Anda di halaman 1dari 16

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE


Jalan B.Aceh- Medan Km 280,3 Buket Rata, Lhokseumawe, 24301
P.O Box 90 telp (0645) 42670, fax - 42785

PRAKTIKUM KIMIA HIDROKARBON

NAMA : AS SHIFA SALSABIL


NIM : 1932402007

KELAS : 1 / PM
JURUSAN : TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PENGOLAHAN
MINYAK DAN GAS BUMI (D3)
KELOMPOK : 2

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PRODI TEKNOLOGI PENGOLAHAN MINYAK DAN GAS BUMI

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE


TAHUN AJARAN 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Flash Point

Nama : As Shifa Salsabil

NIM : 1932402007

Kelas/Semester : 1/PM / 1 (Ganjil)

Prodi : Teknologi Pengolahan Minyak dan Gas

Tanggal Praktikum : 26 September 2019

Dosen Pembimbing : Zahra Fona, ST, M.Sc.

NIP : 197610102001122001

Ka. Laboratorium : Zulkifli, ST, MT.

NIP : 195903021990011002

Buketrata, September 2019

Guru Pebimbing Ka. Laboratorium Praktikan

Zahra Fona, ST, M.Sc Zulkifli, ST, MT. As Shifa Salsabil

NIP : 197610102001122001 NIP :19590302199001100 NIM :1932402007


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Setelah praktikum, mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan tentang pengertian titik nyala (flash point) dan prinsip pengukuran
titik nyala
2. Mengukur titik nyala produk minyak bumi

1.2 Alat dan Bahan


1.2.1 Alat
1. Gelas Beaker 100 ml
2. Automatic PMCC Flash Point Analyzer Apparatus
3. Korek Api

1.2.2 Bahan
1. Solar (Minyak Diesel)
2. Gas LPG

1.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


1. Periksa regulator LPG dan selang distribusi, pastikan dalam keadaan baik dan
tidak bocor
2. Pasang dan lepaskan alat dari sumber listrik, saat memulai praktikum dan selesai
melakukan praktikum
3. Baca dengan teliti prosedur kerja dan jangan melakukan pekerjaan sebelum
memahami dengan benar prosedur kerja, atau ikuti petunjuk yang diberikan oleh
instruktur
4. Jika ada hal-hal yang diragukan, tanyakan dengan instruktur/teknisi yang
mengawasi dan jangan sekali-kali ingin untuk mencoba-coba
5. Ikuti semua ketentuan K3 di laboratorium, untuk keselamatan anda dan
peralatan
6. Bersihkan ruangan, meja, peralatan yang digunakan setelah selesai praktikum
dan simpan pada tempatnya
7. Sebelum meninggalkan ruangan praktikum periksa sekali lagi untuk memastikan
semua peralatan dan alat terster titik nyala (flash point tester) sudah terlepas dari
arus listrik

1.4 Prosedur Kerja


1.4.1 Persiapan Alat
1. Bersihkan cawan dengan menggunakan Cleaning solvents atau dengan
sample selanjutnya
2. Keringkan dengan memanaskan cawan yang telah dibersihkan dengan
menempatkan cawan pada kontainer selama ± 2 menit
3. Keluarkan cawan dari kontainer
4. Dinginkan kembali dengan suhu ruangan. Hingga suhu sample minimal
20ºC dibawah suhu flash point yang diijinkan
5. Masukan sample pada cawan hingga tanda batas dan tutup sampel uji
dengan penutup cawan
6. Letakan cawan yang telah berisi sample di dalam kontainer dan pasang
sensor diatas mangkuk
1.4.2 Prosedur Pengujian Alat

1. Hidupkan alat dengan memberikan sumber tegangan 220V, kemudian


tekan tombol Power ON pada belakang alat
2. Tunggu hingga alat siap digunakan
3. Nyalakan sumber air bila menggunakan pendingin air keran sebagai
pendingin
4. Isi sample kedalam cawan sampai batas garis
5. Masukan cawan ke dalam container
6. Tutup cawan dengan complete lid dan pasang sample probe, detection
thermocouple, detection cable dan flexsible of stirer
7. Tekan tombol 1 (Go)
8. Isi nama sample lalu tekan enter (Bila suhu flash point tidak diketahui isi
”-” (find) )
9. Isi expected (suhu terget) temperature lalu tekan enter
10. Tekan tombol 1 ( Start )
11. Bila pengujian menggunakan LPG maka harus dinyalakan dengan
pematik (korek)
12. Tunggu hingga hasil didapat ( Heater otomatis akan akan mati sendiri
bila suhu expected terlampaui atau pengujian selesai)
13. Nyalakan printer bila hasil ingin langsung di print
14. Setelah selesai, putar regulator dan tombol stirrer ke posisi nol (matikan
alat pemanas listrik dan gas pembakar). Simpan sisa sampel, dan
bersihkan alat dan bejana logam sampai benar-benar bersih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Flash Point

Titik nyala (Flash Point) adalah temperatur terendah dimana campuran senyawa
dengan udara pada tekanan normal dapat meyala (terbakar sekejap) setelah ada suatu
inisiasi yaitu dengan adanya percikan api dan dapat menyala (flammable) ( Toni,2013 ).
Satuannya adalah derajat Celcius (0C) atau derajat Fahrenheit (0F). Titik nyala disebut
juga suatu angka yang meyatakan suhu terendah dari suatu bahan bakar minyak dimana
akan timbul penyalaan api sesaat, apabila pada permukaan minyak tersebut didekatkan
pada nyala api. Titik nyala diperlukan sehubungan dengan adanya pertimbangan-
pertimbangan mengenai keaamanan dari penimbunan minyak dan pengangkutan bahan
bakar minyak terhadap bahaya kebakaran. Titik nyala ini tdak memiliki pengaruh yang
besar dalam persyaratan pemakaian bahan bakar minyak untuk mesin diesel atau ketel
uap (Hariska,Suciati, dan Ramja, 2012).

Flash Point ditentukan dengan jalan memanaskan sample dengan pemanasan


yang tetap, setelah tercapainya suhu tertentu nyala penguji (test flame) diarahkan pada
permukaan sampel. Test flame ini terus diarahkan pada perukaan sampel dengan
berganti-ganti sehingga mencapai atau terjadi semacam ledakan karena adanya tekanan
dan api yag terdapat pada test flame akan mati. Inilah yang disebut sebagai flash point.
Penentuan titik nyala dapat dilakukan pada produk-produk bahan bakar yang volatile
seperti gasoline dan solve-solven ringan karena mempunyai flash point dibawah
temperatur normal (Hermeidi,2015).

Setelah penentuan flash point dilanjutkan dengan Titik Api (Fire Point) yaitu
suhu terendah minyak yang harus dipanaskan untuk menghasilkan uap secukupnya agar
bercampur dengan udara dan dapat terbakar selama paling sedikit 5 detik. Satuan titik
api adalah derajat Celcius (0C) atau derajat Fahrenheit (0F). Suhu ini juga perlu
diperhatikan seperti halnya titik bakar, walaupun penyalaan minyak yang terjadi belum
stabil, paling sedikit 5 detik, tetapi hal ini sudah mebahayakan (Marsuadi,2005).

Semula penentuan flash point dan fire point ini dimaksud untuk keamanan orang
yang bekerja tanpa khawatir akan terjadinya kebakaran, tetapi perkembangannya yaitu
dapat mengetahui mudah tidaknya minyak atau bahan bakar tersebut menguap
(Hermeidi,2015)

2.2 Bahan Bakar

Bakar adalah bahan yang apabila terbakar yaitu berkontak atau bereaksi
langsung dengan oksigen ataupun udara akan menimbulkan panas. Bahan yang
digolongkan sebagai bahan bakar harus mengandung unsur-unsur ataupun senyawa
yang dapat terbakar yaitu karbon dan hidrogen atau hidrokarbon. Walaupun belerang
merupakan salah satu unsur yang apabila terbakar mengakibatkan panas tetapi tidak
digolongkan dalam bahan bakar. ( Sri Murwati,2010)

Bahan bakar adalah bahaan bakar yang apabila dapat meneruskan proses
pembakaran terserbut dengan sendirinya,disertai pengeluaran panas. Bahan bakar dapat
dibedakan menjadi :

1. Bahan bakar fosil : Batu bara,minyak bumi, dan gas bumi


2. Bahan bakar nuklir : Uranium dan plutonium
3. Bahan bakar lain : Sisa tumbuh-tumbuhan (biomass),minyak nabati
(straigh,vegetable oil), minyak hewani, biofuel/biodesel
(Fauzian,2012 )

Setiap cairan memiliki tekanan uap , yang merupakan fungsi dari bahwa cairan
itu suhu . Dengan meningkatnya suhu, tekanan meningkat uap. Dengan meningkatnya
tekanan uap, konsentrasi uap dari cairan yang mudah terbakar di udara meningkat. Oleh
karena itu, suhu menentukan konsentrasi uap dari cairan yang mudah terbakar di udara.
Pada Tabel. 1 diperlihatkan titik nyala dari beberapa jenis bahan bakar dan suhu nyala
sendiri tanpa penyulut api.

Tabel.1 Titik Nyala beberapa jenis bahan bakar

Bahan bakar Titik nyala Suhu Nyala

Etanol (70%) 16,6 ° C (61,9 ° F) [2] 363 ° C (685 ° F)


Bensin (bensin) -43 ° C (-45 ° F) [3] 280 ° C (536 ° F)

Diesel (2-D) > 52 ° C (126 ° F) [3] 256 ° C (493 ° F)

Bahan bakar jet (A/A-1) > 38 ° C (100 ° F) 210 ° C (410 ° F)

Minyak tanah > 38-72°C(100-162°F) 220 ° C (428 ° F)

Minyak sayur (canola) 327 ° C (621 ° F) -

Biodiesel > 130 ° C (266 ° F) -

Sumber : Digital Meter Indonesia

2.3 Pengukuran Flash Point Tester ( Alat Pengukur Titik Nyala Api )

Otomatis flash point tester menurut Pensky-Martens ditutup cangkir metode


dengan pemadam kebakaran yang terintegrasi. Ada dua tipe dasar pengukuran titik
nyala yaitu cup terbuka dan tertutup.

Dalam perangkat open cup sampel yang terkandung dalam cangkir terbuka yang
dipanaskan, dan pada interval api dibawa di atas permukaan. Flash point yang diukur
sebenarnya akan bervariasi dengan ketinggian api di atas permukaan cairan, dan pada
ketinggian yang cukup suhu titik nyala diukur akan bertepatan dengan titik api . Contoh
paling terkenal adalah Cleveland Open Cup (COC).

Ada dua jenis penguji cangkir tertutup: non-ekuilibrium, seperti Pensky-Martens


mana uap di atas cairan tidak berada dalam temperatur kesetimbangan dengan cairan,
dan keseimbangan, seperti Skala Kecil (umumnya dikenal sebagai Setaflash) dimana
uap yang dianggap suhu kesetimbangan dengan cairan. Dalam kedua jenis cangkir
disegel dengan tutup di mana sumber pengapian dapat diperkenalkan.

Penguji Cawan tertutup biasanya memberikan nilai yang lebih rendah untuk
flash point dari secangkir terbuka (biasanya 5-10 ° C lebih rendah, atau 9-18 ° F lebih
rendah) dan merupakan pendekatan yang lebih baik untuk suhu di mana tekanan uap
mencapai batas yang mudah terbakar yang lebih rendah .

Titik nyala pengukuran empiris daripada parameter fisika dasar. Nilai diukur
akan bervariasi dengan peralatan dan variasi tes protokol, termasuk tingkat jalan suhu
(dalam penguji otomatis), waktu yang diizinkan untuk sampel untuk menyeimbangkan,
volume sampel dan apakah sampel diaduk.

Metode untuk menentukan titik nyala cairan ditentukan dalam banyak standar.
Sebagai contoh, pengujian oleh Pensky-Martens Closed Cup Tester metode rinci dalam
ASTM D93 – 02a.
BAB III
DATA PENGAMATAN
3.1 Data Pengamatan
• Sampel : Solar
• Titik Nyala Sampel (Teoritis) : >520C
• Suhu Target : 520C
• Durasi : 03:04
• Metode : A ( untuk sampel dengan titik nyala < 1000C )
• Bar. Corr. : 1009 mbar
• Flash Point : 580C

Percobaan 1 Percobaan 5

Awal 27.40C Awal 48.50C

Akhir 36.40C Akhir 52.00C

Percobaan 2 Percobaan 6

Awal 36.10C Awal 52.20C

Akhir 45.20C Akhir 54.00C

Percobaan 3 Percobaan 7

Awal 45.20C Awal 54.20C

Akhir 44.00C Akhir 58.00C

Percobaan 4

Awal 39.00C

Akhir 42.70C
BAB IV
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
4.1 Pembahasan
Flash Point ditentukan dengan jalan memanaskan sample dengan pemanasan
yang tetap, setelah tercapainya suhu tertentu nyala penguji (test flame) diarahkan pada
permukaan sampel. Test flame ini terus diarahkan pada perukaan sampel dengan
berganti-ganti sehingga mencapai atau terjadi semacam ledakan karena adanya tekanan
dan api yag terdapat pada test flame akan mati. Inilah yang disebut sebagai flash point.
Titik nyala (Flash Point) adalah temperatur terendah dimana campuran senyawa dengan
udara pada tekanan normal dapat meyala (terbakar sekejap) setelah ada suatu inisiasi
yaitu dengan adanya percikan api dan dapat menyala (flammable).

Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, pada praktikum ini kami
menggunakan sampel berupa bahan bakar solar. BBM pertrodiesel seperti Automatic
Diesel Oil (ADO) atau Solar merupakan bahan bakar minyak nabati hasil destilasi dari
minyak bumi mentah yang memilik titik nyala secara teoritis yaitu > 520C berdasarkan
Digital Meter Indonesia. Alat yang digunakan yaitu alat Automatic PMCC Flash Point
Analyzer yang dimana terdapat bejana logam yang terlebih dahulu diisi sampel berupa
bahan bakar solar sebanyak ±70 ml hingga tanda batas pada bejana logam dan di
lanjutkan dengan penutupan bejana dengan complete lid serta pasang stirer dan
termometer. Pada saat pengujian, kami menggunakan gas LPG yang harus dinyalakn
dengan pematik terlebih dahulu yang diarahkan ke test flame. Tunggu hingga hasil di
dapat yaitu ketika suhu telah mencapai suhu target atau melebihi suhu target yang
dipantau setiap kenaikan 10C. Suhu awal yang digunakan ialah 27.40C sehingga
diperoleh titik nyala Flash Point bahan bakar solar yaitu 580C setelah tujuh kali
percobaan.

4.2 Kesimpulan
1. Titik nyala (Flash Point) adalah temperatur terendah suatu campuran senyawa
dengan udara pada tekanan normal dapat meyala (terbakar sekejap) setelah ada
suatu inisiasi yaitu dengan adanya percikan api dan dapat menyala (flammable).
Prinsip pengukuran titik nyala ialah dengan cara memanaskan sampel dengan
pemasan yang tetap hingga tercapainya suhu tertentu yang menyebabkan bahan
bakar menguap dan uap tersebut akan menyala apabila test flame diberi inisiasi
berupa percikan api (jika saat praktikum menggunakan gas LPG).

2. Pengukuran titik nyala bahan bakar minyak bumi yaitu solar dapat ditentukan
dengan menggunakan alat Automatic PMCC Flash Point Analyzer yang diawali
dengan menetapkan suhu target sampel yang dipantau kenaikan suhunya setiap
10C hingga mencapai suhu target atau melebihi suhu target. Sehingga di peroleh
titik nyala (Flash Point) bahan bakar minyak bumi yaitu solar sebesar 580C.
DAFTAR PUSTAKA

Hilmy I, Shinta, 2015, “ Laporan Praktikum Teknik Pembakaran Flash and Fire
Point”, Scribd, https://www.scribd.com/doc/295291939 diakses tanggal 17 September
2019.

https://lib.unnes.ac.id diakses tanggal 9 Oktober 2019


LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1.1 Solar Gambar 1.2 Bagian Alat PMCC Gambar 1.3 Pemantauan Alat

Gambar 1.4 Bagian Alat PMCC Gambar 1.5Print Out Hasil Pengujian

Anda mungkin juga menyukai