Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PROSES PANGAN DAN PRODUK PERTANIAN

PENGGORENGAN MEDIA PASIR

Oleh:
Prayoga Pangestu
NIM A1C017020

KEMENTERIAN RISET PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemasakan dengan sistem penggorengan, pemanggangan, pembakaran, dan


rebus adalah metode-metode sederhana yang digunakan untuk mengolah bahan
pangan. Pengolahan dengan penggunaan suhu tinggi ini sebenarnya tidak hanya
untuk memperoleh cita rasa yang diinginkan tetapi juga memiliki fungsi untuk
memperpanjang umur simpan.
Penggorengan adalah suatu operasi yang digunakan untuk mengubah mutu
suatu bahan pangan dengan menggunakan minyak sebagai media panas. Selama
penggorengan suhu permukaan bahan pangan meningkat dan air menguap sehingga
permukaan menjadi kering dan membentuk kerak. Kerak ini mempunyai struktur
yang berongga dimana air didalamnya digantikan oleh minyak.
Terdapat dua metode penggorengan yaitu shallow frying dan deep fat frying.
Pada metode pertama pindah panas terjadi terutama secara konduksi dan
permukaan wajan melalui lapisan minyak. Pada metode kedua pindah panas yang
terjadi adalah kombinasi antara konveksi dalam minyak dan konduksi dalam bahan
pangan.
Mesin penggoreng kerupuk pasir merupakan mesin yang diciptakan untuk
mempermudah pekerjaan dalam menggoreng kerupuk dengan media pasir panas.
Di era yang sudah maju sekarang ini telah banyak inovasiinovasi baru untuk
mempermudah kerja manusia serta meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja,
salah satunya adalah diciptakannya mesin penggoreng kerupuk pasir. Sesuai dari
hasil survey yang penulis lakukan, mesin yang sudah ada dipasaran telah dilengkapi
dengan drum penggorengan sebagai pengganti wajan dan engkol pemutar drum
yang digunakan untuk memutar drum secara manual pada saat proses
B. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui proses penggorengan dengan pasir.


2. Mahasiswa mengetahui prinsip-prinsip teknik pengolahan pangan dalam proses
penggorengan pasir.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kerupuk pasir adalah kerupuk yang digoreng tidak menggunakan minyak tetapi
menggunakan pasir. Proses penggorengan berlangsung melalui kontak dengan
media penghantar panas (pasir) dan dilakukan pada suhu tinggi. Lazimnya
penggorengan dilakukan dengan menggunakan minyak sebagai media penghantar
panas, meratakan suhu dan berperan sebagai pemberih rasa gurih (Siswatoro et al.,
2009).
Selama penggorengan kerupuk yang berasal dari bahan berpati mengalami
penyerapan minyak sebesar 15% (Supriyanto, 2007). Penyerapan minyak yang
cukup tinggi akan menyebabkan kerupak menjadi mudah tengik apabila selama
penyimpanan kontak dengan oksigen (Siswatoro et al., 2008). Selain itu
pengkosumsian minyak yang tinggi dapat meningkatkan potensi sakit jantung
coroner, kanker, diabetes dan tekanan darah tinggi (Sartika, 2009).
Dengan adanya permasalahan tersebut maka proses penggorengan dilakukan
dengan cara yang lebih menyehatkan yaitu menggunakan pasir (pasir sungai).
Keuntungan yang didapat diantaranya: produk tidak mudah tengik, nilai kontak
panas permukaan (h) pasir cukup besar khususnya pasir sungai yaitu 69,2
J/dt.m2.0C, harga pasir murah, mengurangi ketergantungan minyak goreng
(Siswantoro, 2009).
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Alat penggorengan dengan pasir 7. Timbangan (Neraca)


(Hot and Drying) 8. Pengaduk atau serok kerupuk
2. Kerupuk 9. Penyaring kerupuk
3. Pasir kali 10. Stopwatch
4. Alat ukur suhu (termometer) 11. Sumber listrik
5. Tabung gas 12. Alat tulis
6. Korek api

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini sebagai berikut:

1. Siapkan alat dan bahan.


2. Menimbang krupuk mentah seberat 125gr.
3. Memasukan pasir yang sudah diayak kedalam alat penggorengan sebanyak 4,2
L.
4. Menghubungkan gas dengan alat sebagai bahan bakar.
5. Menyalakan alat dengan koerk
6. Memasukan pasir ± 30 menitsampai suhu 200℃
7. Memasukan bahan berupa kerupuk lalu ukur waktu dan suhu sampai kerupuk
tersebut mulai mengembang.
8. Masukkan tabel yang tersedia
9. Mengangkat bahan yang telah matang dan meniriskannya
10. Uji organoleptik dan masukan dalam tabel yang telah tersedia
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Alat Praktikum
a. Penggorengan dengan media pasir

2 7

3
8
4 9

5 1

Gambar 1. Alat penggorengan HSF-050 0

Nama dan Fungsi Bagian :


1) Termometer : untuk menampilkan suhu dinding alat.
2) Lubang pemasukan dan pengeluaran : untuk memasukan dan
mengeluarkan bahan.
3) Tuas putar : untuk memutar tabung silinder.
4) Besi pengaduk : untuk mengaduk bahan.
5) Tempat pengeluaran : untuk mengeluarkan bahan/produk.
6) Lubang exhaust : untuk mengeluarkan uap panas.
7) Gear : sebagai transmisi.
8) Kompor : Sebagai sumber api dan mengatur besar kecilnya api.
9) Tabung gas : sebagai bahan bakar.
10) Selang gas : sebagai penyalur gas ke kompor.
Prinsip Kerja :
Penggorengan berlangsung melalui kontak dengan media
penghantar panas (pasir) yang melibatkan perpindahan panas secara
konduksi dan konveksi serta dilakukan pada suhu tinggi.

b. Termometer inframerah

Gambar 2. Termometer Inframerah

Nama dan Fungsi bagian :


1) Tombol pengatur : untuk mengatur termometer
2) Pegangan thermometer : untuk memegang termometer.
3) Display : untuk menampilkan hasil pembacaan suhu.
Prinsip Kerja :
Mengukur suhu dari pantulan sinar inframerah yang diubah
menjadi angka digital.
2. Tabel Pengamatan
a. Tabel Uji Organoleptik
Tabel 1. Tabel Uji Organoleptik
No Parameter
Rasa Kerenyahan Aroma
1 3 4 4
2 3 2 2
3 3 1 2
4 3 2 2
Keterangan :
1) Rasa
1 = sangat enak
2 = enak
3 = agak enak
4 = tidak enak
2) Kerenyahan
1 = sangat renyah
2 = renyah
3 = agak renyah
4 = tidak renyah
3) Aroma
1 = sangat tengik
2 = tengik
3 = agak tengik
4 = tidak tengik
3. Grafik Perbandingan
a. Grafik perbandingan kelompok 1 dan 2
112
110
108
106
Suhu (℃)

104
102
100
98
96
94
0 5 10 15 20 25

Waktu (menit)
Grafik 1. Perbandingan kelompok 1 dan 2
b. Grafik perbandingan kelompok 3 dan 4
138
136
134
132

Suhu (℃)
130
128
126
124
122
120
118
0 2 4 6 8 10
Waktu (menit)

Grafik 2. Perbandingan kelompok 3 dan 4


B. Pembahasan

Penggorengan merupakan pengolahan pangan yang umum dilakukan untuk


mempersiapkan makanan dengan jalan memanaskan makanan dalam panci yang
berisi minyak. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang mengembang
dan renyah. Selain itu juga meningkatkan citra rasa, warna, gizi daya awet produk
akhir. Penggorengan dapat mengubah kualitas makanan dan memberikan efek
akibat destruksi termal mikroorganisme dan enzim serta mengurangi kadar air
sehingga daya simpan menjadi lebih baik (Ketaren, 1986).
Kerupuk pasir adalah kerupuk yang digoreng tidak menggunakan minyak
tetapi menggunakan pasir. Proses penggorengan berlangsung melalui kontak
dengan media penghantar panas (pasir) dan dilakukan pada suhu tinggi. Lazimnya
penggorengan dilakukan dengan menggunakan minyak sebagai media penghantar
panas, meratakan suhu dan berperan sebagai pemberih rasa gurih (Siswatoro et al.,
2009).
Selama penggorengan kerupuk yang berasal dari bahan berpati mengalami
penyerapan minyak sebesar 15% (Supriyanto, 2007). Penyerapan minyak yang
cukup tinggi akan menyebabkan kerupak menjadi mudah tengik apabila selama
penyimpanan kontak dengan oksigen (Siswatoro et al., 2008). Selain itu
pengkosumsian minyak yang tinggi dapat meningkatkan potensi sakit jantung
coroner, kanker, diabetes dan tekanan darah tinggi (Sartika, 2009).
Penggorengan merupakan salah satu metode pengeringan bahan pangan
dengan menggunakan minyak sebagai media pindah panas. Sistem penggorengan
celup merupakan salah satu cara penggorengan yang paling banyak dilakukan
dalam kegiatan pengeringan bahan pangan. Pengeringan merupakan metode
pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari bahan pangan sehingga daya
simpan menjadi lebih panjang. Produk yang sudah dikeringkan menjadi awet, kadar
air harus dijaga tetap rendah. Produk pangan dengan kadar air rendah dapat
disimpan dalam jangka waktu lama jika pengemasan yang digunakan tepat (Estiasih
dan Ahmadi, 2009).
Penggorengan merupakan salah satu metode memasak klasik untuk
menghasilkan produk yang kering dan bercita rasa khas. Bahan makanan menjadi
kering karena ada proses hidrasi sebagai akibat pindah panas dari minyak goreng
ke bahan. Ciri dari produk goreng adalah permukaannya kering dan menyerap
minyak goreng. Produk goreng umumnya mengandung proporsi resapan minyak
goreng yang tinggi sebagai akibat kontak bahan pangan dengan minyak goreng
selama proses penggorengan (Firdaus, 2000).
Penggorengan merupakan salah satu aktivitas penting dan banyak dijumpai
dalam industri pengolahan pangan, baik industri berskala kecil maupun industri
pangan berskala besar. Namun pada akhir- akhir ini banyak timbul kewaspadaan
terhadap produk hasil gorengan yang menggunakan minyak, terutama minyak yang
digunakan secara berulang. Peng- konsumsi-an minyak terutama lemak jenuh
dianggap merupakan penyebab naiknya resiko sakit khususnya sakit jantung
koroner, kanker, diabetes, dan tekanan darah tinggi (Sartika, 2009).
Penggorengan merupakan salah satu aktivitas penting yang sudah lama
dilkukan dan banyak dijumpai dalam industri pengolahan pangan, baik industri
berskala kecil maupun industri pangan berskala besar. Meskipun penggorengan
merupakan proses pemasakan pangan yang sudah lama dilakukan, tetapi proses
tersebut banyak yang belum diungkap secara ilmiah (Levine, 1990).
Ada beberapa kelebihan apabila penggorengan dilakukan tanpa
menggunakan minyak (menggunakan pasir). Kelebihan tersebut antara lain :
produk tidak mengandung minyak goreng sehingga tidak mudah tengik, pasir
sebagai media penghantar panas mudah di dapat dan murah, produk yang
mengalami penurunan kerenyahan (melempem) mudah dilakukan rekondisi
kerenyahannya dengan cara dijemur pada sinar matahari atau dipanaskan pada suhu
yang tidak terlalu tinggi (35 0C – 45 0C), mengurangi ketergantungan
penggorengan menggunakan minyak goreng (Rofiuddin, 2007).
Kekurangan bila penggorengan dilakukan dengan menggunakan pasir antara
lain: Produk yang digoreng harus produk yang bersifat kering, sehingga pasir tidak
mudah lengket pada produk hasil gorengan; Produk hasil gorengan pasir tidak
mendapat tambahan rasa gurih yang diakibatkan dari penyerapan minyak goreng
kedalam produk. Namun kelemahan yang menyangkut rasa gurih dapat diatasi
dengan melakukan penambahan bumbu pada adonan produk yang akan digoreng,
sehingga bisa dihasilkan rasa produk goreng pasir yang sesuai dengan selera
konsumen. Sedangkan untuk produk yang bersifat basah juga masih dapat diatasi
meskipun kelemahan ini tidak bisa 100 % teratasi, misalnya dengan melakukan
penggorengan dengan menggunakan butiran penghantar panas yang berukuran
cukup besar (≥ 2,00 mm).
Tujuan dari penggorengan dengan cara ini adalah agar makanan yang diolah
tidak menyerap minyak dalam proses penggorengan. Cara penggorengan
menggunakan media pasir lebih efisien karena lebih menghemat energi panas yang
digunakan. Proses transfer panas terjadi dengan cara kontak langsung antara bahan
yang digoreng dengan media penghantar panas. Pasir memiliki luas kontak panas
yang besar karena berupa butiran yang berdiameter tidak lebih dari 2,00 mm
(Wikipedia, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penggorengan dengan media pasir
adalah faktor transfer panas yang dihasilkan pada pasir, yang dimana faktor ini
merupakan salah satu faktor yang urgen untuk diteliti lebih lanjut terkait efisiensi
pada proses menggoreng.
Aspek keteknikan yang terdapat pada penggorengan dengan media pasir
adalah adanya perpindah panas dengan media pasir sebagai media penghantar panas
yang baik dan merata pengganti minyak untuk menggoreng kerupuk.
Cara kerja alat ini adalah dengan dinyalakan kompor dengan korek lalu
tunggu hingga pasir yang didalam sudah panas hingga suhu 200℃ lalu masukkan
kerupuk dan putar tuas ke kanan hingga mengembang lalu putar kekiri untuk
mengeluarkan kerupuknya.
Kerupuk pasir merupakan jenis kerupuk dengan sistem penggorengan yang
menggunakan pasir sebagai media penggoreng. Sehingga kerupuk lebih renyah dan
tidak berminyak. Pengolahan kerupuk pasir sangat berpengaruh pada kualitas
kerupuk yang dihasilkan. Kendala yang dihadapi pada penggorengan kerupuk pasir
adalah jumlah tenaga kerja, dan waktu, selain itu juga temperature ruangan disekitar
tempat penggorengan cukup tinggi sehingga membuat pekerja mudah lelah dan
masih banyak para pengusaha home industri menggunakan penggoreng kerupuk
pasir manual dengan sumber penggerak berupa tenaga manusia. Kendala – kendala
tersebut akan menambah waktu, biaya dan tenaga dalam proses penggorengan.
Tentu ini suatu masalah tersendiri yang mengurangi produktivitas dalam
menghasilkan kerupuk pasir.
Dengan hasil survey yang telah dilakukan, masih banyak ditemukan sistem
penggorengan kerupuk pasir menggunakan penggerak berupa tenaga manusia dan
juga temperature disekitar penggorengan yang juga tidak terkontrol, sehingga
dianggap kurang efisien. Melihat keadaan tersebut, didapatkan ide untuk
memengembangkan mesin yang sudah digunakan oleh pemilik home industri untuk
membantu para pengusaha kerupuk dalam menggoreng kerupuk pasir. Setelah di
dapatkan gambar detail dari permasalahan yang ada di lapangan dan mencoba
mencari solusi dari permasalahan dengan membuat rancang bangun “Mesin
Penggoreng Kerupuk Pasir Semi Otomatis dilengkapi Pengatur Suhu”. Untuk
produksi rumahan dengan skala kecil dan mudah dalam pengoperasiannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah agar menghasilkan desain mesin penggoreng
kerupuk pasir yang lebih efisien dalam penggorengan dan juga lebih efektif dalam
meminimalisir bahan bakar dari penggorengan kerupuk, diharapkan agar mesin ini
benar-benar dapat bekerja sesuai dengan harapan dan keinginan dari para petani.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan untuk mesosialisasikan mesin
penggoreng kerupuk pasir kepada masyarakat sekitar sebagai bahan referensi dari
sumber-sumber yang telah ada, Memberikan kontribusi terhadap masyarakat Krian.
Penggorengan dengan pasir adalah penggorengan yang dilakukan dengan
menggunakan pasir sebagai media penghantar panas untuk mematangkan bahan
yang digoreng. Kelebihan dan kekurangan penggorengan dengan pasir yaitu:
1. Kelebihan penggorengan dengan pasir :
a. Produk tidak mengandung minyak goreng sehingga tidak mudah tengik.
b. Pasir sebagai media penghantar panas mudah di dapat dan murah.
c. Bila produk mengalami penurunan kerenyahan (melempem), dapat
dilakukan rekondisi kerenyahannya dengan cara dijemur pada sinar matahari
atau dipanaskan pada subu yang tidak terlalu tinggi (350C - 450C).
d. Mengurangi ketergantungan penggorengan menggunakan minyak goreng.
e. Penggorengan dengan pasir dapat mengurangi kolesterol pada bahan
makanan.
f. Pasir mudah didapat dan murah sehingga secara ekonomis penggorengan
dengan pasir dapat digunakan untuk menekan biaya produksi, yang pada
akhimya akan meningkatkan nilai kompetitif pemasarannya.
g. Pasir dapat dipergunakan berkali-kali dalam menggoreng, sedangkan
apabila dengan minyak setidaknya 2 kali pemakaian sudah harus diganti.
2. Kekurangan dari penggorengan dengan pasir :
a. Panas tidak merata, sehingga panas tidak diserap secara maksimal
b. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memanaskan pasir yaitu sekitar
30 menit hingga suhu 200OC.
c. Pada produk yang di goreng tidak mengembang dengan maksimal
d. Pada krupuk udang pengembangan kecil, tekstur keras, rasa dan
penampakan kurang baik.
e. Tidak semua bahan dapat digoreng menggunakan metode penggorengan
pasir.
f. Alat yang dipergunakan dalam penggorengan pasir yang baik (ada pengatur
kecepatan putarannya) masih terbilang cukup mahal.
g. Tahap awal yang cukup rumit, yaitu harus mencuci pasir hingga benar-benar
bersih dan menjemurnya hingga kering.
h. Rasa bahan yang digoreng dengan pasir lebih hambar jika dibandingkan
dengan rasa bahan yang digoreng dengan minyak.
i. Konsumsi gas terbilang boros untuk penggorengan dengan pasir.
Pada penggorengan menggunakan minyak, hasil yang diperoleh yaitu
minyak dapat meresap ke dalam bahan pangan (bahan yang digoreng) sehingga
rentan mengalami ketengikan. Tingkat kerenyahan pada penggorengan minyak
sangat renyah ketika pasca penggorengan, namun cepat mengalami penurunan
tingkat kerenyahan pula apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat bagi produk
tersebut. Penggorengan dengan minyak menghasilkan tingkat kematangan yang
rata pada tiap sisi produk.
Penggorengan menggunakan pasir menghasilkan produk yang renyah namun
apabila tingkat kerenyahan mulai menurun maka dapat dilakukan rekondisi
kerenyahannya dengan cara dijemur pada sinar mataharii atau dipanaskan pada
suhu yang tidak terlalu tinggi (35 oC – 45 oC). Produk yang dihasilkan oleh
penggorengan pasir tidak mengandung minyak goreng sehingga tidak mudah
tengik. Penggorengan dengan pasir menghasilkan tingkat kematangan yang kurang
merata pada tiap permukaan bahan, sehingga masih terdapat produk hasil yang
kurang matang.
Pengertian mesh adalah, banyaknya lubang yang terdapat dalam ukuran 1
inch linier jadi kalo mesh 4, berarti dalam jarak 1 inch akan terdapat 4 lubang pada
posisi vertical dan 4 lubang pada posisi horizontal. Satuan Mesh adalah banyaknya
lubang setiap 1 inchi2. Patokan ukuran lubang adalah saringan 200 mesh dan setiap
lubang merupakan √2 atau 1.414 kali besar lubang dari saringan terdahulu.
Penggorengan kerupuk dengan pasir di indonesia masih belum banyak
digunakan karena: Panas tidak merata, sehingga panas tidak diserap secara
maksimal, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memanaskan pasir yaitu
sekitar 30 menit hingga suhu 200C, pada produk yang di goreng tidak
mengembang dengan maksimal, pada krupuk udang pengembangan kecil, tekstur
keras, rasa dan penampakan kurang baik, alat yang dipergunakan dalam
penggorengan kerupuk menggunakan pasir yang baik (ada pengatur kecepatan
putarannya) masih terbilang cukup mahal, tahap awal yang cukup rumit, yaitu harus
mencuci pasir hingga benar-benar bersih dan menjemurnya hingga kering, rasa
kerupuk yang digoreng dengan pasir lebih hambar jika dibandingkan dengan rasa
bahan yang digoreng dengan minyak, konsumsi gas terbilang boros untuk
penggorengan dengan pasir.
Pasir yang dapat digunakan untuk penggorengan tanpa minyak ini berfariasi
jenis dan diameternya. Berikut adalah jenis pasir dan diameter masing-masing jenis
pasir yang dapat digunakan untuk penggorengan.
Hasil praktikum pada acara ini dapat disimpulkan prinsip kerja pada tungku
dari kompor menyalurkan panas yang memperlambar media pasir sehingga pasir
menjadi panas dan membuat krupuk menjadi mengembang. Dan mendapatkan hasil
pada tabel berikut:
Tabel pengamatan

Tabel 2. Tabel Uji Organoleptik


No Parameter
Rasa Kerenyahan Aroma
1 3 4 4
2 3 2 2
3 3 1 2
4 3 2 2

Keterangan :
1) Rasa
1 = sangat enak
2 = enak
3 = agak enak
4 = tidak enak
2) Kerenyahan
1 = sangat renyah
2 = renyah
3 = agak renyah
4 = tidak renyah
3) Aroma
1 = sangat tengik
2 = tengik
3 = agak tengik
4 = tidak tengik

Grafik Perbandingan
a. Grafik perbandingan kelompok 1 dan 2
112
110
108
106

Suhu (℃)
104
102
100
98
96
94
0 5 10 15 20 25

Waktu (menit)
Grafik 3. Perbandingan kelompok 1 dan 2

b. Grafik perbandingan kelompok 3 dan 4


138
136
134
132
Suhu (℃)

130
128
126
124
122
120
118
0 2 4 6 8 10
Waktu (menit)

Grafik 4. Perbandingan kelompok 3 dan 4


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Proses pengolahan dengan pasir pada dasarnya adalah penyaluran panas yang
berasal dari kompor ke alat penggoreng pasir, kemudian alat tersebut akan
menyalurkan panas yang diterimanya ke pasir. Dimana selanjutnya pasir akan
menyalurkan panas ke bahan yang digoreng, sehingga membuat bahan yang
digoreng menjadi matang.
2. Mekanisme kerja dari alat penggorengan pasir yaitu pasir dimasukkan kedalam
alat penggoreng dengan bentuk silindris, kemudian gas disalurkan ke bagian
alat, lalu dinyalakan menggunakan api. Alat dihubungkan ke sumber listrik,
kemudian alat akan berputar secara otomatis dan pasir yang ada didalamnya
pun akan berputar. Kecepatan putarannya dapat diatur sesuai kebutuhan setelah
alat berputar secara terus-menerus maka akan menimbulkan panas. Panas
tersebut yang digunakan untuk menggoreng produk
B. Saran

Praktikum berjalan lancar, hanya saja tempat yang digunakan untuk


praktikum kurang luas sehingga sedikit sempit dan mengganggu jalannya
praktikum. Perlu dilakukan di tempat yang cukup luas dan leluasa agar
praktikum berjalan lebih lancar lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus M, D A Bambang, Harijono. 2000. Penyerapan minyak pada french fries


kentang. BIOSAIN 1(2): 76-78

Estiasih, Teti, Ahmadi. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI Press.

Levine, L. 1990. Understanding Frying Operations. Cereal Foods World (35) : 272
-273.

Rofiuddin. 2007. Pemerintah Dinilai Tidak Serius Selesaikan Kelangkaan Minyak


Goreng. http://www.tempo. co.id/hg/nusa/jawamadura/2007/08/1 9/br,
20070819 - 105851, id.html. diakses, 12 Juli 2010.

Supriyanto. 2007. Proses Penggorengan Bahan Makanan Sumber Pati: Kajian


Nisbah Amilosa-Amilopektin. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. UGM.
Yogyakarta.

Sartika, D.R.A. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Proses Menggoreng (deep frying)
Terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans. Makara, Sains 13(1) : 23 – 28

Siswantoro. 2008. Model Matematik Transfer Panas Pada Penggorengan


Menggunakan Pasir. Makalah seminar Nasionl PERTETA, UGM-
Yogyakarta.

Siswantoro. 2009. Penggorengan dengan Pasir Sebagai Media Penghantar Panas.


Laporan Penelitian Hibah Mahasiswa Program Doktor. Fakultas Teknologi
Pertanian, UGM, Yogyakarta.

Syarif, R. dan H. Halid, 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.


Wikipedia, 2013. Nangka. http://id.wikipedia.org/wiki/Nangka. [diakses 23
Oktober 2013].

Anda mungkin juga menyukai