Anda di halaman 1dari 20

PERCOBAAN I

(EXPERIMENT I)

PENGUKURAN DENSITAS, SAND CONTENT DAN RESISTIVITY


LUMPUR PEMBORAN
(MEASURING OF DENSITY, SAND CONTENT AND RESISTIVITY IN
DRILLING MUD)

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi-fungsi
utamanya.
2. Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat Mud
Balance.
3. Menentukan kandungan pasir dalam lumpur pemboran.
4. Mengetahui besarnya kadar pasir (%) yang terkandung dalam lumpur
bor.
5. Mengetahui resistivity lumpur pemboran.

1.2 Teori Dasar


1.2.1 Densitas lumpur
Lumpur sangat besar perannya dalam menentukan berhasil tidaknya
suatu operasi pemboran, sehingga perlu diperhatikan sifat-sifat dari lumpur
pemboran tersebut, seperti densitas, viskositas, gel strength, atau filtration
loss. Dalam percobaan ini akan dibahas salah satu sifat saja yaitu densitas.
Densitas lumpur bor meerupakan salah satu sifat lumpur yang sangat
penting, karena perannya berhubungan langsung dengan fungsi lumpur bor
sebagai penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu
besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi (lost circulation),
sedang apabila terlalu kecil akan menyebabkan “kick” (masuknya fluida
formasi ke lubang sumur). Maka densitas lumpur harus disesuaikan dengan
keadaan formasi yang akan dibor.

3
4

Densitas lumpur dapat menggambarkan gradient hidrostatik dari


lumpur bor dalam psi/ft tetapi dilapangan biasanya dipakai satuan ppg
(pounds per galon).
Asumsi-asumsi:
Volume setiap material adalah additive:

Vs + Vml = Vmb ........................................................................................... (1)

Jumlah berat adalah additive, maka:

ds Vs + dml Vml = dmb Vmb ........................................................................... (2)

Keterangan: Vs = Volume solid, bbl


Vml = Volume lumpur lama,bbl
Vmb = Volume lumpur baru, bbl
ds = Berat jenis solid, ppg
dml = Berat jenis lumpur lama, ppg
dmb = Berat jenis lumpur baru, ppg

Dari persamaan (1) dan (2) didapat:

(dml −dmb )× Vml


Vs = (ds −dmb )
..................................................................................... (3)

Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah:

Ws = Vs × ds

Bila dimasukkan ke dalam persamaan (3):

(dml −dmb )
Ws = (ds −dmb )
× (ds Vml ) .......................................................................... (4)

% volume solid:

Vs (dmb −dml )
× 100 = (ds −dml )
................................................................................ (5)
Vmb
5

% berat solid:

ds × Vs
× 100% ....................................................................................... (6)
dmb × Vmb

Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barit dengan SG = 4,3,
untuk menaikkan densitas dari lumpur lama seberat dml ke lumpur baru
sebesar dmb setiap bbl lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak:

mb (d
ml −d )
Ws = 684 × (35,8−d )
................................................................................ (7)
mb

Keterangan:
Ws = berat solid atau zat pemberat, kg barit/bbl lumpur. Sedangkan jika
yang digunakan sebagai zat pemberat adalah Bentonit dengan SG = 2,5,
maka untuk tiap barrel lumpur diperlukan:

mb (d
ml −d )
Ws = 684 × (20,8−d )
................................................................................ (8)
mb

Dimana Ws = kg bentonite/bbl lumpur.

1.2.2 Sand Content


Tercampurnya serpihan-serpihan formasi (Cutting) kedalam pemboran
akan membawa pengaruh pada operasi pemboran. Serpihan-serpihan
pemboran yang biasanya berupa pasir akan dapat mempengaruhi
karakteristik lumpur yang disirkulasikan, dalam hal ini akan menambah
densitas lumpur yang telah mengalami sirkulasi. Bertambahnya densitas
lumpur yang tersirkulasi ke permukaan akan menambah beban pompa
sirkulasi lumpur. Oleh karena itu setalah lumpur disirkulasikan harus
mengalami proses pembersihan terutama menghilangkan partikel-partikel
yang masuk ke dalam lumpur selama sirkulasi, Alat-alat ini, yang biasanya
disebut “Conditioning Equitment “, adalah :
6

1. Shale Shaker
Fungsinya menbersihkan lumpur dari serpihan-serpihan atau Cutting
yang berukuran besar
2. Degasser
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk
ke lumpur pemboran.
3. Desander
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari partikel-partikel padatan
yang berukuran kecil yang bisa lolos dari shale shaker.
4. Desiliter
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desiliter dapat membersihkan
lumpur dari partikel-partikel yand berukuran lebih kecil.

Penggambaran Sand Content dari lumpur pemboran adalah merupakan


prosen volume dari partikel-partikel yang diameternya lebih besar dari 74
mikron.Hal ini dilakukan melalui pengukuran dengan saringan tertentu. Jadi
rumus untuk menentukan kandungan pasir (Sand Content) pada lumpur
pemboran adalah:

V
n = V s × 100 .............................................................................................. (9)
m

dimana:
n = kandungan pasir
Vs = volume pasir dalam lumpur
Vm = volume lumpur

1.2.3 Resistivity Meter


Resistivity log adalah metode untuk mengukur sifat batuan dan fluida
pori (baca: minyak, gas, dan air) disepanjang lubang bor dengan mengukur
sifat tahanan kelistrikannya. Besaran resistivitas batuan dideskripsikan
7

dengan Ohm Meter, dan biasanya dibuat dalam skala logarithmic dengan
nilai antara 0,2 sampai dengan 2000 Ohm Meter.
Metoda resistivity log ini dilakukan karena pada hakekatnya batuan,
fluida dan hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu.
Berikut contohnya:
Tabel 1.1 Skala Resistivitas pada Beberapa Jenis Batuan
Material Resistivitas (Ohm Meter)
Limestones 50 − 107
Sandstones 1 − 108
Shales 20 − 2 × 103
Dolomite 100 − 10.000
Sand 1 − 1000
Clay 1 − 100
Sea Water 0,2

Pada tabel di atas terlihat adanya ‘irisan’ nilai resistivitas antara jenis
batuan sedimen. Hal ini mengakibatkan interpretasi batuan berdasarkan nilai
log resistivitas merupakan pekerjaan yang sangat sulit.

Akan tetapi nilai resistivitas air garam dapat dibedakan dengan baik dari
minyak dan gas. Karena air garam memiliki nilai resistivitas yang sangat
rendah, sedangkan hidrokarbon (minyak-gas) memiliki nilai resistivitas
yang sangat tinggi. Log resistivitas banyak sekali membantu pekerjaan
evaluasi formasi khususnya untuk menganalisa apakah suatu reseroir
mengandung air garam (wet) atau mengandung hidrokarbon, sehingga log
ini digunakan untuk menganalisis Hidrocarbon Water Contact.

Di dalam pengukuran resistivity log, biasanya terdapat tiga jenis


‘penetrasi’ resistivity, yakni shallow (borehole), medium (invaded zone) dan
deep (virgin) penetration. Perbedaan kedalaman penetrasi ini dimaksudkan
untuk menghindari salah tafsir pada pembacaan resistivity log karena mud
8

invation (efek lumpur pengeboran) dan bahkan dapat mempelajari sifat


mobilitas minyak.

Sebagaimana yang kita ketahui untuk mengantisipasi pressure (e.g. pore


pressure), saat pengeboran biasanya dipompa oil based mud atau water
based mud. Sebagai contoh, jika kita menggunakan water based mud
(resistivity rendah) sebagai lumpur pemboran, kemudian lumpur tersebut
meng-invasi reservoir yang mengandung minyak, maka kita akan
mendapatkan profil dep penetration resistivity lebih tinggi daripada
shallow-medium penetration resistivity.

Additive dapat bereaksi dan mempengaruhi lingkungan sistem lumpur


tersebut, misalnya dengan menetralisir muatan-muatan listrik clay,
menyebabkan dispertion. Zat additive merupakan bagian dari sistem yang
digunakan untuk mengontrol sifat-sifat lumpur misalnya menyebarkan
partikel-partikel clay (diserpertion), menggumpalkan partikel-partikel clay
(flocculation) yang akan berefek pada pengkoloidan partikel clay itu sendiri.
Banyak sekali zat kimia yang dapat digunakan untuk menurunkan
kekentalan, mengurangi water loss, mengontrol fasa koloid yang disebut
dengan surface active agent.

1.3 Alat dan Bahan


1.3.1 Alat
1. Mud Balance
2. Mud Mixer
3. Sand Content Set
4. Resistivity Meter Set
5. Gelas Ukur 500 cc
6. Timbangan Digital
9

1.3.2 Bahan
1. Barite
2. Bentonite
3. CaCO3
4. CMC
5. Pasir
6. Aquadest

Mud Balance Mud Mixer

Sand Content Set & Wetting Agent Resistivity Meter


10

Gelas Ukur Timbangan Digital

Gambar 1.1 Alat-Alat Percobaan Pengukuran Densitas, Sand Content, dan


Resistivity pada Lumpur Pemboran

1.4 Prosedur Percobaan


1.4.1 Densitas Lumpur
1. Mengkalibrasi peralatan mud balance sebagai berikut:
2. Membersihkan peralatan mud balance.
3. Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu menutup dan
membersihkan bagian luarnya. Mengeringkan dengan kertas tissue.
4. Meletakkan kembali mud balance pada kedudukannya semula.
5. Menempatkan rider pada skala 8,33 ppg.
6. Mencek pada level glass, bila tidak seimbang, atur calibration srew
sampai seimbang.
7. Menimbang beberapa zat yang digunakan, sesuai petunjuk asisten.
8. Menakar air 350 cc dan mencampur dengan 22,5 gr betonite.
Caranya memasukkan air ke dalam benjana, lalu memasang pada
mud mixer dan memasukkan bentonite sedikit demi sedikit setelah
mud mixer dijalankan, selang beberapa menit setelah
mencampurkan, mengambil benjana dan mengisi cup mud balance
dengan lumpur yang telah dibuat.
9. Menutup cup dan lumpur yang melekat pada dinding bagian luar
dan menutup cup membersihkan sampai bersih.
11

10. Meletakkan balance arm pada kedudukannya semula, lalu


mengatur rider hingga seimbang. Membaca densitas yang
ditunjukkan oleh skala.
11. Mengulangi Langkah 5 untuk komposisi campuran yang diberikan
oleh asisten.

1.4.2 Sand Content


1. Mengisi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran dan tandai.
Menambahkan air pada batas berikutnya. Menutup mulut tabung
dan kocok dengan kuat.
2. Menuangkan campuran tersebut ke saringan. Membiarkan cairan
mengalir keluar melalui saringan. Mengulangi hingga tabung
menjadi bersih. Mencuci pasir yang tersaring pada saringan untuk
melepaskan dari sisa-sisa lumpur yang melekat.
3. Memasang funnel tersebut pada sisi atas dari sieve. Dengan
perlahan-lahan membalik rangkaian peralatan tersebut dan
memasukkan ujung funnel ke dalam gelas ukur. Menghanyutkan
pasir ke dalam tabung dengan menyemprotkan air melalui saringan
hinnga semua pasir tertampung dalam gelas ukur. Membiarkan
pasir mengendap. Dari skala yang ada pada tabung, membaca
prosen volume dari pasir yang mengendap.
4. Mencatat Sand Content dari lumpur dalam persen volume.

1.4.3 Resistivity Meter


1. Mempersiapkan peraltan Resistivity meter dan memeriksa kembali
tabung resistivity agar tidak ada air yang masih menempel di dalam
lubang. Jika masih ada air dapat dibersihkan dengan menggunakan
kawat pembersih resistivity meter yang ada di dalam box resistivity
meter.
2. Setelah lumpur selesai di mixer, ambil pipet tetes.
12

3. Sedot lumpur menggunakan pipet tetes dan dimasukkan ke dalam


karet penampung lumpur (red ball), lalu tutup lubang yang vertikal
dari resistivity meter dan tempelkan ball di ujung lubang yang
horizontal dengan posisi ball berada di bawah.
4. Lalu tegakkan kembali ball-nya, pencet ball secara perlahan sambil
lubang vertikal dibuka dan ditutup dengan jari secara perlahan
hingga interval ohm meter terisi oleh lumpur.
5. Letakkan resistivity meter ke meter pengukur, lalu tekan kedua
tombol yang ada di meter pengukur dengan serempak.
6. Baca skala di meter pengukur lalu cabut resistivity meter, cabut
ball lalu bersihkan lubang interval ohm meter-nya.
13

1.5 Hasil Pengamatan


Tabel 1.2 Hasil Pengamatan

Volume Massa Adittif (gr) Densitas (ϼ) ppg


Nama Sand Resistivity
No air
Sampel Bentonite Pasir Barite Pratikum Perhitungan Content (Ωm)
(ml)
Lumpur
1 350 ml 10 - - 8,4 8,471 - 8
Standar
Lumpur
2 Standar + 350 ml 10 10 - 8,34 8,56 0,05 4,5
Pasir
Lumpur
3 Standar + 350 ml 10 - 10 8,6 8,558 0,25 0,3
Barite
14

1.6 Perhitungan
1.6.1. Berdasarkan Percobaan Laboratorium
1. Lumpur Standar
a. Densitas (ρ) = 8,62 ppg
b. Sand Content = Tidak Ada
c. Resistivity = Tidak Ada
2. Lumpur Standar + Pasir
a. Densitas (ρ) = 8,69 ppg
b. Sand Content = 0,28 %
c. Resistivity = Tidak Ada
3. Lumpur Standar + Barite
a. Densitas (ρ) = 8,74 ppg
b. Sand Content = Tidak Ada
c. Resistivity = Tidak Ada

Pada data dari laboratorium sand content pada lumpur standar dan
lumpur standar + Barite tidak di cari karena pada sampel tidak ada
penambahan pasir dan resistivity tidak di cari karena resistivity meter yang
ada pada lab rusak.

1.6.2. Berdasarkan Teoritis


1. Lumpur Standar
a. Densitas (ρ)
Dik : ρ air = 1 gr/ml
Ρ bentonite = 2,5 gr/ml
M air = 350 gr
M bentonite = 22,5 gr
V air = 350 m

Ditanya : ρ Lumpur Standar ?


15

Jawab :
𝑀 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒
V bentonite = 𝜌 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒
22,5 𝑔𝑟
= 2,5 𝑔𝑟/𝑚𝑙

= 9 ml

𝑀 𝑎𝑖𝑟 +𝑀 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒
a. ρ Lumpur Standar = 𝑉 𝑎𝑖𝑟 +𝑉 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒
350 𝑔𝑟+ 22,5 𝑔𝑟
= 350 𝑚𝑙+ 9 𝑚𝑙

= 1,04 gr/ml
= 8,67 ppg
b. Sand Content
Pada lumpur standar tidak diukur sand content karena pada
sampelny tidak ada penambahan pasir.

2. Lumpur Standar + Pasir


Densitas (ρ)
Dik : ρ air = 1 gr/ml
ρ Pasir = 2,64 gr/ml
M Air = 350 gr
M Pasir = 10 gr
M Bentonite = 22,5 gr
V air = 350 ml
V Bentonite = 9 ml
Dit : ρ Lumpur Standar + Pasir ?
Jawab :
𝑀 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟
V pasir = 𝜌 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟
10 𝑔𝑟
= 2,64 𝑔𝑟

= 3,78 ml
16

𝑀 𝑎𝑖𝑟 + 𝑀 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒 +𝑀 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟


a. ρ Lumpur + Pasir = 𝑉 𝐴𝑖𝑟 +𝑉 𝐵𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒+𝑉 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟
350 𝑔𝑟 + 22,5 𝑔𝑟 +10 𝑔𝑟
= 350 𝑚𝑙 + 9 𝑚𝑙+3,78 𝑚𝑙

= 1,054 gr/ml
= 8,79 ppg

b. Sand Content
Dik :
V Air = 350 ml
V Bentonite = 9 ml
V Pasir = 3,7 ml

Dit : Sand Content ?


Jawab :
V mud = Vair + V pasir + V bentonite
= 350 ml + 9 ml + 3,7 ml
= 362,7 ml

𝑉 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟
Sand Content = 𝑥 100 %
𝑉 𝑚𝑢𝑑
3,78 𝑚𝑙
= 362,7 𝑚𝑙 𝑥 100 %

= 1,04 % = 0,0104

3. Lumpur Standar + Barite


Densitas (ρ)
Dik : ρ Barite = 4,3 gr/ml
M Air = 350 gr
M Barite = 10 gr
M Bentonite = 22,5 gr
V air = 350 ml
V Bento = 9 ml
17

Dit : ρ Lumpur Standar + Barite ?


Jawab :
𝑀 𝐵𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒
V Barite = 𝜌 𝐵𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒
10 𝑔𝑟
= 4,3 𝑔𝑟/ 𝑚𝑙

= 2,2 ml
𝑀 𝑎𝑖𝑟 + 𝑀 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒 +𝑀 𝐵𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒
a. ρ Lumpur Standar + Pasir = 𝑉 𝐴𝑖𝑟 +𝑉 𝐵𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒+𝑉 𝐵𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒
350 𝑔𝑟 + 22,5 𝑔𝑟 +10 𝑔𝑟
= 350 𝑚𝑙 + 9 𝑚𝑙+2,2 𝑚𝑙

= 1,058 gr/ml
= 8,82 ppg

b. Sand Content
Pada lumpur standar tidak diukur sand content karena pada
sampelnya tidak ada penambahan pasir.

1.7 Pembahasan
Pada percobaan ini kami melakukan pengukuran densitas, sand content, dan
resistivity pada tiga sampel yang berbeda, sampel pertama yaitu lumpur standar
yang dibuat dengan bahan 350 cc air dan 22,5 gram bentonite yang diaduk dengan
menggunakan mud mixer. Pada sampel ini densitas (ρ) yang kami dapat yaitu 8,62
ppg. Sedangkan untuk sand content dan resistivitytidak di ukur karena sampel ini
tidak ada penambahan pasir dan untuk resistivity tidak diukur karena alat
resistivity meter set nya rusak.
Pada sampel kedua yaitu lumpur standar + pasir yang dibuat dengan bahan
350 cc air, 22,5 gram bentonite, dan 10 gram pasir yang diaduk dengan
menggunakan mud mixer. Pada sampel ini densitas (ρ) yang kami dapatkan 8,69
ppg sedangkan untuk sand contentnya 0,28 %, dan resistivitynya tidak diukur
karena alatnya rusak.
Pada sampel ketiga yaitulumpur standar + barite yang dibuat dengan bahan
yang sama dengan sampel 1 dan ditambahkan 10 gram barite. Pada sampel ini
18

yang diukur hanya densitas (ρ) dan untuk sand content dan resistivitynya tidak
diukur karena alasan yang sama pada sampel 1. Pada sampel ini densitas yang
kami dapatkan yaitu 8,74 ppg.
Pada aplikasi lapangannya densitas sangat penting karena peranannya
berhubungan langsung dengan fungsi lumpur bor sebagai penahan tekanan
formasi. Jika densitas lumpur pemboran yang terlalu besar akan menyebabkan
lumpur hilang keformasi (lost circulation), sedangkan apabila terlalu kecil akan
menyebabkan “kick” (masuknya fluida formasi ke lubang sumur). Maka densitas
lumpur pemboran harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan di bor.
Dan untuk sand content jika semakin banyak pasir yang terkandung dalam
lumpur pemboran akan menurunkan densitas dan membuat lumpur tidak stabil.
Bila kandungan pasir tingi akan menyebabkan terkikisnya peralatan pemboran
yang digunakan. Dan cara mengatasinya dengan menggunakana conditioning
equipments yaitu degasser, desander, desilter, dan shale shaker. Dan jik sand
content yang dihasilkan sedikit atau rendah maka akan menghasilkan resistivity
yang besar dan untuk resistivitasnya bisa diukur dengan resistivity log. Metode
resistivity log ini dilakukan karena pada hakekatnya batuan, fluida, dan
hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu.

Discussion

In this experiment we measured density, sand content, and resistivity in


three different samples, the first sample was standard mud made with 350 cc of
air and 22.5 grams of bentonite which was stirred using a mud mixer. In this
sample the density (ρ) we get is 8.62 ppg. Whereas for sand content and resistivity
cannot be measured because there is no measurement and resistivity is not
measured with the resistivity meter set broken.

The second sample is standard mud + sand which is made with 350 cc of
water, 22.5 grams of bentonite, and 10 grams of sand which is stirred using mud
mixer. In this sample the density (ρ) we get is 8.69 ppg while the sand content is
0.28%, and the resistivity is not measured because the tool is broken.
19

The third sample is standard + barite mud which is made with the same
material as sample 1 and added 10 grams of barite. In this sample only density (ρ)
and sand content are measured and the resistivity is not measured for the same
reason in sample 1. In this sample the density we got was 8.74 ppg.

In its field application the density is very important because its role is
directly related to the function of drill mud as a barrier to formation pressure. If
the drilling mud density is too large it will cause lost circulation, while if it is too
small it will cause a "kick" (formation of fluid entering the wellbore). Then the
drilling mud density must be adjusted to the state of the formation to be drilled.

And for sand content if the more sand contained in the drilling mud will
reduce the density and make the mud unstable. If the high sand content will cause
erosion of the drilling equipment used. And how to overcome it by using
conditioning equipment namely degasser, desander, desilter, and shale shaker.
And if sand content is generated little or low, it will produce a large resistivity
and the resistivity can be measured by resistivity log. This resistivity log method is
done because essentially rocks, fluids, and hydrocarbons inside the earth have a
certain resistivity value.

1.8. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan ada beberapa point yang bisa dijadikan
kesimpulan :

1. Kami bisa mengetahui cara menngunakan alat mud mixer untuk


membuat lumpur, mud balance untuk mengukur densitas, sand content
set untuk mengukur kadar pasir dan resistivity meter set untuk mengukur
resistivitas.
2. Kami mengetahui fungsi dari masing-masing bahan yang digunakan.
3. Penggunaan zat additive pada lumpur harus disesuaikan dengan
kebutuhan agar lumpur yang dihasilkan berfungsi sesuai yang diinginkan.
4. Kadar pasir yang berlebihan tidak bagus karena dapat merusak alat
pemboran.
20

5. Densitas yang terlalu tinggi juga tidak bagus karena bisa menyebabkan
lost circulation dan jika terlalu rendah bisa menyebabkan “kick”.
6. Untuk mengatasi kadar pasir terlalu besar bisa menggunakan
conditioning equipment.
7. Jika sand content rendah maka resistivity akan tinggi.

1.9 Tugas
1. a. Jelaskan pengertian fluida pemboran dan lumpur pemboran !
b. sebutkan lalu jelaskan fluida-fluida pembentuk lumpur pemboran ?
Jawab :
a. Fluida pemboran adalah suatu fluida dengan komposisi tertentu yang
digunakan pada saat pemboran dan memiliki banyak fungsi yang
sangat penting bagi proses pemboran itu dan lumpur pemboran adalah
fluida yang digunakan untuk membantu proses pemboran.
b. Fluida pembentuk lumpur pemboran air dan bentonite sebagai bahan
dan barite, cmc, cacl2, dll sebagai bahan tambahanyang digunakan
jika diperlukan.

2. Jelaskan bagaimana cara mengontrol densitas dan mengapa


pengontrolan densitas pada lumpur perlu dilakukan ?
Jawab :
Cara untuk mengontrol yaitu dengan memberikan densitas yang tepat
pada saat proses pemboran dengan penambahanzat additif tertentu
kedalam lumpur, mengapa pengontrolan densitas lumpur pemboran perlu
dilakukan karena tekanan hidrostatik berbanding lurus dengan densitas ,
jika tekanan hidrostatik terlalu besar akan mengakibatkan lost circulation,
namun jika terlalu kcil akan dapat mengakibatkan terjadinya “kick”.
21

3. Jelaskan pengaruh serpihan sand pada operasi pemboran lalu bagaimana


cara mengatasinya ?
Jawab :
Pasir dalam lumpur merupakan kontaminan yang disebutkan sifat
obrasive material formasi yang tercampur dan serpihan sand ini akan
sangat berpengaruh terhadap densitas yang akan menyebabkan densitas
menurun dan mengakibatkan lost circulation dan kick. Dan jika serpihan
sand terlalu banyak juga dapat merusak alat-alat pemboran kita. Dan cara
mengatasi masalahnya dengan menggunakan conditioning equipment
yaitu, shale sheker, desander, degaser, desilter.

4. Apakah yang dimaksud dengan densitas, resistivity, dan sand content?


Jawab :
a. Densitas adalah perbandingan massa dengan volume merupakan salah
satu filtrat lumpur yang sangat penting, karena peranannya
berhubungan langsung dengan fungsi lumpur bor sebagai penahan
tekanan formasi dan mengangkat cutting.
b. Resistivity adalah ketahanan suatu zat dalam mengantar arus listrik
yang tergantung terhadap medan listrik dan kerapatan arus.
c. Sand content adalah kadar pasir yang terdapat dalam lumpur
pemboran.

5. Bagaimana cara mengontrol densitas dari lumpur pemboran ?


Jawab :
Cara mengontrol densitas lumpur pemboran dengan menggunakan
penambahan additif kedalam lumpur. dengan menambahkan zat additif
seperti barite (BaSO4) yang digunakan untuk menaikan fluida. Lumpur
pemboran sangatlah penting dikontrol densitasnya. Karena perannya
berhubungan dengan fungsi lumpur bor penahan tekanan formasi.
22

6. Jelaskan aplikasi lapangan dari percobaan penentuan densitas, sand


content, dan resistivity ?
Jawab :
Aplikasi lapangan penentuan densitas ialah dalam pengaruh densitas
lumpur apakah terlalu besar atau terlalu kecil dan densitas ini juga bisa
digunakan untuk mengontrol tekanan hidrostatik. Untuk resistivity adalah
salah satu parameter yang sangat berpengaruh saat
melakukan/menggunakan alat logging. Dan untuk sand content adalah
untuk mengatasi kontaminasi yang disebabkan sifat obrasive material
formasi yang tercampur dalam lumpur.

Anda mungkin juga menyukai