Anda di halaman 1dari 19

MODUL II

Viskositas Relatif, Sand Content, dan Lubrisitas


Laporan Praktikum

Nama

: Jason Andrew Natan

Nim

: 12213100

Kelompok

: Kamis 2

Tanggal Praktikum : Rabu, 13 November 2013


Tanggal Penyerahan : Rabu, 20 November 2013
Dosen

: Dr.Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun

Asisten Modul

: Ricko Rizkiaputra

12211045

Haniyyah Hasna

12212009

LABORATORIUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013/2014

BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM dan TEORI DASAR

1.1 Tujuan Praktikum


1. Mampu mendeskripsikan relative viscosity beserta kegunaannya
2. Mengetahui deskripsi sand content serta pengaruh yang ditimbulkan terhadap fluida
pemboran
3. Mampu mendeskripsikan sifat lubrisitas pada lumpur pemboran
4. Mengetahui prinsip dasar dan cara penggunaan Marsh Funnel, Sand Content Set, dan
Extreme Pressure Lubricity Tester
5. Mampu mengolah data hasil percobaan
6. Mengetahui pengaruh aditif lumpu pemboran terhadap nilai viskositas, sand content,
dan lubrisitas

1.2 Teori Dasar


Pengukuran viskositas ini didasarkan pada prinsip bahwa lumpur kental mengalir
lebih lambat daripada lumpur encer. Pengukuran ini merupakan tes singkat terhadap
konsistensi dan ketebalan lumpur pemboran dan biasanya digunakan untuk memonitor
perubahan viskositas dari lumpur. Yang sedang disirkulasikan. Dinyatakan sebagai waktu
yang diperlukan oleh lumpur sebanyak 1 quart (946 ml) untuk mengalir keluar dari tabung
sepanjang 2 inch dan berdiameter 3/16 inch pada bagian bawah Marsh Funnel dalam
satuan detik per quart. Satu quartz air dapat mengalir melalui Marsh Funnerl kira-kira
dalam 260,5 detik.
Serpihan-serpihan pemboran yang umumnya berupa pasir dapat mempengaruhi
karakteristik lumpur yang digunakan dalam suatu operasi pemboran dan dapat
mengakibatkan berlebih pada pompa. Salah satu karakteristik yang berubah adalah
densitas lumpur yang telah mengalami sirkulasi. Yang dimaksud pasir disini adalah
partikel-partikel padatan yang diameternya lebih dari 74 mikron atau 200 mesh. Tes ini
dilakukan untuk mengetahui kandungan pasir (persen volume) dalam lumpur pemboran.
Kandungan pasir dinyatakan dalam persen volume.

Sifat pelumasan lumpur adalah kemampuan lumpur untuk melumasi bagian alat
pemboran yang saling bersinggungan atau bergesekan pada saat pemboran berlangsung.
Gesekan-gesekan yang mungkin terjadi pada saat pemboran adalah sebagai berikut:
1. Metal to metal

: antara drillstring dan casing

2. Metal to mineral : antara drillstring dengan borehole wall


3. Mineral to mineral

: terjadi antara batuan dengan borehole wall

Sifat pelumasan yang baik terutama diperlukan untuk mempepanjang umur peralatan
(misal casing, bit, drillstring), melawat efek sidewall sticking, menurunkan efek drillpipe
torque, dan drillpipe drag yang biasa terjadi pada sumur berarah (directional).

BAB II
PENGOLAHAN DATA

2.1 Data percobaan


Dilakukan tiga percobaan pada praktikum kali ini, yakni :
1. Pengukuran Viskositas Relatif menggunakan Marsh Funnel
2. Pengukuran Sand Content menggunakan Sand Content Set
3. Pengukuran Lubrisitas Lumpur Pemboran menggunakan Baroid Extreme Pressure
Lubricity Tester

Viskositas Relatif : Mengukur waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 1 quart


(946mL) fluida dalam pengukuran viskositas relatif yang satuannya s/quart.
Jenis lumpur
Lumpur standar
Lumpur standar + CMC-LV

waktu alir (detik)


40,73
199

Tabel 2.1 Viskositas Relatif menggunakan Marsh Funnel

Sand Content : Mengukur kandungan sand atau pasir yang berada pada fluida
pemboran dengan menggunakan Sand Content Set dalam satuan fraksi.
Jenis lumpur

Sand Content (%)

Lumpur standar

0,25

Lumpur standar + CMC-LV

0,75

Lumpur standar + barite

0,85

Lumpur standar + resinex

0,33

Tabel 2.2 Sand Content menggunakan Sand Content Set

Lubrisitas : Data-data yang diukur pada pengukuran lubrisitas pemboran yakni :


1

Beban torsi minimum (lb-in dan kuat arus rata-rata (A) pada saat seizure

Pada keadaan pass, data yang dicatat yaitu beban torsi (lb-in), lebar scar
(1/100 inch), dan kekuatan film (psi)

No

Rata-rata kuat arus (A)

Fluida Pemboran

Seizure
Torsi
(in-lb)

Kuat
Arus (A)

Lebar
Scar (0.01
inch)

Lumpur Standar

200

5.63

7.874

Lumpur Standar + barite

215

6.55

5.512

Lumpur Standar + resinex

240

6.36

8.267

No

Fluida Pemboran

Pass
Torsi
(in-lb)

Kuat
Arus (A)

Lebar
Scar (0.01
inch)

Lumpur Standar

50

3.63

8.2

Lumpur Standar + barite

50

3.55

5.9

Lumpur Standar + resinex

50

4.5

8.6

Tabel 2.3 Pengukuran saat Seizure dan Pass

= Panjang Test Block = 1.165 cm = 0.4587 in

= Jari-jari Test Ring

= 1.675 cm = 0.6594 in

2.2 Pengolahan Data


2.2.1 Perhitungan Konstanta Pelumasan

=
Dimana:

;=
; = ( )/100

P = Kekuatan Film (psi)

R = Jari-jari test ring (inch)

F = Gaya (lb)

L = Panjang test block (inch)

A = Luas (inch2)

W = lebar scar (seperseratus in)

T = Beban Torsi (lb-in)


Sehingga,
=
C

100(/)

100

Konstanta

100

100

= 0.4587 0.6594 = 330.6 in-2

2.2.2 Perhitungan Kekuatan Film (psi)

Lumpur Standar
Seizure :

200
= 330.6
= 8397.3

7.874

Pass :

50
= 330.6
= 2015.8

8.2

Lumpur Standar + Barite


Seizure :

215
= 330.6
= 12895.4

5.512

Pass :

50
= 330.6
= 2801.7

5.9

Lumpur Standar + Resinex


Seizure :

240
= 330.6
= 9590

8.276

Pass :

No

Fluida Pemboran

50
= 330.6
= 1922.1

8.6

Kekuatan film (psi)


Seizure

Pass

Lumpur Standar

8397.3

2015.8

Lumpur Standar + 7.5 gram Barite

12895.4

2801.7

Lumpur Standar + 7.5 gram Resinex

9590

1922.1

Tabel 2.4 Nilai Kekuatan Film (psi)

BAB V
ANALISIS
3.1 Analisis Alat
1.2.1

Marsh Funnel

Alat

yang kita gunakan dalam pengujian

viskositas relative adalah marsh funnel. Alat ini memiliki


volume hingga 1500 cc pada garis setinggi screen. Prinsip
kerja marsh funnel adalah mengalirkan fluida melalui

Viskositas Relatif berbagai


Fluida
Lumpur Standard +
CMC LV
Lumpur Standard

lubang keluar alir sepanjang 2 inch dan berdiameter 3/16

Air

inch dan kemudian diukur berapa lama waktu yang


dibutuhkan untuk mengalirkan sejumlah volume tersebut.

0.00

1.00

2.00

3.00

Relative Viscosity terhadap air

Data yang didapat pada penggunaan alat ini adalah waktu


alir fluida. Alat ini hanya menjadi standar pengaliran fluida, sedangkan
untuk menghitung jumlah fluida yang mengalir kita menggunakan
viscosity cup yang bervolume 1 quart (946 ml). Pada alat ini terdapat 2
tempat pelewatan lumpur, yakni tempat dengan saringan dan tanpa
saringan. Lumpur harus dilewatkan pada saringan ketika lumpur yang akan diuji adalah bekas
dari operasi pemboran karena besar kemungkinan terdapat material besar yang dapat
meningkatkan gaya gesekan fluida uji terhadap dinding marsh funnel sehingga dapat
menyebabkan perhitungan viskositas semakin meningkat dari seharusnya. Namun pada lumpur
pemboran yang baru dibuat di laboratorium sifatnya optional saja karena lumpur masih dalam
keadaan virgin. Dalam percobaan kali ini lumpur dituangkan melewati screening pada marsh
funnel untuk memastikan tidak ada material besar yang masuk ke dalam stock tank marsh
funnel.
Hasil pengukuran viskositas relative menunjukkan bahwa lumpur standard dan lumpur
standar yang ditambakan CMC LV (carboxymethylcellulose) lebih besar dibandingkan
viskositas air. Hal ini terjadi karena lumpur ini memiliki kandungan solid sehingga menambah
kekentalalan lumpur tersebut. Pada lumpur standard yang ditambahkan CMC LV, kekentalan
menjadi lebih meningkat sehingga viskositas relatifnya menjadi semakin tinggi.
Viskositas lumpur memiliki peranan yang sangat penting dalam pengangkatan cutting
pemboran. Apabila pengangkatan cutting tidak baik, maka cutting dapat terendapkan dibawah

dan menyebabkan proses pemboran menjadi tidak efisien. Semakin tinggi viskositas maka
semakin tinggi kemampuan lumpur membawa cutting. Oleh sebab itu, apabila dirasa saat
pengeboran kemampuan lumpur jelek, penambahan aditif CMC LV dapat menjadi solusi.
1.2.2

Sand Content Set

Alat yang kita gunakan dalam pengujian sand content adalah screen ukuran 200 mesh,
funnel dan glass measuring tube. Prinsip kerja dari set alat ini adalah memfilter material
(berukuran >74 mikron atau >200 mesh) yang kemudian diukur jumlah fraksinya terhadap
volume lumpur. Screen berukuran 200 mesh ini berfungsi untuk menyaring pasir. Mesh
didefinisikan sebagai banyaknya lubang pada suatu luas bidang 1 inch persegi. Cara kerja alat
ini adalah dengan menuangkan lumpur pada glass measuring tube hingga batas lumpur dan
kemudian dilakukan penyaringan dengan screen. Kemudian pasir yang tersangkut di screen
dituangkan kembali kedalam GMT agar dapat dievaluasi sand content nya.
Dari

Sand Content pada Beberapa Lumpur

percobaan,

Sand content lumpur standard >


lumpur standard + CMC LV >

Lumpur Standard + CMC LV

Jenis Lumpur

hasil

lumpur standard + Barite >

Lumpur Standard + Resinex

lumpur standard + Resinex .


Lumpur Standard + Barite

Namun menurut literatur, sand

Lumpur Standard

content lumpur yang diberikan


0

0.1

0.2

0.3

0.4

% Sand Content

0.5

0.6

aditif seharusnya lebih besar


daripada hanya lumpur standar.
Hal ini karena pada aditif,

terdapat material yang berukuran lebih dari 74 mikron sehingga porsi ini dapat meningkatkan

sand content lumpur. Hasil percobaan berbeda dengan teori, hal ini kemungkinan besar terjadi
karena tidak meratanya properties lumpur dikarenakan sand pada lumpur telah mengalami
pengendapan. Pengendapan ini terjadi karena berhentinya pengadukan pada sample lumpur
pada waktu yang lama. Sehingga, lumpur standar yang ditambahkan aditif pada proses
penuangan ke dalam Glass Measuring Tube memiliki kandungan sand yang lebih sedikit. Hal
ini benar adanya karena pada pengukuran sand content untuk lumpur + aditif dilakukan pada
waktu yang cukup lama sejak diberhentikan pengadukan karena keterbatasan alat.
Apabila kita abaikan pengukuran sand content pada lumpur standar, dapat kita lihat
bahwa lumpur standard + CMC LV > lumpur standard + Barite > lumpur standard + Resinex.
Sehingga penambahan CMC LV memberikan konsekuensi peningkatan fraksi sand content
paling besar terhadap volume lumpur.
Sand content pada operasi pengeboran merupakan salah satu hal penting untuk
dievaluasi secara berkala. Keberadaan sand pada lumpur pemboran dapat menyebabkan erosi
pada pipa, casing dan peralatan lain sehingga menurunkan umur penggunaan peralatan
tersebut. Selain itu, keberadaan sand juga dapat menyebabkan beban berlebih pada pompa
akibat bertambahnya densitas lumpur. Oleh sebab itu, pada proses treatment lumpur terdapat
desander dan desilter untuk mengurangi jumlah sand content pada lumpur pengeboran.
3.2.3

Baroid EP Tester

Sifat lubrisitas/pelumasan lumpur adalah kemampuan lumpur untuk melumasi alat


pemboran yang saling bersinggungan atau bergesekan pada saat pemboran berlangsung.
Gesekan-gesekan yang mungkin terjadi pada saat pemboran adalah metal to metal, metal to
mineral, atau mineral to mineral. Dengan alat EP Tester, dapat dilihat sifat pelumasan lumpur
pada berbagai harga beban torsi dan pengaruh aditif terhadap lubrisitas.

EP Tester terdiri dari sebuah ring baja yang dapat ditekan pada berbagai tekanan dengan
menggunakan pengatur torsi yang diputar. Alt ini memilik test ring dan test block yang
dibenamkan pada lumpur saat pengujian lubrisitas. Gaya gesek yang terjadi dapat dibaca pada
skala. Alat ini juga memiliki cup untuk menampung fluida lumpur yang akan di test. Apabila
dianalogikan dengan proses pengeboran, test ring ini seperti drillstring dan test block seperti
casing dimana drillstring bergesekan dengan casing ketika pengeboran berlagsung. Prinsip
kerja alat ini ialah mengukur gaya gesek antara test ring dan block yang direpresentasikan
dalam bentuk kuat arus yang diputar pada RPM dan torsi tertentu.
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dilihat bahwa pada suatu beban torsi tertentu
gaya friksi (direpresentasikan dengan kuat arus) yakni: friksi lumpur standar > lumpur
standar + resinex > lumpur standar + CMCLV. Friksi yang tinggi menunjukkan bahwa
lubrisitas lumpur buruk karena menghasilkan gesekan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan aditif dapat meningkatkan lubrisitas lumpur terhadap peralatan pemboran.
Apabila kita analisa dari kekuatan film, kekuatan film pada lumpur standar > LS+
Resinex > LS+CMCLV. hal ini terjadi mungkin karena kesalahan pengukuran ataupun wadah
cup tidak steril dari contaminant. Seharusnya secara teori, resinex dapat meningkatkan
lubrisitas.
3.2 Analisis Percobaan
1. Pengukuran viskositas relatif dengan marsh funnel
Percobaan dilakukan dengan mengalirkan 350 ml sampel lumpur ke dalam corong pada
marsh funnel. Penuangan dalam percobaan kali ini dengan melewatkan pada screen
sebelum masuk kedalam funnel sebagai cara untuk memastikan agar pengukuran viskositas

tidak terganggu oleh padatan yang tersaring di screen. Lalu pengukuran dilakukan dengan
mencampurkan 3 cup yang masing-masing 350 ml untuk dimasukkan ke dalam funnel yang
nantinya pada volume 946 ml pengukuran waktu dianggap selesai dan catat waktunya.
Pada praktikum menggunakan marsh funnel, sampel masing-masing diuji. Sampel yang
diuji pada percobaan ini adalah adalah Lumpur Standar dan Lumpur Standar + CMC-LV.
Dari hasil percobaan didapat Lumpur Standar membutuhkan waktu 40.73 detik untuk
mengalirkan 1 quart lumpur dari marsh funnel, sedangkan Lumpur Standar + CMC-LV
yang membutuhkan waktu lebih lama yaitu sampai 199 detik. Waktu tersebut lebih lama
jika dibandingkan dengan air yakni sekitar 26 detik. Untuk lumpur yang ditambahkan
CMC-LV terbukti memiliki waktu alir lebih lama karena CMC-LV merupakan viscosifier.
Dalam operasi pemboran, lumpur yang memiliki kemampuan mengangkat cutting yang
lebih tinggi adalah yang memiliki viskositas lebih besar. Sehingga, lumpur standar + CMCLV memiliki kemampuan mengangkat cutting yang lebih baik dibandingkan dengan
lumpur Standar
Beberapa asumsi yang digunakan pada percobaan kali ini:
a. Tidak adanya padatan-padatan besar yang malah dapat menghambat aliran keluar dari
lumpur.
a. Tidak ada kesalahan perhitungan waktu alir.
b. Posisi marsh funnel benar benar lurus.

2.

Pengukuran sand content


Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sand content set. Dimana yang akan
diuji adalah sampel lumpur pemboran dengan aditif yang berbeda-beda. Prosedur yang
dilakukan adalah mencampurakan sampel lumpur dengan air pada graduated tube dengan
volume yang sudah ditentukan lalu mengalirkannya melalui 200 mesh screen. Setelah itu
pasir yang tersaring dialirkan kembali kedalam graduated tube untuk mengukur persen
volume dari pasir. Hal ini penting dilakukan di lapangan, karena kadar pasir diatas 2 %
akan cepat merusak peralatan pemboran yang ada.
Sand content dapat menyebabkan beberapa permasalahan pada operasi teknik
pemboran, salah satunya adalah densitas fluida pemboran dapat bertambah sehingga dapat

menyebabkan keretakan pada formasi apabila tekanan pada kolom hidrostatis melebihi
tekanan rekah formasi (fracture pressure). Selain itu, sand juga memiliki sifat abrasif yakni
dapat menyebabkan gesekan pada peralatan pemboran yang dapat menyebabkan keausan
pada alat. Batas aman sand content adalah 2% (menurut API). Dari hasil percobaan
didapatkan fraksi sand pada masing-masing lumpur adalah sebagai berikut. Lumpur
standar 0.25%, lumpur standar + CMC-LV 0.75%, lumpur standa + barite 0.85, lumpur
standar + resinex 0.33%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ke-empat lumpur tersebut
masih dalam batas aman.
Asumsi yang digunakan
a. Aditif di dalam lumpur tersebar secara homogen
b. Semua partikel berukuran pasir tersaring di mesh
c. Semua partikel berukuran pasir yang tersaring di mesh kembali lagi ke graduated tube

3.

Perhitungan kekuatan film


Pengukuran dilakukan dengan menggunakan extreme pressure Baroid lubricity tester.
Pelumasan dari lumpur pemboran berguna untuk melindungi peralatan pemboran yang ada
dari kerusakan akibat gesekan antara dua permukaan padat. Selama pemboran beberapa
jenis gesekan mungkin terjadi, pertama antara metal dengan metal, kedu antara metal
dengan mineral, dan ketiga antara meineral dengan mineral. Extreme pressure Baroid
lubricity tester memodelkan gesekan antara metal dengan metal, yang diwakili oleh test
ring dan test block. Dimana test ring merepresentasikan drill string dan test block
merepresentasikan casing.
Sampel lumpur yang ada digunakan untuk melumasi daerah diantara test ring dan test
block. Pada teorinya, jika dilakukan pergantian sampel lumpur maka test ring dan test block
harus diganti. Tetapi pada percobaan kali ini, karena keterbatasan peralatan, yang diganti
hanya bagian test block. Test ring hanya dibersihkan saja dengan menggunakan tissue.
Dalam percobaan kali ini yang akan dicari adalah batas seizure dan pass dari masing
masing sampel lumpur. Kondisi pass terjadi ketika pembacaan skala menunjukkan nilai
yang konstan selama lima menit. Pass merupakan kondisi dimana lapisan pelumas mulai
pecah, tetapi masih dapat berfungsi dengan baik. Sedangkan seizzure menunjukkan kondisi
dimana lapisan pelumas pada lumpur sudah pecah dan tidak mampu lagi melindungi

permukaan padatan. Terjadi ketika ada penurunan pembacaan arus yang tiba tiba. Kondisi
seizure tidak diinginkan. Karena menunjukkan bahwa lumpur sudah tidak efektif lagi
sebagai pelumas
Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa nilai torsi tertinggi saat kondisi seizure
diberikan oleh lumpur standar. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
beberapa aditif yang digunakan berfungsi sebagai lubricant. Sehingga seharusnya sampel
tersebut yang memberikan nilai torsi seizure terbesar. Tetapi jika kita bandingkan antara
torsi seizure tercatat dan lebar scar yang ditinggalkan pada test block, dapat diduga bahwa
ada keterlambatan dalam penentuan kondisi seizure pada sampel lumpur standar. Atau
penentuan yang terlalu cepat pada kondisi seizure untuk sampel lainnya.
Fluida Pemboran

Kekuatan film (psi)


Seizure

Pass

Lumpur Standar

8397.3

2015.8

Lumpur Standar + 7.5 gram Barite

12895.4

2801.7

9590

1922.1

Lumpur Standar + 7.5 gram Resinex

Asumsi yang digunakan


a. Permukaan dari test ring dan test block tertutupi sempurna dengan lumpur
b. Pembacaan nilai kuat arus tepat pada saat terjadi seizure
c. Tidak ada kontaminasi dari lumpur yang digunakan sebelumnya

BAB IV
KESIMPULAN
1. Relative viscosity adalah perbandingan viskositas suatu fluida terhadap viskositas air.
Relative viscosity dilakukan secara kualitatif dengan berdasar pada lumpur kental akan
mengalir lebih lembat disbanding lumpur encer. Relative viskositas dapat digunakan untuk
memonitor perubahan viskositas lumpur terhadap viskositas lumpur yang sedang
disirkulasikan
2. Sand content adalah persen volume kandungan partikel pasir (material berukuran >74
mikron atau 200 mesh. Sand content yang tinggi dapat menyebabnya ausnya peralatan
pemboran dengan cepat akibat abrasi dari partikel pasir serta mengakibatkan cepat
rusaknya pompa akibat pemakaian berlebih.
3. Lubrisitas adalah kemampuan fluida untuk melumasi peralatan pemboran yang mengalami
gesekan.
4.

Prinsip kerja marsh funnel adalah mengalirkan fluida melalui lubang keluar alir sepanjang
2 inch dan berdiameter 3/16 inch dan kemudian diukur berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk mengalirkan sejumlah volume tersebut.

Prinsip kerja dari sand content set adalah memfilter material (berukuran >74 mikron atau
>200 mesh) yang kemudian diukur jumlah fraksinya terhadap volume lumpur.

Prinsip kerja EP Lubricity Tester adalah pengukuran gaya friksi akibat pemberian suatu
torsi terhadap beberapa jenis lumpur.

5. Hasil pengolahan data


Viskositas
waktu
Jenis lumpur

(detik)

Lumpur standar

40,73

Lumpur standar + CMCLV

199

alir

Lubrisitas
No

Fluida Pemboran

Kekuatan film (psi)


Seziure

Pass

Lumpur Standar

8397.3

2015.8

Lumpur Standar + 7.5 gram Barite

12895.4

2801.7

Lumpur Standar + 7.5 gram


Resinex

9590

1922.1

Sand Content
Sand Content
Jenis lumpur

(%)

Lumpur standar

0,25

Lumpur standar + CMCLV


Lumpur

0,75
standar

barite
Lumpur

0,85
standar

resinex

6. CMC LV : meningkatkan viskositas dan lubrisitas


Resinex: meningkatkan lubrisitas
Barite: meningkatkan sand content

0,33

Daftar Pustaka
Amoco.1994.Drilling Fluids Manual.Amoco Corporation.
Bourgoyne.1986.Applied Drilling Engineering.Society of Petroleum Engineering.
Heriot-Watt University.Drilling Engineering.
Rubiandini,Rudi.Teknik Operasi Pemboran .

Jawab Pertanyaan

1. Jelaskan Bingham Plastic dan Power Law Fluid!


2. Jelaskan Bingham plastic dan power low fluid!

Bingham plastic fluid adalah fluida yang bersifat rigid atau plastic pada low stress
sehingga dibutuhkan stress yang besar untuk membuatnya mengalir menjadi viscous
fluid.
Power law fluid adalah non-Newtonian yang merupakan viscous fluid pada saat stress
bernilai kecil. Namun untuk meningkatkan shear dibutuhkan stress yang besar pada
awalnya. Power law fluid adalah fluida yang diharapkan untuk menjadi fluida pemboran
karena gel strengthnya cenderung cukup konstan seiring waktu statis.

3. Sebutkan 3 Lubricant Alami (by product) 3 contoh!


a. Bio-Air ToolTM Lubricants (ISO 22,32)
b. Bio-Chain & CableTM Lubricants (SAE 10W20, SAE 10W30, SAE 15W50, SAE
20W60)
c. Bio-Penetrating LubricantTM (BPLTM) with Anti-Wear
4. Sebutkan 3 Viscosifier (by product) 3 contoh!
a. HEC 10
b. CoreVisTM

c. Kelzan XCD

Anda mungkin juga menyukai