Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“KADAR AIR”

Oleh :

Nama : Anis Nur Afifah


NIM : 175040207111128
kelompok : M/M2

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih merupakan sarana produksi tanaman yang penting dalam
menentukan produktivitas dan kualitas hasil tanaman.Salah satu masalah yang
dihadapi dalam penyediaan benih bermutu adalah penyimpanan.Beberapa faktor
yang mempengaruhi daya kecambah benih selama penyimpanan adalah mutu dan
daya kecambah sebelum disimpan, kadar air benih, kelembapan ruangan
penyimpanan, suhu tempat penyimpanan, hama dan penyakit di tempat
penyimpanan dan lama penyimpanan. Menurut Dinarto (2010) Kadar air
merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran
benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Kadar Air sendiri
merupakan hilangnya berat benih ketika dikeringkan sesuai dengan metode
tertentu (Agustin dan Prananda, 2017). Metode yang paling umum untuk
mengukur kadar air benih adalah metode langsung, yaitu benih dikeringkan dalam
oven. Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk
dilakukan, karena laju kemunduran benih sangat dipengaruhi oleh kadar air benih.
Teknik pengukuran kadar air yang baik dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan
penentuan kadar air sebelum panen dan penentuan kadar air selama masa
simpan benih.Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan metode pengujian
kadar air yang tepat untuk penetapan kadar air yang sesuai pada benih tanaman
yang akan di tanam.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami metode
penentuan kadar air benih dan bagaimana mengaplikasikan alat Grain Moisture
Tester.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Penentuan Kadar Air Benih


Prinsip kerja dalam pengujian kadar air benih dapat diukur dengan
menggunakan metode langsung (menggunakan oven) maupun tidak langsung
dengan menggunakan moister tester. Prinsip kerja pada pengukuran kadar air
secara tidak langsung dengan menggunakan oven adalah pengurangan antara
berat basah yakni berat benih sebelum dioven dikurangi dengan berat kering.
Selisih tersebut dibagi dengan berat basah dikalikan 100% sehingga dapat
diperoleh kadar air. Pengukuran kadar air secara tidak langsung dapat segera
diketahui setelah benih dilakukan pengukuran kadar air melalui moiture tester.
Pengukuran kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan 2 ulangan dan
toleransi yang telah ditetapkan ISTA (International Seed Testing Association)
adalah antara kedua ulangan perbedaanya dibatasi maksimum 0.2%. Apabila nilai
perbedaan kedua ulangan lebih dari 0.2% maka pengukuran kadar air harus
diulang dengan menggunakan contoh kerja yang baru (BPMBTPH 2006).
Apriyani (2014) juga berpendapat bahwa penentuan uji kadar air digunakan
2 metode oven, yaitu metode temperatur rendah 103±2°C dan metode temperatur
tinggi 130–133°C. Kedua metode dapat digunakan dalam penentuan kadar air.
Pengukuran kadar air dengan metode oven pada suhu rendah konstan dengan
lama pengeringan 17±1 jam, umumnya dilakukan untuk benih-benih seperti
bawang merah, cabai, kacang tanah, kol, lobak, sawi, kedelai, jarak kepyar, wijen,
dan lain-lain. Metode oven suhu tinggi konstan dilakukan pada suhu 130ºC dan
lama pengeringan tergantung dari jenis benih. Benih-benih yang dapat dikeringkan
dalam suhu tinggi antara lain asparagus, selada, tomat, tembakau, jagung, padi,
semangka, wortel, kacang merah, dan lain-lain.

2.2 Cara Kerja Alat Grain Moisture Tester


Grain moisture tester adalah suatu alat yang dipakai untuk mengukur jumlah
kandungan air yang terdapat pada suatu bahan di antaranya gabah, biji-
bijian.sorgum, gandum, dan lain-lain. Alat tersebut juga bias digunakan untuk
mengukur tingkat kelembaban suatu zat. Grain moisture tester ini terbagi menjadi
dua, yakni destruktif (resisten) dan non destruktif (kapasitas). Menurut Nugroho
(2013) prinsip kerja alat ini yaitu mengukur kadar air dengan teknik elektrik, di
mana pengukuran didasarkan pada konduktivitas atau hantaran listrik. Kadar air
akan berbanding linear terhadap kapasitas listrik yang diukur. Hantaran listrik
tersebut akan ditangkap oleh alat yang dinamakan detector.
2.3 Cara Kalibrasi Alat Grain Moisture Tester
Kalibrasi perangkat ukur merupakan prosedur standar untuk menjaga
kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya
antara lain: 1)Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu
instrumen ukur atau deviasi dimensi nasional yang seharusnya untuk suatu bahan
ukur, 2) Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun
internasional (Pyzdek, 2003). Kalibrasi diperlukan untuk:1) Perangkat baru, 2)
Suatu perangkat setiap waktu tertentu, 3) Suatu perangkat setiap waktu
penggunaan tertentu (jam operasi), 4) Ketika suatu perangkat mengalami
tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah kalibrasi, 5) Ketika hasil
pengamatan dipertanyakan.
Biasanya, peralatan baru dapat diasumsikan telah terkalibrasi yang
dilakukan oleh pabrik instrument itu sendiri. Tetapi selama penggunannya,
bagaimanapun perlakuannya, alat ukur akan menyimpang dari spesifikasi yang
telah ditetapkan karena berbagai alasan. Alasan itu dapat berupa keausan
mekanik, dan pengaruh dari kotoran, debu, asap serta bahan kimia di lingkungan
penggunaanya (Teguh, 2013). Oleh karena itu, Semua peralatan ukur dan
instrumentasi harus terlebih dahulu dikalibrasi sebelum digunakan dan dikalibrasi
ulang secara regular. Sistem kalibrasi harus memenuhi persyaratan standar.
Selang waktu anatar kalibrasi harus sesuai dengan standar nasional dan
internasional.
3. BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan


Alat Fungsi
Cawan dan Tutup Untuk meletakkan objek pengamatan
Timbangan Digital Untuk menimbang berat objek
Mortal dan pistil Untuk menghaluskan objek pengamatan
Oven Untuk memanaskan objek pengamatan
GMT Untuk mengetahui kadar air benih
Kamera Untuk mendokumentasikan kegiatan
Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan

Bahan Fungsi
Benih Kedelai Sebagai objek pengamatan
Air Sebagai objek pengamatan

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Metode Oven

Menyiapkan Alat dan Bahan

Merendam biji sesuai perlakuan

Menumbukkan benih dan menimbang seberat 5 gram

Memasukkan ke dalam cawan dan menimbang ulang

Memasukkan ke dalam oven selama 60 menit dengan suhu 103°C

Menimbang dan mencatat hasil kemudian memasukkan ke dalam rumus

Mengulang sebanyak 5 kali ulangan


3.2.2 Metode GMT

Menyiapkan alat dan bahan

Menggerus benih kacang hijau

Memasukkan benih ke dalam GMT dan memutar tuasnya

Mencatat hasil dan mendokumentasikan

Mengulang sebanyak 5 kali ulangan

Mendokumentasikan hasil pengamatan


4. HASIL

4.1 Hasil Pengamatan Kadar Air

Berat Basah Berat Kering KA Oven KA GMT


Sampel Tetes
(gr) (gr) (%) (%)

1 Tanpa 3 2,89 3,67 13,4


2 2 Tetes 3 2,89 3,67 14,4
3 4 Tetes 3 2,83 5,67 16,9
4 6 Tetes 3 2,76 8 17,4
5 8 Tetes 3 2,28 24 18,2

4.2 Perhitungan dan Grafik Regresi KA GMT dan Oven,


Perhitungan Nilai SD

4.2.1 Grafik Oven

KA Oven (%)
30
25
20 R² = 0.5629
15
10
R² = 0.25
5
0
-5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Series1 Series2 Linear (Series1)


Linear (Series1) Linear (Series2)

KA GMT (%)
6
5
4
3
2
1 R² = 0.75
0
-1 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
-2
4.3 Perhitungan dan Grafik GMT dan Oven Perhitungan Nilai SD
1. Perhitungan Nilai Kadar Air Metode Oven
BB - BK x 100%
BK
1. Tanpa Air
3 – 2,89 x 100% = 3,67 %
3
2. Air 1 tetes
3 – 2,89 x 100 % = 3,67 %
3
3. Air 2 tetes
3 – 2,83 x 100% = 5,67 %
3
4. Air 3 tetes
3 – 2,76 x 100% = 8 %
3

5. 3 – 2,28 x 100% = 24 %
3
2. Perhitungan Nilai SD

X1 X²

1 3,67 13,47

2 3,67 13,47
3 5,67 32,15
4 8 64
5 24 576
∑ 9,002 139, 818
∑² 81,036 19.549,07
S2 = 5. 139,818 – 81,036

5 (4)

= 618,054
20
= 30,9027
S = √30,9027
= 5,56

3. Metode GMT
X1 X²

1 13,4 179,56

2 14,4 207,36
3 16,9 285,61
4 17,4 302,76
5 18,2 331,24
∑ 16,06 261,306
∑² 257,923 68.280,83

S2 = 5. 261,306 – 257,923
5 (4)
= 1048,606
= 52,43
S = √52,43
= 7,24

4.4 Pembahasan

Berdasarkan data tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa kadar air oven
dan kadar air GMT memiliki hasil yang beragam. Pada uji kadar air menggunakan
GMT menunjukkan bahwa semakin banyak tetesan air yang diberikan pada benih,
maka kadar air benih akan semakin tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai R
yang mendekati angka 1. Jika nilai R mendekati 1 maka dapat dipastikan bahwa
penambahan tetesan air mempengaruhi jumlah kadar air di dalam benih meskipun
ada beberapa perlakuan yang menunjukkan kenaikan kadar air. Sedangkan pada
uji kadar air menggunakan oven menunjukkan grafik yang menurun. Hal tersebut
tidak sesuai dikarenakan perendaman seharusnya dapat menaikkan kadar air
benih. Kemungkinan terjadi kesalahan dalam pengukuran berat hasil oven biji.
Nilai R pada grafik juga sangat jauh dari angka 1. Dengan hal tersebut,
perendaman benih tidak mempengaruhi jumlah kadar air pada benih.
Selain itu dapat diketahui pula pada kadar air GMT memiliki hasil yang lebih
stabil dibandingkan kadar air oven. Namun, menurut beberapa penelitian
menyebutkan bahwa pengukuran kadar air menggunakan oven lebih akurat. Dari
sini dapat disebutkan bahwa kedua alat pengukuran kadar air yang digunakan
untuk praktikum tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal
ini berdasarkan pendapat Justice dan Bass (2002) bahwa pengukuran kadar air
benih dengan menggunakan oven lebih akurat, dapat memuat banyak contoh
dalam satu waktu pengukuran, dan merupakan cara yang paling umum dilakukan.
Grain Moisture Tester memiliki kelebihan yaitu hasil yang diperoleh cepat, tidak
merusak sampel yang diukur, mudah dibersihkan, dapat mengukur suhu sampel
yang diuji, dapat menghitung rata-rata dari beberapa ulangan, dan kapasitas
sampel lebih banyak. Namun, kekurangan dari alat ini yaitu, batasan nilai kadar air
dan berat sampel memiliki spesifikasi tertentu, serta ukuran dan berat alat lebih
besar sehingga lebih sulit untuk dibawa. Oleh karena itu perlu perhatian khusus
dalam kalibrasi alat agar tidak mempengaruhi akurasi dari data yang dihasilkan.
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penentuan kadar air dapat dilakukan dengan metode oven maupun dengan
menggunakan alat Grain Moisture Tester. Pengukuran kadar air perlu dilakukan
karena besar pengaruhnya terhadap kemunduran mutu benih. Pada kedua alat
tersebut pasti memiliki kelebihan dan kekurangaannya, sehingga dalam
mengaplikasikan alat pengukur kadar air harus memperhatikan metode kalibrasi
agar data yang dihasilkan tetap akurat sesuai dengan standarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, H dan Y. Prananda. 2017. Pengembangan Metode Penetapan Kadar Air


Benih Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) dengan Metode Oven Suhu
Rendah dan Tinggi. J. Agrin. 21(1): 17-25.
Apriyani, S. N. 2014. Pengembangan Metode Uji Kadar Air Benih Pala (Myristica
spp.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura.2006.
Pedoman Laboratorium Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura. Jakarta: Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Direktorat
Perbenihan.
Dinarto, W. 2010. Pengaruh Kadar Air dan Wadah Simpan terhadap Viabilitas
Benih Kacang Hijau dan Populasi Hama Kumbang Bubuk Kacang Hijau
Callosobruchus chinensis L. J. Agrisains. 1(1): 68-78.
Justice, O. L. dan L. N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.
(terjemahan). Cetakan ke-3. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 446 hal.
Nugroho, S.A. 2013. Pengenalan Alat-Alat Ukur dan Instrumen.Fakultas Pertanian
Bogor. Bogor.
Pyzdek, T. 2003. Quality Engineering Handbook. John Wiley & Sons, New York.
Teguh, A. 2013.Kalibrasi Alat Pengukur Kadar Air Digital Untuk Produk Biji-
Bijian.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai