Anda di halaman 1dari 19

PERCOBAAN I

(EXPERIMENT I)

PENGUKURAN DENSITAS, SAND CONTENT DAN RESISTIVITY


PADA LUMPUR PEMBORAN
(MEASURING OF DENSITY, SAND CONTENT, AND
RESISTIVITY IN DRILLING MUD)

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi-fungsi
utamanya.
2. Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat Mud
Balance.
3. Menentukan kandungan pasir dalam lumpur pemboran.
4. Mengetahui besarnya kadar pasir (%) yang terkandung dalam lumpur bor.
5. Mengetahui besarnya resistivitas (Ω m) pada lumpur pemboran.

1.2 Teori Dasar


1.2.1 Densitas lumpur
Lumpur sangat besar perannya dalam menentukan berhasil tidaknya suatu
operasi pemboran, sehingga perlu diperhatikan sifat-sifat dari lumpur pemboran
tersebut, seperti densitas, viskositas, gel strength, atau filtration loss. Dalam
percobaan ini akan dibahas salah satu sifat saja yaitu densitas.
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat
penting, karena perannya berhubungan langsung dengan fungsi lumpur bor
sebagai penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu
besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi (lost circulation), sedang
apabila terlalu kecil akan menyebabkan “kick” (masuknya fluida formasi ke

3
4

lubang sumur). Maka densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan


formasi yang akan dibor.
Densitas lumpur dapat menggambarkan gradient hidrostatik dari lumpur
bor dalam psi/ft tetapi di lapangan biasanya dipakai satuan ppg (pounds per
galon).
Asumsi-asumsi:
Volume setiap material adalah additive:

V s +V ml=V mb..................................................................................................(1)

Jumlah berat adalah additive, maka:

d s V s + d ml V ml=d mb V mb ....................................................................................(2)

Keterangan: V s = Volume solid, bbl


V ml = Volume lumpur lama,bbl
V mb = Volume lumpur baru, bbl
d s = Berat jenis solid, ppg
d ml = Berat jenis lumpur lama, ppg
d mb = Berat jenis lumpur baru, ppg
Dari persamaan (1) dan (2) didapat:
( d ml−d mb ) ×V ml
V s= .......................................................................................(3)
( d s−d mb )
Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah:
W s=V s × d s
Bila dimasukkan ke dalam persamaan (3):
( d ml −d mb)
W s= × ( d s V ml).................................................................................(4)
( d s−d mb )
% volume solid:
5

Vs ( d mb−d ml )
×100= ....................................................................................(5)
V mb ( d s−dml )
% berat solid:

ds× V s
×100 %...........................................................................................(6)
d mb × V mb

Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barit dengan SG = 4,3,
untuk menaikkan densitas dari lumpur lama seberat d ml ke lumpur baru
sebesar dmb setiap bbl lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak:

( d mb−d ml )
W s=684 × ....................................................................................(7)
( 35,8−d mb )

Keterangan:
Ws = berat solid atau zat pemberat, kg barit/bbl lumpur. Sedangkan jika yang
digunakan sebagai zat pemberat adalah Bentonit dengan SG = 2,5, maka untuk
tiap barrel lumpur diperlukan:

( d mb−d ml )
W s=684 × ....................................................................................(8)
( 20,8−d mb )

Dimana Ws = kg bentonite/bbl lumpur.


1.2.2 Sand content
Tercampurnya serpihan-serpihan formasi (Cutting) ke dalam pemboran
akan membawa pengaruh pada operasi pemboran. Serpihan-serpihan pemboran
yang biasanya berupa pasir akan dapat mempengaruhi karakteristik lumpur
yang disirkulasikan, dalam hal ini akan menambah densitas lumpur yang telah
mengalami sirkulasi. Bertambahnya densitas lumpur yang tersirkulasi ke
permukaan akan menambah beban pompa sirkulasi lumpur. Oleh karena itu
setalah lumpur disirkulasikan harus mengalami proses pembersihan terutama
6

menghilangkan partikel-partikel yang masuk ke dalam lumpur selama sirkulasi,


Alat-alat ini, yang biasanya disebut “Conditioning Equitment “, adalah :
a. Shale Shaker
Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan-serpihan atau Cutting yang
berukuran besar.

b. Degasser
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke
lumpur pemboran.
c. Desander
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari partikel-partikel padatan yang
berukuran kecil yang bisa lolos dari shale shaker.
d. Desiliter
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desiliter dapat membersihkan
lumpur dari partikel-partikel yang berukuran lebih kecil.
Penggambaran Sand content dari lumpur pemboran adalah merupakan
persen volume dari partikel-partikel yang diameternya lebih besar dari 74
mikron. Hal ini dilakukan melalui pengukuran dengan saringan tertentu. Jadi
rumus untuk menentukan kandungan pasir (Sand content) pada lumpur
pemboran adalah:

Vs
n= ×100...................................................................................................(9)
Vm

di mana:
n = kandungan pasir
Vs = volume pasir dalam lumpur
Vm = volume lumpur
7

1.2.3 Resistivity Meter


Resistivity log adalah metode untuk mengukur sifat batuan dan fluida pori
(baca: minyak, gas, dan air) di sepanjang lubang bor dengan mengukur sifat
tahanan kelistrikannya. Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan
Ohm Meter, dan biasanya dibuat dalam skala logaritmik dengan nilai antara
0,2 sampai dengan 2000 Ohm Meter.
Metoda resistivity log ini dilakukan karena pada hakikatnya batuan,
fluida dan hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu.
Berikut contohnya:
Tabel 1.1 Skala Resistivitas pada Beberapa Jenis Batuan
Material Resistivitas (Ohm Meter)
Limestones 50−107
Sandstones 1−10 8
Shales 20−2× 103
Dolomite 100−10.000
Sand 1−1000
Clay 1−100
Sea Water 0,2

Pada tabel di atas terlihat adanya ‘irisan’ nilai resistivitas antara jenis
batuan sedimen. Hal ini mengakibatkan interpretasi batuan berdasarkan nilai
log resistivitas merupakan pekerjaan yang sangat sulit.
Akan tetapi nilai resistivitas air garam dapat dibedakan dengan baik dari
minyak dan gas. Karena air garam memiliki nilai resistivitas yang sangat
rendah, sedangkan hidrokarbon (minyak-gas) memiliki nilai resistivitas yang
sangat tinggi. Log resistivitas banyak sekali membantu pekerjaan evaluasi
formasi khususnya untuk menganalisis apakah suatu reservoir mengandung air
garam (wet) atau mengandung hidrokarbon, sehingga log ini digunakan untuk
menganalisis Hydrocarbon Water Contact.
Di dalam pengukuran resistivity log, biasanya terdapat tiga jenis
‘penetrasi’ resistivity, yakni shallow (borehole), medium (invaded zone) dan
8

deep (virgin) penetration. Perbedaan kedalaman penetrasi ini dimaksudkan


untuk menghindari salah tafsir pada pembacaan resistivity log karena mud
invation (efek lumpur pengeboran) dan bahkan dapat mempelajari sifat
mobilitas minyak.
Sebagaimana yang kita ketahui untuk mengantisipasi pressure (e.g. pore
pressure), saat pengeboran biasanya dipompa oil based mud atau water based
mud. Sebagai contoh, jika kita menggunakan water based mud (resistivity
rendah) sebagai lumpur pemboran, kemudian lumpur tersebut meng-invasi
reservoir yang mengandung minyak, maka kita akan mendapatkan profil dep
penetration resistivity lebih tinggi daripada shallow-medium penetration
resistivity.
Additive dapat bereaksi dan mempengaruhi lingkungan sistem lumpur
tersebut, misalnya dengan menetralisir muatan-muatan listrik clay,
menyebabkan dispertion. Zat additive merupakan bagian dari sistem yang
digunakan untuk mengontrol sifat-sifat lumpur misalnya menyebarkan partikel-
partikel clay (diserpertion), menggumpalkan partikel-partikel clay
(flocculation) yang akan berefek pada pengkoloidan partikel clay itu sendiri.
Banyak sekali zat kimia yang dapat digunakan untuk menurunkan kekentalan,
mengurangi water loss, mengontrol fasa koloid yang disebut dengan surface
active agent.

1.3 Alat dan Bahan


1.3.1 Alat
1. Mud Balance
2. Mud Mixer
3. Sand content Set
4. Resistivity Meter Set
5. Gelas Ukur 500 cc
6. Timbangan Digital
9

1.3.2 Bahan
1. Barite
2. Bentonite
3. CaCO3
4. CMC
5. Pasir
6. Aquadest

Mud Balance Mud Mixer

Sand content Set Resistivity Meter


10

Gelas Ukur Timbangan Digital


Gambar 1.1. Alat-Alat Pengukuran Densitas, Sand content, dan Resistivity
Pada Lumpur Pemboran

1.4 Prosedur Percobaan


1.4.1 Densitas Lumpur
1. Mengalibrasi peralatan Mud Balance sebagai berikut:
a. Membersihkan peralatan Mud Balance.
b. Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu menutup dan membersihkan
bagian luarnya. Mengeringkan dengan kertas tisu.
c. Meletakkan kembali Mud Balance pada kedudukannya semula.
d. Menempatkan Rider pada skala 8,33 ppg.
e. Mencek pada level glass, bila tidak seimbang, atur Calibration Srew sampai
seimbang.
2. Menimbang beberapa zat yang digunakan, sesuai petunjuk asisten.
3. Menakar air 350 cc dan mencampur dengan 22,5 gr betonite. Caranya
memasukkan air ke dalam bejana, lalu memasang pada Mud Mixer dan
memasukkan bentonite sedikit demi sedikit setelah Mud Mixer dijalankan,
selang beberapa menit setelah mencampurkan, mengambil bejana dan mengisi
cup Mud Balance dengan lumpur yang telah dibuat.
11

4. Menutup cup dan lumpur yang melekat pada dinding bagian luar dan
menutup cup membersihkan sampai bersih.
5. Meletakkan balance arm pada kedudukannya semula, lalu mengatur
rider hingga seimbang. Membaca densitas yang ditunjukkan oleh skala.
6. Mengulangi Langkah 5 untuk komposisi campuran yang diberikan
oleh asisten.
1.4.2 Sand content
1. Mengisi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran dan tandai.
Menambahkan air pada batas berikutnya. Menutup mulut tabung dan kocok
dengan kuat.
2. Menuangkan campuran tersebut ke saringan. Membiarkan cairan mengalir
keluar melalui saringan. Mengulangi hingga tabung menjadi bersih. Mencuci
pasir yang tersaring pada saringan untuk melepaskan dari sisa-sisa lumpur yang
melekat.
3. Memasang funnel tersebut pada sisi atas dari sieve. Dengan perlahan-lahan
membalik rangkaian peralatan tersebut dan memasukkan ujung funnel ke dalam
gelas ukur. Menghanyutkan pasir ke dalam tabung dengan menyemprotkan air
melalui saringan hingga semua pasir tertampung dalam gelas ukur. Membiarkan
pasir mengendap. Dari skala yang ada pada tabung, membaca persen volume
dari pasir yang mengendap.
4. Mencatat Sand content dari lumpur dalam persen volume.
1.4.3 Resistivity Meter
1. Mempersiapkan peralatan Resistivity meter dan memeriksa kembali tabung
resistivity agar tidak ada air yang masih menempel di dalam lubang. Jika masih
ada air dapat dibersihkan dengan menggunakan kawat pembersih resistivity
meter yang ada di dalam box resistivity meter.
2. Setelah lumpur selesai di mixer, ambil pipet tetes.
3. Sedot lumpur menggunakan pipet tetes dan dimasukkan ke dalam karet
penampung lumpur (red ball), lalu tutup lubang yang vertikal dari resistivity
12

meter dan tempelkan ball di ujung lubang yang horizontal dengan posisi ball
berada di bawah.
4. Lalu tegakkan kembali ball-nya, pencet ball secara perlahan sambil lubang
vertikal dibuka dan ditutup dengan jari secara perlahan hingga interval ohm
meter terisi oleh lumpur.
5. Letakkan resistivity meter ke meter pengukur, lalu tekan kedua tombol yang ada
di meter pengukur dengan serempak.
6. Baca skala di meter pengukur
13

1.5 Hasil Pengamatan

Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Pengukuran Densitas, Sand content dan Resistivitas pada
Lumpur Pemboran

Massa Aditif (gr)


Volume Densitas Sand
Resistivity
No. Air lumpur content
(Ω)
(ml) Bentonite Pasir CMC Barite (ppg) (%)

1 350 22,5 0 0 0 8,645 0 -

2 350 22,5 0 0 10,1 8,833 0 -

3 350 22,5 11 0 0 8,806 1.15 -


14

1.6 Perhitungan
a. Pengukuran Densitas
Diketahui:
m bentonite = 22,5 gr ρ bentonite = 2,5 gr/ml
m barite = 10,1 gr ρ pasir = 2,63 gr/ml
m pasir = 11 gr v additove = 2,221 gr/ml
V air = 350 ml
Ditanya:
a. ρlumpur standar
b. ρlumpur standar + barite
c. ρlumpur standar + pasir
Jawab:

a. ρlumpur standar
mbentonite 22,5 gr
V bentonite ¿ ¿ =9 ml
ρbentonite 2,5 gr /ml
m m +m
ρ= = air bentonite
V V air +V bentonite
( 350+ 22,5 ) gr
¿
( 350+9 ) ml
gr
¿ 1,0376 × 8,33
ml
¿ 8,645 ppg
b. ρlumpur standar + barite
mbarite 10 gr
V barite ¿ ¿ =2,3 ml
ρbarite 4,3 gr /ml
m m +m +mbentonite
ρ= = air barite
V V air +V barite +mbentonite
( 350+ 10,1 gr +22,5 ) gr
¿
( 350+9+2,221 ) ml
15

gr
¿ 1,0591 ×8,33
ml
¿ 8,833 ppg
c. ρlumpur standar + pasir
m pasir 10 gr
V pasir ¿ ¿ =4,18ml
ρpasir 2,64 gr /ml
m m +m + m pasir
ρ= = air bentonite
V V air +V bentonite + v pasir
( 350+ 22,5+11 ) gr
¿
( 350+ 9+4,18 ) ml
gr
¿ 1,0559 × 8,33
ml
¿ 8,806 ppg
b. Pengukuran sand content
a. Lumpur standar
N=0%
b. Lumpur standar + Barite
N=0%
c. Lumpur standar + pasir
v pasir
N¿ × 100 %
v mud
4,18
¿ ×100 %
363,18
= 1,15 %
16

1.7 Pembahasan
Pada saat pratikum kita membuat lumpur dasar untuk menentukan
densitas lumpur, sent content dan resitivity lumpur pemboran. Lumpur dasar
merupakan lumpur yang dibuat dari bentonite sebesar 22,5 gr ditambah dengan
air sebanyak 350 ml. menurut agung hermanto ( 2009 vol 16 ) mengatakan
bahwa bentonite ataupun padatan yang terkandung dalam minyak, sangat
mempengaruhi berat persen kadar volume air dan minyak.
Untuk menentukan densitas kita menggunakan alat mud balance.
Tabulasi alat dengan air perlu dilakukan agar mendapatkan hasil yang optimal
dalam penganalisaan lumpur dasar, pada saat kalibrasi air dengan air dengan
air, rider diarahkan pada skala 8,33 ppg hal ini ditujukan untuk mengkonversi
massa jenis air 1 gr/cc menjadi 8,33 ppg. Membersihkan mud balance dan
setelah cup ditutp akan mengekibatkan tumpahan yang menjadi suatu hal untuk
mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam analisa lumpur. Selain itu factor –
factor yang mempengaruhi pengukuran densitas dengan peralatan mud balance
antara lain:
1. Pengadukan pencampuran bentonite dan air kurang merata
2. Lumpur yang dites dalam mud balance harus mewakili lumpur secara
keseluruhan lumpur yang telah dibuat
3. Kebersihan dari peralatan mud balance
4. Keseimbangan komponen - komponen dalam membuat lumpur percobaan
Dari percobaan densitas lumpur didapat bahwa densitas dari lumpur yang diuji ( 350
cc air + 22,5 gr bentonite + 10,1 gr barite ), yaitu 8,8 ppg atau 1,06 gr/cc. lumpur
harus tercampur dengan baik, agar diperoleh densitas yang akurat, begitu juga
pengamat haru teliti saat membaca skala rider yang diatur agar mub balance menjai
seimbang
17

Sepetri yang pernah dikemukan oleh john wileg dan sons (2001), bahwa lumpur
yang terlalu ringan akan menyebabkan enterusi fluida formasi kedalam lubang dan
hal ini akan menyebabkan kerontokan dinding lubang kick dan blowout, lumpur
yang terlalu berat akan menyebabkan problem loss circulation. Dalam percobaan
densitas didapat hubungan yang saling tegak lurus ( barite dan air ) vs denistas,
dimana semakin besar jumlah barite maka akan diperoleh densitas yang semakin
besar pula.
Pada percobaan sand content, penambahan air dan lumpur yang kemdian dimixer
dimaksudkan agar lumpur menjadi lebih encer sehingga proses penuangan dalam
sand content menjadi lebih mudah, pembilasan dengan air juga dilakuan agar sisa
lumpur yang masih tertinggal dalam tabung gelas ukur dapat dibersihkan semua.
Menurut bordello ( 2012 ) apabila berat pasir besar maka sand content semakin
besar, akan tetapi dalam percobaan ini berat pasir yang semakin besar maka didapat
send content yang semakin kecil hal ini mungkin terjadi karena partikel – partikel
dalam lumpur standar kurang dari 74 mikron sehingga tidak dapat tersaring dengan
baik. Untuk penentuan resistivity lumpur pemboran dapat ditentukan volume air,
volume pasir. Kadar air dalam percobaan ini yaitu 350 ml dan kadar pasir yaitu 4,18
ml. (cite)
Aplikasi lapangan pada percobaan ini ialah mengetahui densitas berguna agar kita
bisa menentukban densitas yang tepat untuk jenis pemboran yang tepat, karena
densitas digunakan untuk menahan tekanan formasi. Mengetahui sand content
berfungsi untuk mengetahui kandungan pasir dalam lumpur sehingga dapat mencegah
kerusakan yang bisa saja terjadi akibat pasir tersebut. Resistivity berfungsi untuk
mengetahui jenis formasi dan fluida pori pada batuan

1.8 Discussion
At the practicum, we make basic mud to determine the density of the mud, sent
content and resitivity of the drilling mud. Basic mud is mud made from 22.5 grams of
bentonite plus 350 ml of water. According to Agung Hermanto (2009 vol 16) says
18

that bentonite or solids contained in oil, greatly affects the weight percent volume
content of water and oil.
To determine the density we use the mud balance tool. Tabulation of tools with
water needs to be done in order to get optimal results in analyzing the basic sludge,
when calibrating water with water with water, the rider is directed at a scale of 8.33
ppg, this is intended to convert the density of water from 1 gr / cc to 8.33 ppg .
Cleaning the mud balance and after the cup is closed will result in spills which is one
thing to anticipate errors in the mud analysis. In addition, the factors that affect
density measurement with mud balance equipment include:
1. Stirring bentonite and water is not evenly distributed
2. The sludge tested in the mud balance must represent the overall sludge that
has been created
3. Cleanliness of mud balance equipment
4. The balance of the components in making the experimental sludge
From the mud density experiment, it was found that the density of the tested
sludge (350 cc of water + 22.5 gr bentonite + 10.1 gr barite) was 8.8 ppg or 1.06 gr /
cc. the mud must be well mixed, in order to obtain an accurate density, as well as the
observer must be careful when reading the rider scale which is set so that the mub
balance is balanced
As stated by John Wileg and sons (2001), too light mud will cause formation
fluid to enter the hole and this will cause the wall of the kick hole to fall and blowout,
too heavy mud will cause loss circulation problems. In the density experiment, there
is a mutually perpendicular relationship (barite and water) vs denistas, where the
greater the amount of barite, the greater the density will be obtained.
In the send content experiment, the addition of water and sludge which is then
mixed is intended so that the sludge becomes more dilute so that the pouring process
in the sand content becomes easier, rinsing with water is also carried out so that the
remaining sludge that is still left in the measuring glass tube can be cleaned all.
According to Bordello (2012), if the weight of sand is large, the sand content is
19

greater, but in this experiment, the greater the weight of the sand, the smaller the
cent content is obtained. This may occur because the particles in standard mud are
less than 74 microns. well filtered. To determine the resistivity of the drilling mud,
the volume of water and the volume of sand can be determined. The water content in
this experiment was 350 ml and the sand content was 4.18 ml.
The field application in this experiment is knowing density is useful so that we
can determine the right density for the right type of drilling, because density is used
to withstand formation pressure. Knowing the sand content serves to determine the
content of sand in the mud so that it can prevent damage that could occur due to the
sand. Resistivity functions to determine the type of formation and pore fluid in rocks

1.9 Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan. maka dapat disimpulkan disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:

1. Material pembentuk lumpur pemboran yaitu air atau minyak Reaktive solid
( tanah liat/clay), inert solids, dan fasa kimia
2. Densitas yang telah dilakukan didapat dari sample 1 (lumpur standart) yaitu
8.645 ppg, lumpur 2 (air,bentonite,barite) yaitu 8.833 ppg, lumpur ke 3 (air
bentonite,pasir) yaitu 8.806 ppg.
3. Tidak ditemukan kandungan pasir pada lumpur standar begitupun pada
lumpur + CMC kadungan pasir juga tidak ditemukan sedangkan pada lumpur
+ pasir terdapat kandungan pasir.
4. Sand content yang didapatkan pada sample 3 didapatkan indikasi kandungan
sebesar 1,15 %.
5. Resistivity lumpur tidak dapat di uji dikarenakan alat di laboratorium dan
pratikum ini dilaksanakan secara online

1.10 Tugas
20

1. Jelaskan permasalahan yang dapat terjadi pada saat sirkulasi lumpur


pemboran !
Jawab:
Permaslahan yang dapat terjadi ialah lost sirkulation,mengakibatkan terjadi
ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan
formasi,akibatnya dapat menimbulkan kerugian antar lain : tidak didapatkan
cutting pemboran sesuai sampel log, dapat menyebabkan terjepitnya pipa
pemboran, hilangnya fasa cair pada lumpur pemboran dan masuk kezona
produktif
2. Jelas aplikasi lapangan pada percobaan penetuan densitas, resistivity dan sand
content!
Jawab:
Aplikasi lapangan dari percobaan ini kita dapat menghitung densitas dari lumpur
pemboran yang akan kita gunakan,sehingga kita bisa mengontrol tekana
hidrostatik lumpur,untuk resistivity kita dapat mengetahui zona permeable dari
reservoir dan untuk sand content kita dapat mencegah rusaknya alat pemboran
seperti pompa karna masuknya pasir secara berlebihan.
3. Bagaimana cara kita mensetting lumpur ketika menemukan formasi yang frac ?
Jawab:
1. Mengamati ketingian lumpur di pit ( pit level ) secara perioik
2. Mengamati aliran lumpur di flow line ( flow out )
3. Penurunan tekanan pompa ( spp )
4. Jelaskan dan sebuatkan contoh dari low gravity solid dan high gravity solid !
Jawab:
1. Low gravity solid adalah jenis padatan fluida bor yang memiliki densitas lebih
rendah dari pada barik atau hematik yang digunakan untuk membebani fluida
bor, contohnya : tanah liat bentonite, barite, hematic.
21

2. High gravity solid adalah padatan padan seperti barit atau hematic yang
ditambahkan ke lumpur untuk meningkatkan kepadatanya, juga dikenal
sebagai material pembobok, contohnya : klorida
5. Jelaskan apa pengaruh temperature yang tinggi terhadap lumpur pemboran !
Jawab:
Temperature yang tinggi dapat menyebabkan turunya harga dan sifat fisik lumpur,
karena lumpur tidak tahan terhadap temperatur yang tinggi hal ini menyebabkan
lumpur menjadi encer dan densitas akan menurun dan nilai yield point juga akan
menurun.

Anda mungkin juga menyukai