti : Tukiman Misidi, Abdul Kohar, Hari Pangestuadi,
Febryana Erlyandari, dan Gigin Fajaruddin
Sumber : PT. East West Seed Indonesia (2018).
53

Lampiran 6. Deskrpsi Varietas Kania F1 (Terung Putih)


Asal : Dalam negeri
Silsilah : 13483 F1 (7552 x 5393)
Golongan varietas : Hibrida
Tinggi tanaman : 105,95 – 120,84 cm
Bentuk penampang batang : Membulat
Diameter batang : 0,97 – 1,16 cm
Warna batang : Hijau kuning (RHS 145 A)
Warna daun : Hijau (RHS 139 C)
Bentuk daun : Bangun perisai
Ukuran daun : Panjang 18,97 – 26,74 cm; Lebar
16,69 – 18,04 cm.
Bentuk bunga : Bintang
Warna bunga :
Warna kelopak bunga : Hijau (RHS 139 C)
Warna mahkota bunga : Putih (RHS 155 D)
Warna kepala putik : Hijau terang (RHS 141 D)
Warna benang sari : Kuning (RHS 12 A)
Umur mulai berbunga : 29 – 36 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 58 – 66 hari setelah tanam
Bentuk buah : Bulat memanjang
Ukuran buah : Panjang 16,30 – 20,16 cm;Diameter 6,48
– 8,20 cm
Warna kulit buah : Putih (RHS 145 C)
Warna daging buah : Hijau kuning terang (RHS 2 D)
Rasa daging buah : Hambar
Bentuk biji : Bulat pipih
Warna biji : Coklat kuning (RHS 167 B)
Berat 1.000 biji : 2,59 – 2,71 gram
Berat per buah : 205,31 – 246,04 gram
54

Jumlah buah per tanaman : 5 – 6 buah


Berat buah per tanaman : 0,99 – 1,37 kg
Daya simpan buah suhu 25 - 30oC : 6 – 7 hari setelah panen
Hasil buah per hektar : 16,13 – 20,37 ton
Populasi per hektar : 32.000 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 82,88 – 86,22 gram
Penciri utama : Bentuk buah bulat memanjang dan
tingkat kemengkilapan permukaan kulit
buah lebih lemah
Keunggulan varietas : Produksi tinggi
Wilayah adaptasi : Sesuai di dataran rendah
Pemohon : PT. Benih Citra Asia
Pemulia : Ira Kurnia Lisnawati, SP
Penelit : Aris Munandar, SP, MP; Hajar Nur
Pridian; M Yunus
Lampiran 7. Rancangan Annova

F Tabel
SK Db JK KT F hit
5% 1%
Blok 2
Perlakuan 11
T 2
T3 x T1 T2 1
T1 x T2 1
V 3
V3 x V1 V2 V4 1
V2 V4 x V1 1
V2 x V4 1
TV 6
Galat 22
Total 35

Anda mungkin juga menyukai