Anda di halaman 1dari 11

M AK ALAH

EKOLOGI PERTANIAN
ALELOPATI

Disusun oleh :
Mimid Haryanto
C1011131018

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Judul makalah ilmiah ini yang saya ambil adalah Pengaruh Sosial Budaya
Masyarakat Terhadap Pertanian.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi Mahasiswa/i Universitas Tanjungpura dalam memenuhi tugas
terstruktur

(Mata Kuliah Ekologi Pertanian). Ucapan terimakasih tidak lupa saya

sampaikan kepada bapak Dr. Tatang Abdurrahman,SP,MP selaku dosen Ekologi


Pertanian.
Saya menyadari atas kekurangan kemampuan saya dalam pembuatan makalah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi saya apabila mendapatkan kritikan
dan saran yang membangun agar makalah ini akan lebih baik lagi untuk tugas membuat
makalah berikutnya.
Demikian akhir kata dari saya, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak
dan sebagai media pembelajaran dalam dunia pertanian.

Pontianak, 26 Nopember 2014

Penulis
Mimid Haryanto

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman disekitarnya dan senyawa yang bersifat
alelopati disebut alelokimia (Kurniasih,2002). Sedangkan menurut Rice (1995),
Inderjit & Keating (1999) dan Singh et al (2003) mendefinisikan alelopati sebagai
pengaruh langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan
lainnya, baik yang bersifat positif maupun negatif melalui pelepasan senyawa kimia
ke lingkungannnya (Junaedi et al., 2006).
Beberapa
menghambat

senyawa

alelopati

pertumbuhan

yaitu

menghambat
dengan

pembelahan

mempengaruhi

sel-sel

pembesaran

akar,
sel,

menghambat respirasi akar, menghambat sintesis protein, menghambat aktivitas


enzim, serta menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan
(Soetikno, 1990).
Narwal (1999) dan Cipollini, et.al. (2008) menyatakan bahwa efek
penghambatan senyawa alelopati pada organisme target bisa terjadi secara langsung
maupun tidak langsung, namun bagaimana penghambatan terjadi di alam belum bisa
diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan terdapat faktor lain selain alelokimia
yang bisa menghambat pertumbuhan diantaranya kompetisi, faktor biotik, dan
abiotik (Brooks, 2008) sehingga penelitian bioassay penting dilakukan untuk
mengevaluasi potensi alelokimia tersebut.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.

Mengetahui jenis tanaman yang mengandung alelopati


Mengetahui dampak dari alelopati
Mengetahui mekanisme alelopati
Memahami asal dari alelopati

BAB II

ALELOPATI
A. Tumbuhan yang Mengandung Alelopati
Jenis pohon yang mengandung senyawa alelopati memiliki beberapa kelompok
bahan biokimia yang khas terhadap organisme lain : pertama, senyawa yang
mengandung anti-biotik (jasad renik kepada jasad renik);

kedua koloni

(berkelompok); ketiga, senyawa fitosianida (sumber bahan kimia yang berpengaruh


pada bahan kimia mikroorganisme). Kandungan senyawa Allelopati pada pohon
yang bersifat efek racun memberikan efek bagi tumbuhan sehingga mempengaruhi
perkecambahan benih, pertumbuhan akar, efektivitas simbiotik, merubah lahan
yang mengandung banyak jasad renik, dan bersifat sebagai pathologi pada
serangga. Jenis Juglans nigra menurut Isfahan and Shariati (2007) mempunyai
senyawa alelopati yang dapat mematikan tanaman Lycopersicum esculentum
(tomat) dan Medicago sativa (alfalfa). Chou dan Kuo (1986) dikutip Lambers et.all
(1998) menyatakan bahwa sumber racun alelopati pada pohon adalah daun, batang,
cabang dan akar yang mengandung asam phenol. Peranan asam fenol sangat
menarik, menurut Hay (1991) senyawa ini merupakan produk pemecahan yang bisa
mengakibatkan penghambatan terhadap pengambilan fosfat dan kalium.
Efek racun tersebut dapat terjadi karena kandungan senyawa alelopati.
Penyusun senyawa alelopati menurut Lambers et.all (1998) terdiri atas senyawa
terpenoid yang terbagi dalam beberapa kelompok seperti 1,8-cineole, camphor, pinen, -pinen, champene dan tujon. Selain itu terdapat juga senyawa alelopati
yang larut dalam air seperti o-asam koumarik, p-OH asam benzoad yang terdiri atas
asam vanilik dan asam ferulik. Bentuk aksi senyawa alelopati sangat bervariasi dan
besarnya belum semuanya diketahui. Sangat sedikit jenis tanaman yang diketahui
sebagai penghasil alelopati. Untuk bisa mengetahui tumbuhan yang berpeluang
mengandung senyawa alelopati Warnell (2002) menyebutkan tumbuhan yang
mengisi pertama kali kehidupan suksesi, jenis eksotis dan introduksi pada suatu
lahan dapat berpeluang menjadi senyawa alelopati. Senyawa lain yang berperan
sebagai alelopati adalah Kelompok fenol yang berperan dalam penghambatan
perkecambahan kelompok rumput-rumputan dan herba.

Adapun beberapa contoh tumbuhan yang memiliki alelopati antara lain sebagai
berikut.
Jenis tanaman

Dampak

Mimba
(Azadirachta

Menghambat tanaman yang tumbuh dalam

indica) dan

jarak 5 meter.

eukaliptus

Bubuk daun mangga kering dapat


Mangga

menghambat pertumbuhan teki ladang


sepenuhnya.

Residu brokoli dapat mencegah fungi


Brokoli

Verticillium penyebab penyakit layu pada


beberapa tanaman sayur, contohnya
kembang kol dan brokoli sendiri.

Gandum dan

Penekanan pertumbuhan gulma apabila


gandum tersebut digunakan sebagai

gandum hitam
Lantana atau
Saliara

tanaman pelindung atau mulsa.


Akar dan tunas tanaman ini dapat
mengurangi perkecambahan gulma anggur
dan gulma lainnya.
Tanaman Leucaena yang ditanam secara

Golongan

bersilangan dengan tanaman pangan di

Leucaena,

dalam sistem tumpang sari dapat

contohnya

mengurangi hasil panen gandum dan kunir,

lamtoro

namun meningkatkan hasil panen jagung


dan padi.

B. Dampak alelopati

Foto

Alelopati mampu menurunkan perkecambahan benih dan memperlama waktu


untuk berkecambah maupun kemunculan bibit di permukaan tanah dibanding tanpa
alelopati, karena aelopati mengakibatkan hambatan aktivitas enzim-enzim yang
melakukan degradasi cadangan makanan dalam benih sehingga energi tumbuh yang
dihasilkan sangat rendah dan dalam waktu lebih lama yang selanjutnya menurunkan
potensi perkecambahan. Menurut Sastroutomo (1991) bahwa mekanisme alelopati
antara lain menghambat aktivitas enzim, bahkan menurut Fitter dan Hay (1991)
bahwa alelopati dapat menyebabkan terjadinya degradasi enzim dari dinding sel,
sehingga aktivitas enzim menjadi terhambat atau mungkin menjadi tidak berfungsi.
Hambatan fungsi enzim A amylase dan B amylase pada degradasi karbohidrat,
enzim protease pada degradasi protein, enzim lipase pada degradasi lipida dalam
benih menyebabkan energi tumbuh yang dihasilkan selama proses perkecambahan
menjadi sangat sedikit dan lambat, sehingga proses perkecambahan menurun yang
dicerminkan pada penurunan prosentase perkecambahan dan meningkatnya lama
waktu untuk berkecambah.
Selain itu Alelopati menyebabkan penurunan permiabilitas membran sel,
menghambat pembelahan, pemanjangan dan pembesaran sel, menurunkan
kemampuan penyerapan air dan unsur hara terlarut (Sastroutomo, 1991). Penurunan
permiabilitas sel akibat alelopati menjadikan sel tidak elastis sehingga menghambat
lalu lintas air dan hara terlarut melewati membran sel. Devlin dan Witham (1983)
menyebutkan bahwa permiabilitas sel yang menurun menyebabkan hambatan
lewatnya air dan hara terlarut. Hambatan tersebut terjadi pada saat proses
penyerapan unsur hara yaitu masuknya air dan hara terlarut ke sel akar maupun
transportasi unsur hara dan hasil fotosintesis diantara sel-sel jaringan pengangkut
dalam tanaman. Hambatan penyerapan unsur hara menyebabkan jumlah dan macam
unsur terserap sedikit, yang selanjutnya mengakibatkan hambatan penyusunan
senyawa, reaksi tertentu maupun proses fisiologi tanaman. Hambatan penyerapan
unsur, seperti N, S, P, Fe, Mg dan Mn mengakibatkan hambatan penyusunan
senyawa protein dan klorofil.
C. Mekanisme dan proses terjadinya Alelopati
1.
Mekanisme Alelopati

Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar
mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme (Einhellig, 1995a).
Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan
secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh
suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme
itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh
terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Weston,
1996).
Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar, batang,
daun, bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat
spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit
sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut
air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam
sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam
fenolat, asam amino non protein, sulfida serta nukleosida. (Rice,1984; Einhellig,
1995b).

Pelepasan

alelokimia

pada

umumnya

terjadi

pada

stadium

perkembangan tertentu, dan kadarnya dipengaruhi oleh stres biotik maupun


abiotik (Einhellig, 1995b).
Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme
sasaran melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi.
Setiap jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada
organ pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya (Rice, 1984; Einhellig,
1995b).
Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran
melalui serangkaian proses yang cukup kompleks, namun menurut Einhellig
(1995b) proses tersebut diawali di membran plasma dengan terjadinya
kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim
ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan
air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis.
Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan
senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh

hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan


pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan
2.

tumbuhan sasaran.
Proses terjadinya Alelopati
Proses-proses terjadinya alelopati melalui penjelasan berikut ini :
a. Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus
tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah
Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam
golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya
dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah
yang akan diserap akar.
b. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan
(eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat,
dan fenolat.
c. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang
berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil
cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada
jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
d. Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa
kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagianbagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan
dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan.
Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis
tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Selain melalui cara-cara di atas, pada tumbuhan yang masih hidup dapat
mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah
maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah mati
pun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas
tanah maupun yang di bawah tanah.

D. Penerapan Alelopati dalam Bidang Pertanian


Penerapan alelopati dalam pertanian secara garis besar adalah untuk
mengendalikan gulma dan penyakit menggunakan bahan yang berasal dari

tumbuhan atau mikroorganisme, yaitu meminimalkan serangan hama (termasuk


gulma) dan penyakit pada tanaman melalui pencegahan dan perlakuan yang
aman. Penggunaan pestisida yang berasal dari tumbuhan bersifat relatif aman,
karena berbeda dengan bahan kimia sintetis, bahan alami mudah terurai
sehingga tidak akan meninggalkan residu di tanah atau air, dan oleh karena itu
tidak menimbulkan pencemaran. Penanaman tanaman produksi maupun nonproduksi yang alelopatik terhadap gulma atau patogen bahkan dapat dikatakan
tidak menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan dan manusia, dan murah
bagi petani sehingga petani tidak perlu menambahkan input dari luar.
Pemanfaatan tanaman non-produksi alelopatik melalui rotasi tanam, cover crop,
dan tanaman sela dapat berperan ganda. Selain untuk mengendalikan gulma atau
patogen, teknik ini dapat mengoptimalkan ketersediaan unsur hara, karena kedua
jenis tanaman tersebut biasanya dipilih yang mempunyai kedalaman akar dan
kebutuhan hara yang berbeda, sehingga masing-masing mendapatkan hara dalam
jumlah cukup dan tidak terjadi eksploitasi unsur hara. Pemanfaatan sisa organ
tanaman tersebut sebagai mulsa juga dapat berperan ganda, yaitu meminimalkan
kerugian sebagai akibat radiasi matahari dengan pengelolaan iklim mikro,
pengelolaan air dan pengendalian erosi. Dengan menutup permukaan tanah
maka radiasi matahari tidak langsung mengenai tanah sehingga menurunkan
suhu tanah, mengurangi evaporasi (penguapan air tanah) dan akibatnya
ketersedian air tanah tetap memadai. Mulsa yang berasal dari bahan tanaman
juga dapat mencegah erosi, karena humus yang berasal dari mulsa merupakan
bahan organik yang memiliki retensi air yang cukup tinggi sehingga air terserap
ke dalam tanah dan tidak dapat menghanyutkan permukaan tanah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara
makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia,
alelopati juga merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang
menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain
yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu
senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.
Pemanfaatan mekanisme alelopati terutama untuk mengendalikan gulma dan/atau
patogen. Tumbuhan yang bersifat sebagai alelopat mempunyai kemampuan
bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat,
dan hasilnya semakin menurun. Namun kuantitas dan kualitas senyawa alelopati
yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan
alelopat, macam tumbuhan alelopat, saat kemunculan saat kemunculan tumbuhan
alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat,
kecepatan tumbuh tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat
(C3 atau C4).
B. Saran

Daftar Pustaka

http://hutdopi08.blogspot.com/2011/10/peranan-alelopati.html
diakses tanggal 26 Nopember 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/Alelopati
diakses tanggal 26 Nopember 2014

http://staff.unila.ac.id/janter/2012/09/10/alelopati/
diakses tanggal 26 Nopember 2014

Anda mungkin juga menyukai