)
VARIETAS RADEN F1.
Oleh:
Skolastika Eno Meo
NIM. 182389121
Laporan ini telah disetujui oleh pembimbing dan diuji di depan tim penguji
serta dinyatakan lulus pada tanggal ….
Kupang,……………2021
Menyetujui
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
Mengetahui
PERNYATAAN
i
Nama : Skolastika Eno Meo
NIM : 182389121
Program Studi : Teknoogi Industri Hortikultura
Jurusan : Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kupang, …….2021
Yang membuat
pernyataan,
MOTO
Sukses bukanlah akhir, kegagalan tidak fatal, yang terpenting
berani untuk melanjutkan
ii
PERSEMBAHAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna atas
berkat dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapang (PKL) dengan judul “Budidaya Tanaman Pare Varietas Raden F1”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan dorongan baik langsung maupun tidak langsung,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapang ini dan secara
khusus rasa terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:
1. Lena Walungguru, SP., M. Si dan Tri Luchi Proklamita, SP., MP
2. Marselinus Umbu Lorung, SP selaku pembimbing lapang.
3. Ir. Eko H. A. Juwaningsih, M.Si selaku ketua program studi Teknologi
Industri Hortikultura.
4. Jemrifs H.H. Sonbai, SP., M.Sc, selaku Ketua Jurusan Tanaman Pangan dan
Hortikultura.
5. Ir.Thomas Lapenangga, M.Si, selaku direktur Politeknik Pertanian Negeri
Kupang.
6. Orang tua tercinta Bapak Mikael Meo Selu dan mama Marselina Leda Wale
serta kakak Ika, adik Icha dan adik Tind.
7. Sahabat tersayang (Pila, Yellow, Engki, Yuven, Rikar dan Wilson).
Penulis meyadari tulisan ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dan Penulis
mengharapkan laporan PKL ini bermanfaat bagi pembaca.
Kupang, …….2021
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN ........................................................................................ i
PERNYATAAN ....................................................................................... ii
MOTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................ 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ........................................................ 2
1.3. Waktu dan Tempat PKL ................................................. 3
1.4. Metode penulisan ............................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 4
2.1. Sejarah Tanaman Pare .................................................... 4
2.2. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Pare ....................... 6
2.3. Syarat Tumbuh ................................................................ 7
2.4. Teknik Budidaya Tanaman Pare ..................................... 7
BAB III. KEADAAN UMUM LOKASI .............................................. 19
3.1. Sejarah Yayasan Upanisada ............................................ 19
3.2. Struktur Organisasi Yayasan Upanisada ........................ 20
BAB IV. TEKNIK BUDIDAYA PARE VARIETAS RADEN F1 ...... 22
4.1. Persiapan Alat dan Bahan ............................................... 22
4.2. Budidaya Tanaman Pare ................................................. 22
BAB V. ANALISIS USAHATANI ..................................................... 31
5.1. Biaya Tetap ..................................................................... 31
5.2. Biaya Variabel ................................................................ 31
5.3. Total Produksi Produksi ................................................ 32
5.4. Penerimaan ..................................................................... 32
5.5. Keuntungan ..................................................................... 33
5.6. Analisis R/C Ratio .......................................................... 33
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 34
6.1. Hasil ................................................................................ 34
6.2. Pembahasan..................................................................... 34
v
BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN ................................................... 36
7.1. Simpulan ......................................................................... 36
7.2. Saran ............................................................................... 36
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menurut parasetio (2013), Pare (Momordica charantia L. ) merupakan
tanaman yang berasal dari Asia yang dibudidayakan dan tumbuh merambat dan
buahnya yang dijadikan sayuran. Buah pare berbentuk lonjong memanjang
dengan warna hijau kekuningan dengan bintik-bintik dipermukaan dan daging
buah agak tebal dengan bobot 250-500 gram (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
Pare (Momordica charantia L. ) merupakan salah satu tanaman sayuran buah
yang banyak digemari oleh masyarakat. Selain itu pare juga merupakan komoditi
usahatani yang banyak dijumpai di pasar karena pare memiliki kandungan gizi
yang lengkap serta memiliki berbagai kasiat obat pada seluruh bagian tanaman
pare ( Rukmana, 1997).
Perkembangan penduduk Indonesia yang semakin bertambah mengakibatkan
permintaan akan kebutuhan sayur-sayuran seperti pare semakin meningkat.
Namun petani Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan sayuran tersebut
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Meskipun prospek pasar sayuran pare
cukup cerah, namun budidaya tanaman pare di kalangan petani masih dalam skala
kecil atau masih bersifat sampingan.
2
1.3.Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL
Praktik Kerja Lapang dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu dari tanggal 27
Agustus 2021 hingga 27 Oktober 2021. Pelaksanaan PKL dilaksanakan di
Yayasan Upanisada, Desa Tanah Merah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten
Kupang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Taksonomi tanaman pare menurut para ahli taksonomi tumbuhan yang dikutip
Rukmana (2007) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Agiospermae
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Cucurbitales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Charantia
Nama ilmiah : Momordica charantia L.
morfologi tanaman pare terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah, dan
biji.
Tanaman pare memiliki akar tunggal dan serabut yang sangat lembut.
Sehingga tanaman pare lebih cocok untuk dibudidayakan pada kondisi lahan atau
tanah yang berstruktur keras dan berpasir. Pare mempunyai akar berwarna putih
kekuningan dan mempunyai bentuk yang meruncing sehingga lebih mudah untuk
menembus tanah, akar cabang memiliki panjang 16 cm dan diameter 0,5 cm yang
jumlahnya dua dan tersusun berseling ( Gunawan, 2009)
Batang tanaman pare memiliki panjang kurang lebih 2-5 m berusuk lima dan
pada batang tanaman yang masih mudaberambut rapat. Pare mempunyai sulur
mirip spiral membelit kuat untuk merambat,bercabang banyak dan batangnya segi
lima ( Hernawati, 2014).
Daun pare berbentuk menjari dengan permukaan atas hijau tua dan
permukaan bawah hijau mudah atau hijau kekuning-kuningan (Rukmana,1997;
Soeseno,1991).
Bunga pare tumbuh pada ketiak daun, bunga pare berwarna kuning meyala,
sebagian bunga jantan dan sebagian bunga betina. Bunga betina akan menjadi
buah setelah mengalami proses penyerbukan (Rukmana,1997).
5
Buah pare bulat memanjang dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil
tidak beraturan, panjang 8-30 cm, rasanya pahit. Warna buah hijau , bila masak
menjadi orangeyang pecah dengan ketiga katup (Rukmana, 1997).
Biji pare berbentuk pipih, berkulit agak tebal dan keras, serta permukaannya
tidak rata (Rukmana,1997). Biji pare dapat dipergunakan sebagai alat
perbanyakan tanaman secara generatif( Rukmana,1997).
Tanaman pare termasuk tumbuhan semusim (annual) yang bersifat menjalar
atau merambat. Struktur batangnya tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur
membelit yang berbentuk pilin (Rukmana, 1997). Batang tanaman pare dapat
mencapai panjang 5 m dan berbentuk segi lima ( Soeseno,1991).
6
Tanah yang cocok untuk tanaman pare adalah tanah yang mempunyai tekstur
lempung atau debu, struktur gembur, subur, dan banyak mengandung bahan
humus. pH yang cocok adalah berkisar antara 5-6.
7
ditempat terpisah sampai benih tersebut tumbuh beberapa helai daun baru
dipindahkan ke lahan (Santoso, 1996). Penanaman secara langsung lebih praktis
dan mudah, namun resikonya cukup besar (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
Benih atau biji dimasukan ke dalam lubang tanam yang sebelumnya diberi
pupuk kandang yang telah matang, benih dimasukan sedalam kurang lebih 3-4
cm, lalu ditutup kembali dengan tanah. Bersama dengan waktu dimasukannya
benih atau biji pare ke dalam tanah, dimasukan pula furadan kira kira sejumput
(temukan antara ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah) untuk mengambil furadan
tersebut. Pemberian furadan tersebut dimasukan untuk melindungi benih atau biji
dari serangan nematoda dan cacing tanah serta hewan lainnya. Penanaman telah
disesuaikan dengan jarak tanam yang telah dibuat tadi pada saat pengolahan tanah
yaitu 75 cm x 75 cm atau 1m x 1 m dalam guludan (Santoso, 1996). Setiap lubang
diberi pupuk kandang 1 kg dicampur dengan abu dapur, selanjutnya benih
tanaman 2-3 biji per lubang. Biji dapat tumbuh setelah 4-7 hari (Sunarjono, 2010).
Penyiraman selanjutnya sangat tergantung pada kondisi cuaca. Apabila banyak
terjadi curah hujan maka tanaman sebaiknya tidak perlu disiram. Apabila dalam
keadaan kurang hujan atau bahkan sama sekali kering, tanaman harus disiram dua
kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
Penanaman tidak langsung dengan melakukan persemaian benih terlebih
dahulu baik dengan polibag atau kotak persemaian (Santoso, 1996). Penyemaian
bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan tunas yang merata, presentase daya
tumbuh yang tinggi dan penghematan penggunaan benih. Persemaian memerlukan
tanah yang remah. Media yang sesuai untuk persemaian yakni campuran tanah
dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Benih terlebih dahulu direndam
dalam larutan atonik 2 cc/L air selamapembumbunan.
Pembumbunan dilakukan untuk menaikan tanah yang ada di sekitar tanaman
pare agar akar tanaman dapat tertutup. Pembumbunan dilakukan setelah
penyiangan dilakukan dengan maksud untuk memperbaiki erosi tanah sekitar akar
menjadi padat akibat siraman air hujan atau air siraman tanaman (Santoso, 1996).
Pembumbunan dilakukan dengan cara meracah tanah dengan cangkul, perecahan
8
dilakukan jika tanah memadat. Tanah yang tergusur ke parit juga dinaikan dan
ditekan tekan dengan kaki agar tidak longsor (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
Pemeliharaan tanaman pare di lapang untuk mendapatkan hasil yang optimal
meliputi penyiangan, penyulaman, pembumbunan, pemangkasan, pembungkusan,
pembebanan, pembuatan ajir dan para-para (Santoso, 1996).
a.Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersikan semua jenis tanaman yang tumbuh
selain tanaman pare (Santoso, 1996). Tanaman jenis lain berupa rumput
rumputan, gulma, dan tanaman lainnya. Pembersihan ini dilakukan di sekitar
batang atau akar tanaman atau diantara parit-parit yang ada dengan menggunakan
tangan (dicabut) atau cangkul. Penyiangan tanaman dilakukan untuk mengurangi
atau menghindari persaingan antara tanaman pare yang ditanam dengan jenis
tanaman lain yang mungkin tumbuh di sekitar tanaman pare dalam penyerapan
unsur unsur hara, air, dan matahari (Setiawan dan Trisnawati, 1993). Penyiangan
juga dilakukan untuk menghindari tumbuhnya hama dan penyakit yang mungkin
timbul dari tanaman yang tumbuh selain tanaman pare (Santoso, 1996).
b. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk menaikan tanah yang ada di sekitar tanaman
pare agar akar tanaman dapat tertutup. Pembumbunan dilakukan setelah
penyiangan dilakukan dengan maksud untuk memperbaiki erosi tanah sekitar akar
menjadi padat akibat siraman air hujan atau air siraman tanaman (Santoso, 1996).
Pembumbunan dilakukan dengan cara meracah tanah dengan cangkul, perecahan
dilakukan jika tanah memadat. Tanah yang tergusur ke parit juga dinaikan dan
ditekan tekan dengan kaki agar tidak longsor (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
c. Pemasangan turus
Tanaman pare merupakan tanaman merambat dan menjalar, oleh karena itu
diperlukan suatu tempat dimana nantinya buah pare tersebut dapat bergantung
dengan baik, sehingga pertumbuhan buah pare dapat maksimal. Turus dibuat
untuk sarana merambatnya batang utama tanaman pare, sedangkan para-para
digunakan untuk menjalarnya tunas-tunas dari batang utama yang nantinya akan
menghasilkan buah pare. Tinggi turus dan para-para berkisar 1,5-2 m. Hal ini
9
dengan mempertimbangkan agar mudah dalam pemeliharaan tanaman terutama
pada waktu panen dan mudah dalam mengontrol tanaman dari gangguan hama
dan penyakit tanaman. Berbagai macam cara dan bentuk pembuatan turus dan
para-para. Bahan yang dipakai sebaiknya bambu dengan ukuran sedang sebagai
penghubung antara tanaman satu dengan yang lainnya diberikan tali (Santoso,
1996).
d. Penyulaman
Setelah berumur satu minggu setelah tanam, pare perlu dikontrol dengan
melihat kembali pertumbuhannya. Pare yang pertumbuhannya jelek atau mati
perlu dilakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan dengan mencabut tanam
yang jelek atau mati kemudian diganti dengan tanaman yang baru pada bekas
lubang tanaman tersebut. Tanah digemburkan lalu disiram (Setiawan dan
Trisnawati, 1993).
e. Pemangkasan
Panjang batang pare harus diatur untuk mendapatkan hasil produksi yang
optimum. Panjang batang yang ideal adalah 2-3 m. Jika panjang telah melebihi
batas tersebut, maka harus dipangkas karena tidak akan produktif lagi dalam
menghasilkan bunga. Bagian yang dipangkas adalah pucuknya. Pemangkasan
dilakukan dengan menggunakan tangan atau gunting. Tunas yang tumbuh ke
samping setelah pemangkasan dirambatkan ke kiri atau ke kanan. Perambatan
awal dapat menggunakan tali (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
f. Pembungkusan
Buah pare yang mulus dan permukaan kulit tidak bolong dapat dihasilkan
dengan pembungkusan buah pare. Tindakan pembungkusan buah pare ini
dimaksudkan untuk mencegah serangan lalat buah yang menyerang buah pare
pada waktu usia muda. Bahan pembungkus dapat digunakan kertas atau daun
pisang yang telah kering (klaras). Waktu ideal dilakukan pembungkusan adalah
pada waktu tanaman telah menghasilkan buah pare dengan ukuran batang korek
api, atau kurang lebih berumur kira kira 1,5 bulan (Santoso, 1996).
10
g. Pemupukan
Selain pupuk dasar, tanaman pare juga diberi pupuk susulan berupa campuran
urea, TSP, KCl, dengan perbandingan 1:2:3 untuk tanah berpasir, sedangkan
untuk tanah liat komposisinya 1:2:1 (Setiawan dan Trisnawati, 1993) atau dengan
perbandingan 2:2:8 (Santoso, 1996). Setiap tanaman diberi10 g pupuk campuran
tersebut (Setiawan dan Trisnawati, 1993) atau dengan dosis 15 g per tanaman
(Sunarjono, 2010). Pupuk susulan pertama diberikan ketika tanaman berumur tiga
minggu bersamaan dengan penyiangan, dan pembumbunan (Setiawan dan
Trisnawati, 1993) atau pada saat tanaman berumur satu bulan (Sunarjono, 2010).
Pupuk diberikan dengan cara dibenamkan sedalam ± 5 cm dan berjarak ± 10
cm dari batang tanaman. Pupuk campuran tersebut diberikan lagi dua minggu
kemudian dengan dosis setengah pupuk susulan pertama. Selain pupuk tersebut
juga diberikan pupuk mujemuk NPK dengan dosis 5 g/tanaman. Pupuk majemuk
ini diberikan dua minggu setelah pemupukan susulan yang pertama. Interval
pemberiannya dua minggu sekali sampai tanaman berusia empat bulan. Pupuk
daun juga diberikan untuk pelengkap nutrisi. Interval penyemprotannya satu
minggu sekali. Pupuk daun diberikan pada pagi atau sore hari pada saat cuaca
cerah (Setiawan dan Trisnawati, 1993). Menurut penelitian Heidari dan
Mohammad 2012, pertumbuhan, hasil buah, dan nutrisi yang terkandung dalam
pare akan meningkat dengan aplikasi pupuk urea dengan dosis 150 kg/ha dalam
satu kali tanam. Pemupukan terbaik diberikan pada saat tanaman tumbuh berdaun
2-4 helai, saat tanaman berbunga dan saat tanaman berbuah. Pemupukan tersebut
lebih efisien secara ekonomi.
Pemupukan susulan pupuk organik, baik pupuk kandang maupun pupuk
kompos dilakukan dua minggu sekali. Pemberian pupuk organik dilakukan
dengan memberikan pupuk pada tanah sedalam 2 cm kemudian ditutup kembali
dengan tanah pada daerah sekitar tanaman. Siram dengan air agar tanah tetap
lembab (Prasetio, 2013).
h. Hama dan penyakit
Hama dan penyakit merupakan kendala utama dalam usaha bercocok tanam.
Penanggulangan hama dan penyakit yang tidak tepat akan berkibat gagal panen
11
(Prasetio, 2013). Hama merupakan seluruh binatang yang merugikan tanaman
budidaya, sedangkan penyakit merupakan semua gangguan pada tanaman
budidaya yang disebabkan oleh jamur, virus, bakteri dan juga karena kekurangan
unsur-unsur hara. Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman pare
(Setiawan dan Trisnawati, 1993).
Hama yang menyerang tanaman pare antara lain :
1. Ulat Grayak (Spodoptera litura/Prodenia litura)
Ulat grayak merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman pare. Ulat
ini menyerang pada malam hari, sedangkan pada siang hari ulat ini bersembunyi
di dalam tanah. Daun pare merupakan bagian tanaman yang diserang. Dalam
kondisi serangan berat semua daun pare habis dimakannya,karena sifat hama ini
adalah hampir semua jenis daun tanaman diserangnya (Santoso, 1996).
Pemberantasan hama ini dapat dilakukan secara mekanis yaitu telur-telur yang
baru menetas diambil bersama-sama dengan daun yang menempel. Pengambilan
telur-telur ini jangan sampai terlambat sebab kalau terlambat ulat menjadi besar
dan bersembunyi di dalam tanah.
Pemberantasan hama ini dapat juga dilakukan secara biologis yaitu dengan
menyemprotkan Bacillus thungiriensis atau Borelinevirus litura. Secara kimia
disemprot dengan pestisida azodrin 2cc/L (Setiawan dan Trisnawati, 1993) atau
dengan pestisida organik (Prasetio, 2013). Tindakan preventif dapat dilakukan
dengan membersihkan gulma agar tidak menjadi tempat berkembang biak dan
bersembunyi (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
2. Lembing (Epilachna sparsa)
Lembing merupakan salah satu hama tanaman pare yang menyerang dengan
memakan daun. Tanaman inangnya antara lain ialah bayam, kacang panjang,
kangkung, kentang, terung, mentimun, tomat, semangka, paria, dan oyon. Daun
pare yang terserang hanya tersisa tulang daun dengan jalur-jalur kecil mesofilnya.
Daun menjadi kering dan kecoklat-coklatan, akhirnya produksi buah menjadi
turun.
Beberapa cara pengendaliannya adalah dengan menangkap telur, larva dan
lembing dengan tangan lalu dimatikan, menggunakan musuh alaminya, yaitu jenis
12
tabuhan yang menjadi parasit telur, larva dan pupa. Melakukan rotasi tanaman da
menyemprot dengan insektisida seperti Carbaryl, Carbophenation, Achepat, atau
Trichlorphon (Setiawan dan Trisnawati, 1993). Pengendalian secara organik yaitu
dengan memetik daun yang terserang kemudian menyemprot dengan pestisida
organik (Prasetio, 2013).
3. Kumbang (Aulacophora similis)
Aulacophora similis merupakan kumbang yang menimbulkan kerusakan
cukup serius pada pertanaman curcubits. Serangan larva dapat menyebabkan
tanaman yang masih muda sangat merana dan mengalami kematian sejak fase
kecambah. Gejala serangan yaitu tanaman menjadi layu karena jaringan akarnya
dimakan larva dan daunnya dimakan kumbang. Pengendalian dilakukan dengan
menyemprotkan insektisida Curacon 500 EC. Pengendalian mekanis dapat
dilakukan dengan gropyokan dengan menangkap kumbang yang sedang
menyerang (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
4. Kepik (Leptoglossus australis)
Kepik kaki-daun (Leptoglossus australis) merupakan kepik yang mempunyai
banyak jenis tanaman inang, mencakup tanaman dan tumbuhan liar.
Gejala serangan kualitas buah menurun, bekas serangan hama sering ditumbuhi
cendawan Nematospora, akhirnya buah menjadi busuk. Pengendaliannya dengan
menyemprotkan racun kontak seperti azodrin dengan dosis 2 cc/L. Penyemprotan
dilakukan setelah ada gejala serangan kepik ini (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
5. Lalat buah (bactroceradorsalis).
Lalat buah mempunyai nama umum oriental fruit fly. Akibat dari serangan
lalat buah, yakni buah akan mengalami salah bentuk atau gugur sebelum masak.
Organisme pembusuk biasanya akan masuk melalui luka dan menyebabkan
kualitas buah menjadi sangat rendah. Lalat buah meletakkan telurnya di luar kulit
buah pada kedalaman kira-kira 6 mm. Setelah menetas larva akan mengoyak
daging buah (Tjahjadi, 1989).
Gejala serangan adalah daging buah tidak dapat dimakan karena busuk dan
berair dengan ratusan belatung. Tampak luar daging buah sehat tapi setelah di
buka terlihat daging buah penuh dengan belatung. Pengendalian lalat buah ini
13
adalah dengan membungkus tanaman pare pada waktu buah berukuran batang
korek api dengan menggunakan kertas atau daun pisangyang telah kering (klaras).
Menggunakan insect trap yang ditaruh disekitar tanaman pare, sehingga lalat buah
yang ada disekitar dapat ditangkadan mati dalam tangkapan tersebut. Penyiangan
dan pembubunan serta memelihara kebersihan sekitar tanaman dari gulma dan
sisa tanaman yang membusuk, sebab kondisi seperti itu sesuai dengan tumbuh dan
berkembangnya lalat buah (Santoso, 1996). Hama ini mempunyai musuh alami
berupa lalat parasit braconit (Opius fletcheri), dan tabuhan parasit chalcit
(Spalangia hirta) (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
6. Siput (Pamarion pupillaris Humb)
Pamarion pupillaris merupakan siput dengan warna cokelat kekuningan atau
cokelat keabuan. Panjang siput ini mencapai 5 cm. Siput ini termasuk pemakan
segala tanaman atau polifag (Pracaya, 2008). Gejala serangan yaitu tanaman
terutama dipersemaian terkoyak, lalu mati. Pengendaliannya adalah siput
ditangkap lalu dicacah dagingnya dapat digunakan untuk makanan ayam. Dapat
pula diberantas dengan racun kontak yang dicampur dengan dedak. Racun kontak
tersebut adalah mesurol dengan bahan kimia methiocarbdengan dosis 2 gram/1
liter air yang dicampur dengan dedak halus (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
7. Hama yang menyerang tanaman pare adalah Hama Kutu Daun .
Kutu Daun (Aphis gossypii Glover) berwarna hijau mudah sampe hitam dan
kuning dengan ukuran 0,8 mm, sifat hama yang mempunyai kisaran inang cukup
luas atau banyak inang, sehingga agak sulit dikendalikan. Daun pare merupakan
bagian tanaman yang diserang, karena sifat hama ini adalah hampir semua jenis
daun tanaman diserang. Gejalah serangan kutu daun adalah pucuk daun menjadi
keribut, keriting, menggulung dan pada serangan yang berat menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat, layu bahkan mati.
14
Tanaman inang dari penyakit ini diantaranya, jagung, gandum, semangka, melon,
ketimun dan sayuran rambat lainnya (Tjahjadi, 1989).
Gejala penyakit dapat terjadi lokal atau sistemik, serangan pada daun
menunjukkan gejala bercak-bercak kuning, lalu berubah warna menjadi cokelat
kemerahan, dan akhirnya tanaman mati. Apabila tanaman tidak mati maka buah
yang terbentuk menjadi tidak normal, rasanya hambar dan aroma tidak ada.
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Pseudoporonospora cubensis, penyebaran
cendawan ini melalui spora yang tertiup angin pada keadaan cuaca kering.
Pengendaliannya dengan memangkas tanaman yang sakit kemudian
membakarnya. Menyemprot dengan fungisida misalnya Benlante berdosis 2 g/L
air, dengan frekuensi penyemprotan 3-5 hari sekali pada musim hujan dan 10-14
hari sekali pada musim kemarau. Tindakan preventif dilakukan dengan menanam
varietas yang resisten dan mengadakan pergiliran tanaman (Setiawan dan
Trisnawati, 1993).
2. Penyakit Embun Tepung (Powdery mildew)
Penyakit embun tepung merupakan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
cendawan Oidium spp. dan Erysiphe spp. Tanaman inang dari cendawan ini terdiri
dari famili Compsitae, Solanaceae,Cucurbitaceae, Graminae, tanaman karet dan
jeruk (Tjahjadi 1989).
Gejala awal ditandai dengan adanya tepung putih pada daun terbawah. Daun
yang terserang menjadi kuning, coklat dan akhirnya mengering. Batang pun
diserang tepung ini. Batang seperti dilapisi tepung. Tanaman akan lemah dan mati
atau buahnya tidak normal. Penyebab gejala ini adalah cendawan Oidium sp.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan beberapa cara yakni, mengurangi
kelembaban di sekitar tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam dan drainase
yang baik, membuang bagian tanaman yang terserang, serta menanam varietas
yang resisten dan menyemprot dengan fungisida sulfur dosis 2 g/L sebagai
penyembuhan dan pencegahan (Setiawan dan Trisnawati 1993).
3. Penyakit antraknosa
Antraknosa merupakan penyakit yang menyebabkan noda hitam dan cekungan
luka pada daun, batang, bunga dan buah. Antraknosa banyak menginfeksi
15
tanaman jenis semak, tanaman buah-buahan dan sayuran. Gejala infeksi
antraknosa bervariasi tergantung tanaman inang, cuaca dan waktu terjadinya
infeksi. Cendawan penyebab antraknosa dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman (Crump, 2009).
Gejala penyakit ini daun bernoda hitam. Tidak hanya batang tetapi buah juga
dapat terserang oleh penyakit ini saat kondisi serangan berat. Serangan lebih berat
dapat terjadi pada musim hujan. Gejala penyakit ini disebabkan oleh cendawan
Collectrichum sp. Pengendaliannya adalah dengan memusnahkan tanaman yang
terserang, pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan fungisida Benlate
dengan dosis 2 g/L. Pemisahan tanaman yang sakit, dan mengatur sirkulasi udara
dan sinar matahari dapat mengeringkan permukaan daun lebih cepat sehingga
pertumbuhan jamur akan tertekan (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
4. Penyakit layu
Fusarium adalah salah satu genus cendawan berfilamen yang banyak
ditemukan pada tanaman dan tanah. Cendawan Fusarium sp. merupakan patogen
tular tanah yang termasuk parasit lemah. Cendawan akan tumbuh dan berkembang
pada bagian tanaman dan menular ke bagian tanaman lain.
Gejala layu tampak pada ujung daun, kemudian seluruh daun akan mengkerut
lalu mengering. Tanaman akan mati sejak beberapa saat terinfeksi. Menyerang
tanaman bibit yang baru kecambah, tanaman muda dan tanaman yang telah
dewasa. Penyebab penyakit ini disebabkan oleh Fusarium sp. Pengendalian
dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang, menyiram larutan
fungisida Benlate 2 g/l ke tanah bekas tanaman yang terkena penyakit dan
menggunakan benih yang tahan terhadap serangan patogen (Setiawan dan
Trisnawati, 1993).
5. Penyakit yang disebabkan oleh Virus.
Virus mosaik pare mempunyai kisaran inang yang sangat luas, terdapat pada
tanaman sayuran, tanaman hias dan tanaman buah-buahan. Selain menyerang
tanaman ketimun, virus mosaik ketimun juga dapat menyerang melon, labu, cabai,
bayam, tomat, seledri, bit, tanaman polong-polongan, pisang, tanaman famili
16
Crucifereae, delphinium, gladiol, lili, petunia, zinia dan beberapa jenis gulma
(Suhara, 2017).
Gejala serangan jelas pada daun-daun muda. Serangan virus ini menyerang
pada saat pertumbuhan yakni bibit, tanaman muda atau tanaman yang telah
menghasilkan buah. Bibit tanaman yang terserang biasanya tidak tumbuh normal.
Penyebab gejala tersebut adalah cucumber mosaic virus (CMV). Pengendaliannya
dilakukan dengan cara memusnahkan tanaman yang terserang, memberantas
vektor virus (serangga), menyeleksi bibit yang akan di pindah ke lapang dan
pemupukan yang seimbang (Setiawan dan Trisnawati 1993).
i. Panen Dan Pasca Panen
Pemetikan buah pare sangat tergantung pada pemanfaatan buah pare tersebut.
Apabila pare yang akan dipanen digunakan untuk konsumsi maka sebaiknya pilih
pare yang bintil-bintil dan keriputnya masih agak rapat dengan galur-galur yang
belum lebar. Panjangnya antara 25-30 cm dan diameternya 3 -5 cm. Apabila pare
yang dipetik digunakan untuk benih maka pilih pare yang besar, sehat dan matang
sempurna (Santoso 1996).
Tanaman pare yang telah berumur 1,5 bulan biasanya telah berbunga dan
diharapkan 1 bulan kemudian buah pertama dapat dipetik. Untuk panen kedua,
ketiga dan seterusnya dengan interval 6-7 hari. Bila tanaman subur maka tanaman
pare dapat di panen selama 4 bulan (Setiawan dan Trisnawati, 1993). Panen pare
yang terlambat akan menyebabkan buah pare tidak enak dimakan.
Tanaman yang terawat dengan baik akan menghasilkan 30 buah pare setiap
pohon (Sunarjono, 2010). Pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari
(Prasetio, 2013). Cara pemanenan harus diperhatikan dengan baik karena hal ini
menentukan kualitas tanaman pare yang akan dipasarkan. Pemetikan sebaiknya
dilakukan dengan menggunakan alat potong yang tajam. Hindari dengan cara
menarik atau memilin tangkai pare, karena dapat menyebabkan memar yang pada
akhirnya akan menarik cendawan atau penyakit lain kedalam bagian tangkai yang
memar. Hasil pemetikan ditaruh keranjang atau tempat yang bersih dan disusun
dengan berselang-seling dan sejajar (Setiawan dan Trisnawati 1993).
17
Buah pare yang akan dipetik sebaiknya ditaruh pada suatu wadah. Untuk
keperluan pasar tradisional sebaiknya digunakan karung-karung yang bersih yang
dijahit dengan plastik (Setiawan dan Trisnawati, 1993). Pare disusun berdiri
dalam karung, hal ini menghindari pare tertimbun dengan beban berat diatasnya.
Saat mengangkat atau menaruh jangan sampai dilempar untuk menghindari
memar pada buah pare. Untuk memenuhi konsumsi pasar supermarket sebaiknya
dikemas dengan menggunakan plastik tipis dan tembus pandang. Sebelum
dikemas dengan plastik sebaiknya pare dibersihkan dari kotoran yang menempel
pada pare, sehingga diharapkan penampilannya baik bersih dan rapi (Santoso,
1996).
18
BAB III
KEADAAN LOKASI
19
Susunan Oranisasi Yayasan Upanisada dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Susunan Organisasi Yayasan Upanisada
Nama Organisasi Jabatan
Yayasan
Drs. I Gusti Made Putra Kusuma , M. Pembina Ketua Pembina
Si
Dr. I Wayan Darmawa, M.T Pembina Anggota Pembina
I Wayan Wirasusana , S.E Pembina
Anak Agung G.S.M . Putra , S.E Pengurus Ketua Yayasan
Selain itu telah disahkan sebagai Badan Hukum oleh Kementerian Hukum dan
HAM RI, Yayasan juga terdaftar di Kementrian Agama RI dengan tanda daftar
nomor : 787/DJ ./N /BA.00/11/2017,tanggal 23 november2017 dan tanda daftar
dari Dinas Sosial Kota Kupang Nomor 28, tanggal 22 September 2020.
Lembaga Pendidikan dibawah naungan Yayasan :
a. TK Hindu Saraswati Pratama Widya Pasraman berdiri tanggal 14 juli 2008 dan
telah terakreditasi B, saat ini lagi mempersiapkan Reakreditasi.
b. SD Hindu Saraswati Adi Widya Pasraman berdiri tanggal 17 juli 2017 dan
telah terakreditasi A pada tahun 2019.
20
Suatu usaha atau kegiatan dapat terlaksana dengan baik apabila didukung oleh
struktur kerja yang jelas mengenai tugas dan wewenang masing-masing bagian.
Struktur organisasi Yayasan Upanisada tertera pada Gambar 3.1.
Sekretaris Bendahara
Dr. I Gusti Made Budiana NI Nyoman Yuliani
S.Farm, Apt, M.Si
Anggota
Gede Arya Bawa S.Sos, M.H
21
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA PARE VARIETAS RADEN F1
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan secara manual dengan cara mencangkul tanah
atau membolak-balikkan tanah menggunakan pacul dan menghancurkan
22
bongkahan-bongkahan tanah menggunakan linggis, pada lahan seluas 138 m2.
Pengolahan tanah bertujuan memperbaiki struktur tanah dan menciptkan kondisi
fisik, kimia dan biologis tanah agar menjadi lebih baik. Kegiatan dapat dilihat
pada Gambar 4.2.
3. Pembuatan Bedeng
Tujuan pembentukan bedeng yaitu membuat media tanah menjadi lebih rapi
dan tertata, sebagai alat untuk menjaga kelembaban tanah, mengatur sirkulasi
udara didalam tanah dan dapat mengatur irigasi. Luas lahan sebesar 138 m 2
kemudian dibuat menjadi 4 bedeng dengan ukuran masing-masing panjang 23 m,
lebar bedengan 1 m, lebar drainase 50 cm. Tinggi bedengan yaitu 30 cm, dibuat
dengan cara tanah di cangkul pada bagian pinggir kemudian diratahkan dengan
menggunakan sekop. Kegiatan dapat dilihat pada Gambar 4.3.
23
mengetahui jumlah benih yang digunakan dan mempermuda dalam pemeliharaan
terutama dalam penyiangan, dalam satu bedeng dibuat 1 baris lubang tanam.
Jumlah lubang tanam dalam satu bedeng ada 50 lubang tanam. Jarak dari ujung
bedeng ke lubang tanam 25 cm. kegiatan dapat dilihat pada Gambar 4.4.
5. Pemupukan Dasar
Tujuan pemberian pupuk dasar yaitu untuk memperbaiki susunan tanah,
menyediakan unsur hara makro dan mikro pada awal pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan pertumbuhan tanaman karena unsur hara yang sudah tersedia.
Pemberian pupuk dilakukan sebelum tanaman ditanam. Pupuk dasar yang
digunakan berupa kotoran sapi dengan dosis 1 kg/lubang tanam. Kemudian
mencampurkan kembali pupuk kandang dengan tanah. Pupuk kandang yang
digunakan untuk satu bedeng adalah 50 kg, sedangkan untuk 4 bedeng adalah 200
kg. kegiatan dapat dilihat pada Gambar 4.5.
6. Penanaman Pare
Kegiatan penanaman diawali dengan pembuatan lubang tanam menggunakan
kayu sedalam 5 cm dengan jarak tanam 45 cm, satu bedeng terdapat 1 baris,
24
dalam 1 baris terdapat 50 lubang tanam, total populasi dalam 4 bedeng adalah 200
populasi. Kegiatan dapat dilihat pada Gambar 4.6.
b. Penyulaman
Tujuan penyulaman yaitu menggantikan tanaman yang mati, rusak, tidak
tumbuh dan yang tidak sehat dengan menggunakan benih baru. Penyulaman benih
25
pare dilakukan pada saat tanaman berumur 9 MST. Pare yang tidak tumbuh
terdapat sembilan tanaman. Kegiatan penyulaman dilakukan dengan cara
menanam benih pare pada lubang tanam tanaman yang tidak tumbuh. Kegiatan
dapat dilihat pada Gambar 4.8.
26
menjadi subur, menghancurkan pori-pori tanah yang keras, membantu
mengalirkan udara didalam tanah agar media tanah bisa melakukan pertukaran
udara didalam tanah dengan lacar. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman
berumur 2 MST bersamaan dengan penggemburan tanah. Penyiangan dapat
dilakukan secara manual dengan mencabuti rumput yang tumbuh menggunakan
tangan. Penyiangan dilakukan dengan mengunakan kayu yang ujungnya
diruncingkan untuk membolak-balikan tanah. Kegiatan dapat dilihat pada Gambar
4.10.
27
pengocoran dengan takaran 1 kg pupuk NPK mutiara16-16-16 dilarutkan dalam
10 liter air. Dosis yang diberikan pada tanaman yaitu 240 ml/ tanaman. Kegiatan
dapat dilihat pada Gambar 4.12.
28
banyak inang, sehingga agak sulit dikendalikan. Daun pare merupakan bagian
tanaman yang diserang, karena sifat hama ini adalah hampir semua jenis daun
tanaman diserang. Gejala serangan kutu daun adalah pucuk daun menjadi keriput,
keriting, menggulung dan pada serangan yang berat menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat, layu bahkan mati.
Pertumbuhan tanaman yang tidak serentak juga dapat mempengaruhi
perkembangan kutu Daun. Karena tanaman berada pada fase pertumbuhan yang
tidak serentak sehingga makanan kutu daun selalu tersedia. Pengendalian hama
ini dapat dilakukan secara kimia disemprot dengan isektisida alika. Dengan cara
mencampurkan 3 ml alika lalu dituangkan kedalam sprayer (tangki semprot),
kemudian menambahkan air sebanyak 15 L. selanjutnya diaplikasikan ketanaman
pare pada waktu pagi hari sebelum tanaman terkenah sinar matahari. Pengendalian
hama ini dilakukan pada saat tanaman berumur 17 hari setelah tanam dan karena
hamanya tetap ada bahkan bertambah banyak maka dilakukan penyemprotan lagi
pada saat tanaman berumur 21 setelah tanam menggunakan insektisida dengan
merek dagang Alika tetapi dengan dosisnya 7 ml Alika dicampur dengan 10 liter
air. Kegiatan dapat dilihat pada Gambar 4.3.6.
29
dengan menggunakan gunting atau alat potong yang tajam. Kegiatan dapat dilihat
pada Gambar 4.15.
30
31
BAB V
ANALISIS USAHA TANI
Total 112.289
Biaya
Sumber : Data Olahan Tahun 2021
32
Tabel 5.2. Biaya Variabel
No Jenis barang Jumlah Satuan Harga/ satuan Total
(RP)
1 Benih pare 4 Bungkus 50.000 200.000
2 Pupuk urea 1 Kg 15.000 15.000
3 Pupuk NPK 5 Kg 13.000 65.000
4 Tali bell 1 Rol 30.000 30.000
5 Bensin 60 Liter 6.000 360.000
Total 718.000
Sumber : Data Olahan Tahun 2021
5.4. penerimaan
Jumlah tanaman pare yang dibudidayakan pada lahan seluas 138m2 adalah
sebanyak 196 tanaman. Produksi tanaman setelah dipanen 1.000 buah dengan
harga jual satu kumpul 4 buah RP. 10.000. Jadi total jumlah seluruhnya .
Penerimaan = produksi total x harga jual
= 250 kumpul x Rp. 10.000
= RP. 2.500.000
33
Keuntungan = penerimaan – biaya produksi total
= RP. 2.500.000 - RP. 830.289
= RP. 1.669.711.
34
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Hasil
Kgiatan PKL telah dilaksanakan selama 2 bulan di kebun Yayasan Upanisada
dan kegiatan utama yang dilakukan yaitu budidaya Pare Varietas Raden F1dengan
jumlah populasi awalnya 200 tanaman dan dalam budidaya terdapat 4 tanaman
yang mati akibat terserang hama kutu daun sehingga populasinya tersisa 196
tanaman.
Budidaya tanaman pare dilakukan dilahan seluas 138 m 2 dengan Jumlah
bedengan adalah 4 bedeng yang diolah dan jumlah populasi 196 tanaman.
Produksi pare sebanyak 1.000 buah untuk satu periode tanam dan dipasarkan
langsung ke konsumen. Harga jual pare pekumpul Rp. 10.000 dalam satu kumpul
terdapat 4 buah pare.
Berdasarkan hasil analisis usahatani pada budidaya tanaman pare selama 2
bulan di Yayasan Upanisada mendapatkan nilai R/C Ratio yang peroleh sebesar
3,01 artinya setiap pengeluaran sebesar Rp. 1, menghasilkan penerimaan sebesar
3,19 atau dengan kata lain setiap pengeluaran sebesar Rp. 830.289 menghasilkan
penerimaan sebesar Rp. 2.500.000. Nilai R/C ratio ≥ 1 menunjukan tanaman pare
layak diusahakan.
6.2. Pembahasan
Budidaya tanaman pare varietas raden F1 di lokasi praktik kebun Yayasan
Upanisada yang berjumlah 196 populasi yang ditanam pada lahan seluas 138 m 2
dengan mendapatkan hasil yang cukup baik, namun ada beberapa masalah dan
kendala yang dijumpai dan perlu mendapatkan perhatian sehingga hasilnya bisa
lebih maksimal . adapun masalah-masalah tersebut yaitu meliputi persiapan benih,
penanaman, pengendalian hama dan pemasaran.
Budidaya tanaman pare dengan luas lahan 138 m 2 dan 200 lubang tanam yang
ditanami pare terdapat 6 tanaman yang tidak tumbuh atau mati selama satu
periode tanam, beberapa faktornya antara lain tidak melakukan upaya pemberian
35
perlakuan pada benih sebelum ditanam agar benih tumbuh menjadi lebih cepat,
seragam dan sehat. Pemberian perlakuan sebelum tanam juga dapat memberikan
perlindungan awal terhadap serangan hama pada benih. Pemberian perlakuan
dapat dilakukan dengan cara merendam benih pare selama satu malam dengan
menggunakan air.
Penanaman pare dilokasi PKL (kebun Yayasan Upanisada) dilakukan dengan
cara memasukkan satu benih kedalam setiap lubang tanam. Ada beberapa benih
yang tidak tumbuh, oleh karena itu dilakukan penyulaman. Tanaman yang mati
atau tidak tumbuh dapat disebabkan karena teknik pemeliharaan yang tidak tepat
dalam hal ini yaitu penyiraman menggunakan selang dengan air yang sangat
deras. Penyulaman menggunakan benih juga menyebabkan perbedaan umur pada
tanaman pare.
Kendala yang dihadapi dilapangan selama PKL kegiatan budidaya pare yaitu
terdapat perbedaan umur pada beberapa tanaman pare, hal tersebut dikarenakan
proses penyulaman menggunakan benih.
Sistem pemasaran di lokasi PKL dilakukan dengan cara menawarkan produk
(buah pare) kepada masayarakat sekitar dan melakukan penawaran secara online.
Akibatnya pare yang dipanen tidak menentu atau stabil karena harus disesuaikan
dengan permintaan
36
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
Berdasarkan hasil praktik kerja lapang yang telah dilakukan di Yayasan
Upanisada maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Kegiatan budidaya pare varietas Raden F1 yang dilakukan selama 2 bulan di
kebun Yayasan Upanisada, desa Tanah Merah, kecamatan Kupang Tengah,
kabupaten Kupang telah dilakukan dengan baik meliputi, persiapan lahan,
pembentukan bedeng, penanaman, penyulaman, pemeliharaan, panen dan
pemasaran.
Analisis kelayakan usaha dari teknik budidaya tanaman pare varietas Raden
F1 memperoleh nilai R/C Ratio sebesar 3,01 artinya usahatani yang dilakukan
mengalami keuntungan secara ekonomi dan layak diusahakan.
7.2. Saran
Berdasarkan hasil praktik kerja lapang yang telah dilakukan di Yayasan
Upanisada maka penulis dapat menyarankan kepada pekerja di Yayasan
Upanisada, Desa Tanah Merah, kecamatan Kupang Tengah, kabupaten Kupang
antara lain :
1. Saat melakukan pengendalian hama dan penyakit sebaiknya para pekerja
Mengunakan masker dan kaca matasehingga tidak timbul efek samping
untuk para pekerja.
2. Melakukan pengendalian hama dan penyakit lebih cepat agar tidak
menyebar ke tanaman lainnya.
3. Penyediaan sumur sebagai sumber air utama harus sering dibersihkan
secara rutin dari kotoran dan lumpur agar tidak terjadi penyumbatan pada
pipa maupun mata air pada dasar sumur.
37
DAFTAR PUSTAKA
Hernawati 2014. Potensi Buah Pare ( Momordina charantina L.) sebagai Herbal
Antifertilisasi. Skripsi Jurusan Pendidkan Biologi FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Prasetio, B. 2013. Farm Big Book Budidaya Sayuran Organik Di Pot. Lily
Publisher,Yogyakarta.
Setiawan A.I dan Tisnawati Y. 1993. Pare dan Labu. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soeseno,S.,1991, Pare Sebagai Jamu dalam Majalah Trubus No257 Tahun XXII,
April 1991.
Sutejo, M.M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Cet 8 Rineka Cipta. Jakarta.
38
Lampiran 1. Dokumentasi pelaksanaan PKL
39
Penyulaman
Penyiraman
40
Pengendalian Hama Panen
Pemasaran
41