Anda di halaman 1dari 18

PERCOBAAN I

(EXPERIMENT I)

PENGUKURAN DENSITAS, SAND CONTENT DAN RESISTIVITY


PADA LUMPUR PEMBORAN
(MEASURING OF DENSITY, SAND CONTENT, AND
RESISTIVITY IN DRILLING MUD)

1.1 Tujuan Percobaan`


1. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi-fungsi
utamanya.
2. Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat Mud
Balance.
3. Menentukan kandungan pasir dalam lumpur pemboran.
4. Mengetahui besarnya kadar pasir (%) yang terkandung dalam lumpur bor.
5. Mengetahui besarnya resistivitas (Ωm) pada lumpur pemboran.

1.2 Teori Dasar


1.2.1 Densitas lumpur
Lumpur sangat besar perannya dalam menentukan berhasil tidaknya suatu
operasi pemboran, sehingga perlu diperhatikan sifat-sifat dari lumpur pemboran
tersebut, seperti densitas, viskositas, gel strength, atau filtration loss. Dalam
percobaan ini akan dibahas salah satu sifat saja yaitu densitas.
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting,
karena perannya berhubungan langsung dengan fungsi lumpur bor sebagai penahan
tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan menyebabkan
lumpur hilang ke formasi (lost circulation), sedang apabila terlalu kecil akan
menyebabkan “kick” (masuknya fluida formasi ke lubang sumur). Maka densitas
lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor.

3
4

Densitas lumpur dapat menggambarkan gradient hidrostatik dari lumpur bor


dalam psi/ft tetapi di lapangan biasanya dipakai satuan ppg (pounds per galon).
Asumsi-asumsi:
Volume setiap material adalah additive:

Vs + Vml = Vmb ............................................................................................. (1)

Jumlah berat adalah additive, maka:

ds Vs + dml Vml = dmb Vmb ............................................................................. (2)

Keterangan: Vs = Volume solid, bbl


Vml = Volume lumpur lama,bbl
Vmb = Volume lumpur baru, bbl
ds = Berat jenis solid, ppg
dml = Berat jenis lumpur lama, ppg
dmb = Berat jenis lumpur baru, ppg
Dari persamaan (1) dan (2) didapat:
(dml −dmb )× Vml
Vs = (ds −dmb )
....................................................................................... (3)

Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah:


Ws = Vs × ds
Bila dimasukkan ke dalam persamaan (3):
(dml −dmb )
Ws = (ds −dmb )
× (ds Vml ) ............................................................................ (4)

% volume solid:
Vs (dmb −dml )
× 100 = (ds −dml )
.................................................................................. (5)
Vmb

% berat solid:

ds × Vs
× 100% ......................................................................................... (6)
dmb × Vmb
5

Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barit dengan SG = 4,3,
untuk menaikkan densitas dari lumpur lama seberat d ml ke lumpur baru
sebesar dmb setiap bbl lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak:

mb (d
ml −d )
Ws = 684 × (35,8−d )
.................................................................................. (7)
mb

Keterangan:
Ws = berat solid atau zat pemberat, kg barit/bbl lumpur. Sedangkan jika yang
digunakan sebagai zat pemberat adalah Bentonit dengan SG = 2,5, maka untuk
tiap barrel lumpur diperlukan:

mb (d
ml −d )
Ws = 684 × (20,8−d )
.................................................................................. (8)
mb

Dimana Ws = kg bentonite/bbl lumpur.


1.2.2 Sand content
Tercampurnya serpihan-serpihan formasi (Cutting) ke dalam pemboran akan
membawa pengaruh pada operasi pemboran. Serpihan-serpihan pemboran yang
biasanya berupa pasir akan dapat mempengaruhi karakteristik lumpur yang
disirkulasikan, dalam hal ini akan menambah densitas lumpur yang telah mengalami
sirkulasi. Bertambahnya densitas lumpur yang tersirkulasi ke permukaan akan
menambah beban pompa sirkulasi lumpur. Oleh karena itu setalah lumpur
disirkulasikan harus mengalami proses pembersihan terutama menghilangkan
partikel-partikel yang masuk ke dalam lumpur selama sirkulasi, Alat-alat ini, yang
biasanya disebut “Conditioning Equitment “, adalah :
a. Shale Shaker
Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan-serpihan atau Cutting yang
berukuran besar.
b. Degasser
6

Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke


lumpur pemboran.
c. Desander
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari partikel-partikel padatan yang
berukuran kecil yang bisa lolos dari shale shaker.
d. Desiliter
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desiliter dapat membersihkan
lumpur dari partikel-partikel yang berukuran lebih kecil.
Penggambaran Sand content dari lumpur pemboran adalah merupakan persen
volume dari partikel-partikel yang diameternya lebih besar dari 74 mikron. Hal ini
dilakukan melalui pengukuran dengan saringan tertentu. Jadi rumus untuk
menentukan kandungan pasir (Sand content) pada lumpur pemboran adalah:

V
n = V s × 100 ................................................................................................ (9)
m

di mana:
n = kandungan pasir
Vs = volume pasir dalam lumpur
Vm = volume lumpur

1.2.3 Resistivity Meter


Resistivity log adalah metode untuk mengukur sifat batuan dan fluida pori
(baca: minyak, gas, dan air) di sepanjang lubang bor dengan mengukur sifat tahanan
kelistrikannya. Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter, dan
biasanya dibuat dalam skala logaritmik dengan nilai antara 0,2 sampai dengan 2000
Ohm Meter.
Metoda resistivity log ini dilakukan karena pada hakikatnya batuan, fluida dan
hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu. Berikut contohnya:
Tabel 1.1 Skala Resistivitas pada Beberapa Jenis Batuan
7

Material Resistivitas (Ohm Meter)


Limestones 50 − 107
Sandstones 1 − 108
Shales 20 − 2 × 103
Dolomite 100 − 10.000
Sand 1 − 1000
Clay 1 − 100
Sea Water 0,2

Pada tabel di atas terlihat adanya ‘irisan’ nilai resistivitas antara jenis batuan
sedimen. Hal ini mengakibatkan interpretasi batuan berdasarkan nilai log resistivitas
merupakan pekerjaan yang sangat sulit.
Akan tetapi nilai resistivitas air garam dapat dibedakan dengan baik dari
minyak dan gas. Karena air garam memiliki nilai resistivitas yang sangat rendah,
sedangkan hidrokarbon (minyak-gas) memiliki nilai resistivitas yang sangat tinggi.
Log resistivitas banyak sekali membantu pekerjaan evaluasi formasi khususnya untuk
menganalisis apakah suatu reservoir mengandung air garam (wet) atau mengandung
hidrokarbon, sehingga log ini digunakan untuk menganalisis Hydrocarbon Water
Contact.
Di dalam pengukuran resistivity log, biasanya terdapat tiga jenis ‘penetrasi’
resistivity, yakni shallow (borehole), medium (invaded zone) dan deep (virgin)
penetration. Perbedaan kedalaman penetrasi ini dimaksudkan untuk menghindari
salah tafsir pada pembacaan resistivity log karena mud invation (efek lumpur
pengeboran) dan bahkan dapat mempelajari sifat mobilitas minyak.
Sebagaimana yang kita ketahui untuk mengantisipasi pressure (e.g. pore
pressure), saat pengeboran biasanya dipompa oil based mud atau water based mud.
Sebagai contoh, jika kita menggunakan water based mud (resistivity rendah) sebagai
lumpur pemboran, kemudian lumpur tersebut meng-invasi reservoir yang
8

mengandung minyak, maka kita akan mendapatkan profil dep penetration resistivity
lebih tinggi daripada shallow-medium penetration resistivity.
Additive dapat bereaksi dan mempengaruhi lingkungan sistem lumpur tersebut,
misalnya dengan menetralisir muatan-muatan listrik clay, menyebabkan dispertion.
Zat additive merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk mengontrol sifat-
sifat lumpur misalnya menyebarkan partikel-partikel clay (diserpertion),
menggumpalkan partikel-partikel clay (flocculation) yang akan berefek pada
pengkoloidan partikel clay itu sendiri. Banyak sekali zat kimia yang dapat digunakan
untuk menurunkan kekentalan, mengurangi water loss, mengontrol fasa koloid yang
disebut dengan surface active agent.

1.3 Alat dan Bahan


1.3.1 Alat
1. Mud Balance
2. Mud Mixer
3. Sand content Set
4. Resistivity Meter Set
5. Gelas Ukur 500 cc
6. Timbangan Digital
1.3.2 Bahan
1. Barite
2. Bentonite
3. CaCO3
4. CMC
5. Pasir
6. Aquadest
9

Mud Balance Mud Mixer

Sand content Set Resistivity Meter

Gelas Ukur Timbangan Digital


Gambar 1.1. Alat-Alat Pengukuran Densitas, Sand content, dan Resistivity
Pada Lumpur Pemboran
10

1.4 Prosedur Percobaan


1.4.1 Densitas Lumpur
1. Mengalibrasi peralatan Mud Balance sebagai berikut:
a. Membersihkan peralatan Mud Balance.
b. Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu menutup dan
membersihkan bagian luarnya. Mengeringkan dengan kertas tisu.
c. Meletakkan kembali Mud Balance pada kedudukannya semula.
d. Menempatkan Rider pada skala 8,33 ppg.
e. Mencek pada level glass, bila tidak seimbang, atur Calibration
Srew sampai seimbang.
2. Menimbang beberapa zat yang digunakan, sesuai petunjuk asisten.
3. Menakar air 350 cc dan mencampur dengan 22,5 gr betonite. Caranya
memasukkan air ke dalam bejana, lalu memasang pada Mud Mixer dan
memasukkan bentonite sedikit demi sedikit setelah Mud Mixer
dijalankan, selang beberapa menit setelah mencampurkan, mengambil
bejana dan mengisi cup Mud Balance dengan lumpur yang telah
dibuat.
4. Menutup cup dan lumpur yang melekat pada dinding bagian luar dan
menutup cup membersihkan sampai bersih.
5. Meletakkan balance arm pada kedudukannya semula, lalu mengatur
rider hingga seimbang. Membaca densitas yang ditunjukkan oleh
skala.
6. Mengulangi Langkah 5 untuk komposisi campuran yang diberikan
oleh asisten.
1.4.2 Sand content
1. Mengisi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran dan tandai.
Menambahkan air pada batas berikutnya. Menutup mulut tabung dan
kocok dengan kuat.
11

2. Menuangkan campuran tersebut ke saringan. Membiarkan cairan


mengalir keluar melalui saringan. Mengulangi hingga tabung menjadi
bersih. Mencuci pasir yang tersaring pada saringan untuk melepaskan
dari sisa-sisa lumpur yang melekat.
3. Memasang funnel tersebut pada sisi atas dari sieve. Dengan perlahan-
lahan membalik rangkaian peralatan tersebut dan memasukkan ujung
funnel ke dalam gelas ukur. Menghanyutkan pasir ke dalam tabung
dengan menyemprotkan air melalui saringan hingga semua pasir
tertampung dalam gelas ukur. Membiarkan pasir mengendap. Dari
skala yang ada pada tabung, membaca persen volume dari pasir yang
mengendap.
4. Mencatat Sand content dari lumpur dalam persen volume.
1.4.3 Resistivity Meter
1. Mempersiapkan peralatan Resistivity meter dan memeriksa kembali
tabung resistivity agar tidak ada air yang masih menempel di dalam
lubang. Jika masih ada air dapat dibersihkan dengan menggunakan
kawat pembersih resistivity meter yang ada di dalam box resistivity
meter.
2. Setelah lumpur selesai di mixer, ambil pipet tetes.
3. Sedot lumpur menggunakan pipet tetes dan dimasukkan ke dalam karet
penampung lumpur (red ball), lalu tutup lubang yang vertikal dari
resistivity meter dan tempelkan ball di ujung lubang yang horizontal
dengan posisi ball berada di bawah.
4. Lalu tegakkan kembali ball-nya, pencet ball secara perlahan sambil
lubang vertikal dibuka dan ditutup dengan jari secara perlahan hingga
interval ohm meter terisi oleh lumpur.
5. Letakkan resistivity meter ke meter pengukur, lalu tekan kedua tombol
yang ada di meter pengukur dengan serempak.
6. Baca skala di meter pengukur
12

1.5 SJYSGD
13

1.6 Perhitungan
Pengukuran Densitas
Diketahui:
m bentonite = 22.5 gr ρ bentonite = 2.5gr/cc
m barite = 10 gr ρ barite = 4.3 gr/cc
m pasir = 10 gr ρ pasir = 2,64 gr/cc
V air = 350 cc ρ air = 1 gr/cc

Ditanya:
a. ρm lumpur standar (bentonite + air)
b. ρm lumpur standar + barite
c. ρm lumpur standar + pasir
d. Sand content

Jawab:

a. ρm lumpur standar (bentonite + air)

m air = ρ air x Vair


= 1 gr/cc x 350 cc
= 350 gr

mbentonite
Vbentonite =
ρbentonite
22.5 gr
= gr
2.5 cc

= 9 cc
14

mm mair + mbentonite
ρm = =
Vm Vair + Vbentonite
(350 + 22.5)gr
=
(350 + 9)cc
gr
= 1.037 ⁄cc × 8,33
= 8.64 ppg

b. lumpur standar + barite


mbarite
Vbarite =
ρbarite
10 gr
= gr
4.3 cc

= 2.3 cc

mm mair + mbentonite + m𝑏𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒


ρm = =
Vm Vair + Vbentonite + Vbarite
(350 + 22.5 +)gr
=
(350 + 9 + 2.3)cc
gr
= 1.058 ⁄cc × 8,33
= 8,81ppg

c. lumpur standar + pasir


mpasir
Vpasir =
ρpasir
10 gr
=
2,64 gr/cc
= 3.7 cc
m𝑚 mair + mbentonite + mpasir
ρm = =
Vm Vair + Vbentonite + Vpasir
15

(350 + 22.5 + 10)𝑔𝑟


=
(350 + 9 + 3.7)𝑐𝑐
gr
= 1.054 ⁄cc × 8,33
= 8,78 𝑝𝑝𝑔

d. Sand content
1) Lumpur standar, n = 0%
2) Lumpur standar + barite, n = 0%
3) Lumpur standar + pasir
𝑉𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟
𝑛= 𝑋 100%
𝑉𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟+𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒

3.7
= 362.7 𝑋 100% = 1.020%

1.6 Pembahasan
Pada percobaan pertama ini, kami melakukan percobaan mengukur densitas,
sand content dan resistivity lumpur pemboran. Kami menggunakan dua sample
percobaan yaitu lumpur standar + barite dan lumpur standar + pasir. Pada dasarnya
ada tiga sample dimana sample yang tidak diujikan yaitu lumpur standar, data yang
digunakan diperoleh dari percobaan sebelumnyal, Hal itu dilakukan karena
terbatasnya waktu.
Kendala lain yang dialami adalah tidak bisa melakukan pengujian untuk
mengetahui nilai resistivity lumpur pemboran karena alat yang digunakan rusak. Jadi
kami hanya melakukan pengujian untuk menentukan nilai densitas dan sand content.
Pada lumpur jenis pertama, yaitu lumpur standar + barite dengan komposisi 350
cc aquadest + 22.5 gram bentonite + 10 gram barite didapat nilai densitas dengan
Mud Balance sebesar 8.6 ppg. Sedangkan secara teoritis (perhitungan) didapat nilai
densitas sebesar 8.81. perbedaan tersebut disebabkan oleh cerobohnya praktikan saat
16

menutup Mud Balance sehingga ada fluida lumpur yang keluar. Pada lumpur ini tidak
ada kandungan pasir Karena tidak terkontaminasi pasir.
Pada lumpur yang kedua yaitu lumpur standar + pasir dengan komposisi 350 cc
aquadest + 22.5 bentonite + 10 gram pasir didapat nilai densitas dengan Mud Balance
sebesar 8.7 ppg sedangkan secara teoritis (perhitungan) didapat nilai densitas sebesar
8.87 ppg. Perbedaan densitas lumpur tidak terlalu signifikan sehiingga dapat
diabaikan.
Pada lumpur kedua ini terdapat kandungan pasir berdasarkan pembacaan pada
gelas ukur sebesar 0.45%, sedangkan secara teoritis (perhitungan) sebesar 1.02%.
perbedaan hasil tersebut disebabkan saat penentuan pasir berdasarkan pembacaan
pada tabung ukur berpindah pindah sehingga partikel pasir yang halus menajdi
terapung-apung, selain itu disebabkan karena kurang bersihnya praktikan
menuangkan seluruh pasir ke tabung. Kandungan lumpur ini masih wajar Karena
batas maksimal pasir pada lumpur pemboran adalah 2%.
Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai
densitas sehingga kita bisa melakukan pengontrolan secara berskala agar tidak terjadi
hal yang idak diinginkan seperti loss circulation atau kick. Selain penentuan densitas,
penentuan kandungan pasir juga penting diketahui untuk mencegah kerusakan alat
pemboran.

Discussion
In this first experiment, we conducted an experiment to measure density, sand
content and drilling mud resistivity. We use two experimental samples, namely as
standard + barite mud and standard mud + sand. Basically there are three samples
where the sample that is not tested is standard mud, the data used is obtained from
previous experiments, it is done because of the limited time.
Another obstacle experienced is not being able to test to find out the value of
drilling mud resistivity because the tool used is damaged. So we only do tests to
determine the value of density and sand conten.
17

In the first type of mud, namely standard + barite mud with a composition of
350 cc of aquadest + 22.5 grams of bentonite + 10 grams of barite, the density value
of Mud Balance was 8.6 ppg. While theoretically (calculation) obtained a density
value of 8.81. the difference is caused by the careless practice when closing the Mud
Balance so that there is a mud fluid coming out. In this mud there is no sand content
because it is not contaminated with sand.
In the second mud, namely standard mud + sand with a composition of 350 cc
of aquadest + 22.5 bentonite + 10 grams of sand, the density value with Mud Balance
was 8.7 ppg whereas theoretically (calculation) obtained a density value of 8.87 ppg.
The difference in the density of sludge is not so significant that it can be ignored.
In this second mud there is a sand content based on the reading in the
measuring cup of 0.45%, while theoretically (calculation) is 1.02%. the difference in
results is caused when the determination of sand based on the readings on the
measuring tube moves to move so that fine sand particles become floating, other than
that it is caused by lack of cleanliness of the practitioner pouring all the sand into the
tube. This sludge content is still reasonable because the maximum limit of sand in
drilling mud is 2%.
The field application of this experiment is to find out the density value so that
we can control scale to avoid undesirable things such as loss circulation or kick. In
addition to determining density, determining the sand content is also important to
know to prevent damage to drilling equipment.

1.8. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa
kesimpulan:
1. material pembentuk lumpur pemboran yaitu fasa cairan yang berupa air,
minyak, atau campuran air dan minyak dan fasa padat yang terdiri dari
clay.
18

2. Penambahan barite akan memperbesar harga densitas lumpur, terdapatnya


pasir pada lumpur juga akan menambah densitas dan akan memperberat
densitas. Bedasarkan hasil analisa lumpur pemboran , untuk kedua
sampel lumpur yang diperoleh densitas sebesar 8,7 ppg.
3. Berdasarkan percobaan dengan sampel lumpur yang terdapat pasir,
diperoleh sand content sebesar 0,45 % sedngkan pada perhitungan teoritis
diperoleh kadar sand content sebesar1,020 %. Ini dikarenakan
kecerobohan prakatikan.
4. Resistivitas tidak dapat ditentukan karena alat resistvity meter set rusak.

1.9. Tugas
1. Jelaskan pengertian lumpur pemboran dan fluida pemboran!
Jelaskan fluida pembentuk lumpur pemboran
Jawab:
Lumpur dan fluida pemboran sama yaitu suatu campuran cairan yang
tersusun dari banyak komponen yang terdiri yang terdiri dari air, tanah
liat, bahan kimia, gas yang nantinya digunakan dalam proses
pemboran
Fasa pembentuk lumpur pemboran:
- Fasa cair (minyak atau air), fasa cair berfungsi sebagai dasar yang
nantinya dapat menyebabkan lumpur mengalir
- Fasa solid (padatan) fasa ini berfungsi untuk mengangkat cutting
ke permukaan. Contohnya adalah bentonite
- Fasa kimia, fasa ini bertujuan untuk mengatur sifat-sifat dari
lumpur
2. Jelas bagaimana cara mengontrol densitas dan mengapa pengontrolan
densitas perlu dilakukan!
Jawab:
19

Jika densitas lumpur mengalami kenaikan saat pemboran, maka perlu


ditambahkan bahan ataupun aditif seperti air dan bentonite. Dengan
penambahan air dan bentonite densitas lumpur akan menurun.
Jika lumpur mengalami penurunan saat pemboran maka perlu
ditambahkan zat aditif seperti barite, CMC, dan CaCO3. Karena ketiga
aditif tersebut berfungsi untuk meningkatkan densitas lumpur
pemboran.
Pengontrolan densitas perlu dilakukan karena sifat ini berkaitan
langsung dengan fungsi lumpur sebagai penahan tekanan formasi.
3. Jelaskan pengaruh serpih-serpih sand pada proses operasi dan bagaimana
cara mengatasinya?
Jawab:
Serpih-serpih ini sangat berbahaya karena dapat merubah sifat lumpur,
salah satunya meningkatkan densitas lumpur.
Cara mengatasinya menggunakan alat yang disebut “conditioning
equipment”
 Shale shaker: membersihkan lumpur pemboran dari cutting
berukuran besar
 Degasser : membersihkan lumpur dari gas
 Desander : membersihkan lumpur pemboran dari padatan/pasir
 Desilter : membersihkan lumpur dari partikel berukuran lebih
kecil dari pasir.
4. Apakah yang dimaksud dengan densitas, resistivitas dan sand content?
Jawab:
Densitas adalah berat jenis fluida atau perbandingan antara massa dan
volume fluida tersebut. Sand content adalah kandungan pasir yang
terdapat dalam lumpur yang disebabkan oleh serpihan cutting atau
penambahan aditif. Resistivity adalah sifat ketahanan kelistrikan dari
20

suatu bahan atau kemampuan suatu bahan untuk mengantarkan arus


listrik yang bergantung terhadap besarnya medan listrik dan kerapatan
arus
5. Bagaimana cara mengontrol densitas pada lumpur pemboran!
Jawab:
Jika densitas lumpur mengalami kenaikan saat pemboran, maka perlu
ditambahkan bahan ataupun aditif seperti air dan bentonite. Dengan
penambahan air dan bentonite densitas lumpur akan menurun.
Jika lumpur mengalami penurunan saat pemboran maka perlu
ditambahkan zat aditif seperti barite, CMC, dan CaCO3. Karena ketiga
aditif tersebut berfungsi untuk meningkatkan densitas lumpur
pemboran.
6. Jelaskan aplikasi lapangan dari percobaan 1!
Jawab:
Mengetahui densitas berguna agar kita bisa menentukan densitas yang
tepat untuk jenis pemboran yang tepat, karena densitas digunakan
untuk menahan tekanan formasi.
Mengetahui sand content berfungsi untuk mengetahui kandungan pasir
dalam lumpur sehingga dapat mencegah kerusakan yang bisa saja
terjadi akibat pasir tersebut.
Resistivity berfungsi untuk mengetahui jenis formasi dan fluida pori
pada batuan.

Anda mungkin juga menyukai