HALAMAN JUDUL
Oleh :
IZAD MUHAMMAD ZABIDI
NPM. 0417011061
SKRIPSI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEKALONGAN
2022
i
PENGARUH TEKNIK APLIKASI POC TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TANAMAN TERONG
(Solanum melongena L) DI LAHAN SALIN
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
IZAD MUHAMMAD ZABIDI
NPM. 0417011061
SKRIPSI
Mengetahui,
Dekan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Teknik Aplikasi POC terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Beberapa Varietas Tanaman Terong (Solanum Melongena L) di Lahan Salin“.
Penyusunan skripsi ini mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
Dekan Dosen Pembimbing
kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan yang telah berkenan
Ir. PudjiatiSyarif., M.P Ir. PudjiatiSyarif., M.P
memberikan ijin untuk NIP.
pelaksanaan penelitian.
195407041988032001 NIP. 195407041988032001
2. Ir. Eka Adi Supriyanto, M.P selaku Pembimbing Pertama yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi.
3. Ubad Badrudin, S.P, M.P selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi.
4. Orang tua yang selalu mendukung.
5. Semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya skripsi.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, namun demikian semoga bermanfaat bagi yang membacanya.
i
DAFTAR ISI
Ha
l
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.6 Hipotesis................................................................................................... 8
i
2.7 Lahan Salin............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 23
ii
DAFTAR TABEL
No Uraian Halaman
i
DAFTAR GAMBAR
No Uraian Halaman
1. Kerangka Pemikiran........................................................................................... 5
i
1
DAFTAR LAMPIRAN
No Uraian Halaman
I. PENDAHULUAN
Produksi tanaman terung di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 36.257 ton,
dan mengalami kenaikan menjadi 43.330 ton pada tahun 2019 (Badan Pusat
Statistik, 2019). Produksi terung nasional tiap tahun cenderung meningkat namun
produksi terung di Indonesia masih rendah dan hanya menyumbang 2% dari
kebutuhan dunia (Simatupang, 2019). Produktivitas terung di Indonesia masih
mengalami penurunan dari produktivitas terung dunia yaitu 10 ton/ha
1
bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.
Pupuk organik cair diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah
alam, hormon tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya (Rizqiani et al., 2007).
Hasil penelitian Bastianus (2014) melaporkan bahwa penggunaan POC
Morinsa dapat meningkatkan produksi tanaman terung. Pupuk urin sapi
mengandung lebih banyak N dan K dibandingkan dengan pupuk kandang padat,
urin sapi juga mengandung hormon tertentu yang dapat merangsang
perkembangan tanaman (Aisyah dkk., 2012).
Teknik aplikasi yang biasa diterapkan untuk tanaman terung diantaranya
dilakukan melalui akar dengan cara disiram, pemberiannya dapat juga melalui
daun dengan cara disemprotkan (Maryani et al., 2013). Pengaplikasian pupuk
organik cair umumnya dengan cara disemprotkan ke tanaman atau dikocorkan ke
tanah (Kurnianti, 2013). Kelebihan aplikasi dengan cara disemprot adalah agar
pupuk cepat masuk ke tanaman melalui lubang stomata pada daun. Kemampuan
ini dinyatakan jauh lebih besar dibandingkan akar tanaman (Lingga dan Marsono,
2001).
Varietas unggul merupakan salah satu sarana produksi yang penting untuk
mendapatkan produktivitas yang optimal. Oleh karena itu, penggunaan varietas
unggul ini menjadi prioritas utama dalam penelitian. Selain untuk mendapatkan
varietas unggul dengan produktivitas tinggi, penggunaan varietas juga bertujuan
meningkatkan kualitas genetik tanaman terutama untuk komoditas yang sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Pada saat ini banyak varietas unggul terung yang
dikembangkan, masing-masing memiliki sifat genetik yang berbeda.
Bertitik tolak dari masalah tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh teknik aplikasi POC terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa
varietas tanaman terung (Solanum melongena L) di lahan salin.
1
Ekstensifikasi Intensifikasi
meningkat. Penyiraman lewat akar mempunyai kelebihan yaitu akar akan cepat
mengadakan kontak langsung antara permukaan akar dan koloid tanah (Suyamto,
2010).
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi terung
adalah penggunaan varietas unggul. Berdasarkan penelitian Johan (2010)
menunjukkan bahwa produksi tanaman terung juga dapat ditingkatkan dengan
menggunakan varietas unggul, salah satunya yaitu terung ungu yang memiliki
keunggulan dibandingkan dengan terung lainnya. Beberapa keunggulan antara
lain memiliki rasa yang lebih manis, kualitas hasilnya tinggi, unggul dalam
produksi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit tertentu.
Varietas Mustang F1 merupakan terung ungu tanaman toleran (tahan)
terhadap penyakit layu dan busuk batang, memiliki daya adaptasi dengan kondisi
lingkungan yang berbeda (Bambang, 2015). Kualitas buah bagus dengan
permukaan mengkilat. Memiliki dimensi ukuran buah 20 cm x 6 cm. Bobot buah
rata-rata 150 - 200 gram. Jumlah buah per tanaman 25 - 30 buah. Bobot buah per
tanaman 4 - 6 kg. Umur panen 50 HST. Potensi hasil 50 - 60 ton per hektar
(Panah Merah, 2022).
Varietas Hitavi mempunyai keunggulan yaitu toleran terhadap penyakit
antraknosa dan layu, buahnya berukuran besar, memiliki tekstur yang
lentur, serta memiliki potensi hasil tinggi. Tanaman vigor, bentuk buah
silindris, warna buah hijau-mengkilap dengan tekstur permukaan buah yang halus.
Ukuran buah 25 cm dengan diameter 4,4 cm. Buah keras ± 2.1 kg. Bobot per buah
161 g (Panah Merah, 2022).
Varietas Jeno memiliki keunggulan adalah buahnya yang tidak mudah
layu, ditunjang dengan buahnya yang mengkilat dan rasa yang renyah. sayuran
Terong Jeno F1 ini dapat mulai di panen pada umur 55 – 65 hari setelah proses
penanaman (Panah Merah, 2022).
Varietas Kania F1 merupakan jenis terong hibrida yang berbentuk
silindris, panjang, dan berwarna putih mengkilap. Buah terong kania F1
mempunyai bobot sekitar 110 gram/buah. Panjang 26 cm dengan diameter 4,4 cm.
Buah terong kania F1 dikenal memiliki tekstur yang lebih keras dibandingkan
1
terong putih lokal. Buah terong kania F1 dikenal memiliki rasa yang enak. Tahan
terhadap dengan lingkungan di dataran tinggi (Panah Merah, 2022).
1.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat disusun hipotesis:
1. Teknik aplikasi pupuk secara semprot dan kocor meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman terung di lahan salin.
2. Varietas Mustang F1 dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
terung di lahan salin.
3. Terjadi interaksi antara teknik aplikasi dan macam varietas terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman terung di lahan salin.
2
buah terunng. Namun, ada pula yang lebih dari satu. Buah terung
bentuknya beraneka ragam sesuai dengan varietasnya. Bentuk
6
yang dikenal meliputi panjang silindris, panjang lonjong, lonjong (oval), bulat
lebar, dan bulat (Soetasad dan Muryanti, 2003).
II.2. Aspek Ekologi Tanaman Terung
2.2.1. Iklim
Iklim udara 20-32˚C merupakan suhu yang cocok untuk tanaman
terung. Suhu panas dan iklim kering ini berkaitan dengan ketinggian
tempat dari permukaan laut (dpl). Suhu mempengaruhi pertumbuhan
tanaman seperti dalam proses perkecambahan, pertunasan, pembungaan
dan lain-lain (Budiman, 2008).
2.2.2. Tanah
Tanaman terung umumnya menyukai kondisi tanah yang subur dan
gembur dan memiliki daya adaptasi yang sangat luas, dengan ketinggian
tempat 0–1200 mdpl, sistem drainase dan tingkat keasaman yang baik,
merupakan syarat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman terung. Untuk
pertumbuhan optimum pH tanah harus berkisar antara 5.5-6.7, namun
tanaman terung masih toleran terhadap pH tanah yang lebih rendah yaitu
5.0. Pada tanah dengan pH yang lebih rendah dari 5.0 akan menghambat
pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan rendahnya tingkat produksi
tanaman (Simanjuntak, 2003).
bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat.
POC memiliki keuntungan yaitu memudahkan dalam aplikasi dengan cara
menyiramkanya ke akar dan disemprotkan ke tanaman sehingga dapat menghemat
tenaga (Priangga dkk., 2013 ). Sesuai dengan hasil penelitian Muhammad et al.,
(2014), melaporkan bahwa dengan bertambahnya umur tanaman terong, maka
kebutuhan terhadap unsur hara terutama Nitrogen (N) juga semakin tinggi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 5 ml pupuk
organik cair, dapat meningkatkan pertumbuhan pada tinggi tanaman
terung saat berumur 28 HST. Hal tersebut terjadi karena unsur hara yang
terkandung pada pupuk organik cair dapat mendorong pertumbuhan pada
tinggi tanaman terung (Subhan et al., 2009).
Menurut hasil penelitian (Enny dkk., 2014) menunjukkan bahwa
perlakukan terbaik adalah dengan menggunakan 100 ml/liter pupuk
organik cair (POC) mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada
tanaman terung.
2.3.1. Teknik kocor
Tujuan dari sistem kocor ini adalah tidak dua kali pengerjaan untuk
pemberian pupuk dan penyiraman. Cara pengocoran dirasa sangat mudah
dan lebih cepat terserap oleh tanaman ketika musim kemarau. Sebelum
dilakukan pengocoran, biasanya pupuk dilarutkan dengan air. Contohnya
untuk tanaman cabai atau tomat, pemberian pupuk organik cair sebanyak
dilarutkan dengan air sebanyak 200 ml, diaduk hingga rata semua pada
sebuah wadah drum besar. Untuk penyiraman menggunakan botol atau
gayung ke bagian media tanam dekat dengan tanaman. Tujuan dari sistem
pengocoran ini adalah petani tidak dua kali pengerjaan untuk pemberian
pupuk dan penyiraman. Cara pengocoran dirasa sangat mudah dan lebih
cepat terserap oleh tanaman ketika musim kemarau. Sebelum dilakukan
pengocoran, biasanya pupuk dilarutkan dengan air. Contohnya untuk
tanaman cabai atau tomat, pemberian pupuk NPK sebanyak 2-3 kg
dilarutkan dengan air sebanyak 200 ml, diaduk hingga rata semua pada
sebuah wadah drum besar. Untuk penyiraman menggunakan botol atau
9
gayung ke bagian media tanam dekat dengan tanaman (PT. Neura Cipta
Nusantara, 2021).
10
pertanaman 4-6 kg. Umur panen 50 HST (PT. East West Seed Indonesia,
1999).
12
tidak melukai tanaman terung. Tinggi ajir yang umum digunakan untuk tanaman
terung adalah 80 cm dan lebar 2-4 cm, dengan bagian yang dimasukkan ke dalam
tanah adalah 25 cm, ajir ditancapkan dekat dengan batang dan diikat. Bagian
bawah ajir dibuat runcing agar mudah penancapannya.
3. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut rumput/gulma yang ada pada
sekeliling tanaman dan dilakukan ketika tanaman terung yang ditanam di lahan
penelitian sudah ada tanaman pengganggu/gulma yang mulai tumbuh segera
dicabut.
4. Penyulaman
Penyulaman adalah tanaman yang pertumbuhannya tidak normal atau
terserang hama dan penyakit atau mati, harus segera diganti dengan tanaman
(bibit) yang baru. Penyulaman ini dilakukan maksimal pada umur 20 hari setelah
tanam, agar pertumbuhan selanjutnya dapat seragam dan memudahkan
pemeliharaan. Cara penyulaman adalah menanam bibit terung yang baru pada
lubang tanam bekas tanaman yang mati atau abnormal.
5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan POC Morinsa dengan
konsentrasi 6 ml/liter pada setiap perlakuan. Pemupukan dilakukan pada tanaman
berumur 20 HST dan kemudian interval pemberian POC diberikan setiap 7 hari
sekali sampai awal pembungaan. Pemupukan dilakukan dengan cara disemprot,
disiram, disemprot dan disiram POC sesuai dengan perlakuan. 1 liter larutan dapat
diaplikasikan pada 5 tanaman yang berarti masing-masing tanaman mendapat 200
ml larutan. Pengaplikasian dilakukan pada pagi hari.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan hama dan
penyakit yang menyerang pada tanaman terung tersebut, dengan menggunakan
pestisida yang sesuai.
19
3.4.7. Pemanenan
Terung mulai bisa dipanen setelah berumur 75 hari setelah tanam. Proses
pemanenan dilakukan dalam tiga kali pada rentang waktu 1 minggu. Pemanenan
terung dilakukan dengan cara memotong tangkai buah terung menggunakan
gunting atau pisau. Buah yang siap panen adalah buah yang jika ditekan akan
terasa lunak dan belum mengeras. Waktu panen sebaiknya dilakukan saat pagi
hari. Waktu panen harus dihindari saat terik matahari karena dapat mengganggu
tanaman dan membuat kulit terung menjadi keriput (kering), sehingga
menurunkan kualitas.
3.4.8. Teknik Mempertahankan Salin
Teknik mempertahankan salin dibuat dengan cara membuat kolam dengan
menggunakan lempeng kayu, dengan panjang 11 m dan lebar 6 m. Setelah itu
diberi alas plastik bening. Kemudian diberi air salin dengan kedalaman sekitar 5
cm. Pemberian alas plastik bening ini supaya larutan salinitas tidak hanyut begitu
saja karena penyiraman. Setelah itu, polybag-polybag yang telah terisi media
tanam disusun sesuai dengan rancangan percobaan, susunan denah percobaan
dapat dilihat pada lampiran 2.
Tabel 5. Angka rata-rata dan analisis statistik data komponen pengaruh teknik aplikasi POC terhadap pertumbuhan dan produksi
beberapa varietas tanaman terung (Solanum melongena L) di lahan salin.
Jumlah Jumlah Bobot buah Panjang Bobot Bobot
Tinggi Saat muncul Bobot buah Volume
daun per buah per per akar basah kering
Perlakuan tanaman bunga
tanaman tanaman
per buah
tanaman Akar terpanjang brangkasan brangkasan
(cm) (hst) (hst) (buah) (g) (ml) (cm) (g) (g)
(g)
Teknik aplikasi POC
T1 : Disemprot 43,77a 37,32 20,25ab 1,42a 62,33 102,17 241,25 16,50 21,50 10,75
T2 : Dikocor 47,14b 37,67 19,17a 1,42a 64,00 106,75 246,58 16,58 24,33 12,17
T3 : Disemprot
48,73b 36,75 20,83b 2,00b 63,92 109,25 241,75 17,25 24,50 12,25
dan kocor
F Hitung 19,31** 0,89tn 4,37* 7,59** 1,01tn 2,40tn 1,24tn 1,58tn 2,94tn 2,94tn
F Tabel 5% 3,44 3,44 3,44 3,44 3,44 3,44 3,44 3,44 3,44 3,44
F Tabel 1% 5,72 5,72 5,72 5,72 5,72 5,72 5,72 5,72 5,72 5,72
Uji BNT 5% 1,69 - 1,19 0,36 - - - - - -
KK (%) 4,29 4,56 6,97 26,28 5,10 7,57 3,77 6,76 14,52 14,52
Macam varietas terung
V1 : Terung bulat 43,64a 39,44a 18,78a 1,44a 57,22a 97,89a 238,33 15,89 21,33 10,67
V2 : Terung hijau 45,76b 38,20a 19,67a 1,56a 63,11b 107,11b 245,22 17,11 23,11 11,56
V3 : Terung ungu 48,98c 35,22b 22,56b 2,11b 66,22bc 109,33b 243,78 17,33 24,22 12,11
V4 : Terung putih 47,60c 36,11b 19,33a 1,33a 67,11c 109,89b 245,44 16,78 25,11 12,56
F Hitung 12,44** 11,55** 13,08** 5,99** 17,21** 4,34* 1,18tn 2,82tn 2,06tn 2,06tn
F Tabel 5% 3,05 3,05 3,05 3,05 3,05 3,05 3,05 3,05 3,05 3,05
F Tabel 1% 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82 4,82
Uji BNT 5% 1,95 1,66 1,37 0,41 0,09 7,85 - - - -
KK (%) 4,29 4,56 6,97 26,28 5,10 7,57 3,77 6,76 14,52 14,52
Keterangan : Angka-angka dalam kolom dan perlakuan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf 5%, ** = berbeda sangat nyata; * = berbeda nyata; tn = berbeda tidak nyata
24
Tabel 6. Angka rata-rata interaksi antara teknik aplikasi POC dan macam varietas
terong di lahan salin
T1V1 36,87a
T1V2 42,77b
T1V3 47,40c
T1V4 48,03c
T2V1 46,90c
T2V2 47,07c
T2V3 46,63c
T2V4 47,97c
T3V1 47,17c
T3V2 47,43c
T3V3 52,90d
T3V4 47,40c
F Hitung 6,87**
F Tabel 5% 2,55
F Tabel 1% 3,76
BNT 3,38
KK 4,29
Keterangan : Angka-angka dalam kolom dan perlakuan yang diikuti dengan huruf
yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT
pada taraf 5%, ** = berbeda sangat nyata; * =berbeda nyata.
50.00
49.00 48.73
48.00
Tinggi Tanaman (cm)
47.14
47.00
46.00
45.00
44.00 43.77
43.00
42.00
41.00
Disemprot Dikocor Disemprot dan
kocor
Teknik Aplikasi POC
47.00
46.00 45.76
45.00
44.00 43.64
43.00
42.00
41.00
40.00
Jeno Hitavi Mustang Karina
Macam Varietas Terung
Gambar 4. Grafik interaksi antara teknik aplikasi POC dan macam varietas terung
terhadap variabel tinggi tanaman.
40.00 39.44
Saat Muncul Bunga (hst) 39.00 38.20
38.00
37.00 36.11
36.00 35.22
35.00
34.00
33.00
Jeno Hitavi Mustang Karina
Macam Varietas Terung
20.00
19.50 19.17
19.00
18.50
18.00
Disemprot Dikocor Disemprot dan
kocor
Teknik Aplikasi POC
15.00
(helai)
10.00
5.00
0.00
Jeno Hitavi Mustang Karina
Macam Varietas Terung
2.50
2.00
Jumlah Buah per 2.00
Tanaman (buah) 1.42 1.42
1.50
1.00
0.50
0.00
Disemprot Dikocor Disemprot dan
kocor
Teknik Aplikasi POC
1.44 1.56
1.50 1.33
1.00
0.50
0.00
Jeno Hitavi Mustang Karina
Macam Varietas Terung
68.00 67.11
66.22
66.00
Bobot Buah per Buah (g)
64.00 63.11
62.00
60.00
58.00 57.22
56.00
54.00
52.00
Jeno Hitavi Mustang Karina
Macam Varietas Terung
Gambar 10. Histogram pengaruh macam varietas terung terhadap variabel bobot
buah per buah.
mustang (V3) yaitu 109,33 g, kemudian varietas hitavi (V2) yaitu 107,11 g,
sedangkan bobot buah per buah terendah adalah varietas jeno (V1) yaitu 97,89 g.
Histogram pengaruh macam varietas terung terhadap variabel bobot buah per
tanaman dapat dilihat pada gambar 11.
115.00
Bobot Buah per Tanaman (g)
109.33 109.89
110.00
107.11
105.00
100.00 97.89
95.00
90.00
Jeno Hitavi Mustang Karina
Macam Varietas Terung
Gambar 11. Histogram pengaruh macam varietas terung terhadap variabel bobot
buah per tanaman.
IV.2. Pembahasan
IV.2.1. Pengaruh teknik aplikasi POC
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC
berbeda sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman dan jumlah buah per
tanaman; serta berbeda nyata terhadap variabel jumlah daun per tanaman. Hasil
tertinggi dicapai oleh teknik aplikasi disemprot dan kocor. Hal ini karena teknik
aplikasi disemprot dan kocor merupakan teknik aplikasi yang efektif, dapat
diserap maksimal oleh tanaman sehingga memberikan respon terbaik terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman terung.
33
Pemberian pupuk organik cair dengan teknik aplikasi yang tepat berperan
penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung. Hal ini karena teknik
aplikasi POC menentukan tingkat keefektifan penyerapan hara bagi tanaman,
sehingga dapat memberikan pertumbuhan dan produksi yang maksimal bagi
tanaman (Anggraeny dkk., 2020). Pupuk organik cair yang digunakan pada
penelitian ini adalah POC morinsa yang mengandung unsur hara makro 0,98 %
Nitrogen, 0,2% fosfor dan 0,33% Kalsium (Nailah dan Jazila 2021).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik aplikasi POC
berbeda sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman, dan berbeda nyata
terhadap variabel jumlah daun per tanaman. Hal ini karena pupuk organik cair
mengandung unsur nitrogen sehingga apabila diberi dengan teknik aplikasi yang
tepat dapat terserap maksimal oleh tanaman, mengakibatkan pertumbuhan
tanaman menjadi lebih baik melalui meningkatnya tinggi tanaman dan jumlah
daun. Hal ini sejalan dengan pendapat Hendri dkk. (2015) bahwa ketersediaan
unsur nitrogen dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman terong. Selanjutnya
Pamungkas dan Supijatno (2017) menambahkan bahwa metabolisme nitrogen
dalam tanaman merupakan faktor utama untuk pembentukan vegetatif, batang,
dan daun tanaman. Berdasarkan hasil uji lab universitas pekalongan kandungan
unsur hara N pada POC Morinsa sangat tinggi dibanding dengan unsur hara
lainnya yaitu 0,98% Nitrogen (Nailah dan Jazila 2021).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik aplikasi POC berbeda sangat
nyata terhadap jumlah buah per tanaman. Hal ini karena pupuk organik cair dapat
meningkatkan ketersediaan unsur hara makro N, P, dan K sehingga apabila diberi
dengan teknik aplikasi yang tepat mampu terserap maksimal oleh tanaman. Hal ini
sejalan dengan pendapat Hardjadi (2002) bahwa pembentukan buah sangat
dipengaruhi oleh unsur hara N, P dan K yang akan digunakan dalam proses
fotosintesis yaitu sebagai penyusun karbohidrat, lemak, protein, mineral dan
vitamin. Hamzah dkk. (2012) menambahkan bahwa peningkatan laju fotosintesis
akan menyebabkan laju fotosintat yang dihasilkan lebih banyak sehingga pada
fase generatif dari hasil fotosintesis dapat digunakan dalam pembentukan buah,
sehingga dapat menghasilkan buah lebih banyak.
34
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2019. Luas Panen dan Produksi Tanaman Terung.
………………….
Balitkabi. 2016. Budidaya Kacang Tanah di Lahan Salin. (On line), Diakses pada
tanggal 20 September 2020 dari:
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/publikasi/leaflet/budidaya-kacang-
tanah-di-lahan-salin/.
Bastianus, Z., Marisi, N., dan A. Puji. 2014. Respon Tanaman Kacang Panjang
(Vigna sinensis L.) Terhadap Pemberian Pupuk NPK Pelangi dan POC
Nasa. Fakultas Pertanian. Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda.
Budiman, E. 2008. Cara dan Upaya Budidaya Terong. CV. Wahana Iptek,
Bandung. 124 hlm
Enny Mutryarny, Endriani Dan Sri Utam Lestari, 2014. Pemanfaatan Urine
Kelinci Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi
(Brassica Junceal) Varietas Tosakan. Jurnal Ilmiah Pertanian.11(2):
…….
Febrianto, E., Gunawan dan Valentine N.S. 2017. Karakteristik Morfologi Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis jacq.) Varietas Dyxp Dumpy Dengan Pemberian
Asam Humat Pada Media Tanahsalin Di Main Nursery. BERNAS
Agricultural Research Journal. 15(2): 103-120.
Frita. 2015. Perlindungan Hukum Terhadap Pemulia dan Varietas Tanam Terung
Putih (Kania F1). Universitas Jember.
Ghufran, M., H. Kordi K., dan A.B. Tancung, 2007. Pengelolaan Kualitas Air
Dalam Perairan. Rineka Cipta, Jakarta.
Hanolo, W. 1997. Tanggapan tanaman selada dan sawi terhadap dosis dan cara
pemberian pupuk cair stimulan. Jurnal Agrotropika. 1.
Huda, M.K. 2013. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Urin Sapi Dengan Aditif
Tetes Tebu (Mollase) Metode Fermentasi. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang, Semarang.
Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT Surya
Pratama Alam. Yogyakarta.
Istiana, H. 2007. Cara Aplikasi Pupuk Nitrogen Dan Pengaruhnya Pada Tanaman
Tembakau Madura. Jurnal Buletin Teknik Pertanian Vol 12 No. 2.
Johan. 2010. Pengaruh Macam Pupuk NPK dan Macam Varietas terhadap
Tumbuhan dan Hasil Tanaman Terung Ungu. Surakarta
Mulyono. 2001 . Aplikasi berbagai macam sumber kalsium dan dosis bahan -
bahan organik sebagai pembenah tanah dalam usaha perbaikan sifat fisik
tanah garaman. J. Ilmu-Ilmu Pertanian 9 : 55 – 63.
Nusyirwan. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair dan Ekstrak Rebung
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna
sinensis L.). Jurnal Biosains. Universitas Negeri Medan. Medan.
Nusyirwan. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair dan Ekstrak Rebung
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna
sinensis L.). Jurnal Biosains. Universitas Negeri Medan. nMeda.
Priangga R., Suwarno dan Hidayat N. 2013. Pengaruh Level Pupuk Organik Cair
Terhadap Produksi Bahan Kering Dan Imbangan Daun-Batang Rumput
Gajah Defoliasi Keempat. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto
Rizqiani, NF, Ambarwati, E & Yuwono, NW 2007, ‘Pengaruh dosis dan frekuensi
pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil buncis
Soetasad, Muryanti dan Sunarjono. 2003. Budidaya Terung Lokal dan Terung.
http://www.kajianpustaka.com/2015/02/botani-tanaman-terung.html,
Keterangan:
44
2m
20 cm
5 cm
Keterangan :
= Tanaman sampel utama = naungan
tanaman
Ketahanan terhadap
: tahan terhadap layu bakteri
penyakit
Daya simpan buah
padasuhu : 5 – 8 hari setelah panen
23 – 26 0C
Hasil buah : 47,86 – 63,26 ton/ha
Populasi per hektar : 25.000 tanaman
Kebutuhan benih per
: 97,06 – 123,5 g
hektar
bentuk bunga seperti bintang bersudut lima,
Penciri utama :
bentuk tangkai buah pendek dan tebal
Keunggulan varietas : produksi tinggi dan tahan layu bakteri
beradaptasi dengan baik pada dataran rendah
Wilayah adaptasi :
dengan ketinggian 50 – 300 m dpl
Pemohon : PT. East West Seed Indonesia
Pemulis : Nugraheni Vita R dan Rahman Awaludin
Tukiman Misidi, Abdul Kohar, Dirayati N.
Peneliti :
Irsalina, M. Taufik Hariyadi
Sumber : PT. East West Seed Indonesia (2018).
51
F Tabel
SK Db JK KT F hit
5% 1%
Blok 2
Perlakuan 11
T 2
T3 x T1 T2 1
T1 x T2 1
V 3
V3 x V1 V2 V4 1
V2 V4 x V1 1
V2 x V4 1
TV 6
Galat 22
Total 35