Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ENERGI TERBARUKAN

PEMBUATAN BIOETANOL DARI PEPAYA

Oleh:
Prayoga Pangestu
NIM A1C016020

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini energi menjadi perhatian khusus karena ketersediaannya yang


semakin terbatas. Kebutuhan dunia akan minyak bumi semakin meningkat dan
cadangan minyak dunia sudah semakin berkurang, sedangkan minyak bumi
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Penggunaan energi
untuk berbagai keperluan seperti industri, transportasi dan rumah tangga di hampir
semua negara sepenuhnya bergantung pada bahan bakar fosil khususnya minyak
bumi. Perkembangan kebutuhan energi dunia yang semakin meningkat dan
ketersediaan energi fosil yang semakin menipis menyebabkan perhatian saat ini
ditujukan untuk mencari sumber-sumber energi terbaharukan. Sehingga diperlukan
sumber-sumber alternatif lain yang dapat menghasilkan energi, yaitu sumber energi
alternatif terbaharukan yang ramah lingkungan serta berbasis sumber energi hayati.
Kebutuhan bahan bakar minyak Indonesia diprediksi akan mengalami
peningkatan hingga tahun 2025 yaitu mencapai 830 juta barrel, sementara produksi
minyak bumi yang diperkirakan hanya 130 juta barrel pada tahun 2025. Dengan
meningkatnya konsumsi dan penurunan produksi serta cadangan minyak bumi yang
semakin menipis, maka akan menyebabkan terjadinya krisis energi. Oleh karena
itu, untuk mengatasi persoalan tersebut diperlukan sumber-sumber alternatif lain
yang dapat menghasilkan energi, yaitu sumber energi alternatif terbaharukan yang
ramah lingkungan, berbasis sumber energi hayati dan jumlahnya yang memadai.
Bahan bakar alternatif yang potensial untuk dikembangkan khususnya di
Indonesia adalah bioetanol. Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif
yang berperan penting dalam mengurangi dampak negatif pada pemakaian bahan
bakar fosil. Bioetanol merupakan sumber energi yang dapat dibuat dengan bahan
baku dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan glukosa. Bioetanol
dapat diproduksi dari berbagai bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia,
sehingga sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena bahan bakunya
sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan
bioetanol antara lain tanaman yang mempunyai kandungan sukrosa, pati, dan
selulosa.
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol
saja adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Ethanol merupakan senyawa Hidrokarbon dengan gugus Hydroxyl (-OH) dengan 2
atom karbon (C) dengan rumus kimia C2H5OH.
Secara umum ethanol berupa bahan kimia yang diproduksi dari bahan baku
tanaman yang mengandung karbohidrat (pati) seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung,
sorgum, beras, ganyong dan sagu yang kemudian dipopulerkan dengan nama
bioetanol. Bahan baku lainnya adalah tanaman atau buah yang mengandung gula
seperti tebu, nira, buah mangga, nenas, pepaya, anggur, lengkeng, dan lain-lain.
Bahan berserat (selulosa) seperti sampah organik dan jerami pun saat ini tlah
menjadi salah satu alternatif ethanol. Bahan baku tersebut merupakan tanaman
pangan yang biasa merupakan tanaman yang potensial untuk dipertimbangan
sebagai sumber bahan baku pembuatan bioetanol. Namun dari semua jenis tanaman
tersebut, ubi kayu merupakan tanaman yang etiap hektarnya paling tinggi dapat
memproduksi bioetanol.
Bioethanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi
menggunakan bahan baku nabati. Ethanol atau etil alkohol C2H5OH, merupakan
cairan yang tidak berwarna, larut dalam air, eter, aseton, benzene, dan semua pelarut
organik, serta memiliki bau khas alkohol. Salah satu pembuatan ethanol yang paling
terkenal adalah fermentasi. Bioethanol dapat diperoleh salah satunya dengan cara
memfermentasi singkong.

B. Tujuan
1. Memahami pengertian bioetanol.
2. Mengetahui proses pembuatan bioetanol.
3. Mengetahui alat-alat yang digunakan pada pembuatan bioetanol.
4. Mengetahui bahan-bahan yang dapat dibuat sebagai bahan baku bioetanol.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Etanol atau etil alkohol adalah bahan kimia yang terdapat didalam minuman

beralkohol atau arak , bahan ini banyak digunakan sebagai pelarut dalam dunia

farmasi dan industri makanan dan minuman . Etanol tidak berwarna dan tidak

berasa, namun memiliki bau yang khas dan mudah terbakar (Luky, 2009).

Etanol merupakan pelarut organik yang biasa digunakan dalam

mengekstraksi pewarna alami dari berbagai tumbuhan. Selain itu, etanol lebih

ramah lingkungan daripada metanol. Etanol adalah sejenis cairan yang mudah

menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering

digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Basito, 2011).

Bioetanol merupakan salah satu energi alternatif yang menjanjikan dalam

menghadapi krisis energi dimasa depan. Didukung dengan ketersediaan bahan

organik seperti selulosa yang melimpah menarik minat peneliti dalam

mengembangkan penelitian bioetanol (Nyoman, 2017).

Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber

karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme Produksi bioetanol dari

tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses

konversi karbohidrat menjadi gula atau glukosa dengan beberapa metode

diantaranya dengan hidrolisis asam dan secara enzimatis. Glukosa yang diperoleh

selanjutnya dilakukan proses fermentasi atau peragian dengan menambahkan ragi

sehingga diperoleh bioetanol (Seftian et al., 2012).

Etanol merupakan produk fermentasi yang dapat dibuat dari substrat yang

mengandung karbohidrat. Etanol merupakan kependekan dari etil alkohol.


Bentuknya berupa cairan yang tidak berwarna dan memiliki bau yang khas

(Moeksin, 2010).

Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar

dan menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan (Endah,

2007).

Bio-etanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari

pengolahan tumbuhan) di samping Biodiesel. Bio-etanol adalah etanol yang

dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses destilasi.

Proses destilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk

digunakan sebagai bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga

mencapai 99% yang lazim disebut fuel grade ethanol (FGE) (Musanif, 2008).

Bioetanol merupakan salah satu sumber bahan bakar alternatif yang diolah

dari tumbuhan, dimana memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2

hingga 18 % (Wusnah et al., 2016).

Etanol tidak beracun, tetapi bersifat memabukkan dan menyebabkan kantuk

karena menekan aktivitas otak atas. Etanol juga bersifat candu. Orang yang sering

minum alkohol dapat menjadi ketagihan dan sukar baginya meninggalkan alkohol

itu. Walaupun tidak beracun, alkohol dapat menimbulkan angka kematian yang

tinggi, misalnya banyak pengemudi kendaraan yang dalam keadaan mabuk

menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Hal yang lebih menyedihkan jika yang

menjadi korban bukan saja si pemabuk, tatpi orang lain (Purba, 2010).
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Destilator
2. Termometer
3. Botol fermentasi
4. Pengaduk
5. Alkoholmeter
6. Fernipan
7. Urea, NPK
8. Aquades
9. Pepaya
10. Pisau
B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini sebagai berikut:


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Menyiapkan nira 100 ml
3. Masukkan urea 1 gram dan NPK 1 gram
4. Tambahkan fermipan 3 gram pada botol 1
5. Fermentasi selama 3 dan 5 hari
6. Melakukan proses destilasi selama 2 jam, mengukur volume akhir
7. Mengukur kadar alkohol hasil fermentasi
Kadar etanol
8. Hitung Rendemen = Massa bahan X 100%
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Praktikum
Tabel 1. Awal
Kelompok Lama fermentasi Konsentrasi saccharomycess
1 2 hari 5%
2 2 hari 10 %
3 2 hari 15 %
4 2 hari 20 %
5 3 hari 5%
6 3 hari 10 %
7 3 hari 15 %
8 3 hari 20 %

Tabel 2. Hasil praktikum


Kelompok Volume etanol (ml) Kadar etanol (%)
1 22 ml 5,2 %
2 24 ml 5%
3 26 ml 4,3 %
4 26 ml 4,5 %
5 18 ml 4,2 %
6 24 ml 5,8 %
7 24 ml 5,4 %
8 31 ml 4,7 %

2. Perhitungan
a. Volume etanol murni = kadar mikroba x Vakhir
= 15% x 24
= 3,60 ml
b. Rendemen etanol = V etanol murni/ V substrat
= 3,60/200 x 100%
= 0,018 x 100%
= 1,8 %
3. Grafik
a. Grafik 2 hari

0.03

0.025

0.02
Rendemen

0.015

0.01

0.005

0
0% 5% 10% 15% 20% 25%
Kadar Sacharomyses

Gambar 1. Grafik 2 hari

b. Grafik 3 hari

0.035

0.03

0.025

0.02
Rendemen

0.015

0.01

0.005

0
0% 5% 10% 15% 20% 25%
Kadar Sacharomyses

Gambar 2. Grafik 3 hari

4. Kesimpulan
Dari grafik 1 dan 2 bisa disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar etanol,
maka semakin tinggi rendemen yang dihasilkan.
B. Pembahasan

Bioetanol merupakan salah satu energi alternatif yang menjanjikan dalam


menghadapi krisis energi dimasa depan. Didukung dengan ketersediaan bahan
organik seperti selulosa yang melimpah menarik minat peneliti dalam
mengembangkan penelitian bioetanol (Nyoman, 2017).
Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme Produksi bioetanol dari
tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses
konversi karbohidrat menjadi gula atau glukosa dengan beberapa metode
diantaranya dengan hidrolisis asam dan secara enzimatis. Glukosa yang diperoleh
selanjutnya dilakukan proses fermentasi atau peragian dengan menambahkan ragi
sehingga diperoleh bioetanol (Seftian et al., 2012).
Bioetanol merupakan salah satu sumber bahan bakar alternatif yang diolah
dari tumbuhan, dimana memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2
hingga 18 % (Wusnah et al., 2016).
Bio-etanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari
pengolahan tumbuhan) di samping Biodiesel. Bio-etanol adalah etanol yang
dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses destilasi.
Proses destilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95% volume, untuk
digunakan sebagai bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan lagi hingga
mencapai 99% yang lazim disebut fuel grade ethanol (FGE) (Musanif, 2010).
Bioetanol merupakan hasil dari proses fermentasi biomassa dengan bantuan
mikroorganisme (Firdausi et al., 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan bioetanol, yaitu:
1. Bahan Baku
Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat dalam berbagai
jenis tumbuh-tumbuhan yang disimpan dalam akar, batang buah, kulit dan biji
sebagai cadangan makanan. Pati adalah polimer D-glukosa dan ditemukan sebagai
karbohidrat simpanan dalam tumbuh-tumbuhan, misalnya ketela pohon, pisang,
jagung,dan lain-lain
2. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob jenih atau
anaerob sebagian. Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan seperti natrium
klorida bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan organisme pembusuk dan
mencegah pertumbuhan sebagian besar organisme yang lain. Suatu fermentasi yang
busuk biasanya adalah fermentasi yang mengalami kontaminasi, sedangkan
fermentasi yang normal adalah perubahan karbohidrat menjadi alkohol.
3. Mikroorganisme pada Fermentasi
Alkohol dapat diproduksi dari beberapa bahan secara fermentasi dengan
bantuan mikroorganisme, sebagai penghasil enzim zimosa yang mengkatalis reaksi
biokimia pada perubahan substrat organik. Mikroorganisme yang dapat digunakan
untuk fermentasi terdiri dari yeast (ragi), khamir,jamur, dan bakteri.
Mikroorganisme tersebut tidak mempunyai klorofil, tidak mampu memproduksi
makanannya dengan cara fermentasi, dan menggunakan substrat organik untuk
sebagai makanan.
4. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang
menghasilkan satu zat baru atau lebih dan juga dekomposisi suatu larutan dengan
menggunakan air. Proses ini melibatkan pengionan molekul air ataupun peruraian
senyawa yang lain.
Cara kerja dari destilator adalah jika suatu zat dalam larutan tidak sama-sama

menguap, maka uap larutan akan memiliki komponen yang berbesa dengan larutan

aslinya. Apabila salah satu zat menguap maka pemisahannya akan terjadi

sempurna. Namun apabila kedua zat tersebut menguap maka pemisahannya akan

hanya terjadi sebagian namun destilat atau produk akan menjadi kaya dapa suatu

komponen daripada larutan aslinya.


Gambar 1. destilator

Pada umumnya jenis mikroorganisme yang digunakan dalam produksi


bioetanol adalah Saccharomyces cerevisiae. Hal tersebut dikarenakan S. cerevisiae
banyak ditemukan dialam, memiliki ketahanan hidup yang tinggi serta mampu
menghasilkan alkohol dalam jumlah yang cukup tinggi (Jeffries dan Jin, 2011).
Saccharomyces cerevisiae pembentuk flok merupakan yeast yang mampu
membentuk flok atau gumpalan sel yang mengendap secara cepat dalam medium
pertumbuhannya, yang berperan penting dalam produksi bioetanol karena
mempermudah proses purifikasi yaitu meniadakan proses sentrifugasi sehingga
dapat menurunkan biaya produksi (Kida dkk., 2012).
Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoideus merupakan galur khamir yang
biasa digunakan untuk pembuatan minuman keras (wine) dan mampu menghasilkan
rendemen alkohol tinggi (Frazier dan Westhoff, 2018).
Ragi S. cerevisiae tidak lagi dimanfaatkan oleh manusia dalam bidang
bioteknologi tradisional, namun telah merambah ke berbagai sektor komersial yang
sangat vital. Teknologi di bidang minuman, makanan, industri enzim, farmasi,
pertanian, lingkungan, serta pembuatan biofuel telah memanfaatkan jasa dari
mikroorganisme ini (Rose dan Horrison, 2009).
Saccharomyces cerevisiae memiliki daya konversi gula menjadi etanol yang
sangat tinggi, sehingga sering digunakan dalam fermentasi alkohol. Saccharomyces
cereviseae memerlukan suhu 30oC dan pH 4,0 - 5,5 agar dapat tumbuh dengan baik,
(Sassner, 2008). Menurut Gaur (2006), tingginya gula pada substrat dan sebagai
produk akhir dapat menjadi penghambat pada proses metabolisme khamir yang
menyebabkan kecepatan produksi etanol terbatasi. Konsentrasi optimal gula pada
substrat yang digunakan adalah sebesar 16-24% brix. Apabila konsentrasi substrat
lebih dari itu maka tekanan osmotik akan meningkat dan mengurangi efisiensi
proses fermentasi. Saccharomyces cerevisiae bersifat fermentatif kuat dan dapat
hidup dalam kondisi aerob maupun anaerob (anaerob fakultatif), memiliki sifat
yang stabil dan seragam, memiliki pertumbuhan yang cepat dalam proses
fermentasi sehingga proses fermentasi dapat berlangsung dengan cepat pula serta
mampu memproduksi alkohol dalam jumlah banyak.
Analisis gula reduksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis secara
kualitatif dan kuantitatif. Analisis gula reduksi secara kualitatif digunakan untuk
mengidentifikasi apakah sampel mengandung gula reduksi atau tidak. Adapun
metode analisis gula reduksi secara kualitatif yang banyak digunakan adalah uji
Seliwanoff,uji Benedict, uji Fehling, uji Barfoed, uji Tollens, dan uji Molisch
(Lehninger, 1993;Mathews et al.,2000).
Berikut ini adalah kelebihan bioetanol dari bahan bakar lain (Perry, 2009):
1. Berdasarkan siklus karbon, etanol dianggap lebih ramah lingkungan karena
CO2 yang dihasilkan oleh hasil buangan mesin akan diserap oleh tanaman.
2. Etanol dapat juga meningkatkan efisiensi pembakaran karena mengandung
35% oksigen.
3. Nilai oktan yang tinggi menyebabkan campuran bahan bakar terbakar tepat
pada waktunya sehingga tidak menyebabkan fenomena knocking.
4. Pembakaran tidak menghasilkan partikel timbal dan benzena yang bersifat
karsinogen.
5. Mempunyai efisiensi yang tinggi dibandingkan bensin.
Selain dapat menggantikan fungsi dari bahan bakar minyak bioetanol juga
mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan, yaitu :
1. Sebagai bahan dasar minuman beralkohol.
2. Sebagai bahan kimia dasar senyawa organik, pelarut untuk parfum, cat dan
larutan obat, antidote beberapa racun.
3. Sebagai bahan dasar minuman beralkohol.
Hasil yang didapat dari pembuatan bioethanol dari pepaya, fermipan, urea,
dan NPK yang berbeda tiap kelompok didapatkan bahwa kadar etanol paling sedikit
dihasilkan oleh kelompok 5dengan volume 18 ml. Hal ini disebabkan konsentrasi
fermipan, urea, dan NPK kelompok 5 jumlahnya lebih sedikit dari kelompok lain
dan lama fermentasi 3 hari. Kesimpulan menurut praktikan adalah konsentrasi dari
fermipan dan lama fermentasi akan mempengaruhi kadar etanol yang didapatkan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel ramah lingkungan dan


diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan bahan baku nabati. Keuntungan
menggunakan bioetanol sebagai bahan bakar adalah bioetanol memiliki nilai oktan
yang lebih tinggi dari pada bensin, dapat digunakan dalam bentuk murni dan
dicampur dengan bensin, oleh sebab itu bioetanol adalah bahan bakar alternatif
yang potensial untuk dikembangkan.

B. Saran

Praktikum sudah berjalan sesuai prosedur namun karena terkendala alat yang
kurang memadai dan kurang maksimal, maka hasil praktikum berpengaruh kurang
baik. Semoga tahun berikutnya bisa menjadi lebih baik lagi agar hasil yang didapat
bisa lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Basito. 2011. “Efektivitas Penambahan Etanol 95% Dengan Variasi Asam Dalam Proses
Ekstraksi Pigmen Antosianin Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.)”. Jurnal
Teknologi Hasil Pertanian. 4/2: 84-93.

Endah, R. D., Sperisa D, Adrian Nur, Paryanto. 2007. “Pengaruh Kondisi Fermentasi
Terhadap Yield Etanol Pada Pembuatan Bioetanol Dari Pati Garut”. Gema Teknik.
2(10).

Frazier, W.C dan D.c Westhoff. 2018. Food Microiology 4th ed. McGraw-Hill Book.
Publishing Co.Ltd, New York.

Kida, K., Morimura, S., Kume ,K., Suruga, K. dan Sonoda, Y. (2012). Repeated batch
ethanol fermentation by a flocculating yeast Saccharomyces cerevisiae IR-2.
Journal of Fermentation and Bioengineering 71: 340– 344.

Luky, Indrati. 2009. “Pembuatan Etanol Dari Buah Mengkudu”. Jurnal Teknik Kimia.
4/1: 255-259.

Moeksin, Rosdiana, Shinta Francisca. 2010. “Pembuatan Etanol Dari Bengkuang Dengan
Variasi Berat Ragi, Waktu, Dan Jenis Ragi”. Jurnal Teknik Kimia. 2(17)

Musanif, Jamil. 2008. Bio-Etanol. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Nyoman, I., dan Atit. 2017. “Keragaman Jenis Khamir Penghasil Etanol yang Diisolasi
dari Makanan Fermentasi di Kepulauan Riau”. Jurnal Biologi Indonesia. 13/1: 61-
69.

Purba, Michael. 2000. Kimia 2010 Untuk SMU Kelas 2 Jilid 2B. Jakarta: Erlangga.

Perry. R.H, 2009. Perry Chemical Engineering Hands Book. Mc Graw Hill.
Singapore.

Rose, A.H. and Horrison, J.S. (1969). The yeast vol 1. London: Academic Press.

Seftian, Deky., Ferdinand., dan Faizal. 2012. “Pembuatan Etanol dari Kulit Pisang
menggunakan Metode Hidrolisis Enzimatik dan Fermentasi”. Jurnal Teknik Kimia.
1(18): 10-16.

Wusnah., Samsul., dan Dwi. 2016. “Proses Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang
Kepok (Musa Acuminata B.C) Secara Fermentasi”. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal. 5/1: 57-65.

Anda mungkin juga menyukai