Anda di halaman 1dari 13

MODUL V

PENENTUAN CLOUD POINT, POUR POINT, DAN FLASH POINT

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama : Natya Vira Cahyarini

NIM : 12217077

Kelompok : Kelompok 2 (Selasa 16.00-18.00)

Tanggal Praktikum : 23 Oktober 2018

Tanggal Penyerahan : 30 Oktober 2018

Dosen : Zuher Syihab, ST, Ph.D.

Asisten Modul : Michael Muhammad Somantri 12215003

Prihita Eksi Cahyandari 12215059

LABORATORIUM ANALISIS FLUIDA RESERVOIR

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

2018

1
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………………………………....1
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………2
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..………………………..3
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………4
BAB II PENGOLAHAN DATA …………………………………………………………………….5
BAB III ANALISIS ………………………..………………………………………………………...6
BAB IV KESIMPULAN……………………………………………………………………………..9
BAB V KESAN DAN PESAN ……………………………………………………………………..10
BAB VI JAWAB PERTANYAAN …………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………13

2
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.1 Data Cloud Point, Pour Point, dan Flash Point ……….…………………..................5

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 JUDUL MODUL


PENENTUAN CLOUD POINT, POUR POINT, DAN FLASH POINT

1.2 TUJUAN MODUL


1. Menentukan cloud point, pour point, flash point dari crude oil
2. Memahami pemakaian modul di lapangan

1.3 TEORI DASAR


Cloud point (titik embun) dari crude oil didefinisikan sebagai temperature tertinggi saat
pertama kali lilin paraffin (wax) dari crude oil memisahkan diri untuk mulai mengkristal. Kondisi ini
dapat diamati dengan timbulnya titik-titik putih dalam crude oil. Dalam percobaan ini akan ditentukan
cloud point sampel berdasarkan metode ASTM standar. Sampel yang ditempatkan dalam yar
dilengkapi dengan thermometer dan diletakkan dalam medium pendingin. Penurunan suhu diamati
hingga mencapai cloud pointnya.
Pour point (titik tuang) didefinisikan sebagai temperature tertinggi dimana suatu fluida tidak
dapat mengalir lagi. percobaan ini juga menggunakan metode ASTM standar. Percobaan dilakukan
dengan mengamati keteraliran fluida setiap penurunan temperature tertentu.
Flash point (titik nyala) didefinisikan sebagai temperature terendah (setelah dikoreksi
terhadap tekanan) dimana, bila diberi nyala api akan menyebabkan uap dari fluida tersebut menyala
dibawah kondisi percobaan. Nilai ini dapat diukur dengan dua metode, yaitu: Tag Closed Tester dan
Pensky Marten Closed Tester.
Percobaan menggunakan Tag Closed Tester dilakukan dengan menempatkan sampel dalam
cup terter dengan lid yang tertutup. Cup dipanaskan dengan kenaikan panas yang konstan dan lidah
api kecil yang diarahkan pada cup. Titik nyala dicapai bila uap dari sampel telah terbakar.
Pensky Marten Closed Tester bekerja serupa dengan Tag Closed Tester namun menggunakan
system pemanasan yang berasal dari powerstat, yang mengatur panas yang diberikan kepada cup.
Koreksi terhadap tekanan dilakukan dengan menggunakan rumus :
FP koreksi = C + 0,25 (101,3 – P)
FP koreksi = C + 0,33 (760 – P)
FP koreksi = F + 0,06 (760 – P)
Keterangan:
C : Flash point hasil pembacaan (°C)
F : Flash point hasil pembacaan (°F)
P : Tekanan barometer (kPa atau mmHg)

4
BAB II
PENGOLAHAN DATA

2.1 ALAT DAN BAHAN


2.1.1 Penentuan Cloud Point dan Pour Point:
1. Yar
2. Bath
3. Jacket
4. Thermometer
5. Karet/gabus
6. Gasket
7. Es batu
8. Sampel minyak (light oil dan heavy oil)
2.1.2 Penentuan Flash Point:
1. Pensky Marten Closed Tester
2. Shield
3. Thermometer bath
4. Gas elpiji
5. Pemantik api
6. Sampel minyak (light oil dan heavy oil)
2.2 DATA PERCOBAAN
Tabel 2.2.1 Data Cloud Point, Pour Point, dan Flash Point

Jenis Crude Percobaan Cloud Point dan Pour Point Percobaan Flash Point
Oil To Cloud Point Pour Point To Flash Point
Heavy Oil 80°F - 74°F 28°C 30°C
Light Oil 28°C - - 29°C -

5
BAB III
ANALISIS

3.1 ASUMSI
 Temperatur ruangan praktikum dianggap dalam kondisi standar yaitu 60°F
 Tekanan ruangan praktikum dianggap dalam kondisi standar yaitu 14,7 psia
 Gravitasi dianggap sama di semua tempat yaitu 9,8 m/s 2
 Sampel crude oil dianggap tidak memiliki pengotor sama sekali
 Suhu di dalam bath dianggap konstan dan es dianggap tidak mudah mencair
 Pembacaan thermometer dianggap tepat
 Waktu pengambilan yar untuk diamati dianggap sangat cepat
3.2 ANALISIS ALAT
3.2.1 Penentuan Cloud Point dan Pour Point
Alat yang digunakan pada percobaan ini berbeda dengan alat yang digunakan pada
saat tes alat. Pada saat tes alat menggunakan bath yang diisi dengan es batu namun pada saat
percobaan menggunakan alat pendingin otomatis. Secara keseluruhan alat yang digunakan
berfungsi dengan sangat baik.
Berikut adalah gambaran umum fungsi maupun prinsip kerja alat yang digunakan:
1. Termometer
Merupakan alat pengukur suhu. Pada percobaan ini thermometer diberi pelindung
berupa gabus yang seukuran dengan diameter yar lalu ditancapkan pada yar dan
mengamati tiap penurunan suhu pada heavy oil maupun light oil.
2. Yar
Merupakan alat yang menampung sampel yang akan dites cloud point dan pour
pointnya. Proses pengamatan sampel yaitu dengan mengangkat yar dari mesin
pendingin otomatis dan melihat pour pointnya dengan memiringkan sampel crude oil
apakah dalam waktu 5 detik sampel tersebut masih bergerak atau tidak.
3. Jacket
Merupakan alat untuk meletakkan yar agar tidak bersentuhan langsung dengan mesin
pendingin otomatis.
4. Pendingin otomatis
Merupakan alat yang digunakan untuk mendinginkan sampel secara otomatis. Alat ini
disambungkan ke listrik lalu dihidupkan dan diatur hingga suhu berapa alat ini mampu
mendinginkan secara efisien. Proses pendinginan dengan alat ini memakan waktu
cukup lama yaitu selama 15 menit pengamatan hanya mampu menurunkan kurang
lebih 5°C saja sehingga proses pengamatan agar hasil yang didapat akurat kurang
maksimal.
3.2.2 Penentuan Flash Point
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Pensky Marten Closed Tester. Kondisi
alat yang digunakan dalam kondisi sangat baik.

6
Berikut adalah gambaran umum fungsi maupun prinsip kerja alat yang digunakan:
1) Pensky Marten Closed Tester
Merupakan alat yang digunakan untuk menentukan flash point dari sampel yang diuji.
Prinsip kerja dari alat ini adalah dengan menenpatkan sampel crude oil pada cup lalu
menaikkan suhu dari sampel tersebut dengan cara dipanaskan menggunakan powerstat
sambal diaduk agar panas merata. Lalu fire exposure dihidupkan dengan pemantik dan
sumber agar nyala api tetap hidup yaitu dari gas elpiji. Saat lidah api sudah terbentuk
maka untuk mengecek flash point yaitu dengan memasukkan lidah api pada cup. Saat
lidah api mati maka belum mencapai flash point dan ketika lidah api dicelupkan dan
tidak mati maka titik itulah yang disebut flash point.
2) Gas Elpiji dan Regulator
Merupakan sumber utama untuk menghidupkan fire exposure.
3) Pemantik api
Merupakan alat untuk menyalakan api pada fire exposure.
3.3 ANALISIS KEBERJALANAN PRAKTIKUM
Pada awal praktikum seperti biasa yaitu ada tes awal dan tes alat. Setelah lolos maka
kami satu kelompok baru diizinkan untuk melakukan praktikum. Data yang kami amati yaitu
ada dua jenis sampel yaitu heavy oil dan light oil. Secara langsung dapat dilihat bahwa sampel
heavy oil lebih pekat daripada light oil. Data yang kami ambil dari masing-masing sampel
yaitu cloud point, pour point, dan flash point.
Saat pengambilan data cloud point dan pour point berjalan dengan lancer namun
membutuhkan waktu yang sangat lama tiap penurunan suhu sebesar 1° sehingga untuk
mendapatkan hasil yang sangat akurat dibutuhkan waktu praktikum yang lebih lama. Bahkan
data yang didapat hanyalah pour point dari heavy oil saja sedangkan light oil tidak didapat.
Data cloud point tidak didapat karena endapan wax tidak terlihat menggunakan mata telanjang
karena warna sampel minyak yang sangat gelap.
Saat pengambilan data flash point berjalan dengan lancer namun sempat terjadi
kendala pada alat pemantik api yang agak sulit dihidupkan. Waktu yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu juga lumayan lama pada masing-masing sampel minyak. Data yang didapat
pada percobaan ini hanyalah flash point dari heavy oil sedangkan light oil tidak karena waktu
praktikum telah habis.
3.4 ANALISIS HASIL
3.4.1 Heavy Oil
Pada saat percobaan menentukan cloud point pada sampel minyak (heavy oil) sulit
didapatkan pada suhu berapa embun wax terbentuk. Hal ini dikarenakan saat sampel minyak
pada yar diangkat ke permukaan yang terlihat hanyalah warna coklat pekat kehitaman dan
begitupun saat sampel dimiringkan. Kemungkinan besar wax terbentuk di bagian dalam dari
heavy oil sehingga pengamat kurang bisa mengamati timbulkan kristal putih dari luar.
Sehingga suhu cloud point yang didapat yaitu sebelum suhu pour point diperoleh. Untuk
kepastian pada suhu berapa cloud point ini ada tidak bisa ditentukan.
Pada saat percobaan menentukan pour point pada sampel minyak (heavy oil) bisa
ditentukan ketika sampel minyak pada yar diangkat ke permukaan lalu dimiringkan selama 5
detik. Suhu awal dari heavy oil ini mulanya 80°F lalu pada suhu 74°F sudah mengental dan

7
tidak dapat mengalir lagi karena mengental/membeku. Heavy oil termasuk cepat mengental
dibandingkan dengan light oil karena komponen berat yang terkandung pada heavy oil lebih
banyak sehingga lebih cepat mengental. Salah satu komponen berat yang terkandung adalah
wax. Maka dari itu sampel heavy oil lebih cepat mengental.
Pada saat percobaan menentukan flash point pada sampel minyak (heavy oil) bisa
ditentukan dengan memasukkan lidah api ke dalam cup secara cepat. Suhu mula-mula dari
heavy oil yaitu 28°C lalu pada saat lidah api diarahkan pada suhu 30°C lidah api tersebut tidak
mati. Hal ini menandakan bahwa pada suhu 30°C merupakan flash point dari heavy oil. Heavy
oil termasuk cepat menemukan flash point karena pembentukan CO2. CO2 baru terbentuk
ketika H2O yang menguap telah habis dan pada heavy oil, H2O yang terkandung sangat
sedikit.
3.4.2 Light Oil
Pada saat percobaan menentukan cloud point pada sampel minyak (light oil) sulit
ditentukan karena membutuhkan proses pengamatan yang lebih lama. Cloud point dari light
oil pastinya lebih rendah dari heavy oil karena komponen berat yang terkandung pada light
oil lebih sedikit sehingga sampel ini lebih encer dan butuh waktu yang lebih lama untuk proses
pengendapan atau pengkristalan dari wax. Sedangkan waktu yang disediakan saat praktikum
kurang lebih hanya 30 menit sehingga saat pengamatan dari suhu awal 28°C hingga suhu 16°C
belum terdapat tanda-tanda endapan putih.
Pada saat percobaan menentukan pour point pada sampel minyak (light oil) sulit
ditentukan karena proses pengamatan juga butuh waktu yang lebih lama daripada heavy oil.
Pour point dapat ditentukan ketika light oil mulai mengental dan saat yar dimiringkan tidak
ada tanda-tanda mengalir. Namun dari pengamatan suhu awal 28°C hingga suhu 16°C sampel
sama sekali tidak mengental dan sampel light oil cenderung sangat encer dibandingkan heavy
oil. Ketika sampel encer maka komponen berat yang terkandung misalnya wax juga sangat
sedikit sehingga butuh suhu yang jauh lebih rendah dengan waktu yang lebih lama untuk
membuat sampel ini mengental dan berhenti mengalir.
Pada saat percobaan menentukan flash point pada sampel minyak (light oil) juga
sangat sulit ditentukan dan membutuhkan lama waktu pengamatan yang lebih panjang. Flash
point bisa ditentukan ketika lidah api dimasukkan pada cup dan lidah api tersebut tidak mati.
Pada sampel light oil yang cenderung encer maka komponen H2O yang ada lebih banyak maka
dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguapkan seluruh H2O dan barulah uap CO2
terbentuk dan lidah api menyala. Maka dari itu flash point dari light oil lebih tinggi dari light
oil karena saat pengamatan kurang lebih 20 menit, H2O yang ada belum seluruhnya hilang
sehingga lidah api yang dimasukkan pada cup masih tetap mati.

8
BAB IV
KESIMPULAN

 Heavy Oil
Cloud Point : tidak terlihat
Pour Point : 74°F
Flash Point : 30°C
Light Oil
Cloud Point : tidak terlihat
Pour Point : tidak terlihat
Flash Point : tidak terlihat
 Pemakaian modul ini di lapangan yaitu :
1. Untuk mencegah terjadinya pengendapan wax pada pipeline dengan mengetahui cloud
point kemudian menentukan metode yang tepat untuk pencegahannya misalnya menjaga
suhu crude oil yang dialirkan tetap tinggi ataupun dapat melapisi pipa sehingga panas
tidak mudah lepas ke lingkungan dan menyebabkan terbentuknya wax.
2. Untuk mengetahui jika sumber minyak masih ada melalui adanya flash point untuk
kemudian menjadi fire point sehingga selama file point masih ada maka sumber minyak
masih ada.
3. Untuk mencegah pengentalan pada crude oil dengan mengetahui pour pointnya
sehingga laju produksi dari minyak tetap terjaga yaitu dengan mencegah suhu crude oil
tetap tinggi.

9
BAB V
KESAN DAN PESAN

5.1 KESAN
Selama praktikum berjalan dengan lancer dan asisten sangat ramah sehingga suasana tegang
selama praktikum mulai berkurang dibandingan saat pertama kali praktikum fluida reservoir. Selain
itu saya baru mengetahui bahwa alat yang digunakan untuk mengamati cloud point dan pour point
sangat mahal sehingga saya sempat terkejut. Saat tes alat saya sempat tidak bisa menjawab karena
kurang mengerti mengenai penggunaan alat Pensky Marten Closed Tester sehingga saya salah
menjawab mengenai powerstat tapi untunglah saya tidak dikick.
5.2 PESAN
 Lama waktu praktikum diperpanjang dan lama waktu tes alat agak dipercepat agar proses
pengambilan data lebih akurat.
 Sebelum praktikum sebaiknya diberikan arahan mengenai bahaya alat misalnya Pensky
Marten Closed Tester yang mudah terbakar sehingga perlu dicegah.
 Sebaiknya praktikan lebih mempersiapkan materi praktikum dengan lebih baik sehingga saat
ditanya tidak kesulitan saat menjawab
 Sebaiknya penjelasan mengenai materi lebih detai sehingga untuk praktikan selanjutnya dapat
lebih mengerti.

10
BAB VI
JAWAB PERTANYAAN

Rangkuman paper SPE-155412-MS


Risiko dalam mentransportasi fluida dengan berbagai fasa adalah sebuah permasalahan
operasional yang cukup kritis. Perubahan temperature dan tekanan pada system pipeline dan
pencampuran air yang tidak sesuai dapat menyebabkan banyak masalah. Praktik mengidentifikasi,
mengukur, dan mencegah semua risiko aliran yang terkait dengan saluran pipa lepas pantai dan
sistem bawah laut disebut flow assurance.
Apabila suhu dari suatu fluida yang dialirkan cukup rendah, wax dapat terbentuk dan mulai
mengendap serta menumpuk pada dinding pipa karena telah melewati cloud pointnya. Jadi,
perlindungan efektif untuk suhu fluida adalah salah satu parameter desain yang paling penting
untuk system pipeline offshore. Masalah pengendapan wax dalam aliran, mekanisme deposisi wax
dan, mitigasi pengendapan wax serta penghilangan dari wax akan dibahas sebagai berikut.
Penjelasan Fisika mengenai Wax Deposition
Endapan wax selama minyak mengalir menyebabkan saluran pipa menyempit karena
sekelilingnya terdapat wax yang tebal. Deposisi wax terjadi selama aliran minyak melalui pipa
bawah laut (hal ini terjadi karena suhu dibawah laut lebih rendah daripada permukaan) sebagai
akibat dari pengendapan molekul wax yang berdekatan dengan dinding pipa yang dingin. Jadi,
deposisi lilin hanya dapat terjadi ketika suhu dinding pipa bagian dalam berada di bawah suhu cloud
point atau hal ini dapat terjadi ketika suhu fluida yang tinggi terlepas ke lingkungan yang memiliki
suhu yang sangat rendah.
Solusi Masalah
Metode pengolahan lilin parafin dapat dibagi menjadi dua kategori utama:
1. Teknik Mitigasi
A. Cold Flow - Cold Seeding
Ide Cold Flow terbentuk didasarkan pada Coberly (1942). Dia menunjukkan bahwa
kehadiran partikel asing menurunkan kecenderungan kristal wax untuk terdeposit. Untuk
memastikan keberjalanan cold flow, perbedaan gradien temperature haruslah diminimalisir.
Metode ini dapat dilakukan dengan metode berikut:
 The Wax Eater
 High-Shear Heat Exchanger
 Pressure surger
 Oil or solvent injection
 Magnetic conditioning
B. Pengurangan Deposisi dengan Kimia
Bahan kimia berikut digunakan dalam industri untuk mengurangi endapan lilin
parafin atau setidaknya menguranginya:
 Crystal modifiers
 Deposition inhibitor surfactant
 Polymer additives
C. Aplikasi Bahan Pipa dan Pelapis Pipa
Pipa plastik atau pipa berlapis plastik telah diusulkan untuk mengurangi endapan
wax. Namun, saat ini terutama digunakan untuk menghilangkan korosi. Meskipun demikian,
tingkat deposisi parafin pada pipa plastik lebih lambat dari pada baja, tetapi akumulasi dari
endapan lilin akan berkembang dengan laju yang sama seperti pada permukaan baja setelah
pipa plastik tertutup dengan lapisan araffin.

11
2. Teknik Penghapusan
A. Reaksi Kimia
Teknik lainnya adalah dengan menggunakan reaksi kimia leburan dengan emisi
panas yang terkontrol untuk menghilangkan endapan wax.
B. Penghapusan Mekanis
Beberapa teknik penghilangan deposit paraffin telah ada pada industry. Tahap awal
pemecahan masalah mengenai paraffin dengan metode mekanis. Terdapat system pigging
untuk menghilangkan wax pada saluran pipa.
C. Pengaplikasian Panas
Panas diterapkan dalam metode injeksi uap panas ataupun pemanasan pipa secara
manual.
D. Penghapusan dengan Bahan Kimia
Dengan menggunakan pelarut ataupun dispersan.
E. Penggunaan Produk Mikroba

12
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Al-Yaari Mohammed et all. 2011. Parrafin Wax Deposition: Migitation & Removal Techniques
(SPE 155412). Dhahran: King Fahd University of Petroleum & Minerals.
ASTM standard, part 23, American Society of Testing Minerals Designation, 56-79, hlm.1.
McCain, William D.Jr. 1990. The Properties of Petroleum Fluids, 2nd Edition. Oklahoma: Pen Well
Publishing Co.
Schlumberger. __. Oilfield Glossary (Online: https://www.glossary.oilfield.slb.com/)
Siagian, Ucok. 2002. Diktat Kuliah Fluida Reservoir. Bandung: TM ITB

13

Anda mungkin juga menyukai