EKOLOGI PERTANIAN
ALELOPATI
Disusun oleh :
Mimid Haryanto
C1011131018
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Judul makalah ilmiah ini yang saya ambil adalah Pengaruh Sosial Budaya
Masyarakat Terhadap Pertanian.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi Mahasiswa/i Universitas Tanjungpura dalam memenuhi tugas
terstruktur
Penulis
Mimid Haryanto
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman disekitarnya dan senyawa yang bersifat
alelopati disebut alelokimia (Kurniasih,2002). Sedangkan menurut Rice (1995),
Inderjit & Keating (1999) dan Singh et al (2003) mendefinisikan alelopati sebagai
pengaruh langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan
lainnya, baik yang bersifat positif maupun negatif melalui pelepasan senyawa kimia
ke lingkungannnya (Junaedi et al., 2006).
Beberapa
menghambat
senyawa
alelopati
pertumbuhan
yaitu
menghambat
dengan
pembelahan
mempengaruhi
sel-sel
pembesaran
akar,
sel,
BAB II
ALELOPATI
A. Tumbuhan yang Mengandung Alelopati
Jenis pohon yang mengandung senyawa alelopati memiliki beberapa kelompok
bahan biokimia yang khas terhadap organisme lain : pertama, senyawa yang
mengandung anti-biotik (jasad renik kepada jasad renik);
kedua koloni
Adapun beberapa contoh tumbuhan yang memiliki alelopati antara lain sebagai
berikut.
Jenis tanaman
Dampak
Mimba
(Azadirachta
indica) dan
jarak 5 meter.
eukaliptus
Gandum dan
gandum hitam
Lantana atau
Saliara
Golongan
Leucaena,
contohnya
lamtoro
B. Dampak alelopati
Foto
Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar
mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme (Einhellig, 1995a).
Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan
secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh
suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme
itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh
terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Weston,
1996).
Alelokimia pada tumbuhan dibentuk di berbagai organ, mungkin di akar, batang,
daun, bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan jenis alelokimia bersifat
spesifik pada setiap spesies. Pada umumnya alelokimia merupakan metabolit
sekunder yang dikelompokkan menjadi 14 golongan, yaitu asam organik larut
air, lakton, asam lemak rantai panjang, quinon, terpenoid, flavonoid, tanin, asam
sinamat dan derivatnya, asam benzoat dan derivatnya, kumarin, fenol dan asam
fenolat, asam amino non protein, sulfida serta nukleosida. (Rice,1984; Einhellig,
1995b).
Pelepasan
alelokimia
pada
umumnya
terjadi
pada
stadium
tumbuhan sasaran.
Proses terjadinya Alelopati
Proses-proses terjadinya alelopati melalui penjelasan berikut ini :
a. Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus
tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah
Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam
golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya
dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah
yang akan diserap akar.
b. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan
(eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat,
dan fenolat.
c. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang
berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil
cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada
jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
d. Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa
kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagianbagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan
dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan.
Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis
tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Selain melalui cara-cara di atas, pada tumbuhan yang masih hidup dapat
mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah
maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah mati
pun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas
tanah maupun yang di bawah tanah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara
makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia,
alelopati juga merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang
menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain
yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu
senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.
Pemanfaatan mekanisme alelopati terutama untuk mengendalikan gulma dan/atau
patogen. Tumbuhan yang bersifat sebagai alelopat mempunyai kemampuan
bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat,
dan hasilnya semakin menurun. Namun kuantitas dan kualitas senyawa alelopati
yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan
alelopat, macam tumbuhan alelopat, saat kemunculan saat kemunculan tumbuhan
alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat,
kecepatan tumbuh tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat
(C3 atau C4).
B. Saran
Daftar Pustaka
http://hutdopi08.blogspot.com/2011/10/peranan-alelopati.html
diakses tanggal 26 Nopember 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Alelopati
diakses tanggal 26 Nopember 2014
http://staff.unila.ac.id/janter/2012/09/10/alelopati/
diakses tanggal 26 Nopember 2014