Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM UNIT OPERASI PROSES 1


SIRKUIT FLUIDA

Dosen :
Dr. Ir. Sukirno, M.Eng.

Disusun oleh:
Kelompok 11

Hans (1606871404)
Miranda Talitha Zagita (1606871461)
Yohanes Pandu Wicaksono (1606907814)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
dan mencurahkan berkat serta rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktu yang telah ditentukan.

Tak sedikit kendala yang kami alami dan hadapi dalam penyelesaian makalah ini, namun
semua itu tidaklah menurunkan niat kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan
maksimal dan tepat waktu.

Rasa serta ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam proses pembuatan hingga penyelesaian makalah ini. Pertama – tama kami
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen Penanggungjawab Modul Sirkuit Fluida,
Dr. Ir. Sukirno, M.Eng., dan Asisten Laboratorium Praktikum Sirkuit Fluida, Alan Jose, yang
telah membimbing kami dalam melaksanakan praktikum, beserta keluarga yang telah
memberikan dukungan terhadap kami.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan dapat
dipergunakan sebaik-baiknya. Segala kritik dan saran akan terima demi meningkatnya ilmu
pengetahuan dan perbaikan dalam membuat makalah lainnya.

Depok, 12 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Tujuan Percobaan..................................................................................................4
1.2 Batasan Masalah....................................................................................................4
BAB II TEORI DASAR.............................................................................................................5
2.1 Jenis Aliran Fluida dalam Pipa.............................................................................5
2.2 Venturi Flowmeter.................................................................................................5
2.3 Laju Aliran Massa dan Laju Aliran Volumetrik pada Venturimeter...................7
2.4 Orifrice Flowmeter..............................................................................................7
2.5 Pemulihan Tekanan pada Orifrice Meter..........................................................10
2.6 Hubungan Faktor Friksi dengan Bilangan Reynolds.........................................11
2.7 Faktor Friksi akibat Fittings..............................................................................12
BAB III PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA.........................................................13
3.1. Percobaan 1: Kalibrasi Orifricemeter...............................................................13
3.2. Percobaan 2: Kalibrasi Venturimeter...............................................................16
3.3. Percobaan 3: Pengukuran Pipe Friction Factor ..............................................20
3.4. Percobaan 4: Pengukuran Equivalent Length pada Fittings.............................23
3.5. Percobaan 5: Pengukuran Gate Valve..............................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................27
4.1. Percobaan 1: Kalibrasi Orifricemeter.................................................................27
4.2. Percobaan 2: Kalibrasi Venturimeter.................................................................28
4.3. Percobaan 3: Pengukuran Pipe Friction Factor..................................................29
4.4. Percobaan 4: Pengukuran Equivalent Length pada Fittings...............................29
4.5. Percobaan 5: Pengukuran Gate Valve................................................................30
BAB V KESIMPULAN...........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................32

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


Percobaan sirkuit fluida dilakukan dengan tujuan:
- Mempelajari karakteristik tekanan pada alat pengukur kecepatan aliran khususnya
orificemeter dan venturimeter.
- Mengetahui bentuk aliran pada kondisi laminar, transisi, dan turbulen.
- Mempelajari hubungan bilangan Reynolds terhadap nilai faktor friksi.
- Mempelajari konsep hilangnya energi akibat gaya friksi (friction loss).
- Mempelajari karakteristik aliran fluida ketika melewati pipe fitting dan gate valve.

1.2. Batasan Masalah


Dalam percobaan ini, terdapat beberapa batasan masalah terkait fokus pengamatan
di mana percobaan hanya dilakukan untuk mengamati karakteristik fluida pada:
a. Alat ukur kecepatan alir fluida
- Orificemeter
- Venturimeter
b. Pipe Fitting
- Elbow
- Tee
c. Gate valve
d. Pipa berdiameter ¾ in
Selain itu terdapat beberapa asumsi yang digunakan dalam penentuan sifat fisik dari
fluida yang mengalir dengan kondisi fluida sebagai berikut:
a. Suhu sistem pada 25oC
b. Tekanan sistem pada 1 atm

4
BAB 2
DASAR TEORI

2.1. Jenis Aliran Fluida dalam Pipa


Apabila suatu fluida mengalir dalam suatu saluran dengan kecepatan yang cukup
kecil, maka aliran tersebut akan menjadi berlapis-lapis yang bergerak secara sliding
relatif terhadap lapisan di dekatnya. Aliran ini dinamakan sebagai aliran laminar. Bila
kecepatan aliran diperbesar, maka gerakan partikel dalam fluida akan semakin tidak
teratur sehingga terjadi pusaran-pusaran arus yang dikenal sebagai eddy current. Aliran
semacam ini dikenal dengan nama aliran turbulen. Aliran transisi merupakan aliran
dengan kecepatan diantara aliran laminar dan turbulen.
Reynolds number merupakan rasio antara gaya inersia terhadap gaya viskos yang
mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut menjadi suatu kondisi aliran tertentu.
Bilangan ini digunakan untuk mengidentifikasikan jenis aliran yang berbeda, untuk
laminar biasanya Reynold numbernya Re < 2400, transisi 2400 < Re < 4000, sedangkan
turbulen dengan Re > 4000.
2.2. Venturi Flowmeter
Contoh meteran venturi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Venturi Flowmeter


Keterangan gambar:
A : bagian masuk E : lubang ke ruang piezometer
B : bagian leher venturi F : lubang sadap tekanan hulu
C : bagian keluar H : pelapis
D, G : piezometer I : lubang sadap tekanan hilir
Pada bagian hulu, yaitu pada bagian rsambungan antara bagian yang berbentuk
kerucut dan bagian silinder, terdapat ruang annulus D dan beberapa lubang kecil E yang

5
dibor dari bagian dalam tabung sampai ke ruang annulus itu. Cincin annulus dan
lubang-lubang kecil itu merupakan cincin piezometer (piezometer ring), yang memiliki
fungsi untuk meratakan tekanan-tekanan yang disalurkan oleh masing-masing lubang
kecil. Tekanan rata-rata itu lalu ditransmisikan melalui sambungan untuk tekanan hulu
F.
Pada bagian leher dari venturi flow meter, terdapat juga sebuah cincin piezometer
yang dibentuk dengan ruang annulus integral G dan pelapis H. Pelapis tersebut juga
dibor dengan teliti dibentuk pada diameter tertentu, karena ketelitian meteran tersebut
akan berkurang apabila leher tersebut tidak dibuat dengan toleransi ketat. Tekanan pada
leher lalu ditransmisikan melalui penyadap tekanan I. Sebuah manometer atau alat lain
untuk mengukur tekanan dipasang di antara lubang sadap F dan I.
Dalam venturi, kecepatan fluida akan meningkat dan tekanannya akan menurun di
dalam kerucut sebelah hulu. Penurunan tekanan di dalam kerucut hulu itu dimanfaatkan
untuk mengukur laju aliran melalui instrumen ini. Kecepatan fluida kemudian akan
menurun lagi dan sebagian besar tekanan awalnya akan kembali meningkat di dalam
kerucut sebelah hilir. Agar pemulihan tekanan itu besar, sudut kerucut hilir C dirancang
menjadi kecil sehingga pemisahan lapisan batas dapat dicegah dan gesekan yang terjadi
pun akan menjadi minimum.
Karena pada bagian yang penampangnya mengecil tidak ada pemisahan, maka
kerucut hulu dapat dibuat lebih pendek daripada kerucut hilir. Gesekan yang terjadi di
sini pun relatif kecil. Oleh karena itu, ruang dan bahan yang digunakan untuk
membuatnya pun dapat dihemat. Walaupun venturi ini dapat digunakan juga untuk
mengukur gas, namun alat ini biasanya digunakan untuk mengukur zat cair, terutama
air, pengolahan di bawah ini terbatas pada fluida incompressible.
Kecepatan aliran v dihitung dengan persamaan :
Q
v=
A
dimana:
v = kecepatan aliran yang mengalir pada venturi(m/s)
A= luas penampang yang dilewati fluida (m2)
Dengan luas penampang sebesar:

6
1
A= π D2
4
Persamaan kontinuitas untuk aliran yang melalui saluran berpenampang bundar adalah:

( )
2
Db
V a= V b =β 2 . V b
Da

Dimana:
Da = diameter pipa
Db = diameter leher
Dengan mensubstitusi 2 persamaan di atas akan diperoleh persamaan baru sebagai
berikut :

V b=
1
√ αb −β 4 α a √ 2 g c ( p a − pb )
ρ

2.3. Laju Aliran Massa dan Laju Aliran Volumetrik pada Venturimeter
Nilai yang dicari pada umumnya bukanlah kecepatan melalui leher venturi Vb.
Laju aliran yang lebih difokuskan adalah laju aliran massa atau laju aliran volumetrik
melalui venturi. Laju aliran massa dihitung dengan mensubstitusi persamaan 4 ke dalam
persamaan kontinuitas untuk aliran melalui suatu tabung dimana kecepatan dalam satu
penampang dianggap tidak sama, yaitu :
C v . Sb
m=V b S b ρ= √2 g c ( pa− pb ) ρ
√ 1−β 4 …(2.14)
Laju aliran volumetrik diperoleh dengan membagi laju aliran massa dengan
densitas menjadi seperti berikut:
…(2.15)
Dengan: m = laju aliran massa
Sb = luas leher
q = laju aliran volumetrik

2.4. Orifice Flowmeter


Venturimeter mempunyai kelemahan tertentu dalam pabrik pada umumnya. Alat
tersebut cukup mahal, mengambil tempat cukup besar, dan rasio antara diameter leher
7
terhadap diameter pipa tidak dapat dirubah. Untuk pengukur tertentu dengan sistem
manometer tertentu pula, laju aliran maksimum yang dapat diukur terbatas, jadi apabila
laju aliran berubah, diameter leher mungkin akan terlalu besar untuk memberikan
bacaan yang teliti, atau terlalu kecil untuk dapat menampung laju aliran maksimum
yang baru. Meteran orifice dapat mengatasi kelemahan meteran venture, tetapi
konsumsi dayanya lebih tinggi.

Gambar 2. Orificemeter
Peralatan ini terdiri dari plat yang diberi lubang dan dibuat menggunakan mesin
secara teliti serta dipasang di antara dua flens sehingga lubang tersebut konsentrik
dengan pipa tempat memasangnya. Lubang plat itu dapat dibuat miring ke sisi hilir.
Sensor tekanan berada di hulu dan satu di hilir orifice yang dipasang dan dihubungkan
dengan manometer atau peralatan pengukuran tekanan lainnya. Posisi lubang sadap
dapat dipasang sembarang dan koefisien alat ukur tersebut bergantung pada letak
lubang sadap itu.
Prinsip orificemeter mirip dengan prinsip venturi. Penurunan penampang arus
aliran melalui orifice menyebabkan tinggi-tekan kecepatan meningkat tetapi tinggi
tekan tekanan menurun, dan penurunan tekanan antara kedua titik sadap diukur dengan
manometer.
Ada suatu kesulitan besar yang terdapat pada orifice yang tidak terdapat pada
venturi. Karena bentuk orifice yang seperti benda tajam, arus fluida tersebut akan
memisah di sebelah hilir plat orifice dan membentuk aliran cepat di dalam fluida di
sebelah hilir. Luas penampang pada setiap titik tertentu, misalkan pada posisi hilir, tidak
mudah ditentukan, sedangkan kecepatan jet pada lokasi sadap hilir tidak dapat
dihubungkan dengan mudah dengan diameter orifice. Koefisien orifice bersifat lebih

8
empirik daripada venturi, dan sehubungan dengan itu pengolahan kuantitatif untuk
meteran orifice harus dimodifikasi kembali .
Standar-standar rancang yang terperinci sudah tersedia di dalam literatur, yang
harus diikuti dengan agar kerja meteran tersebut dapat diprediksi dengan teliti tanpa
kalibrasi. Akan tetapi, sebagai pendekatan, persamaan di bawah ini cukup dapat untuk
digunakan.

uo =
Co
√ 1−β 4 √ 2 gc ( p a− p b )
ρ
Ket.:
uo : kecepatan melalui orifice
β : rasio diameter orifice terhadap diameter pipa
pa , pb : tekanan pada bagian a dan b
Co : koefisien orifice
Pada persamaan diatas, Co adalah koefisien orifice. Koefisien ini memberikan
koreksi atas kontraksi jet fluida antara orifice dan vena-kontrakta, juga terhadap gesekan
terhadap a dan b. Co selalu ditentukan dari percobaan. Nilainya cukup bervariasi
sesuai dengan perubahan  dan angka Reynold pada orifice, NRe,o . Angka Reynolds
tersebut didefinisikan sebagai
D o .u o . ρ 4m
N Re, o = =
μ π .Do.μ
Ket.: Do : diameter orifice
NRe,o : angka Reynold pada orifice
Pada perancangan, Co hampir konstan dan tidak bergantung pada  selama NRe,o
>20000. Pada kondisi ini, Co dapat dianggap 0,61 untuk lokasi sadap dif lens maupun di

vena kontrakta. Terlebih lagi, jika <0,25 maka √ 1−β 4 dapat dianggap bernilai 1,
sehingga persamaan 13 menjadi:

uo =0 , 61

Laju aliran massa dapat ditulis:


√ 2 g c ( pa − pb )
ρ

m=u o S o ρ=0 , 61. S o √2 gc ( pa − p b )ρ

9
Ket.: So : luas penampang orifice, dengan rumus:
D 2 So
D ( π / 4 ) Do 2

a a2 π 2
S o= = = (Da β)
D 2 Da 2 4
a

Dengan mensubstitusikan persamaan diatas diperoleh:


4m
β 2=
0 , 61 πD a 2 √2 g c ( pa − pb ) ρ
Kecuali jika memang diperlukan ketelitian yang lebih tinggi, persamaan 12
cukup memadai untuk digunakan dalam perancangan. Tetapi, pemeriksaan atas nilai
angka Reynolds menunjukkan bahwa nilai koefisien 0,61 tidak teliti bila NRe,o <20000.
Dalam sistem orifice ini penting sekali adanya bagian pipa lurus di bagian hulu
dan bagian hilir orifice untuk menjamin agar pole aliran yang normal dan tidak
terganggu oleh perlengkapan sambung pipa, katup, dan peralatan lain. Sebab, jika tidak,
distribusi kecepatan akan menjadi tidak normal, dan koefisien orifice akan terganggu
dengan cara yang tidak dapat diramalkan.
Untuk mengamat hubungan antara laju alir/flowrate pada orifice dengan
pressure drop dapat dilihat rumus:
C o S o √ 2 ∆ P/ ρ
Q=
√1− β 4
∆ P=ρ g ∆ h
Pada rumus diatas terlihat bahwa laju alir (Q) berbanding lurus dengan akar pressure
drop (√ ∆ P ). Selain itu, pada persamaan selanjutnya dapat dilihat pula bahwa pressure
drop (∆ P) berbanding lurus dengan ∆ h orrifice sehingga untuk mencari hubungan
antara laju alir / flowrate dengan pressure drop pada orifice flowmeter, kita dapat
melihat hubungan antara Q dan √ ∆ h orrifice .
Untuk mencari koefisien orifice dapat menggunakan rumus:
Q √1−β
4
C o=
A √ 2 g ∆ ho
2

2.5. Pemulihan Tekanan pada Orifice Meter


Berhubung dengan besarnya rugi gesekan yang disebabkan oleh pusaran-pusaran
yang dibangkitkan oleh jet yang berekspansi di hilir vena-kontrekta, pemulihan tekanan
di dalam meteran orifice biasanya kurang baik. Rugi daya yang diakibatkannya
10
merupakan salah satu kelemahan dari meteran orifice. Fraksi differensial orifice yang
hilang secara permanen bergantung pada nilai .
Untuk nilai  sebesar 0.5, rugi tinggi-tekan itu adalah kira-kira 73% dari
differensial orifice. Perbedaan tekanan yang diukur dengan tapping pipa, dimana tapping
hilir terletak delapan kali diameter pipa di sebelah hilir, sebenarnya merupakan
pengukuran rugi permanen dan bukan harga diferensial orifice.
2.6. Hubungan Faktor Friksi dengan Bilangan Reynolds
Hagen-poiseuille melalui eksperimennya mengenai aliran laminer pada pipa menemukan
hubungan sbb:
μ L
h L =32 V
ρ g c D2
Bila persamaan dapat disusun kembali sbb:
2
32 2 μ L V
h L=
Dρ V D 2 g c
2
64 L V
h L=
DρV D 2 gc
μ
2
64 L V
h L=
N r D 2 gc
Persamaan diatas menunjukkan hubungan linier antara f dan NR pada aliran laminer yang
berlaku untuk NR dibawah 2000. pada dasarnya kehilangan energi pada aliran laminer
hanya disebabkan oleh vicous drag saja, sedangkan pada aliran turbulen disebabkan oleh
gerakan turbulen dari arus eddy. Oleh karena itu friction factor untuk aliran turbulen
disamping bergantung pada NR juga pada kekerasan permukaan pipa.

ε
f =∅(NR . )
D
ε/D adalah kekasaran relatif, yaitu perbandingan antara tingginya tonjolan dalam dinding
pipa dibagi diameter dalam pipa. Hubungan antara f dengan NR dan ε/D dapat diperoleh
dari chart standard yang disebut Friction Factor Chart.

11
Gambar 3. Factor Friction Chart
2.7. Faktor Friksi akibat Fittings
Fluida yang mengalir akan selalu mendapatkan tahanan yang disebabkan oleh
faktor friksi. Friksi merupakan besar menurunnya energi mekanik sehingga tekanan di
aliran akhir menjadi berkurang. Friksi yang terjadi berasal dari gesekan antara fluida
dengan dinding dan friksi karena gesekan antar partikel yang ada dalam fluida. Gesekan
antara fluida dengan dinding akan membuat kehilangan sebagian energi gerak dari aliran.
Kehilangan energi pada fitting secara umum dapat digambarkan dengan persamaan :
2
V
h L=k
2 gc
Le
k =f
D
dengan Le = panjang ekivalen dari fitting.
Sementara itu, panjang ekivalen dari fitting merupakan panjang pipa lurus yang dilewati
oleh aliran fluida yang kehilangan energinya sebanding dengan kehilangan energi dari
aliran fluida yang melalui fitting. Pada fitting ini yang terjadi proses kehilangan energi
yang disebabkan oleh friksi.
Disamping itu, kemungkinan tumbukan antar partikel sebagai akibat adanya
fitting juga semakin besar sehingga friksi karena tumbukan antar sesama partikel
bertambah. Oleh karena itulah kehilangan energi akibat friksi pada fitting lebih besar

12
dibandingkan dengan kehilangan energi pada pipa biasa dengan diameter dan panjang
yang sama.
Fluida yang mengalir melalui fitting akan mengalami perubahan karakteristik dari
aliran fluida awalnya. Hal ini ditandai dengan pressure drop yang disebabkan friksi antar
partikel maupun antara partikel dengan permukaan fitting bertambah. Hal ini
mengakibatkan kerugian aliran fluida di dalam fitting.
Untuk menentukan panjang ekivalen Le, dapat dihitung dengan rumus:
∆ hfitting D 2 g
¿=
f v2
D2g
v 2=
f ≤¿ ∆ hfitting ¿
Untuk mencari nilai panjang ekivalen (Le) dari elbow, digunakan rumus:
D2g
f ≤¿=m¿
D2g
¿=
fm

BAB 3
PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Percobaan 1: Kalibrasi Orificemeter

Valve Gate

Gambar 4. Skema Peralatan Percobaan

13
1. Tujuan Percobaan
Mendapatkan data laju alir (Q) dan delta H orifice yang terbaca pada manometer. Hal
ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui laju alir yang terjadi pada pipa hanya
dengan membaca skala pada Manometer.

2. Prosedur Percobaan
 Praktikan membagi tugas kepada beberapa orang untuk: membaca skala tangki,
mengatur valve 11 dan menyiapkan stopwatch, membaca Manometer, mencatat
skala Manometer.
 Membuka valve 11 ketika semua praktikan siap (sesuai bukaan untuk trial saat
itu).
 Praktikan menunggu hingga Manometer stabil. (pengamat Manometer memberi
aba-aba “stabil” ketika level Manometer sudah stabil kepada kelompok).
 Pengamat skala tangki memberi aba-aba untuk mencatat data bila sudah
mencapai skala pembacaan yang diinginkan.
 Menyalakan stopwatch ketika data mulai dicatat.
 Mematikan Stopwatch dan mencatat waktu, H1 Orifice & H2 Orifice yang
terbaca di Manometer ketika delta volume sudah 5 Liter.
 Membiarkan valve tetap mengalir dan mencatat data berikutnya ketika mencapai
skala berikutnya yang diinginkan. (Merupakan tugas pengamat skala tangki
untuk menentukan skala tersebut, kemudian beri aba-aba ketika sudah mencapai
skala tsb).
 Mencatat data sebanyak 3 kali untuk Trial 1 dan Trial 2, 2 kali untuk Trial 3 dan
Trial 4, 1 kali untuk Trial 5.
 Menutup Valve 11 dan mengisi tangka kembali apabila sudah menyelesaikan
trial.
 Mengulangi percobaan kalibrasi untuk Trial 2, 3, 4 dan 5.

3. Data Pengamatan
Dalam melakukan kalibrasi orifice meter dilakukan 5 buah trial. Setiap trial dicatat
perbedaan ketingian pada orifice, perbedaan volume serta perbedaan waktu setiap
trial. Didapatkan table data berupa :
Tabel 1. Data Pengamatan Pecobaan 1
Trial ke H1 Orifice H2 Orifice V awal V akhir ∆ t (s)
(Inch) (Inch) (liter) (liter)
-3.875 10.375 48 43 12.58
1 -3.75 10.25 43 38 11.6
-3.75 10.375 38 33 13.02
2 -3.625 10.875 47.5 42.5 12.63

14
-3.625 10.5 42.5 37.5 12.74
-3.5 10.25 37.5 32.5 12.81
-3.625 11 48 43 12.74
3
-3.625 10.75 43 38 12.85
-2.375 9.875 45 40 13.3
4
-2.5 9.75 40 35 14.3
5 6.75 7.25 45 40 22

4. Pengolahan Data Percobaan


a. Hubungan Perbedaan Ketinggian Air pada Manometer dengan Laju Alir
Air untuk Orifice Flowmeter
Tabel 2. Pengolahan data percobaan 1
Rata – rata ∆H ∆V Q √∆ H
∆ t (s)
trial ke (cm) (cm3) (cm3/s) ( c m0.5 )
1 35,8775 5000 12.4 403.23 5,99
2 33,8775 5000 12.727 392.88 5,99
3 36.83 5000 12.795 390.78 6.07
4 31.115 5000 13.8 362.32 5.58
5 1.27 5000 22 227.27 1.13

Dari tabel 3, diplot grafik laju alir air (Q) terhadap √ ∆ H

Gambar 5. Grafik laju alir air (Q) terhadap √ ∆ H

Didapatkan persamaan :
Q=33.785 √ ∆ H +188.04

b. Koefisien karakteristik orifice (Cv) terhadap Bilangan Reynold

15
Terdapat dua persamaan untuk mengolah data sehingga didapatkan
korelasi antara koefisien karakteristik orifice (Cv) dengan Bilangan Reynold.

Q √1−β
C v=
S g√2∆ H

ℜ=
ρV D
=
ρ ( QA ) D pipa
1 2
, dengan A= π D pipa
μ μ 4
dengan besar diameter D 1 dan D 2 pada orifice adalah 1,025 inch dan 0,625 inch,
viskositas air = 0.89 x 10-3 N s/m2 serta densitas air ρ=997 kg /m3 .

Tabel 3. Hasil Perhitungan Koefisien Pelepasan Cv


Q (cm /s)
3
√ ∆ H ( c m0.5 ) Re Cv
403.23 5,99 22081.64 0,0569
392.88 5,99 21514.85 0,0555
390.78 6.07 21399.95 0,0545
362.32 5.58 19841.47 0,0549
227.27 1.13 12446.01 0,171

Kemudian dari tabel 4 diplot pada grafik

Gambar 6. Grafik Bilangan Re vs Koefisisen Co

Sehingga didapatkan persamaan


−5
Cv=−1 x 10 ℜ+ 0.3227

3.2 Percobaan 2: Kalibrasi Venturimeter

16
1. Tujuan percobaan
a) Mengetahui hubungan perbedaan ketinggian air pada manometer
terhadap laju alir air pada venturimeter
b) Menentukan nilai koefisien Cv pada venturimeter yang digunakan
dalam percobaan
c) Membandingkan koefisien pelepasan pada orifice dan venture
flowmeter
2. Prosedur percobaan
1. Mengisi tangki air sampai penuh dan mengatur valve pada alat
sirkuit fluida sebagai berikut:
1. Menutup valve 45, 44, 48 50 dan 52 dan membuka valve lainnya.
2. Menggunakan valve 52 sebagai pengontrol laju alir air dalam pipa
2. Menyambungkan selang manometer pada venture dan orifice
flowmeter untuk mengukur perbedaan tekanan.
3. Menjalankan pompa dan menunggu beberapa saat sampai air
mengalir sepenuhnya dalam pipa. Mengatur valve 52 dengan bukaan
tertentu untuk mengatur flowrate air yang keluar.
4. Mengukur perbedaan ketinggian air pada manometer untuk
masing-masing venturi dan orifice flowmeter
5. Mengulangi percobaan untuk beberapa flowrate air yang berbeda.

3. Data pengamatan
Tabel 4. Data pengamatan percobaan 2

H1 Orifice H2 Orifice H1 Venturi H2 Venturi


Bukaan
(inch) (inch) (inch) (inch)

6 21 4.125 21.5 21.75


5 27.325 7.25 21.875 21.375
4 28.75 7.75 21.750 22
3 29.125 8.325 19.25 23.325
1 29.375 9.125 19 26.325

17
4. Pengolahan data percobaan
a. Pengolahan data Q vs akar ΔH
 Data densitas air dan udara
Densitas air dan udara diperlukana untuk menghitung perbedaan tekanan pada
venture flowmeter. Data ini diambil pada suhu 28oC dan tekanan 1 atm
Densitas air = 0.996 g/cm3
Densitas udara = 0.00118 g/cm3
 Mengubah ΔHorifice dan ΔHventure
Pada percobaan ini, ΔHorifice dan ΔHventure memiliki satuan inch. Satuan inch ini
akan di konversikan ke dalam cm menjadi
1 inch = 2.54 cm
 Menentukan laju alir Q
Laju alir Q ditentukan dengan menggunakan data akar ΔHorifice dan persamaan
yang diperoleh pada percobaan 1, yaitu:
y=33.785 √ ∆ H orifice + 188.04
Tabel 5. Hasil perhitungan laju alir Q

∆H orifice ∆H venturi akar ∆h akar ∆h venturi


(cm) (cm) orifice (cm)0.5 (cm)0.5 Q (cm3/s)
19.812 23.9395 4.451067 4.892800834 353.343
55.245 7.1755 7.432698 2.678712377 278.540
63.500 -4.1275 7.968689 2.031624965 256.678
67.628 0.3175 8.223594 0.563471383 207.077
69.977 0.635 8.365226 0.796868873 214.962

 Memplot grafik ΔHventure (cm) dan Q (cm3/s)


Langkah selanjutnya adalah memplot grafik yang menggambarkan hubungan
antara ΔHventure dan Q

18
Q vs Akar dH Venturi
400

350
f(x) = 33.785 x + 188.04
300 R² = 1

250

200

150

100

50

0
0 1 2 3 4 5 6

Gambar 7. Grafik Q vs ΔHventure


b. Pengolahan data untuk menentukan koefisien karakteristik orifice (Cv)
terhadap Reynolds Number
 Menentukan nilai Cv
Q . √ 1−β
Cv=
S . g . √2. ∆ H
D1v = 1.025 inch = 2.604 cm
D2v = 0.625 inch = 1.588 cm
β = D22v/D12v
S = Faktor kelengkungan venture (asumsi = 1)
g = gravitasi (980.7 cm2/s)
∆H = ∆ H venturi
 Menghitung Reynolds number
Bilangan Reynolds dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

ℜ=
ρ. ( QA ). D pipa
1
, dengan A= π D2pipa
μ 4

D pipa =1.025inch ¿ 2.6035 cm

ρ = 0.996 g/c m3

μ = viskositas kinematik ¿ 8.927 ×1 0−3 m2 / s

19
Tabel 6. hasil perhitungan koefisien pelepasan Cv

Q (cm3/s) akar delta h (cm^1/2) Cv Re


370.370 8.357631243 26.20655 20969637645
 364.078 7.968688725 26.38249 20613357448
363.636 7.286013999 27.55735 20588371917
361.011 4.306042266 35.58739 20439715652
271.739 1.817140611 41.23566 15385329014

Memplot grafik bilangan Re terhadap koefisien pelepasan Cv

Re vs Cv
25000000000

20000000000 f(x) = − 297666690.932527 x + 28944197374.6255


R² = 0.718365721033326

15000000000

10000000000

5000000000

0
24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44

Gambar 8. grafik bilangan Re vs Koefisien Cv


3.3 Percobaan 3: Pengukuran Pipe Friction Factor

Pengukuran faktor friksi pada pipa bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
friction factor dengan bilangan Reynolds untuk aliran pipa serta menganalis faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap besar friction factor. Pada percobaan ini, digunakan 2 buah
pipa dengan diameter yang berbeda yang terhubung dengan valve 8 dan valve 9 untuk
membandingkan hubungan friction factor yang terjadi. Data yang diamati praktikan adalah
perubahan tinggi venturimeter dan pipa yang akan digunakan untuk mencari laju alir
sesungguhnya menggunakan persamaan hubungan laju alir Q dan akar ΔHventuri Percobaan 3
dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Menghubungkan dua selang manometer pada pipa 1 dan dua selang yang lain
pada venturimeter dan memastikan tidak boleh ada udara pada venturimeter.

20
2. Mengatur bukaan pada valve 1, 2, 3, 8, 6, dan 7 untuk pipa pertama dan valve 1,
2, 9, 10, 6, dan 7 untuk pipa kedua.
3. Menutup valve 6 dan mengecek level air pada manometer
4. Memvariasikan laju alir dan mencatat delta h venturimeter serta delta h pipa yang
terbaca pada manometer
 Data Pengamatan
Tabel 7. Data Pengamatan 3

Bukaan Pipa (Inch) Venturi (Inch)


H1 H2 H1 H2
Pipa 1 6 11.8 -0.2 21.2 5.6
5 11.8 0 21.2 5.8
4 11.8 0 21 5.8
3 11.8 0 21 5..8
1 12.5 -0.25 20 6.5
Pipa 2 6 10 20.8 18.8 7.4
5 10.2 20.8 18.8 7.4
4 10.3 20.6 18.5 7.5
3 10.9 20.4 18.2 7.8
1 13.8 19 15.4 9.9

 Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus Reynold dan
persamaan Darcy-Weisbach sebagai berikut.

ℜ=
ρ. V . D
=
ρ. ( QA ) . D pipa
1 2
, dengan A= π D pipa
μ μ 4
L Q2
Hea d loss=∆ Hpipe=f . .
D 2g
∆ Hpipe∗D∗2 g
f= 2
L∗Q

21
Dimana Dpipa1 = 0.020 m, Apipa1 = 0.000314 m3;
Dpipa2 = 0.026 m, Apipa2 = 0.000531 m3;
L = 1.52 m
Laju alir Q didapatkan melalui persamaan yang telah didapatkan pada
percobaan 2, yaitu:
y=33.785 √ ∆ H orifice + 188.04
dengan y=laju alir Q dan x=akar ∆ H venturi sehingga didapatkan:
Tabel 8. Pengolahan Data Percobaan 3

delta h pipa akar delta H Venturi Q Reynolds Fricton


 
(cm) (cm) (Cm3/s) Number fractor
30.48 6.294759725 400.7085 25522831677 4.90E-05
29.972 6.254278536 399.3408 25435719766 4.85E-05
Pipa 1 29.972 6.213533616 397.9642 25348040333 4.88E-05
29.972 6.213533616 397.9642 25348040333 4.88E-05
32.385 5.855766389 385.8771 24578157162 5.61E-05
27.432 5.381077959 369.8397 18108912787 6.72E-05
26.924 5.381077959 369.8397 18108912787 6.60E-05
Pipa 2 26.162 5.285830115 366.6218 17951348457 6.53E-05
24.13 5.139649794 361.6831 17709528767 6.18E-05
13.208 3.737646318 314.3164 15390255937 4.48E-05

Kemudian, hasil Reynolds Number dan Friction Factor diplot kedalam


grafik dengan Re sebagai sumbu x dan friction factor sebagai sumbu y.

Grafik Re Vs f
7.00E-05
6.50E-05
6.00E-05
Friction Factor

5.50E-05
5.00E-05 Pipa 1
Pipa 2
4.50E-05
4.00E-05
00 00 00 00 00
000 000 000 000 000
00 00 00 00 00
000 500 000 500 000
1 1 2 2 3
Reynolds Number

Gambar 9. Grafik Re Vs f

22
3.4 Percobaan 4: Pengukuran Equivalent Length pada Fittings

1. Tujuan Percobaan
Mendapatkan data Pressure Drop (Delta P) dan Laju alir (Q) yang terbaca pada
manometer. Hal ini digunakan untuk menghubungkan antara Friction Factor Fitting
dan Reynold Number, sehingga dapat diperoleh panjang ekuivalen.

2. Prosedur Percobaan
 Membuka Valve 6 sampai maksimal
 Menunggu hingga level manometer stabil
 Mencatat H1 fitting, H2 fitting, H1 venturi dan H2 venturi
 Memvariasikan bukaan valve 6 untuk mendapatkan 5 data yang berbeda
(untuk 1 pipa)
 Mengulangi prosedur dengan menganti pipa
Tabel 9. Data Pengamatan Percobaan 4

H1 Fittings H2 Fittings H1 Venturi H2 Venturi


(inch) (inch) (inch) (inch)
3.1 19.7 24.3 26.9
3.3 19.5 24.7 26.8
3.9 18.9 24.5 26.8
5 16.7 24.7 26.5
7.9 13.6 24.9 26.1

3. Pengolahan Data Percobaan


Menghitung nilai Q
Memperoleh nilai Q dari persamaan pada grafik Q dengan √ ∆ h orifice sebagai
berikut

y=33.785 x +188.04

Nilai y sama dengan Q dan nilai x sama dengan √ ∆ h. Maka dengan persamaan
diatas diperoleh nilai Q.

23
Selanjutnya adalah mencari bilangan Reynold dengan rumus .

DρQ
ℜ=

Nilai bilangan Reynold akan digunakan di dalam rumus mencari f teoritis.

[( )]
2
0.012 5.74
f teoritis=1.325 ln +
3.7 D ℜ0.9

Setelah memperoleh nilai f teoritis, maka Panjang ekuvalen dari fitting dapat
dihitung dengan rumus :

∆ H fittings D pipa 2 g
¿= 2
f teoritis v

Tabel 10. Pengolahan Data Percobaan 4

Delta Akar Delta H Q Re f teoritis Panjang


H Venturi Ekuivalen
fitting
42.16 2.56982489 187.759531 9187.021971 45.7715515 3.77507407
4 7 9 9 1
41.14 2.30954541 173.656027 8496.941407 45.1562330 4.36550606
8 6 8 1
38.1 2.41702296 179.479806 8781.897286 45.4179561 3.76226601
2 2 6 7
29.71 2.13822356 164.372781 8042.714764 44.7146407 3.55380273
8 2 9 4
14.47 1.74585222 143.111748 7002.418293 43.571085 2.34392070
8 7 8 3
Maka akan diperoleh hubungan bilangan Reynold sebagai variabel bebas dan
panjang ekuvalen dari fitting sebagai variabel terikat. Hubungan tersebut
ditunjukkan pada grafik di bawah ini.

24
Gambar 10. Grafik Hubungan Re dan Le
3.5 Percobaan 5: Pengukuran Gate Valve

a. Tujuan percobaan
 Mendapatkan data pressure drop (delta P) dan laju aliran (Q) yang terbaca
pada manometer
 Mengetahui hubungan antara pressure drop yang terjadi pada gate valve
terhadap laju alir dan % bukaan valve terhadap laju alir fluida.
b. Prosedur percobaan

 Memindahkan selang manometer yang tersambung pada katup fitting ke katup


gate valve yang ingin diujikan
 Membuka valve 1, 2, 3, 8, 6, dan 7.
 Memastikan tidak ada udara dalam Venturimeter lalu tutup valve 6.
 Setelah manometer sejajar, kemudian membuka valve 6 sampai maksimal.
 Menunggu hingga level manometer stabil lalu mencatat perbedaan ketinggian
pada gate valve dan Venturimeter.
 Mengulangi prosedur dengan memvariasikan bukaan valve 6 hingga mendapatkan
5 data yang berbeda.
c. Data percobaan
Tabel 11. Data Pengamatan percobaan 5

% H1 H2 H1 H2 H1 H2 H1 H2
Bukaan valve valve venturi venturi valve valve venturi venturi
Valve (inch) (inch) (inch) (inch) (cm) (cm) (cm) (cm)

25
20 16.75 17.75 23.25 25.25 42.545 45.085 59.055 64.135
41.465
40 16.325 17.75 20.5 26.5 5 45.085 52.07 67.31
60 14.25 17.5 17.5 27.325 36.195 44.45 44.45 69.4055
80 13.5 27.5 15.325 28.125 34.29 69.85 38.9255 71.4375
33.845
100 13.325 17.25 13.5 28.675 5 43.815 34.29 72.8345

d. Pengolahan data percobaan


a.Menghitung laju alir fluida Q
Laju alir Q diperoleh dengan cara memasukkan ∆ H venture ke dalam
persamaan kalibrasi venturimeter
Y = 33.785x + 188.04
b. Menghitung ∆ P pada gate valve

∆ P pada gate valve dihitung dengan persamaan tekanan hidrostatis yaitu:

∆ P=( ρair − ρudara ) g ∆ h

Dan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 12. Pengolahan data percobaan 5

ΔH. Gate
% bukaan ΔH. Venturi
valve ΔP (Pa) Q (cm3/s)
valve (cm)
(cm)
20 2.54 247.8074734 5.08 359.6678
40 3.6195 353.1256496 15.24 702.9234
60 8.255 805.3742885 24.9555 1031.162
80 35.56 3469.304628 32.512 1286.458
100 9.9695 972.6443331 38.5445 1490.266

Lalu dari data diatas kita memplot % bukaan vs Q dan % bukaan vs pressure
drop agar mendapat korelasi antara keduanya

26
% Bukaan vs Q
1600
R² = 0.98892221024853
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

20 40 60 80 100 Linear (20 40 60 80 100)

Gambar 11. Hubungan % bukaan vs laju alir Q

% bukaan valve vs pressure drop


1200
R² = 0.852933887710989
1000

800

600

400

200

0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

Gambar 12. Hubungan % bukaan vs Pressure drop

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

27
4.1. Percobaan 1: Kalibrasi Orificemeter
Pada percobaan ini dilakukan pengolahan data untuk mengetahui hubungan antara laju
alir dengan perbedaan ketinggian air pada manometer. Berdasarkan grafik laju alir terhadap
perbedaan ketinggian didapati bahwa semakin besar laju alir maka semakin besar pula
perbedaan ketinggian air pada orifice. Perbedaan ketinggian yang diperoleh mengindikasikan
pressure drop yang terjadi sementara laju alir menggambarkan kecepatan air saat melalui
orifice sehingga percobaan ini menyatakan hubungan laju alir fluida akan berbanding lurus
dengan pressure drop. Hal ini membuktikan rumus laju aliran volumetrik yaitu:

Sementara itu koefisien pelepasan (Cv) merupakan rasio perbandingan besar laju alir
secara teoritis dan secara eksperimental. Jika diperoleh nilai Cv yang mendekati satu artinya
laju eksperimental hampir mendekati nilai laju teoritisnya. Dari grafik yang diperoleh
seharusnya didapati bahwa semakin besar nilai bilangan Reynold maka Cv akan semakin
besar. Hal ini sesuai dengan rumus :

dan C v = √
ρQ D Q 1−β
ℜ=
Aμ S g √2 ∆ H
dimana bilangan Reynold akan sebanding dengan nilai laju alir dan laju alir akan
sebanding dengan nilai Cv.
Perolehan grafik yang tidak linear disebabkan oleh praktikan yang tak luput dari
kesalahan yang dibuat. Kesalahan pada percobaan ini dapat terjadi ketika masih ada
gelembung udara pada orifice meter dan selang orifice yang menyebabkan pembacaan pada
manometer menjadi tidak akurat. Selain itu, kesalahan juga dapat terjadi pada saat pembacaan
laju alir dan pencatatan waktu pada stopwatch. Adapun kerusakan alat seperti pipa yang bocor
halus atau berkarat serta selang manometer yang tidak terhubung dapat membuat kesalahan
relatif yang lebih besar.

4.2. Percobaan 2: Kalibrasi Venturimeter


Bedasarkan data percobaan yang didapatkan dapat terlihat bahwa adanya
perbedaan ketinggian pada venturimeter dan orificemeter. Perbedaan ketinggian ini
kemudian digunakan untuk menghitung laju alir (Q). Q ini didapat dengan menghitung
persamaan garis yang didapatkan dengan memplot grafik Q vs akar ∆H orifice pada

28
percobaan ini dengan Q pada sumbu y dan akar ∆H orifice sebagai sumbu x. Dari grafik
didapatkan bahwa persamaan garisnya adalah y = 33.785x + 188.4. Dari persamaan garis
yang didapat, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi laju alir Q maka pressure drop
yang ada akan tinggi pula.
Selain itu, dari pengolahan data kita mendapatnya Cvventure dan bilangan
Reynolds yang kemudian di cari grafik untuk mengetahui hubungan antara keduanya.
Dari Re yang didapat semuanya lebih dari 4000 yang mengindikasikan bahwa aliran yang
terjadi adalah aliran turbulen (>2400). Hubungan antara Cv dengan bilangan Reynolds
dapat dilihat dari grafik. Dari grafik kita mengetahui persamaan garisnya adalah y = -
3E+0.8x + 3E+10 dimana persamaan ini memiliki trend yang menurun dan slope yang
negatif. Maka dari itu semakin kecil bilangan Reynolds yang didapat maka Cv akan
semakin besar.
Kesalahan dalam praktikum ini adalah karena pengukuran dilakukan pada aliran
yang belum sempurna sehingga laju alir sudah terpengaruh oleh faktor friksi..
Penyimpangan juga mungkin dikarenakan pada percobaan pertama trial percobaannya
tidak bervariasi.

4.3. Percobaan 3: Pengukuran Pipe Friction Factor


Tujuan dari percobaan ke-3 yaitu untuk mengetahui hubungan koefisien faktor friksi
dengan bilangan Reynolds yang terjadi pada dua pipa yang diameternya telah divariasikan.
Faktor friksi dapat dihitung dengan rumus f=(∆Hpipe*D*2g)/(L*Q^2 ). Faktor friksi ini
menunjukan hilangnya energi yang diakibatkan gesekan dalam pipa beserta halangan
lainnya yang dipengaruhi oleh perbedaan tekanan dan laju alir pipa. Semakin besar laju alir
pipa, semakin besar pula perbedaan tekanan yang akan terjadi karena adanya pusaran air
yang dibentuk. Semakin besar perbedaan tekanan, nilai faktor friksi akan semakin besar.
Dari percobaan yang sudah dilakukan, didapatkan grafik bilangan Reynold dan
faktor friksi. Dapat terlihat bahwa semakin besar nilai Reynolds, semakin besar pula nilai
faktor friksinya. Lalu, dari pengolahan data yang telah dilakukan, dapat diamati juga bahwa
benar, semakin besar laju alir yang terjadi, semakin besar nilai bilangan Reynoldsnya. Lalu,
dapat diamati juga bahwa semakin besar pressure drop yang terjadi maka faktor friksi akan

29
semakin besar. Terakhir, dapat disimpulkan bahwa aliran pada percobaan kali ini bersifat
turbulen, dimana nilai bilangan Reynoldsnya melebihi 4000.

4.4. Percobaan 4: Pengukuran Equivalent Length pada Fittings


Pada percobaan 4, memiliki tujuan akhir untuk menghubungkan antara Friction
Factor Fitting dan Reynold Number, sehingga dapat diperoleh panjang ekuivalen. Data yang
diperoleh pada percobaan ini adalah perbedaan tekanan yang diukur melalui manometer.
Melalui data yang diambil pada percobaan ini diperoleh Bilangan Reynold yang
telah diolah melalui pengolahan data. Bilangan Reynold pada percobaan berhubungan
dengan jenis aliran yang terbentuk pada pipa dan friction factor akibat fitting. Bilangan
Reynold juga menunjukan turbulen atau laminarnya suatu aliran. Pada percobaan ini terjadi
kehilangan energi akibat fitting pada pipa. Fitting akan menimbulkan friksi/gesekan antara
fluida dengan dinding pipa.
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan oleh praktikan, didapatkan hubungan
bahwa semakin besar nilai Re, maka nilai panjang ekuivalen fitting akan semakin membesar.
Sementara itu semakin besar nilai bilangan Reynold mengakibatkan nilai faktor friksi akan
semakin kecil. Hal tersebut disebabkan oleh semakin turbulen sebuah aliran fluida, maka
aliran tersebut mampu menghasilkan dan mempertahankan energi lebih baik dibandingkan
aliran laminar, sehingga akan mengurangi kehilangan energi. Dengan demikian, bilangan
Reynold berbanding lurus dengan panjang ekuivalen fitting dan berbanding terbalik dengan
faktor friksi.
Pada percobaan ini praktikan juga tidak luput dari kesalahan sehingga data yang
diperoleh praktikan tidak akurat. Kesalahan praktikan dalam percobaan ini antara lain pada
kelalaian pembukaan valve dan pembacaan skala manometer. Selain itu, kondisi peralatan
yang sudah tua dan mungkin kurang dilakukannya pembersihan pipa secara rutin sehingga
memungkinkan adanya pengotor yang mengendap.

30
4.5. Percobaan 5: Pengukuran Gate Valve
Bedasarkan grafik yang ada antara % bukaan vs laju alir dapat disimpulkan bahwa
kurva memiliki slope dan trend yang positif yang kita dapat simpulkan bahwa semakin besar
bukaan gate valve maka jalu alir fluida juga akan semakin besar. Sedangkan pada grafik
antara % bukaan vs pressure drop kurva mengalami fluktuaktif namun dari titik ketiga dapat
disimpulkan bahwa kurva mengalami kenaikan yang berarti semakin besar % bukaan maka
pressure drop nya juga akan membesar.
Dari pengolahan data dan grafik yang didapatkan membuktikan bahwa teori yang
menyatakan bahwa semakin besar bukaan maka laju alir dan pressure drop juga akan
semakin besar. Secara teori, semakin besar bukaan maka laju alir akan naik, peningkatan
laju alir ini akan menimbulkan gaya friksi dan gaya friksi ini berhubungan pressure dropnya.

BAB 5
KESIMPULAN

1. Semakin besar laju alir yang terdapat pada aliran menyebabkan semakin besar pressure
drop yang terjadi
2. Semakin besar bilangan Reynold menyebabkan semakin besar nilai koefisien pada orifice
(Cv)
3. Semakin tinggi laju alir maka akan menyebabkan ketinggian air pada venturimeter dan
manometer akan semakin tinggi pula (berbanding lurus). Semakin besar nilai perbedaan
ketinggian maka laju alir akan semakin besar.
4. Semakin besar nilai Cv maka akan semakin besar pula nilai Q dan semakin besar nilai Cv
maka nilai bilangan Re akan semakin kecil.
5. Semakin tinggi laju alir akan menyebabkan ketinggian air pada venturimeter dan
manometer menjadi tinggi pula (berbanding lurus).

31
6. Semakin besar diameter pipa maka faktor friksi yang terjadi akan semakin besar.
7. Besarnya nilai koefisien karakteristik orifice (Cv) akan berbanding lurus terhadap
bilangan Reynolds.
8. Nilai bilangan Reynold berbanding terbalik dengan faktor friksi
9. (percobaan 5) % bukaan valve akan mempengaruhi laju alir dan pressure drop. Semakin
besar % bukaan valve maka laju alir dan pressure drop juga akan semakin besar.

32
DAFTAR PUSTAKA

Petrokimia, D. T. (1998). Buku Panduan Praktikum Operasi Teknik I. Depok: Departemen


Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
De Nevers, Noel. 1991. Fluid Mechanics for Chemical Engineering 2nd Edition. Singapore:
McGraw-Hill.
Engineeringtoolbox.com. (2018). Laminar, Transitional or Turbulent Flow. [online] Available
at: https://www.engineeringtoolbox.com/laminar-transitional-turbulent-flow-d_577.html
[Accessed 9 Nov. 2018].
De Nevers, Noel. Fluids Mechanics for Chemical Engineering. McGraww-Hill. International
Edition. 1991.

33

Anda mungkin juga menyukai