HIDROLIKA
OLEH :
NIM : 1923716057
KELAS : V TPIPP C
TEKNIK SIPIL
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang telah diberikan sehingga penyusun bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Hidrolika ini.
Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah.
Terususnnya laporan ini tentu bukan karrena buah kerja keras penyusun semata, melainkan
juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusun mengucapkan limpah terima kasih kepada
semua pihak yang membantu tersusunnya laporan ini.
Sangat saya sadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saya selaku
penyusun menerima dngan terbuka semua kritik dan saran yang memebangun agar laporan ini bisa
terususun lebih baik lagi. Saya berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Praktikum............................................................................................................1
A. Saluran Terbuka..............................................................................................................2
B. Klasifikasi Aliran.............................................................................................................2
C. Rumus-rumus Umum......................................................................................................5
D. Keselamatan Kerja...........................................................................................................7
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................48
B. Saran..............................................................................................................................48
LAMPIRAN..................................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrolika adalah bagian dari hidrodinamika yang berkaitan dengan gerakan air atau
mekanika aliran. Ditinjau dari mekanika aliran terdapat dua macam aliran yaitu aliran saluran
tertutup dan aliran saluran terbuka. Aliran saluran terbuka adalah system saluran yang
permukaan airnya terpengaruhi dengan udara luar. Ada beberapa macam aliran saluran
terbuka yaitu ada yang berbentuk trapesium, segiempat, segitiga, setengah lingkaran ataupun
kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut. Pada aliran saluran terbuka sering dibuat hambatan
berupa ambang. Ambang yaitu salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk
menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran.
Fenomena hidrolika saluran terbuka tidak hanya dapat dipahami dari pemberian
materi kuliah tatap muka saja. Seringkali dalam penyajian secara teoritis sulit dimengerti oleh
para mahasiswa. Hal ini wajar sekali mengingat sifat-sifat hidrolik pada masalah tertentu
terutama aliran pada suatu bangunan sulit digambarkan secara jelas. Oleh sebab itu, untuk
membantu para mahasiswa memahami sebagian dari masalah tersebut perlu diadakan
kegiatan yang berupa : “ Praktikum Hidrolika “ .
B. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah yang telah ditentukan, maka dapat penulis rumuskan masalah
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana panjang dan tinggi loncatan hidrolik (hydraulic jump) yang terjadi akibat
pengaruh variasi debit?
2. Bagaimana pola gerusan dan kedalaman gerusan yang terjadi akibat pengaruh
loncatan hidrolik (hydraulic jump)?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Hidrolika ini adalah :
1. Agar mahasiswa dapat memahami dan menambah wawasan dalam kaitannya dengan
materi kuliah yang diberikan.
2. Memahami fungsi dan komponen peralatan
3. Menentukan debit pecobaan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Saluran Terbuka
Saluran terbuka adalah saluran alami atau buatan yang memiliki permukaan bebas
pada tekanan atmosfer. Saluran terbuka dapat diklasifikasikan berdasarkan asal-usulnya dan
konsistensi bentuk penampang dan kemiringan dasar.
1. Saluran alam (natural channel), yaitu saluran yang terbentuk secara alami tanpa
campur tangan manusia. Contoh : sungai-sungai kecil di daerah hulu (pegunungan)
hingga sungai besar di muara.
2. Saluran buatan (artificial channel), yaitu saluran yang dibuat dan direncanakan oleh
manusia. Contoh : saluran drainase tepi jalan, saluan irigasi untuk mengairi
persawahan, saluran pembuangan, saluran untuk membawa air ke pembangkit listrik
tenaga air, saluran untuk supply air minum, dan saluran banjir.
B. Klasifikasi Aliran
Aliran fluida diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan sifatnya dan juga
lingkungan sekitarnya. Adapun aliran fluida secara umum diklasifikasikan menjadi 6 jenis
yaitu :
2
1. Aliran Steady dan Unsteady
Aliran fluida steady (stabil)
Aliran fluida steady (stabil) adalah aliran yang kondisi (kecepatan, tekanan,
dan penampang) dapat bervariasi dari satu titik ke titik lainnya, tetapi tidak
berubah seiring waktu. Namun pada kenyataannya, sangat jarang aliran
seperti itu dengan parameter yang benar-benar konstan dari waktu ke waktu.
Parameter biasanya berubah seiring waktu tetapi berada dalam kisaran yang
kecil sehingga rata-rata parameter tertentu tetap konstan selama jangka waktu
tertentu.
Aliran fluida unsteady (Tidak Stabil)
Aliran fluida unsteady (Tidak Stabil) adalah aliran pada suatu titik fluida
dimana kondisinya berubah seiring waktu, sehingga aliran tersebut dikatakan
tidak stabil. Dalam praktiknya selalu ada sedikit perbedaan dalam kecepatan
dan tekanan, tetapi jika nilai rata-rata konstan, aliran dianggap konstan.
2. Aliran Uniform dan non-Uniform
Aliran fluida Uniform (Seragam)
Aliran fluida Uniform (Seragam) adalah aliran fluida Jika parameter aliran
tetap konstan dengan jarak sepanjang jalur aliran. Untuk aliran yang seragam,
luas penampang aliran harus tetap konstan. Jadi contoh aliran fluida seragam
adalah aliran fluida melalui pipa dengan diameter yang konstan.
Aliran fluida non-uniform (Tidak seragam)
Aliran fluida tidak seragam adalah aliran fluida yang terjadi jika parameter
aliran berubah dan divariasikan pada titik yang berbeda pada jalur aliran
fluida. Dalam kenyataannya setiap fluida yang mengalir di dekat suatu batas
padat akan menjadi tidak seragam karena fluida pada batas tersebut pasti
mempunyai kecepatan batas, biasanya nol. Namun biasanya aliran fluida
dapat diasumsikan seragam jika bentuk dan ukurannya penampang aliran
fluida adalah konstan.
Secara umum, semua jenis fluida mengalir dalam bentuk tiga dimensi,
bervariasi ke segala arah dengan tekanan dan kecepatan serta sifat aliran lainnya.
Istilah satu, dua atau tiga dimensi aliran fluida mengacu pada jumlah ruang
terkoordinasi yang diperlukan untuk menggambarkan aliran. Pada kenyataannya
secara fisik aliran fluida apa pun umumnya berbentuk tiga dimensi. Tetapi dalam
kasus tertentu untuk kebutuhan analisa dan perhitungan aliran fluida terdapat
3
kesulitan untuk melakukan analisa mendalam pada ketiga dimensi. Oleh karena itu
dilakukan penyederhanaan dengan mengabaikan perubahan yang mengalir ke salah
satu arah, sehingga mengurangi kerumitan perhitungan aliran fluida. Sehingga
dimungkinkan untuk mereduksi masalah tiga dimensi menjadi masalah dua dimensi,
bahkan masalah satu dimensi pada waktu tertentu.
Aliran rotational adlay jenis aliran fluida di mana partikel fluida juga berputar
pada porosnya sendiri saat mengalir di sepanjang garis aliran.
Aliran Irrotational adalah jenis aliran fluida di mana partikel fluida tidak
berputar pada porosnya sendiri saat mengalir di sepanjang garis aliran.
Aliran Laminar
Aliran fluida laminar adalah jenis aliran di mana partikel fluida bergerak di
sepanjang jalur atau aliran yang ditentukan dengan baik, dan semua garis
aliran lurus dan paralel. Dalam aliran ini, lapisan fluida bergerak sejajar satu
sama lain dan tidak saling bersilangan.
Aliran Turbulent
Aliran Turbulen adalah jenis aliran di mana partikel fluida bergerak secara
acak. Karena pergerakan partikel fluida tersebut, sehingga terbentuk pusaran
yang berpotensi mengurangi energi pada fluida. Tegangan geser pada aliran
turbulen lebih tinggi dari pada aliran laminar. Dengan peningkatan kecepatan
aliran, gaya awal meningkatkan Bilangan Reynolds. Untuk aliran sedang,
4
bilangan Reynolds di bawah 2000 dan untuk aliran turbulen, di atas 2300.
Untuk zona transisi antara kedua jenis, bilangan Reynolds bervariasi antara
2000–4000.
Semua cairan dapat dimampatkan - bahkan air - kepadatannya akan berubah saat
tekanan sedikit berubah. Dalam kondisi stabil, dan asalkan perubahan tekanan kecil,
dimungkinkan untuk menyederhanakan analisis aliran dan mengasumsikan bahwa
aliran tersebut tidak dapat dimampatkan dan memiliki kerapatan yang konstan.
Aliran Aliran Fluida Compressible adalah salah satu jenis aliran fluida yang
massa jenis fluida bervariasi dari satu titik ke titik lain atau bisa dikatakan
massa jenis (ρ) tidak konstan untuk fluida tersebut. Pada fluida jenis ini
ukuran atau volume daripada fluida dapat diperkecil dengan cara
dimampatkan (compressible).
Aliran Fluida Incompressible adalah jenis aliran di mana massa jenis atau
kepadatan aliran fluida adalah konstan. Pada fluida jenis Cair umumnya tidak
dapat dimampatkan sedangkan untuk fluida jenis gas dapat dimampatkan.
Mengkompresi cairan cukup sulit sehingga dalam kondisi paling stabil,
cairan tersebut dianggap tidak memenuhi syarat compressible. Dalam
beberapa kondisi yang tidak stabil, mungkin ada perbedaan tekanan yang
sangat tinggi dan ini perlu juga diperhitungkan untuk cairan.
Di dalam praktek, faktor penting dalam studi hidraulika adalah kecepatan aliran V
atau debit aliran Q. Dalam hitungan praktis, rumus yang banyak digunakan adalah persamaan
kontinuitas, Q = AV, dengan A adalah tampang aliran.
5
Apabila kecepatan dan tampang aliran diketahui, maka debit aliran dapat dihitung.
Demikian pula jika kecepatan dan debit aliran diketahui maka dapat dihitung luas tampang
aliran yang diperlukan untuk melewatkan debit tersebut.
Dengan kata lain dimensi pipa atau saluran dapat ditetapkan. Biasanya debit aliran
ditentukan oleh kebutuhan air yang diperlukan oleh suatu proyek (kebutuhan air minum suatu
kota, untuk irigasi, debit pebangkitan tenaga listrik, dan sebagainya) atau debit yang terjadi
pada proyek tersebut (debit aliran melalui sungai). Dengan demikian besarnya debit aliran
adalah sudah tertentu. Berarti untuk bisa menghitung tampang aliran A, terlebih dahulu harus
dihitung kecepatan V. Rumus kecepatan ini diperoleh secara Matematis-Empiris yaitu
berdasarkan percobaan- percobaan yang dilakukan CHEZY, MANNING dan
STRICKLER.
Rumus Satuan
Lebar b M
Kedalaman air h M
Luas penampang basah A=bxh M
Keliling basah penampang P = b + 2h M
Radius hidrolik A M
R=
P
1. Rumus Chezy
Seperti yang telah diketahui, bahwa perhitungan untuk aliran melalui saluran
terbuka hanya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus empiris, karena
adanya banyak variabel yang berubah. Untuk itu berikut ini disampaikan rumus-
rumus empiris yang banyak digunakan untuk merencanakan suatu saluran terbuka.
Chezy berusaha mencari hubungan bahwa zat cair yang melalui saluran
terbuka akan menimbulkan tegangan geser (tahanan) pada dinding saluran, dan akan
diimbangi oleh komponen gaya berat yang bekerja pada zat cair dalam arah aliran. Di
6
dalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah seimbang
dengan tahanan geser, dimana tahanan geser ini tergantung pada kecepatan aliran.
Setelah melalui bebera penurunan rumus, akan didapatkan persamaan umum :
V = C √R I
2. Rumus Manning
Rumus Manning yang banyak digunakan pada pengaliran di saluran terbuka, juga
berlaku untuk pengaliran di pipa. Rumus tersebut mempunyai bentuk:
3. Rumus STRICKLER
Rumus Strickler yang banyak digunakan pada pengaliran di saluran terbuka, juga
berlaku untuk pengaliran di pipa. Rumus tersebut mempunyai bentuk:
V = k R2/3 I1/2
D. Keselamatan Kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum dan
serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan kerja antara lain :
2. Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran kerja serta
Langkah-langkah kerjanya.
7
3. Cek kondisi pompa yang ada di dalam Hydraulic Bench
4. Isi tangka pada Hydrolic Bench dengan air sesuai dengan kebutuhan
5. Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar salauran sesuai dengan macam
percobaan
8. Semua alat-alat tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak boleh diletakan
sembarangan
8
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. Dasar Teori
Aliran seragam (uniform flow) adalah salah satu tipe aliran apabila tempat (s) yang
dipakai sebagai kriteria. Aliran seraga yaitu apabila kedalaman aliran (h) tidak berubah
menurut tempat (s) dan kecepatannya (v) juga tidak beerubah terhadap tempat.
Pada umumnya aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen (Re > 12.500), karena
kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka disebut
seragam (uniform) apabila berbagai variable aliran seperti kedalaman, tampang basah,
kecepatan dan debit pada setiap tampang di sepanjang aliran adalah konstan. Pada aliran
seragam, garis energi garis muka air dan dasar saluran adalah sejajar sehingga kemiringan
ketiga garis energi tersebut adalah sama. Kedalaman air pada aliran seragam disebut dengan
kedalaman normal. Gambar 1. Memperlihatkan contoh aliran permanen seragam.
9
berubah terhadap waktu (t). Apabila berubah terhadap waktu maka disebut aliran tidak
permanen ( unsteady ).
Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan geser
pada dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh komponen gaya berat yang bekerja
pada zat cair dalam arah aliran. Di dalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah
aliran adalah seimbang dengan tahanan geser. Tahanan geser ini bergantung pada kecepatan
aliran. Berdasarkan kesetimbangan gaya-gaya yang terjadi tersebut dapat diturunkan rumus
Chezy sebagai berikut :
V = C √R.I
dengan :
V = kecepatan aliran
C = koefisien Chezy
R = radius hidraulik
I = kemiringan muka air.
Jika kecepatan aliran dapat diketahui, maka harga koefisien Chezy tersebut akan diperoleh.
2. Pelaksanaan Praktek
2.1 Peralatan yang digunakan
Multi Purpose Teaching flume
Satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang. Dasar saluran
dapat di ubah kemiringannya dengan menggunakan jack hidraulik. Terpasang rel
pada bagian atas saluran untuk meletakkan alat ukur kedalaman ( point gauge )
dan pitot dapat digeser-geser sepanjang saluran. Saluran ini dilengkapi kran
tekanan udara, tangki pelayanan berikut pompa sirkulasi air dan alat pengukur
debit.
Alat ukur tinggi muka air atau alat ukur kedalaman air (point gauge)
10
Diletakkan di sepanjang rel di atas saluran tembus pandang ( multi purpose
teaching flume )
Dasar saluran dengan kekasaran (Roughness bed)
11
= 0,000575
Debit aliran =1
Uraian Titik 1 Titik 2
Kedalaman aliran (h) 24,65 mm = 0,02465 m 23,50 mm = 0,0235 m
Luas tampang basah (A) A=B×h A=B×h
A = 0,077 m × 0,02465 m A = 0,077 m × 0,0235 m
A = 0,0019 m2 A = 0,0018 m2
Keliling tampang basah (P) P = B + 2h P = B + 2h
P = 0,077 + 2(0,02465) P = 0,077 + 2(0,0235)
P = 0,1263 m P = 0,124 m
Radius hidraulik (R) A A
R= R=
P P
0,0019 0,0018
R= R=
0,1263 0,124
R = 0,015 R = 0,014
Kecepatan aliran (v) 0,9 m/s 1,3 m/s
Kecepatan rerata aliran 1,1 m/s
Radius hidraulik rerata 0,0145
Koefisien Chezy 379,3
b) Saluran kasar
Lebar saluran (B) = 7,7 cm = 0,077 m
Kemiringan saluran (is) =0
Kemiringan muka air (iw) = is + (h1 - h2)/L
(0,06185 – 0,03)
= 0+
2
= 0,016
Debit aliran =1
Uraian Titik 1 Titik 2
Kedalaman aliran (h) 61,85 mm = 0,06185 m 30 mm = 0,03 m
Luas tampang basah (A) A=B×h A=B×h
A = 0,077 × 0,06185 A = 0,077 × 0,03
A = 0,0048 A = 0,023
Keliling tampang basah (P) P = B + 2h P = B + 2h
P = 0,077 + 2(0,06185) P = 0,077 + 2(0,03)
P = 0,201 P = 0,137 m
Radius hidraulik (R) A A
R= R=
P P
0,0048 0,023
R= R=
0,201 0,137
R = 0,0239 R = 0,1679
Kecepatan aliran (v) 0,8 m/s 0,9 m/s
12
Kecepatan rerata aliran 0,85 m/s
Radius hidraulik rerata 0,0959
Koefisien Chezy 21,25
1. Dasar Teori
Aliran seragam (uniform flow) adalah salah satu tipe aliran apabila tempat (s) yang
dipakai sebagai kriteria. Aliran seraga yaitu apabila kedalaman aliran (h) tidak berubah
menurut tempat (s) dan kecepatannya (v) juga tidak beerubah terhadap tempat.
Pada umumnya aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen (Re > 12.500), karena
kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka disebut
seragam (uniform) apabila berbagai variable aliran seperti kedalaman, tampang basah,
kecepatan dan debit pada setiap tampang di sepanjang aliran adalah konstan. Pada aliran
seragam, garis energi garis muka air dan dasar saluran adalah sejajar sehingga kemiringan
ketiga garis energi tersebut adalah sama. Kedalaman air pada aliran seragam disebut dengan
kedalaman normal. Gambar 1. Memperlihatkan contoh aliran permanen seragam.
13
dengan :
V = kecepatan aliran
C = koefisien Chezy
R = radius hidraulik
I = kemiringan muka air.
Jika kecepatan aliran dapat diketahui, maka harga koefisien Chezy tersebut akan diperoleh.
2. Pelaksanaan Praktek
2.1 Peralatan yang digunakan
Multi Purpose Teaching flume
Satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang. Dasar saluran dapat
di ubah kemiringannya dengan menggunakan jack hidraulik. Terpasang rel pada
bagian atas saluran untuk meletakkan alat ukur kedalaman ( point gauge ) dan pitot
dapat digeser-geser sepanjang saluran. Saluran ini dilengkapi kran tekanan udara,
tangki pelayanan berikut pompa sirkulasi air dan alat pengukur debit.
Alat ukur tinggi muka air atau alat ukur kedalaman air (point gauge)
14
Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan aliran (v)
2.2 Langkah percobaan
Alirkan air kedalam saluran dengan menjalankan pompa
Apabila dasar saluran dimiringkan, catatlah kemiringan sebagai i s
Bendunglah pada ujung hilir saluran
Ukurlah kedalaman pada beberapa titik yang telah ditentukan jaraknya (L), disekitar
daerah pembendungan
Ukur debit aliran dan ukur pula kecepatan aliran di titik-titik tersebut
Ukurlah kemiringnan muka air yang terjadi yaitu iw = is + (hn-1/2 – hn-1/2)/L dengan hn
adalah kedalaman pada titik ke n
Amamti keadaan aliran yang terjadi
Dari hasil pengukuran tersebut tentukan besarnya koefisien kekasaran.Chezy pada titik
baik pada aliran dengan pembendungan, amati apakah hasilnya konstan atau berubah
Gambarkan sketsa saluran dan letak titik-titik pengukuran
15
tampang P = 0,077 + P = 0,077 + P = 0,077 + P = 0,077 + P = 0,077 +
basah (P) 2(0,0048) 2(0,0037) 2(0,0018) 2(0,0029) 2(0,0023)
P = 0,0866 P = 0,0844 P = 0,0806 P = 0,0828 P = 0,0816
Radius A A A A A
R= R= R= R= R=
hidraulik (R) P P P P P
0,0048 0,0037 0,0018 0,0029 0,0023
R= R= R= R= R=
0,0866 0,0844 0,0806 0,0828 0,0816
R = 0,0554 R = 0,0438 R = 0,0223 R = 0,0350 R = 0,0282
Kecepatan 0,8 0,8 0,9 0,9 0,9
aliran (v)
Kecepatan 0,86
rerata aliran
Radius 0,0369
hidraulik
rerata
Koefisien 35,39
Chezy
1 Dasar Teori
Pintu sorong adalah sekat yang dapat diatur bukaannya. Pada bangunan air, aplikasi
pintu sorong adalah pintu pembilas. Fungsinya yaitu mencegah sedimen layang masuk ke
dalam pintu pengambilan (intake) dan membilas sedimen yang menghalangi aliran.
Debit air yang terjadi pada pintu sorong pada kondisi aliran air bebas dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
Q = Cd.B.yg √ 2. g . y 0
Dimana :
Cd = kefisin debit
16
Gambar 3. Aliran melalui pintu sorong
2 Pelaksanaan praktek
2.1 Peralatan yang digunakan
Multi Purpose Teaching flume
Satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang. Dasar saluran dapat
di ubah kemiringannya dengan menggunakan jack hidraulik. Terpasang rel pada
bagian atas saluran untuk meletakkan alat ukur kedalaman ( point gauge ) dan pitot
dapat digeser-geser sepanjang saluran. Saluran ini dilengkapi kran tekanan udara,
tangki pelayanan berikut pompa sirkulasi air dan alat pengukur debit.
Model pintu sorong (sluice gate)
Pintu sorong merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengatur debit
aliran pada suatu saluran.
Current Meter
17
Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan aliran (v)
2.2 Langkah percobaan
Atur kedudukan saluran hingga dasar saluran menjadi datar atau horizontal
Pasang pintu sorong pada saluran dan jagalah agar kondisi ini tetap vertical
Alirkan air kedalam saluran dan ukur debitnya
Atur harga yg antara 20 mm dan 40 mm, misalnya diambil harga yg = 20 mm kemudian
ukur y1 dan y0
Dengan debit yang sama dengan poin 4 diatas, atur pintu sorong hingga harga y 0 antara
80 mm dan 130 mm, misalnya diambil harga y0 = 80 mm kemudian ukur yg dan y1
Ubah debit dengan memutar kran dan atur pintu sorong sehingga harga y 0 pada poin ke 4
diatas kemudian diukur yg dan y0
Kemudian debit yang sama dengan poin 6 diatas, atur pintu sorong hingga harga y g sama
denganharga yg pada poin , ukur y0 dan y1
Amati keadaan aliran yang terjadi
Ulangi percobaan unttuk debit yang lain
Berdasaarkan rumus diatas, tentukan besarnya koefisien debit pada pintu sorong untuk
kondisi aliran bebas
Hitung harga H0 dan H1 kemudian bandingkan hasilnya
2.3 Data pengamatan
Lebar pintu sorong = 7,4 cm
yg Y0 Y1 Q H0 H1 Cd
0,02 0,028 0,01 1 3,6 4,9 0,200
0,01 0,1405 0,0015 1,5 0,2 5,9 0,336
1 Dasar teori
Tekanan dinyatakan sebagai jumlah gaya tiap satuan luas. Apabila gaya terdisttribusi secara
merata pada suatu luasan, maka tekanan dapat ditentukan dan membagi gaya dengan luas
F
P= . Bila tekanan bekerja pada suatu bidang tegak maka gaya tekanan adalah sebesar :
A
1 1 1
Fh = . p . h= . y a . h . h= y a h2
2 2 2
Pada gambar dibawah ini terlihat mengenai gaya yang bekerja pada pintu
18
Gambar 4. Gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong
Pada gambar diatas terlihat bahwa gaya resultante yang terjadi pada pintu sorong adalah :
1 ρQ y1
Fg = ρ yg12 (yo2 / y12) - (1− )
2 by 1 y0
Gaya pada pintu yang melawan gaya hidrostatis adalah :
1
FH = ρg(y0-yg)2
2
Dimana :
Fg = resultan gaya dorong pada pintu sorong (non hidrostatis)
FH = resultan gaya dorong akibat gaya hidrostatis
Q = debit aliran
ρ = rapat massa fluida
g = percepatan gravitasi
B = lebar pintu sorong
Yg = tinggi bukaan pintu
Y0 = kedalaman air di hulu pintu
Y1 = kedalaman air di hilir pintu
2 Pelaksanaan praktek
2.1 Peralatan yang digunakan
Multi Purpose Teaching flume
Satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang. Dasar saluran dapat di
ubah kemiringannya dengan menggunakan jack hidraulik. Terpasang rel pada bagian
atas saluran untuk meletakkan alat ukur kedalaman ( point gauge ) dan pitot dapat
19
digeser-geser sepanjang saluran. Saluran ini dilengkapi kran tekanan udara, tangki
pelayanan berikut pompa sirkulasi air dan alat pengukur debit.
Model pintu sorong (sluice gate)
Pintu sorong merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengatur debit
aliran pada suatu saluran.
Current Meter
Diletakkan di sepanjang rel di atas saluran tembus pandang ( multi purpose teaching
flume )
Stop watch
20
Pasang point guage atau hook guage pada hulu dan hilir pintu
Sebagai datum pengukuran adalah dasar saluran
Dengan perlahan-lahan alirkan air hingga y0 mencapai 20 cm (ukur dengan point
guage di hulu pintu)
Dengan y0 pada ketinggian ini ukur debit yang terjadi
Ukur ketinggian y1 di hilir pintu
Naikan bukaan pintu setinggi 1 cm dari posisi semula
Atur ketinggian air di hulu pintu agar tetap setinggi 20 cm dengan mengubah debit
aliran
Catatlah debit aliran yang terjadi dan ukur tinggi y1
Hitung besarnya gaya pada pintu sorong akibat gaya hidrolik maupun akibat gaya
aliran
Gambarkan grafik hubungan antara Fg/Fh dengan yg/y0
yg Y0 Y1 Q Fg Fh Fg/Fh Yg/y0
0,02 m 0,2 m 0,0183 1,9 187,0 158,922 1,1767 0,1
0,03 m 0,144m 0,03503 2 70,6 63,745 1,1075 0,2
Detail Perhitungan :
Percobaan 1
1 ρQ y1
Fg = ρgy12 (yo2 / y12) - (1− )
2 by 1 y0
1 1000 .1,9 0,0183
Fg = 1000 .9,81 . 0,01832 (0,22 / 0,01832) - (1− )
2 0,074 . 0,0183 0,2
Fg = 187,0
1
FH = ρg (y0-yg)2
2
1
FH = 1000 .9,81 (0,2-0,02)2
2
FH = 158,922
Percobaan 2
1 ρQ y1
Fg = ρgy12 (yo2 / y12) - (1− )
2 by 1 y0
21
1 1000 .1,9 0,03503
Fg = 1000 .9,81 . 0,035032 (0,1442 / 0,035052) - ( 1− )
2 0,074 . 0,03503 0,144
Fg = 70,6
1
FH = ρg (y0-yg)2
2
1
FH = 1000 .9,81 (0,144-0,03)2
2
FH = 63,745
Karena ya ≈ y1 dan yb ≈ y3, maka persamaan diatas dapat disederhanakan sebahai berikut :
∆H = (y3 – y1/4y1y3)3
Dimana :
∆H = total kehilangan energi sepanjang loncatan air
Va = kecepatan rerata sebelum loncatan iar
22
Ya = kedalaman aliran sebelum loncatan air
Vb = kecepatan rerata setelah loncatan air
Yb = kedalaman aliran setelah loncatan air
2 Pelaksanaan praktek
2.1 Peralatan yang digunakan
Multi Purpose Teaching flume
Satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang. Dasar saluran dapat di
ubah kemiringannya dengan menggunakan jack hidraulik. Terpasang rel pada bagian
atas saluran untuk meletakkan alat ukur kedalaman ( point gauge ) dan pitot dapat
digeser-geser sepanjang saluran. Saluran ini dilengkapi kran tekanan udara, tangki
pelayanan berikut pompa sirkulasi air dan alat pengukur debit.
Model pintu sorong (sluice gate)
Pintu sorong merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengatur debit
aliran pada suatu saluran.
Current Meter
23
Diletakkan di sepanjang rel di atas saluran tembus pandang ( multi purpose teaching
flume )
Stop watch
24
9 5
Detail Perhitungan :
Percobaan 1
∆H = (y3 – y1/4y1y3)3
2
0,01206−0,06409
∆H =
[ 4 . 0,06409 .0,01206 ]
∆H = 283,21
Percobaan 2
∆H = (y3 – y1/4y1y3)3
2
0,02003−0,03502
∆H =
[
4 . 0,03502. 0,02003 ]
∆H = 28,54
Percobaan 3
∆H = (y3 – y1/4y1y3)3
2
0,01909−0,1011
∆H =
[ 4 . 0,1011 . 0,01909 ]
∆H = 112,85
25
G = percepatan gravitasi
H = beda tinggi antara muka air inlet dan outlet siphon (m)
2 Pelaksanaan praktek
2.1 Alat yang digunakan
Multi Purpose Teaching flume
Satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang. Dasar saluran
dapat di ubah kemiringannya dengan menggunakan jack hidraulik. Terpasang rel
pada bagian atas saluran untuk meletakkan alat ukur kedalaman ( point gauge )
dan pitot dapat digeser-geser sepanjang saluran. Saluran ini dilengkapi kran
tekanan udara, tangki pelayanan berikut pompa sirkulasi air dan alat pengukur
debit.
Model siphon spillway
Air regulated siphon
26
Ulangi Langkah-langkah diatas untuk debit aliran yang lain
Amati karakteristik aliran di dalam siphon dan amati pula bagian mana yang
akan mengalami gerusan di outlet siphon
b) Percobaan Air regulated siphon
Pasang model air regulated pada saluran terbuka.
Alirkan air ke dalam saluran dengan menjalankan pompa
Biarkan air mengalir sedikit dengan demi sedikit hingga mencapai mulut inlet
siphon.
Biarkan air naik hingga memenuhi seluruh penampang siphon, sambil amati
karakteristik alirannya.
Ukurlah debit yang terjadi.
Catat harga h.
Dengan rumus di atas tentukan besarnya koefisien debit melalui siphon.
Ulangi langkah-langkah di atas untuk debit aliran yang lain.
Amati karakteristik aliran di dalam siphon dan amati pula bagian mana yang
akan mengalami gerusan di outlet siphon.
27
G. Job Percobaan VII : Aliran Melalui Ambang Lebar (Broad Crested
Weir)
1 Dasar Teori
Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran diatas (over flow), untuk itu tinggi
energi hulu lebih kecil dari Panjang mercu. Bangunan ukur ambang lebar dianjurkan karena
bangunan ini kokoh dan mudah dibuat.
Peluapan disebut ambang lebar jika B > 0,4 hu dengan B adalah lebar peluap dan hu
adalah tinggi peluapan.
28
2 Pelaksanaan Prktek
2.1 Peralatan yang digunakan
Multi Purpose Teaching flume
Satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang. Dasar saluran
dapat di ubah kemiringannya dengan menggunakan jack hidraulik. Terpasang rel
pada bagian atas saluran untuk meletakkan alat ukur kedalaman ( point gauge )
dan pitot dapat digeser-geser sepanjang saluran. Saluran ini dilengkapi kran
tekanan udara, tangki pelayanan berikut pompa sirkulasi air dan alat pengukur
debit.
Model ambang lebar
Model ini merupakan tiruan ambang lebar di saluran irigasi. Model ini terbuat dari
glass reinforeced plastic yang berbentuk prisma segi empat dengan punggung
dibuat stramlline. Konstruksi ini pada umumnya banyak digunakan di lapangan
untuk mengukur debit di salauran terbuka, karena akan meberikan akurasi dan
keandalan pengukuran, disamping juga kemudahan dalam pembuatan konstruksi
dan perawatannya.
Point gauge
29
Diletakkan di sepanjang rel di atas saluran tembus pandang ( multi purpose
teaching flume ) dan digunakan untuk mengukur kedalaman muka air pada saluran.
Current Meter
2 0,163 0,03 1,5 1,1 6,10 15,06 0,284 0,063 0,016 943,16
Detail perhitungan :
Percobaan 1
30
Q
Cd = 3
B. H2
1
Cd = 3
2
0,35 . 4,03
Cd = 0,353
Q
Cv = 3
2
B . Cd . H
1
Cv = 3
0,35 .0,353 . 4,03 2
Cv = 1011,74
Percobaan 2
Q
Cd = 3
2
B. H
1,5
Cd = 3
2
0,35 .6,10
Cd = 0,284
Q
Cv = 3
B . Cd . H 2
1,5
Cv = 3
2
0,35 .0,284 .6,10
Cv = 943,16
31
Jenis peluap ambang tajam adalah salah satu bentuk konstruksi pengukur debit yang
banyak dijumpai di saluran-saluran irigasi maupun di laboratorium. Debit aliran yang terjadi
pada ambang tajam dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
1
Q= Cd B √ g h2
2
Dimana :
Q = debit aliran (m3/dtk)
H = tinggi muka air di atas ambang
Cd = koefisien debit
B = lebar ambang
2. Pelaksanaan Praktek
2.1 Alat yang digunakan
Multi Purpose Teaching flume
Satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang. Dasar saluran dapat
di ubah kemiringannya dengan menggunakan jack hidraulik. Terpasang rel pada
bagian atas saluran untuk meletakkan alat ukur kedalaman ( point gauge ) dan pitot
dapat digeser-geser sepanjang saluran. Saluran ini dilengkapi kran tekanan udara,
tangki pelayanan berikut pompa sirkulasi air dan alat pengukur debit.
Model Ambang Tajam (Sharp Crested Weir)
32
Model ambang tajam ini terbuat dari baja tahan karat. Debit aliran yang lewat di atas
ambang tajam ini merupakan fungsi dari tinggi amiran di atas ambang.
Point gauge
Diletakkan di sepanjang rel di atas saluran tembus pandang ( multi purpose teaching
flume ) dan digunakan untuk mengukur kedalaman muka air pada saluran.
Current Meter
33
1 0,5 0,02 0,0028 35,91
2 1 0,14 0,0524 8,30
Detail perhitungan :
Percobaan 1
Q
Cd = 3
√
0,7 . B . g . H 2
0,5
Cd =
0,7 . 0,12. √ 9,81. 0,0028❑
Cd = 35,91
Percobaan 2
Q
Cd = 3
√
0,7 . B . g . H 2
1
Cd =
0,7 . 0,12. √ 9,81. 0,0524❑
Cd = 8,30
34
Gambar 8.2. aliran di atas crump weir (modular)
Debit aliran yang terjadi pada crump weir untuk kondisi modular dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Qm = C d B H 0 √ g H 0
Dimana :
Qm = debit aliran modular (m3/dtk)
Ho = tinggi tekanan total di hulu ambang
Cd = koefisien debit
B = lebar ambang
Pada kondiri aliran non modular, aliran di hulu sudah dipengaruhi oleh perubahan tinggi
tekanan hilir. Oleh karena itu debit yang dihasilkan pada kondiri aliran non modular perlu
dikoreksi
Q = f Qm
Dimana :
f = factor koreksi
Q = debit aliran non modular
2. Pelaksanaan Praktek
2.1 Alat yang digunakan
Multi Purpose Teaching flume
Satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang. Dasar saluran dapat
di ubah kemiringannya dengan menggunakan jack hidraulik. Terpasang rel pada
35
bagian atas saluran untuk meletakkan alat ukur kedalaman ( point gauge ) dan pitot
dapat digeser-geser sepanjang saluran. Saluran ini dilengkapi kran tekanan udara,
tangki pelayanan berikut pompa sirkulasi air dan alat pengukur debit.
Model crump weir
Model ini merupakan tiruan crump weir di saluran irigasi. Model ini terbuat dari
glass reinforenced plastic yang berbentuk prisma segi tiga. Konstruksi ini pada
umumnya banyak digunakan di lapangan untuk mengukur debit di saluran terbuka.
Point gauge
Diletakkan di sepanjang rel di atas saluran tembus pandang ( multi purpose teaching
flume ) dan digunakan untuk mengukur kedalaman muka air pada saluran.
Current Meter
36
Gambarkan profil aliran yang terjadi
Detail perhitungan :
Percobaan 1
yo+ vo2
H0 =
2g
0,1+0,12
H0 =
2.9,81
H0 = 0,15
yo+ v 12
H1 =
2g
0,1+1,12
H1 =
2.9,81
H1 = 5,960
Q
Cd =
B . H 1. √ 2 g
1,4
Cd =
0,37 .5,960. √ 2. 9,81
Cd = 27,27
Percobaan 2
yo+ vo2
H0 =
2g
0,1+0,12
H0 =
2.9,81
H0 = 0,16
37
yo+ v 12
H1 =
2g
0,1+1,12
H1 =
2.9,81
H1 = 5,963
Q
Cd =
B . H 1. √ 2 g
2
Cd =
0,37 .5,963. √ 2. 9,81
Cd = 40,01
J. Job Percobaan X : Aliran Melalui Bendung (Overflow Weir)
1. Dasar Teori
Bendung adalah salah satu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun
melintang sungai aatau sudetan yang sengaja dibuat untuk mninggikan taraf muka air untuk
mendapatkan tinggi terjun, sehingga air dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke
tempat yang membutuhkan.
Debit yang mengalir diatas bendung dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
2
Q= Cd . B √ 2 g ( yo−P)3
3
Dengan (Y0 – P) adalah jarak vertical antara muka air di huu bendung dengan puncak
bendung dan B adalah lebar bendung.
y2 1
= (-1 + √ 1+8 Fr2)
y1 2
38
Dimana :
L = 5 s/d 7 (y2-y1)
2. Pelaksanaan Praktek
2.1 Alat yang digunakan
Multi Purpose Teaching flume
Satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang. Dasar saluran dapat
di ubah kemiringannya dengan menggunakan jack hidraulik. Terpasang rel pada
bagian atas saluran untuk meletakkan alat ukur kedalaman ( point gauge ) dan pitot
dapat digeser-geser sepanjang saluran. Saluran ini dilengkapi kran tekanan udara,
tangki pelayanan berikut pompa sirkulasi air dan alat pengukur debit.
Model bendung / over weir dengan tiga macam lantai bendung
- Blended reverse curvature
- Ski jump
- Sloping apron
39
Point gauge
Diletakkan di sepanjang rel di atas saluran tembus pandang ( multi purpose teaching
flume ) dan digunakan untuk mengukur kedalaman muka air pada saluran.
Current Meter
40
Amati pula dibagian mana yang akan mengalami gerusan yang membahayakan
Pasanglah lantai bendung yang lain pada bagian hilir dibelakang model bendung
tersebut
Amati loncatan hidraulik yang terjadi, bandingkan dengan kondisi sebelumnya
2.3 Data pengamatan
Ski jump
Tinggi bendung = 0,18
Lebar bendung = 0,225
Percobaan Y0 Y1 Y2 V Q L Cd Fr
1 0,2 0,007 0,01 0,08 1,3 0,021 0,26 0,305
2 0,22 0,022 0,025 0,1 1,5 0,021 0,43 0,215
Blended reverse curvature
Tinggi bendung = 0,18
Lebar bendung = 0,225
Percobaa
Y0 Y1 Y2 Q L Cd Fr
n V
0,20
1 0,014 0,018 1 0,028 0,23 0,189
6 0,07
2 0,22 0,017 0,02 0,1 1,5 0,021 0,43 0,245
Sloping apron
Tinggi bendung = 0,18
Lebar bendung = 0,225
Percobaa
Y0 Y1 Y2 Q L Cd Fr
n V
0,20
1 0,01 0,013 1 0,021 0,23 0,22
5 0,07
2 0,22 0,018 0,024 0,1 1,5 0,042 0,44 0,24
41
persilangan dua buah saluran dengan tinggi muka air yang berbeda pada kedua saluran
tersebut.
Pada penelitian ini akan diamati rentang dari pola-pola aliran yang terjadi, energi
yang terjadi dan karakteristik aliran serta mengamati kondisi dimana gorong-gorong tersebut
bekerja penuh.
2 Pelaksanaan Praktek
2.1 Alat yang digunakan
Satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang. Dasar saluran dapat
di ubah kemiringannya dengan menggunakan jack hidraulik. Terpasang rel pada
bagian atas saluran untuk meletakkan alat ukur kedalaman ( point gauge ) dan pitot
dapat digeser-geser sepanjang saluran. Saluran ini dilengkapi kran tekanan udara,
tangki pelayanan berikut pompa sirkulasi air dan alat pengukur debit.
Model gorong-gorong / culvert
Point gauge
42
Diletakkan di sepanjang rel di atas saluran tembus pandang ( multi purpose teaching
flume ) dan digunakan untuk mengukur kedalaman muka air pada saluran.
Current Meter
43
Gambar grafik hubungan antara Fg/FH dengan yg/y0
Ulangi Langkah yang sama untuk kemiringan yang lebih besar
Jika waktunya masih memungkinkan naikkan posisi gorong-gorong dan lakukan
penelitian dengan Langkah-langkah yang sama
Y0 Y1 Q S Yc/d
Q = KA . b1 . y2 (2g.h2 + V02)1/2
Dimana :
Q = debit aliran
KA = koefisien konstraksi
H2 = tinggi pembendung = y0 – y2
G = percepatan gravitasi
2. Pelaksanaan Praktek
2.1 Alat yang digunakan
44
Multi Purpose Teaching flume
Satu set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang. Dasar saluran dapat
di ubah kemiringannya dengan menggunakan jack hidraulik. Terpasang rel pada
bagian atas saluran untuk meletakkan alat ukur kedalaman ( point gauge ) dan pitot
dapat digeser-geser sepanjang saluran. Saluran ini dilengkapi kran tekanan udara,
tangki pelayanan berikut pompa sirkulasi air dan alat pengukur debit.
Model Splitter
Point gauge
Diletakkan di sepanjang rel di atas saluran tembus pandang ( multi purpose teaching
flume ) dan digunakan untuk mengukur kedalaman muka air pada saluran.
Current Meter
45
Ukur b0 dan b1
Alirkan air pada saluran
Pasang point gauge pada tepat di hulu dan di hilir splitters
Tambahkan stop log pada akhir saluran untuk memperoleh ketinggian tertentu yang
tidak bisa sampai menenggelamkan model
Ukur debit aliran yang terjadi
Ukur y0 dan y1
Naikan debit secata bertahap dan pastikan bahwa model tidak sampai terendam,
ulangi Langkah yang sama seperti diatas
Hitung besarnya koefisien konstruksi
2.3 Data pengamatan
Lebar saluran (b0) = 0,077 m
Tebal splitters (t) = 0,23 m
B2 = b0 – t = 0,153 m
Percobaan Y0 Y2 Q V0 KA
Detail perhitungan :
Percobaan 1
Q
KA =
b 1. y 2(2 g . h 2+V 0 2)1/2
2
KA =
0,153 .0,087 (2.9,81 . 0 , 006+0 , 8)1/2
KA = 25
Percobaan 2
Q
KA =
b 1. y 2(2 g . h 2+V 0 2)1/2
1,5
KA =
0,153 .0,0 93 (2.9,81 . 0,02+ 0,7)1/2
KA = 31,10
46
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa kecepatan aliran yang relative sama besar terjadi pada daerah yang kedalaman normal
( h1, h2, dan h3 ) yaitu pada bagian hulu. Sedangkan pada bagian hilir atau pada daerah
pembendung kecepataan justru menjadi semakin besar akibat kehilangan energi atau tinggi
tekanan yang relative besar sehingga mengakibatkan perubahan laju kecepatan yang besar
pula. Bentuk dan kekerasan dinding dan saluran tertutup adalah tertentu, karena saluran
tertutup merupakan saluran buatan yang terdiri dari bahan tertentu seperi kayu, beton, baja,
dll. Sedangkan saluran terbuka bentuknya bermacam-macam. Drmikian pula kekerasan
47
dindingnya terutama pada saluran alam. Karena kondisi tersebut di atas maka seringkali
perhitungan aliran saluran terbuka lebih didasarkan pada persamaan empiris.
B. Saran
1) Sebelum melakukan praktikum harap memperhatikan arahan dari dosen PLP ahli teknisi
2) Selama melakukan pengukuran diperlukan ketelitian sehingga data tidak salah
3) Diharapkan perlu kerja adanya pembagian kelompok dalam proses praktikum agar semua
mahasiswa dapat mengerjakannya dan mempermudah pekerjaan agar cepat selesai
LAMPIRAN
48
49
50