Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA LUMPUR PENGEBORAN

PERCOBAAN 2

PENGUKURAN RHEOLOGI LUMPUR PENGEBORAN

OLEH :

KELOMPOK

DILA RAHMAWATI 101319005

JIHAN FADHILAH 101319019

M. ZULVANI AKBAR 101319026

FAIZAL AL FATAH 101319030

WILLY 101319034

HARITH MAULANA 101319129

LABORATORIUM PENGEBORAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNOLOGI EKSPLORASI DAN PRODUKSI

UNIVERSITAS PERTAMINA

JAKARTA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENGUKURAN RHEOLOGI LUMPUR PENGEBORAN .............................. 4
1.1 Tujuan Praktikum ................................................................................ 4
1.2 Teori Dasar .......................................................................................... 4
1.2.1 Shear Stress dan Shear Rate................................................................. 4
1.2.2 Viskositas ............................................................................................. 5
1.2.3 Yield Point ........................................................................................... 5
1.2.4 Gel Strength ......................................................................................... 6
BAB II ..................................................................................................................... 7
METODOLOGI .................................................................................................. 7
2.1 Alat dan Bahan.................................................................................... 7
2.1.1 Alat...................................................................................................... 7
2.1.2 Bahan .................................................................................................. 7
2.2 Prosedur Percobaan............................................................................. 8
2.2.1 Membuat Lumpur ............................................................................... 8
2.2.2 Cara bekerja dengan Marsh Funnel .................................................... 9
2.2.3 Cara bekerja dengan Rheometer ....................................................... 10
BAB III.................................................................................................................. 12
DATA DAN HASIL PERCOBAAN ................................................................ 12
3.1 Data Yang Diketahui ......................................................................... 12
BAB IV ................................................................................................................. 16
PEMBAHASAN ............................................................................................... 16
BAB V ................................................................................................................... 20
KESIMPULAN ................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21
LAMPIRAN .......................................................................................................... 22

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lumpur Dasar saat Pemutaran 600 RPM ............................................ 25


Gambar 2. Lumpur Dasar saat Pemutaran 300 RPM ............................................ 24
Gambar 3. Lumpur B saat Pemutaran 600 RPM................................................... 26
Gambar 4. Lumpur B saat Pemutaran 300 RPM................................................... 25
Gambar 5. Lumpur C saat Pemutaran 600 RPM................................................... 27
Gambar 6. Lumpur C saat Pemutaran 300 RPM................................................... 26

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Komposisi Pembuatan Lumpur Pengeboran ............................................ 12


Tabel 2 Komposisi Lumpur Dasar ........................................................................ 12
Tabel 3 Komposisi Lumpur B ............................................................................... 13
Tabel 4 Komposisi Lumpur C ............................................................................... 13
Tabel 5 Nilai Alat Rheometer Lumpur Dasar ....................................................... 14
Tabel 6 Nilai Alat Rheometer Lumpur B .............................................................. 14
Tabel 7 Nilai Alat Rheometer Lumpur C .............................................................. 14
Tabel 8 Data Hasil Perhitungan........................................................................................ 15

iii
BAB I
PENGUKURAN RHEOLOGI LUMPUR PENGEBORAN

1.1 Tujuan Praktikum


1. Menentukan Plastic Viscosity (cp) menggunakan persamaan Bingham
2. Menentukan Yield Point Bingham menggunakan persamaan Bingham
3. Menentukan Gel Strength menggunakan Rheometer

1.2 Teori Dasar


Rheologi adalah ilmu tentang bagaimana fluida mengalir dan berubah
bentuk ketika diberikan gaya. Sifat rheology didasarkan pada respon dan deformasi
cairan ketika diberikan gaya normal atau tangensial. Suatu fluida akan mengalir
karena adanya tekanan yang diberikan. Tekanan yang diberikan pada suatu benda
dengan arah tegak lurus disebut normal stress sedangkan apabila sejajar dengan
benda disebut dengan tegangan geser (shear stress). Menurut Schlumberger (2015),
model rheology ada 4 yaitu Newtonian Model, Power Law Model, Bingham Plastic
Model, dan Herschel-Bulkley Model. Disini, fluida pengeboran (lumpur
pengeboran) mengikuti model rheology yang sederhana yaitu Bingham Plastic.

Terdapat dua jenis sifat fluida, yaitu fluida newtonian dan fluida
nonnewtonian. Fluida newtonian memiliki karakteristik viskositasnya konstan dan
hubungan antara nilai tegangan geser dengan kecepatan gesernya akan berupa garis
lurus (linier) jika diplot dalam kurva shear stress shear rate. Contoh fluida
newtonian adalah air dan udara. Sementara fluida non-newtonian adalah fluida yang
viskositasnya tidak konstan dan bergantung pada besarnya shear rate. Sebagian
besar jenis fluida di dunia ini adalah fluida non-newtonian.

1.2.1 Shear Stress dan Shear Rate


Shear stress (τ) adalah parameter untuk menyatakan besarnya gaya per
satuan luas yang diperlukan untuk menyebabkan fluida mengalami deformasi
(mengalir). Shear rate adalah parameter yang menyatakan perbedaan kecepatan (dv)
antara dua bidang cairan yang dipisahkan oleh suatu jarak dr.

4
1.2.2 Viskositas

Viskositas adalah ketahanan untuk mengalir dari suatu fluida yang


mendapatkan tekanan. Viskositas plastic (Plastic Viscosity) adalah gaya berupa
shear stress ketika fluida mengalir. Pada lumpur, viskositas yang terlalu tinggi
menyebabkan pressure loss tinggi, penetration turun, pressure surges, dan susah
melepas gas dan cutting dari lumpur. Viskositas yang rendah menyebabkan
pengangkatan lumpur yang tidak baik dan material pemberat lumpur diendapkan.
Untuk menentukan viskositas nyata (apparent porosity) dapat dilakukan dengan :

𝜏 300
𝜇𝑎 = 𝑥 100 atau 𝜇𝑎 = /𝑅𝑃𝑀
𝛾 𝐶

Pengukuran viskositas relative dilakukan dengan menggunakan alat mars


funnel. Viscositas ini adalah jumlah detik yang dibutuhkan lumpur sebanyak 0,9463
liter atau 1 quart untuk mengalir keluar dari colong Marsh Funnel. Bertambahnya
viskositas ini direfleksikan dalam bertambahnya Apparent Viscosity. Untuk fluida
Non-Newtonian, informasi yang didapatkan dengan marsh funnel memberikan
suatu gambaran Rheology fluida yang tidak lengkap sehingga biasa digunakan
untuk membandingkan fluida yang baru (awal) dengan kondisi sekarang.

1.2.3 Yield Point

Yield Point adalah kemalasan fluida untuk mengalir karena gaya tarik
menarik antar partikel terdispersi. Pada lumpur pemboran, yield point dipengaruhi
faktor kandungan ion permukaan pada padatan. Karena hanya ion yang berada di
permukaan padatanlah yang bakalan bekerja. semakin banyak ionnya, maka akan
semakin banyak “tali” sehingga yield point akan semakin tinggi. Untuk menentukan
Yield Point dan Plastic Viscosity dapat menggunakan persamaan Bingham Plastic :

𝜇𝑝 = 𝐶600 − 𝐶300

𝑌𝑝 = 𝐶300 – 𝜇𝑝

5
dengan :

𝜇𝑝 = 𝑃𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝑉𝑖𝑠𝑐𝑜𝑠𝑖𝑡𝑦, 𝑐𝑝

Yp = Yield Point Bingham, lb/100 ft2

C600 = dial reading pada 600 RPM, derajat

C300 = dial reading pada 300 RPM, derajat

1.2.4 Gel Strength


Gel strength memiliki definisi yang hampir sama dengan yield point. Gel
strength adalah resistansi pada saat fluida diam/statis. Resistansi saat diam ini
sangat berguna bagi fluida pemboran untuk menahan cutting saat sirkulasi berhenti.
Kekuatan ini juga dibantu oleh plastic viscositas dan apparent viscositas.

6
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
1. Marsh Funnel
2. Timbangan
3. Gelas Ukur
4. Mud Mixer
5. Cup Mud Funnel
6. Termometer
7. Rheometer

2.1.2 Bahan
1. Bentonite
2. Aquadest
3. Bahan – bahan Additif

7
2.2 Prosedur Percobaan
2.2.1 Membuat Lumpur

Memulai percobaan

Membuat lumpur sama dengan pada percobaan 1 dengan


komposisi yang telah ditentukan oleh asisten

Mengukur temperature dari slurry yang telah dibuat dan


mencatatnya

Mengakhiri percobaan

8
2.2.2 Cara bekerja dengan Marsh Funnel

Memulai Percobaan

Menutup bagian bawah Marsh Funnel dengan jari tangan.


Menuangkan lumpur bor melalui saringan sampai menyinggung
bagian bawah saringan (1,5 liter).

Menyediakan bejana yang telah tertentu isinya (1 quart = 946 ml).


Kemudian memulai pengukuran dengan membuka jari tadi
sehingga lumpur mengalir dan menampung di dalam bejana.

Mencatat waktu yang diperlukan (detik) lumpur untuk mengisi


bejana yang tertentu isinya tadi.

Mengakhiri Percobaan

9
2.2.3 Cara bekerja dengan Rheometer
a. Pengukuran Plastic Viscosity dan Yield Point (YP)

Memulai Percobaan

Mengisi bejana dengan lumpur sampai batas yang ditentukan

Meletakkan bejana pada tempatnya, mengatur skala sedimikian rupa agar rotor dan
bob tercelup ked alma lumpur menurut batas yang telah ditentukan

Menggerakkan rotor pada posisi high dengan kecepatan 600 rpm, pemutaran terus
dilakukan hingga mencapai keseimbangan, mencatat harga yang tertera pada skala
sebagai pembacaan 600 rpm

Menghitung harga Plastic Viscosity dan Yield Point (YP) dengan


menggunakan persamaan yang ada

Mengakhiri Percobaan

10
b. Pengukuran Gel Strength

Memulai Percobaan

Mengisi bejana dengan lumpur sampai batas yang ditentukan

Meletakkan bejana pada tempatnya, mengatur skala sedimikian rupa agar rotor dan
bob tercelup ked alma lumpur menurut batas yang telah ditentukan

Mengaduk lumpur dengan Rheometer dengan kecepatan 600 RPM selama 10 detik

Mematikan Rheometer, dan mendiamkan lumpur selama 10 detik

Setelah 10 detik menggerakkan rotor dengan kecepatan 3 RPM. Kemudian


membaca simpangan maksimum pada skala petunjuk.

Mengaduk Kembali lumpur dengan Rheometer dengan kecepatan rotor 600 RPM
selama 10 detik

Mengulangi kerja diatas untuk gel strength 10 menit

Mengakhiri Percobaan

11
BAB III
DATA DAN HASIL PERCOBAAN

3.1 Data Yang Diketahui


Komposisi Pembuatan Lumpur Pengeboran

Tabel 1 Komposisi Pembuatan Lumpur Pengeboran


BAHAN (ppb)
Jenis
Air Bentonite CaCO3 CMC
Lumpur
(SG = 1) (SG = 2.65) (SG = 2.7) (SG = 1.65)
Lumpur Dasar 346.227 10 - -
Lumpur B 342.524 10 10 -
Lumpur C 340.167 10 - 10

Perhitungan Massa Air

1. Lumpur Dasar
M 10
𝑉 𝐵𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒 = = 2.65 = 3.773 mL
𝜌

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 = 350 − 3.773 = 346.227 𝑚𝐿


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑉 𝑎𝑖𝑟 = 1 𝑥 346.227 𝑚𝐿 = 346.227 𝑝𝑝𝑏

Tabel 2 Komposisi Lumpur Dasar

Densitas, Massa Volume


Bahan SG
g/cc (ppb) (mL)
Air 1 1 346.2264 346.2264
Bentonite 2.65 2.65 10 3.773585
Total Volume 350

12
2. Lumpur B
M 10
𝑉 𝐵𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒 = = 2.65 = 3.773 mL
𝜌
M 10
𝑉 𝐶𝑎𝐶𝑂3 = = 2.7 = 3.703 mL
𝜌

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 = 350 − 3.773 − 3.703 = 342.524 𝑚𝐿


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑉 𝑎𝑖𝑟 = 1 𝑥 342.524 𝑚𝐿 = 342.524 𝑝𝑝𝑏

Tabel 3 Komposisi Lumpur B

Densitas, Massa Volume


Bahan SG
g/cc (ppb) (mL)
Air 1 1 342.522711 342.522711
Bentonite 2.65 2.65 10 3.77358491
CaCO3 2.7 2.7 10 3.7037037
Total Volume 350

3. Lumpur C
M 10
𝑉 𝐵𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒 = = 2.65 = 3.773 mL
𝜌
M 10
𝑉 𝐶𝑀𝐶 = = 1.65 = 6.060 mL
𝜌

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 = 350 − 3.773 − 6.060 = 340.167 𝑚𝐿


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑉 𝑎𝑖𝑟 = 1 𝑥 340.167 𝑚𝐿 = 340.167 𝑝𝑝𝑏

Tabel 4 Komposisi Lumpur C

Densitas, Massa Volume


Bahan SG
g/cc (ppb) (mL)
Air 1 1 340.165809 340.165809
Bentonite 2.65 2.65 10 3.77358491
CMC 1.65 1.65 10 6.06060606
Total Volume 350

13
3.2 Hasil Observasi

Hasil observasi yang diperoleh berdasarkan pembacaan dari alat Rheometer


pada Lumpur dasar, Lumpur B, dan Lumpur C adalah sebagai berikut :

A. Lumpur Dasar

Tabel 5 Nilai Alat Rheometer Lumpur Dasar

Keterangan C600 C300


T (℃ ) 28.8 ℃ 28.8 ℃
RPM 600 300
DIAL 2.7 0.7
CP 1.3 0.7

B. Lumpur B

Tabel 6 Nilai Alat Rheometer Lumpur B

Keterangan C600 C300


T (℃ ) 28.9 ℃ 28.9 ℃
RPM 600 300
DIAL 2.5 1.3
CP 1.2 1.3

C. Lumpur C

Tabel 7 Nilai Alat Rheometer Lumpur C

Keterangan C600 C300


T (℃ ) 29.5 ℃ 29.5 ℃
RPM 600 300
DIAL 53 29.3
CP 26.6 29.3

14
3.3 Data Perhitungan

Tabel 8 Data Hasil Perhitungan

Jenis Lumpur Plastic Viscosity (cP) Yield Point (lb/100ft2)

Lumpur Dasar 2 -1.3

Lumpur B 1.2 0.1

Lumpur C 23.7 5.6

Perhitungan Plastic Viscosity (cP) :


1. Lumpur Dasar
𝑃𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝑉𝑖𝑠𝑐𝑜𝑠𝑖𝑡𝑦 (𝑐𝑃) = 𝐶600 − 𝐶300
𝑃𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝑉𝑖𝑠𝑐𝑜𝑠𝑖𝑡𝑦 (𝑐𝑃) = 2.7 − 0.7 = 2
2. Lumpur B
𝑃𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝑉𝑖𝑠𝑐𝑜𝑠𝑖𝑡𝑦 (𝑐𝑃) = 𝐶600 − 𝐶300
𝑃𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝑉𝑖𝑠𝑐𝑜𝑠𝑖𝑡𝑦 (𝑐𝑃) = 2.5 − 1.3 = 1.2
3. Lumpur C
𝑃𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝑉𝑖𝑠𝑐𝑜𝑠𝑖𝑡𝑦 (𝑐𝑃) = 𝐶600 − 𝐶300
𝑃𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝑉𝑖𝑠𝑐𝑜𝑠𝑖𝑡𝑦 (𝑐𝑃) = 53 − 29.3 = 23.7
Perhitungan Yield Point (YP) :
1. Lumpur Dasar
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡 (𝑌𝑝) = 𝐶300 − 𝑃𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝑉𝑖𝑠𝑐𝑜𝑠𝑖𝑡𝑦
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡 (𝑌𝑃) = 0.7 − 2 = −1.3
2. Lumpur B
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡 (𝑌𝑝) = 𝐶300 − 𝑃𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝑉𝑖𝑠𝑐𝑜𝑠𝑖𝑡𝑦
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡 (𝑌𝑃) = 1.3 − 1.2 = 0.1
3. Lumpur C
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡 (𝑌𝑝) = 𝐶300 − 𝑃𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑐 𝑉𝑖𝑠𝑐𝑜𝑠𝑖𝑡𝑦
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡 (𝑌𝑃) = 29.3 − 23.7 = 5.6

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Percobaan Pengukuran Rheology Lumpur pengeboran bertujuan untuk


menentukan Plastic Viscosity menggunakan persaman Bingham, menentukan Yield
Point Bingham menggunakan persamaan Bingham, dan menentukan Gel Strength
dengan Rheometer. Fluida Pengeboran (Lumpur Pengeboran) merupakan fluida
Non-Newtonian yang viskositasnya tidak konstan dan mengikuti model rheologi
Bingham Plastic. Plastic Viscosity merupakan thanan fluida terhadap aliran atau
gerakan (resistensi untuk mengalir) yang disebabkan oleh friksi mekanik. Selain
Plastic Viscosity, dalam rheology lumpur pengeboran juga ada yang disebut Yield
Point dan Gel Strength. Yield Point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir
oleh gaya tarik-menarik antar partikel pada kondisi dinamis (sirkulasi) atau
merupakan sifat yang menunjukkan besarnya tekanan minimal yang harus
diberikan kepada fluida agar fluida dapat bergerak. Gel Strength adalah
pembentukan padatan (gel) karena gaya tarik menarik antara plat-plat clay kalua
didiamkan pada saat statis atau merupakan sifat lumpur saat sirkulasi dihentikan.

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Marsh Funnel, timbangan,
gelas ukur, mud mixer, cup mud funnel, thermometer, dan rheometer dengan bahan
Bentonite, Aquadest, dan Bahan-Bahan Additif. Prosedur percobaan dilakukan
dengan membuat lumpur, menghitung waktu yang diperlukan untuk mengisi bejana
dari Marsh Funnel, mengukur Plastic Viscosity dan Yield Point dengan
menggunakan Rheometer dengan menggerakkan rotor pada kecepatan 300 rpm dan
600 rpm, dan mengukur Gel Strength dengan mengaduk lumpur dengan Rheometer
kemudian didiamkan selama 10 detik.

Berdasarkan hasil percobaan yang pertama kali dilakukan yaitu pembuatan


lumpur yang berupa 3 lumpur yaitu Lumpur Dasar, Lumpur B, dan Lumpur C.
lumpur dasar terbuat dari air dengan massa dan volume sebesar 346.227 ppb serta
Bentonite dengan massa 10 ppb dan volume 3.773 mL. Lumpur B terbuat dari air
dengan massa 342.524 ppb atau volume 342.524 mL dan CaCO3 dengan massa 10
ppb atau volume 3.703 mL. Lumpur C terbuat dari air dengan massa 340.167 ppb
atau volume 340.167 mL dan CMC 10 ppb atau volume 6.060 mL. Setelah

16
membuat lumpur, dilakukan observasu dial reading pada 600 RPM dan 300 RPM
dengan Bingham Rheology Model. Dari hasil observasi diperoleh dial reading
lumpur dasar pada 600 RPM adalah 2.7 dan pada 300 RPM adalah 0.7. Pada lumpur
B, nilai dial reading 600 RPM adalah 2.5 dan 300 RPM adalah 1.3. Pada lumpur C,
nilai dial reading pada 600 RPM adalah 53 dan 300 RPM adalah 29.3.

Dari data dial reading pada ketiga lumpur tersebut, dilakukan perhitungan
Plastic Viscosity (cP) dengan menggunakan persamaan Bingham Plastic yaitu
dengan mengurangi dial reading pada 600 RPM dengan dial reading pada 300
RPM. Pada lumpur dasar diperoleh nilai Plastic Viscosity sebesar 2, pada lumpur
B sebesar 1.2, dan pada lumpur C sebesar 23.7. Nilai viskositas pada lumpur dasar
relative kecil dan pada lumpur C sangat besar. Nilai viskositas yang besar ini
kemungkinan disebabkan adanya bentonite dan CMC yang merupakan polimer
pada campuran lumpur C yang dapat meningkatkan nilai viskositas. Nilai viskositas
plastic pada lumpur B lebih kecil daripada lumpur dasar walaupun ada campuran
CaCO3 karena karbonat tidak berpengaruh dan tidak dapat merubah nilai Plastic
Viscosity. Plastic Viscosity merupakan tahanan fluida terhadap aliran atau
merupakan bahian dari resistensi untuk mengalir disebabkan oleh friksi mekanik.
Sehingga semakin besar viskositas akan menyebabkan lumpur susah mengalir dan
viskositas yang terlalu kecil menyebabkan lumpur terlalu encer. Viskositas lumpur
yang tinggi ini menyebabkan penetration turun, pressure loss tinggi, pressure
surges yang berhubungan dengan loss circulation dan swabbing yang berhubungan
dengan bahaya blow out, dan sukar melepasnya gas dan cutting dari lumpur saat di
permukaan. Sedangkan, nilai viskositas yang terlalu rendah juga menyebabkan
pengangkatan cutting yang tidak baik dan material pemberat lumpur diendapkan,
Sehingga nilai viskositas lumpur harus sesuai, tidak terlalu rendah dan juga tidak
terlalu tinggi karena dapat menyebabkan pengeboran tidak optimal bahkan
menyebabkan bahaya pada pengeboran.

Dari data Dial Reading pada Rheometer juga dapat diperoleh nilai Yield
Point (Yp) dengan cara mengurangi Dial Reading pada 300 RPM dengan Plastic
Viscosity. Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai Yield Point pada lumpur dasar
adalah -1.3, pada lumpur B adalah 0.1, dan pada lumpur C adalah 5.6. Yield Point
merupakan bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya Tarik menarik antar

17
partikel pada kondisi dinamis (sirkulasi) atau merupakan sifat yang menunjukkan
besarnya tekanan minimal yang harus diberikan kepada fluida agar fluida tersebut
dapat bergerak. Nilai Yield Point pada lumpur C adalah yang paling besar. Hal ini
disebabkan nilai Plastic Viscosity dan pembacaan dial reading pada 300 RPM yang
paling besar karena terdapatnya kontaminanan atau viscosifier berupa CMC dan
Bentonite yang memperbesar nilai viskositas sehingga nilai Yield Point juga
semakin besar. Selain itu, nilai Yield Point pada lumpur C paling tinggi juga
disebabkan oleh temperature yang paling tinggi yaitu 29.5 o C. Semakin tinggi
temperature, maka nilai Yield Point akan semakin besar. Nilai Yield Point pada
lumpur dasar yang paling kecil bahkan menyentuh angka negative karena nilai
viskositasnya kecil dan pembacaan dial reading pada 300 RPM juga kecil. Hal ini
disebabkan komposisi lumpur dasar hanya air dan bentonite tanpa ada additive lain
sehingga tidak dapat meningkatkan nilai Yield Point. Nilai Yield Point pada lumpur
B lebih besar dari lumpur dasar karena pembacaan Dial Reading pada 300 RPM
pada lumpur B lebih besar daripada lumpur dasar meskipun nilai Plastic Viscosity
lumpur B lebih kecil dariapda lumpur dasar. Hal ini dikarenakan pada lumpur B
terdapat karbonat (CaCO3) yang dapat meningkatkan nilai Yield Point. Nilai Yield
Point yang terlalu rendah ini dapat menyebabkan pengangkatan cutting yang tidak
baik dan pembersihan lubang bor yang tidak sempurna. Sedangkan nilai Yield Point
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan beban pompa bertambah dan dapat
menimbulkan problem ke formasi. Oleh karena itu, komposisi lumpur harus sesuai
dan nilai Yield Point juga harus pas agar pengeboran berjalan lebih optimal.

Pada percobaan Gel Strength dengan Rheometer dilakukan dengan


mengaduk lumpur pada kecepatan 600 RPM selama 10 detik dan kemudian
mendiamkan lumpur selama 10 detik. Setelah itu, menggerakkan rotor pada
kecepatan 3 RPM kemudian diamati simpangan maksimum pada skala penunjuk.
Kemudian lumpur diaduk kembali lumpur dengan Rheometer pada kecepatan 600
RPM selama 10 detik. Mengulangi langkah untuk gel strength 10 menit. Tujuan
dilakukannya dua kali percobaan pada waktu 10 detik ke 10 menit untuk
mengetahui batas dari trend 10 detik ke 10 menit apakah memberikan pengaruh
perubahan yang signifikan atau tidak. Berdasarkan hasil observasi, pada lumpur
dasar nilai simpangan maksimum pada pengujian dengan kecepatan 600 RPM

18
adalah 2.7, untuk kecepatan 3 RPM selama 10 detik adalah 0 dan selama 10 menit
adalah 0. Pada lumpur B, nilai simpangan maksimum pada pengujian dengan
kecepatan 600 RPM adalah 2.5 dan pada kecepatan 3 RPM selama 10 detik adalah
0 dan pengujian pada kecepatan 3 rpm selama 10 menit adalah 0. Pada lumpur C,
nilai simpangan maksimum pada pengujian dengan kecepatan 600 RPM selama 10
detik adalah 52.2 dan dengan kecepatan 3 RPM selama 10 detik adalah 0 dan
kecepatan 3 RPM selama 10 menit adalah 0. Dari hasil observasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai gel strength tidak dapat diamati karena tidak diamati nilai
simpangan maksimum pada rheometer saat pengujian dengan kecepatan 3 RPM
selama 10 detik dan 10 menit sehingga tidak dapat dilihat signifikansinya. Nilai gel
strength merupakan pembentukan padatan karena gaya Tarik menarik antara plat
clay saat didiamkan saat statis atau merupakan gaya menggagar lumpur saat
sirkulasi dihentikan (berhubungan dengan menahan cutting saat sirkulasi
dihentikan). Nilai gel strength yang terlalu rendah menyebabkan cutting akan jatuh
ke dasar lubang dan menyebabkan pengendapan cutting. Nilai gel strength yang
terlalu tinggi menyebabkan beban pompa bertambah dan dapat menimbulkan
problem ke formasi karena akan mempersulit pemisahan cutting karena cutting sulit
dilepas dari lumpur bor. Oleh karena itu, nilai gel strength harus sesuai agar dapat
menahan cutting agar tidak turun dan mengendap ke dasar sumur.

19
BAB V
KESIMPULAN

1. Perhitungan Plastic Viscosity menggunakan persamaan Bingham pada


percobaan adalah sebagai berikut: pada lumpur dasar didapatkan plastic
viscosity sebesar 2 cP, pada lumpur B didapatkan plastic viscosity sebesar 1.2
cP, serta pada lumpur C didapatkan plastic viscosity sebesar 23.7 cP.
2. Perhitungan Yield Point Bingham menggunakan persamaan Bingham pada
percobaan adalah sebagai berikut: pada lumpur dasar didapatkan yield point
sebesar -1.3 lb/100ft2, pada lumpur B didapatkan yield point sebesar 0.1
lb/100ft2, serta pada lumpur C didapatkan yield point sebesar 5.6 lb/100ft2.
3. Perhitungan Gel Strength menggunakan Rheometer pada percobaan
didapatkan sebesar 0.

20
DAFTAR PUSTAKA
Irwainsyah. (2016). Studi Laboratorium Kestabilan Sifat-Sifat Lumpur Bahan
Dasar Minyak Smooth Fluid pada Temperatur Tinggi. Jakarta : Universitas
Trisakti.

Mario, M. (2015). Rheologi Fluida dan Aplikasinya Pada Proses Pengeboran


Minyak dan Gas. Diakses dari https:/id.scribd.com pada 17 April 2021.

Satiyawira, Bayu. (2018). Pengaruh Temperatur Terhadap Sifat Fisik Sistem Low
Solid Mud Dengan Penambahan Aditif Biopolimer dan Bentonite Extender.
Jurnal Petro, VII(4), 144-151. Universitas Trisakti.

Wardana, Raka Sudira., Adrian, Rafhie., Hadi, Basith F P., dan Nugraha, Fajar.
(2021). Panduan Praktikum Analisa Lumpur Pemboran. Jakarta :
Laboratorium Pengeboran Universitas Pertamina.

Zakky. (2018). Analisa Perbandingan Ksoltek dan Claytorl untuk Menstabilkan


Batu Serpih Pada Sistem Lumpur KCS Polimer di Temperatur Tinggi. Jakarta
: Universitas Trisakti.

21
LAMPIRAN

Pengujian Rheologi Lumpur Pemboran

ADDITIVE Rheologi
AIR Bentonite
CaCO3 CMC Dial Reading
PV YP GS 10 s GS 10 m
NO M V M V M V M V M V
C600 C300 cp lb/100ft2 lb/100ft2 lb/100ft2
(g) (m) (gr) (m) (g) (m) (g) (m) (g) (m)
1 346.227 346.227 10 3.773 - - - - - - 2.7 0.7 2 - 1.3 0 0
2 342.537 342.537 10 3.773 10 3.69 - - - - 2.4 1.3 1.1 0.2 0 0
3 331.942 331.942 10 3.773 - - 10 14.285 - - 53 29.3 23.7 5.6 0 0

22
ADDITIVE
AIR Bentonite Marsh Funnel
CaCO3 CMC
NO M V M V M V M V M V M V t funnel1 t funnel2
(g) (m) (g) (mL) (g) (m) (g) (m) (g) (m) (g) (m) (s) (s)
1 346.227 346.227 10 3.773 - - - - - - - -
2 342.537 342.537 10 3.773 10 3.69 - - - - - -
3 331.942 331.942 10 3.773 - - 10 14.285 - - - -

Catatan : Tidak ada data hasil percobaan dengan Marsh Funnel.

23
KONDISI LUMPUR DASAR SAAT PENGUJIAN RHEOMETER

Gambar 1. Lumpur Dasar saat Pemutaran 600 RPM Gambar 2. Lumpur Dasar saat Pemutaran 300 RPM

24
KONDISI LUMPUR B SAAT PENGUJIAN RHEOMETER

Gambar 3. Lumpur B saat Pemutaran 600 RPM Gambar 4. Lumpur B saat Pemutaran 300 RPM
25
KONDISI LUMPUR C SAAT PENGUJIAN RHEOMETER

Gambar 5. Lumpur C saat Pemutaran 600 RPM Gambar 6. Lumpur C saat Pemutaran 300 RPM

26
27

Anda mungkin juga menyukai