Nama
Nim
: 12213100
Kelompok
: Kamis 2
Asisten Modul
: Ricko Rizkiaputra
12211045
Haniyyah Hasna
12212009
BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM dan TEORI DASAR
Sifat pelumasan lumpur adalah kemampuan lumpur untuk melumasi bagian alat
pemboran yang saling bersinggungan atau bergesekan pada saat pemboran berlangsung.
Gesekan-gesekan yang mungkin terjadi pada saat pemboran adalah sebagai berikut:
1. Metal to metal
Sifat pelumasan yang baik terutama diperlukan untuk mempepanjang umur peralatan
(misal casing, bit, drillstring), melawat efek sidewall sticking, menurunkan efek drillpipe
torque, dan drillpipe drag yang biasa terjadi pada sumur berarah (directional).
BAB II
PENGOLAHAN DATA
Sand Content : Mengukur kandungan sand atau pasir yang berada pada fluida
pemboran dengan menggunakan Sand Content Set dalam satuan fraksi.
Jenis lumpur
Lumpur standar
0,25
0,75
0,85
0,33
Beban torsi minimum (lb-in dan kuat arus rata-rata (A) pada saat seizure
Pada keadaan pass, data yang dicatat yaitu beban torsi (lb-in), lebar scar
(1/100 inch), dan kekuatan film (psi)
No
Fluida Pemboran
Seizure
Torsi
(in-lb)
Kuat
Arus (A)
Lebar
Scar (0.01
inch)
Lumpur Standar
200
5.63
7.874
215
6.55
5.512
240
6.36
8.267
No
Fluida Pemboran
Pass
Torsi
(in-lb)
Kuat
Arus (A)
Lebar
Scar (0.01
inch)
Lumpur Standar
50
3.63
8.2
50
3.55
5.9
50
4.5
8.6
= 1.675 cm = 0.6594 in
=
Dimana:
;=
; = ( )/100
F = Gaya (lb)
A = Luas (inch2)
100(/)
100
Konstanta
100
100
Lumpur Standar
Seizure :
200
= 330.6
= 8397.3
7.874
Pass :
50
= 330.6
= 2015.8
8.2
215
= 330.6
= 12895.4
5.512
Pass :
50
= 330.6
= 2801.7
5.9
240
= 330.6
= 9590
8.276
Pass :
No
Fluida Pemboran
50
= 330.6
= 1922.1
8.6
Pass
Lumpur Standar
8397.3
2015.8
12895.4
2801.7
9590
1922.1
BAB V
ANALISIS
3.1 Analisis Alat
1.2.1
Marsh Funnel
Alat
Air
0.00
1.00
2.00
3.00
dan menyebabkan proses pemboran menjadi tidak efisien. Semakin tinggi viskositas maka
semakin tinggi kemampuan lumpur membawa cutting. Oleh sebab itu, apabila dirasa saat
pengeboran kemampuan lumpur jelek, penambahan aditif CMC LV dapat menjadi solusi.
1.2.2
Alat yang kita gunakan dalam pengujian sand content adalah screen ukuran 200 mesh,
funnel dan glass measuring tube. Prinsip kerja dari set alat ini adalah memfilter material
(berukuran >74 mikron atau >200 mesh) yang kemudian diukur jumlah fraksinya terhadap
volume lumpur. Screen berukuran 200 mesh ini berfungsi untuk menyaring pasir. Mesh
didefinisikan sebagai banyaknya lubang pada suatu luas bidang 1 inch persegi. Cara kerja alat
ini adalah dengan menuangkan lumpur pada glass measuring tube hingga batas lumpur dan
kemudian dilakukan penyaringan dengan screen. Kemudian pasir yang tersangkut di screen
dituangkan kembali kedalam GMT agar dapat dievaluasi sand content nya.
Dari
percobaan,
Jenis Lumpur
hasil
Lumpur Standard
0.1
0.2
0.3
0.4
% Sand Content
0.5
0.6
terdapat material yang berukuran lebih dari 74 mikron sehingga porsi ini dapat meningkatkan
sand content lumpur. Hasil percobaan berbeda dengan teori, hal ini kemungkinan besar terjadi
karena tidak meratanya properties lumpur dikarenakan sand pada lumpur telah mengalami
pengendapan. Pengendapan ini terjadi karena berhentinya pengadukan pada sample lumpur
pada waktu yang lama. Sehingga, lumpur standar yang ditambahkan aditif pada proses
penuangan ke dalam Glass Measuring Tube memiliki kandungan sand yang lebih sedikit. Hal
ini benar adanya karena pada pengukuran sand content untuk lumpur + aditif dilakukan pada
waktu yang cukup lama sejak diberhentikan pengadukan karena keterbatasan alat.
Apabila kita abaikan pengukuran sand content pada lumpur standar, dapat kita lihat
bahwa lumpur standard + CMC LV > lumpur standard + Barite > lumpur standard + Resinex.
Sehingga penambahan CMC LV memberikan konsekuensi peningkatan fraksi sand content
paling besar terhadap volume lumpur.
Sand content pada operasi pengeboran merupakan salah satu hal penting untuk
dievaluasi secara berkala. Keberadaan sand pada lumpur pemboran dapat menyebabkan erosi
pada pipa, casing dan peralatan lain sehingga menurunkan umur penggunaan peralatan
tersebut. Selain itu, keberadaan sand juga dapat menyebabkan beban berlebih pada pompa
akibat bertambahnya densitas lumpur. Oleh sebab itu, pada proses treatment lumpur terdapat
desander dan desilter untuk mengurangi jumlah sand content pada lumpur pengeboran.
3.2.3
Baroid EP Tester
EP Tester terdiri dari sebuah ring baja yang dapat ditekan pada berbagai tekanan dengan
menggunakan pengatur torsi yang diputar. Alt ini memilik test ring dan test block yang
dibenamkan pada lumpur saat pengujian lubrisitas. Gaya gesek yang terjadi dapat dibaca pada
skala. Alat ini juga memiliki cup untuk menampung fluida lumpur yang akan di test. Apabila
dianalogikan dengan proses pengeboran, test ring ini seperti drillstring dan test block seperti
casing dimana drillstring bergesekan dengan casing ketika pengeboran berlagsung. Prinsip
kerja alat ini ialah mengukur gaya gesek antara test ring dan block yang direpresentasikan
dalam bentuk kuat arus yang diputar pada RPM dan torsi tertentu.
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dilihat bahwa pada suatu beban torsi tertentu
gaya friksi (direpresentasikan dengan kuat arus) yakni: friksi lumpur standar > lumpur
standar + resinex > lumpur standar + CMCLV. Friksi yang tinggi menunjukkan bahwa
lubrisitas lumpur buruk karena menghasilkan gesekan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan aditif dapat meningkatkan lubrisitas lumpur terhadap peralatan pemboran.
Apabila kita analisa dari kekuatan film, kekuatan film pada lumpur standar > LS+
Resinex > LS+CMCLV. hal ini terjadi mungkin karena kesalahan pengukuran ataupun wadah
cup tidak steril dari contaminant. Seharusnya secara teori, resinex dapat meningkatkan
lubrisitas.
3.2 Analisis Percobaan
1. Pengukuran viskositas relatif dengan marsh funnel
Percobaan dilakukan dengan mengalirkan 350 ml sampel lumpur ke dalam corong pada
marsh funnel. Penuangan dalam percobaan kali ini dengan melewatkan pada screen
sebelum masuk kedalam funnel sebagai cara untuk memastikan agar pengukuran viskositas
tidak terganggu oleh padatan yang tersaring di screen. Lalu pengukuran dilakukan dengan
mencampurkan 3 cup yang masing-masing 350 ml untuk dimasukkan ke dalam funnel yang
nantinya pada volume 946 ml pengukuran waktu dianggap selesai dan catat waktunya.
Pada praktikum menggunakan marsh funnel, sampel masing-masing diuji. Sampel yang
diuji pada percobaan ini adalah adalah Lumpur Standar dan Lumpur Standar + CMC-LV.
Dari hasil percobaan didapat Lumpur Standar membutuhkan waktu 40.73 detik untuk
mengalirkan 1 quart lumpur dari marsh funnel, sedangkan Lumpur Standar + CMC-LV
yang membutuhkan waktu lebih lama yaitu sampai 199 detik. Waktu tersebut lebih lama
jika dibandingkan dengan air yakni sekitar 26 detik. Untuk lumpur yang ditambahkan
CMC-LV terbukti memiliki waktu alir lebih lama karena CMC-LV merupakan viscosifier.
Dalam operasi pemboran, lumpur yang memiliki kemampuan mengangkat cutting yang
lebih tinggi adalah yang memiliki viskositas lebih besar. Sehingga, lumpur standar + CMCLV memiliki kemampuan mengangkat cutting yang lebih baik dibandingkan dengan
lumpur Standar
Beberapa asumsi yang digunakan pada percobaan kali ini:
a. Tidak adanya padatan-padatan besar yang malah dapat menghambat aliran keluar dari
lumpur.
a. Tidak ada kesalahan perhitungan waktu alir.
b. Posisi marsh funnel benar benar lurus.
2.
menyebabkan keretakan pada formasi apabila tekanan pada kolom hidrostatis melebihi
tekanan rekah formasi (fracture pressure). Selain itu, sand juga memiliki sifat abrasif yakni
dapat menyebabkan gesekan pada peralatan pemboran yang dapat menyebabkan keausan
pada alat. Batas aman sand content adalah 2% (menurut API). Dari hasil percobaan
didapatkan fraksi sand pada masing-masing lumpur adalah sebagai berikut. Lumpur
standar 0.25%, lumpur standar + CMC-LV 0.75%, lumpur standa + barite 0.85, lumpur
standar + resinex 0.33%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ke-empat lumpur tersebut
masih dalam batas aman.
Asumsi yang digunakan
a. Aditif di dalam lumpur tersebar secara homogen
b. Semua partikel berukuran pasir tersaring di mesh
c. Semua partikel berukuran pasir yang tersaring di mesh kembali lagi ke graduated tube
3.
permukaan padatan. Terjadi ketika ada penurunan pembacaan arus yang tiba tiba. Kondisi
seizure tidak diinginkan. Karena menunjukkan bahwa lumpur sudah tidak efektif lagi
sebagai pelumas
Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa nilai torsi tertinggi saat kondisi seizure
diberikan oleh lumpur standar. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
beberapa aditif yang digunakan berfungsi sebagai lubricant. Sehingga seharusnya sampel
tersebut yang memberikan nilai torsi seizure terbesar. Tetapi jika kita bandingkan antara
torsi seizure tercatat dan lebar scar yang ditinggalkan pada test block, dapat diduga bahwa
ada keterlambatan dalam penentuan kondisi seizure pada sampel lumpur standar. Atau
penentuan yang terlalu cepat pada kondisi seizure untuk sampel lainnya.
Fluida Pemboran
Pass
Lumpur Standar
8397.3
2015.8
12895.4
2801.7
9590
1922.1
BAB IV
KESIMPULAN
1. Relative viscosity adalah perbandingan viskositas suatu fluida terhadap viskositas air.
Relative viscosity dilakukan secara kualitatif dengan berdasar pada lumpur kental akan
mengalir lebih lembat disbanding lumpur encer. Relative viskositas dapat digunakan untuk
memonitor perubahan viskositas lumpur terhadap viskositas lumpur yang sedang
disirkulasikan
2. Sand content adalah persen volume kandungan partikel pasir (material berukuran >74
mikron atau 200 mesh. Sand content yang tinggi dapat menyebabnya ausnya peralatan
pemboran dengan cepat akibat abrasi dari partikel pasir serta mengakibatkan cepat
rusaknya pompa akibat pemakaian berlebih.
3. Lubrisitas adalah kemampuan fluida untuk melumasi peralatan pemboran yang mengalami
gesekan.
4.
Prinsip kerja marsh funnel adalah mengalirkan fluida melalui lubang keluar alir sepanjang
2 inch dan berdiameter 3/16 inch dan kemudian diukur berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk mengalirkan sejumlah volume tersebut.
Prinsip kerja dari sand content set adalah memfilter material (berukuran >74 mikron atau
>200 mesh) yang kemudian diukur jumlah fraksinya terhadap volume lumpur.
Prinsip kerja EP Lubricity Tester adalah pengukuran gaya friksi akibat pemberian suatu
torsi terhadap beberapa jenis lumpur.
(detik)
Lumpur standar
40,73
199
alir
Lubrisitas
No
Fluida Pemboran
Pass
Lumpur Standar
8397.3
2015.8
12895.4
2801.7
9590
1922.1
Sand Content
Sand Content
Jenis lumpur
(%)
Lumpur standar
0,25
0,75
standar
barite
Lumpur
0,85
standar
resinex
0,33
Daftar Pustaka
Amoco.1994.Drilling Fluids Manual.Amoco Corporation.
Bourgoyne.1986.Applied Drilling Engineering.Society of Petroleum Engineering.
Heriot-Watt University.Drilling Engineering.
Rubiandini,Rudi.Teknik Operasi Pemboran .
Jawab Pertanyaan
Bingham plastic fluid adalah fluida yang bersifat rigid atau plastic pada low stress
sehingga dibutuhkan stress yang besar untuk membuatnya mengalir menjadi viscous
fluid.
Power law fluid adalah non-Newtonian yang merupakan viscous fluid pada saat stress
bernilai kecil. Namun untuk meningkatkan shear dibutuhkan stress yang besar pada
awalnya. Power law fluid adalah fluida yang diharapkan untuk menjadi fluida pemboran
karena gel strengthnya cenderung cukup konstan seiring waktu statis.
c. Kelzan XCD