Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH FISIOLOGI TANAMAN

Sitokinin dan Etilen

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Ir. Koesriharti, MS.

Anggota Kelompok 4:
1) Ibnu Alfian 125040201111148
2) Francilya Delolina 125040201111175
3) Hasby Alan 125040201111192
4) Fitsyadina Atria 125040201111196
5) Giovanni Noor Syaputra 125040201111202

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat


Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatNya
kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Fisiologi Tanaman yang berjudul “Sitokinin dan
Etilen” sesuai yang diharapkan.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi
tugas makalah Fisiologi Tanaman. Tidak lupa rasa terima
kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Fisiologi
Tanaman yaitu Ibu Ir. Koesriharti, MS. yang telah memberi
penjelasan dalam mengerjakan tugas makalah ini. Makalah
yang kami buat memang jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam pembuatan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk proses pembelajaran.

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan
tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara
umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon.
Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi
fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan,
hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit
di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini
karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon
endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang
bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat
tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon
eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih
suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa
Inggris plant growth regulator).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses
regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor.
Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon
tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat
1
tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai
ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan
merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri
tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup jenisnya.
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah
membantu peningkatan hasil pertanian dengan
ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki
pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat
pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup
pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan
yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan
meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi
semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu
berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk
penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman),
untuk menyebut beberapa contohnya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar
pembaca lebih memahami tentang berbagai macam Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT), dan khususnya yaitu hormon
Sitokinin dan Etilen serta manfaatnya bagi tumbuhan.
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sitokinin


Citokinin adalah hormon tumbuhan turunan adenin
berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan
diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan
ditranslokasi melalui pembuluh xylem. Aplikasi Untuk
merangsang tumbuhnya tunas pada kultur jaringan atau
pada tanaman induk, namun sering tidak optimal untuk
tanaman dewasa. sitokinin memiliki struktur menyerupai
adenin yang mempromosikan pembelahan sel dan memiliki
fungsi yang sama lain untuk kinetin. (Heddy, S. 1996)

2.2 Fungsi Sitokinin


- Merangsang pembentukan akar dan batang serta
pembentukan cabang akar dan batang dengan
menghambat dominansi apikal;
- Mengatur pertumbuhan daun dan pucuk;
- Memperbesar daun muda;
- Mengatur pembentukan bunga dan buah;
- Menghambat proses penuaan dengan cara merangsang
proses serta transportasi garam-garam mineral dan asam
amino ke daun. (Heddy, S. 1996)

3
2.3 Biosintesis Sitokinin
- Ujung akar merupakan tempat penting biosintesis
sitokinin
- Bukti : daun + tangkai direndam di air maka daun
segera kehilangan klorofil & menguning
- Jika pada ujung tangkai daun terbentuk akar adventif
maka senescence/penuaan tertunda
- Jika tidak ada akar tetap ditambah kinetin maka
penuaan juga tertunda
- Pada tanaman tomat, buah tidak tergantung pada akar
untuk disuplai sitokinin karena bisa mensintesis sendiri
- Buah berbiji lebih tinggi sitokinin daripada buah tidak
berbiji karena biji yang sedang berkembang merupakan
tempat sintesis sitokinin
- Mata tunas yang dorman menghasilkan sitokinin
- Semua sel yg aktif membelah mensintesis asam nukleat
sehingga mampu mensintesis sitokinin karena semua
sitokinin merupakan turunan adenine maka yang
merupakan basa purin yang terdapat di DNA dan RNA
(Hendaryo, 1994)

2.4 Sitokinin Alami dan Sintetis


Sitokinin terbagi dua kelompok yaitu sitokinin alami dan
sintetis.
 Sitokinin alami (endogen) adalah zeatin, dihydrozeatin
(DHZ), isopentenyladenosine (IPA).
4
zeatin
 Sitokinin sintetis adalah N6-Benzyl amino purine
(BAP) dan Furfuryl acetic acid (kinetin), benzyl
adenine (benzylaminopurine; BA).Kinetin merupakan
produk samping dari degradasi atau pemecahan zeatin.

5
 Struktur kimia, sitokinin adalah turunan adenine (BAP,
kinetin, zeatin) dan turunan fenilurea (TDZ). TDZ dan
BAP mempunyai respon fisiologi yang sama, yaitu
berperan dalam regulasi pembelahan sel, diferensiasi
dan pertumbuhan jaringan, organ serta biosintesis
klorofil
(Gaba,2005)
6
 Turunan Adenine (amino purines)
 Tersusun dari:
the free nitrogenous base
a nucleoside (base + ribose)
a nucleotide (base + ribose + phosphate)
glycosides
 Keaktifan sitokinin akan hilang jika inti adenin berubah
atau rusak
 Molekul adenin sgt penting utk keaktifan sitokinin
 Shg furfuril guanin dan benzil sitosin bersifat inaktif

7
 Ada bbrp senyawa non purin yg mpy aktifitas sitokinin
tp lemah yi N,N-diphenyl urea, benzimidazole dan
myo-inositol (Gaba,2005).

2.5 Efek Fisiologis Sitokinin


a. Pengaturan pembelahan sel dan diferensiasi sel
Sitokinin, diproduksi dalam jaringan yang
sedang tumbuh aktif, khususnya pada akar, embrio, dan
buah. Sitokinin yang diproduksi di dalam akar, akan
sampai ke jaringan yang dituju, dengan bergerak ke
bagian atas tumbuhan di dalam cairan xylem. Bekerja
bersama-sama dengan auksin; sitokinin menstimulasi
pembelahan sel dan mempengaruhi lintasan
diferensiasi. Efek sitokinin terhadap pertumbuhan sel di
dalam kultur jaringan, memberikan petunjuk tentang
bagaimana jenis hormon ini berfungsi di dalam
tumbuhan yang lengkap.Ketika satu potongan jaringan
parenkhim batang dikulturkan tanpa memakai sitokinin,
maka selnya itu tumbuh menjadi besar tetapi tidak
membelah. Sitokinin secara mandiri tidak mempunyai
efek. Akan tetapi, apabila sitokinin itu ditambahkan
bersama-sama dengan auksin, maka sel itu dapat
membelah.
b. Pengaturan Dominansi Apikal
8
Sitokinin, auksin, dan faktor lainnya
berinteraksi dalam mengontrol dominasi apikal, yaitu
suatu kemampuan dari tunas terminal untuk menekan
perkembangan tunas aksilar. Sampai sekarang, hipotesis
yang menerangkan regulasi hormonal pada dominansi
apikal, yaitu hipotesis penghambatan secara langsung,
menyatakan bahwa auksin dan sitokinin bekerja secara
antagonistis dalam mengatur pertumbuhan tunas
aksilari. Berdasarkan atas pandangan ini, auksin yang
ditransportasikan ke bawah tajuk dari tunas terminal,
secara langsung menghambat pertumbuhan tunas
aksilari. Hal ini menyebabkan tajuk tersebut menjadi
memanjang dengan mengorbankan percabangan lateral.
Sitokinin yang masuk dari akar ke dalam sistem tajuk
tumbuhan, akan melawan kerja auksin, dengan
mengisyaratkan tunas aksilar untuk mulai tumbuh. Jadi
rasio auksin dan sitokinin merupakan faktor kritis
dalam mengontrol penghambatan tunas aksilar. Banyak
penelitian yang konsisten dengan hipotesis
penghambatan langsung ini. Apabila tunas terminal
yang merupakan sumber auksin utama dihilangkan,
maka penghambatan tunas aksilar juga akan hilang dan
tanaman menjadi menyemak. Aplikasi auksin pada
9
permukaan potongan kecambah yang terpenggal,
akanmenekan kembali pertumbuhan tunas lateral.
Mutan yang terlalu banyak memproduksisitokinin, atau
tumbuhan yang diberi sitokinin, juga bertendensi untuk
lebih menyemak dibanding yang normal.
c. Efek Anti Penuaan
Sitokinin, dapat menahan penuaan beberapa
organ tumbuhan, dengan menghambat pemecahan
protein, dengan menstimulasi RNA dan sintesis protein,
dan dengan memobilisasi nutrien dari jaringan di
sekitarnya. Apabila daun yang dibuang dari suatu
tumbuhan dicelupkan ke dalam larutan sitokinin, maka
daun itu akan tetap hijau lebih lama daripada biasanya.
Sitokinin juga memperlambat deteorisasi daun pada
tumbuhan utuh. Karena efek anti penuaan ini, para
floris melakukan penyemprotan sitokinin untuk
menjaga supaya bunga potong tetap segar.
(Lakitan,2007)

2.6 Efek Sitokinin pada Pembesaran Kotiledon


Banyak biji tumbuhan dikotil yang dikecambahkan

di tempat gelapmemunculkan kotiledonnya ke atas

tanah, tapi kotiledon itu tetap berwarna kuning dankecil.

10
Jika kotiledon itu dikenal cahaya, pertumbuhannya

meningkat pesat, walaupunenergi cahaya yang diberikan

sebenarnya terlalu rendah untuk melangsungkan

fotosintesis. Inilah efek fotomorfogenetik yang antara

lain dikendalikan oleh fitokromdan barang kali juga

oleh sitokinin. Jika kotiledon dipisahkan dan dipelihara

dengandiberi sitokinin, laju pertumbuhannya meningkat

dua atau tiga kali lipat dibandingkandengan kotiledon

pembanding yang tak mendapat tambahan hormone,

baik dlam gelapmaupun dalam terang. Pertumbuhan ini

seluruhnya akibat pengambilan air yang

mengembangkan sel, sebab botol kering jarinan tidak

bertambah. Pemacuan pertumbuhan ini terjadi pada

lebih dari selusin species tumbuhan yangsudah dikenal,

termasuk lobak, biji gula, selada. Sebagian besar species

tersebutmengandung lemak sebagai cadangan makanan

utama dalam kotriledon. Kotiledon biasanya muncul

diatas tanah dan menjadi mampu melakukan

fotosintesis. Tidak terlihatadanya respons pada spesies

yang kotiledonnya tetap dibawah tanah kacang –


11
kacangannamun tidak menyerupai daun. Auksin tidak

memacu pertumbuhan kotiledon dangiberlin juga hanya

memberikan efek kecil bila kotiledon dibiakkan dalam

keadaangelap jadi respons inid apat digunakan sebagai

uji biologi bagi sitokinin.Apakah sitokininmemacu

pertumbuhan kotiledon hanya dengan carameningkatkan

besaran sel yang sudah ada sebelumnya atau apakah

hormone tersebutmemacu pembelahan sel dari

pembesaran sel anak yang dihasilkan? Semua

hasil percobaan menunjukkan bahwa sitokinin

meningkatkan baik sitokinesis maupun pembesaran sel.

Terutama yang terakhir ini tapi, ingat bahwa sitokinesis

tidak meningkatkan pertumbuhan organnya sendiri

sebab sitokiniesis hanya merupakan proses pembelahan

saja. Oleh karena itu, keseluruhan pertumbuhan

membutuhkan pemelaran sel dan pertumbuhan yang

terpacu oleh sitokinin maupun pemelaran sel yang lebih

cepat dan produksi sel yang lebih banyak.


Karena kotiledon yang pertumbuhannya dipacu oleh

sitokinin akhirnya tumbuh menjadi organ fotosaintetik,

12
dapat dipertanyakan apakah daun sejati juga

membutuhkan sitokinin untuk pertumbuhannya . Efek

pemacuan yang jelas pada daun-daun utuh tumbuhan

dikotil dari beberapa species terlihat setelah sitokinin

diberikan berulang-ulang namun biasanya efeknya kecil

dan mungkin timbul secraa tak langsung melalui

pengambilan metabolit dari organ lain. Jika sejumlah

cakram diambil dari daun dikotil dengan alat pelubang

gabus dan diupayakan tetap lembab , maka sitokinin

dapat meningkatkan pemelaran dengan cara memacu

pertumbuhan sel. Ini pun menunjukkan fungsi normal

sitokinin yang datang dari organ lain , misalnya, sitokinin

dari akar memacu pertumbuhan daun. Bukti selanjutnya

bahwa sitokinin dari akar memacu pertumbuhan daun

berasal dari percobaan pada kacang-kacangan dan beras

belanda musim dingin yang sebagian atau seluruh

akarnya dibuang. Pertumbuhan daun dari kedua species

tumbuhan tanpa akar tersebut segera melambat tapi bila

sitokinin ditambahkan pada daun, pertumbuhannya

banyak dipulihkan.
13
(Campbell, 2002)

2.7 Sejarah Etilen


Pada tahun 1910, laporan tahunan yang disusun oleh
HH Cousins dalam Jamaican Agricultural Department
menyebutkan bahwa buah jeruk sebaiknya tidak disimpan
bersamaan dengan pisang saat dikapalkan, sebab suatu
aliran dari buah jeruk akan meyebabkan buah pisang
menjadi masak sebelum waktunya. Laporan tersebut
menjadi penjelasan pertama bahwa buah-buahan
melepaskan gas yang memacu pemasakan dan menjadi
dasar penelitian yang berkelanjutan ditahun-tahun
berikutnya.Seorang ahli fisiologi berkebangsaan Rusia,
Dimitry N Neljubow (1876-1926), adalah orang pertama
yang menyatakan bahwa etilen mempengaruhi
pertumbuhan tumbuhan. Pada tahun 1901 ia mencirikan
etilen di dalam gas bercahaya dan menunjukkan bahwa
etilen menyebabkan tiga respon pada kecambah kacang
kapri, yaitu; terhambatnya pemanjangan batang; semakin
menebalnya batang; dan munculnya kebiasaan untuk
tumbuh mendatar. Selanjutnya perluasan helai daun
terhambat serta pembukaan normal bengkokan epikotil
terhambat. Dan baru pada tahun 1934, R Gene

14
membuktikan bahwa etilen disintesis oleh tumbuhan dan
menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat yang
artinya gas etilen tersebut dapat memberikan efek fisiologis
pada tanaman (Salisbury & Ross, 1995).

2.8 Biosintesis Etilen


Etilen merupakan satu-satunya hormon dalam
bentuk gas pada saat suhu biasa (Sinha, 2004) yang
memiliki struktur kimia CH2=CH2+H2PO4-+Cl- biasa juga
dalam bentuk H2C=CH2. Etilen tidak berpengaruh nyata
dalam pertumbuhan vegetatif tumbuhan walaupun
memiliki efek yang signifikan dalam perkembangan akar
dan batang (Hopkins,1999). Etilen dihasilkan dari sintesis
primer sebagai respon dari stres tumbuhan dan
kemungkinan diproduksi disebagian besar dalam jaringan
yang mengalami senescence (penuaan) atau ripening
(pematangan). Etilen bisanya digunakan untuk
mempercepat pematangan pada buah pisang dan buah
lainnya yang masih hijau (belum matang) dalam
perdagangan yang disimpan dalam kapal. Perlu diketahui
bahwa etilen sering dihasilkan ketika auksin dalam
konsentrasi tinggi dalam jaringan tumbuhan (Hopkins,
1999). Pada tumbuhan tingkat tinggi prekusor utama

15
dalam biosintesis etilen ialah asam amino metionin.
Dalam prosesnya terdapat 3 fase, yaitu;

a. Proses ini meliputi konversi metionin menjadi S-


Adenosyl methionine(SAM). Metionin diaktifkan oleh
ATP dan enzim SAM sintase.
b. SAM dipecah menjadi 1-amino cyclopropane-1-
carboxylic acid (ACC) dan 5’ metil tioadenosin.
Prosesnya dikatalisis oleh enzim ACC sintase. Enzim
ini menjadikan pyrodoxal phosphate sebagai
kofaktornya. ACC juga diubah yang kemudian
disimpan dari ethylene-N-malonyl ACC. Bentuk ACC
mengontrol produksi etilen. Fase ini langsung
berkorelasi dalam pembentukan etilen. Faktor yang
menghambat aktivitas enzim ACC sintase juga
menghambat biosintesis etilen. Auksin, factor stress
(luka, waterstress, patogen), pematangan buah, gugur
daun dan bunga mempercepat aktifitas enzim ini, oleh
karenanya biosintesis etilen juga meningkat. Bahan
kimia seperti aminoethoxyvinyl glysine (AVG) dan
amino oxyacetic acid (AOA) menghambat biosintesis
etilen dari yang menghambat aktifitas enzim ACC
sintase.

16
c. Fase ini melibatkan oksidasi ACC yang menghasilklan
CO2 dan HCN. HCN dibentuk menjadi asam formic dan
ammonia. Enzim yang berperan dalam fase ini ialah
enzim ACC oksidase yang mana melibatkan Fe++ dan
askorbat untuk aktifitas ini.Fase ini membutuhkan
cahaya dan O2. Aktifitas enzim ini dipacu oleh
pematangan,pelukaan, dan dihambat oleh sulfhydryl
inhibitors ( Co++, Cu++, Zn++). Oksidasi ACC tidak ada
pembatasan laju, tidak seperti ACC sintase. Regenerasi
metionin muncul dalam sintesis siklus lanjutan dari
5’methyltheoadenosine yang disebut “Siklus Yang”.
Lintasan lain dalam biosintesis etilen dalam tumbuhan
adalah lintasan acrylic acid. Disini, acrylic acid
merupakan prekusor langsung dari etilen. Acrylic acid
disintesis dari asetat dan β-alanin .

17
Skema untuk biosintesis etilen pada tumbuhan tingkat tinggi. Enzim yang I:
SAM sintetase, II: ACC sintase, dan III: oksidase ACC. Kelompok etilena
ditandai dengan warna kuning. Siklus Yang untuk recovery sulfur disorot
dalam oranye.

Sintesis etilen meningkat dengan meningkatnya


suhu yang mencapai 35oC. dan menurun ketika suhu
mencapa 0-2o C. Sintesis etilen dihambat oleh rendahnya
konsentrasi O2. Konsentrasi O2 yang tinggi tumbuhan tidak
respon terhadap etilen (Sinha, 2004)

2.9 Katabolisme Etilen


Etilen dimetabolisme untuk oksida etilen pada tanaman
dan mikro-organisme, yang dimasukkan ke dalam siklus
glioksilat sebagai etilen glikol dan malonil ACC. Etilen
juga dapat membentuk konjugasinya dengan glukosa
(Sinha, 2004).

2.10 Mekanisme Kerja Etilen


Banyak teori telah diajukan untuk menjelaskan
mekanisme kerja etilen yang kedua dibahas di bawah ini:

a. Teori Permeabilitas Membran

Ethylene bertindak dengan mengubah


permeabilitas membran sel. Etilena lipid larut,
18
sehingga, itu akan dilarutkan dalam lipid membran
dan mengubah permeabilitas membran. Meningkatkan
RNA dan sintesis protein. Hal ini mempercepat sekresi
enzim α-amilase dalam lapisan aleuron barley tapi
sintesis yang terakhir tidak ditingkatkan yang
mengakibatkan hidrolisis pati menjadi gula.
Permeabilitas respirasi meningkat tinggi, dengan
demikian, mempercepat proses pematangan buah.

b. Teori Tingkat Molekul Aksi Ethylene


Ethylene bertindak pada tingkat molekul dengan
sintesis pelunakan dinding sel oleh enzim
polygalacturonases. Anthocyanidin dibentuk oleh
enzim alanine ammonialyase fenil yang menanamkan
warna cerah buah-buahan. Enzim lain juga
mendapatkan peningkatan (misalnya fenil alanin
amonia, selulosa, polyphenoloxidase, fosfolipase,
peroksidase). Selulosa melakukan pelunakan buah
selama pematangan. Phospholipases menyebabkan
degradasi fosfolipid. Inhibitor asam nukleat / synthesi
protein juga menghambat aksi etilen (Sinha, 2004).

19
2.11 Efek Fisiologi Etilen
a. Perkecanbahan dan Pertumbuhan
Ethylene merangsang perkecambahan benih gandum
dan sereal lainnya. Ini merangsang aksi enzim hidrolitik
pada jaringan penyimpanan. Hal ini menyebabkan
tumbuh dan perkecambahan dalam umbi kentang aktif,
stolons aktif, dan rimpang umbi. Dormansi ethylene
berhenti ketika terbuka selama beberapa waktu, durasi
yang lebih lama dapat menghambat pertumbuhan lebih
lanjut dari kecambah. Etilen berfungsi menghambat
transportasi auksin secara basipetal dan lateral, adanya
etilen menyebabkan konsentrasi auksin berkurang
dalam jaringan, selain itu etilen juga bisa menstimulasi
perpanjangan batang, koleoptil, dan mesokotil.
b. Pembentukan dan pertumbuhan akar
Kedua auksin dan etilen menginduksi
pembentukan akar pada potongan hipokotil kacang
hijau. Pemberian ethylene di beberapa tanaman
meningkatkan pembentukan akar sekunder dan akar
rambut. Ethylene merangsang pembesaran lateral akar
(misalnya lobak) tetapi tidak untuk pemanjangan akar.
Perpanjangan akar dihambat oleh etilen. Geotropical
lentur akar terjadi akibat penghambatan perpanjangan
akar disebabkan oleh etilen. Etilen lebih diproduksi di
20
sisi geotropically bawah akar karena isi auksin banyak.
Etilena mempengaruhi transportasi lateral auksin,
sebagai auksin hasil yang simetris didistribusikan pada
tanaman. Oleh karena itu, gerakan tropik gagal dan
pertumbuhan horisontal terjadi karena etilen.
c. Pertumbuhan lateral
Etilen menghambat pertumbuhan longitudinal
batang tetapi pada gilirannya menyebabkan
pertumbuhan lateral batang yang mengarah ke
peningkatan ketebalan batang. Pembengkakan lateral
adalah sel pembesaran jatuh tempo dan bukan karena
pembelahan sel. Penghambatan yang diperantarai oleh
ethylene hanya sementara, melanjutkan pertumbuhan
tanaman normal jika etilen dihapus. Penghambatan
yang diperantarai oleh ethylene juga bisa diatasi oleh
aplikasi CO2. Ethylene menghambat perpanjangan ruas.
Konsentrasi tinggi etilena umumnya menghambat
pertumbuhan tetapi meningkatkan pertumbuhan
tanaman padi. Penanaman padi menghasilkan etilen
lebih. Yang mengakibatkan meningkatkan pertumbuhan
informan, yang membantu tanaman dalam muncul
keluar dari air terendam.
d. Dominansi Apical

21
Pertumbuhan tunas lateral dihambat oleh etilen
seperti auksin, maka hal itu menyebabkan dominasi
apikal
e. Epinasty
Epinasty adalah proses di mana pembengkakan
sel pada bagian atas tangkai daun terjadi, yang
mengakibatkan daun terkulai. Monokotil tidak
menunjukkan epinasty. Daun muda lebih sensitif
dibandingkan daun yang tua. Epinasty mungkin terjadi
karena migrasi dari auksin ke sisi atas tangkai daun.
Tinggi auksin konten mengakibatkan pemanjangan sel
dari bagian atas tangkai daun. Oleh karena itu,
pertumbuhan lebih terjadi pada bagian atas yang
menyebabkan epinasty.
f. Pembungaan
Ethylene menghambat tumbuhnya bunga pada
tumbuhan hampir secara universal, namun tidak pada
pinus , Plumbago, cucurbita. Ethylene meningkatkan
pembentukan bunga putik akhir cucurbita. Pada
Plumbago dan pinus aplikasi etilena dalam tubuh
vegetatif menyebabkan tumbuhnya bunga yang
seragam. Ethylene menginduksi pembungaan tanaman
bahkan dalam kondisi hari panjang.
g. Ekspresi Kelamin

22
Aplikasi Ethylene mengurangi pembentukan
bunga jantan dan bunga betina. Akibatnya, lebih banyak
buah yang dihasilkan oleh perlakuan etilen tetapi
ukuran buah lebih kecil. Contoh - mentimun, labu, labu
ridge, melon dll.
h. Memicu Pengguguran
Etilen mempercepat gugurnya bagian vegetatif
(daun, batang) serta organ reproduksi (bunga, buah)
tanaman. Peran utama etilena adalah untuk
meningkatkan penuaan pada daun dan induksi dari
enzim dinding sel menurunkan di daerah absisi.
Ethylene selanjutnya mencegah auksin untuk mencapai
zona absisi, sebagai tingkat auksin hasil berkurang di
zona absisi. Daun tua memproduksi ethylene lebih dari
daun muda. Konsentrasi tinggi etilen bersama dengan
konsentrasi rendah auksin bertanggung jawab atas
gugurnya daun tua. Etilen diserap oleh kristal
permangate kalium. (Sinha, 2004).

Pematangan buah-buahan biasanya juga


dipercepat dengan menggunakan karbit atau kalsium
karbida. Karbit yang terkena uap air akan
menghasilkan gas asetilen yang memiliki struktur

23
kimia mirip dengan etilen alami, zat yang membuat
proses pematangan di kulit buah. Proses fermentasi
berlangsung serentak sehingga terjadi pematangan
merata. Proses pembentukan ethilen dari karbit adalah
CaC2 + 2 H2O → C2H2 + Ca(OH)2. Dengan
penambahan karbit pada pematangan buah
menyebabkan konsentrasi ethilen menjadi meningkat.
Hal tersebut menyebabkan kecepatan pematangan buah
pun bertambah. Semakin besar konsentrasi gas ethilen
semakin cepat pula proses stimulasi respirasi pada
buah. Hal ini disebabkan karena ethilen dapat
meningkatkan kegiatan-kegiatan enzim karatalase,
peroksidase, dan amilase dalam buah. Selain itu juga,
ethilen dapat menghilangkan zat-zat serupa protein
yang menghambat pemasakan buah. Respirasi
merupakan proses pemecahan komponen organik (zat
hidrat arang, lemak dan protein) menjadi produk yang
lebih sederhana dan energi. Aktivitas ini ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan energi sel agar tetap hidup
(Muzzarelli, 1985). Kecepatan respirasi merupakan
indeks yang baik untuk menentukan umur simpan
komoditi panenan. Intensitas respirasi merupakan
ukuran kecepatan metabolisme dan seringkali
24
digunakan sebagai indikasi umur simpan. Suatu proses
respirasi yang kecepatannya tinggi biasanya
dihubungkan dengan umur simpan yang pendek
(Sinha, 2004)

2.12 Hubungan Etilen dengan Auksin


Kemampuan IAA dan semua auksin tiruan untuk
menaikkan produksi etilen menimbulkan pertanyaan:
benarkah banyak efek auksin betul-betul disebabkan
oleh etilen? Memang tampaknya etilen bertanggung
jawab dalam beberapa kasus, termasuk epinasti daun,
penghambatan pemanjangan batang dan daun, induksi
pembungaan pada romelia serta mangga, penghambatan
pada pembukaan bengkokan epikotil atau
hipokotilkecambah dikotil, dan bertambahnya
persentase bunga pada tumbuhan monoseus. Juga,
pelepasan auksin oleh serbuk sari yang berkecambah di
stigma mendorong produksietilen; etilen ini
menyebabkan penuaan bunga pada beberapa spesies.
Gugur daun, bunga,dan buah melibatkan interaksi
antara auksin, etilen, sitokinin, dan asam absisat.
Walaupundemikian, pemacuan pertumbuhan, tahap
awal pembentukan akar liar, dan banyak efek auksin

25
lainnya tampaknya tak bergantung pada produksi etilen.
Hanya pada beberapabagian tumbuhan tertentu, dan
hanya bila konsentrasi auksin cukup tinggi, maka
produksietilen berperan cukup besar pada efek tertentu
auksin (Salisbury & Ross, 1995)

26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Citokinin adalah hormon tumbuhan turunan adenin
berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan
diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan
ditranslokasi melalui pembuluh xylem. Sitokinin memiliki
struktur menyerupai adenin yang mempromosikan
pembelahan sel dan memiliki fungsi yang sama lain untuk
kinetin.

 Sitokinin alami (endogen) adalah zeatin, dihydrozeatin


(DHZ), isopentenyladenosine (IPA).
 Sitokinin sintetis adalah N6-Benzyl amino purine
(BAP) dan Furfuryl acetic acid (kinetin), benzyl
adenine (benzylaminopurine; BA).Kinetin merupakan
produk samping dari degradasi atau pemecahan zeatin.
Etilen merupakan satu-satunya hormon dalam
bentuk gas pada saat suhu biasa (Sinha, 2004) yang
memiliki struktur kimia CH2=CH2+H2PO4-+Cl- biasa juga
dalam bentuk H2C=CH2. Etilen tidak berpengaruh nyata
dalam pertumbuhan vegetatif tumbuhan walaupun memiliki
efek yang signifikan dalam perkembangan akar dan batang.
Etilen dihasilkan dari sintesis primer sebagai respon dari
stres tumbuhan dan kemungkinan diproduksi disebagian
besar dalam jaringan yang mengalami senescence
27
(penuaan) atau ripening (pematangan). Etilen bisanya
digunakan untuk mempercepat pematangan pada buah
pisang dan buah lainnya yang masih hijau (belum matang)
dalam perdagangan yang disimpan dalam kapal. Perlu
diketahui bahwa etilen sering dihasilkan ketika auksin
dalam konsentrasi tinggi dalam jaringan tumbuhan.

28
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A. and J. B. Reece. 2002. Biology. Sixth Edition,
Pearson Education. Inc.San Francisco.
Gaba VP. 2005. Plant Growth Regulators in Plant Tissue
Culture and Developmant. Di dalam Trigiano RN, Gray
JD, editor. Plant Development and Biotechnology. CRC.
Press. New York. P. 87-99
Heddy, S., 1996, Hormon Tumbuhan, PT Raja Grafindo,
Jakarta.
Hendaryono, daisy & Arie Wijayani. 1994. Teknik Kultur
Jaringan. Yogyakarta : Kanisius.
Hopkins, W. G. 1999. Introduction to Plant Physiology:
Second Edition. New York: JohnWiley & Sons.
Lakitan, Benyamin, 2007, Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan,
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Salisbury, F.B & Cleon W Ross.1995. Fisiologi Tumbuhan:
Jilid 3. Bandung: ITB.
Sinha, R.H. 2007. Modern Plant Physiology. New Delhi:
Narosa Publishing Pvt. Ltd

29

Anda mungkin juga menyukai