Anda di halaman 1dari 55

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Praktikum Pengukuran Densitas dan Sand Content

Lumpur pemboran menurut API (american petroleum institute)

didefinisikan sebagai fluida sirkulasi dalam proses pemboran berputar yang

memiliki banyak variasi fungsi dimana merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap optimalnya oprasi pemboran.Lumpur memiliki peranan

yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan suatu operasi pemboran

sehingga perlu diperhatikan sifat-sifat dari lumpur tersebut seperti densitas,

viskositas, gel strength ataupun filtration loss.

Densitas lumpur yang dipilih biasanya serendah mungkin untuk

mencapai laju pemboran yang optimum tetapi bisa menahan tekanan formasi.

Selain itu densitas lumpur dijaga agar tidak melebihi gradient rekah formasi,

karena bisa menyebabkan hilangnya lumpur pada bagian formasi yang rekah.

Densitas lumpur pemboran dinyatakan dalam berat fluida pemboran per

satuan volume dan biasanya diukur menggunakan mud balance, dengan

satuan ppg ( pound per galon ) atau lb/ft3. Efek densitas lumpur terhadap laju

1 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


1 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
1 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
1 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
1 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
1 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
1 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
1 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
pemboran terutama adalah adanya tekanan hidrostatik pada lumpur yang

dapat menahan tekanan formasi yang besar.

Dengan adanya tekanan hidrostatik ini akan timbul selisih tekanan

antara tekanan hidrostatik dengan tekanan formasi. Bila selisih tekanan ini

besar, serbuk bor hasil pemboran akan sulit diangkat dari dasar lubang bor.

Keadaan ini disebut chip hold down effect. Akibat dari keadaan ini, serbuk

bor akan dibor ulang (regrinding atau recutting) sehingga laju pemboran

akan menurun.

Densitas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu : EMW (equivalent mud

weight) yang artinya densitas yang berasal dari fluida formasi (statis), untuk

mendapatkan densitas ini sebagai densitas lumpur, ECD (equivalent

circulation density) yaitu densitas dari lumpur yang telah tersirkulasi. Dalam

penggunaannya, kontrol terhadap densitas ini sangat penting, karena bila

terlalu berat dapat menyebabkan hilang sirkulasi dan apabila terlalu ringan

akan menyebabkan terjadinya kick dan semburan liar (blow out).

Densitas atau density atau masa jenis adalah besaran yang merupakan

kuantitas masa pada jenis fluida tertentu. Pengaruh yang signifikan sifat ini

adalah apabila masa jenis nya terlalu besar maka dapat menimbulkan yang

namanya kick yaitu masuknya fluida formasi entah itu gas atau minyak dalam

2 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


2 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
2 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
2 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
2 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
2 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
2 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
2 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
jumlah kecil kedalam lubang sumur yang tidak disengaja. Hal ini dapat

terjadi apabila tekanan dalam lubang sumur lebih kecil dari tekanan pada

formasi yang ditembus. Apabila tidak cepat ditanggulangi makan akan

menimbulkan masalah yang lebih besar lagi seperti blow out.

Penyebab kick sendiri pada awalnya adalah dimulai dengan lost

circulation yaitu masuknya sebagian lumpur pemboran kedalam formasi yang

mengakibatkan kolom fluida didalam sumur turun dan akhirnya tekanan

didalam sumur menjadi lebih kecil dibanding tekanan formasi. Penyebab

selanjutnya adalah saat menembus zona abnormal dimana tekanan yang

dimiliki formasi jauh lebih besar dibanding tekanan yang ada dalam lubang

sumur atau pH atau tekanan hidrostatis. Kasus seperti ini akan menjadi lebih

sulit karena zona ini mengandung lebih banyak gas.

Penyebab terakhir adalah swabbing pada saat pipa pemboran ditarik

kepermukaan, sehingga hal ini akan memberikan gambaran seolah-olah

tekanan hidrostatis pada lumpur berkurang dan pada saat itu juga fluida

formasi akan memiliki tekanan lebih tinggi dana membuat fluida lapisan

formasi masuk kedalam lubang sumur.

3 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


3 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
3 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
3 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
3 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
3 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
3 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
3 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Namun apabila densitas yang terlalu kecil makan akan menimbulkan

yang namanya filtration loss. Filtration loss adalah kejadian yang

menandakan masuknya fluida pemboran pada lapisan formasi batuan. Hal ini

penting dicegah karena apabila hal ini terjadi maka akan sulit dalam

pembacaan dan pengukuran logging nya dan jalan bagi fluida hidrokarbon

juga dapat terhalangi karena adanya sumbatan-sumbatan yang ditumbulkan

oleh filtrate. Filtrate disini berarti fluida yang masuk kedalam lapisan

formasi batuan.

Gambaran analogi yang terdapat dilapangan adalah pada saat

pemboran berlangsung normal umumnya menggunakan metoda over

balanced drilling artinya didalam lubang sumur diisi dengan lumpur yang

memiliki densitas tertentu sehingga memiliki tekanan hidrostatis yang

melebihi tekanan formasi. Tekanan formasi disini dapat diartikan sebagai

tekanan pori batuan didalam lubang sumur pemboran. Namun pada kasus lain

dapat ditemukan juga metoda seperti under balanced drilling, yang biasa

dipakai untuk menembus zona yang bertekanan rendah dan yang lebih rendah

dari zona air tawar sekalipun dan biasa disebut zona subnormal. Pada metoda

4 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


4 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
4 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
4 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
4 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
4 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
4 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
4 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
jenis ini densitas lumpur diset dengan takaran tertentu sehingga tekanan

hidrostatis nya lebih rendah dari tekanan formasinya

Berat jenis lumpur diukur secara periodik. Pengukuran adalah untuk

lumpur yang mau dipompakan, sample diambil di suction Tank. Pengukuran

yang lain adalah lumpur yang kembali dari dalam lubang, Sample diambil di

flow line. Bila berat jenis yang keluar lebih kecil dari pengukuran

sebelumnya, berarti sumur sudah well kick. Jadi Sample lumpur yang diukur

adalah lumpur yang mau dipompakan (disirkulasikan), densitas lumpur,

lumpur yang akan dapat keluar dari dalam lubang sumur pemboran, alat

untuk mengukur berat jenis umpur adalah mud balance.

Densitas lumpur dapat menggambarkan gradient hidrostatik dari

lumpur bor dalam psi/ft. Namun, di lapangan umumnya dipakai satuan pound

per gallon ( ppg ) Dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:

Volume setiap material adalah additive :

Vs + Vml = Vmb
...........................................................(Persamaan 2.1)

Jumlah berat adalah additive, maka :

1.5ρs.Vs + ρml.Vml = ρmb.Vmb


......................................(Persamaan 2.2)

5 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


5 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
5 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
5 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
5 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
5 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
5 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
5 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Keterangan :

Vs = volume solid, gallon

Vml = volume lumpur lama, gallon

Vmb = volumelumpurbaru, gallon

ρs = densitas solid, ppg

ρml = densitas lumpur lama, ppg

ρmb = densitas lumpurbaru, ppg

Dari persamaan 2.1 dan 2.2 di dapat karena zat pemberat (solid) beratnya

adalah :

Ws = Vs x ρs
..........................................................(Persamaan 2.3)

Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah : Ws = Vs x ρs

bila dimasukkan ke dalam persamaan 2.3 :

Ws = (dmb – dml) x (ds x Vml)


....................................................................(Persamaan 2.4)

% Volume solid :

Vs x 100 = (dmb – dml )

Vmb (ds – dmb) .................................(Persamaan 2.5)

6 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


6 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
6 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
6 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
6 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
6 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
6 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
6 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
% Berat solid :
ds x Vs x 100% = ds(dmb – dml ) x 100

dmb x Vmb dmb(ds – dmb).................................(Persamaan 2.6)

Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barite dengan

SG = 4,3 untuk menaikkan densitas dari lumpur lama seberat dml ke lumpur

seberat dml ke lumpur baru sebesar dmb setiap bbl lumpur lama memerlukan

berat solid, Ws sebanyak :

P
Ws = 684 x (dmb – dml)
............................................................................................ (Persamaan 2.7)

Keterangan :

Ws = berat solid/zat pemberat, (kg barite/bbl lumpur)

Sedangkan jika yang digunakan sebagai zat pemberat adalah bentonite

dengan SG = 2,5 maka untuk tiap barrel lumpur diperlukan :

Ws = 398 x (dmb – dml)


............................................................................................ (Persamaan 2.8)

Densitas lumpur dapat menggambarkan gradient hidrostatik dari

lumpur bor dalam psi/ft. Namun, di lapangan umumnya dipakai satuan pound

per gallon (ppg).

7 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


7 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
7 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
7 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
7 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
7 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
7 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
7 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Dari adanya perkembangan dalam penggunaan lumpur hingga saat

ini, fungsi-fungsi utama dari lumpur pemboran yang diharapkan adalah

sebagai berikut:

1. Mengendalikan tekanan formasi.

2. Mengangkat serbuk bor kepermukaan dan membersihkan dasar lubang

bor.

3. Memberi dinding pada lubang bor dengan mud-cake.

4. Melumasi dan mendinginkan rangkaian pipa pemboran.

Penggambaran sand content dari lumpur pemboran addalah

merupakan proses volume dari pertikel-partikel yang diameternya lebih besar

dari 74 mikron. Sedangkan rumus untuk menentukan kandungan pasir ( sand

content ) pada lumpur pemboran adalah :


n = Vs x 100

Vm....................................................................................... (Persamaan 2.9)

Keterangan :

n = kandungan pasir (%)

Vs = volume pasir dalam lumpur (mL)

Vm = volume lumpur (mL)

8 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


8 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
8 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
8 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
8 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
8 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
8 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
8 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barite dengan specific

gravity 4.3 untuk menaikkan densitas lumpur lama sebesar ρml ke lumpur

yang baru sebesar ρmb setiap barrel, lumpur lama memerlukan berat solid.

Sedangkan jika yang digunakan sebagai pemberat adalah bentonite dengan

specific gravity 2.5 maka untuk tiap barrel lumpur.

Berat jenis lumpur ini sangat besar pengaruhnya terhadap

pengontrolan tekanan formasi. Sebab dengan menaikkan berat jenis lumpur

bor maka tekanan hidostatik lumpurnya juga akan naik. Hal ini diperlukan

dalam formasi yang bertekanan tinggi. Seperti disebutkan dalam halaman

sebelumnya barite merupakan padatan yang umum digunakan untuk

menaikkan berat jenisnya. Selain bbarite ada juga galena, ilmenite dan

ottawa sand. Tercampurnya serpihan-serpihan formasi ( cutting ) ke dalam

lumpur pemboran akan membawa pengaruh pada operasi pemboran.

Serpihan-serpihan pemboran yang biasanya berupa pasir akan dapat

mempengaruhi karakteristik lumpur yang disirkulasikan, dalam hal ini akan

menambah beban pompa sirkulasi lumpur. Oleh karena itu, setelah lumpur

disirkulasikan harus mengalami proses pembersihan terutama menghilangkan

partikel-partikel yang masuk ke dalam lumpur selama sirkulasi. Peralatan-

9 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


9 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
9 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
9 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
9 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
9 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
9 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
9 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Peralatan yang biasa digunakan disebut dengan ”conditioning equipment”,

antara lain

Shale shaker fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan-serpihan

atau cutting yang berukuran besar. Penggunaan screen (saringan) untuk

problematika padatan yang terbawa dalam lumpur menjadi salah satu pilihan

dalam solid control equipment. Solid atau padatan yang mempunyai jari-jari

yang lebih besar dari jari-jari screen akan tertinggal atau tersaring dan

dibuang, sehingga jumlah solid dalam lumpur bisa terminimalisasi. Jari-jari

screen di atur agar polimer dalam lumpur tidak ikut terbuang. Kerusakan

screen bisa diperbaiki dan diganti.

Degassser fungsinya membersihkan lumpur dari gas yang mungkin

masuk ke lumpur pemboran. Peralatan ini sangat berfungsi pada saat

pemboran menembus zona permeable, yang ditandai dengan pemboran

menjadi lebih cepat, densitas lumpur berkurang dan volume lumpur pada

mud pit bertambah.

Desander fungsinya membersihkan lumpur dari partikel-partikel

padatan yang berukuran kecil yang biasanya dapat melewati dari saringan

shale shaker.

10 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


10 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
10 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
10 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
10 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
10 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
10 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
10 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Desilter fungsinya sama dengan desander tetapi desilter dapat

membersihkan lumpur dari partikel-partikel yang berukuran lebih kecil.

Penggunaan desilter dan mud cleaner harus dioptimalisasi oleh beberapa

faktor seperti berat lumpur, biaya fasa liquid, komposisi solid dalam lumpur,

biaya fasa liquid, biaya logistik yang berhubungan dengan bahan kimia dan

lain-lain.

Biasanya berat lumpur yang dikehendaki sekitar 10,8 biasanya lebih

praktis dengan menggunakan mud cleaner dibandingkan dengan penyaringan

dengan screen terkecil. Selain itu dapat juga dilakukan pembersihan lumpur

dengan menggunakan mud cleaner lebih praktis juga lebih murah.

2.2 Praktikum Pengukuran Viskositas dan Gel Strength

Viskositas adalah sifat kekentalan suatu fluida yang mempengaruhi

daya tahan terhadap suatu gaya geser. Gel strength adalah resistansi pada saat

fluida diam.

Fluida pemboran dalam percobaan ini adalah lumpur pemboran.

Lumpur pemboran ini mengikuti model-model rheologi bingham plastic,

power law. Diantara ketiga model ini, Bingham Plastic merupakan model

yang sederhana untuk fluida non-newtonian.

11 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


11 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
11 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
11 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
11 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
11 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
11 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
11 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Viskositas dan gel strength adalah bagian utama dalam sifat-sifat

rheology lumpur pemboran, yaitu viskositas sebagai keefektifan

pengangkatan cutting dan gel strength digunakan pada saat dilakukan round

trip. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat marsh

funnel. Viskositas ini adalah jumlah detik yang dibutuhkan lumpur sebanyak

0.9463 liter (1 quart) untuk mengalir keluar dari corong marsh funnel.

Penentuan besarnya harga shear stress dan Shear Rate yang masing-

masing dinyatakan berupa penyimpangan skala penunjuk ( dial reading ) dan

RPM motor pada rheometer sehingga harus diubah menjadi harga shear

stress dan shear rate dalam satuan dyne setiap cm2 tiap second agar dapat

diperoleh harga viskositas dalam satuan cp ( centipoise ).Viskositas lumpur

memegang peranan dalam pengangkatan cutting dari paling bawah dasar

lubang ke permukaan. Kalau viskositas lumpur rendah. Cutting tidak

terangkat dengan sempurna yang artinya cutting akan terakumulasi di

sekeliling rangkaian pemboran ( drill collar ).

Hubungan viskositas sesuai ketebalannya adalah:

1. Viskositas lumpur yang terlalu tinggi akan menyebabkan :

a. Rate of penetration dari pahat menurun.

b. Preassure lost atau kehilangan tekanan meninggi.

12 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


12 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
12 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
12 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
12 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
12 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
12 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
12 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
c. Preasure surges yang berhubungan dengan lost circulation dan

Swabbing efek sedot yang berhubungan dengan bahaya blow out.

d. Sukar melepasnya gas dan cutting dari lumpur saat dipermukaan

(conditioning equipment), yaitu degassser.

2. Apabila viskositas yang terlalu rendah akan menyebabkan :

a. Pengangkatan cutting tidak baik atau tak sempurna.

b. Material pemberat lumpur diendapkan, dan dapat memperlambat

proses pengeboran karena sukar disirkulasikan.

Viskositas plastik atau plastic viscosity adalah kuantitas untuk

mengukur daya renggang geser dan gaya geser suatu fluida. Alat untuk

mengukur nya adalah fann VG meter atau rheometer. Hal ini sering kali

digambarkan sebagai bagian dari resistansi fluida untuk mengalir yang

disebabkan friksi mekaniknya. Sedangkan yield point adalah bagian dari

resistansi untuk mengalir oleh gaya antar partikel. Gel Strength dan yield

point keduanya merupakan ukuran dari gaya tarik menarik dalam suatu

sistem lumpur. Bedanya gel strength merupakan ukuran gaya tarik menarik

yang statik, sedangkan yield point merupakan gaya tarik menarik yang

dinamik.

13 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


13 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
13 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
13 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
13 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
13 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
13 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
13 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Gel strength adalah pengukuran dari gaya tarik antar partikel fluida

pada kondisi statis atau diam. Yield point adalah hal yang sebanding dengan

ini artinya apabila gel strength naik maka yield point juga ikut naik. Dengan

bertambahnya waktu maka gel strength akan bertambah besar. Pada operasi

pemboran gel strength harus normal karena apabila terlalu kecil akan

menyebabkan terendapnya cutting atau padatan saat sirkulasi berhenti.

Gel strength diukur dengan alat yang bernama viskometer dengan

mengaduk lumpur dalam kecepatan tinggi sekitar 15 detik lalu mematikan

alat viskometer ke kecepatan netral dan menunggunya pada periode waktu 10

detik atau 10 menit.

Kuantitas padatan (solid content) yang berasal dari cutting yang

terdispersi kedalam lumpur sangat berpengaruh terhadap kecepatan

pemboran, pemakaian pahat, serta waktu pemboran. Solid content secara

keseluruhan kecuali memperlambat kecepatan bor, juga merangsang

terjadinya jepitan pipa atau pipe stucking, menaikkan berat jenis yang tidak

perlu serta menyebabkan kerusakaan pada formasi. Itulah sebabnya peralatan

pembersih (solid control equipment) seperti shale shaker, desander, desilter

harus berfungsi maksimal agar program lumpur dapat berhasil. Dengan kata

14 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


14 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
14 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
14 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
14 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
14 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
14 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
14 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
lain lumpur bor harus memiliki sifat alir (rheology) dan filtrasi yang

dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya

Harga shear stress atau tegangan geser dan shear rate daya renggang

geser yang masing-masing dinyatakan dalam bentuk penyimpangan skala

penunjuk dan RPM motor, harus diubah menjadi harga shear stress dan shear

rate dalam satuan dyne/cm² dan detik-detik agar diperoleh harga viskositas

dalam satuan centipoice (cp). Adalah persamaan tersebut sebagai berikut:

τ = 5,077 x C ................................................................(Persamaan 2.10)

γ = 1,704 x RPM ......................................................(Persamaan 2.11)

Keterangan :

τ = Shear stress, (dyne/cm² )

γ = Shear rate, (s)

c = Dial reading, (º)

RPM = Revolution per minute dari rotor

Viscositas Nyata untuk setiap Harga shear rate dihitung berdasarkan

hubungan :

a
=

15 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


15 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
15 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
15 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
15 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
15 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
15 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
15 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
....................................................................(Persamaan 2.12)

a
=
......................................................................(Persamaan 2.13)

Untuk menentukan plastic viscosity (μp) dan yield point (yp) dalam

flied untuk digunakan persamaan bingham plastic berikut :

z600-z300
μp =
y600-y300 ..............................................................(Persamaan 2.14)

dengan memasukkan persamaan diatas didapat persamaan sebagai berikut:

μp = C600 - C300
.............................................................(Persamaan 2.15)

γ b = C300 - μp
..................................................................(Persamaan 2.16)

Keterangan :

γp = Plastic viscosity, (cp)

γb = Yield point bingham, (lb/100 ft2)

C600 = Dial reading pada 600 RPM, (derajat)

C300 = Dial reading pada 300 RPM, (derajat)

Harga gel strength dalam 100 lb/ft diperoleh secara langsung dari

pengukuran dengan alat rheometer. Simpangan skala penunjuk akibat

16 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


16 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
16 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
16 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
16 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
16 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
16 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
16 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
digerakannya rotor pada kecepatan 3 RPM, langsung menunjukkan harga gel

strength 10 detik atau 10 menit dalam 100 lb/ft.

Untuk itu diperlukan break circulation setelah lumpur diam. Break

circulatian adalah memecah gel dari lumpur sebelum memulai sirkulasi

kembali. Lumpur diam yang cukup lama adalah saat dilakukan pencabutan

rangkaian pemboran, sehingga gel strength menjadi tinggi.

Mengetahui sand content yang terdapat dalam lumpur pemboran akan

memberikan keuntungan dalam mengatasi masalah kepasiran dimana saluran

sirkulasi lumpur akan terkikis oleh pasir yang ikut bersirkulasi bersama

lumpur, bukan hanya itu tapi juga untuk mencegah kerusakan peralatan

karena sifat mengikis pasir yang akan menghambat laju pemboran serta

menimbulkan kerugian waktu dan biaya yang besar. Alat yang digunakan

untuk menghitung harga atau nilai dari sand content adalah sand content set

atau sand content kit.

Karakteristik utama lumpur yang diperlukan untuk menjalankan

fungsinya adalah mud weight (berat jenis lumpur) yang akan memberikan

tekanan hidostatis kepada lumpur yang di-perlukan untuk mengimbangi

tekanan formasi agar tidak terjadi blow-out ataupun hilang sirkulasi. Untuk

17 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


17 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
17 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
17 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
17 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
17 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
17 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
17 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
itulah ditambahkan barite sebagai bahan pemberat (weighting materials).

Untuk itu dibutuhkan analisa yang baik mengenai karakteristik fluida yang

akan dipakai selama proses pengeboran berlangsung.

Sehingga rangkaian pemboran dapat terjepit. rate of penetration

rendah (laju pemboran). Karena cutting di bawah bit tidak cepat keluar, dan

akibatnya cutting dibor kembali. Viskositas lumpur yang keluar dari dalam

lubang akan bertambah bila menembus batuan yang reactive solid, karena

cutting akan bereaksi dengan air yang terdapat dalam lumpur. Misalnya clay

yang bereaksi dengan air tawar akan menaikkan viskositas lumpur. Viskositas

lumpur pemboran juga akan naik bila terkontaminasi oleh anhydrite dan

gypsum. Selain dari itu viskositas lumpur pemboran akan naik pula bila

terlalu banyak padatan yang tidak bereksi ( Inert Solid ) di dalamnya. Karena

padatan-padatan ini terkurung di antara padatan-padatan yang bereaksi.

Bila kenaikkan viskositas lumpur pemboran di sebabkan oleh terlalu

banyak padatan yang tidak bereksi di dalamnya, viskositas lumpur dapat

diturunkan dengan jalan menambahkan fasa cair ke dalamnya, misalkan

dengan menambahkan air. Untuk lumpur minyak fasa cair yang ditambahkan

adalah minyak. Akan tetapi bila kenaikan viskositas lumpur pemboran

disebabkan terjadinya reaksi padatan yang reaktif dengan fasa cair atau

18 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


18 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
18 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
18 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
18 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
18 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
18 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
18 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
terkontaminasi. Kalau lumpur terlalu kental (viskositas tinggi), akan

mengakibatkan sulit untuk melepaskan atau memisahkan cutting yang halus

di permukaan. cutting yang lolos dari shale shaker tidak bisa mengendap

dalam settling tank. Kemudian berat jenis lumpur akan bertambah, cutting

yang inert solid dapat menaikkan berat jenis Lumpur.

Peralatan sirkulasi lumpur akan terkikis, cutting yang berupa

abrasive solid dapat mengikis peralatan sirkulasi lumpur. Kerja pompa akan

bertambah berat, viskositas yang tinggi akan menyebabkan pressure loss

tinggi, sehingga tenaga untuk mensirkulasikan lumpur menjadi tinggi.

Mengundang terjadi swab effect saat mencabut rangkaian pemboran dari

dasar lubang. Dengan viskositas lumpur tinggi lumpur yang berada di atas bit

terlambat turun ke bawah bit. Ruang di bawah bit akan vacum, dan fluida

formasi akan terisap masuk lubang, Sehingga terjadi well kick. Untuk

menurunkan viskositas lumpur ditambahkan thinner. Mengingat viskositas

Lumpur pemboran yang terlalu rendah, maupun yang terlalu tinggi

menimbulkan masalah, maka viskositas lumpur harus diukur secara periodik.

Lumpur yang diukur adalah yang akan masuk ke dalam lubang dan yang

kembali dari dalam lubang. viskostias lumpur diukur dengan menggunakan

marsh funnel untuk viskositas relatif dan rheometer untuk viskositas nyata. .

19 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


19 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
19 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
19 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
19 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
19 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
19 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
19 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Gel strength disebut juga dengan daya agar atau daya pulut. Gel

strength merupakan sifat lumpur yang berperan untuk menahan cutting dan

material pemberat lumpur pemboran tidak turun diwaktu lumpur tidak

bersirkulasi. Sehingga cutting dan material pemberat lumpur tidak

menumpuk di annulus dan di sekeliling rangkaian pemboran. gel strength

akan bertambah naik seiring dengan bertambahnya waktu. Kalau gel strength

terlalu besar akibatnya adalah tekanan yang diperlukan untuk memulai

sirkulasi kembali menjadi tinggi, dengan kata lain kerja pompa akan berat.

Jika dipaksakan memulai sirkulasi dengan tekanan tinggi, dapat

memecahkan formasi bila formasi tidak kuat menerimanya. Formasi akan

pecah atau yang biasa disebut dengan biasa dikenal dengan formation break

down. Untuk itu diperlukan break circulation setelah lumpur diam. Break

circulatian adalah memecah gel dari lumpur sebelum memulai sirkulasi

kembali. Lumpur diam yang cukup lama adalah saat dilakukan pencabutan

rangkaian pemboran, sehingga gel strength menjadi tinggi. Viskositas dan gel

strength merupakan bagian yang pokok dalam sifat-sifat rheology pemboran,

pengukuran sifat-sifat rheology fluida pemboran penting mengingat

efektifitas pengangkatan cutting merupakan fungsi langsung dari viskositas.

Sifat gel strength pada lumpur juga penting pada saat round trip, sehingga

20 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


20 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
20 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
20 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
20 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
20 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
20 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
20 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
dapat mencegah cutting mengendap di dasar sumur yang dapat menyebabkan

kesukaran pemboran, selanjutnya viskositas dan gel strength merupakan

bagian indikator baik buruknya suatu lumpur.

Yang dimaksud dengan fluida non-newtonian adalah fluida yang

mempunyai viskositas tidak konstan, bergantung pada besarnya geseran

(shear rate) yang terjadi. Pada setiap shear Rrate tertentu fluida mempunyai

viskositas yang disebut apparent viscosity dari fluida pada shear rate

tersebut. Berbeda dengan fluida newtonian, yang mempunyai viskositas

konstan, fluida non-newtonian memperlihatkan suatu yield stress, suatu

jumlah tertentu dari tahanan dalam yang harus diberikan agar fluida mengalir

seluruhnya. Dalam percobaan ini pengukuran viskositas yang sederhana

dilakukan dengan menggunakan alat marsh funnel. Viskositas ini adalah

jumlah detik yang dibutuhkan lumpur sebanyak 0,9463 liter untuk mengalir

keluar dari corong marsh funnel. Informasi yang didapat dari pengkuran

dengan Marsh funnel untuk fluidan non-newtonian memberikan gambaran

rheology fluida sehingga bisa digunakan untuk membandingkan fluida yang

baru (awal) dengan kondisi sekarang.

Viskositas plastik (plastic viscosity) seringkali digambarkan sebagai

bagian dari resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik,

21 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


21 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
21 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
21 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
21 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
21 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
21 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
21 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
sedangkan yield point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya

tarik menarik antar partikel. Gaya tarik menarik ini disebabkan oleh muatan-

muatan pada permukaan partikel yang terdispersi dalam fasa fluida. Gel

strength dan yield point keduanya merupakan ukuran dari gaya tarik menarik

dalam suatu sistem lumpur.bedanya gel strength merupakan ukuran gaya

taraik menarik yang statik, sedangkan yield point merupakan ukuran gaya

tarik menarik yang dinamik.

2.3 Praktikum Pengukuran MBT ( Methylene Blue Test )

Seperti kebanyakan metode pertukaran kation, tes dengan

menggunakan methyl blue digunakan untuk mengukur total kapasitas

pertukaran kation dari suatu sistem clay, dimana pertukaran kation tersebut

tergantung dari jenis dan kristalinitas mineral, pH larutan, jenis kation yang

dipertukarkan dan konsentrasi kandungan mineral yang terdapat dalam clay.

Mineral utama dari formasi shale adalah clay, dengan susunan atomnya

adalah tetrahedral layer dan octahedral layer. Tetahedral layer dibentuk oleh

satu atom silicon yang terletak ditengah-tengah dan dikelilingi oleh empat

atom oxygen. Octahedral layer dibentuk oleh satu atom aluminium atau

magnesium yang dikelilingi iloh enam atom oxygen.

22 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


22 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
22 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
22 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
22 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
22 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
22 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
22 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Struktur clay merupakan suatu octahedral layer yang diapit oleh dua

tetrahedral layer. Permukaan layer-Layer ini mempunyai kation-kation yang

aktif, sehingga mineral clay berikatan satu dengan yang lainnya. Bilamana

ikatan antar layer ini masih melemah maka clay akan suka sekali menyerap

atau menghisap air. Merupakan kelompok mineral, kristalnya sangat kecil,

hanya dapat dilihat dan dibedakan dengan mikroskop, biasanya dengan

mikroskop elektron. Berdasarkan struktur kristal dan variasi komposisinya

dapat dibedakan menjadi belasan jenis mineral lempung. Mineral lempung

merupakan koloid dengan ukuran sangat kecil (kurang dari 1 mikron).

Masing-masing koloid terlihat seperti lempengan-lempengan kecil yang 

terdiri dari lembaran-lembaran kristal yang memiliki struktur atom yang

berulang.

Mineral lempung terbentuk di atas permukaan bumi dimana udara

dan air berinteraksi dengan mineral silikat, memecahnya menjadi lempung

dan produk lain. Mineral lempung adalah mineral sekunder yang terbentuk

karena proses pengerusakan atau pemecahan dikarenakan iklim dan alterasi

air (hidrous alteration) pada suatu batuan induk dan mineral yang terkandung

dalam batuan itu. Dalam penentuan jenis mineral lempung baik secara kimia

maupun secara fisik telah dikembangkan berbagai metode dengan

23 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


23 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
23 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
23 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
23 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
23 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
23 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
23 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
menggunakan alat mulai dari yang sederhana sampai penggunaan alat yang

modern.

Penentuan mineral lempung secara kualitatif dan kuantitatif dapat

dibagi atas dua kelompok besar, yaitu :

a. Metode berdasarkan sifat kimia.

b. Metode berdasarkan sifat fisik, salah satu metode berdasarkan sifat fisik

adalah penggunaan sinar X.

Penggunaan sinar X untuk analisis mineral lempung mempunyai

kemampuan untuk mengetahui jenis mineral lempung secara kualitatif dan

kuantitatif bahkan juga untuk menentukan sifat-sifat khas dari suatu mineral

lempung. Penggunaan sinar x terutama untuk mineral yang bersifat kristalin,

sedangkan untuk mineral yang sulit diidentifikasi dengan sinar X digunakan

analisis thermal. Setiap metode mempunyai kelemahan dan kelebihan,

sehingga kombinasi beberapa metode perlu dilakukan untuk memperoleh

hasil yang lebih baik.

Kelemahan dari lempung di alam adalah rusaknya struktur lapis dan

hilangnya porositas karena pem;;;;;anasan pada suhu tinggi, hal ini dapat

diatasi dengan melakukan proses penyisipan ion atau molekul ke dalam

interlayer yang dikenal dengan proses interkalasi. Pemanasan interkalat akan

24 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


24 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
24 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
24 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
24 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
24 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
24 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
24 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
menghasilkan pilar, sehingga proses ini lebih dikenal dengan sebutan proses

pilarisasi. Pilarisasi dapat dilakukan dengan menginterkalasikan polikation

hidroksi terhadap lempung. Selanjutnya dikalsinasi sehingga membentuk

pilar-pilar oksida logam. Berbagai macam kation dapat digunakan sebagai

agen pemilar, antara lain ion-ion alkil ammonium, kation amina bisiklis, dan

beberapa kation kompleks seperti kelat serta kation hidroksi logam polinuklir

dari Al, Zr, Ti, Fe, dan lain-lain. Lempung terpilar memiliki beberapa

kelebihan, antara lain stabilitas termal yang lebih tinggi, volume pori dan luas

permukaan yang lebih besar. Adanya sifat unggul dari lempung terpilar

menjadikan material tersebut potensial untuk digunakan sebagai adsorben.

Penelitian terus berlanjut sampai ditemukan metode baru dalam

sintesis lempung terpilar, yaitu interkalasi surfaktan ionik ke dalam rongga

antarlapis lempung. Penambahan surfaktan bertujuan untuk membuka rongga

pada antarlapis lempung sehingga mudah untuk diinterkalasi lebih lanjut

dengan kation logam. Dengan adanya surfaktan diharapkan akan mampu

meningkatkan porositas serta luas permukaan dibandingkan dengan lempung

terpilar tanpa surfaktan. Keberhasilan interkalasi ke dalam struktur lempung

bentonit diharapkan menjadikan lempung bentonit sebagai pengadsorb

(penyerap) bahan limbah yang efektif pada minyak daun cengkeh dan juga ke

25 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


25 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
25 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
25 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
25 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
25 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
25 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
25 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
depan dapat digunakan sebagai adsorben untuk logam berat dengan

kemampuan ion exchange-nya.

Kapasitas pertukaran kation (KPK) dalam ilmu tanah diartikan

sebagai kemampuan tanah untuk menjerap dan menukar atau melepaskan

kembali ke dalam larutan tanah. Di dalam tanah, komponen yang mempunyai

muatan adalah lempung dan bahan organik tanah (senyawa organik). Muatan

negatif lempung atau bahan organik biasanya mengikat kation (ion bermuatan

positif) yang ada disekitarnya (dalam larutan tanah) sehingga terjadi reaksi

elektronetralitas yang menghasilkan keseimbangan kimia. Secara praktikal,

pertukaran kation sangat penting dalam fisika tanah, kimia tanah, kesuburan

tanah, retensi hara dalam tanah, serapan hara oleh tanaman, pemupukan dan

pengapuran. Secara umum kation yang terjerap tersedia bagi tanaman melalui

pertukaran kation dengan ion H yang dihasilkan oleh respirasi akar-akar

tanaman. Hara yang ditambahakan kedalam tanah dalam bentuk pupuk akan

diretensi oleh permukaan koloid.

Faktor yang mempengaruhi kapasitas pertukaran kation adalah pH

Larutan pengekstrak, sifat komplek pertukaran, konsentrasi larutan

pengekstrak, sifat kation yang dipakai, pendekatan analitik, adanya interaksi

yang tidak diinginkan, keterbatasan metode analisis.

26 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


26 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
26 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
26 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
26 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
26 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
26 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
26 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Suatu jenis tanah yang mempunyai nilai KPK tertentu dapat diubah

(dinaikan atau diturunkan) dengan cara mencampur dengan bahan-bahan lain

yang nilai KPKnya berbeda. Untuk membuktikan muatan negatif zarah-zarah

tanah digunakan dua macam zat warna yaitu : gention violet (+) yang

bermuatan positif untuk menunjukan tanah yang bermuatan negatif dan eosin

red (-) yang bermuatan negatif untuk menunjukan tanah yang bermuatan

positif. Sifat-sifat pertukaran kation dalam tanah banyak digunakan dalam

menilai tingkat kesuburan tanah dan klasifikasi tanah. Kapasitas tukar kation

berhubungan dengan kapasitas penyediaan Ca, Mg, dan K, efisiensi

pemupukan dan pengapuran pada lapisan olah. KTK digunakan sebagai salah

satu penciri untuk menentukan kelasnya. Pertukaran kation dalam tanah

terjadi karena adanya muatan negatif dari koloid tanah yang menjerap kation-

kation dalam bentuk dapat ditukarkan (exchangeable).

KPK mempunyai hubungan dengan tekstur dan bahan organik. Jika

tekstur makin halus, maka KPKnya akan makin besar. KPK biasanya

dinyatakan dalam C mol (+) kg-1 tanah atau lempung. Kation adalah ion-ion

yang bermuatan positif di dalam tanah, misalnya H+, Al3+, Ca++, Mg++, dll.

Kation-kation ini dijerap pada permukaan koloid mineral dan ataupun

organik dengan ikatan elektrostatik yang tidak terlalu kuat, sehingga dapat

27 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


27 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
27 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
27 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
27 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
27 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
27 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
27 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
dilepaskan ataupun dipertukarkan. Nilai KPK tanah sangat beragam

dipengaruhi jumlah dan jenis kandungan lempung, kadar, dan takaran

dekomposisi bahan organik serta pH tanah. Operasi pemboran suatu sumur

minyak dan gas memerlukan teknologi , biaya dan resiko yang sangat tinggi.

Oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten di

bidangnya, melakukan eksperimen–eksperimen baik di laboratorium maupun

di lapangan karena menembus ratusan hingga ribuan meter ke bawah

permukaan, menembus berbagai jenis batuan formasi.

Salah satu penyebab berhasil atau tidaknya suatu operasi pemboran,

diantaranya tergantung pada jenis lumpur, dan additive yang dipakai. Setiap

lapisan batuan yang ditembus memiliki permasalahan yang berbeda-beda.

Diharapkan operasi pemboran berlangsung dengan aman, ekonomis serta

menjaga agar sumur yang telah selesai dibor dapat diproduksi dengan jumlah

yang besar dan menguntungkan. Pada penulisan ini, penulis hanya

menyinggung satu permasalahan yang sering dijumpai pada operasi

pemboran yaitu cara menangani problem shale dengan lumpur polymer.

Untuk mengatasi problem shale ini, perlu diketahui jenis dan

komposisi mineral clay penyusun batuan shale juga catatan aktifitas selama

operasi pemboran. Lumpur pemboran mempunyai peranan yang sangat besar

28 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


28 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
28 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
28 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
28 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
28 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
28 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
28 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
dalam menentukan keberhasilan suatu operasi pemboran. Apabila dalam

perencanaan pembuatan lumpur pemboran yang dipakai tidak sesuai dengan

kondisi formasi, maka akan muncul hambatan-hambatan dalam operasi

pemboran. Adapun hambatan-hambatan tersebut antara lain :

a. Problem shale (gugur atau pembengkakann shale).

b. Terdispersinya padatan sehingga viskositas tidak terkontrol sebab

partikel-partikel koloid menjadi sangat banyak.

c. Kemungkinan terjepitnya pipa bor karena guguran formasi.

d. Padatan-padatan bor tidak terkontrol karena kurang berfungsinya alat

pengontrol padatan.

e. Laju pemboran yang lambat karena hidrolikanya rendah.

f. Bisa terjadi hilangnya lumpur kedalam formasi akibat dari tekanan

hidrolika lumpur yang terlalu besar dari tekanan formasi.

g. Apabila tekanan hidrolika lumpur lebih rendah dari tekanan formasi

maka akan terjadi kick (masuknya fluida formasi kedalam lumpur bor).

Masalah shale yang terjadi salah satu contohnya adalah swelling yaitu

pengembangan dinding lubang bor akibat masuknya air filtrat fluida

pemboran ataupun masuknya lumpur itu sendiri ke dalam formasi. Selain

swelling, masalah shale yang dapat terjadi adalah sloughing yaitu runtuhnya

29 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


29 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
29 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
29 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
29 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
29 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
29 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
29 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
dinding lubang bor akibat sifat dari formasi yang mudah runtuh, getas dan

adanya rekahan-rekahan pada dinding lubang bor. Lumpur polymer

diformulasikan sebagai sistem low solid non-dispersed polymer muds yang

cocok digunakan pada formasi Shale. Lumpur jenis ini merupakan hasil

modifikasi kimia diantaranya adalah reaksi katalis dari polymer Keuntungan

dari sistim ini antara lain :

a. Penstabil shale aktif.

b. Peningkatan pembersihan lubang bor.

c. Dapat digunakan untuk berat jenis yang tinggi.

d. Pemakaian polymer memberikan perlindungan di permukaan shale dan

sekaligus bertindak sebagai viscosifier dalam lumpur, sehingga volume

filtrat lossnya dapat diperkecil dan jarak invasi filtrat lumpur menjadi

lebih pendek.

Meminimalkan masalah yang terjadi, disamping mencapai laju

pemboran dan mengurangi waktu pemboran, biaya keseluruhan dari

operasinya akan lebih rendah. Reaksi pertukaran kation kadang-kadang

bersamaan dengan terjadinya sweeling. Jika permukaan clay kontak dengan

air dan menganggap bahwa satu plat clay terpisah dari matriknya, maka ion-

ion yang bermuatan positif (kation) akan meninggalkan plat clay tersebut.

30 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


30 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
30 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
30 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
30 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
30 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
30 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
30 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Karena molekul air adalah polar maka molekul air akan ditarik balik

oleh kation yang terlepas maupun plat clay dan molekul air yang bermuatan

positif akan ditarik oleh plat claynya sendiri, sehingga seluruh clay akan

mengembang.

Shale atau lempung adalah jenis batuan sedimen yang terjadi dari

endapan-endapan mineral lempung (clay). Pengembangan mineral clay

sebagai akibat terjadinyainvasi fasa cair dari Lumpur ke dalam formasi yang

mengandung clay reaktif terhadap air. Lempung (clay) merupakan batuan

sedimen klastik yang berasal dari pelapukan batuan beku atau metamorf.

Ukuran clay lebih kecil 1/256 menurut skala wentworth. Mineral clay

merupakan campuran matrix dan semen, serta kadang-kadang mendominasi

batuan sebagai batu lempung (clay stone).

Pada sisi lain dari pengukuran menggunakan analisa methylene blue

ini yaitu dapat mengukur Sifat kimia dari suatu mineral lempung yang paling

menentukan besarnya kemampuan penyerapan anion dan kation tertentu yang

kemudian merubahnya ke lain anion dan kation dengan pereaksi suatu ion di

dalam air (ionic exchange capacity). Reaksi pertukaran tejadi disekitar sisi

luar dari unit struktur silica alumina.

31 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


31 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
31 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
31 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
31 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
31 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
31 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
31 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Seperti kebanyakan metode pertukaran kation, tes dengan

menggunakan methyl blue digunakan untuk mengukur total kapasitas

pertukaran kation dari suatu sistem clay, dimana pertukaran kation dari jenis

dan kualitas mineral, pH larutan, jenis kation yang diperlukan dan

konsentrasi kandungan mineral yang terdapat dalam clay.

32 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


32 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
32 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
32 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
32 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
32 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
32 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
32 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
b.4 Praktikum Pengukuran Filtarton Loss dan Mud cake

Banyak sekali fungsi lumpur yang digunakan pada saat operasi

pemboran berlangsung, diantaranya yaitu mengangkat cutting ke permukaan,

mendinginkan dan melumasi bit dan drill string, memberi dinding pada

lubang bor dengan mud cake. Lumpur akan membuat mud cake atau lapisan

zat padat tipis di permukaan formasi yang permeable ( lulus air ). Mengontrol

tekanan formasi, tekanan fluida formasi umumnya adalah di sekitar 0.465

psi/ft kedalaman. Membawa cutting dan material-material pemberat dapat

menjadi suspensi bila sirkulasi lumpur dihentikan sementara.

Melepaskan pasir dan cutting di permukaan. Menahan sebagian berat

drill pipe dan casing (bouyancy effect). Mengurangi efek negatif pada

formasi, mendapatkan informasi (mud log, sample log). Dalam percobaan

kali ini yaitu fungsi lumpur sebagai mud cake.

Filtration loss dan mud cake adalah satu kesatuan yang tak dapat

dipisahkan, peranannya dalam proses pemboran tidak dapat diabaikan.

Lumpur pemboran mempunyai karakeristik filtrasi tertentu dimana bila ia

kontak dengan dinding lubang bor sebagian air dari lumpur tersebut akan

tersaring menembus dinding tersebut, sedangkan partikel partikel padatnya

33 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


33 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
33 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
33 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
33 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
33 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
33 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
33 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
akan membentuk lapisan tipis (filter cake) yang menempel pada dinding

lubang dan mencegah filtrat menembus lebih jauh kedalam formasi. Ini

berguna agar dinding lubang tidak mudah gugur karena proses pembasahan.

Lumpur akan membuat mud cake atau lapisan padat dan tipis di

permukaan formasi yang permeable. Pembentukan mud cake akan

mengakibatkan aliran fulida menuju formasi tertahan. Cairan yang masuk ke

formasi disebut filtrate. Mud cake diharapkan adalah tipis dan padat dengan

demikian lubang bor tidak menyempit. Filtrasi dan mud cake terbentuk ketika

terjadi kontak antara lumpur pemboran dengan batuan porous, batuan

tersebut akan bertindak sebagai saringan yang memungkinkan fluida dan

partikel-partikel kecil melewatinya.

Fluida yang hilang ke dalam batuan tersebut disebut “filtrate”,

sedangkan lapisan partikel-partikel besar tertahan dipermukaan batuan

disebut “filter cake”.Apabila filtration loss dan pembentukan mud cake tidak

dikontrol maka ia akan menimbulkan berbagai masalah, baik selama operasi

pemboran maupun dalam evaluasi formasi dan tahap produksi.

Mud cake yang tipis merupakan bantalan yang baik antara pipa

pemboran dan permukaan lubang bor. Mud cake yang tebal akan menjepit

pipa pemboran sehingga sulit diangkat dan diputar sedangkan filtratnya akan

34 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


34 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
34 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
34 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
34 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
34 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
34 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
34 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
menyusup ke formasi dan dapat menimbulkan damage pada formasi. Alat

yang digunakan untuk menentukan filtration loss adalah filtration loss LPLT.

Filtration loss dan mud cake berbanding lurus, dimana ketika filtrate yang

dihasilkan banyak maka mud cake yang dihasilkan pun akan tebal. Dan

begitupun sebaliknya, semakin sedikit filtrate yang dihasilkan maka akan

semakin tipis mud cake yang terbentuk.

Pada percobaan kali ini akan dilakukan pengukuran volume

Filtration Loss dan ketebalan Mud cake untuk Static Filtration. Standar

prosedur yang digunakan adalah API 13 untuk LPLT (low pressure low

temperature) lumpur di tempatkan dalam silinder yang standar yang bagian

dasarnya di lengkapi kertas saring dan di beri tekanan 100 Psi dengan lama

waktu pengukuran 30 menit. Volume filtrate ditampung dengan gelas ukur

dengan satuan cubic centimeter (cc).

Pada umumnya hilang sirkulasi terjadi jika tekanan hidrostatik

lumpur naik hingga melebihi tekanan rekah formasi yang akan

mengakibatkan adanya frac (rekahan) yang memungkinkan lumpur (fluida)

mengalir ke dalamnya. Kerugian akibat terjadinya lost circulation ini adalah,

akibat hilangnya lumpur tersebut, penurunan permukaan lumpur didalam

lubang bor yang dapat mengakibatkan terjadinya semburan liar pada formasi

35 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


35 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
35 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
35 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
35 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
35 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
35 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
35 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
lain yang bertekanan tinggi, tidak didapatinya serbuk bor (cutting) untuk

sample log, bahaya terjepitnya pipa bor, kehilangan waktu dan biaya serta

menimbulkan kerusakan formasi.

Persamaan untuk volume filtrate yang di hasilkan dapat di turunkan

dari persamaan darcy, persamaannya adalah sebagai berikut :

(A
cc ...............................................................(Persamaan 2.17)
(2k(
) ∆ pt) 1/
cm
)
M
Dimana :

A = Filtration Area

k = Permeabilitas Cake

Cc = Volume fraksi solid dalam mud cake

Cm = volume fraksi solid dalam lumpur

P = Tekanan filtrasi

t = waktu filtrasi = viskositas filters

Pada proses pembentukan mud cake dan filtration loss adalah dua

kejadian dalam pemboran yang berhubungan erat, baik waktu kejadiannya

maupun sebab dan akibatnya oleh karena itu maka pengukurannya di lakukan

bersama.

Persamaan umum yang di gunakan untuk static filtration loss adalah :

Q1=Q2x (t2/t1)0,5
36 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
36 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
36 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
36 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
36 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
36 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
36 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
36 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
............................................(persamaan 2.18)

Dimana :

Q1 = Fluid loss pada waktu t1

Q2 = Fluid loss pada waktu t2

Additive lumpur pemboran adalah material-material yang

ditambahkan untuk menjaga dan merawat lumpur agar sesuai sifat-sifatnya

dengan yang dibutuhkan dan di harapkan pada saat pemboran berlangsung.

Hal ini perlu di jaga kestabilan dan efektifan sifat tersebut sehingga sifat

lumpur tersebut harus dalam kondsi yang stabil dan benar-benar sangat baik

nilainya Sifat-sifat yang dibutuhkan tersebut yaitu material pemberat lumpur,

material pengental lumpur, material pengencer lumpur, filtration loss control

agent dan lost circulation material. Filtration loss control Agent maksudnya

adalah bahan-bahan untuk mengurangi filtration loss dan menipiskan mud

cake, seperti pregelatinized starch, sodium carboxyl methylcellulose.

Permasalahan yang berhubungan dengan filtration loss adalah loss

circulation dan kick. Lost circulation atau hilang sirkulasi didefinisikan

37 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


37 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
37 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
37 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
37 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
37 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
37 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
37 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
sebagai hilangnya fluida pemboran sebagian atau seluruhnya selama

pemboran dan sirkulasi. Masuknya lumpur pemboran ke dalam formasi bisa

diakibatkan secara ilmiah, karena jenis dan tekanan formasi yang ditembus

mata bor maupun diakibatkan secara mekanis yang disebabkan kesalahan

dalam operasi pemboran. Pada umumnya hilang sirkulasi terjadi jika tekanan

hidrostatik lumpur naik hingga melebihi tekanan rekah formasi yang akan

mengakibatkan adanya frac (rekahan) yang memungkinkan lumpur mengalir

ke dalamnya. Kerugian akibat terjadinya lost circulation ini adalah, akibat

hilangnya lumpur tersebut, penurunan permukaan lumpur didalam lubang bor

yang dapat mengakibatkan terjadinya semburan liar pada formasi lain yang

bertekanan tinggi, tidak didapatinya serbuk bor ( cutting ) untuk sample log,

bahaya terjepitnya pipa bor, kehilangan waktu dan biaya serta menimbulkan

kerusakan formasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan lost circulation adalah jenis

formasi, tekanan dan lumpur pemboran.

a. Jenis formasi

Berdasarkan jenis formasinya, maka lost circulation dapat terjadi

pada formasi yang mempunyai permeabel besar, formasi gua-gua dan

formasi rekahan.

38 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


38 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
38 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
38 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
38 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
38 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
38 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
38 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
b. Formasi permeable besar (coarsely permeable formation)

Jenis formasi ini terdiri dari batu pasir dan gravel, dengan

keadaan dimana diameter lubang atau pori-pori batuan formasi sedikitnya

tiga kali lebih besar dari diameter butiran padat dari lumpur dan tekanan

hidrostatik lumpur > 10% dari tekanan formasi.

c. Formasi gua-gua (cavernous formation)

Cavernous formation adalah formasi yang banyak terdapat gravel

dan banyak terdapat cavern (gua-gua), sehingga ruang pori yang cukup

besar sebagai tempat mengalirnya fluida pemboran, misalnya formasi

batu kapur(limestone dan dolomite).

Ketika terjadi kontak antara Lumpur pemboran dan batuan porous,

batuan tersebut akan bertindak sebagai saringan yang memungkinkan fluida

dan partikel-partikel kecil melewatinya. Fluida yang hilang kedalam batuan

disebut“filtrate”.Sedangkan lapisan partikel-partikel besar bertahan

dipermukaan disebut“filter cake”. Proses filtrasi diatas hanya terjadi apabila

terdapat perbedaan tekanan positif kearah batuan.

39 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


39 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
39 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
39 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
39 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
39 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
39 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
39 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Pada dasrnya ada 2 jenis filtration yang terjadi selama pemboran

yaitustatic filtation dan dynamic filtration. Static filtration terjadi jika lumpur

pemboran dalam keadaan diam, dan dynamic filtration terjadi ketika lumpur

pemboran dalam keadaan disirkulasikan.

Apabila filtration loss dan pembentukan mud cake tidak dikontrol,

maka ia akan menimbulkan berbagai masalah, baik selama operasi pemboran

maupun dalam evaluasi formasi dan tahap produksi. Mud cake yang tipis

akan merupakan bantalan yang baik antara pipa dan permukaan lubang

pemboran, mud cake yang tebal akan terjadi penyempitan lubang pemboran

sehingga sulit diangkat dan diputar, sedangkan filtratnya akan menyusup ke

formasi dan akan menyebabkan damage pada formasi.

Pembentukan mud cake dan filtration loss adalah dua kejadian dalam

pemboran yang berhubungan erat, baik waktu, kejadiannya maupun sebab

dan akibatnya. Oleh sebab itu maka pengukurannya dilakukan secara

bersamaan.

Banyak sekali fungsi lumpur yang digunakan pada saat operasi

pemboran berlangsung, diantaranya yaitu mengangkat cutting ke permukaan,

mendinginkan dan melumasi bit dan drill string, memberi dinding pada

lubang bor dengan mud cake. Lumpur akan membuat mud cake atau lapisan

40 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


40 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
40 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
40 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
40 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
40 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
40 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
40 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
zat padat tipis di permukaan formasi yang permeable (lulus air). Mengontrol

tekanan formasi, tekanan fluida formasi umumnya adalah di sekitar 0.465

psi/ft kedalaman. Membawa cutting dan material-material pemberat dapat

menjadi suspensi bila sirkulasi lumpur dihentikan sementara. Melepaskan

pasir dan cutting di permukaan. Menahan sebagian berat drill pipe dan

casing (bouyancy effect). Mengurangi efek negatif pada formasi,

mendapatkan informasi (mud log, sample log). Dalam percobaan kali ini

yaitu fungsi lumpur sebagai mud cake.

b.5 Praktikum Pengukuran Kadar Minyak dan pH pada Lumpur Pemboran

pH menyatakan konsentrasi dari gugusan hidroxil (OH-) yang terdapat

dari dalam lumpur yang akan mempengaruhi kereaktifan bahan-bahan kimia

yang digunakan dalam lumpur. pH lumpur bor mengukur ion hidroxil dalam

lumpur berhubungan langsung dengan kestabilan kimia dan mencegah

terjadinya korosi. Pengukuran terhadap pH lumpur ditunjukan untuk melihat

kondisi dari system lumpur sebelum dan sesudah dikondisikan pada

temperatur tinggi. Keasaman pH dari 1 sampai 7, sedangkan nilai pH 7

41 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


41 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
41 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
41 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
41 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
41 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
41 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
41 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
adalah netral. Lumpur pemboran hampir selalu bersifat basa, dengan pH

berkisar 9 sampai dengan 10.

Keasaman lumpur tersebut mempengaruhi kemampuan mendispersi

clay, kemampuan melarutkan zat-zat kimia, korosi pada kelarutan besi dan

sifat-sifat rheology, pH lumpur memiliki fungsi mencegah dan menghambat

laju korosi. pH dipakai untuk menentukan tingkat kebasaan dan keasaman

dari lumpur bor. pH dari lumpur yang dipakai berkisar antara 8.5 sampai 12.

Jadi lumpur bor yang digunakan adalah dalam suasana basa. Lumpur

sebaiknya tidak terlalu basa karena akan menaikan viskositas dan gel

strength dari lumpur. Lumpur pemboran dapat didefinisikan sebagai semua

jenis fluida (cairan-cairan berbusa), gas bertekanan yang dipergunakan untuk

membantu operasi pemboran dengan membersihkan dasar lubang bor dari

serpih bor dan mengangkatnya kepermukaan, dengan demikian pemboran

dapat berjalan dengan lancar.

pH digunakan untuk menentukan tingkat kebasaan dan keasaman dari

lumpur bor. pH dari lumpur yang dipakai berkisar antara 8,5 sampai 12,

menurut ilmu kimia jika pH > 7 maka bersifat basa, dan jika pH < 7 maka

bersifat asam dan jika pH = 7 maka bersifat netral, jadi lumpur pemboran

yang digunakan harus bersifat basa, kalau lumpur pemboran yang digunakan

42 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


42 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
42 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
42 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
42 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
42 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
42 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
42 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
dalam suasana asam maka mengakibatkan masalah atau berdampak negative

untuk lumpur pemboran yaitu sebagai berikut cutting yang keluar dari dalam

lubang sumur akan halus atau hancur. Sehingga tidak dapat ditentukan

apakah batuan yang ditembus oleh mata bor. Dengan kata lain sulit untuk

mendapatkan informasi dari cutting.

Kandungan minyak adalah banyaknya minyak yang terkandung

dalam lumpur emulsi dimana air sebagai bahan dasarrya. Penentuan

banyaknya kadar cairan tapisan berguna untuk mengetahui fraksi dari

minyak, air dan padatan yang terdapat pada lumpur pemboran. Lumpur

emulsi yang baik adalah lumpur dengan kadar minyak air sebagai lebih

kurang sebesar 15 %-20 % kadar minyak dalam lumpur emulsi mempunyai

pengaruh yang cukup besar terhadap laju pemboran. Hal ini terutama karena

minyak akan memberikan pelumasan sehingga pahat lebih awet, mengurangi

pembesaran lubang bor dan mengurangi penggesekan pipa bor dengan

formasi serta mengurangi kemungkinan terjadinya penjepitan terhadap pahat.

Akan tetapi setelah melewati kandungan minyak optimum tersebut, kenaikan

kadar minyak akan menyebabkan penurunan laju pemboran.

Hal ini dikarenakan slip dari bit pada batuan formasi yang menjadi

lebih licin oleh karena adanya pelumasan yang berlebihan. Alat ukur yang

43 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


43 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
43 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
43 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
43 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
43 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
43 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
43 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
diagunakan adalah retort kit. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan

retort kit dengan mengisi mud chamber dengan lumpur dan

menghubungkannya dengan upper chamber lalu menempatkan kembali pada

insulator. Setelah itu ditetesi wetting agent, kemudian menempatkan kembali

pada bawah kondensator, setelah itu dipanaskan sampai tidak terjadi kembali

kondensasi. Dengan pengukuran kadar minyak, dapat mengetahui prosentase

kadar cairan atau dalam sample lumpur. Aplikasi lapangannya, dengan

melihat kadar kandungan minyak pada fraksi cairan dalam lumpur, kita dapat

mengindikasikan apakah proses pengeboran sudah menembus lapisan minyak

atau belum.

Sifat kimia lumpur merupakan tingkat reaktifitas lumpur terhadap

kondisi suatu formasi yang ditembus. Terutama yang berkaitan dengan

kandungan kimiawi dari partikel-partikelnya. Sifat kimia ini sangat penting

karena performance lumpur dapat di ubah-ubah oleh sifat kimia ini. Kadar

minyak dalam lumpur pemboran, penentuan kadar cairan lapisan beguna

untuk mengetahui fraksi dari minyak air dan padatan yang terdapat pada

lumpur pemboran. Terdapatnya atau solid dalam lumpur pemboran dengan

jumlah yang besar dapat mengakibatkan korosi dan abrasi pada peralatan

pemboran seperti pompa lumpur, drill sring, casing dan lainnya. Contoh

44 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


44 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
44 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
44 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
44 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
44 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
44 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
44 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
padatan yang paling sering dijumpai adalah pasir, kadar pasir tidak boleh

terlalu tinggi karena dapat menimbulkan permasalahan seperti. Padatan

memiliki sifat abrasive atau mengikis. Karena itu peralatan yang

disirkulasikan akan terkikis ketika dilalui padatan solid lumpur. Padatan

dapat menyebabkan berat jenis lumpur naik dan hal ini menyebabkan kerja

dari pompa lumpur akan semakin berat.

pH menyatakan konsentrasi dari gugus hidroksil (OH-) yang terdapat

dalam lumpur. pH lumpur bor mengkur ion hidrokxyl dalam lumpur bor

berhubungan langsung dengan kestabilan kimia serta mampu mencegah

terjadinya korosi. Pengukuran terhadap pH lumpur ditunjukkan untuk melihat

kondisi dari system lumpur sebelum dan sesudah dikondisikan pada

themperature tinggi. Tingkat keasaman pH dari 1 sampai 7, sedangakan nilai

pH = 7 adalah netral. Lumpur pemboran hampir selalu bersifat basa dengan

pH berkisar antara 9-10. Keasaman lumpur tersebut mempengaruhi

kemampuan mendispersi clay, kemampuan dalam melarutkan zat -zat kimia,

korosi pada kelarutan besi, dan sifat-sifat rheology. pH lumpur berfungsi

mecegah da menghambat laju korosi.

Alasan mengapa tingkat keasaman maupun kebasaan lumpur

pemboran harus ditentukan yaitu agar kita mengetahui jika lumpur yang

45 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


45 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
45 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
45 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
45 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
45 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
45 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
45 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
digunakan dalam suasana basa bukan pada suasana asam. Karena jika pada

kondisi asam maka cutting yang keluar dari lubang bor akan menjadi halus

atau hancur. Sehingga tidak dapat ditentukan batuan apakah yang ditembus

oleh mata bor. Dengan kata lain akan sulit mendapatkan informasi dari

cutting. Selain itu peralatan – peralatan yang dilalui oleh lumpur saat sedang

sirkulasi atau akan tidak mudah berkarat jika sesuai pH nya.

Apabila lumpur bor terlalu bersifat basa juga tidak baik karena akan

menaikkan viskositas dan gel strength dari lumpur, alat yang dapat digunakan

untuk mengukur pH lumpur diantaranya. pH Indikator sering dikatakan

kertas lakmus atau pH paper, pH meter. Dengan cara mencelupkan alat pH

meter maka akan diketahui berapa pH dari lumpur tersebut. Peralatan-

peralatan yang dilalui oleh lumpur saat sedang sirkulasi ataupun tidak akan

mudah berkarat. Dengan mencelupkan kertas pH ke dalam lumpur dan

terlihat perubahan warna pada kertas itu. Kemudian bandingkan warna yang

terjadi dengan arna standar yang sudah mempunyai harga pH tertentu.

Dengan mencelupkan ujung electrode pH meter ke dalam lumpur, maka akan

terbuka pH drai lumpur, yang mana ada jarum penunjuknya. pH meter sering

juga disebut dengan dengan pH electroglass, digunakan untuk menentukan

kadar keasaman dan kebasaan.

46 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


46 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
46 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
46 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
46 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
46 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
46 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
46 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Penentuan kadar cairan tapisan berguna untuk mengetahui fraksi dari

minyak, air dan padatan yang terdapat pada lumpur pemboran. pH

menyatakan konsentrasi dari gugus hidroksil (OH -) yang terdapat dalam

lumpur pemboran yang akan mempengaruhi kereaktifan bahan-bahan kimia

yang digunakan dalam lumpur. pH lumpur bor mengukur ion hidroksil dalam

lumpur berhubungan langsung dengan kestabilan kimia dan mencegah

terjadinya korosi.

Lumpur umumnya campuran dari tanah liat (clay), biasanya

bentonite, dan air yang digunakan untuk membawa cutting ke atas

permukaan. Lumpur berfungsi sebagai lubrikasi dan medium pendingin

untuk pipa pemboran dan mata bor. Lumpur merupakan komponen penting

dalam pengendalian sumur (well control), karena tekanan hidrostatisnya

dipakai untuk mencegah fluida formasi masuk ke dalam sumur. Lumpur juga

digunakan untuk membentuk lapisan solid sepanjang dinding sumur (filter

cake) yang berguna untuk mengontrol fluida yang hilang ke dalam formasi

(fluid loss).

Oil base mud merupakan salah satu jenis dari lumpur pemboran ini

juga dapat mempengaruhi kadar minyak dalam lumpur bor. Lumpur jenis ini

mengandung minyak sebagai fasa kontinyu nya. Komposisi diatur agar kadar

47 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


47 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
47 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
47 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
47 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
47 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
47 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
47 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
airnya rendah (3–5% volume). Lumpur jenis ini tidak sensitif terhadap

kontaminan. Fungsi oil base mud didasarkan pada kenyataan filtratenya

adalah minyak karena itu tidak akan menghidratkan shale atau clay yang

sensitif baik terhadap formasi biasa maupun formasi produktif. Fungsi

utamanya yaitu pada pekerjaan completion dan workover sumur. Kegunaan

lainnya adalah melepaskan drill pipe yang terjepit. Oil base mud ditempatkan

pada tanki besi menghindari kontaminan air.

Lumpur umumnya campuran dari tanah liat (clay), biasanya

bentonite, dan air yang digunakan untuk membawa cutting ke atas

permukaan. Lumpur berfungsi sebagai lubrikasi dan medium pendingin

untuk pipa pemboran dan mata bor. Lumpur merupakan komponen penting

dalam pengendalian sumur (well-control), karena tekanan hidrostatisnya

dipakai untuk mencegah fluida formasi masuk ke dalam sumur.

Lumpur juga digunakan untuk membentuk lapisan solid sepanjang

dinding sumur (filter-cake) yang berguna untuk mengontrol fluida yang

hilang ke dalam formasi (fluid-loss). Lumpur Pemboran (drilling fluid,

drilling mud) merupakan salah satu sarana penting dalam operasi pemboran

sumur-sumur minyak dan gas bumi untuk mencapai target yang

direncaanakan. Ia berupa larutan (suspensi) berbagai bahan kimia dan

48 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


48 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
48 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
48 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
48 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
48 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
48 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
48 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
mineral didalam air atau minyak dengan komposisi tertentu, sehingga

nampak seperti lumpur dan karena itu diberi nama lumpur pemboran.

Lumpur bor ini bekerja dengan jalan disirkulasikan meng-gunakan pompa

lumpur (mud pump) yang kuat, masuk kedasar lubang melalui pipa bor dan

naik kepermukaan melalui annulus (ruang antara pipa bor dan dinding

sumur) sambil membawa tahi bor (cuttings). Dipermukaan terdaapat tangki-

tangki pengendap dan alat-alat pemisah (solid control equipment) untuk

memisahkan dan membersihkan lumpur dari cuttings, untuk kemudian

disrkulasikan kembali kedalam lubang bor. Tekanan dari pompa oleh lumpur

ditransformasikan menjadi energi hydraulik yang dipakai untuk men-jalankan

fungsi fungsi external seperti mengankut cutting, membersihkan bit, memutar

mud motor dalam pemboran berarah. Disamping itu lumpur juga memiliki

potensi energi yang berasal dari bahan-bahan kimia dan mineral yang

dikandungnya (potensi fisiko-kimia) untuk menjalankan fungsi internal

seperti menigkatkan kekentalan, berat jenis (tekanan hidrostatis), enkapsulasi

(mencegah disinegrasi), gel strength (mencegah pengendapan cutting).

49 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


49 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
49 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
49 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
49 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
49 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
49 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
49 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
b.6 Pengukuran Ion K+ Pada Lumpur Pemboran

Formasi shale yang banyak mengandung mineral lempung yang

reaktif terhadap air yaitu mineral dari kelompok smectite (montmorillonite)

dan vermiculite akan selalu mengembang bila terinvasi oleh air dari luar.

Proses pengembangan lempung ini disebabkan oleh plate-plate dari lempung

yang terikat secara lemah. Muatan-muatan ion yang tidak seimbang dan

lemahnya ion-ion positif terikat oleh atom pusatnya semakin mendukung

kuatnya proses pengembangan lempung. Mekanisme dari luar yang

mendukung terjadinya clay swelling adalah invasi air filtrate lumpur yang

kemudian di hidrasi mineral clay dalam formasi. Proses hidrasi terjadi

menurut proses hidrasi osmosis dan hidrasi permukaan. Hidrasi osmosis yang

mempunyai peran lebih besar dalam proses swelling, dimana dalam hidrasi

osmosis shale akan menyerap air dalam jumlah besar, sehingga akan

menyebabkan lemahnya antar plate-plate lempung dalam shale.

Formasi shale yang mengandung clay yang mempunyai

kemungkinan mengembang yang ditemui dalam operasi pemboran akan

menimbulkan berbagai masalah yang merugikan. Permasalahan ini dimulai

dengan masuknya filtrate lumpur ke dalam formasi shale yang kemudian

50 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


50 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
50 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
50 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
50 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
50 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
50 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
50 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
diikuti pengembangan lempung. Pengembangan lempung akan menimbulkan

berbagai masalah yang meliputi mud making shale, ketidakstabilan lubang

pemboran (sloughing, caving), dan formation damage. Hal-hal tersebut

diikuti berbagai masalah yang merugikan yaitu pembesaran lubang pemboran,

terjepitnya pipa pemboran, rheology lumpur pemboran yang tidak stabil,

panjangnya rig time, hasil penyemenan yang buruk, jumlah sak semen yang

bertambah, mempersulit operasi logging, dan resolusi hasil log yang kurang

bagus dan lain-lain.

Kerusakan formasi terjadi pada formasi produktif, terutama formasi

batu pasir (sandstone) yang didalamnya mengandung shale yang tersebar

secara structural dan disperse akibat invasi filtrate lumpur. Formation damage

disebabkan oleh mengembangnya shale yang akan mengurangi volume pori-

pori batuan dan formation damage dapat juga disebabkan oleh migrasi solid

fine yang akan menutup pore throat. Formation damage akan menghambat

laju aliran fluida produksi dari formasi ke lubang pemboran (skin effect).

Untuk mengatasi permasalahan ini telah dibuat berbagai program

perencanaan lumpur pemboran yang pada intinya dibagi menjadi dua yaitu

lumpur dasar minyak dan lumpur dasar air yang telah banyak digunakan di

lapangan.

51 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


51 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
51 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
51 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
51 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
51 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
51 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
51 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
Studi yang dilakukan dilaboratorium ini adalah menganalisa lumpur

KCL-PHPA yang telah banyak digunakan untuk mengatas masalah shale

reaktif di lapangan.

Lumpur KCL-PHPA adalah lumpur dasar air tawar dimana

digunakan additive utama KCL dan PHPA sebagai penstabil shale, tanpa

mengurangi perana material-material pembentuk lumpur lainnya.

KCL dalam air tawar akan terurai menjadi ion K + dan Cl- . Dalam

menstabilkan mineral shale ion-ion K+ akan menggantikan kedudukan ion

Na+ dan dalam plate-plate lempung ion-ion K+ akan terlihat jauh lebih kuat

dibandingkan ikatan antar ion Na+ dengan Plate Lempung atau antar plate

lempung dengan air, sehingga daya tolak menolak antar plate-plate lempung

dalam air akan berkurang atau ikatan anatar plate-nya akan semakin kuat.

Disamping mekanisme tersebut, ion-ion K+ dengan jari-jari atomnya yang

besar akan menutup microfracture sehingga mengurangi hidrasi osmosis

shale. Keterlibatan partialy hydrolyzed poliacrilamede (PHPA) dalam

menstabilkan shale adalah kemudahannya larut dalam lumpur yang

mengandung elektrolit dan adanya muatan negative pada bagian yang

terhidrolisa akan meningkatkan daya rekat dan adsorbs polimer terhadap

partikel-partikel lempung. Adsorbs polimer PHPA oleh plate-plate lempung

52 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


52 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
52 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
52 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
52 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
52 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
52 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
52 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
ditingkatkan dengan kehadiran potassium chloride diatas 2% (7 ppb).

Adsorbsi polimer akan mengurangi swelling dengan cara melingkupi plate-

plate lempung bersama dalam kelompok-kelompok yang mengurangi

kemungkinan berhubungan dengan air. Seberapa besar pengurangan swelling

lempung yang terjadi tergantung konsentrasi KCL dan PHPA dalam fasa cair

lumpur. Hal ini telah dibuktikan melalui tes pengembangan clay dengan alat

Geonor Swelling Apparatus.

Lumpur KCL dalam air akan terurai menjadi ion K+ dan Cl-. Dalam

menstabilkan mineral shale, ion-ion K+ akan akan menggantikan kedudukan

ion Na+, sehingga di dalam plate shale ion K+ akan terikat jauh lebih kuat

dibandingkan antara ion Na+ dengan plate clay antara clay dan air, sehingga

daya tolak menolak antara partikel plate clay didalam air akan berkurang.

Semakin kuat daya tarik-menarik antar clay makan akan semakin banyak air

yang tebebas antara clay ke luar system. Hal ini disebabkan karena adanya

ion K+ memiliki jari-jari atom yang besar, yang dapat menutup microfracture

shale dan mencegah masuknya air ke dalam microfracture sehingga

mengurangi pengeringan (hidrasi) shale.

Polimer mudah larut dalam lumpur yang mengandung elektrolit dan

adanya muatan negatif pada bagian yang terhidrolisa sehingga meningkatkan

53 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


53 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
53 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
53 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
53 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
53 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
53 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
53 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
daya rekat dan adsorbsi polimer. Dalam upaya mengurangi swelling shale,

maka tergantung konsentrasi KCL dan polimer yang digunakan di dalam

suatu system lumpur. Jumlah ion K+ yang dibutuhkan didalam lumpur

tergantung dari tipe clay atau shale yang akan dibor yaitu termasuk reaktif

atau tidak reaktif terhadap air. Semakin reaktif maka konsentarsi dari KCL

dan polimer harus dinaikkan. Konsentrasi KCL optimum yang digunakan

adalah 3% yaitu sebesar 10.5 gram dan fungsi dari KCL ini dibantu dengan

bahan kimia tambahan (additive) pengontrol shale.

Lumpur KCL polimer merupakan sistem lumpur yang paling umum

digunakan dalam pemboran. Dasar dari sistem ini adalah anionic.

Pengkapsulan (encapsulating) polymer fluid yaitu polimer membungkus

serbuk cutting (bor) pada saat pembersihan lubang.

Fungsi nilai K+ untuk mengetahui besarnya endapan yang terdapat

didalam lumpur yang akan digunakan untuk menentukan kadar garam yang

ada didalam lumpur yang digunakan didalam pemboran besarnya suatu

endapan K+.

Polimer anionic meningkatkan viskositas karena polimer anionic

mampu menempel pada ujung-ujung lapisan lempung dan

54 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


54 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
54 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
54 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
54 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
54 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
54 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
54 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
mengembangkannya sehingga luas permukaannya bertambah dengan

sendirinya viskositasnya akan meningkat.

Lumpur KCL polimer memiliki daya pengencer gesekan (shear

thinning) yang tinggi pada lajur geser yang tinggi seperti didalam pipa bor

dan keluar dari pahat.

Polimer dalam lumpur adalah rangkaian molekul yang panjang

dalam bentuk unit yang berulang-ulang.

Fungsi polimer dalam lumpur pemboran secara garis besar berfungsi

sebagai Viscosifier, flokulan, filtration loss, dan shale stabilizer.

55 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


55 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
55 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
55 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
55 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
55 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
55 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran
55 Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

Anda mungkin juga menyukai