Dosen :
Dr. Ir. Sukirno, M.Eng.
Disusun oleh:
Kelompok 11
Hans (1606871404)
Miranda Talitha Zagita (1606871461)
Yohanes Pandu Wicaksono (1606907814)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
dan mencurahkan berkat serta rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktu yang telah ditentukan.
Tak sedikit kendala yang kami alami dan hadapi dalam penyelesaian makalah ini, namun
semua itu tidaklah menurunkan niat kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan
maksimal dan tepat waktu.
Rasa serta ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam proses pembuatan hingga penyelesaian makalah ini. Pertama – tama kami
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen Penanggungjawab Modul Sirkuit Fluida,
Dr. Ir. Sukirno, M.Eng., dan Asisten Laboratorium Praktikum Sirkuit Fluida, Alan Jose, yang
telah membimbing kami dalam melaksanakan praktikum, beserta keluarga yang telah
memberikan dukungan terhadap kami.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan dapat
dipergunakan sebaik-baiknya. Segala kritik dan saran akan terima demi meningkatnya ilmu
pengetahuan dan perbaikan dalam membuat makalah lainnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Tujuan Percobaan..................................................................................................4
1.2 Batasan Masalah....................................................................................................4
BAB II TEORI DASAR.............................................................................................................5
2.1 Jenis Aliran Fluida dalam Pipa.............................................................................5
2.2 Venturi Flowmeter.................................................................................................5
2.3 Laju Aliran Massa dan Laju Aliran Volumetrik pada Venturimeter...................7
2.4 Orifrice Flowmeter..............................................................................................7
2.5 Pemulihan Tekanan pada Orifrice Meter..........................................................10
2.6 Hubungan Faktor Friksi dengan Bilangan Reynolds.........................................11
2.7 Faktor Friksi akibat Fittings..............................................................................12
BAB III PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA.........................................................13
3.1. Percobaan 1: Kalibrasi Orifricemeter...............................................................13
3.2. Percobaan 2: Kalibrasi Venturimeter...............................................................16
3.3. Percobaan 3: Pengukuran Pipe Friction Factor ..............................................20
3.4. Percobaan 4: Pengukuran Equivalent Length pada Fittings.............................23
3.5. Percobaan 5: Pengukuran Gate Valve..............................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................27
4.1. Percobaan 1: Kalibrasi Orifricemeter.................................................................27
4.2. Percobaan 2: Kalibrasi Venturimeter.................................................................28
4.3. Percobaan 3: Pengukuran Pipe Friction Factor..................................................29
4.4. Percobaan 4: Pengukuran Equivalent Length pada Fittings...............................29
4.5. Percobaan 5: Pengukuran Gate Valve................................................................30
BAB V KESIMPULAN...........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB 2
DASAR TEORI
5
dibor dari bagian dalam tabung sampai ke ruang annulus itu. Cincin annulus dan
lubang-lubang kecil itu merupakan cincin piezometer (piezometer ring), yang memiliki
fungsi untuk meratakan tekanan-tekanan yang disalurkan oleh masing-masing lubang
kecil. Tekanan rata-rata itu lalu ditransmisikan melalui sambungan untuk tekanan hulu
F.
Pada bagian leher dari venturi flow meter, terdapat juga sebuah cincin piezometer
yang dibentuk dengan ruang annulus integral G dan pelapis H. Pelapis tersebut juga
dibor dengan teliti dibentuk pada diameter tertentu, karena ketelitian meteran tersebut
akan berkurang apabila leher tersebut tidak dibuat dengan toleransi ketat. Tekanan pada
leher lalu ditransmisikan melalui penyadap tekanan I. Sebuah manometer atau alat lain
untuk mengukur tekanan dipasang di antara lubang sadap F dan I.
Dalam venturi, kecepatan fluida akan meningkat dan tekanannya akan menurun di
dalam kerucut sebelah hulu. Penurunan tekanan di dalam kerucut hulu itu dimanfaatkan
untuk mengukur laju aliran melalui instrumen ini. Kecepatan fluida kemudian akan
menurun lagi dan sebagian besar tekanan awalnya akan kembali meningkat di dalam
kerucut sebelah hilir. Agar pemulihan tekanan itu besar, sudut kerucut hilir C dirancang
menjadi kecil sehingga pemisahan lapisan batas dapat dicegah dan gesekan yang terjadi
pun akan menjadi minimum.
Karena pada bagian yang penampangnya mengecil tidak ada pemisahan, maka
kerucut hulu dapat dibuat lebih pendek daripada kerucut hilir. Gesekan yang terjadi di
sini pun relatif kecil. Oleh karena itu, ruang dan bahan yang digunakan untuk
membuatnya pun dapat dihemat. Walaupun venturi ini dapat digunakan juga untuk
mengukur gas, namun alat ini biasanya digunakan untuk mengukur zat cair, terutama
air, pengolahan di bawah ini terbatas pada fluida incompressible.
Kecepatan aliran v dihitung dengan persamaan :
Q
v=
A
dimana:
v = kecepatan aliran yang mengalir pada venturi(m/s)
A= luas penampang yang dilewati fluida (m2)
Dengan luas penampang sebesar:
6
1
A= π D2
4
Persamaan kontinuitas untuk aliran yang melalui saluran berpenampang bundar adalah:
( )
2
Db
V a= V b =β 2 . V b
Da
Dimana:
Da = diameter pipa
Db = diameter leher
Dengan mensubstitusi 2 persamaan di atas akan diperoleh persamaan baru sebagai
berikut :
V b=
1
√ αb −β 4 α a √ 2 g c ( p a − pb )
ρ
2.3. Laju Aliran Massa dan Laju Aliran Volumetrik pada Venturimeter
Nilai yang dicari pada umumnya bukanlah kecepatan melalui leher venturi Vb.
Laju aliran yang lebih difokuskan adalah laju aliran massa atau laju aliran volumetrik
melalui venturi. Laju aliran massa dihitung dengan mensubstitusi persamaan 4 ke dalam
persamaan kontinuitas untuk aliran melalui suatu tabung dimana kecepatan dalam satu
penampang dianggap tidak sama, yaitu :
C v . Sb
m=V b S b ρ= √2 g c ( pa− pb ) ρ
√ 1−β 4 …(2.14)
Laju aliran volumetrik diperoleh dengan membagi laju aliran massa dengan
densitas menjadi seperti berikut:
…(2.15)
Dengan: m = laju aliran massa
Sb = luas leher
q = laju aliran volumetrik
Gambar 2. Orificemeter
Peralatan ini terdiri dari plat yang diberi lubang dan dibuat menggunakan mesin
secara teliti serta dipasang di antara dua flens sehingga lubang tersebut konsentrik
dengan pipa tempat memasangnya. Lubang plat itu dapat dibuat miring ke sisi hilir.
Sensor tekanan berada di hulu dan satu di hilir orifice yang dipasang dan dihubungkan
dengan manometer atau peralatan pengukuran tekanan lainnya. Posisi lubang sadap
dapat dipasang sembarang dan koefisien alat ukur tersebut bergantung pada letak
lubang sadap itu.
Prinsip orificemeter mirip dengan prinsip venturi. Penurunan penampang arus
aliran melalui orifice menyebabkan tinggi-tekan kecepatan meningkat tetapi tinggi
tekan tekanan menurun, dan penurunan tekanan antara kedua titik sadap diukur dengan
manometer.
Ada suatu kesulitan besar yang terdapat pada orifice yang tidak terdapat pada
venturi. Karena bentuk orifice yang seperti benda tajam, arus fluida tersebut akan
memisah di sebelah hilir plat orifice dan membentuk aliran cepat di dalam fluida di
sebelah hilir. Luas penampang pada setiap titik tertentu, misalkan pada posisi hilir, tidak
mudah ditentukan, sedangkan kecepatan jet pada lokasi sadap hilir tidak dapat
dihubungkan dengan mudah dengan diameter orifice. Koefisien orifice bersifat lebih
8
empirik daripada venturi, dan sehubungan dengan itu pengolahan kuantitatif untuk
meteran orifice harus dimodifikasi kembali .
Standar-standar rancang yang terperinci sudah tersedia di dalam literatur, yang
harus diikuti dengan agar kerja meteran tersebut dapat diprediksi dengan teliti tanpa
kalibrasi. Akan tetapi, sebagai pendekatan, persamaan di bawah ini cukup dapat untuk
digunakan.
uo =
Co
√ 1−β 4 √ 2 gc ( p a− p b )
ρ
Ket.:
uo : kecepatan melalui orifice
β : rasio diameter orifice terhadap diameter pipa
pa , pb : tekanan pada bagian a dan b
Co : koefisien orifice
Pada persamaan diatas, Co adalah koefisien orifice. Koefisien ini memberikan
koreksi atas kontraksi jet fluida antara orifice dan vena-kontrakta, juga terhadap gesekan
terhadap a dan b. Co selalu ditentukan dari percobaan. Nilainya cukup bervariasi
sesuai dengan perubahan dan angka Reynold pada orifice, NRe,o . Angka Reynolds
tersebut didefinisikan sebagai
D o .u o . ρ 4m
N Re, o = =
μ π .Do.μ
Ket.: Do : diameter orifice
NRe,o : angka Reynold pada orifice
Pada perancangan, Co hampir konstan dan tidak bergantung pada selama NRe,o
>20000. Pada kondisi ini, Co dapat dianggap 0,61 untuk lokasi sadap dif lens maupun di
vena kontrakta. Terlebih lagi, jika <0,25 maka √ 1−β 4 dapat dianggap bernilai 1,
sehingga persamaan 13 menjadi:
uo =0 , 61
9
Ket.: So : luas penampang orifice, dengan rumus:
D 2 So
D ( π / 4 ) Do 2
a a2 π 2
S o= = = (Da β)
D 2 Da 2 4
a
ε
f =∅(NR . )
D
ε/D adalah kekasaran relatif, yaitu perbandingan antara tingginya tonjolan dalam dinding
pipa dibagi diameter dalam pipa. Hubungan antara f dengan NR dan ε/D dapat diperoleh
dari chart standard yang disebut Friction Factor Chart.
11
Gambar 3. Factor Friction Chart
2.7. Faktor Friksi akibat Fittings
Fluida yang mengalir akan selalu mendapatkan tahanan yang disebabkan oleh
faktor friksi. Friksi merupakan besar menurunnya energi mekanik sehingga tekanan di
aliran akhir menjadi berkurang. Friksi yang terjadi berasal dari gesekan antara fluida
dengan dinding dan friksi karena gesekan antar partikel yang ada dalam fluida. Gesekan
antara fluida dengan dinding akan membuat kehilangan sebagian energi gerak dari aliran.
Kehilangan energi pada fitting secara umum dapat digambarkan dengan persamaan :
2
V
h L=k
2 gc
Le
k =f
D
dengan Le = panjang ekivalen dari fitting.
Sementara itu, panjang ekivalen dari fitting merupakan panjang pipa lurus yang dilewati
oleh aliran fluida yang kehilangan energinya sebanding dengan kehilangan energi dari
aliran fluida yang melalui fitting. Pada fitting ini yang terjadi proses kehilangan energi
yang disebabkan oleh friksi.
Disamping itu, kemungkinan tumbukan antar partikel sebagai akibat adanya
fitting juga semakin besar sehingga friksi karena tumbukan antar sesama partikel
bertambah. Oleh karena itulah kehilangan energi akibat friksi pada fitting lebih besar
12
dibandingkan dengan kehilangan energi pada pipa biasa dengan diameter dan panjang
yang sama.
Fluida yang mengalir melalui fitting akan mengalami perubahan karakteristik dari
aliran fluida awalnya. Hal ini ditandai dengan pressure drop yang disebabkan friksi antar
partikel maupun antara partikel dengan permukaan fitting bertambah. Hal ini
mengakibatkan kerugian aliran fluida di dalam fitting.
Untuk menentukan panjang ekivalen Le, dapat dihitung dengan rumus:
∆ hfitting D 2 g
¿=
f v2
D2g
v 2=
f ≤¿ ∆ hfitting ¿
Untuk mencari nilai panjang ekivalen (Le) dari elbow, digunakan rumus:
D2g
f ≤¿=m¿
D2g
¿=
fm
BAB 3
PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA
Valve Gate
13
1. Tujuan Percobaan
Mendapatkan data laju alir (Q) dan delta H orifice yang terbaca pada manometer. Hal
ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui laju alir yang terjadi pada pipa hanya
dengan membaca skala pada Manometer.
2. Prosedur Percobaan
Praktikan membagi tugas kepada beberapa orang untuk: membaca skala tangki,
mengatur valve 11 dan menyiapkan stopwatch, membaca Manometer, mencatat
skala Manometer.
Membuka valve 11 ketika semua praktikan siap (sesuai bukaan untuk trial saat
itu).
Praktikan menunggu hingga Manometer stabil. (pengamat Manometer memberi
aba-aba “stabil” ketika level Manometer sudah stabil kepada kelompok).
Pengamat skala tangki memberi aba-aba untuk mencatat data bila sudah
mencapai skala pembacaan yang diinginkan.
Menyalakan stopwatch ketika data mulai dicatat.
Mematikan Stopwatch dan mencatat waktu, H1 Orifice & H2 Orifice yang
terbaca di Manometer ketika delta volume sudah 5 Liter.
Membiarkan valve tetap mengalir dan mencatat data berikutnya ketika mencapai
skala berikutnya yang diinginkan. (Merupakan tugas pengamat skala tangki
untuk menentukan skala tersebut, kemudian beri aba-aba ketika sudah mencapai
skala tsb).
Mencatat data sebanyak 3 kali untuk Trial 1 dan Trial 2, 2 kali untuk Trial 3 dan
Trial 4, 1 kali untuk Trial 5.
Menutup Valve 11 dan mengisi tangka kembali apabila sudah menyelesaikan
trial.
Mengulangi percobaan kalibrasi untuk Trial 2, 3, 4 dan 5.
3. Data Pengamatan
Dalam melakukan kalibrasi orifice meter dilakukan 5 buah trial. Setiap trial dicatat
perbedaan ketingian pada orifice, perbedaan volume serta perbedaan waktu setiap
trial. Didapatkan table data berupa :
Tabel 1. Data Pengamatan Pecobaan 1
Trial ke H1 Orifice H2 Orifice V awal V akhir ∆ t (s)
(Inch) (Inch) (liter) (liter)
-3.875 10.375 48 43 12.58
1 -3.75 10.25 43 38 11.6
-3.75 10.375 38 33 13.02
2 -3.625 10.875 47.5 42.5 12.63
14
-3.625 10.5 42.5 37.5 12.74
-3.5 10.25 37.5 32.5 12.81
-3.625 11 48 43 12.74
3
-3.625 10.75 43 38 12.85
-2.375 9.875 45 40 13.3
4
-2.5 9.75 40 35 14.3
5 6.75 7.25 45 40 22
Didapatkan persamaan :
Q=33.785 √ ∆ H +188.04
15
Terdapat dua persamaan untuk mengolah data sehingga didapatkan
korelasi antara koefisien karakteristik orifice (Cv) dengan Bilangan Reynold.
Q √1−β
C v=
S g√2∆ H
ℜ=
ρV D
=
ρ ( QA ) D pipa
1 2
, dengan A= π D pipa
μ μ 4
dengan besar diameter D 1 dan D 2 pada orifice adalah 1,025 inch dan 0,625 inch,
viskositas air = 0.89 x 10-3 N s/m2 serta densitas air ρ=997 kg /m3 .
16
1. Tujuan percobaan
a) Mengetahui hubungan perbedaan ketinggian air pada manometer
terhadap laju alir air pada venturimeter
b) Menentukan nilai koefisien Cv pada venturimeter yang digunakan
dalam percobaan
c) Membandingkan koefisien pelepasan pada orifice dan venture
flowmeter
2. Prosedur percobaan
1. Mengisi tangki air sampai penuh dan mengatur valve pada alat
sirkuit fluida sebagai berikut:
1. Menutup valve 45, 44, 48 50 dan 52 dan membuka valve lainnya.
2. Menggunakan valve 52 sebagai pengontrol laju alir air dalam pipa
2. Menyambungkan selang manometer pada venture dan orifice
flowmeter untuk mengukur perbedaan tekanan.
3. Menjalankan pompa dan menunggu beberapa saat sampai air
mengalir sepenuhnya dalam pipa. Mengatur valve 52 dengan bukaan
tertentu untuk mengatur flowrate air yang keluar.
4. Mengukur perbedaan ketinggian air pada manometer untuk
masing-masing venturi dan orifice flowmeter
5. Mengulangi percobaan untuk beberapa flowrate air yang berbeda.
3. Data pengamatan
Tabel 4. Data pengamatan percobaan 2
17
4. Pengolahan data percobaan
a. Pengolahan data Q vs akar ΔH
Data densitas air dan udara
Densitas air dan udara diperlukana untuk menghitung perbedaan tekanan pada
venture flowmeter. Data ini diambil pada suhu 28oC dan tekanan 1 atm
Densitas air = 0.996 g/cm3
Densitas udara = 0.00118 g/cm3
Mengubah ΔHorifice dan ΔHventure
Pada percobaan ini, ΔHorifice dan ΔHventure memiliki satuan inch. Satuan inch ini
akan di konversikan ke dalam cm menjadi
1 inch = 2.54 cm
Menentukan laju alir Q
Laju alir Q ditentukan dengan menggunakan data akar ΔHorifice dan persamaan
yang diperoleh pada percobaan 1, yaitu:
y=33.785 √ ∆ H orifice + 188.04
Tabel 5. Hasil perhitungan laju alir Q
18
Q vs Akar dH Venturi
400
350
f(x) = 33.785 x + 188.04
300 R² = 1
250
200
150
100
50
0
0 1 2 3 4 5 6
ℜ=
ρ. ( QA ). D pipa
1
, dengan A= π D2pipa
μ 4
ρ = 0.996 g/c m3
19
Tabel 6. hasil perhitungan koefisien pelepasan Cv
Re vs Cv
25000000000
15000000000
10000000000
5000000000
0
24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44
Pengukuran faktor friksi pada pipa bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
friction factor dengan bilangan Reynolds untuk aliran pipa serta menganalis faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap besar friction factor. Pada percobaan ini, digunakan 2 buah
pipa dengan diameter yang berbeda yang terhubung dengan valve 8 dan valve 9 untuk
membandingkan hubungan friction factor yang terjadi. Data yang diamati praktikan adalah
perubahan tinggi venturimeter dan pipa yang akan digunakan untuk mencari laju alir
sesungguhnya menggunakan persamaan hubungan laju alir Q dan akar ΔHventuri Percobaan 3
dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Menghubungkan dua selang manometer pada pipa 1 dan dua selang yang lain
pada venturimeter dan memastikan tidak boleh ada udara pada venturimeter.
20
2. Mengatur bukaan pada valve 1, 2, 3, 8, 6, dan 7 untuk pipa pertama dan valve 1,
2, 9, 10, 6, dan 7 untuk pipa kedua.
3. Menutup valve 6 dan mengecek level air pada manometer
4. Memvariasikan laju alir dan mencatat delta h venturimeter serta delta h pipa yang
terbaca pada manometer
Data Pengamatan
Tabel 7. Data Pengamatan 3
Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus Reynold dan
persamaan Darcy-Weisbach sebagai berikut.
ℜ=
ρ. V . D
=
ρ. ( QA ) . D pipa
1 2
, dengan A= π D pipa
μ μ 4
L Q2
Hea d loss=∆ Hpipe=f . .
D 2g
∆ Hpipe∗D∗2 g
f= 2
L∗Q
21
Dimana Dpipa1 = 0.020 m, Apipa1 = 0.000314 m3;
Dpipa2 = 0.026 m, Apipa2 = 0.000531 m3;
L = 1.52 m
Laju alir Q didapatkan melalui persamaan yang telah didapatkan pada
percobaan 2, yaitu:
y=33.785 √ ∆ H orifice + 188.04
dengan y=laju alir Q dan x=akar ∆ H venturi sehingga didapatkan:
Tabel 8. Pengolahan Data Percobaan 3
Grafik Re Vs f
7.00E-05
6.50E-05
6.00E-05
Friction Factor
5.50E-05
5.00E-05 Pipa 1
Pipa 2
4.50E-05
4.00E-05
00 00 00 00 00
000 000 000 000 000
00 00 00 00 00
000 500 000 500 000
1 1 2 2 3
Reynolds Number
Gambar 9. Grafik Re Vs f
22
3.4 Percobaan 4: Pengukuran Equivalent Length pada Fittings
1. Tujuan Percobaan
Mendapatkan data Pressure Drop (Delta P) dan Laju alir (Q) yang terbaca pada
manometer. Hal ini digunakan untuk menghubungkan antara Friction Factor Fitting
dan Reynold Number, sehingga dapat diperoleh panjang ekuivalen.
2. Prosedur Percobaan
Membuka Valve 6 sampai maksimal
Menunggu hingga level manometer stabil
Mencatat H1 fitting, H2 fitting, H1 venturi dan H2 venturi
Memvariasikan bukaan valve 6 untuk mendapatkan 5 data yang berbeda
(untuk 1 pipa)
Mengulangi prosedur dengan menganti pipa
Tabel 9. Data Pengamatan Percobaan 4
y=33.785 x +188.04
Nilai y sama dengan Q dan nilai x sama dengan √ ∆ h. Maka dengan persamaan
diatas diperoleh nilai Q.
23
Selanjutnya adalah mencari bilangan Reynold dengan rumus .
DρQ
ℜ=
Aμ
[( )]
2
0.012 5.74
f teoritis=1.325 ln +
3.7 D ℜ0.9
Setelah memperoleh nilai f teoritis, maka Panjang ekuvalen dari fitting dapat
dihitung dengan rumus :
∆ H fittings D pipa 2 g
¿= 2
f teoritis v
24
Gambar 10. Grafik Hubungan Re dan Le
3.5 Percobaan 5: Pengukuran Gate Valve
a. Tujuan percobaan
Mendapatkan data pressure drop (delta P) dan laju aliran (Q) yang terbaca
pada manometer
Mengetahui hubungan antara pressure drop yang terjadi pada gate valve
terhadap laju alir dan % bukaan valve terhadap laju alir fluida.
b. Prosedur percobaan
% H1 H2 H1 H2 H1 H2 H1 H2
Bukaan valve valve venturi venturi valve valve venturi venturi
Valve (inch) (inch) (inch) (inch) (cm) (cm) (cm) (cm)
25
20 16.75 17.75 23.25 25.25 42.545 45.085 59.055 64.135
41.465
40 16.325 17.75 20.5 26.5 5 45.085 52.07 67.31
60 14.25 17.5 17.5 27.325 36.195 44.45 44.45 69.4055
80 13.5 27.5 15.325 28.125 34.29 69.85 38.9255 71.4375
33.845
100 13.325 17.25 13.5 28.675 5 43.815 34.29 72.8345
ΔH. Gate
% bukaan ΔH. Venturi
valve ΔP (Pa) Q (cm3/s)
valve (cm)
(cm)
20 2.54 247.8074734 5.08 359.6678
40 3.6195 353.1256496 15.24 702.9234
60 8.255 805.3742885 24.9555 1031.162
80 35.56 3469.304628 32.512 1286.458
100 9.9695 972.6443331 38.5445 1490.266
Lalu dari data diatas kita memplot % bukaan vs Q dan % bukaan vs pressure
drop agar mendapat korelasi antara keduanya
26
% Bukaan vs Q
1600
R² = 0.98892221024853
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
800
600
400
200
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
27
4.1. Percobaan 1: Kalibrasi Orificemeter
Pada percobaan ini dilakukan pengolahan data untuk mengetahui hubungan antara laju
alir dengan perbedaan ketinggian air pada manometer. Berdasarkan grafik laju alir terhadap
perbedaan ketinggian didapati bahwa semakin besar laju alir maka semakin besar pula
perbedaan ketinggian air pada orifice. Perbedaan ketinggian yang diperoleh mengindikasikan
pressure drop yang terjadi sementara laju alir menggambarkan kecepatan air saat melalui
orifice sehingga percobaan ini menyatakan hubungan laju alir fluida akan berbanding lurus
dengan pressure drop. Hal ini membuktikan rumus laju aliran volumetrik yaitu:
Sementara itu koefisien pelepasan (Cv) merupakan rasio perbandingan besar laju alir
secara teoritis dan secara eksperimental. Jika diperoleh nilai Cv yang mendekati satu artinya
laju eksperimental hampir mendekati nilai laju teoritisnya. Dari grafik yang diperoleh
seharusnya didapati bahwa semakin besar nilai bilangan Reynold maka Cv akan semakin
besar. Hal ini sesuai dengan rumus :
dan C v = √
ρQ D Q 1−β
ℜ=
Aμ S g √2 ∆ H
dimana bilangan Reynold akan sebanding dengan nilai laju alir dan laju alir akan
sebanding dengan nilai Cv.
Perolehan grafik yang tidak linear disebabkan oleh praktikan yang tak luput dari
kesalahan yang dibuat. Kesalahan pada percobaan ini dapat terjadi ketika masih ada
gelembung udara pada orifice meter dan selang orifice yang menyebabkan pembacaan pada
manometer menjadi tidak akurat. Selain itu, kesalahan juga dapat terjadi pada saat pembacaan
laju alir dan pencatatan waktu pada stopwatch. Adapun kerusakan alat seperti pipa yang bocor
halus atau berkarat serta selang manometer yang tidak terhubung dapat membuat kesalahan
relatif yang lebih besar.
28
percobaan ini dengan Q pada sumbu y dan akar ∆H orifice sebagai sumbu x. Dari grafik
didapatkan bahwa persamaan garisnya adalah y = 33.785x + 188.4. Dari persamaan garis
yang didapat, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi laju alir Q maka pressure drop
yang ada akan tinggi pula.
Selain itu, dari pengolahan data kita mendapatnya Cvventure dan bilangan
Reynolds yang kemudian di cari grafik untuk mengetahui hubungan antara keduanya.
Dari Re yang didapat semuanya lebih dari 4000 yang mengindikasikan bahwa aliran yang
terjadi adalah aliran turbulen (>2400). Hubungan antara Cv dengan bilangan Reynolds
dapat dilihat dari grafik. Dari grafik kita mengetahui persamaan garisnya adalah y = -
3E+0.8x + 3E+10 dimana persamaan ini memiliki trend yang menurun dan slope yang
negatif. Maka dari itu semakin kecil bilangan Reynolds yang didapat maka Cv akan
semakin besar.
Kesalahan dalam praktikum ini adalah karena pengukuran dilakukan pada aliran
yang belum sempurna sehingga laju alir sudah terpengaruh oleh faktor friksi..
Penyimpangan juga mungkin dikarenakan pada percobaan pertama trial percobaannya
tidak bervariasi.
29
semakin besar. Terakhir, dapat disimpulkan bahwa aliran pada percobaan kali ini bersifat
turbulen, dimana nilai bilangan Reynoldsnya melebihi 4000.
30
4.5. Percobaan 5: Pengukuran Gate Valve
Bedasarkan grafik yang ada antara % bukaan vs laju alir dapat disimpulkan bahwa
kurva memiliki slope dan trend yang positif yang kita dapat simpulkan bahwa semakin besar
bukaan gate valve maka jalu alir fluida juga akan semakin besar. Sedangkan pada grafik
antara % bukaan vs pressure drop kurva mengalami fluktuaktif namun dari titik ketiga dapat
disimpulkan bahwa kurva mengalami kenaikan yang berarti semakin besar % bukaan maka
pressure drop nya juga akan membesar.
Dari pengolahan data dan grafik yang didapatkan membuktikan bahwa teori yang
menyatakan bahwa semakin besar bukaan maka laju alir dan pressure drop juga akan
semakin besar. Secara teori, semakin besar bukaan maka laju alir akan naik, peningkatan
laju alir ini akan menimbulkan gaya friksi dan gaya friksi ini berhubungan pressure dropnya.
BAB 5
KESIMPULAN
1. Semakin besar laju alir yang terdapat pada aliran menyebabkan semakin besar pressure
drop yang terjadi
2. Semakin besar bilangan Reynold menyebabkan semakin besar nilai koefisien pada orifice
(Cv)
3. Semakin tinggi laju alir maka akan menyebabkan ketinggian air pada venturimeter dan
manometer akan semakin tinggi pula (berbanding lurus). Semakin besar nilai perbedaan
ketinggian maka laju alir akan semakin besar.
4. Semakin besar nilai Cv maka akan semakin besar pula nilai Q dan semakin besar nilai Cv
maka nilai bilangan Re akan semakin kecil.
5. Semakin tinggi laju alir akan menyebabkan ketinggian air pada venturimeter dan
manometer menjadi tinggi pula (berbanding lurus).
31
6. Semakin besar diameter pipa maka faktor friksi yang terjadi akan semakin besar.
7. Besarnya nilai koefisien karakteristik orifice (Cv) akan berbanding lurus terhadap
bilangan Reynolds.
8. Nilai bilangan Reynold berbanding terbalik dengan faktor friksi
9. (percobaan 5) % bukaan valve akan mempengaruhi laju alir dan pressure drop. Semakin
besar % bukaan valve maka laju alir dan pressure drop juga akan semakin besar.
32
DAFTAR PUSTAKA
33