Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN

PRAKTIKUM HIDROLIKA

NAMA : SELFRIANI FAHIK

NIM : 2123716668

JURUSAN : TEKNIK SIPIL

PRO/KELAS/SEM : TPIPP/D/V

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Hidrolika dengan tepat waktu.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Hidrolika.
Selain itu, Laporan Praktikum Hidrolika ini bertujuan menambah wawasan tentang
karakteristik aliran pada saluran terbuka agar dapat maendukung dalam pelaksanaan
kegiatan lanjutan (perkuliahan aplikasi di lapangan).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Joko Suparmanto, S.Pd.,


MT. dan Ibu Yohana Milo, S.ST. serta Bapak Fechri Panie S.ST selaku PLP. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan Praktikum ini dengan baik.

Penulis menyadari Laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Kupang, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Praktikum.............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan praktikum .........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2

2.1 Saluran Terbuka................................................................................................2

2.2 Klasifikasi Aliran..............................................................................................2

BAB III METODE PELAKSANAAN DAN PENGOLAHAN DATA..................4

3.1 Aliran Permanen Seragam pada Saluran Licin dan hasil pengolahan data.......4

3.2 Aliran tidak tetap akibat pembendungan dan hasil pengolahan data…..........10

3.3 Aliran melalui pintu sorong dan hasil pengolahan data..................................14

3.4 Gaya yang bekerja pada pintu sorong dan hasil pengolahan data ..............18

3.5 Loncatan air pada pintu sorong dan hasil pengolahan data............................21

3.6 Aliran melalui siphon spillway dan hasil pengolahan data …........................25

3.7 Aliran melalui ambang lebar dan hasil pengolahan data................................29

3.8 Aliran melalui ambang tajam dan hasil pengolahan data .............................33

3.9 Aliran melalui crump weir dan hasil pengolahan data....................................36

3.10 Aliran melalui bendung dan hasil pengolahan data …..................................41

3.11 Aliran melalui gorong-gorong dan hasil pengolahan data.............................46

3.12 Aliran melalui Splitters dan hasil pengolahan data ....................................50

3.13 Aliran melalui ventur dan hasil pengolahan data .......................................53

BAB IV PENUTUP ..............................................................................................58

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................58

ii
4.2 Saran...............................................................................................................58

DOKUMENTASI..................................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................60

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Modul Praktikum Hidrolika merupakan sarana penunjang bagi kegiatan demonstrasi
maupun praktikum Hidraolika. Pada Modul ini materi ditekankan pada pemahaman
hidraulika pada aliran saluran terbuka yang membahas tentang karakteristik aliran pada
berbagai kondisi, yaitu aliran melalui saluran (licin dan kasar), aliran akibat pembendungan,
aliran di atas ambang lebar maupun dibawah ambang, aliran melalui gorong-gorong, siphon,
pintu air ,gaya-gaya yang bekerja pada pintu air, aliran melalui bendung, serta aliran akibat
adanya halangan (splitters).

1.2 Rumusan masalah


Berikut perumusan masalah yang dikaji dalam praktikum ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik aliran melalui saluran terbuka dengan berbagai


kondisi?
2. Bagaiamana cara mengukur, menghitung serta menentukan beberapa variabel
yang ada dalam analisa perekayaan bangunan air antara besaran koefisien
kekasaran dan koefisien debit dari saluran terbuka?
3. Apa saja yang dapat membantu dalam pemecahan masalah yang berhubungan
dengan pemanfaatan dan pengelolaan air ?

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini, yaitu agar mahasiswa dapat :

1. Dapat mempersiapkan mahasiswa untuk mengetahui karakteristik aliran melalui


saluran terbuka dengan berbagai kondisi
2. Dapat mengukur, menghitung serta menentukan beberapa variabel yang ada dalam
analisa perekayaan bangunan air antara besaran koefisien kekasaran dan koefisien
debit dari saluran terbuka
3. Dapat membantu dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan
pemanfaatan dan pengelolaan air yang memerlukan rekayasa melalui bangunan air
(hydraulic structure) antara jaringan irigasi, drainase, konstruksim bangunan air
{Bendung, bendungan), sungai dan lain-lain.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saluran Terbuka


Saluran terbuka adalah saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan
bebas yang dipengaruhi oleh tekanan udara. Menurut asalnya, saluran dapat
digolongkan menjadi saluran alam (natural) dan saluran buatan (artificial). Saluran
alam yaitu saluran yang terbentuk secara alami, sedangkan saluran buatan adalah
saluran yang dibuat dan direncanakan sesuai dengan konteks pemanfaatannya
seperti saluran irigasi, saluran drainase, dan saluran pembawa pada pembangkit
listrik tenaga air. Kodisi aliran dalam saluran terbuka yang rumit berdasarkan
kenyataan bahwa kedudukan permukaan bebas cenderung berubah sesuai dengan
waktu dan ruang, dan juga bahwa kedalaman aliran, debit, kemiringan dasar
saluran dan permukaan bebas adalah tergantung satu sama lain. Pada saluran
terbuka jenis penampangnya dapat beragam dari bentuk bundar sampai bentuk
yang tidak teratur.
Kebanyakan aliran saluran terbuka adalah turbulen, biasanya dengan air
sebagai cairannya. Metode menganalisis aliran saluran terbuka tidak seterkembang
metode untuk konduit tertutup. Persamaam-persamaan yang dipakai
mengasumsikan turbulensi penuh, dengan kerugian tinggi tekan yang sebanding
dengan kuadrat kecepatan. Walaupun hampir segenap data tetang aliran saluran
terbuka telah diperoleh eksperimen-eksperimen mengenai aliran air, persamaan-
persamaannya kiranya akan menghasilkan nilai-nilai yang wajar untuk cairan
lainnya yang viskositasnya rendah (Streeter Victor L, 1988).
Kekasaran pada saluran terbuka tergantung pada tergantung pada kedudukan
permukaan bebas. Sebab itu pemilihan koefisien gesekan untuk saluran terbuka
lebih bersifat tidak pasti dibandingkan dengan untuk pipa. Umumnya, penyelesaian
untuk aliran saluran terbuka lebih didasarkan pada hasil pengamatan dibandingkan
dengan pada aliran pipa (Chow 1992).
2.2 Klasifikasi aliran
Secara umum aliran saluran terbuka dibagi menjadi 2 yaitu aliran permanen
(Steady flow) dan aliran aliran tidak permanen (Unsteady flow). Aliran permanen
memiliki kondisi dimana komponen aliran yang tetap atau tidak berubah terhadap
waktu, sedangkan aliran tidak permanen memiliki kondisi dimana komponen aliran
dapat berubah terhadap waktu.
Menurut penjelasan Chow (1992) jenis aliran digolongkan menjadi beberapa
jenis yang dibedakan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Waktu sebagai kriteria:

a) Aliran tunak (Steady flow) merupakan aliran dalam saluran terbuka yang
memiliki kedalaman aliran tidak berubah atau bisa dikatakan konstan dalam
suatu selang waktu tertentu.

2
b) Aliran tak tunak (Unsteady flow) merupakan aliran dalam saluran terbuka
yang memiliki kedalaman aliran berubah sesuai dengan waktu.

2. Ruang sebagai kriteria:

a) Aliran seragam (Uniform flow) merupakan aliran dalam saluran terbuka yang
memiliki kedalaman aliran sama pada setiap penampang saluran.
b) Alira berubah (non-uniform flow/varied flow) merupakan aliran dalam saluran
terbuka yang memiliki kedalaman aliran berubah sepanjang saluran.
1) Berubah tiba-tiba (rapidly varied) aliran yang kedalaman alirannya
berubah tiba-tiba pada jarak yang cukup pendek.
2) Berubah lambat laun (gradually varied) aliran yang kedalaman
alirannya berubahlambat laun pada jarak yang relatif panjang.

3
BAB III

METODE PELAKSANAAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Aliran Permanen Seragam pada Saluran Licin & kasar serta hasil pengolahan
data
a) Dasar Teori
Pada umumnya aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen (Re >12.500),
karena kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran
terbuka disebut seragam (uniform) apabila berbagai variabel aliran seperti kedalaman
tampang basah, kecepatan dan debit pada setiap tampang di sepanjang aliran adalah
konstan. Pada aliran seragam, garis energi garis muka air, dan dasar saluran adalah
sejajar sehingga kemiringan ketiga garis energi tersebut adalah sama. Kedalaman air
pada aliran seragam disebut dengan kedalarnan normal. Gambar 1. Memperlihatkan
contoh aliran permanen seragam.

Aliran disebut tidak seragam atau berubah apabila variabel aliran seperti
kedalaman (h), tampang basah (A), kecepatan (v) disepanjang saluran tidak konstan.
Apabila perubahan aliran terjadi pada jarak yang panjang, maka disebut aliran
berubah beraturan. Sebaliknya apabila terjadi pada jarak yang nde maka disebut aliran
berubah cepat.

Aliran disebut permanen apabila variabel aliran di suatu titik seperti


kedalaman (h) dan kecepatan (v) tidak berubah terhadap waktu (t). Apabila berubah
terhadap waktu maka disebut aliran tidak permanen (unsteady).

Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan
geser pada dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh komponen gaya berat
yang bekerja pada zat cair dalam arah aliran. Didalam aliran seragam, komponen gaya
berat dalam arah aliran adalah seimbang dengan tahanan geser. Tahanan geser ini
bergantung pada kecepatan aliran.

4
Berdasarkan kesetimbahgan gaya-gaya yang terjadi tersebut dapat diturunkan
rumus Chezy sebagai berikut :

V =C √ R . I

Dengan :

V = kecepatan aliran

C = koefisien Chezy

R = radius hidraulik

I = kemiringan muka air

Jika kecepatan aliran dapat diketahui, maka harga koefisien Chezy tersebut akan
diperoleh.

b) Peralatan yang digunakan


1) Multi purpose teaching flume

2) Point gauge

3) Dasar saluran dengan kekasaran (Roughness bed)

5
c) Keselamatan kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum
dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan kerja
antara lain :
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan (Standard
operating procedur, SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran
kerja serta langkah-langkah kerjanya.
3) Cek kondisi pompa yang ada didalam hydraulic bench
4) lsi tangki pada hydraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan.
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai dengan
macam percobaan
6) Hidupkan sumber listrik
7) Buka kran pengatur aliran hingga air mengalir ke saluran
8) Semua alat-alat tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak boleh
diletakkan sembarangan.
9) Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.
10) Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan da bersihkan alat-alat

d) Langkah percobaan
1) Alirkan air ke dalam saluran dengan menjalankan pompa
2) Apabila dasar saluran dimiringkan, catatlah kemiringannya sebagai (is)
3) Ukurlah kedalaman di 2 (dua) titik yang telah ditentukan jaraknya (L), 1
dibagian hulu, yang lain di bagian hilir sebagai (h1 dan h2)
4) Ukur debit aliran, kemudian ukur pula kecepatan aliran di kedua titik
tersebut sebagai (v1 dan v2)
5) Ukurlah kemiringan muka air yang terjadi yaitu : iw = is + (h1-h2)/L
6) Amati keadaan aliran yang terjadi
7) Ulangi langkah percobaan di atas untuk dasar saluran dengan kekasaran.
8) Dari hasil pengukuran tersebut tentukan besarnya koefisien Chezy untuk
dasar saluran licin maupun kasar, lalu bandingkan
9) Garnbarkan sketsa saluran dan .letak titik-titik pengukuran.

6
e) Data pengamatan dan perhitungan
1. Debit aliran = 0.8 m3/s
2. Kemiringan saluran (is) = 0 %
3. Panjang saluran (L) = 3 m
4. Lebar saluran (b) = 0.076 m
5. Kemiringan muka air (iw) = is + (h1-h2)/L

0.0409−0.0273
iw=0+ =0.005
1

6. Kedalaman aliran (h)


Hulu = 0.0409 m
Hilir = 0.0273 m

7
7. Luas penampang basah (A) = b x h
Hulu = 0.076 x 0.0409 = 0.0031084 m2
Hilir = 0.076 x 0.0273 = 0.0020748 m2
8. Keliling penampng basah (P) = 2(h) + b
Hulu = 2(0.0409) + 0.076 = 0.1578 m
Hilir = 2(0.0273) + 0.076 = 0.1306 m
9. Radius Hidraulik (R) = A/P

0.0031084
Hulu = = 0.019698352 m
0.1578

¿ 0.0020748
Hilir = = 0.015886677 m
0.1306
10. Kecepatan aliran (v)
Hulu = 1.4 m/s
Hilir = 1.7 m/s
11. Kecepatan rerata aliran (Vrerata ) = (V1+V1)/2
1.4+1.7
Vrerata = = 1.55 m/s
2
V
12. Koefisien Chezy (C) =
√R × I
1.55


C = 0.019698352+0.015886677
2
×0.005
= 173.2234866

8
1. Debit aliran = 0.8 m3/s
2. Kemiringan saluran (is) = 0 %
3. Panjang saluran (L) = 3 m
4. Lebar saluran (b) = 0.076 m
5. Kemiringan muka air (iw) = is + (h1-h2)/L

0.0505−0.0305
iw=0+ =0.007
1

6. Kedalaman aliran (h)


Hulu = 0.0505 m
Hilir = 0.0305 m
7. Luas penampang basah (A) = b x h
Hulu = 0.1 x 0.0505 = 0.003838 m2
Hilir = 0.1 x 0.0305 = 0.002318 m2
8. Keliling penampng basah (P) = 2(h) + b

9
Hulu = 2(0.0505) + 0.076 = 0.177 m
Hilir = 2(0.0305) + 0.076 = 0.137 m
9. Radius Hidraulik (R) = A/P

0.003838
Hulu = = 0.021628118 m
0.177

0.002318
Hilir = = 0.016919708 m
0.137
10. Kecepatan aliran (v)
Hulu = 1.1 m/s
Hilir = 1.1 m/s
11. Kecepatan rerata aliran (Vrerata ) = (V1+V1)/2
1.1+ 1.1
Vrerata = = 1.1 m/s
2
V
12. Koefisien Chezy (C) =
√R × I
1.1
C=
√ 0.021628118+0.016919708
2
× 0.007
= 96.97079641

3.2 Aliran tidak tetap akibat pembendungan dan hasil pengolahan data
a) Dasar Teori
Pada umumnya aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen (Re >
12.500), karena kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran
melalui saluran terbuka disebut seragam (uniform) apabila berbagai variabel
aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit pada setiap
tampang di sepanjang aliran adalah konstan. Pada aIiran seragam, garis energi
garis muka air dan dasar saluran adalah sejajar sehingga kemiringan ketiga
garis energi tersebut adalah sama. Kedalaman air pada aliran seragam disebut
dengan kedalaman normal.
Aliran disebut tidak seragam atau berubah apabila variabel aliran
seperti kedalaman (h), tampang basah (A}, kecepatan (v) disepanjang saluran
tidak konstan. Apabila perubahan aliran terjadi pada Jarak yang panjang, maka
disebut aliran berubah/beraturan lambat laun (gradually varied flow).
Sebaliknya apabila terjadi pada jarak yang pendek maka disebut aliran
berubah cepat
Sketsa definisi aliran berubah lambat laun

10
Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan
tegangan geser pada dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh
komponen gaya berat yang bekerja pada zat cair dalam arah aliran. Di dalam
aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah seimbang
dengan tahanan geser. Tahanan geser ini bergantung pada kecepatan aliran.

Berdasarkan kesetimbangan gaya-gaya yang terjadi tersebut dapat diturunkan


rumus Chezy sebagai berikut :

V =C √ R . I

Dengan :

V = kecepatan aliran
C = koefisien Chezy
R = radius hidraulik
I = kemiringan muka air
Jika kecepatan aliran dapat diketahui, maka harga koefisien Chezy tersebut
akan diperoleh.

b) Peralatan yang digunakan


1) Multi purpose teaching flume

2) Point gauge

3) Current meter

11
c) Keselamatan kerja

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan


praktikum dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin
keselamatan kerja antara lain :

1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan


(Standard operating procedur, SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan
lembaran kerja serta langkah-langkah kerjanya.
3) Cek kondisi pompa yang ada didalam hydraulic bench
4) lsi tangki pada hydraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan.
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai
dengan macam percobaan
6) Letakkan peralatan pembendungan (bendung ) pada saluran dengan
baik pada titik kait yang ditentukan
7) Hidupkan sumber listrik
8) Buka kran pengatur aliran hingga air mengalir ke saluran
9) Semua alat-alat tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak
boleh diletakkan sembarangan.
10) Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.
Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan da bersihkan alat-alat

d) Langkah percobaan
1) Alirkan air kedalam salurar dengan menjalankan pompa
2) Apabila saluran dimiringkan catatlah kemiringannya sebagai (Is)
3) Bendunglah pada ujung hilir saluran
4) Ukurlah kedalaman pada beberapa titik yang telah ditentukan
jaraknya (L), disekitar daerah pembendungan
5) Ukur debit aliran dan ukur pula kecepatan aliran di titik-titik tersebut
6) Ukurlah kemirinngan muka air yang terjadi, yaitu : l w = Is + (hn-1/2 -
hn+1/2)/L dengan hn adalah kedalaman pada titik ke n
7) Amati keadaan aliran yang terjadi
8) Dari hasil pengukuran tersebut tentukan besarnya koefisien kekasaran
chezy pada tiap titik pada aliran dengan pembendungan, amati apakah
hasilnya konstan atau berubah.
9) Gambarkan sketsa saluran dan letak titik-titik pengukuran

e) Data pengamatan dan perhitungan

12
1. Debit aliran = 0.8 m3/s
2. Kemiringan saluran (is) = 0 %
3. Panjang saluran (L)
 Titik 1= 2.5 m
 Titik 2 = 2.5 m
 Titik 3 = 2.5 m
 Titik 4 = 2.5 m
 Titik 5 = 2.5 m
4. Lebar saluran (b) = 0.076 m
5. Kemiringan muka air (iw) = is + (h1-1/2-h2+1/2)/L

(
iw=0+ 0,0631−
1
2 ) 1
−(0,0631+ )=0
2

6. Kedalaman aliran (h)


 Titik 1= 0,0631 m
 Titik 2 = 0,0612 m
 Titik 3 = 0,0128 m
 Titik 4 = 0,0331 m
 Titik 5 = 0,0207 m
7. Luas penampang basah (A) = b x h
 Titik 1 = 0,076 x 0.0631 = 0,0047956 m2
 Titik 2 = 0,076 x 0,0612 = 0,0046512 m2
 Titik 3 = 0,076 x 0,0128 = 0,000973 m2
 Titik 4 = 0,076 x 0,0331 = 0,003516 m2
 Titik 5 = 0,076 x 0,0207 = 0,001573 m2
8. Keliling penampng basah (P) = 2(h) + b
 Titik 1 = 2(0.0631) + 0,076 = 0,2782 m
 Titik 2 = 2(0,0612) + 0,076 = 0,2744 m
 Titik 3 = 2(0,0128) + 0,076 = 0,1776 m

13
 Titik 4 = 2(0,0331) + 0,076 = 0,2182 m
 Titik 5 = 2(0,0207) + 0,076 = 0,1934 m
9. Radius Hidraulik (R) = A/P
 R1 = 0,0047956/0,2782 = 0.017 m
 R2 = 0,0046512/0,2744 = 0,016 m
 R3 = 0,000973/0,1776 = 0,005 m
 R4 = 0,003516/0,2182 = 0,011 m
 R5 = 0,001573/0,1934 = 0,008 m
10. Radius Hidraulik Rerata (R) = (R1+R2+R3+R4+R5)/5
0,017+0,016+ 0,005+0,011+ 0,008
Rrerata = = 0.011 m
5
11. Kecepatan aliran (v)
 V1= 0,4 m/s
 V2 = 1,5 m/s
 V3 = 2,5 m/s
 V4 = 1,4 m/s
 V5 = 1,5 m/s
12. Kecepatan rerata aliran (Vrerata ) = (V1+V2+V3+V4+V5)/5
0 , 4+1 , 5+2 , 5+1 , 4+1 , 5
Vrerata = 5 = 1,46 m/s
V
13. Koefisien Chezy (C) =
√R × I
1.46
C= =-
√ 0,011×0

3.3 Aliran melalui pintu sorong dan hasil pengolahan data


a) Dasar Teori
sorong merupakan salah satu konstruksi pengukur dan pengatur
Pintu
debit. Pada pintu sorong ini konservasi energi dan momentum dapat
diterapkan, persamaan bernouli hanya- dapat diterapkan jika kehilangan
energi dapat diabaikan atau sudah diketahui.
Debit aliran yang terjadi pada pintu sarong pada kondisi aliran air
bebas dihitung dengan persamaan sbb:

Q=Cd . B . yg √ 2∗g∗y 0

Dimana:

Q = Debit aliran (m3/dtk)

Cd = koefisien debit

14
B = lebar pintu (m)

Yg = Tinggi bukaan pintu (m)

Y0 = Tinggi air dihulu pintu sorong (m)

Aliran melalui pintu sarong

Keterangan :

Q = debit aliran (m3/dt)


Yg = tinggi bukaan pintu (m)
H0 = tinggi tekanan total di hulu = Yo+Vo2/2g
Yo = kedalaman air di hulu (m}
H, = tinggi tekanan total di hulu = Y1+V12/2g
Y1 = kedalaman air di hilir (m)

b) Peralatan yang digunakan


1) Multi purpose teaching flume

2) Model pintu sorong (sluice gate)

3) Current meter

15
c) Keselamatan kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
praktikum dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin
keselamatan kerja antara lain :
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan
(Standard operating procedur, SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan
lembaran kerja serta langkah-langkah kerjanya.
3) Cek kondisi pompa yang ada didalam hydraulic bench
4) lsi tangki pada hydraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan.
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai
dengan macam percobaan
6) Letakkan model pintu sorong dengan baik (vertikal dan kunci dengan
erat)
7) Sisi kanan dan kiri yang berimpit dengan saluran beri plastisin agar air
tidak merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran pengatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Semua alat-alat tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak
boleh diletakkan sembarangan.
11) Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.
12) Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan da bersihkan alat-alat

d) Langkah percobaan
1) Atur kedudukan saluran hingga dasar saluran menjadi datar/horizontal
2) Pasang pintu sarong pada saluran dan jagalah agar kondisi ini tetap
vertikal.
3) Alirkan air kedalam saluran dan ukur debitnya.
4) Atur harga yg antara 20 mm dan 40 mm, misalnya diambil harga yg =
20 mm kemudian diukur Y1 dan Yo
5) Dengan debit·yang sama dengan poin 4 diatas, atur pintu sorong
hingga harga Yo antara 80 mm dan 130 mm, misalnya diambil harga Yo
=120 mm kemudian diukur yg dan y1.
6) Ubah debit dengan memutar kran dan atur pintu sarong sehingga harga
y0 sama dengan harga-harga y0 pada pain keempat, kemudian diukur y9
dan Y0
7) Dengan debit yang sama dengan poin 6 diatas, atur pintu sarong hingga
harga yg sama dengan harga y9 pada poin 3, ukur Yo dan Y1
8) Amati keadaan aliran yang terjadi.
9) Ulagi percobaan untuk debit yang lain.

16
10) Berdasarkan rumus diatas, tentukan besarnya koefisien debit pada
pintu sorong untuk kondisi aliran bebas
11) Hitung harga Ho dan H1 kemudian bandingkan hasilnya

e) Data pengamatan dan perhitungan

1. Koefisien debit (Cd)


Cd = Q/(B*Yg*(2*g*Q)^0,5)
= 0.8/(0,076*0,02*(2*9,8*0,8)^0,5)
= 631,854
2. Tinggi tekanan total di hulu (Ho)
Ho = Yo + (Vo^2/(2*g)
= 0,0354 + (1^2(2*9,8)
= 0,08642 m
3. Tinggi tekanan total di hilir ( H1)
H1 = Y1 + (V1^2/(2*g)
= 0,0155 + ( 1,6 ^2/(2*9,8))
= 0,0,146112 m
4. Deit aliran (Q) hitung
Q = Cd * B * Yg *(2*g*Yo)^0,5
= 0,8

3.4 Gaya yang bekerja pada pintu sorong dan hasil pengolahan data
a) Dasar Teori
Tekanan dinyatakan sebagai jumlah gaya tiap satuan luas. Apabila gaya
terdistribusi secara merata pada suatu luasan, maka tekanan dapat ditentukan dengan

17
F
membagi gaya dengan luas P= . Bila tekanan bekeria pada suatu bidang tegak,
A
1 1 1 2
maka gaya tekanan adalah sebesar : F h= + ρ . h= γ a . h . h= γ a h
2 2 2
Pada gambar dibawah ini terlihat mengenai gaya yang bekerja pada pintu

Gaya−gaya yang bekerja pada pintu sarong

pada gambar diatas terlihat bahwa gaya resultante yang terjadi pada pintu sorong
adalah :

( ) ( )
1 2
y0
2
ρ.Q y1
F g= ρ . g . y 1 −1 − 1−
2 y1
2
b . y1 y0

Gaya pada pintu yang.melawan gaya hidrostatis adalah:

1
F n= ρ . g . ¿
2

Dimana :

Fg = resultan gaya dorong pada pintu sorong ( non hidrostatis)


FH = resultan gaya dorong akibat gaya hidrostatis
Q = debit aliran
ρ = rapat masa fluida

g = percepatan gravitasi
B = lebar pintu sorong
Yg = tinggi bukaan pintu
Yo = kedalaman air di hulu pintu
Y1 = kedalaman air di hilir pintu

b) Peralatan yang digunakan

18
1) Multi purpose teaching flume

2) Model pintu sorong (sluice gate)

3) Current meter

4) Point gauge

5) Stop watch

19
c) Keselamatan kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
praktikum dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin
keselamatan kerja antara lain :
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan
(Standard operating procedur, SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan
lembaran kerja serta langkah-langkah kerjanya.
3) Cek kondisi pompa yang ada didalam hydraulic bench
4) lsi tangki pada hydraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan.
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai
dengan macam percobaan
6) Letakkan model pintu sorong dengan baik (vertikal dan kunci dengan
erat)
7) Sisi kanan dan kiri yang berimpit dengan saluran beri plastisin agar air
tidak merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran pengatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Semua alat-alat tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak
boleh diletakkan sembarangan.
11) Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.
12) Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan da bersihkan alat-alat

d) Langkah percobaan
1) Ukur lebar pintu sarong
2) Pasanglah pintu sorong pada saluran kurang lebih pada tengah-tengah
saluran.
3) Supaya hasil pengukuran lebih akurat, mal rongga antara model
dengan dinding saluran sebaiknyan diberi plasticine.
4) Pasang poin guage atau hook guage pada hulu dan hilir pintu.
5) Sebagai datum pengukuran adalah dasar saluran.
6) Buka pintu sarong setinggi 2 cm dari dasar.
7) Dengan perlahan-lahan alirkan air hingga Y0 mencapai 20 cm (ukurlah
dengan point guage di hulu pintu).
8) Dengan YO pada ketinggian ini, ukur debit yang terjadi. .
9) Ukur ketinggian Y1 di hilir pintu.
10) Naikan bukaan pintu setinggi 1 cm dari posisi semula.
11) Atur ketinggian air dihulu pintu agar tetap setinggi 20 cm dengan
menguah debit aliran.
12) Catatlah debit aliran yang terjadi dan ukur tinggi Y1.
13) Hitung besarnya gaya pada pinlu sorong akibat gaya hidroli maupun
akibat gaya aliran.
14) Garnbarkan grafik hubungan antara Fg/Fh dengan Yg/Y0.

20
e) Data pengamatan dan perhitungan

Percobaan 1

1. Tinggi bukaan pintu(Yg) = 0,02 m


2. Kedalaman air dihulu(Yo) = 0,2 m
3. Kedalaman air dihilir (Y1) = 0,0124 m
4. Debit aliran(Q) = 1,4 m³
5. Lebar pintu sorong(B) = 0,076 m

6.
1
Fց = ρgy ²₁
2 (y ²₀
y ²₁) ( )
−1 -
ρQ
by ₁
1−
y₁
y₀

= .1000*9,81*0,0124²( −1 )+
0,076∗0,0124 ( 0 ,2 )
1 0 , 2² 1000∗1, 4 0,0124
1− =
2 0 , 0124²
1393659
1
ρg ( y − yᵍ )²
0
7. Fн =
2
1
= .1000.9,81(0.2-0.02)² = 158.76
2
Fg 1393659
8. = = 8778,4
Fh 158.76
yg 0 , 02
9. = = 0.1
y₀ 0,2

3.5 Loncatan air pada pintu sorong dan hasil pengolahan data

a) Dasar Teori
Suatu loncatan air dapat didefinisikan sebagai suatu transisi dari aliran
superkritis (Fr >1) di hulu dari loncatan-loncatan air sampai ke aliran subkritis
(Fr < 1) di hilir dari loncatan air tersebut.

21
Apabila aliran berubah dari superkritis ke aliran subkritis, maka akan
terjadi loncatan air karena terjadi pelepasan energi. Fenomena ini dapat terjadi
apabila air meluncur di bawah pintu sarong menuju ke bagian hilir yang
mempunyai kedalaman yang sangat besar.
Loncatan yang bergelombang akan terjadi pada saat perubahan
kedalaman yang terjadi tidak besar. Permukaan air akan bergelombang dalam
rangkaian osilasi yang lama kelamaan akan berkurang rnenuju daerah dengan
aliran subkritiS

Dengan mempertimbangkan gaya-gaya yang bekerja pada Kedua sisi


loncatan air, dapat ditunjukkan bahwa :

Karena ya =y1 dan yb= y3, maka persamaan di atas dapat


disederhanakan sebagai berikut :

Dimana :

ΔH = total kehilangan energi sepanjang loncatan air


Va = kecepatan rerata sebelum loncatan air
ya = kedalaman aliran sebelum loncatan air
Vb = kecepatan rerata setelah loncatan air
yb = kedalaman aliran setelah loncatan air

b) Peralatan yang digunakan


1) Multi purpose teaching flume

22
2) Model pintu sorong (sluice gate)

3) Current meter

4) Point gauge

5) Stop watch

c) Keselamatan kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
praktikum dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin
keselamatan kerja antara lain :
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan
(Standard operating procedur, SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan
lembaran kerja serta langkah-langkah kerjanya.
3) Cek kondisi pompa yang ada didalam hydraulic bench

23
4) lsi tangki pada hydraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan.
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai
dengan macam percobaan
6) Letakkan model pintu sorong dengan baik (vertikal dan kunci dengan
erat)
7) Sisi kanan dan kiri yang berimpit dengan saluran beri plastisin agar air
tidak merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran pengatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Semua alat-alat tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak
boleh diletakkan sembarangan.
11) Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.
12) Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan da bersihkan alat-alat

d) Langkah Percobaan
1) Pasanglah pintu sarong pada saluran
2) Supaya hasil pengukuran lebih akurat, maka rongga antara model
dengan dinding saluran sebaiknyan diberi plasticine.
3) Pasang point guage atau hook guage pada hulu dan hilir pintu.
4) Buka pintu sarong setinggi 2 cm dari dasar
5) Pasang stop log di hilir saluran
6) Alirkan air perlahan-lahan sehingga nanti akan terbentuk loncatan air
terjadi dihilir
7) Amati dan gambarkan sketsa aliran/loncatan air yang terjadi
8) Naikkan tinggi air di hulu dengan mengubah debit aliran, dan naikkan
tinggi stoplog. Amati loncatan air yang terjadi dan gambarkan
sketsanya
9) Ukur kedalaman air di hulu dan di hillir loncatan air, tinggi bukaan
pintu dan ukur debitnya (y1, y3. yg dan Q)
10) Ulangi lagi untuk debit aliran yang lain
11) Hitung harga V1
12) Gambarkan grafik hubungan antara V12/gy1 dengan y3/y1
13) Hitung harga ΔH/y1 dan gambarkan grafik hubungan antara ΔH/y 1
dengan y3/y1
14)

e) Data pengamatan dan perhitungan

24
Percobaan 1
1. Tinggi bukaan pintu (Yg) = 0.02 m
2. Kedalaman aliran sebelum loncatan air (Y1) = 0.0411 m
3. Kecepatan rerata sebelum loncatan air (v1) = 3.3 m/s
4. Kedalaman aliran sebelum loncatan air (Y3) = 0.0799 m
5. Kecepatan rerata sebelum loncatan air (v3) = 1 m/s
6. Debit aliran (Q) = 1.2 m3/s
7. Kemiringan saluran (is) =0%
8. Hb = Y3+(V3²/(2*9.8))
= 0.0799+(1²/(2*9.8)) = 0.13092
9. ∆H = (y3-y1)/(4y1.y3)
= 0.0799-0.0411/4*0.0411*0.0799 = 1.204

3.6 Aliran melalui siphon spillway dan hasil pengolahan data


a) Dasar Teori
Siphon spillway merupakan salah satu bentuk bangunan pelimpah, pada
umumnya bangunan pelimpah ini hanya dapat digunakan untuk debitdebit
yang kecil, karena bila debit besar getaran yang terjadi besar pula yang
berakibat konstruksi menjadi berat dan tidak ekonomis.
Debit yang mengalir di atas bendung dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Q=C d A √ 2. g . h

Q = Debit Aliran (m3/dtk)


Cd = Koefisien Debit

25
A = Luas penampang siphon (m2)
g = percepatan gravitasi
h = beda tinggi antara muka air di inlet dan outlet siphon (m)
b) Peralatan yang digunakan
1) Multi purpose teaching flume

2) 2 model siphon spillway ( model siphon spillway dan air regulated


siphon)

3) Point gauge

c) Keselamatan kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
praktikum dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin
keselamatan kerja antara lain :
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan
(Standard operating procedur, SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan
lembaran kerja serta langkah-langkah kerjanya.
3) Periksalah peralatan utama sebelum bekerja
4) Periksalah apakah bahan-bahan praktek cukup
5) Cek kondisi pompa yang ada didalam hydraulic bench
6) lsi tangki pada hydraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan.

26
7) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai
dengan macam percobaan
8) Letakkan model siphon spillway dengan baik (vertikal dan kunci
dengan erat)
9) Hidupkan sumber listrik
10) Buka kran pengatur aliran hingga air mengalir ke saluran
11) Semua alat-alat tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak
boleh diletakkan sembarangan.
12) Gunakan mesin sesuai dengan kemampuan
13) Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.
14) Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan da bersihkan alat-alat

d) Langkah Percobaan
Percobaan Siphon spillway
1) Pasang model siphon spillway pada saluran terbuka.
2) Alirkan air ke dalam saluran dengan menjalankan pompa.
3) Biarkan air mengalir sedikit dengan demi sedikit hingga mencapai
mulut inlet siphon.
4) Biarkan air naik hingga memenuhi seluruh penampang siphon, sambil
amati karakteristik alirannya.
5) Ukurlah pebit yang terjadi.
6) Catat harga h.
7) Dengan rumus di atas (6 - 1) tentukan besarnya koefisien debit melalui
siphon.
8) Ulangi langkah langkah di atas untuk debit aliran yang lain.
9) Amati karakteristik aliran di dalam siphon dan amati pula bagian mana
yang akan mengalami gerusan di outlet siphon.

Percobaan Air regulated siphon

1) Pasang model air regulated pada saluran terbuka.


2) Alirkan air ke dalam saluran dengan rnenjalankan pompa.
3) Biarkan air mengalir sedikit, dengan demi sedikit hingga mencapai
mulut inlet siphon.
4) Biarkan air naik hingga memenuhi seluruh penampang siphon, sambil
amati karakteristik alirannya
5) Ukurlah debit yan.g terjadi.
6) Catat harga h.
7) Dengan rumus di atas (6 - 1) tentukan besarnya koefisien debit melalui
siphon.
8) Ulangi langkah-langkah di atas untuk debit aliran yang lain.
9) Amati karakteristik aliran di dalam siphon dan amati pula bagian
10) mana yang akan mengalami gerusan di outlet siphon.

27
e) Data pengamatan dan perhitungan

Siphon spillway

1. Luas penampang siphon (A) = 0.375 m


2. Percepatan gravitasi (g) = 9.8 m/s2
3. Debit aliran Percobaan 1 (Q) = 1 m3/s
4. Tinggi outlet Percobaan 1 (h0) = 0.1529 m
5. Tinggi inlet Percobaan 1 (h1) = 0,0443 m
6. Beda tinggi Percobaan 1 (h) = (h0) - (h1)

= 0.1529 – 0,0443 = 0,1912 m

7. koefisien debit (Cd) percobaan 1 = A x (2 x g x h)0,5 / Q

= 0.375 x (2 x 9,8 x 0,1912)0,5 / 1

= 0,5471

8. Q hitungan Percobaan 1 = Cd x A (2 x g x h)0,5

= 0,5471 x 0.375 (2 x 9,8 x 1912)0,5

28
= 0,2993

Air regulated siphon

1. Luas penampang siphon = 0.375 m


2. Percepatan gravitasi = 9.8 m/s
3. Debit aliran Percobaan 1 = 1 m3/s
4. Tinggi outlet Percobaan 1 (h0) = 0.203 m
5. Tinggi inlet Percobaan 1 (h1) = 0.0122 m
6. Beda tinggi Percobaan 1 (h) = (h0) - (h1)

= 0.203 – 0.0122 = 0.1912 m

7. koefisien debit (Cd) percobaan 1 = A x (2 x g x h)0,5 / Q

= 0.375 x (2 x 9.8 x 0.1912)0,5 / 1

= 0.7259

8. Q hitungan Percobaan 1 = Cd x A (2 x g x h)0,5


= 0.7259 x 0.375 (2 x 9,8 x 0.1912)0,5

= 0,5270 m3/s

3.7 Aliran Melalui Ambang Lebar (Broad Crested Weir)


a) Dasar Teori
Ambang atau pelimpah merupakan suatu bangunan air yang biasa digunakan
pada saluran terbuka untuk mencari nilai dari debit aliran air. Ambang lebar
adalah suatu struktur bangunan air dengan garis-garis aliran bergerak secara
paralel antara satu dengan yang lain paling sedikit pada suatu jarak yang pendek.
Ambang lebar banyak digunakan pada saluran irigasi yang berfungsi untuk
menentukan debit dari air yang mengalir pada saluran tersebut.
Pelimpah ambang lebar adalah suatu struktur bangunan air dengan garis-garis
aliran bergerak secara parallel antara satu dengan yang lain. Jadi, distribusi
tekanan hidrostatis dianggap terjadi pada suatu tampang kendali. Untuk
mendapatkan kondisi ini, panjang mercu pelimpah searah aliran L dibatasi oleh
tinggi energi total. Pelimpah ini dipakai sebagai alat ukur debit standar dan
besarnya debit Q dapat ditentukan dengan persamaan:
Q =1,705.Cd.B.H1,5
Dimana:

29
Cd = koefisien debit
B = lebar pelimpah (m)
H= tinggi air diatas mercu ambang (m)

Ambang lebar merupakan salah satu konstruksi pengukur debit.


Debit aliran yang terjadi dapat dihitung dengan
Q=C d.B. H 3/2
Dimana:
Q = Debit aliran (m3/dtk)
H= Tinggi tekanan total di hulu ambang = y0 +v2/2g
Cd= Koefisien debit
B= Lebar ambang

Debit aliran juga dapat dihitung sebagai berikut:


Q =C d.C v B.hu 3/2
Dimana:
Cv= Koefisien kecepatan
hu= tinggi muka air di atas hulu ambang

{ Model ambang lebar (-broad crested weir)

b) Peralatan yang digunakan


1. Multi purpose teaching flume.

30
2. Model ambang lebar/Broad crested weir.
3. Alat ukur tinggi muka air (point gauge).

4. Current Meter.

c) Keselamatan Kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum
dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan antara
lain:
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan (Standart
Operation Procedur/SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran
kerja serta langkah-langkah kerjanya
3) Cek kondisi pompa yang ada dalam hidraulic bench
4) Isi tanki pada hiraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai dengan
macam percobaan
6) Letakan model sesuai macam percobaan dengan baik dan pastikan kunci
dengan erat

31
7) Sisi kiri kanan yang berimpit dengan saluran diberi plastisin agar air tidak
merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran penatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Gunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya dan disimpan dengan baik jika
tidak digunakan
11) Pakailah sepatu, dan pakaian praktek pada saat praktikum
12) Setelah selesai, besihkan dan kumpulkan alat kerja.

d) Langkah Kerja
1) Pasanglah ambang lebar pada model saluran terbuka.
2) Alirkan air ke dalam saluran dengan menjalankan pompa.
3) Ukurlah debit aliran yang terjadi.
4) Catat harga H, yo, yc, dan hu.
5) Amati aliran yang terjadi.
6) Ulangi langkah-langkah di atas untuk debit aliran yang lain.
7) Berdasarkan persamaan diatas tentukan besarnya harga Cd dan Cv ambang
lebar.
8) Gambarkan profil aliran yang terjadi.

e) Data Hasil Perhitungan

32
Percobaan 1
1. Tinggi Ambang (P) = 0,102 m
2. Lebar Ambang (B) = 0,078 m
3. Debit Aliran (Q) = 0.8 m3/s
4. Kecepatan Air di Hulu (V0) = 0.2 m/s
5. Kedalaman Air di Hulu (Y0) = 0.1339 m
6. Tinggi Muka Air di atas Hilir Ambang (Yc) = 0,0117 m
7. Tinggi Muka Air di Hulu Ambang (hu) = y0 – P
= 0.1339 - 0,102
= 0,0319 m
2
v 3/2
8. Tinggi tekanan total dihulu ambang (H) 3/2 = ( y0 + )
2× g
= ¿) 3/2
= 0,87941
3
2
9. Koefisien debit (Cd) = BX H 0
Q
0.078 X 0.87941
=
1
= 0,08574

10. Tinggi Muka Air di Hulu Ambang (hu) 3/2 = 0,0319 3/2
= 0,00570 m
11. Koefisien kecepatan (Cv) = (Cd x B x hu 3/2) / Q
= ( 0,08574 x0,078 x 0,00570)/0,8
= 0,00005

3.8 Aliran Melalui Ambang Tajam (Sharp Crested Weir)


a) Dasar Teori
Ambang tajam merupakan salah satu alat pengukur aliran yang terdiri dari
beberapa macam dan dibedakan oleh bentuk penampangnya. Bentuk pelimpah
akan berpengaruh pada tinggi air di atas pelimpah. Sama seperti pengertian dari
ambang lebar, ambang tajam juga berfungsi untuk mengatur banyaknya debit air
yang mengalir dan juga untuk menentukan aliran.

33
Pelimpah ambang tajam adalah suatu struktur bangunan air dengan panjang
mercu searah aliran sama dengan atau lebih kecil dari dua milimeter. Umumnya
bangunan ini dipakai untuk mengukur debit.

Q = 2/3 Cd.√g.h3
Dimana:
Cd = koefisien debit
Q = debit aliran (m3/s)
g = Percepatan Gravitasi
H= tinggi air diatas mercu ambang (m)

b) Peralatan yang digunakan


1. Multi purpose teaching flume.

2. Model ambang tajam/sharp crested weir.


3. Alat ukur tinggi muka air (point gauge).

4. Current Meter

34
c) Keselamatan Kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum
dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan antara
lain:
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan (Standart
Operation Procedur/SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran kerja
serta langkah-langkah kerjanya
3) Cek kondisi pompa yang ada dalam hidraulic bench
4) Isi tanki pada hiraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai dengan
macam percobaan
6) Letakan model sesuai macam percobaan dengan baik dan pastikan
kuncidengan erat
7) Sisi kiri kanan yang berimpit dengan saluran diberi plastisin agar air tidak
merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran penatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Gunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya dan disimpan dengan baik jika
tidak digunakan
11) Pakailah sepatu, dan pakaian praktek pada saat praktikum
12) Setelah selesai, besihkan dan kumpulkan alat kerja.

d) Langkah Kerja
1) Pasanglah ambang tajam pada model saluran terbuka.
2) Alirkan air ke dalam saluran dengan menjalankan pompa.
3) Ukurlah debit aliran yang terjadi.
4) Catat harga h
5) Amati aliran yang terjadi.
6) Ulangi langkah-langkah di atas untuk debit aliran yang lain.
7) Berdasarkan persamaan tentukan besarnya harga koefisien debit (Cd)
8) Gambarkan profil aliran yang terjadi
9) Amati kondisi aliran pada saat terjadi aliran dengan punggung aliran berimpit
dengan badan bendung.
35
e) Data Hasil Perhitungan

Percobaan 1

1. Lebar Ambang (B) : 0,078 m


2. Tinggi Ambang (P) : 0,115 m
3. Volume air : 5 liter
4. Kemiringan saluran (is) :0
5. Waktu (s) : 3.82 detik
6. Tinggi muka air di atas ambang (h) : 0,355 m
7. h 3/2 : (0,355) 3/2
: 0,21152 m
8. Debit Aliran (Q) : 1 m3/dtk
9. Kecepatan(v) : 4.4 m/dtk
Q
10. Koefisien debit (Cd) = 2
xBx √ gxh 3
3
1
=2
x 0.078 x √ 9 , 81 x 0,3553
3
= 68,5949

3.9 Aliran Melalui Crump Weir


a) Dasar Teori
Crump weir adalah peluap bersegitiga (triangular profil), dimana rincian
bendung dengan profil segitiga ini telah dikembangkan di Stasiun Riset Hidrolika

36
pada tahun 1952. Crump weir dituntut untuk memberikan kinerja yang lebih dapat
diprediksi dalam kondisi terendam dari panjang lainnya berbasis bendung dimana
Crump weir diusulkan mempunyai kemiringan 1:2 pada bagian hulu dan
kemiringan 1:5 pada bagian hilir. Lereng hulu dirancang sehingga sedimen yang
ada tidak akan mencapai puncak sedangkan lereng hilir dangkal cukup untuk
memungkinkan lompatan hidrolik terbentuk pada bendung di bawah kondisi aliran
modular sehingga memberikan energi dissipator terpisahkan.
Aliran melalui crump weir dapat dibedakan pada kondisi aliran modular dan
non modular seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Dimana :
Qm= Debit aliran modular
Q= Debit aliran non modular
H0= Tinggi tekanan total di hulu ambang = y0 +v2/2g
Y0= Kedalaman air di hulu ambang (m)
H1= Tinggi tekanan total di hilir ambang = y1 +v2/2g
Y1= Kedalaman air di hilir ambang (m)

Debit aliran yang terjadi pada crump weir untuk kondisi aliran modular
dihitung
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Qm = Qd .B. H 0√ g.H0
Dimana:

37
Qm= Debit aliran modular (m3/dtk)
Ho= Tinggi tekanan total di hulu ambang = y0 +v2/2g
Cd= Koefisien debit
b= Kebar ambang

Pada kondisi aliran non modular, aliran di hulu sudah dipengaruhi oleh
perubahan tinggi tekanan hilir. Oleh karena itu debit yang dihasilkan pada kondisi
aliran non modular perlu dikoreksi.
Q = f .Qm

Dimana:
f= Faktor koreksi
Q= Debit aliran non modular

b) Peralatan yang digunakan


1. Multi purpose teaching flume.

2. Model crump weir.


3. Alat ukur tinggi muka air (point gauge).

4. Current Meter.

38
c) Keselamatan Kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum
dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan antara
lain:
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan (Standart
Operation Procedur/SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran kerja
serta langkah-langkah kerjanya
3) Cek kondisi pompa yang ada dalam hidraulic bench
4) Isi tanki pada hiraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai dengan
macam percobaan
6) Letakan model sesuai macam percobaan dengan baik dan pastikan kunci
dengan erat
7) Sisi kiri kanan yang berimpit dengan saluran diberi plastisin agar air tidak
merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran penatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Gunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya dan disimpan dengan baik jika
tidak digunakan
11) Pakailah sepatu, dan pakaian praktek pada saat praktikum
12) Setelah selesai, besihkan dan kumpulkan alat kerja.

d) Langkah Kerja
1) Pasanglah crump weir pada model saluran terbuka.
2) Alirkan air ke dalam model saluran terbuka, sehingga diperoleh kondisi
aliran modular.
3) Ukurlah debit aliran yang terjadi.
39
4) Catat harga H0, Y0, H1, danY1.
5) Ulangi percobaan untuk debit yang lain
6) Berdasarkan persamaan tentukan besarnya harga Cd crump weir
7) Bendunglah bagian hilir sehingga diperoleh kondisi aliran non modular
8) Ukur debit aliran yang terjadi (Q)
9) Dengan persamaan tentukan debit modular
10) Tentukan faktor koreksi dengan persamaan
11) Gambarkan profil aliran yang terjadi.

e) Data Hasil Perhitungan

Dimana :

Y0 = Kedalaman air Hulu ambang (m)

Y1 = kedalaman air hilir ambang (m)

Q = Debit Aliran m3/dtk

Qm = debit aliran modular = Qm =Cd .B . H . √ g . H


0 0

40
V0 = kecepatan aliran di hulu

V1 = kecepatan aliran di hilir


2
V
H0 = tinggi tekanan total hulu ambang = y 0 +
2G
2
V
H1 = tinggi tekanan total hilir ambang = y 1 +
2G

hasil pengamatan pada airan kondisi Modular

Y0 = 97.5 mm => 97.5 : 1000 = 0.0975 m

Y1 = 19.6 mm => 19.6 : 1000 = 0.0196 m

Q = 1.3 m3/dtk

Qm = 1.3 m3/dtk

V0 = 0.7 m/s

V1 = 1.3 m/s
2
0.7
H0 = 0.0975+ = 0.12247 m
2 x 9.81
2
1.3
H1 = 0.0196+ = 0.87638 m
2 x 9.81

Qm = C d ¿ Q m. B . H . √ g . H
0 0

C d=1.3 × 0.078 ×0.12247 × √ 9.81 × 0.12247=112.979

Aliran kondisi Non Modular

Q = F . Qm ¿> F=Q /Q m

= F=1.3/1.3

= 1

3.10 Aliran Melalui Bendung (Overflow Weir)


a) Dasar Teori
Bendung merupakan konstruksi untuk menunjukkan elevasi muka air di
sungai dan berfungsi pula sebagai sarana pengukur debit aliran. Bendung juga
merupakan bentuk bangunan pelimpah yang paling sederhana. Sifat- sifat aliran
melalui bendung pada awalnya dikenal sebagai dasar perencanaan pelimpah

41
dengan mercu bulat, yakni profil pelimpah yang ditentukan sesuai dengan bentuk
permukaan tirai luapan bawah di atas bendung mercu tajam.
Debit yang mengalir di atas bendung dapat dihitung dengan formula sebagai
berikut:
2
Q= C d B √2. g( y 0−P)
3
3
Dimana:
(Y0- P) = jarak vertikal antara muka air di hulu bendung dengan puncak
Bendung (m)
B = lebar bendung (m)
Cd = Koefisien Debit
g = Percepatan Gravitasi (m/s2)

Aliran melalui bendung

Loncatan hidraulik pada bendung:


Aliran yang melewai bendung akan mengalami loncatan hidraulik akibat
terjadinya pelepasan energi akibat berubahnya kondisi aliran super kritis menjadi
sub kritis.
Suatu loncatan air dapat terbentuk pada saluran apabila memenuhi persamaan:
y2 y1 =12 (– 1+√ 1+8 Fr12)
Dimana:
Y2 = Tinggi muka air di hilir loncatan hidraulik
Y1 = Tinggi muka air di hulu loncatan hidraulik
Fr1 = Bilangan froude = V 1/(g.Y1)1/2

Panjang loncatan air dapat dihitung dengan peramaan empiris:


L = 5 s/d 7 (Y2 – Y1
42
dimana L = panjang loncatan hidraulik.

b) Peralatan yang digunakan


1. Multi purpose teaching flume.

2. Model bendung/ Ogee weir dengan tiga macam lantai belakang.


 Blended reverse curvature
 Ski jump
 Sloping apron

3. Alat ukur tinggi muka air (point gauge).

4. Current Meter.

43
c) Keselamatan Kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum
dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan antara
lain:
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan (Standart
Operation Procedur/SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran
kerja serta langkah-langkah kerjanya
3) Cek kondisi pompa yang ada dalam hidraulic bench
4) Isi tanki pada hiraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai dengan
macam percobaan
6) Letakan model sesuai macam percobaan dengan baik dan pastikan kunci
dengan erat
7) Sisi kiri kanan yang berimpit dengan saluran diberi plastisin agar air tidak
merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran penatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Gunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya dan disimpan dengan baik jika
tidak digunakan
11) Pakailah sepatu, dan pakaian praktek pada saat praktikum
12) Setelah selesai, besihkan dan kumpulkan alat kerja.

d) Langkah Kerja
1) Pasanglah model bendung pada saluran terbuka.
2) Alirkan air ke saluran dengan menjalankan pompa.

44
3) Ukur debit aliran yang terjadi.
4) Catat hargaY0
5) Dengan menggunakan rumus diatas, tentukan besarnyan koefisien debit
melalui bendung.
6) Gambar profil aliran yang terjadi.
7) Amati loncatan air yang terjadi di hilir bendung, ukur Y1,Y2, dan L dan
tentukan kecepatan yang terjadi pada aliran di hulu loncatan hidraulik.
8) Bandingkan panjang loncatan hidraulik tersebut dengan rumus
9) Amati pula bagian mana yang akan mengalami gerusan yang
membahayakan?
10) Pasanglah lantai bendung yang lain pada bagian hilir dibelakang model
bendung tersebut.
11) Amati loncatan hidraulik yang terjadi, bandingkan dengan kondisi
sebelumnya.
12)
e) Data Hasil Perhitungan

45
Percobaan Sloping Apron 1
1. Tinggi bendung (P) = 0.18 m
2. Lebar bendung (B) = 0.08 m
3. Tinggi vertikal antara muka air di hulu Bendung (Y0-P)
= 0.2107 m
4. Debit aliran = 0.8 m3/s
5. Tinggi muka air di hulu loncatan (Y1) = 0.0061 m
6. Kecepatan air di hulu loncatan (V1) = 0.2 m/s
1/ 2
7. Bilangan froud (fr) Fr ¿ V 1/(g . y 1)

1
¿ 0.2/(9.8∗0.0061)
2
= 0.165
2 3
8. Koefisien debit (Cd) Cd = Q/( xB √ 2 g(Y 0−P) )
3
2 3
= (0,8/( x 0.08 √ 2 x 9.8 (0.2107−0.18) )
3
= 20.15

3.11 Aliran Melalui Gorong- Gorong (Culvert)


a) Dasar Teori
Gorong- gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air
(saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya
saluran), dibawah jalan, atau jalan kereta api. Gorong-gorong juga digunakan
sebagai jembatan ukuran kecil, digunakan untuk mengalirkan sungai kecil atau
sebagai bagian drainase ataupun selokan jalan.
Karakteristik alirannya sangat rumit, karena aliran tersebut dikontrol oleh
beberapavariabel, antara lain: geometri pemasukan, kemiringan, ukuran,
kekasaran, keadaan air bawah dan lain-lain. Oleh karena itu penelitian mengenai
aliran yang melalui gorong-gorong harus dilakukan di laboratorium atau
penelitian lapangan. Pada penelitian ini akan diamati rentang dari pola-pola aliran
yang terjadi, energi yang terjadi dan karakteristik aliran serta mengamati kondisi
dimana gorong-gorong tersebut bekerja penuh.

46
Kinerja gorong-gorong ini didefinisikan sebagai yc/d ( atau H*). Nilai H*
bervariasi antara 1,2 sampai 1,5 kali tinggi gorong-gorong, tergantung pada
geometri masukan, karakteristik kubah dan keadaan saluran gorong-gorong.
Untuk analisa pendahuluan dapat digunakan batas atas H* = 1,5 d, dimana d =
tinggi gorong-gorong dari dasar saluran, yo adalah kedalaman aliran di hulu
gorong-gorong pada titik dimana gorong-gorong tersebut bekerja penuh.

b) Peralatan yang digunakan


1. Multi purpose teaching flume.

2. Model Gorong-gorong/culvert.

3. Alat ukur tinggi muka air (point gauge).

4. Current Meter.

47
c) Keselamatan Kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum
dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan antara
lain:
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan (Standart
Operation Procedur/SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran
kerja serta langkah-langkah kerjanya
3) Cek kondisi pompa yang ada dalam hidraulic bench
4) Isi tanki pada hiraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai dengan
macam percobaan
6) Letakan model sesuai macam percobaan dengan baik dan pastikan
kuncidengan erat
7) Sisi kiri kanan yang berimpit dengan saluran diberi plastisin agar air tidak
merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran penatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Gunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya dan disimpan dengan baik jika
tidak digunakan
11) Pakailah sepatu, dan pakaian praktek pada saat praktikum
12) Setelah selesai, besihkan dan kumpulkan alat kerja.

d) Langkah Kerja
1) Pasanglah model gorong-gorong pada saluran kurang lebih pada tengah-
tengah saluran.
2) Supaya pengukurannya lebih akurat, maka rongga antara model dengan
dinding saluran sebaiknya diberi plastisin.
3) Pasang point gauge atau hook gauge pada hulu dan hilir model gorong-
gorong.
4) Sebagai datum pengukuran adalah dasar saluran.

48
5) Dengan perlahan-lahan alirkan air hingga mencapai ketinggian dimana
gorong-gorong bekerja penuh.
6) Gambarkan sketsa aliran yang terjadi.
7) Ukur debit aliran dan yo.
8) Turunkan air pada gorong-gorong, tambahkan stop log di akhir saluran,
ukur debit, yo, y1 dan Q pada saat gorong-gorong tersebut bekerja penuh
lagi.
9) Ulangi langkah-langkah di atas dengan menambah stop log hingga tidak
ada aliran sama sekali

e) Data Hasil Perhitungan

f)

Gorong-gorong tampa bendung


Tinggi muka air di hulu loncatan (Y1) = 0.10402 m
Tinggi muka air di atas bendung (d) = 0.035 m
Yc /d = H dan H=Y1- d
Maka, Yc/d = 0,10402 / 0,035
= 0,51571 m

Gorong-gorong dengan stoplog


49
Tinggi muka air di hulu loncatan (Y1) = 0.04802 m
Tinggi muka air di atas bendung (d) = 0.035 m
Sehingga, yc/d = 0.04802 / 0,035
= 1.372 m

3.12 Aliran Melalui Splitter


a) Dasar Teori
Aliran melalui splitters menunjukkan adanya gangguan yang terjadi pada
aliran melalui saluran terbuka akibat melalui tiang jembatan atau struktur
penyangga pada spillway bendungan. Pengaruh gangguan ini terutama pada saat
aliran ini terbagi menjadi 2 aliran.
Gangguan ini mengakibatkan turbulensi pada aliran saat 2 aliran bergabung
menjadi satu pada ujung akhir/hilir splitter. Kehilangan energi juga menghasilkan
gaya seret. Besarnya kehilangan energi dan gaya seret tergantung pada bentuk
splitter dan besarnya penyempitan tampang. Perilaku gangguan ini didefinisikan
sebagai berikut:

Q = K A.b1. y2(2.g.h2+V02)1/2
Dengan:
Q = Debit aliran
K A= Koefisien konstraksi
b1= (Lebar saluran – Lebar splitter)
y2= Kedalaman aliran di hilir splitters
h2= Tinggi pembendungan = yo – y2
V0= Kecepatan aliran di hulu
g= Percepatan grafitasi

50
Aliran melalui splitters

b) Peralatan yang digunakan


1. Multi purpose teaching flume.

2. Model Splitter

3. Alat ukur tinggi muka air (point gauge).

4. Current Meter.

51
c) Keselamatan Kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum
dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan antara
lain:
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan (Standart
Operation Procedur/SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran kerja
serta langkah-langkah kerjanya
3) Cek kondisi pompa yang ada dalam hidraulic bench
4) Isi tanki pada hiraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai dengan
macam percobaan
6) Letakan model sesuai macam percobaan dengan baik dan pastikan kunci
dengan
erat
7) Sisi kiri kanan yang berimpit dengan saluran diberi plastisin agar air tidak
merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran penatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Gunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya dan disimpan dengan baijika
tidak digunakan
11) Pakailah sepatu, dan pakaian praktek pada saat praktikum
12)Setelah selesai, besihkan dan kumpulkan alat kerja.

d) Langkah Kerja
1) Pasanglah model splitters pada tengah-tengah saluran.
2) Ukur bo dan b1.
3) Alirkan air pada saluran.
4) Pasang point gauge pada tepat di hulu dan di hilir splitters.
5) Tambahkan stop log padaakhir saluran untuk memperoleh ketinggian tertentu
yang tidak sampai menenggelamkan model.
6) Ukur debit aliran yang terjadi.

52
7) Ukur yo dan y1.
8) Naikkan debit secara bertahap dan pastikan bahwa model tidak sampai terendam,
ulangi langkah yang sama seperti di atas. Hitung besarnya koefisien konstraksi

e) Data Hasil Perhitungan

Keterangan :

Q : debit aliran

K A : koefisienkonstraksi

b 1 : (lebar saluran – lebar splitter )

y 2 : kedalamanaliran di hilir splitter

h2 : tinggipembendungan = y 0 - y 2

v 0 : kecepatan aliran

g : percepatan gravitasi (9,81 m/s)

K A = Q /b 2. y 2(2.gh2 + v 20 ¿1 /2

K A = 1.3/0.067 * 0.0488(2*9,81 * 0,0103+ 1 , 4 2 ¿1 /2

K A = 28.5302m3/s

3.13 Aliran Melalui Venturi


a) Dasar Teori

53
Dengan menyempitkan tampang saluran pada suatu ruan saluran, maka
perubahan kecepatan dan tinggi aliran pada tampang tersebut dapat digunakan
untuk menghitung debit yang lewat.
Ada dua macam aliran melalui penyempitan:
a. Persamaan untuk keadaan aliran tenggelam non modular

Bila aliran melalui penyempitan adalah aliran tenggelam maka untuk


memperkirakan debit yang lewat, kedalaman muka air hulu h1 dan kedalaman
pada penyempitan h2 harus diukur. Bila tidak terjadi kehilangan tenaga maka
persamaan bernoulli untuk tampang 1 dan 2 dapat dituliskan sebagai berikut:

Persamaan kontinuitas: Bo.ho.Uo = B1.H1.U1

Atau

b. Persamaan untuk keadaan modular

Pada keadaan aliran bebas, pelimpah ambang lebar lebih sempurna untuk
mengukur debit. Pada keadaan ini di hilir penyempitan akan terbentuk loncatan air

54
pada penyempitan terjadi aliran kritik sehingga untuk mengetahui debit yan lewat
cukup diukur kedalaman hulu h0.

Atau q =g1/2 (2/3 H )2/3`


Dan Qideal = B1g1/2(2/3 H0)2/3
Q = 1.7 B1 H0 3/2
Karena pada pengukuran dilapangan yang langsung diukur ialah h, maka kedalam
persamaan diatas harus diberikan factor koreksi Cv, sehingga di dapat:
Q nyata= 1.7 Cd CvB1h03/2
Cv = ( H0−2,25/h0−2,25 )3/2
Catatan:
m = A0A1
A0 =B0h0
A1 =B1h1
A2 =B1h

b) Peralatan yang digunakan


1. Multi purpose teaching flume.

2. Model talang venture


3. Alat ukur tinggi muka air (point gauge).

4. Current Meter.

55
c) Keselamatan Kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum
dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan antara
lain:
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan (Standart
Operation Procedur/SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran
kerja serta langkah-langkah kerjanya
3) Cek kondisi pompa yang ada dalam hidraulic bench
4) Isi tanki pada hiraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai dengan
macam percobaan
6) Letakan model sesuai macam percobaan dengan baik dan pastikan
kuncidengan erat
7) Sisi kiri kanan yang berimpit dengan saluran diberi plastisin agar air tidak
merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran penatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Gunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya dan disimpan dengan baik jika
tidak digunakan
11) Pakailah sepatu, dan pakaian praktek pada saat praktikum
12) Setelah selesai, besihkan dan kumpulkan alat kerja.

d) Langkah Kerja
1) Memasang talang venture pada saluran dengan mendirikannya pada
saluran
2) Ukuran lebar talang dihulu dan hilir (Bo dan B1

56
3) Alirkan air ke dalam flume
4) Ukur h0, h1, h2 dan Q
5) Naikan aliran secara bertahap dan amati pola alirannya
6) Ukur h0, h1dan Q serta harganya
7) Pasang stop log diakhir saluran
8) Ulangi prosedur diatas
9) Tambahkan 1 stop log lagi untuk menaikkan kedalaman air di hilir dan
menggenangi venturi
10) Amati pengaliran yang terjadi dan buat sketsa alirannya.
11) Hitunglah koefisien debit yang terjadi
12) Buatlah grafik hubungan h dngan Q
13) Gambarkan grafik hubungan Cd dengan h0/h2 untuk aliran modular
14) Gambarkan grafik hubungan Cd dengan h0/h2 untuk aliran non modular

e) Data Hasil Perhitungan

Keterangan :

Q : Debit Aliran

B1: Lebar Saluran

h1 : Tinggi tekanan total hilir

h o: Tinggi tekanan total hulu

Percobaan 1 :

B 1 h1
m =
B0h0

57
0.03∗0.0659
m =
0.078∗0.1185

m = 0.21389

Q
C d=
Cd . b 1.h 1
¿
√2 g ¿ ¿ ¿ ¿
C d=1.3 /(0.03∗0.0659)√ ( 2 . 9 , 8 ( 0.1185−0.00659 ) /1−0.213892 ) ¿ ¿

= 683.481

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan praktikum hidrolika ini mahasiswa lebih dapat


mengetahui hasil dari berbagai percobaan saluran terbuka melalui percobaan aliran
pada Saluran Licin dan kasar, pembendungan, ambang lebar, ambang tajam, crump
weir, Splitters, dan ventur

4.2 Saran
Saran dari praktikum kali ini adalah :
1. Diperlukan konsentrasi/ketelitian dalam menentukan ukuran dalam percobaan.
2. Disiplin dalam melakukan praktikum.
3. Mahasiswa hendaknya selalu diawasi oleh pembimbing dalam pelaksanaan
praktikum

58
59
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1997. lrigasi dan Bangunan AirGunadanna. Jakarta.

Anggrahini. 19 7. Hidrolika Saluran Terbuka. CV. Citra Media. Surabaya.

Chow, V.T., Rosalinan, NensL 1992. Hidrolika Saluran Terbuka. Erlangga.

Jakarta.

Direktorat Jenderal Pengairan. 1986. Standar Perencanaan lrigasi Kriteria

Perencanaah Bagian Bangunan Utama (KP - 02). Departemen Pekerjaan


Umum. Bandung.

Direktorat Jenderal Pengairan. 1986. Standar Perencanaan lrigasi Kriteria

Perencanaan Bagian Bangunan (KP - 04). Departemen Pekerjaan

Umum. Bandung

Kodoatie, R.J. 2009. Hidrolika Terapah Aliran Pada Saluran Terbuka dan

Pipa. Andi. Yogyakarta

Maryono, Agus., Muth, W., Eise-nhauer,N. 2001. Hidrolika Terapan. PT.

Pradnya Paramita. Jakarta.

Mawardi, Erman. 2010. Desain· Hidraulik Sangunan irigasi. Alfabeta.

Bandung.

Mawardi, Erman dan Memed, Moch. 2006. Desain Hidraulik Bendung

Tetap untuk lrigasi Teknis. Alfabeta. Bandung.

Suroso. 2008. Hidrolika D sar Jilid 2. Bargie Media. Malang.

Triadtmodjo, Bambang:Beta Offset. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai