3
4
Vs =
d ml - d mb x Vml ......................................................................(3)
d s - d mb
Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah:
Ws = Vs x ds
Bila dimasukkan kedalam persamaan (3):
d mb - d ml
Ws = x d s x Vml
d s - d mb
.............................................................(4)
% Volume solid:
Vs d - d
x 100 = mb ml x 100 % ........................................................(5)
Vmb d s - d ml
% Berat solid :
d s x Vs
x 100 % ............................................................................(6)
d mb x Vmb
5
Ws = 684 x
d mb - d ml ...................................................................(7)
35.8 - d mb
Keterangan :
Ws = berat solid atau zat pemberat, kg barit/bbl lumpur. Sedangkan
jika yang digunakan sebagai zat pemberat adalah Bentonit dengan SG
= 2,5, maka untuk tiap barrel lumpur diperlukan:
Ws= 684 x
d mb - d ml ......................................................................(8)
20.8 - d mb
Dimana Ws = kg bentonite/bbl lumpur.
Desiliter
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desiliter dapat
membersihkan lumpur dari partikel-partikel yand berukuran lebih
kecil.
Penggambaran sand content dari lumpur pemboran adalah
merupakan prosen volume dari partikel-partikel yang diameternya
lebih besar dari 74 mikron. Hal ini dilakukan melalui pengukuran
dengan saringan tertentu. Jadi rumus untuk menentukan kandungan
pasir (sand content) pada lumpur pemboran adalah :
Vs
n= x 100 ....................................................................................(9)
Vm
dimana :
n = kandungan pasir.
Vs = volume pasir dalam lumpur.
Vm = volume lumpur.
2.3.2. Bahan:
o Gypsum
o Bentonite
o Air Tawar (Aquadest)
1 2 3 4 5 6
Keterangan:
1. Lid 4. Fulcrum
2. Cup 5. Rider
3. Base 6. Balance Arm
Keterangan:
1. Cup Mixer
2. Multi Mixer
1 2 3
Keterangan:
1. Kondensor
2. Wetting Agent
3. Insulator Block
2.6. PERHITUNGAN
Perhitungan Densitas:
𝑚
p= 𝑣
129,91 𝑔𝑟
= = 0,999 gr/ml = 8,32 ppg
130 𝑚𝑙
Tabel 2.1.
Tabulasi Pengukuran Densitas, Sand Content Dan Pengukuran Kadar
Minyak Pada Lumpur Pemboran Dari Semua Kelompok
Densitas
Lime Densitas Sand
Aquadest Bentonite Gypsum Barite pd Mud
Kelompok stone Nacl (gr) teoritis Content
(ml) (gr) (gr) (gr) (gr) Balance
(ppg) (%)
(ppg)
1 350 22,5 2,3 8,5 6,5 0,5
2 350 22,5 4,9 8,7 7.472 0,25
3 350 22,5 1,5 8,5 8,33 0,1
4 350 22,5 3 8,6 8,32 1
5 350 22,5 3 8,6 15,6 1
6 350 22,5 8 8,7 8,5 0,5
7 350 22,5 3,5 8,6 8,2 0,3
8 350 22,5 6 8,7 8,371 0,5
9 350 22,5 4 8,7 8,5 2
10 350 22,5 3 8,6 8,41 0,5
11 350 22,5 4,5 8,5 7,6 4,5
12 350 22,5 6 8,7 8,24 0,6
3.5 3
3
2.5
nacl (gram)
2
1.5 1
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
sand content
0.6
0.5 0.5
0.5
barite (gram)
0.4
0.3 0.25
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10
sand content
9 8
8
limestone (gram)
7
6 4.6
5
4 3
3
2
1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
sand content
7 66
6
4.5
gypsum (gram)
5
4 3.5
3
2 1.5
1
0
0 1 2 3 4 5
sand content
18 15.6
16
14
densitas (ppg)
12
10 8.5
8 6.5
6
4
2
0
0 1 2 3 4 5
barite (gram)
8.8
8.6 8.5
8.41
8.4
8.2
densitas (ppg)
8
7.8
7.6 7.472
7.4
0 2 4 6 8 10
limestone (gram)
9 8.32
8
7
densitas (ppg)
6
5
4 3
3
2
1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
nacl (gram)
8.5 8.371
8.4 8.33
8.24
8.3 8.2
densitas (ppg)
8.2
8.1
8
7.9
7.8
7.7 7.6
7.6
7.5
0 2 4 6 8
gypsum (gram)
2.7. PEMBAHASAN
Lumpur sangat berperan besar dalam menentukan berhasil tidaknya suatu
oprasi pemboran, segingga perlu diperhatikan sifat-sifat fisik dari lumpur tersebut
seperti: densitas, viskositas, gelstength,atau filltration lost, sedangkan pada
percobaan ini akan dibahas salah satu sifatnya yaitu densitas. Dalam perencanaan
selalu dibuat densitas lumpur yang akan membuat tekanan hidrostatis lumpur
yang lebih besar dari tekanan formasi yang ditembus. Untuk menaikan densitas
lumpur dapat ditambahkan zat adiktif diantaranya: bentonite, galera, ilmenite, dan
osawasand. Densitas lumpur akan mempengaruhi fungsi lumpur antara lain
mengangkat cuting ke permukaan, mengontrol tekanan formasi, memberi
informasi, dll.
Berdasarkan percobaan ada beberapa adiktif yang ditambahkan yaitu:
bentonite sebesar 22,5gr adiktif ini digunakan untuk menaikan densitas lumpur.
Densitas lumpur yang terlalu besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi
(lost Circulation) sedangkan apabila densitas lumpur terlalu kecil akan
mengakibatkan Kick (masuknya fluida formasi ke lubang sumur). Dari data
perhitungan didapatkan pengukuran densitas lumpur digunakan volume air
sebesar 350ml massa bentonite 22,5gr, NaCl 3gr, pasir 4gr, material-material
tersebut digunakan untuk pembuatan lumpur. kemudian menggunakan
mudbalance 𝜌 pembacaan 8,6 ppg. volume lumpur 130 ml dan massa lumpur
17
2.8. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Bentonite merupakan salah satu material pembentuk lumpur pemboran
yang digunakan dan berfungsi untuk menaikan densitas lumpur.
2. Densita lumpur yang diperoleh dengan menggunakan mudbalance sebsar
8,6 ppg.
3. Kandungan pasir didalam lumpur pemboran sebesar 1%.
4. Kadar minyak didalam lumpur pemboran sebesar 9,3% sedangkan kadar
atau volume padatan 25,7%.
19
BAB III
PENGUKURAN VISCOSITAS DAN GEL STRENGTH
o Marsh Funnel
o Timbangan
o Gelas Ukur 500 ml
o Fann VG Meter
o Mud Mixer
o Cup Mud Funnel
3.3.2. Bahan:
o Bentonite
o Aquadest
o Gypsum
Keterangan :
1. Mud Mixer
2. Bejana
Gambar 3.1. Mud Mixer2)
23
3 5
Keterangan :
1. Skala
2. Rotor
3. Cup (bejana)
4. Motor
5. Speed Control Switch
3. 𝜇𝑝 = 𝐶600 − 𝐶300 = 5° − 3° = 2 𝑐𝑝
4. 𝑌𝑝 = 𝐶300 − 𝜇𝑝 = 5° − 2 = 3 𝑙𝑏⁄100𝑓𝑡 2
5. Gel strength : 10 detik = 4°
10 menit = 4°
Tabel 3.1
Diel Reading
Speed ( RPM ) Diel Reading (c)
600 5
300 3
Tabel 3.2
Gel strength
Waktu (s) Speed (RPM ) Diel Reading (c) Gel Strength (100lb/ft2
10 detik 600 5 4
10 menit 300 3 4
Tabel 3.3.
26
Additive Viskositas
Aquadest Bentonite VP YP GS 10 detik GS 10 menit
Kelompok Relatif
(ml) (gr) NaCl Polymer gypsum Barite (cp) (lb/100ft2) (100 lb/ft2) (100 lb/ft2)
(detik)
1 350 22,5 4 36,71 7 6 3 4
2 350 22,5 4 36,8 2 0 51,9 49,3
3 350 22,5 7 53 13,5 -7 13 14
4 350 22,5 4 38 2 3 4 4
5 350 22,5 5 38,04 2 2,5 2 3,5
6 350 22,5 5 36 8 4 20 12
7 350 22,5 2 39 5 5 11 10
8 350 22,5 5 38,06 2,5 3 23 4
9 350 22,5 7 37,23 17 -9 30 3
10 350 22,5 6 34,95 7,5 -4,5 4 4
11 350 22,5 3 148 21 38 60 15
12 350 22,5 6 28,31 5 0 2,8 7,5
38.2 38.04
38
funnel viscosity (detik)
37.8
37.6
37.4 37.23
37.2
37
36.71
36.8
36.6
0 2 4 6 8
nacl (gram)
160 148
140
45
38 38.06
40
funnel viscosity (detik)
35
28.31
30
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8
Gypsum (gram)
37 36.8
funnel viscosity (detik)
36.5
36
36
35.5
34.95
35
34.5
0 2 4 6 8
Barite (gram)
18 17
16
25
21
viscosity olastic (vp)
20
13.5
15
10
5
5
0
0 2 4 6 8
polymer (gram)
6
5
5
viscosity plastik (vp)
3 2.5
2
2
0
0 2 4 6 8
Gypsum (gram)
9 8
7.5
8
8 6
6
4 2.5
Yield point (yp)
2
0
-2 0 2 4 6 8
-4
-6
-9
-8
-10
nacl (gram)
45
38
40
35
30
yield point (yp)
25
20
15
10 5
5
0
-7
-5 0 2 4 6 8
-10
polymer (gram)
3.5 3 3
3
5 4
4
3
2
yield point (yp)
1 0
0
-1 0 2 4 6 8
-2
-3
-4.5
-4
-5
barite (gram)
35 30
30
gel strength 10 detik
25
20
15
10
3 2
5
0
0 2 4 6 8
Nacl (gram)
70 60
60
25 23
gel strength 10 detik
20
15
10
4
5 2.8
0
0 2 4 6 8
gypsum (gram)
60 51.9
50
gel strength 10 detik
40
30
20
20
10 4
0
0 2 4 6 8
Barite (gram)
4.5 4
4 3.5
70 60
60
gel strength 10 menit
50
40
30
20 11 13
10
0
0 2 4 6 8
polymer (gram)
8 7.5
7
gel strength 10 menit
6
5 4 4
4
3
2
1
0
0 2 4 6 8
gypsum (gram)
60
49.3
40
30
20 12
10 4
0
0 2 4 6 8
barite (gram)
3.7. PEMBAHASAN
Lumpur bor berpengaruh terhadap kemampuan lapisan produktif berkaitan
dengan produktifitas formasi juga banyak dipengaruhi oleh karakteristik formasi
reservoir suatu lapangan . Viscositas pada lumpur pemboran berpengaruh pada
proses pengangkatan cutting. Viscositas dan gel strength yang rendah akan
memberi persen berat partikel akan cenderung mengendap kembali dibottom hole,
dan viscositas serta gel strength perlu dinaikkan untuk mencegah pengendapan
kembali oleh partikel .
Kontaminasi sodium chlorida (NaCl) terjadi pada saat pemboran menembus
kubah garam (salt dome) lapisan batuan yang mengandung konsentrasi garam
cukup tinggi atau akibat air formasi yang berkadar garam tinggi dan masuk ke
dalam sistem lumpur . Akibat kontaminasi ini, akan mengakibatkan berubahnya
sifat lumpur seperti viscositas, yield point, gel strength , dan filtration loss .
Penurunan pH dapat terjadi bersamaan dengan kehadiran garam pada sistem
lumpur, dapat didekteksi dengan peningkatan klorida . Efek elektrolik cenderung
menggantikan ion hidrogen. Kontaminasi NaCl ditangani dengan menambah
KOH.
Sedangkan kontaminasi Gypsum (CaSO4. 2H2O) dapat masuk ke dalam
lumpur saat menembus formasi Gypsum, lapisan gypsum dalam merubah sifat
fisik lumpur tersebut seperti viscositas plastik, yield point, gel strength, dan fluid
34
loss. Gypsum yang masuk ke dalam sistem lumpur akan membentuk ion sulfat
sehingga dapat menurunkan pH yang akan menyebabkan peningkatan laju kerosin
pada peralatan pemboran. Untuk penanggulangan kontaminasi gypsum yaitu
dengan menambahkan soda ash atau dapat menggunakan barium karbonat . Jadi
pada dasar NaCl apabila penambahan terus dilakukan sampai lewat jenuh , maka
menyebabkan menurunnya kelarutan Ca(OH)2 sehingga terjadi perlambatan
hidrasi. Sedangkan gypsum pada ukuran kritis, hidrasi C7S akan menjadi lebih
cepat. Pilihan yang diambil dalam mengatasi ini dengan mengendapkan ion Ca+2
atau merubah sistem lumpur kapur (dasar kalsium) Gejala mulai dari kontaminasi
gypsum yaitu viscositas tinggi, daya agar tinggi dan laju lapisan bertambah.
35
3.8. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Lumpur bor berpengaruh terhadap kemampuan lapisan produktif
berkaitan dengan produktifitas formasi, sedangkan produktifitas
formasi dipengaruhi oleh karakteristik formasi reservoir suatu
lapangan .
2. Akibat kontaminasi NaCl mengakibatkan berubah sifat fisik
lumpur seperti viscositas, yield point, gel strength, dan fitration
loss.
3. Sedangkan lapisan gypsum dengan jumlah banyak dalam lumpur
pemboran merubah sifat fisik lumpur seperti plastic viscosity, yield
point, gel strength, dan fluid loss
4. NaCl ditambah terus dilakukan sampai lewat jenuh, maka
menyebabkan menurunnya kelarutan Ca(OH)2 sehinggga terjadi
perlambatan hidrasi.
5. Gypsum pada ukuran kritis, hidrasi C3S menjadi lebihn cepat.
6. Gejala mula dari gypsum yaitu viscositas tinggi daya agak tinggi
dan laju lapisan bertambah.
36
BAB IV
FILTRASI DAN MUD CAKE
menit. Volume filtrate ditampung dengan gelas ukur dengan cubic centimeter
(cc). Persamaan untuk volume filtrate yang dihasilkan dapat diturunkan dari
persamaan Darcy, persamaannya adalah sebagai berikut:
i
Cc 2
2k Cm 1
Pt
Vf = A ....................................................................(1)
Dimana:
A : Filtration Area
K : Permeabilitas Cake
Cc : Volume fraksi solid dalam mud cake
Cm : Volume fraksi solid dalam lumpur
P : Tekanan filtrasi
t : waktu filtrasi = viskositas filtrat
Pembentukan mud cake dan filtration loss adalah dua kejadian dalam
pemboran yang berhubungan erat, baik waktu, kejadiannya maupun sebab
dan akibatnya. Oleh sebab itu maka pengukurannya dilakukan secara
bersamaan.
Persamaan yang umum digunakan untuk static filtration loss adalah:
0,5
t2
Q2 = Q2 x ……………………………………(2)
t1
Dimana :
Q1 : Fluid loss pada waktu t1
Q2 : Fluid loss pada waktu t2
o Jangka Sorong
o Filter Paper
o Stop Watch
4.3.2. Bahan:
o Bentonite 22,5 gr
o Aquadest 350 cc
o Gypsum 3 gr
1 2
Keterangan :
3. Mud Mixer
4. Bejana
2
3
4 5
7
9
10 8
Keterangan :
6. T-Screw 6. Base Cup
7. Pressure Inlet 7. Support Rod
8. Top Cup 8. Thumb Screw
9. Frame 9. Graduated Cilinder
10. Cell 10. Support
Tabel 4.1
Data Pengukuran Volume Filtrate
Waktu
(menit) Volume Filtrat
(ml)
2 45
4 50
6 55
7.5 100
30 200
4.6. PERHITUNGAN
𝑡2 0.5
𝑇2 = 𝑇1 (𝑡1)
30 0.5
= 100 × (7,5) = 200 ml
Tabel 4.2.
Tabulasi Filtrasi dan Mud Cake Dari Semua Kelompok
Additive Filtration Mud
Aquadest Bentonite
Kelompok loss 30 Cake
(ml) (gr) Gypsum Barite limestone NaCl menit (ml) (mm)
1 350 22,5 2,3 52 0,2
2 350 22,5 2,3 180 0,24
3 350 22,5 2,3 56 0,25
4 350 22,5 2,3 200 0,3
5 350 22,5 3,4 90 0,6
6 350 22,5 3,4 148 1
7 350 22,5 3,4 120 1,8
8 350 22,5 3,4 300 0,4
9 350 22,5 4,5 320 0,5
10 350 22,5 4,5 96 0,2
11 350 22,5 4,5 80 0,53
12 350 22,5 4,5 196 0,4
43
200 180
350 320
filtration loo 30 menit (ml)
300
250
196
200
150
90
100 52
50
0
0 1 2 3 4 5
gypsum (gram)
140 120
filtration loss 30 menit (ml)
120
100 80
80
56
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5
barite (gram)
350 300
0.3 0.2
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5
gypsum (gram)
1.2
1
1
mud cake (cm)
0.8
0.6
0
0 1 2 3 4 5
nacl (gram)
2 1.8
1.8
1.6
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4
limestone (gram)
4.7. PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pratikan jenis
filtration static dengan nilai filtration loss 200 ml, serta ketebalan mud cake
0,3 mm menggunakan zat additive limestone yang memiliki sifat mud cake
yang tipis dan elastic serta nilsi pH 12 yang bersifat basa.
Untuk menaikkan viscositas lumpur sendiri menggunakan
bentonite yang memiliki kelebihan yaitu: mampu menaikkan viscositas
lumpur dan menurunkan fluid loss, serta cocok digunakan pada lumpur
dasar air tawar. sedangkan kekurangan nya yaitu: tidak cocok digunakan
pada konsentrasi Na, Ca, atau potassium yang tinggi, rentang terhadap
46
4.8 KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jenis filtration static dengan nilai filtration loss 200 ml , ketebalan mud
cake 0,3 mm menggunakan additive limestone bersifat tipis dan elastic.
2. pH yang terlaru basa pada dasarnya akan menyebabkan kekentalan dan gel
strength dari lumpur.
3. Kurangnya zat additive limestone yang digunakan mengakibatkan mud
ccake tidak begitu membulat didalam alat pada saat filter press dan air
yang dihasilkan sedikit keruh
4. Mud cake adalah lapisan padatan yang melekat pada dinding lubang bor
dan terbentuk dari lumpur pemboran yang memadat akibat adanya filtrasi (
penyaringan ), tekanan hidrostatic lumpur, tekanan reservoir dan suhu.
5. Mud cake yang terlalu tebal akan menjepit pipa pemboran sehingga sulit
diangkat dan diputar sehingga fitratnya menyusup pada formasi akan
menyebabkan damage pada formasi.
48
BAB V
ANALISA KIMIA LUMPUR BOR
5.3.2. Bahan-bahan
NaHCO3, NaOH, CaCO3, serbuk MgO, Kalium, Khromat, Bentonite,
Gypsum, Aquadest, Quobracho.
Larutan H2SO4 0.02 N, Larutan EDTA 0.01 M, Larutan AgNO3,
Larutan KMnO4 0.1 N.
50
Perhitungan :
1. TotalAlkalinity =
M x Normalitas H 2 SO 4 x 1000
= epm total alkalinity
ml filtrat
2. CO3 -2 Alkalinity =
Jika ada OH – :
( M - P ) x N H 2 SO 4 x 1000 2
ppm CO3 –2 = x BM CO 3
ml filtrat
Jika tidak ada OH – :
P x N H 2 SO 4 x 1000 2
ppm CO3 –2 = x BM CO 3
ml filtrat
3. OH – Alkalinity :
(2P - M) x N H 2 SO 4 x 1000
ppm OH – = x BM OH -
ml filtrat
4. HCO3 –1 Alkalinity :
(M - 2P) x N H 2 SO 4 1000
ppm HCO3 – = x BM HCO 3
ml filtrat
Mg +2 + H2Y –2 MgY –2 + 2H +
BA Ca = 40.08 ml
BA Mg = 24.31 ml
5. Kandungan Chloride
Volume AgNO3 = 1 ml
N AgNO3 = 0.01 ml
BA Cl- = 35.5 ml
6. Kandungan Ion besi 1
Volume KMnO4 =9
N KMnO4 = 0.02 N
BA Fe = 5,58
7. Kandungan ion besi 2
Volume K2Cr2O4 = 9,4 ml
N K2Cr2O4 = 0.05
5.6. PERHITUNGAN
Total Alkalinity =
= = 14,90 epm
CO32- Alkalinity
HCO3- Alkanility
ppm HCO3- =
x BM HCO3-
=
x 61 = 807,41 ppm
Kesadahan Total =
= = 20 epm
56
Kesadahan Ca2+
epm Ca2+ =
= = 41,36 epm
ppm Ca2+ =
epm Ca2+ x BA Ca2+
=
41,36 x 40,08
= 1657,71 ppm
Kesadahan Mg2+
ppm Mg2+ = ( epm (Ca2+ + Mg2+ ) – epm Ca2+ ) x BA Mg2+
= ( 20– 41,36 ) x 24,31 = - 985,46 ppm
= x 5,58 = 182,58ppm
Metode II
ppm Fe 2+ = x BA Fe2+
=
x 5,58= 476,84 ppm
Tabel 5.1.
Tabulasi Analisa Kimia Lumpur BOR Dari Semua Kelompok
Total Kandungan Kandungan
Aquadest Bentonite Kesadahan Kandungan
Kelompok Alkalinity ion besi ion besi
(ml) (gr) Total (epm) chlorida
(epm) (metode 1) (metode 2)
5.7. PEMBAHASAN
Dalam operasi pemboran pengontrolan kualitas lumpur harus
selalu dilakukan sehingga lumpur pemboran tetap berfungsi dengan kondisi
yang ada. Perubahan kandungan ion-ion tertentu dalam lumpur pemboran
akan berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik lumpur pemboran. Karena 2P <
M maka akan menunjukan adanya CO32- dan HCO3- , dari perhitungan di
peroleh CO32- sebesar 50,18 ppm dan HCO3- sebesar 807, 41 ppm.
Pada percobaan ini tidak dilakukan percobaan, namun diberikan
data yang berbeda untuk setiap kelompok. Yang mempengaruhi alkalinitas
dari suatu sampel lumpur adalah nilai dari P dan M (volume H2SO4). P dan
M akan menunjukkan ada tidaknya gugusan ion OH-, CO3-2, CO-, CO3-, dan
HCO3-. Alkalinitas yang tinggi disebabkan oleh adanya bikarbonat dan sisa
–sisa dari karbonat dan hidroksida lumpur, serta akibat adanya perubahan
adanya senyawa garam dan asam lemah. Jika terdapat gas hydogen sulfida
dalam lumpur pemboran, maka perlu untuk menaikan Ph lumpur hingga
diatas 10, sehingga dapat mencegah korosi yang disebabkan oleh gas
hidrogen sulfida tersebut. Jika dengan hadirnya CO3 dalam
mempertahankan ph lumpur tetap tinggi sukar dilakukan, kemungkinan
58
disebabkan karena adanya interaksi antara ion hidroksil dengan ion CO2.
Terdapat korelasi antara sumber alkalinitas di dalam lumpur pemboran
terhadap sifat-sifat lumpur yang bersangkutan yaitu jika sumbernya hanya
berasal dari OH-, menunjukkan lumpur stabil dan kondisinya baik. Jika
sumbernya berasal dari CO32- menunjukkkan lumpur tidak stabil tetapi
masih bisa dikontrol dan jika sumbernya berasal dari HCO-3, menunjukkan
kondisi lumpur sangat jelek dan sulit untuk dikontrol.
Dalam analisa kesadahan total, yang diperhatikan adalah ion Mg+2
dan Ca+2, karena jika kedua ion ini berlebih maka akan membuat lumpur
lebih mudah mengeras. Lumpur yang terlalu sadah disebabkan karena
menembus formasi gypsum. Hal ini menyebabkan terbentuknya kerak pada
dinding pipa dan dihilangkan menggunakan resin pelunak air komersial.
Volume dan molaritas dari Ethylenediaminetetraacetic acid mempengarhui
kesadahaan total dari lumpur pemboran.
Besar kecilnya kandungan ion klorida dalam lumpur pemboran
dipengaruhi oleh volume dan normalitas AgNO3. Penentuan kandungan ion
klorida bertujuan untuk mengetahui kontaminasi garam yang masuk ke
sistem lumpur pada waktu pemboran menembus formasi garam ataupun
kontaminasi garam yang berasal dari air formasi. Kandungan garam yang
terlalu tinggi dalam lumpur akan menurunkan viskositas lumpur, dimana
jika viskositas lumpur terlalu kecil maka sulit untuk mengangkat cutting ke
permukaan yang juga berpengaruh terhadap yield poit lumpur tersebut.
Penentuan kandungan ion besi dalam lumpur pemboran juga sangat
penting untuk dilakukan, karena jika kandungan asam dalam lumpur
berlebih maka akan menyebabkan korosi pada peralatan pemboran. Hal ini
tentu akan mengganggu berlangsungnya operasi pemboran. Maka
kandungan ion besi dalam lumpur pemboran bertindak sebagai pengontrol
terjadinya korosi.
59
5.8. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Yang mempengaruhi alkalinitas dari suatu sampel lumpur adalah nilai
dari P dan M (volume H2SO4).
2. Alkalinitas yang tinggi disebabkan oleh adanya bikarbonat dan sisa –
sisa dari karbonat dan hidroksida lumpur, serta akibat adanya perubahan
adanya senyawa garam dan asam lemah.
3. Ion Mg+2 dan Ca+2 jika berlebih maka akan membuat lumpur lebih
mudah mengeras.
4. Kandungan garam yang terlalu tinggi dalam lumpur akan menurunkan
viskositas lumpur, dimana jika viskositas lumpur terlalu kecil maka
sulit untuk mengangkat cutting ke permukaan yang juga berpengaruh
terhadap yield poit lumpur tersebut.
5. Kandungan ion besi dalam lumpur pemboran bertindak sebagai
pengontrol terjadinya korosi.
60
6. Karena 2P < M maka akan menunjukan adanya CO32- dan HCO3- , dari
perhitungan di peroleh CO32- sebesar 50,18 ppm dan HCO3- sebesar 807,
41 ppm.