Anda di halaman 1dari 21

MODUL 3

Viskositas Relatif, Sand Content, dan Lubrisitas pada Water Based Mud
Kestabilan Emulsi dan Water Oil Ratio Dari Oil Based Mud

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama : M. Afif Habiburrahman 12215017


Tanggal Praktikum : 20 November 2017
Tanggal Penyerahan : 30 November 2017
Dosen : Dr. Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun
Asisten : 1. Deny Candra Putra Ansory 12214036
2. Radifan Taufiqul Hafidz 12214043
3. Immanuel Lumban Gaol 22616013
4. Stevy Canny Louhenapessy 22217007
5. Stevanus Sagala 22217006
6. Rangga Adi Kusuma 22217006
7. Agustinus Sua Azi 22216016
8. Riviani Kusumawardani 22616008

LABORATORIUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017/2018
DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………………………………………………………………. 2

Daftar Gambar ………………………………………………………………… 3

Daftar Tabel …………………………………………………………………… 4

BAB I Tujuan Percobaan ……………………………………………………… 5

BAB II Teori Dasar …………………………………………………………… 6

BAB III Data Dan Pengolahan ……………………………………………….. 15

BAB IV Analisis Dan Pembahasan …………………………………………... 17

BAB V Kesimpulan Dan Saran ………………………………………………. 20

Daftar Pustaka ………………………………………………………………… 21


Daftar Gambar

Gambar 2.1: Viscosity Cup ……………………………………………………….. 6

Gambar 2.2: Marsh Funnel ……………………………………………………….. 7

Gambar 2.3: Sand Content Screen & Funnel …………………………………….. 8

Gambar 2.4: Susunan Peralatan Sand Content …………………………………… 8

Gambar 2.5: EP Lubricity Tester ………………………………………………… 12

Gambar 2.6: Test Blok …………………………………………………………… 12


Daftar Tabel

Tabel 3.1: Data Viskositas Relatif ………………………………………………. 15

Tabel 3.2: Data WOR OBM I …………………………………………………… 16

Tabel 3.3: Data WOR OBM II ………………………………………………….. 16

Tabel 3.4: Data Percobaan Emulsion Stability ………………………………….. 16

Tabel 5.1: Kesimpulan …………………………………………………………... 20


BAB I
Tujuan Praktikum

1. Mampu mendeskripsikan relative viscosity beserta kegunaannya.


2. Mengetahui deskripsi dari sand content serta pengaruh yang ditimbulkan terhadap fluida
pemboran
3. Mengetahui prinsip dasar dan cara penggunaan alat Marsh Funnel, Sand Content Set.
4. Mampu mengolah data hasil percobaan.
5. Mengetahui pengaruh aditif lumpur pemboran terhadap nilai viskositas, sand content
6. Mengukur water oil ratio OBM dengan menggunakan OFI Retort Kit.
7. Mengukur kestabilan emulsi OBM dengan menggunakan Electric Stability Test.
8. Mengetahui pengaruh dari sifat-sifat OBM yang diuji terhadap operasi pemboran.
BAB II

TEORI DASAR

A. Water Base Mud

Viscositas Relatif

Pengukuran viskositas ini didasarkan pada prinsip bahwa lumpur kental mengalir lebih lambat
daripada lumpur encer. Pengukuran ini merupakan tes singkat terhadap konsistensi dan ketebalan
lumpur pemboran dan biasanya digunakan untuk memonitor perubahan viskositas dari lumpur
yang sedang disirkulasikan. Dinyatakan sebagai waktu yang diperlukan oleh sampel lumpur
3
sebanyak 1 quart (946 ml) untuk mengalir keluar dari tabung sepanjang 2 inch dan berdiameter 16

inch pada bagian bawah Marsh Funnel dalam satuan detik per quart. Satu quart air dapat mengalir
melalui Marsh Funnel kira-kira dalam 26 ± 0.5 detik.

Gambar 2.1 Viscosity Cup


(Sumber: dokumentasi asisten)
Gambar 2.2 Marsh Funnel
(Sumber: dokumentasi asisten)

Sand Content

Serpihan-serpihan pemboran yang umumnya berupa pasir dapat mempengaruhi karakteristik


lumpur yang digunakan dalam suatu operasi pemboran dan dapat mengakibatkan pemakaian
berlebih pada drillstring, pompa, dan mixing equipment. Salah satu karakteristik yang berubah
adalah densitas lumpur yang telah mengalami sirkulasi. Yang dimaksud pasir disini adalah
partikel-partikel padatan yang diameternya lebih dari 74 mikron atau yang tidak lolos dari
saringan berukuran 200 mesh. Itu adalah klasifikasi ukuran partikel dan produk lain, misalnya
LCM (Lost Circulation Material), lignite, barite, dll. Tes ini dilakukan untuk mengetahui
kandungan pasir (persen volume) dalam lumpur pemboran. Kandungan pasir dinyatakan dalam
persen volume:

𝑉𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑
𝑛= × 100%
𝑉𝑚𝑢𝑑
Gambar 2.3 Sand Content Screen & Funnel
(Sumber: dokumentasi asisten)

Gambar 2.4 Susunan peralatan sand content


(Sumber : http://www.uotechnology.edu.iq/petrol_tech/Drilling%20Fluid.htm)
Lubrisitas Lumpur Pemboran

Sifat pelumasan lumpur adalah kemampuan lumpur untuk melumasi bagian alat pemboran
yang saling bersinggungan atau bergesekan pada saat pemboran berlangsung. Gesekan-gesekan
yang mungkin terjadi pada saat pemboran adalah sebagai berikut:

1. Metal to metal : Antara drillstring dan casing (cased hole).


2. Metal to mineral : Antara drillstring dengan borehole wall, borehole solid atau
dengan filter cake (open hole).
3. Mineral to mineral : Terjadi antara batuan dengan borehole wall.

Sifat pelumasan yang baik terutama diperlukan untuk memperpanjang umur peralatan (misal:
casing, bit, dll), melawan efek sidewall sticking, menurunkan efek drillpipe torque (momen
puntir), dan drillpipe drag (seretan) yang sebagian besar terjadi pada sumur berarah (directional
well). Pengembangan pelumas yang efektif berasal dari fakta bahwa beberapa produk pelumas
membentuk lapisan pelindung luar yang bagus, namun jika diberi tekanan ekstrim dan temperatur
tinggi akibat gesekan, maka pelumas bisa rusak.

Prinsip pengujian sifat pelumasan lumpur

Pada setiap jenis lumpur dilakukan pengukuran pada berbagai harga beban torsi dan
kemudian direpresentasikan dalam bentuk grafik antara gaya friksi dengan beban torsi. Gambaran
yang diperoleh secara tidak langsung yaitu bahwa terjadinya gaya friksi yang lebih besar
diakibatkan oleh sifat pelumasan lumpur yang rendah.

Tekanan pelumasan ekstrim relatif lumpur pemboran

Baroid EP Tester merupakan alat untuk mengevaluasi sifat-sifat pelumasan lumpur


pemboran. Salah satu tes yang dilakukan adalah pengukuran tekanan pelumasan relatif
lumpur pemboran.

Seizure adalah sobekan dan luka pada besi yang bersentuhan antara permukaan test block dan
test ring, menunjukkan penurunan dari kemampuan pelumasan lumpur pemboran. Seizure dapat
ditentukan dengan kenaikan yang cepat dari kuat arus dan kenaikan tajam dan substansial pada
kuat arus.
Pass adalah keadaan operasi yang terjadi pada beban torsi konstan selama 5 menit tanpa
terjadinya seizure. Terjadinya pass menyebabkan keausan yang halus pada test block. Pass dapat
terjadi dengan: uji beban torsi konstan selama 5 menit dengan pembacaan ammeter yang konstan
atau bisa juga dengan penyimpangan kecil dari pembacaan ammeter.

Perhitungan dan pelaporan hasil pengujian

1. Pengukuran lebar scar pada test block. Lebar scar diukur dengan magnifier calibrated yang
1
dapat membaca sampai 0,005 inch. Hasil pengukuran dituliskan dalam 100 inch.

2. Perhitungan tekanan pada test block. Untuk menentukan tekanan pada test block (tekanan
pelumasan yang diterima film lumpur) diperoleh dengan cara berikut:

Menggunakan rumus:

𝑇
𝑃=𝐶 ×
𝑊

dimana,

P = kekuatan film (psi)

C = konstanta pelumasan

T = pembacaan torsi-meter (in-lb)


1
W = lebar scar (100 inch)

Data-data yang dilaporkan setelah pengujian pada masing-masing lumpur adalah:

1. Beban torsi minimum (lb-in) dan kuat arus rata-rata (A) pada saat seizure.
1
2. Pada keadaan pass, data yang dicatat yaitu beban torsi (lb-in), lebar scar (100 inch), kekuatan

film (psi).
3. Rata-rata kuat arus (A).

Alat-alat yang digunakan yaitu:

a. Baroid EP Lubricity Tester


b. Multi Mixer
c. Alat ukur dengan ketelitian 0,005 inch.

Zat yang digunakan yaitu:

1. Aquadest
2. Bentonite
3. Zat aditif

Contoh-contoh aditif yang bisa berfungsi sebagai lubricant antara lain:

1. Lubri-film® = Cocok untuk sumur dalam dan bertemperatur tinggi dimana gesekan
antara casing dan drillpipe sangat diperhatikan. Bersifat tahan lama,
dapat menyediakan lubrisitas untuk waktu yang lama tanpa tambahan
perawatan.

2. MIL-LUBE™ = Terdapat campuran surfaktan dan bisa dipakai untuk semua


jenis WBM.

3. AQUA-MAGIC™ = Lubricant yang dapat digunakan pada fluida air tawar atau air
asin. Lubricant ini paling efisien digunakan pada pH ≤ 9.5.

4. PENETREX = Dapat mengurangi bit balling yaitu terjadinya penggumpalan


clay pada bit.
5. Beberapa polymer seperti Impermex, Cellex, Drispac, Cypan, dan Dextrid, secara signifikan
dapat meningkatkan lubrisitas fluida pemboran pada konsentrasi 1-4 ppb.
Gambar 2.5 EP Lubricity Tester
(Sumber : dokumentasi asisten)

Gambar 2.6 Test block


(Sumber : dokumentasi asisten)
Fluida pemboran yang berbeda memiliki perbedaan derajat lubrisitas. Ini dibuktikan dengan
perbedaan koefisien lubrisitas fluida yang digunakan pada fluida pemboran: 0,5 untuk udara, 0,35
untuk air, dan 0,07 untuk diesel oil (Baroid, 1977a, hal.5). Oleh karena itu OBM (Oil Based Mud)
memberikan sifat pelumasan yang lebih baik daripada WBM (Water Based Mud) dan udara (atau
foam). Lubrisitas dengan minyak paling baik diperoleh ketika minyak membentuk fase kontinu
atau ketika emulsifikasi diperkecil (Tschirley,1977). Minyak, ketika menjadi fasa kontinu,
membasahi permukaan logam dan membentuk lapisan tipis (Magcobar, 1977, hal.4).

Menurut Browning (1960), sifat-sifat dasar lubricant dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Harus bereaksi atau menempel pada permukaan logam.

2. Bahan yang diserap harus bersifat plastik atau pseudoplastic dengan yield point yang tinggi.

3. Titik lebur jangan terlalu rendah.

4. Tidak larut pada air begitu juga minyak.

B. Oil Base Mud


a. Oil, Water, and Solids Content
Water, oil, dan solids content sangat penting untuk diketahui dalam mengevaluasi
peralatan solid control dan mengontrol sifat- sifat lumpur seperti water oil ratio, rheology,
densitas, filtrasi, dan salinitas.
Oil water solid ratio diukur menggunakan alat yang bernama OFI Retort Kit. Alat ini
memiliki psinsip kerja untuk memisahkan solid content, air dan minyak dengan
memanfaatkan perbedaan titik didihnya. Air dan minyak dikondensasi lalu ditampung
pada chamber.

Perhitungan persentase volume minyak, %Vo:


Vo
%VO = V 𝑥 100 …………………………………………………… (1)
RC

Perhitungan persentase volume air, %Vw:


V
%Vw = V w 𝑥 100 ……………………………………………………. (2)
RC

Perhitungan persentase volume solid pada retort, % Vs:


%Vs = 100 – (%VO + %Vw )…………………………………………… (3)

Perhitungan volume Retort Cup, VRC:


𝑊𝑤
𝑉𝑅𝐶 = …………………………………………………………………… (4)
𝜌𝑤

Keterangan:
Vo = Volume minyak yang tertampung, cm3
Vw = Volume air yang tertampung, cm3
VRC = Volume Retort Cup, cm3
Ww = Berat air yang tertampung dalam retort cup, gram
ρw = Densitas air, gr/cm3

b. Emulsion Stability
Pengukuran stabilitas emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan OBM yang
telah dibuat. Stabilitas emulsi diukur dengan menggunakan alat Emulsion Stability Tester.
Alat ini akan memberikan tegangan listrik pada OBM lalu diukur berapa tegangan puncak
ketika emulsi pecah dan arus listrik mulai mengalir.
BAB III
Pengolahan Data

A. Komposisi Lumpur
a. WBM I : 350 ml air + 22.5 gr Bentonite
b. WBM II : 350 ml air + 22.5 gr Bentonite + 0.7 gr XCD
c. OBM I : 250 ml Diesel + 10 ml Tessodril BS-1102 (primary emulsifier) + 15 ml
Tessodril BS-1201 (secondary emulsifier) + 15 gr Unitone (Filtration Loss Control) + 9
gr Lime + 50 ml air + 10 gr Carbogel (viscofier) + 20 gr CaCl2 + 90 gr Barite
(Weighting Agent)
d. OBM II : 260 ml Diesel + 15 ml Tessodril BS-1102 (primary emulsifier) + 12 ml
Tessodril BS-1201 (secondary emulsifier) + 18 gr Unitone (Filtration Loss Control) +
10 gr Lime + 70 ml air + 5 gr Carbogel (viscofier) + 24 gr CaCl2 + 5 gr Barite
B. Sand Content
WBM I :1%
WBM II : 0.5 %
C. Viskositas Relatif
No Jenis Fluida Waktu (Detik)
1 Air 25.49
2 WBM I 64
3 144.46
4 WBM II 146.59
5 146.09
Tabel 3.1: Data Viskositas Relatif

D. Water Oil Ratio


Nilai fraksi minyak, air, dan solid content dapat ditentikan melalui liquid yang tertampung
di gelas ukur dengan persamaan berikut:
Vo Vw
%𝑉𝑜= Vcup . 100% %𝑉w= Vcup . 100%
%Vw
%𝑉𝑜 + %𝑉w + %𝑉s = 100% WOR = . 100%
%Vo
 OBM I  OBM II
Komponen Fraksi (%) Komponen Fraksi (%)
Oil 78.33 Oil 79.1
Water 20 Water 17.91
Solid 1.67 Solid 2.99
Total 100 Total 100
WOR 25.53 WOR 22.64
Tabel 3.2: Data WOR OBM I Tabel 3.3: Data WOR OBM II
 Emulsion Stability (ES)
Sampel I Sampel II
Percobaan
Peak Volt (V) Peak Volt (V)
1 637 658
2 627 655
3 611 652
Rata-rata 625 655
Tabel 3.4: Data Percobaan Emulsion Stability
BAB IV

Analisis dan Pembahasan

A. Asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah :

1. Alat dalam kondisi baik dan bersih


2. Bahan dalam kondisi baik dan bersih
3. No human error, seperti saat pembacaan skala
4. Percobaan dilakukan dalam tekanan dan temperatur standar, 14.7 psi dan 60oF tanpa
adanya perubahan
5. Pemanasan pada Aging Cell terjadi secara homogen (merata ke seluruh OBM di Aging
Cell)
6. Lumpur bersifat homogen mutlak (pengadukan sempurna)
7. Tidak ada kehilangan aditif ke udara maupun menempel pada cup ketika hendak
dicampurkan
8. OBM yang dihasilkan tidak bereaksi dengan kondisi luar pada kondisi atmosfer
9. Zat aditif yang dimasukkan kedalam mud tercampur secara merata dan tidak ada zat lain
yang tercampur kedalamnya
10. Emulsi yang terbentuk pada mud bersifat stabil
11. Tidak ada mud yang menggumpal selama percobaan
12. Zat padatan tidak terkondensasi pada condenser
13. Emulsifikasi minyak dan air berlangsung secara merata sebelum diuji kestabilan emulsinya
B. Alat
a. Marsh Funnel:
Alat ini digunakan untuk mengukur Viskositas Relatif dari fluida (dalam hal ini
WBM). Prinsipnya adalah dengan menghitung waktu yang dibutuhkan WBM
sebanyak 1 quart (946 ml) untuk melewati lubang sepanjang 2 inch dengan diameter
3/16 inch. Dengan referensi 1 quart air membutuhkan waktu selama 26 + 0.5 detik
untuk mengalir. Pada saat praktikum berlansung, alat ini berfungsi dengan baik.
b. Sand Content Screen & Funnel:
Alat ini digunakan untuk menentukan Sand Content dari lumpur. Prinsipnya adalah
dengan menyaring lumpur menggunakan screen yang memiliki penyaring berukuran
200 mesh atau diameter 74 mikron. Pada saat alat ini digunakan, alat ini berfungsi
dengan baik.
c. Glass Measuring Tube
Alat ini berguna sebagai alat tambahan untuk menentukan persentase Sand Content
dari lumpur. Alat ini memiliki skala yang akan memudahkan kita dalam pembacaan
skala persentase dari Sand Content. Namun, kekurangan alat ini adalah skala yang
ada kurang detail, sehingga dalam pengambilan data dilakukan dengan subjektif.
d. OFI Retort Kit
OFI Retor Kit adalah alat yang digunakan untuk menentukan WOR dari OBM.
Prinsip utamanya adalah dengan memisahkan air, minyak, dan padatan berdasarkan
titik didihnya. Alat ini bekerja dengan baik pada saat percobaan berlansung
e. Emulsion Stability Tester
Alat ini digunakan untuk mengukur kestabilan emulsi dari OBM. Prinsip alat ini
adalah dengan mengalirkan tegangan ke lumpur, yang kemudian diukur tegangan
puncak ketika emulsi pada OBM tersebut pecah. Alat ini berfungsi dengan baik
ketika digunakan.

C. Analisis Hasil Percobaan


a. Sand Content
Berdasarkan hasil percobaan, didapatlah hasil Sand Content pada WBM I sebanyak
1% dan WBM II sebanyak 0.5%. Hasil ini tidak wajar, karena dari penjelasan asisten
XCD yang terdapat pada WBM II memiliki ukuran lebih besar dari 74 mikron. Yang
mana seharusnya, dengan adanya kandungan XCD pada WBM II, maka hasil Sand
Content pada WBM II lebih besar dibandingkan dengan WBM I. Hal ini bisa saja
terjadi akibat XCD yang digunakan tidak dalam kondisi baik atau XCD yang
digunakan memiliki ukuran yang lebih kecil daripada 74 mikron.
b. Viskositas Relatif
Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan oleh WBM
I untuk mengalir sebanyak 1 quart melewati lubang dengan diameter 3/16 inch adalah
64 detik. Sedangkan untuk WBM II adalah 145.71 detik. Hal ini cukup wajar karena
WBM II mengandung XCD yang berperan sebagai viscofier, yang mana akan
meningkatkan viskositas WBM II. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa XCD yang
digunakan berperan dengan baik sebagai viscofier.
c. WOR
Berdasarkan referensi yang didapatkan bahwa nilai WOR pada OBM umumnya
berkisar antara 10/90 hingga 30/70. Dari data hasil percobaan yang didapatkan,
hasil ini cukup wajar dan berada pada rentang nilai WOR yang umum pada OBM.
Dapat disimpukan bahwa hasil percobaan penentuan nilai WOR ini sangat baik.
d. Emulsion Stability
Berdasarkan referensi yang didapatkan, nilai dari Emulsion Stability yang baik untuk
OBM adalah Peak Voltagenya lebih besar dari 400. Kedua sampel yang digunakan
memiliki Peak Voltage lebih besar dari 400, yaitu OBM I 625 volt dan OBM II 655
volt. Selain itu, jika dibandingkan niali dari Peak Voltage kedua sampel, OBM II
memiliki Peak Voltage yang lebih besar dibandingkan OBM I. hal ini sangat wajar
karena kandungan Emulsifier OBM II lebih banyak dibbandingkan OBM I. Dengan
demikian dapat kita simpulkan bahwa, jumlah Emulsifier mempengaruhi nilai dari
Peak Voltage yang merepresentasikan Emulsion Stability-nya.
BAB V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

No Percobaan WBM I WBM II OBM I OBM II


1 Sand Content 1% 0.5 % - -
2 Viskositas Relatif 64 detik 145.71 detik - -
3 WOR - - 25.53 % 22.64 %
4 Emulsion Stability - - 625 volt 655 volt
Tabel 5.1: Kesimpulan

B. Saran
Praktikan tidak diberi kesempatan untuk melakukan setiap percobaan pada modul ini. Hal ini
mengakibatkan tidak meratanya pengetahuan setiap praktikan mengenai modul ini.
Daftar Pustaka

Tim penyusun modul praktikum. (2017). Modul Praktikum Teknik Operasi Pemboran I –
Semester I 2017/2018. Bandung: Institut Teknologi Bandung

Department of Petroleum Engineering. Heriot Watt University - Drilling Engineering. United


Kingdom

http://petrowiki.org/Drilling_fluid_types#Oil-based_fluids

Growcock, F.B., Ellis, C.F., and Schmidt, D.D. Electrical Stability, Emulsion Stability, and
Wettability of Invert Oil-Base Muds. SPE Drilling & Completion (1994)

Anda mungkin juga menyukai