Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN EKSPERIMEN

PEMBUKTIAN TEOREMA TORRICELLI PADA FENOMENA


KEBOCORAN BOTOL

Agatha Sang Aorangi

NIS / NISN: 222310141 / 0071015873

PELAJARAN FISIKA

MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SMA REGINA PACIS BOGOR BOGOR

2024

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................. 3
DAFTAR TABEL....................................................................................................................... 4
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................... 5
1.1. Latar Belakang........................................................................................................... 5
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................... 6
1.3. Tujuan Eksperimen.....................................................................................................6
1.4. Batasan Masalah.........................................................................................................6
BAB II DASAR TEORI............................................................................................................. 7
2.1 Fluida...........................................................................................................................7
2.2 Fluida Dinamis............................................................................................................ 7
2.2.1 Ciri - ciri Fluida Dinamis................................................................................7
2.2.2 Persamaan Kontinuitas................................................................................... 8
2.2.3 Hukum Bernoulli............................................................................................ 8
2.3 Teorema Torricelli....................................................................................................... 8
BAB III METODE EKSPERIMEN..........................................................................................10
3.1. Alat dan Bahan......................................................................................................... 10
3.2. Prosedur dan Pengambilan Data...............................................................................10
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN..................................................................................... 12
4.1 Hasil Data.................................................................................................................. 12
4.2 Pembahasan Data...................................................................................................... 13
4.2.1 Analisa perbedaan jarak pancuran pada setiap lubang................................. 13
4.2.2 Analisa perbedaan penghitungan pancuran air secara manual dengan
memakai rumus......................................................................................................14
4.2.3 Analisa perbedaan kecepatan pancuran pada setiap lubang......................... 15
BAB V KESIMPULAN dan SARAN...................................................................................... 18
5.1. Kesimpulan.................................................................................................................. 18
5.2. Saran............................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................19
LAMPIRAN..............................................................................................................................20

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rumus persamaan debit aliran fluida …………………………………………….8


Gambar 2.2 Rumus debit air (Q) ……………………………………………………………... 8
Gambar 2.3 Persamaan kontinuitas …………………………………………………………... 8
Gambar 2.4 Persamaan Bernoulli …………………………………………………………….. 8
Gambar 2.5 Kebocoran pada tangki …………………………………………………………...9
Gambar 2.6 Rumus mencari kecepatan pancuran air ………………………………………….9
Gambar 2.7 Rumus mencari waktu pancuran air ……………………………………………...9
Gambar 2.8 Rumus mencari jarak pancuran air ……………………………………………….9
Gambar 4.1 Eksperimen menentukan jarak pancuran air …………………………………… 13
Gambar 4.2 Eksperimen menentukan kecepatan pancuran air ……………………………… 16

3
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data jarak pancuran percobaan dan hasil perhitungan rumus ……………………..12
Tabel 4.2 Data kecepatan pancuran dengan perhitungan rumus ……………………………..12

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu klasifikasi zat yang jumlahnya paling banyak dan paling sering dijumpai di
alam adalah fluida. Ana Dhiqfaini Sultan dkk. (2020) menyatakan bahwa fluida berarti zat
yang dapat mengalir. Hal tersebut menandakan bahwa bukan hanya zat cair atau cairan saja
yang masuk dalam kategori fluida, tetapi gas juga dapat dikatakan sebagai fluida.
Molekul-molekul di dalam fluida memiliki ruang yang lebih besar untuk bergerak yang
menyebabkan fluida akan mengikuti bentuk dari wadahnya. Fluida juga memiliki sifat selalu
menuju ke tempat yang lebih rendah akibat pengaruh gravitasi.

Fluida itu sendiri dibagi menjadi 2 yakni fluida statis dan fluida dinamis. Materi
mengenai aliran fluida dinamis sangat penting dipelajari karena penerapannya yang sangat
erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Penerapan fluida dinamis dalam kehidupan sehari-hari
misalnya untuk mengukur laju aliran air ketika menyiram tanaman menggunakan selang atau
ketika mencuci piring menggunakan kran air. Laju aliran dalam penerapan fluida dinamis
tersebut akan dipengaruhi oleh luas penampangnya, di mana semakin luas penampang, maka
kecepatan fluida mengalir akan semakin kecil. Kecepatan aliran fluida juga akan berpengaruh
pada tekanan fluida tersebut. Hubungan antara tekanan fluida dengan ketinggian dan luas
penampang dinyatakan dalam asas bernoulli.

Menurut Adinda Nurhasanah (2018), menyatakan bahwa persamaan Bernoulli adalah


peningkatan pada kecepatan fluida yang akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran
tersebut. Persamaan Bernoulli sangat berguna untuk penggambaran kualitatif berbagai jenis
aliran fluida. Penerapan hukum bernoulli salah satunya adalah teorema Torricelli. Teorema
Torricelli ditemukan oleh Evangelista Torricelli (1608-1647), menyatakan bahwa kecepatan
air yang menyembur keluar dari lubang pada ketinggian tertentu dari permukaan atas fluida
dalam sebuah tangki memiliki kecepatan yang sama dengan benda yang terjatuh bebas
(dipengaruhi oleh gravitasi). Teorema Torricelli hanya berlaku jika suatu wadah berhubungan
dengan atmosfer pada bagian atasnya dan memiliki lubang yang jauh lebih kecil dari luas
penampang wadah di bawah permukaan fluida.

Penerapan teorema Torricelli sangat erat kaitannya dengan fenomena kebocoran pada
botol. Pada laporan kali ini, dilakukan eksperimen mengamati pancuran air dari botol yang
telah dilubangi pada ketinggian yang berbeda-beda. Eksperimen sederhana ini dilakukan
5
untuk membuktikan teorema Torricelli yang menyatakan bahwa semakin tinggi jarak lubang
dari permukaan atas air, maka jarak pancurannya semakin jauh dan kecepatannya semakin
tinggi. Pembuktian ini dilakukan dengan membandingkan jarak pancuran dan kecepatan
aliran air dari lubang yang ketinggiannya berbeda-beda. Hasil dari pengukuran jarak secara
manual ini juga akan dibandingkan dengan perhitungan menggunakan rumus dalam teorema
Torricelli untuk mengetahui keakuratan pengukuran.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh ketinggian lubang dari atas permukaan air terhadap jarak
pancuran air?

2. Bagaimana pengaruh ketinggian lubang dari atas permukaan air terhadap kecepatan
pancuran air?

3. Apakah terdapat perbedaan antara pengukuran jarak pancuran air secara manual
menggunakan meteran dengan perhitungan menggunakan rumus dalam teorema
Torricelli?

1.3. Tujuan Eksperimen

1. Untuk mengetahui pengaruh ketinggian lubang dari atas permukaan air terhadap
jarak pancuran air.

2. Untuk mengetahui pengaruh ketinggian lubang dari atas permukaan air terhadap
kecepatan pancuran air.

3. Untuk mengetahui apabila terdapat perbedaan antara pengukuran jarak pancuran air
secara manual menggunakan meteran dengan perhitungan menggunakan rumus dalam
teorema Torricelli.

1.4. Batasan Masalah


1. Jarak antara setiap lubang pada botol harus bernilai sama yakni sebesar 5 cm.

2. Perbedaan antara pengukuran jarak pancuran air secara manual dengan perhitungan
menggunakan rumus tidak boleh melebihi 10 cm.

3. Air yang mengalir dari setiap lubang pada botol harus jatuh pada tanah atau lantai
yang permukaannya rata.

6
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Fluida
Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian fluida atau zat
cair adalah segala jenis zat yang dapat mengalir dalam wujud gas maupun cairan. Sedangkan
secara umum, fluida adalah sub-himpunan dari fase benda, termasuk cairan, gas, plasma, dan
padat plastik. Fluida memiliki sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk dan
kemampuan untuk mengalir (atau umumnya kemampuannya untuk mengambil bentuk dari
wadah mereka). Dengan kata lain, fluida adalah zat yang mengalami deformasi secara
berkesinambungan jika terkena gaya geser (gaya tangensial) walaupun gaya tersebut kecil
sekalipun.

Fluida merupakan zat yang keberadaannya sangat banyak di alam. Oleh karenanya,
aliran fluida menjadi fenomena yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Fluida
memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai bidang contohnya, bidang pertanian,
industri, kedokteran dan bidang lainnya.

2.2 Fluida Dinamis


Fluida dinamis adalah ilmu yang membahas tentang gaya dan tekanan pada zat yang
mengalir seperti air dan gasm Fluida dinamis merupakan fluida yang alirannya bergerak
secara ideal atau memiliki kecepatan konstan. Fluida ideal tidak kompresibel, artinya massa
jenisnya tidak berubah karena pengaruh tekanan.

2.2.1 Ciri - ciri Fluida Dinamis

1. Aliran pada fluida ideal tidak mengalami gaya gesek terhadap dinding bejana karena
encer, sehingga tidak ada gaya hambat dan gaya luar yang bekerja pada aliran fluida
tersebut.

2. Aliran fluida ideal bersifat laminer, sehingga kecepatan aliran pada sembarang titik
tidak berubah terhadap waktu, baik besar maupun arahnya. Hal itu yang menyebabkan
garis-garis aliran fluida stasioner atau tetap.

3. Aliran fluida ideal mengalir pada pipa yang tidak boleh bocor, sehingga berlaku
hukum kekekalan energi asas kontinuitas dan berlaku hukum kekekalan energi asas
Bernoulli.

7
2.2.2 Persamaan Kontinuitas

Hukum Kontinuitas menyatakan bahwa debit air yang mengalir pada tiap-tiap titik
sepanjang aliran pipa ialah konstan atau sama. Secara matematis ditulis sebagai berikut:

Gambar 2.1 Rumus persamaan debit aliran fluida


Debit atau Q merupakan jumlah volume fluida yang mengalir per satuan waktu atau
secara matematis ditulis dengan:

Gambar 2.2 Rumus debit air (Q)


Hasil kali kecepatan aliran (v) dan luas penampang (A) dinamakan debit aliran (Q) atau
laju aliran fluida. Oleh karena hasil kali antara kecepatan aliran (v) dan luas penampang (A)
selalu mempunyai nilai yang tetap, maka persamaannya menjadi seperti berikut:

Gambar 2.3 Persamaan Kontinuitas


2.2.3 Hukum Bernoulli

Hukum Bernoulli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum kekekalan energi yang
dialami oleh aliran fluida. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah tekanan (p), energi kinetik
per satuan volume, serta energi potensial per satuan volume mempunyai nilai yang sama pada
setiap titik sepanjang suatu garis arus.

Hukum Bernoulli apabila dinyatakan dalam persamaan menjadi :

Gambar 2.4 Persamaan Bernoulli

2.3 Teorema Torricelli


Sebuah tangki penampungan diisi air dan pada dinding diberi lubang kecil dilengkapi
dengan kran seperti gambar di bawah ini.

8
Gambar 2.5 Kebocoran pada tangki
Oleh karena luas tangki air sangat besar dan luas dinding sangat kecil, kecepatan air
pada permukaan dianggap nol dan tekanan udara luar Po = 1 atm. Dengan menggunakan
persamaan Bernoulli, diperoleh persamaan teorema Torricelli.

Gambar 2.6 Rumus mencari kecepatan aliran fluida


Penentuan posisi jatuhnya air jika diukur dari dinding tangki yang bocor dapat
menggunakan persamaan gerak lurus sebagai berikut :

1. Gerak air dalam arah vertikal merupakan Gerak Jatuh Bebas, sehingga berlaku
persamaan berikut

Gambar 2.7 Rumus mencari waktu pancuran air


2. Gerak air dalam arah horizontal merupakan Gerak Lurus Beraturan, sehingga berlaku
persamaan berikut

Gambar 2.8 Rumus mencari jarak pancuran air

9
BAB III

METODE EKSPERIMEN

3.1. Alat dan Bahan

Alat-alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan eksperimen yakni:

a. Solder untuk melubangi botol.

b. Botol aqua 600 mL.

c. Meteran.

Sedangkan untuk bahan yang digunakan pada eksperimen kali ini adalah zat cair
berupa air yang mengalir dari kran.

3.2. Prosedur dan Pengambilan Data

Prosedur eksperimen:

a. Siapkan botol aqua 600 mL.


b. Lubangi botol aqua dengan ketinggian 20 cm dari dasar permukaan botol. Ukuran
lubang kira-kira 0,5 cm.
c. Lubangi kembali botol aqua pada ketinggian 15 cm, 10 cm, kemudian 5 cm dari
dasar permukaan botol sehingga didapat total lubang yang berada pada botol
berjumlah empat lubang.
d. Letakkan botol tersebut tepat di ujung wastafel yang terdapat di lapangan SD
Regina Pacis Bogor.
e. Sesuaikan kran wastafel agar airnya langsung mengarah pada mulut botol.
f. Sebelum menyalakan kran tersebut, letakkan meteran dari dasar wastafel untuk
mengukur jarak pancuran air.
g. Ukur terlebih dahulu ketinggian antara masing-masing lubang yang ada pada
botol dengan permukaan tanah, kemudian catat datanya sebagai nilai h2.
h. Ukur pula ketinggian antara masing-masing lubang yang ada pada botol dengan
mulut botol yang paling atas. Catat datanya sebagai nilai h.

* Nilai h1 didapat dengan menjumlahkan h dan h2.

i. Nyalakan kran air kemudian amati pancuran yang keluar dari masing-masing
lubang pada botol.

10
j. Ketika air sudah sampai mulut botol, lihat angka yang muncul pada meteran dari
setiap pancuran yang mengalir.
k. Catat angka tersebut sebagai nilai x atau jarak pancuran air.

Untuk mendapat data kecepatan, nilai h yang didapat dimasukkan ke dalam rumus v =
√2.g.h untuk mencari kecepatan. Selain itu data h dan h2 yang didapat dimasukkan ke
dalam rumus x = √4.h.h2 untuk mendapat data jarak pancuran menggunakan
penghitungan rumus.

11
BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data

Data hasil eksperimen mengamati jarak pancuran air yang mengalir pada empat lubang
dengan ketinggian yang berbeda-beda dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Data jarak pancuran percobaan dan hasil perhitungan rumus

Lubang No- h1 (cm) h2 (cm) h (cm) x percobaan (cm) x rumus (cm)

1 98 97 1 11 19,69

2 98 92 6 43 46,98

3 98 87 11 56 61,87

4 98 82 16 70 72,44

Selain data di atas, dilakukan pula perhitungan kecepatan aliran air yang mengalir dari
masing-masing lubang pada botol. Data kecepatan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.2 Data kecepatan pancuran dengan perhitungan rumus

Lubang No- h1 (cm) h2 (cm) h (cm) v rumus (m/s)

1 98 97 1 0,44

2 98 92 6 1,09

3 98 87 11 1,48

4 98 82 16 1,78

12
4.2 Pembahasan Data
4.2.1 Analisa perbedaan jarak pancuran pada setiap lubang

Berdasarkan tabel 4.1, diperoleh data pancuran air terpanjang adalah air yang keluar
dari lubang keempat dengan ketinggian 16 cm dari permukaan air. Panjang dari pancuran air
terpanjang tersebut yakni 70 cm saat diukur menggunakan meteran dan 72,44 cm saat
dihitung menggunakan rumus. Dari tabel yang sama, diperoleh data pancuran air terpendek
adalah air yang keluar dari lubang pertama dengan ketinggian 1 cm dari permukaan air.
Panjang dari pancuran air terpendek tersebut yakni 11 cm saat diukur menggunakan meteran
dan 19,69 cm saat dihitung menggunakan rumus.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pancuran air terpanjang akan
mengalir dari lubang yang ketinggiannya paling tinggi dari permukaan air atau lubang yang
paling dekat dari permukaan tanah. Sebaliknya, pancuran air terpendek akan mengalir dari
lubang yang ketinggiannya paling rendah dari permukaan air atau lubang yang paling jauh
dari permukaan tanah. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa semakin besar ketinggian
lubang dari permukaan air, maka jarak pancurannya juga semakin jauh dan
sebaliknya, semakin kecil ketinggian lubang dari permukaan air, maka jarak
pancurannya juga semakin dekat. Faktor ketinggian lubang dari permukaan ini akan
mempengaruhi jarak pancuran air apabila fluida yang mengalir dari lubang merupakan fluida
ideal, dalam eksperimen ini merupakan air.

Dari data h2 pada tabel 4.1 juga dapat disimpulkan bahwa semakin rendah ketinggian
antara lubang dengan permukaan tanah, maka jarak pancurannya semakin jauh. Hal ini sesuai
dengan rumus Gerak Lurus Beraturan pada fenomena kebocoran botol atau tangki yakni x =
√4.h.h2, di mana semakin tinggi nilai h yang berpengaruh pada berkurangnya nilai h2, maka
nilai x atau jarak pancuran airnya akan semakin tinggi. Variabel-variabel pada saat
pengukuran jarak pancuran air dapat dilihat dalam gambar berikut:

13
Gambar 4.1 Eksperimen menentukan jarak pancuran air

Data pada tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa walaupun jarak setiap lubang memiliki
selisih dan kenaikan yang sama yakni sebesar 5 cm, jarak pancurannya tidak menunjukkan
penurunan yang beraturan. Misalkan antara lubang pertama dan lubang kedua jarak
pancurannya jika dihitung menggunakan rumus selisihnya 27,29 cm, sedangkan antara
lubang kedua dan lubang ketiga jarak pancurannya jika dihitung menggunakan rumus
selisihnya 14,89 cm. Hal ini berarti penambahan jarak setiap lubang secara konstan pada
botol yang sama tidak membuat penurunan jarak pancuran juga menjadi konstan. Selain itu,
selisih jarak pancuran air yang paling besar terdapat antara lubang pertama dan kedua yang
terdekat dari permukaan air. Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa selisih jarak pancuran
antar lubang akan semakin besar jika kedua lubang letaknya paling dekat dari permukaan air
dan sebaliknya, selisih jarak pancuran antar lubang akan semakin kecil jika kedua lubang
letaknya paling jauh dari permukaan air.

4.2.2 Analisa perbedaan penghitungan pancuran air secara manual dengan memakai
rumus

Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat adanya perbedaan antara jarak pancuran air yang
diukur secara manual dengan menggunakan rumus Torricelli yakni x = √4.h.h2, dengan x
adalah jarak pancuran air, h adalah tinggi antara lubang dengan permukaan air dan h2 adalah
tinggi antara lubang dengan permukaan tanah. Perbedaan itu pun relatif berbeda-beda
selisihnya pada setiap lubang. Misalnya pada lubang pertama perbedaan antara pengukuran
jarak pancuran air secara manual dengan perhitungan menggunakan rumus adalah 8,69 cm,
sedangkan pada percobaan kedua perbedaannya 3,98 cm.

Pada tabel 4.1 dapat dilihat pula bahwa pengukuran jarak pancuran air secara manual
hasilnya lebih rendah dibandingkan perhitungan pancuran air dengan rumus pada keempat
lubang. Alasannya dikarenakan kemungkinan saat melakukan pengukuran manual, angka
jarak pancuran yang didapatkan merupakan angka yang muncul ketika permukaan air belum
mencapai batas ketinggiannya. Pengukuran yang dilakukan ketika permukaan air belum
mencapai batas ketinggiannya membuat nilai h atau jarak antara permukaan air dengan
lubang pada pengukuran manual lebih rendah dari nilai h yang diukur pada rumus.
Akibatnya, jarak pancuran pada pengukuran manual cenderung lebih rendah dibandingkan
jika dihitung menggunakan rumus.

Beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi perbedaan antara jarak pancuran air yang
diukur secara manual menggunakan meteran dengan menggunakan rumus Torricelli
diantaranya:
14
1. Ketidaktelitian pada pengukuran secara manual lebih besar.

Ketika mengamati pancuran air dari setiap lubang yang jatuh pada meteran yang sudah
dipasang, terdapat keterbatasan kemampuan mata manusia untuk melihat angka yang dijatuhi
tepat oleh pancuran air tersebut. Hal ini menyebabkan pembacaan pengukuran tidak sampai
ke bilangan desimal sehingga hasil pengukuran hanya dapat dinyatakan dalam bilangan bulat.
Bahkan terkadang pengamat juga perlu memberi tafsiran atau kira-kira hasil pengukuran
akibat aliran air yang berlangsung cukup cepat. Sedangkan ketika menghitung dengan
menggunakan rumus, terdapat variabel-variabel dan konstanta yang sudah mutlak dan
terbukti melalui berbagai percobaan, sehingga peneliti hanya perlu memasukkan angka pada
variabel-variabel tersebut dan menghitungnya hingga mendapat hasil yang dicari.
Penghitungan ini pun karena dilakukan menggunakan bantuan alat kalkulator, keakuratannya
dapat mencangkup hingga bilangan desimal. Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa
ketidaktelitian pada pengukuran secara manual lebih besar dibanding perhitungan
menggunakan rumus.

2. Kecepatan respon manusia.

Faktor ini erat kaitannya dengan kerja saraf manusia dalam menyalurkan rangsangan
yang diterima kelima indera manusia menuju ke otak. Penelitian menyatakan bahwa stimulus
visual manusia memerlukan waktu sebanyak 0,25 sekon. Ini artinya diperlukan waktu 0,25
sekon dari pertama kali rangsangan visual berupa cahaya yang ditangkap mata hingga sampai
ke otak. Perbedaan waktu ini akan berpengaruh kepada seberapa cepat mata manusia mampu
menangkap setiap kejadian atau fenomena yang dilihatnya. Jika dikaitkan dengan eksperimen
ini, pancuran air dari lubang yang diamati tentu akan mengalir dengan cepat. Oleh karenanya
mata peneliti perlu cepat tanggap dalam mengamati angka pada meteran yang dijatuhi oleh
pancuran tersebut agar diperoleh hasil yang akurat. Sedangkan dalam eksperimen ini, peneliti
tidak hanya mengamati pancuran dari satu lubang saja, melainkan dari empat lubang yang
berbeda. Hal ini menyebabkan kemungkinan hasil pengukuran yang didapat tidak seakurat
pengukuran rumus akibat adanya waktu yang diperlukan otak manusia untuk merespon
stimulus visual yang dilihatnya.

4.2.3 Analisa perbedaan kecepatan pancuran pada setiap lubang

Berdasarkan tabel 4.2, diperoleh data kecepatan pancuran air tercepat adalah air yang
keluar dari lubang keempat dengan ketinggian 16 cm dari permukaan air. Kecepatan dari
pancuran air tercepat tersebut yakni 1,78 m/s. Dari tabel yang sama, diperoleh data kecepatan
pancuran air terlambat adalah air yang keluar dari lubang pertama dengan ketinggian 1 cm
dari permukaan air. Kecepatan dari pancuran air terlambat tersebut yakni 0,44 m/s. Selisih
15
kecepatan antara pancuran dengan aliran air tercepat dan terlambat jika dihitung mencapai
1,34 m/s.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pancuran air dengan aliran tercepat
akan mengalir dari lubang yang ketinggiannya paling tinggi dari permukaan air atau lubang
yang paling dekat dari permukaan tanah. Sebaliknya, pancuran air dengan aliran terlambat
akan mengalir dari lubang yang ketinggiannya paling rendah dari permukaan air atau lubang
yang paling jauh dari permukaan tanah. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa semakin
besar ketinggian lubang dari permukaan air, maka kecepatan pancurannya juga
semakin cepat dan sebaliknya, semakin kecil ketinggian lubang dari permukaan air,
maka kecepatan pancurannya juga semakin lambat. Faktor kecepatan ini dapat diamati
pada fenomena kebocoran botol apabila fluida yang mengalir tidak dipengaruhi oleh massa
jenis yang kental seperti air yang digunakan pada eksperimen ini.

Dari data h2 pada tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa semakin rendah jarak antara
lubang dengan permukaan tanah, maka kecepatan pancurannya semakin cepat. Hal ini sesuai
dengan penurunan asas Bernoulli yang menghasilkan teorema Torricelli yakni v = √2.g.h, di
mana semakin tinggi nilai h (berpengaruh pada rendahnya nilai h2) yang merupakan jarak
antara lubang dengan permukaan air, maka nilai v atau kecepatan pancuran airnya akan
semakin cepat. Variabel-variabel pada saat penghitungan kecepatan pancuran air dapat dilihat
dalam gambar berikut:

Gambar 4.2 Eksperimen menentukan kecepatan pancuran air

Data pada tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa walaupun jarak setiap lubang memiliki
selisih dan kenaikan yang sama yakni sebesar 5 cm, kecepatan pancurannya tidak
menunjukkan penurunan yang beraturan. Misalkan antara lubang pertama dan lubang kedua
selisih kecepatan pancurannya mencapai 0,65 m/s, sedangkan antara lubang kedua dan
16
lubang ketiga selisih kecepatan pancurannya mencapai 0,39 m/s. Hal ini berarti penambahan
jarak setiap lubang secara konstan pada botol yang sama tidak membuat penurunan
kecepatan pancuran juga menjadi konstan. Selain itu, selisih kecepatan pancuran air yang
paling besar terdapat antara lubang pertama dan kedua yang terdekat dari permukaan air.
Oleh karenanya, dapat disimpulkan selisih kecepatan pancuran antar lubang akan semakin
besar jika kedua lubang letaknya paling dekat dari permukaan air dan sebaliknya, selisih
kecepatan pancuran antar lubang akan semakin kecil jika kedua lubang letaknya paling jauh
dari permukaan air.

17
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari eksperimen mengamati pancuran air yang keluar lubang botol, dapat disimpulkan
bahwa pancuran dengan jarak terjauh terdapat pada lubang yang ketinggian antara lubang
dengan permukaan airnya paling besar atau lubang yang paling dekat dari permukaan tanah.
Selain itu selisih jarak pancuran antar lubang akan semakin besar jika kedua lubang letaknya
paling dekat dari permukaan air. Pengukuran jarak pancuran secara manual menggunakan
meteran juga memiliki perbedaan dengan hasil perhitungan menggunakan rumus, di mana
hasil pengukuran jarak pancuran secara manual cenderung lebih rendah dibanding hasil
perhitungan menggunakan rumus. Hal ini dapat disebabkan karena ketidakpastian pada
pengukuran manual yang lebih besar dan dapat dipengaruhi oleh kecepatan otak manusia
dalam merespon stimulus visual.

Selain itu dari data-data ketinggian yang didapat pada eksperimen, dapat dicari
kecepatan pancurannya menggunakan rumus Torricelli. Dari hasil perhitungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pancuran dengan kecepatan tercepat terdapat pada lubang yang
ketinggian antara lubang dengan permukaan airnya paling besar atau lubang yang paling
dekat dari permukaan tanah. Selain itu selisih kecepatan pancuran antar lubang akan semakin
besar jika kedua lubang letaknya paling dekat dari permukaan air.

5.2. Saran
Eksperimen sederhana ini diharapkan dapat diterapkan dalam pembelajaran di berbagai
sekolah karena dapat memudahkan pemahaman siswa-siswi terkait materi fluida dinamis
terlebih teorema Torricelli.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adinda Nurhasanah, 2018, Penerapan Teorema Torricelli dalam Mengukur Kecepatan Air
pada Botol Plastik Bocor, SMA AL Muslim, diakses pada 9 Maret 2024 pukul 11:20
WIB melalui https://nilaisiswa.files.wordpress.com/2018/11/adindanurhasanah.pdf

Ana Dhiqfaini Sultan, Rizky, Hidayat, Sri Mulyani, Wahdah Anugrah Yusuf, 2020, Analysis
of the Effect of Cross-sectional Area on Water Flow Velocity by Using Venturimeter
Tubes, Universitas Muhammadiyah Makassar, diakses pada 9 Maret 2024 pukul 11:35
WIB melalui
https://www.researchgate.net/publication/339801547_Analysis_of_the_Effect_of_Cros
s-sectional_Area_on_Water_Flow_Velocity_by_Using_Venturimeter_Tubes

Ayu Rifka Sitoresmi, 2023, November 4, Fluida adalah Zat dalam Bentuk Gas dan Cair,
Kenali Sifat-Sifat dan Besaran Fisikanya, Liputan 6, diakses pada 10 Maret 2024 18:25
WIB melalui
https://www.liputan6.com/hot/read/5444334/fluida-adalah-zat-dalam-bentuk-gas-dan-c
air-kenali-sifat-sifat-dan-besaran-fisikanya

Dr. Manal Fakhoury, 2021, Reaction Time, diakses pada 15 Maret 2024 16:50 WIB melalui
https://www.ihmc.us/wp-content/uploads/2021/03/2021-03-Reaction-Time-2.pdf

Dr. Ni Ketut Lasmi, M.PFis, 2022, IPA Fisika untuk SMA/MA Kelas XI/Kurikulum
Merdeka, Penerbit Erlangga, Jakarta Timur.

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai