PRAKTIKUM HIDROLIKA
NIM : 2123716595
KELAS/SEMESTER :B/V
PRODI : D4 TPIPP
TEKNIK SIPIL
2023
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, Penulis memohon maaf dan kritik serta saran dari
dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk
dapat menyempurnakan laporan ini.
Alvionita Djingi
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar......................................................................................................... ii
iii
3.12 Aliran melalui Splitters .............................................................................. 77
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Apa saja yang dapat membantu dalam pemecahan masalah yang
berhubungan dengan pemanfaatan dan pengelolaan air ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Bentuk-bentuk saluran terbuka, baik saluran alami maupun buatan
dapat dilihat pada gambar 2.1
4
2) Berubah lambat laun (gradually varied) aliran yang
kedalaman alirannya berubahlambat laun pada jarak yang
relatif panjang.
Aliran disebut tidak seragam atau berubah apabila variabel aliran seperti
kedalaman, tampang basah, kecepatan disepanjang aliran tidak konstan.
Apabila perubahan aliran terjadi ada jarak yang pendek maka disebut aliran
berubah cepat, sedang apabila terjadi pada jarak yang panjang disebut aliran
berubah beraturan.
5
Gambar 2.1.1 (b) Aliran tidak seragam
3. Aliran tunak (steady flow) dan aliran tak tunak (unsteady flow)
5. Aliran kritis
Antara keadaan Sub kritis dan super kritis terdapat keadaan kritis pada
aliran kritis V = √𝑔ℎ maka kecepatan perambatan gelombang sama dengan
kecepatan rata-rata aliran, sehingga tidak ada pergerakan gelombang.
Kedalaman pada keadaan kritis disebut kedalaman kritis
Aliran super kritis terjadi Apabila kecepatan aliran cukup besar sehingga
gangguan yang terjadi menjalar ke hulu maka aliran disebut super
kritis. Dalam hal ini kondisi hulu akan mempengaruhi aliran disebelah
hilir
6
BAB III
3.1 Aliran Permanen Seragam pada Saluran Licin & kasar serta hasil pengolahan
data
a) Dasar Teori
Pada umumnya aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen (Re >12.500),
karena kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran
terbuka disebut seragam (uniform) apabila berbagai variabel aliran seperti kedalaman
tampang basah, kecepatan dan debit pada setiap tampang di sepanjang aliran adalah
konstan. Pada aliran seragam, garis energi garis muka air, dan dasar saluran adalah
sejajar sehingga kemiringan ketiga garis energi tersebut adalah sama. Kedalaman air
pada aliran seragam disebut dengan kedalarnan normal. Gambar 1. Memperlihatkan
contoh aliran permanen seragam.
Aliran disebut tidak seragam atau berubah apabila variabel aliran seperti
kedalaman (h), tampang basah (A), kecepatan (v) disepanjang saluran tidak konstan.
Apabila perubahan aliran terjadi pada jarak yang panjang, maka disebut aliran
berubah beraturan. Sebaliknya apabila terjadi pada jarak yang nde maka disebut aliran
berubah cepat.
Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan
geser pada dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh komponen gaya berat
yang bekerja pada zat cair dalam arah aliran. Didalam aliran seragam, komponen gaya
berat dalam arah aliran adalah seimbang dengan tahanan geser. Tahanan geser ini
bergantung pada kecepatan aliran.
7
Dengan :
V = kecepatan aliran
C = koefisien Chezy
R = radius hidraulik
Jika kecepatan aliran dapat diketahui, maka harga koefisien Chezy tersebut akan
diperoleh.
2) Point gauge
c) Keselamatan kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum
dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan kerja
antara lain :
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan (Standard
operating procedur, SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran
kerja serta langkah-langkah kerjanya.
3) Cek kondisi pompa yang ada didalam hydraulic bench
4) lsi tangki pada hydraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan.
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai dengan
macam percobaan
6) Hidupkan sumber listrik
8
7) Buka kran pengatur aliran hingga air mengalir ke saluran
8) Semua alat-alat tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak boleh
diletakkan sembarangan.
9) Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.
10) Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan da bersihkan alat-alat
d) Langkah percobaan
1) Alirkan air ke dalam saluran dengan menjalankan pompa
2) Apabila dasar saluran dimiringkan, catatlah kemiringannya sebagai (is)
3) Ukurlah kedalaman di 2 (dua) titik yang telah ditentukan jaraknya (L), 1
dibagian hulu, yang lain di bagian hilir sebagai (h1 dan h2)
4) Ukur debit aliran, kemudian ukur pula kecepatan aliran di kedua titik
tersebut sebagai (v1 dan v2)
5) Ukurlah kemiringan muka air yang terjadi yaitu : iw = is + (h1-h2)/L
6) Amati keadaan aliran yang terjadi
7) Ulangi langkah percobaan di atas untuk dasar saluran dengan kekasaran.
8) Dari hasil pengukuran tersebut tentukan besarnya koefisien Chezy untuk
dasar saluran licin maupun kasar, lalu bandingkan
9) Garnbarkan sketsa saluran dan .letak titik-titik pengukuran
e) Data dan hasil perhitungan
SALURAN LICIN
Percobaan 1
Data :
Lebar Saluran (b) = 7,6 cm = 0,076 m
Kemiringan Saluran (IS) = 0% = 0,00
Debit Aliran (Q) = 0,6 m³/s
Panjang Saluran (L) = 220 cm = 2,2 m
Kedalaman Aliran Titik 1/ Kedalaman Aliran Hulu (h1)
= 20,4 mm = 0,0204 m
Kedalaman Aliran Titik 2/ Kedalaman Aliran Hilir (h2)
= 20,2 mm = 0,0202 m
Kecepatan Aliran Titik 1/ Kecepatan Aliran Hulu (V1) = 0,8 m/s
Kecepatan Aliran Titik 2/ Kecepatan Aliran Hilir (V2) = 1,0 m/s
Perhitungan :
9
Keliling Tampang Basah Titik 1/ Keliling Tampang Basah Hulu (P1)
= b + 2h1
= 0,076 m + (2 x 0,0204 m)
= 0,1168 m
= b + 2h2
= 0,076 m + (2 x 0,0202 m)
= 0,1164 m
= 0,0128 m
= 0,0128 m
Rerata Hidraulik ( ̅ =
= 0,0128 m
= 0,9 m/s
= 0,009
̅
Koefisien Chezy (C) =
√̅
10
=
√
= 83,20
Percobaan 2
Data :
Lebar Saluran (b) = 7,6 cm = 0,076 m
Kemiringan Saluran (IS) = 0,5 % = 0,005
Debit Aliran (Q) = 1,0 m³/s
Panjang Saluran (L) = 220 cm = 2,2 m
Kedalaman Aliran Titik 1/ Kedalaman Aliran Hulu (h1)
= 25,0 mm = 0,0250 m
Kedalaman Aliran Titik 2/ Kedalaman Aliran Hilir (h2)
= 21,1 mm = 0,0211 m
Kecepatan Aliran Titik 1/ Kecepatan Aliran Hulu (V1) = 1,6 m/s
Kecepatan Aliran Titik 2/ Kecepatan Aliran Hilir (V2) = 1,8 m/s
Perhitungan :
Luas Tampang Basah Titik 1/ Luas Tampang Basah Hulu (A1)
= b x h1
= 0,076 m x 0,0250 m
= 0,0019 m2
= b + 2h1
= 0,076 m + (2 x 0,0250 m)
= 0,126 m
= b + 2h2
= 0,076 m + (2 x 0,0211 m)
= 0,1128 m
11
= 0,015 m
= 0,014 m
Rerata Hidraulik ( ̅ =
= 0,0145 m
= 1,7 m/s
= 0,502
̅
Koefisien Chezy (C) =
√̅
=
√
= 19,92
Percobaan 3
Data :
Lebar Saluran (b) = 7,6 cm = 0,076 m
Kemiringan Saluran (IS) = 1,5 % = 0,0015
Debit Aliran (Q) = 1,0 m³/s
Panjang Saluran (L) = 220 cm = 2,2 m
Kedalaman Aliran Titik 1/ Kedalaman Aliran Hulu (h1)
= 28,3 mm = 0,0283 m
Kedalaman Aliran Titik 2/ Kedalaman Aliran Hilir (h2)
= 24,6 mm = 0,0246 m
Kecepatan Aliran Titik 1/ Kecepatan Aliran Hulu (V1) = 2,1 m/s
Kecepatan Aliran Titik 2/ Kecepatan Aliran Hilir (V2) = 2,9 m/s
Perhitungan :
12
Luas Tampang Basah Titik 1/ Luas Tampang Basah Hulu (A1)
= b x h1
= 0,076 m x 0,0283 m
= 0,0021 m2
= b + 2h1
= 0,076 m + (2 x 0,0246 m)
= 0,1326 m
= b + 2h2
= 0,076 m + (2 x 0,0246 m)
= 0,1241 m
= 0,0162 m
= 0,0147 m
Rerata Hidraulik ( ̅ =
= 0,0155 m
13
=
= 2,5 m/s
= 1,502
̅
Koefisien Chezy (C) =
√̅
=
√
= 16,38
SALURAN KASAR
Percobaan 1
Data :
= 33,7 mm = 0,0337 m
Kedalaman Aliran Titik 2/ Kedalaman Aliran Hilir (h2)
= 22,1 mm = 0,0221 m
14
Keliling Tampang Basah Titik 1/ Keliling Tampang Basah Hulu (P1)
= b + 2h1
= 0,076 m + (2 x 0,0337 m)
= 0,1434 m
= 0,0181 m
= 0, 0154 m
Rerata Hidraulik ( ̅ =
= 0,0168 m
= 0,5 m/s
= 0,0058
̅
Koefisien Chezy (C) =
√̅
15
=
√
= 50,6526
Percobaan 2
Data :
= 38,5 mm = 0,0385 m
Kedalaman Aliran Titik 2/ Kedalaman Aliran Hilir (h2)
= 29,4 mm = 0,0294 m
16
=
= 0,0189 m
= 0, 0163 m
Rerata Hidraulik ( ̅ =
= 0,0176 m
= 1,1 m/s
= 0,5045
̅
Koefisien Chezy (C) =
√̅
=
√
= 11,2315
Percobaan 3
Data :
17
Panjang Saluran (L) = 220 cm = 2,2 m
Kedalaman Aliran Titik 1/ Kedalaman Aliran Hulu (h1)
= 43,4 mm = 0,0434 m
Kedalaman Aliran Titik 2/ Kedalaman Aliran Hilir (h2)
= 30,4 mm = 0,0304 m
= 0,0202 m
18
=
= 0,0167m
Rerata Hidraulik ( ̅ =
= 0,0185 m
= 1,7 m/s
= 1,506
̅
Koefisien Chezy (C) =
√̅
=
√
= 10,18
Tabel
19
ALIRAN PERMANEN SERAGAM PADA SALURAN LICIN
3.2 Aliran tidak tetap akibat pembendungan dan hasil pengolahan data
a) Dasar Teori
Pada umumnya aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen (Re >
12.500), karena kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran
melalui saluran terbuka disebut seragam (uniform) apabila berbagai variabel
aliran seperti kedalaman, tampang basah, kecepatan dan debit pada setiap
tampang di sepanjang aliran adalah konstan. Pada aIiran seragam, garis energi
garis muka air dan dasar saluran adalah sejajar sehingga kemiringan ketiga
garis energi tersebut adalah sama. Kedalaman air pada aliran seragam disebut
dengan kedalaman normal.
Aliran disebut tidak seragam atau berubah apabila variabel aliran seperti
kedalaman (h), tampang basah (A}, kecepatan (v) disepanjang saluran tidak
konstan. Apabila perubahan aliran terjadi pada Jarak yang panjang, maka
disebut aliran berubah/beraturan lambat laun (gradually varied flow).
Sebaliknya apabila terjadi pada jarak yang pendek maka disebut aliran
berubah cepat
Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan tegangan
geser pada dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh komponen gaya
berat yang bekerja pada zat cair dalam arah aliran. Di dalam aliran seragam,
komponen gaya berat dalam arah aliran adalah seimbang dengan tahanan
geser. Tahanan geser ini bergantung pada kecepatan aliran.
Dengan :
V = kecepatan aliran
21
C = koefisien Chezy
R = radius hidraulik
Jika kecepatan aliran dapat diketahui, maka harga koefisien Chezy tersebut
akan diperoleh.
2) Point gauge
3) Current meter
c) Keselamatan kerja
22
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai
dengan macam percobaan
6) Letakkan peralatan pembendungan (bendung ) pada saluran dengan
baik pada titik kait yang ditentukan
7) Hidupkan sumber listrik
8) Buka kran pengatur aliran hingga air mengalir ke saluran
9) Semua alat-alat tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak
boleh diletakkan sembarangan.
10) Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.
Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan da bersihkan alat-alat
d) Langkah percobaan
1) Alirkan air kedalam salurar dengan menjalankan pompa
2) Apabila saluran dimiringkan catatlah kemiringannya sebagai (Is)
3) Bendunglah pada ujung hilir saluran
4) Ukurlah kedalaman pada beberapa titik yang telah ditentukan
jaraknya (L), disekitar daerah pembendungan
5) Ukur debit aliran dan ukur pula kecepatan aliran di titik-titik tersebut
6) Ukurlah kemirinngan muka air yang terjadi, yaitu : l w = Is + (hn-1/2 -
hn+1/2)/L dengan hn adalah kedalaman pada titik ke n
7) Amati keadaan aliran yang terjadi
8) Dari hasil pengukuran tersebut tentukan besarnya koefisien kekasaran
chezy pada tiap titik pada aliran dengan pembendungan, amati apakah
hasilnya konstan atau berubah.
9) Gambarkan sketsa saluran dan letak titik-titik pengukuran.
Data :
23
Luas Tampang Basah Titik 1 (A1) = b x h1
= 0,076 m x 0,0602 m
= 0,0046 m2
24
= 0,0234 m
= 0,0110 m
= 0,0855 m
= 0,0065 m
= 0,0131 m
Rerata Hidraulik =
= 0,0279 m
= 1,1 m/s
= 0,0522
25
̅
Koefisien Chezy (C) =
√̅
=
√
= 28,029
Percobaan 2
Data :
26
Keliling Tampang Basah Titik 1 (P1) = b + 2h1
= 0,076 m + (2 x 0,102 m)
= 0,28 m
= 0,027 m
= 0,014 m
= 0,0080 m
= 0,0081 m
27
Radius Hidraulik Titik 5 (R5) =
= 0,0087 m
Rerata Hidraulik =
= 0,01316 m
= 1,94 m/s
= 0,553
̅
Koefisien Chezy (C1) =
√̅
=
√
= 22,74
Percobaan 3
Data :
29
=
= 0,028 m
= 0,016 m
= 0,013 m
= 0,012 m
= 0,013 m
Rerata Hidraulik =
= 0,0164 m
=
= 3,24 m/s
30
= 1,51
̅
Koefisien Chezy (C1) =
√̅
=
√
= 20,59
Tabel
31
ALIRAN PERMANEN TIDAK BERATURAN AKIBAT PEMBENDUNGAN
32
f) Sketsa / grafik hasil pengamatan
a) Dasar Teori
Pintu sorong merupakan salah satu konstruksi pengukur dan pengatur
debit. Pada pintu sorong ini konservasi energi dan momentum dapat
diterapkan, persamaan bernouli hanya- dapat diterapkan jika kehilangan
energi dapat diabaikan atau sudah diketahui.
Debit aliran yang terjadi pada pintu sarong pada kondisi aliran air
bebas dihitung dengan persamaan sbb:
𝑔√ 𝑔
Dimana:
Cd = koefisien debit
33
𝑔
Keterangan :
3) Current meter
34
c) Keselamatan kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
praktikum dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin
keselamatan kerja antara lain :
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan
(Standard operating procedur, SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan
lembaran kerja serta langkah-langkah kerjanya.
3) Cek kondisi pompa yang ada didalam hydraulic bench
4) lsi tangki pada hydraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan.
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai
dengan macam percobaan
6) Letakkan model pintu sorong dengan baik (vertikal dan kunci dengan
erat)
7) Sisi kanan dan kiri yang berimpit dengan saluran beri plastisin agar air
tidak merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran pengatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Semua alat-alat tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak
boleh diletakkan sembarangan.
11) Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.
12) Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan da bersihkan alat-alat
d) Langkah percobaan
1) Atur kedudukan saluran hingga dasar saluran menjadi datar/horizontal
2) Pasang pintu sarong pada saluran dan jagalah agar kondisi ini tetap
vertikal.
3) Alirkan air kedalam saluran dan ukur debitnya.
4) Atur harga yg antara 20 mm dan 40 mm, misalnya diambil harga yg =
20 mm kemudian diukur Y1 dan Yo
5) Dengan debit·yang sama dengan poin 4 diatas, atur pintu sorong
hingga harga Yo antara 80 mm dan 130 mm, misalnya diambil harga
Yo =120 mm kemudian diukur yg dan y1.
6) Ubah debit dengan memutar kran dan atur pintu sarong sehingga harga
y0 sama dengan harga-harga y0 pada pain keempat, kemudian diukur y9
dan Y0
7) Dengan debit yang sama dengan poin 6 diatas, atur pintu sarong hingga
harga yg sama dengan harga y9 pada poin 3, ukur Yo dan Y1
8) Amati keadaan aliran yang terjadi.
9) Ulagi percobaan untuk debit yang lain.
10) Berdasarkan rumus diatas, tentukan besarnya koefisien debit pada
pintu sorong untuk kondisi aliran bebas
11) Hitung harga Ho dan H1 kemudian bandingkan hasilnya
=
√
= 521,493
Tinggi Tekanan total di Hulu (H0)
H0=Yo+(Vo^2/2*g)
=0.0682+(1.6^2/(2*9,8))
=0.1998
Tinggi Tekanan di Hilir (H1)
H1= Y1+(V1^2/2*g)
=0.0543+(2.1^2/(2*9,8))
=0.2793
Debit Aliran Q Hitung :
Q=Cd*B*Yg*(2*g*Yo)^0,5
=521.495*0.075*0.04*(2*9.8*0.0682)^0.5
= 1,808
Percobaan 2
Koefisien Debit 2 (Cd - 2) =
√
=
√
= 509,905
36
Tinggi Tekanan total di Hulu (H0)
H0=Yo+(Vo^2/2*g)
=0.09+(1.7^2/(2*9,8))
=0.237449
Tinggi Tekanan di Hilir (H1)
H1= Y1+(V1^2/2*g)
=0.0227+(3.6^2/(2*9,8))
=0.6839
Debit Aliran Q Hitung :
Q=Cd*B*Yg*(2*g*Yo)^0,5
=509.905*0.075*0.031*(2*9.8*0.09)^0.5
= 1,5745
Percobaan 3
Koefisien Debit 3 (Cd - 3) =
√
=
√
= 556,260
Tinggi Tekanan total di Hulu (H0)
H0=Yo+(Vo^2/2*g)
=0.0682+(1.4^2/(2*9,8))
=0.1682
Tinggi Tekanan di Hilir (H1)
H1= Y1+(V1^2/2*g)
=0.0506+(1.1^2/(2*9,8))
=0.11235
Debit Aliran Q Hitung :
Q=Cd*B*Yg*(2*g*Yo)^0,5
=556.26*0.075*0.035*(2*9.8*0.0682)^0.5
= 1,6882
Percobaan 4
Koefisien Debit 4 (Cd - 4) =
√
=
√
= 530,268
Tinggi Tekanan total di Hulu (H0)
H0=Yo+(Vo^2/2*g)
=0.0620+(1.6^2/(2*9,8))
=0.1926
Tinggi Tekanan di Hilir (H1)
37
H1= Y1+(V1^2/2*g)
=0.0527+(2.1^2/(2*9,8))
=0.2777
Debit Aliran Q Hitung :
Q=Cd*B*Yg*(2*g*Yo)^0,5
=530.628*0.075*0.04*(2*9.8*0.0620)^0.5
= 1,7536
Tabel
ALIRAN MELALUI PINTU SORONG (SLUICE GATE)
Percobaan 1 2 3 4 Satuan
Tinggi bukaan pintu (Yg) 0.04 0.031 0.035 0.04 m
Kedalaman air dihulu (Yo) 0.0682 0.09 0.0682 0.0620 m
Kedalaman air dihilir (Y1) 0.0543 0.0227 0.0506 0.0527 m
Debit Aliran (Q) 1.5 1.5 1.4 1.4 m³/s
Cd (Koefisien Debit) 521.493 509.905 556.26 530.268
Tinggi tekanan total dihulu (Ho) 0.1988 0.237449 0.1682 0.192612 m
Tinggi tekanan total dihilir (H1) 0.2793 0.683924 0.112335 0.2777 m
Kecepatan dihulu (Vo) 1.6 1.7 1.4 1.6 m/s
Kecepatan dihilir (V1) 2.1 3.6 1.1 2.1 2
Lebar pintu sorong (B) 0.075 0.075 0.075 0.075 m
Percepatan gravitas (g) 9.8 9.8 9.8 9.8 m/s2
Debit aliran (Q) hitung 1.8087975 1.574568 1.688213 1.75364 m³/s
3.4 Gaya yang bekerja pada pintu sorong dan hasil pengolahan data
a) Dasar Teori
Tekanan dinyatakan sebagai jumlah gaya tiap satuan luas. Apabila gaya
terdistribusi secara merata pada suatu luasan, maka tekanan dapat ditentukan dengan
membagi gaya dengan luas . Bila tekanan bekeria pada suatu bidang tegak, maka
gaya tekanan adalah sebesar :
38
Pada gambar dibawah ini terlihat mengenai gaya yang bekerja pada pintu
pada gambar diatas terlihat bahwa gaya resultante yang terjadi pada pintu sorong
adalah :
𝑔 𝑔 𝑔
𝑔 ( ) ( )
3) Current meter
4) Point gauge
5) Stop watch
c) Keselamatan kerja
39
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
praktikum dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin
keselamatan kerja antara lain :
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan
(Standard operating procedur, SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan
lembaran kerja serta langkah-langkah kerjanya.
3) Cek kondisi pompa yang ada didalam hydraulic bench
4) lsi tangki pada hydraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan.
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai
dengan macam percobaan
6) Letakkan model pintu sorong dengan baik (vertikal dan kunci dengan
erat)
7) Sisi kanan dan kiri yang berimpit dengan saluran beri plastisin agar air
tidak merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran pengatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Semua alat-alat tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak
boleh diletakkan sembarangan.
11) Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.
12) Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan da bersihkan alat-alat
d) Langkah percobaan
1) Ukur lebar pintu sarong
2) Pasanglah pintu sorong pada saluran kurang lebih pada tengah-tengah
saluran.
3) Supaya hasil pengukuran lebih akurat, mal rongga antara model
dengan dinding saluran sebaiknyan diberi plasticine.
4) Pasang poin guage atau hook guage pada hulu dan hilir pintu.
5) Sebagai datum pengukuran adalah dasar saluran.
6) Buka pintu sarong setinggi 2 cm dari dasar.
7) Dengan perlahan-lahan alirkan air hingga Y0 mencapai 20 cm (ukurlah
dengan point guage di hulu pintu).
8) Dengan YO pada ketinggian ini, ukur debit yang terjadi. .
9) Ukur ketinggian Y1 di hilir pintu.
10) Naikan bukaan pintu setinggi 1 cm dari posisi semula.
11) Atur ketinggian air dihulu pintu agar tetap setinggi 20 cm dengan
menguah debit aliran.
12) Catatlah debit aliran yang terjadi dan ukur tinggi Y1.
13) Hitung besarnya gaya pada pinlu sorong akibat gaya hidroli maupun
akibat gaya aliran.
14) Garnbarkan grafik hubungan antara Fg/Fh dengan Yg/Y0
e) Data dan Hasil Perhitungan
Data :
40
Lebar Pintu Sorong (B) = 7,6 cm
Tinggi Bukaan Pintu 1 (Yg - 1) = 2 cm
Tinggi Bukaan Pintu 2 (Yg - 2) = 2,8 cm
Kedalaman Air di Hulu Pintu 1 (Y0 - 1) = 20 cm
Kedalaman Air di Hulu Pintu 2 (Y0 - 2) = 17 cm
Kedalaman Air di Hilir Pintu 1 (Y1 - 1) = 16,9 m = 1,69 cm
Kedalaman Air di Hilir Pintu 2 (Y1 - 2) = 20,1 m = 2,01cm
Debit Aliran 1 (Q1) 3
= 1,6 m /s = 1600000 cm3/s
Debit Aliran 2 (Q2) 3
= 1,9 m /s = 1900000 cm3/s
Rapat Massa Fluida (ρ) = 1 gr/cm3
Percepatan Gravitasi Bumi (g) = 9,81 m/s2 = 981 cm/s2
Perhitungan :
Percobaan 1
Resultan Gaya Dorong Pada Pintu Sorong (Fg1)
= . ρ . g . Y12 .
= 58412,1095
2
= .ρ.g.
= 1589,22
= = = 36,7552
= = = 0,1
Percobaan 2
= . ρ . g . Y12 .
41
= 97857,6254
= 989,044
= = = 54,7183
= = = 0,1647
Tabel
GAYA YANG BEKERJA PADA PINTU SORONG
Percobaan 1 2 Satuan
Tinggi bukaan pintu (Yg) 2 2.8 cm
Kedalaman air dihulu (Yo) 20 17 cm
Kedalaman air dihilir (Y 1) 16.9 20.1 cm
Debit Aliran (Q) 1.6 1.9 cm³/s
Lebar pintu sorong (B) 7.6 7.6 cm
Fg ( Resultan gaya dorong pd pintu sorong) 58412.11 97857.63
Fh ( Resultan gaya dorong akibat gaya hidrostatis) 1589.22 989.0442
Fg/Fh 36.75521 54.7183
Yg/Yo 0.1 0.165
3.5 Loncatan air pada pintu sorong dan hasil pengolahan data
a) Dasar Teori
42
Suatu loncatan air dapat didefinisikan sebagai suatu transisi dari aliran
superkritis (Fr >1) di hulu dari loncatan-loncatan air sampai ke aliran subkritis
(Fr < 1) di hilir dari loncatan air tersebut.
Apabila aliran berubah dari superkritis ke aliran subkritis, maka akan
terjadi loncatan air karena terjadi pelepasan energi. Fenomena ini dapat terjadi
apabila air meluncur di bawah pintu sarong menuju ke bagian hilir yang
mempunyai kedalaman yang sangat besar.
Loncatan yang bergelombang akan terjadi pada saat perubahan
kedalaman yang terjadi tidak besar. Permukaan air akan bergelombang dalam
rangkaian osilasi yang lama kelamaan akan berkurang rnenuju daerah dengan
aliran subkritis
3) Current meter
43
4) Point gauge
5) Stop watch
c) Keselamatan kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
praktikum dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin
keselamatan kerja antara lain :
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan
(Standard operating procedur, SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan
lembaran kerja serta langkah-langkah kerjanya.
3) Cek kondisi pompa yang ada didalam hydraulic bench
4) lsi tangki pada hydraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan.
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai
dengan macam percobaan
6) Letakkan model pintu sorong dengan baik (vertikal dan kunci dengan
erat)
7) Sisi kanan dan kiri yang berimpit dengan saluran beri plastisin agar air
tidak merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran pengatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Semua alat-alat tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak
boleh diletakkan sembarangan.
11) Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.
12) Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan da bersihkan alat-alat
d) Langkah Percobaan
1) Pasanglah pintu sarong pada saluran
2) Supaya hasil pengukuran lebih akurat, maka rongga antara model
dengan dinding saluran sebaiknyan diberi plasticine.
44
3) Pasang point guage atau hook guage pada hulu dan hilir pintu.
4) Buka pintu sarong setinggi 2 cm dari dasar
5) Pasang stop log di hilir saluran
6) Alirkan air perlahan-lahan sehingga nanti akan terbentuk loncatan air
terjadi dihilir
7) Amati dan gambarkan sketsa aliran/loncatan air yang terjadi
8) Naikkan tinggi air di hulu dengan mengubah debit aliran, dan naikkan
tinggi stoplog. Amati loncatan air yang terjadi dan gambarkan
sketsanya
9) Ukur kedalaman air di hulu dan di hillir loncatan air, tinggi bukaan
pintu dan ukur debitnya (y1, y3. yg dan Q)
10) Ulangi lagi untuk debit aliran yang lain
11) Hitung harga V1
12) Gambarkan grafik hubungan antara V12/gy1 dengan y3/y1
13) Hitung harga ΔH/y1 dan gambarkan grafik hubungan antara ΔH/y1
dengan y3/y1
Data :
Percobaan 1
= = = 1,3278
= = = 25,3387
45
= = = 5,9832
Percobaan 2
Total Kehilangan Energi Sepanjang Loncatan Air 2 (∆H2)
=( )2 = 2
= 0,1329
= = = 1,2597
= = = 1,4034
= = = 18,0945
Tabel
LONCATAN AIR (HIDRAULIC JUMP)
Percobaan 1 2 Satuan
Debit Aliran (Q) 1 1.2 m3/s
kemiringan saluran (is) 0 1 %
Tinggi bukaan pintu (Yg) 0.02 0.02 m
Kedalaman aliran sebelum loncatan air (Y1) 0.0552 0.0947 m
Kecepatan rerata sebelum loncatan air (V1) 1.8 4.1 m/s
Kedalaman aliran setelah loncatan air (Y3) 0.0733 0.1174 m
Kecepatan rerata setelah loncatan air (V3) 0.7 0.5 m/s
Y3/Y1 1.3278 1.2597
∆H1/∆H2 25.3387 1.4034
V₁²/gY₁ 0.0983 18.0945
∆H ( Total Kehilangan energi sepanjang loncatan air 1.3987 0.1329
46
3.6 Aliran melalui siphon spillway dan hasil pengolahan data
a) Dasar Teori
Siphon spillway merupakan salah satu bentuk bangunan pelimpah, pada
umumnya bangunan pelimpah ini hanya dapat digunakan untuk debit-debit
yang kecil, karena bila debit besar getaran yang terjadi besar pula yang
berakibat konstruksi menjadi berat dan tidak ekonomis.
Debit yang mengalir di atas bendung dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
√ 𝑔
3) Point gauge
47
c) Keselamatan kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
praktikum dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin
keselamatan kerja antara lain :
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan
(Standard operating procedur, SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan
lembaran kerja serta langkah-langkah kerjanya.
3) Periksalah peralatan utama sebelum bekerja
4) Periksalah apakah bahan-bahan praktek cukup
5) Cek kondisi pompa yang ada didalam hydraulic bench
6) lsi tangki pada hydraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan.
7) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai
dengan macam percobaan
8) Letakkan model siphon spillway dengan baik (vertikal dan kunci
dengan erat)
9) Hidupkan sumber listrik
10) Buka kran pengatur aliran hingga air mengalir ke saluran
11) Semua alat-alat tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak
boleh diletakkan sembarangan.
12) Gunakan mesin sesuai dengan kemampuan
13) Pakailah sepatu, topi dan pakaian kerja pada waktu praktek.
14) Setelah selesai pekerjaan, kumpulkan da bersihkan alat-alat
d) Langkah Percobaan
Percobaan Siphon spillway
1) Pasang model siphon spillway pada saluran terbuka.
2) Alirkan air ke dalam saluran dengan menjalankan pompa.
3) Biarkan air mengalir sedikit dengan demi sedikit hingga mencapai
mulut inlet siphon.
4) Biarkan air naik hingga memenuhi seluruh penampang siphon, sambil
amati karakteristik alirannya.
5) Ukurlah pebit yang terjadi.
6) Catat harga h.
7) Dengan rumus di atas (6 - 1) tentukan besarnya koefisien debit melalui
siphon.
8) Ulangi langkah langkah di atas untuk debit aliran yang lain.
9) Amati karakteristik aliran di dalam siphon dan amati pula bagian mana
yang akan mengalami gerusan di outlet siphon.
48
3) Biarkan air mengalir sedikit, dengan demi sedikit hingga mencapai
mulut inlet siphon.
4) Biarkan air naik hingga memenuhi seluruh penampang siphon, sambil
amati karakteristik alirannya
5) Ukurlah debit yan.g terjadi.
6) Catat harga h.
7) Dengan rumus di atas (6 - 1) tentukan besarnya koefisien debit melalui
siphon.
8) Ulangi langkah-langkah di atas untuk debit aliran yang lain.
9) Amati karakteristik aliran di dalam siphon dan amati pula bagian
10) mana yang akan mengalami gerusan di outlet siphon.
Percobaan 1
= 0.5453
= 0,2974 m3/s
Percobaan 2
49
6. Beda tinggi Percobaan 2 (h) = (h0) - (h1)
= 0.9855
= 4,3363 m3/s
Percobaan 3
= 0.5693
= 0,3889 m3/s
Percobaan 1
50
5. Tinggi inlet Percobaan 1 (h1) = 0,0096 m
6. Beda tinggi Percobaan 1 (h) = (h0) - (h1)
= 0.7352
= 0,5405 m3/s
Percobaan 2
= 0.6745
= 0,5004 m3/s
Percobaan 3
51
7. koefisien debit (Cd) percobaan 3 = A x (2 x g x h)0,5 / Q
= 0.6053
= 0,4396 m3
Tabel
Percobaan 1 2 3 Satuan
Q (Debit Aliran) 1 1.1 1.2 m3/s
is (kemiringan saluran) 0 1.0 1.5 %
h0 ( tinggi muka air di hulu) 0.206 0.217 0.207 m
h1 ( tinggi muka air di hilir) 0.0096 0.0173 0.0159 m
h (beda tinggi) 0.196 0.200 0.1914 m
Cd (koefisien debit) 0.7352 0.6745 0.6053
g (percepatan Gravitasi) 9.8 9.8 9.8 m/s2
A ( Luas penampang siphon) 0.375 0.375 0.375 m
Q hitungan 0.5405 0.5004 0.4396 m3/s
Percobaan 1 2 3 Satuan
Q (Debit Aliran) 1 1.1 1.2 m3/s
is (kemiringan saluran) 0 1.0 1.5 %
h0 ( tinggi muka air di hulu) 0.153 1.750 0.191 m
h1 ( tinggi muka air di hilir) 0.0453 0.0194 0.0214 m
h (beda tinggi) 0.108 1.731 0.1693 m
Cd (koefisien debit) 0.5453 1.9855 0.5693
g (percepatan Gravitasi) 9.8 9.8 9.8 m/s2
A ( Luas penampang siphon) 0.375 0.375 0.375 m
Q hitungan 0.2974 4.3363 0.3889 m3/s
52
3.7 Aliran Melalui Ambang Lebar (Broad Crested Weir)
a) Dasar Teori
Ambang atau pelimpah merupakan suatu bangunan air yang biasa digunakan
pada saluran terbuka untuk mencari nilai dari debit aliran air. Ambang lebar
adalah suatu struktur bangunan air dengan garis-garis aliran bergerak secara
paralel antara satu dengan yang lain paling sedikit pada suatu jarak yang pendek.
Ambang lebar banyak digunakan pada saluran irigasi yang berfungsi untuk
menentukan debit dari air yang mengalir pada saluran tersebut.
Pelimpah ambang lebar adalah suatu struktur bangunan air dengan garis-garis
aliran bergerak secara parallel antara satu dengan yang lain. Jadi, distribusi
tekanan hidrostatis dianggap terjadi pada suatu tampang kendali. Untuk
mendapatkan kondisi ini, panjang mercu pelimpah searah aliran L dibatasi oleh
tinggi energi total. Pelimpah ini dipakai sebagai alat ukur debit standar dan
besarnya debit Q dapat ditentukan dengan persamaan:
Q =1,705.Cd.B.H1,5
Dimana:
Cd = koefisien debit
B = lebar pelimpah (m)
H= tinggi air diatas mercu ambang (m)
53
Cd= Koefisien debit
B= Lebar ambang
c) Keselamatan Kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum
dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan antara
lain:
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan (Standart
Operation Procedur/SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran
kerja serta langkah-langkah kerjanya
3) Cek kondisi pompa yang ada dalam hidraulic bench
4) Isi tanki pada hiraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan
54
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai dengan
macam percobaan
6) Letakan model sesuai macam percobaan dengan baik dan pastikan kunci
dengan erat
7) Sisi kiri kanan yang berimpit dengan saluran diberi plastisin agar air tidak
merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran penatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Gunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya dan disimpan dengan baik jika
tidak digunakan
11) Pakailah sepatu, dan pakaian praktek pada saat praktikum
12) Setelah selesai, besihkan dan kumpulkan alat kerja.
d) Langkah Kerja
1) Pasanglah ambang lebar pada model saluran terbuka.
2) Alirkan air ke dalam saluran dengan menjalankan pompa.
3) Ukurlah debit aliran yang terjadi.
4) Catat harga H, yo, yc, dan hu.
5) Amati aliran yang terjadi.
6) Ulangi langkah-langkah di atas untuk debit aliran yang lain.
7) Berdasarkan persamaan diatas tentukan besarnya harga Cd dan Cv ambang
lebar.
8) Gambarkan profil aliran yang terjadi.
e) Data dan Hasil perhitungan
Data :
Percobaan 1
55
Tinggi Muka Air di Atas Hilir Ambang 1 (YC - 1) = Y01 - P
= 0,1264 m - 0,1 m
= 0,0264m
= 0,1309 m
2,8251
Percobaan 2
= 0,1524 m
= 4,3395
Tabel
56
ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR (BROAD CRESTED WEIR)
Percobaan 1 2 Satuan
Yo ( Kedalama air di hulu ambang) 0.1264 0.1397 m
Yu(Tinggi Muka air di atas hulu ambang) 0.232 0.332 m
v ( kecepatan aliran) 0.3 0.5 m/s
Q (Debit Aliran) 0.6 1 m3/s
P (Tinggi Ambang) 0.1 0.1 m
B (Lebar Ambang) 0.075 0.075 m
H ( Tinggi Tekanan Total di Hulu Ambang) 0.1309 0.1524
Cd ( Koefisien Debit) 27.09370 41.22770
Yc ( Tinggi muka air di hi;ir ambang) 0.0264 0.0397 m
Cv ( Koefisien Kecepatan) 2.8251 4.3395
f) Sketsa/ grafik Hasil Pengamatan
57
H= tinggi air diatas mercu ambang (m)
c) Keselamatan Kerja
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum
dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan antara
lain:
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan (Standart
Operation Procedur/SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran kerja
serta langkah-langkah kerjanya
3) Cek kondisi pompa yang ada dalam hidraulic bench
4) Isi tanki pada hiraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai dengan
macam percobaan
6) Letakan model sesuai macam percobaan dengan baik dan pastikan
kuncidengan erat
7) Sisi kiri kanan yang berimpit dengan saluran diberi plastisin agar air tidak
merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran penatur aliran hingga air mengalir ke saluran
58
10) Gunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya dan disimpan dengan baik jika
tidak digunakan
11) Pakailah sepatu, dan pakaian praktek pada saat praktikum
12) Setelah selesai, besihkan dan kumpulkan alat kerja.
d) Langkah Kerja
1) Pasanglah ambang tajam pada model saluran terbuka.
2) Alirkan air ke dalam saluran dengan menjalankan pompa.
3) Ukurlah debit aliran yang terjadi.
4) Catat harga h
5) Amati aliran yang terjadi.
6) Ulangi langkah-langkah di atas untuk debit aliran yang lain.
7) Berdasarkan persamaan tentukan besarnya harga koefisien debit (Cd)
8) Gambarkan profil aliran yang terjadi
9) Amati kondisi aliran pada saat terjadi aliran dengan punggung aliran berimpit
dengan badan bendung.
e) Data dan Hasil Perhitungan
Data :
Percobaan 1
=
√
= 30.06
Percobaan 2
59
Tinggi Ambang (P) = 10 cm = 0,10 m
Debit Aliran (Q) 3
= 1,1 m /s
Kemiringan saluran =0
Tinggi Muka Air di Atas Ambang (h) = 36.2cm = 0,362 m
H 3/2 = 0.2178
Percepatan Gravitasi Bumi (g) = 9,81 m/s2
Volume Air = 5 liter
Kecepatan = 0.4 m/s
Waktu = 3.53dtk
Perhitungan :
=
√
= 29.310
Percobaan 3
=
√
= 25.710
Tabel
60
ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM (SHARP CRESTED WEIR)
61
Dimana :
Qm= Debit aliran modular
Q= Debit aliran non modular
H0= Tinggi tekanan total di hulu ambang = y0 +v2/2g
Y0= Kedalaman air di hulu ambang (m)
H1= Tinggi tekanan total di hilir ambang = y1 +v2/2g
Y1= Kedalaman air di hilir ambang (m)
b) Peralatan yang digunakan
1. Multi purpose teaching flume.
62
4. Current Meter.
c) Langkah Kerja
1) Pasanglah crump weir pada model saluran terbuka.
2) Alirkan air ke dalam model saluran terbuka, sehingga diperoleh kondisi
aliran modular.
3) Ukurlah debit aliran yang terjadi.
4) Catat harga H0, Y0, H1, danY1.
5) Ulangi percobaan untuk debit yang lain
6) Berdasarkan persamaan tentukan besarnya harga Cd crump weir
7) Bendunglah bagian hilir sehingga diperoleh kondisi aliran non modular
8) Ukur debit aliran yang terjadi (Q)
9) Dengan persamaan tentukan debit modular
10) Tentukan faktor koreksi dengan persamaan
11) Gambarkan profil aliran yang terjadi
d) Data dan Hasil Pengamatan
Data :
MODULAR
Percobaan 1
63
Kecepatan Aliran di Hilir Ambang 1 (V1 - 1) = 3,8 m/s
Percobaan 2
MODULAR
Percobaan 1
= 0,11135 m
64
= 0,748 m
=
√
= 298,342
Percobaan 2
= 0,126 m
= 0,869 m
=
√
= 225,789
NON MODULAR
Percobaan 1
= 0,114575 m
65
Tinggi Tekanan Total di Hilir Ambang 1 (H1 - 1)
= 0,116784 m
=
√
= 120.743
Percobaan 2
= 0,12742 m
= 0,13887 m
=
√
= 112.313
66
Faktor Koreksi 2 (f2) = = =1
Tabel
67
3.10 Aliran Melalui Bendung (Overflow Weir)
a) Dasar Teori
Bendung merupakan konstruksi untuk menunjukkan elevasi muka air di
sungai dan berfungsi pula sebagai sarana pengukur debit aliran. Bendung juga
merupakan bentuk bangunan pelimpah yang paling sederhana. Sifat- sifat aliran
melalui bendung pada awalnya dikenal sebagai dasar perencanaan pelimpah
dengan mercu bulat, yakni profil pelimpah yang ditentukan sesuai dengan bentuk
permukaan tirai luapan bawah di atas bendung mercu tajam.
Debit yang mengalir di atas bendung dapat dihitung dengan formula sebagai
berikut:
√ 𝑔
Dimana:
(Y0- P) = jarak vertikal antara muka air di hulu bendung dengan puncak
Bendung (m)
B= lebar bendung (m)
Cd= Koefisien Debit
g= Percepatan Gravitasi (m/s2)
68
1. Multi purpose teaching flume.
4. Current Meter.
c) Langkah Kerja
1) Pasanglah model bendung pada saluran terbuka.
2) Alirkan air ke saluran dengan menjalankan pompa.
69
3) Ukur debit aliran yang terjadi.
4) Catat hargaY0
5) Dengan menggunakan rumus diatas, tentukan besarnyan koefisien debit
melalui bendung.
6) Gambar profil aliran yang terjadi.
7) Amati loncatan air yang terjadi di hilir bendung, ukur Y1,Y2, dan L dan
tentukan kecepatan yang terjadi pada aliran di hulu loncatan hidraulik.
8) Bandingkan panjang loncatan hidraulik tersebut dengan rumus
9) Amati pula bagian mana yang akan mengalami gerusan yang
membahayakan?
10) Pasanglah lantai bendung yang lain pada bagian hilir dibelakang model
bendung tersebut.
11) Amati loncatan hidraulik yang terjadi, bandingkan dengan kondisi
sebelumnya.
Ket : 1=percobaan 1
2= percobaan 2
Ski Jump
Data :
70
Panjang Loncatan Air 2 (L2) = 5 s/d 7 (Y2 - Y1) = 5 (0,053 m - 0,020 m)
= 0,255m
=
√
= 423,6743
=
√
= 651,7182
Tabel
ski jump
Sloping Apron
Data :
71
Tinggi Muka Air di Hilir Loncatan Hidraulik 1 (Y2 - 1) = 0,082 m
Tinggi Muka Air di Hilir Loncatan Hidraulik 1 (Y2 - 1) = 0,009 m
Perhitungan :
=
√
= 25.695846
=
√
= 30.7562
Tabel
Sloping Apron
72
Debit Aliran 1 (Q1) = 0,6 m3/s
Debit Aliran 2 (Q2) = 0,8 m3/s
Percepatan Gravitasi Bumi (g) = 9,81 m/s2
Kedalaman Aliran di Hulu Ambang 1 (Y0 - 1) = 0,2141 m
Kedalaman Aliran di Hulu Ambang 2 (Y0 - 2) = 0,2130 m
Tinggi Muka Air di Hulu Loncatan Hidraulik 1 (Y1 - 1) = 0,01401 m
Tinggi Muka Air di Hulu Loncatan Hidraulik 2 (Y1 - 2) = 0,01508 m
Tinggi Muka Air di Hilir Loncatan Hidraulik 1 (Y2 - 1) = 0,01507 m
Tinggi Muka Air di Hilir Loncatan Hidraulik 1 (Y2 - 1) = 0,01503 m
Perhitungan :
=
√
= 15.237
= = 20.2673
√
73
Tabel
Blended reverse curvatureski jump
74
Kinerja gorong-gorong ini didefinisikan sebagai yc/d ( atau H*). Nilai H*
bervariasi antara 1,2 sampai 1,5 kali tinggi gorong-gorong, tergantung pada
geometri masukan, karakteristik kubah dan keadaan saluran gorong-gorong.
Untuk analisa pendahuluan dapat digunakan batas atas H* = 1,5 d, dimana d =
tinggi gorong-gorong dari dasar saluran, yo adalah kedalaman aliran di hulu
gorong-gorong pada titik dimana gorong-gorong tersebut bekerja penuh.
b. Peralatan yang digunakan
1. Multi purpose teaching flume. 3. Alat ukur tinggi muka air
2. Model Gorong-gorong/culvert.
4. Current Meter.
c. Langkah Kerja
1) Pasanglah model gorong-gorong pada saluran kurang lebih pada tengah-
tengah saluran.
2) Supaya pengukurannya lebih akurat, maka rongga antara model dengan
dinding saluran sebaiknya diberi plastisin.
3) Pasang point gauge atau hook gauge pada hulu dan hilir model gorong-
gorong.
4) Sebagai datum pengukuran adalah dasar saluran.
5) Dengan perlahan-lahan alirkan air hingga mencapai ketinggian dimana
gorong-gorong bekerja penuh.
6) Gambarkan sketsa aliran yang terjadi.
7) Ukur debit aliran dan yo.
75
8) Turunkan air pada gorong-gorong, tambahkan stop log di akhir saluran,
ukur debit, yo, y1 dan Q pada saat gorong-gorong tersebut bekerja penuh
lagi.
9) Ulangi langkah-langkah di atas dengan menambah stop log hingga tidak
ada aliran sama sekali
d. Data dan Hasil Perhitungan
Data :
Tinggi Gorong - Gorong (d) = 1,5 cm = 0,015 m
Percobaan 1
Percobaan 1
Tabel
76
ALIRAN MELALUI GORONG-GORONG (CULVERT)
Percobaan 1 2 Satuan
Yo (Kedalaman tinggi muka air) 1.278 1.169 m
Y1 (Kedalaman tinggi muka air) 0.228 0.762 m
Q (Debit aliran) 2 1.6 m3/s
Is ( Kemiringan Saluran) 0 0 %
d (Tinggi gorong-gorong) 0.015 0.015 m
Yc/d ( Kinerja Gorong-gorong) 0.0225 0.0225 m
V0 (Kecepatan aliran) 0.3 0.2 m/s
V1 (Kecepatan aliran) 0.8 0.7 m/s
V2(Kecepatan aliran) 2.9 2.2 m/s
e. Sketsa/ grafik Hasil Pengamatan
77
2. Model Splitter
4. Current Meter.
c) Langkah Kerja
1) Pasanglah model splitters pada tengah-tengah saluran.
2) Ukur bo dan b1.
3) Alirkan air pada saluran.
4) Pasang point gauge pada tepat di hulu dan di hilir splitters.
5) Tambahkan stop log padaakhir saluran untuk memperoleh ketinggian tertentu
yang tidak sampai menenggelamkan model.
6) Ukur debit aliran yang terjadi.
7) Ukur yo dan y1.
8) Naikkan debit secara bertahap dan pastikan bahwa model tidak sampai terendam,
ulangi langkah yang sama seperti di atas. Hitung besarnya koefisien konstraksi
d) Data dan Hasil Perhitungan
Data :
78
Kecepatan Aliran 1 (V1) = 1,2 m/s
Percobaan 2
Kedalaman Air di Hulu Ambang 2 (Y0 - 2) = 50,1 mm = 0,0501 m
Kedalaman Air di Hilir Ambang 2 (Y2 - 2) = 21,15 = 0,02115
m
Debit Aliran 2 (Q2)= 1 m3/s
Kecepatan Aliran 2 (V2) = 1,4 m/s
Percepatan Gravitasi Bumi (g) = 9,81 m/s
Perhitungan :
B1 = Lebar Saluran (b0) - Lebar Splitter
= 0,078 m - 0,015 m = 0,063 m
Percobaan 1
=
√
=
√
=319,1432
Percobaan 2
=
√
=
√
= 520,6616
Tabel
79
ALIRAN MELALUI SPLITTER
Lebar Saluran (b0) = 0.078 m
Tebal Saluran (t)= 0.01
Lebar Spliter = 0.015 m
b1 = b0 - lebar spliter = 0.063
b2 = b0 - t = 0.068 m
Percobaan 1 2 Satuan
Y0 (tinggi muka air) 0.0429 0.0501
Y1 (tinggi muka air) 0.0325 0.02115 m
h2 (tinggi pembendungan y0-y1) 0.0104 0.02895 m
Q (debit aliran) 0.8 1 m3/s
Vo (Kecepatan Aliran) 1.2 1.4 m/s
K A (Koefisien konstraksi) 319.143 520.662
80
Bila aliran melalui penyempitan adalah aliran tenggelam maka untuk
memperkirakan debit yang lewat, kedalaman muka air hulu h1 dan kedalaman
pada penyempitan h2 harus diukur. Bila tidak terjadi kehilangan tenaga maka
persamaan bernoulli untuk tampang 1 dan 2 dapat dituliskan sebagai berikut:
Atau
Pada keadaan aliran bebas, pelimpah ambang lebar lebih sempurna untuk
mengukur debit. Pada keadaan ini di hilir penyempitan akan terbentuk loncatan air
pada penyempitan terjadi aliran kritik sehingga untuk mengetahui debit yan lewat
cukup diukur kedalaman hulu h0.
81
Dan Qideal = B1g1/2(2/3 H0)2/3
Q = 1.7 B1 H0 3/2
Karena pada pengukuran dilapangan yang langsung diukur ialah h, maka kedalam
persamaan diatas harus diberikan factor koreksi Cv, sehingga di dapat:
Q nyata= 1.7 Cd CvB1h03/2
Cv = ( H0−2,25/h0−2,25 )3/2
Catatan:
m = A0A1
A0 =B0h0
A1 =B1h1
A2 =B1h
4. Current Meter.
c) Keselamatan Kerja
82
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum
dan serta persiapan alat yang akan dipakai untuk menjamin keselamatan antara
lain:
1) Perhatikan dan baca prosedur standart pelaksanaan kegiatan (Standart
Operation Procedur/SOP) yang ada.
2) Perhatikan dengan seksama buku petunjuk pemakaian alat dan lembaran
kerja serta langkah-langkah kerjanya
3) Cek kondisi pompa yang ada dalam hidraulic bench
4) Isi tanki pada hiraulic bench dengan air sesuai dengan kebutuhan
5) Jika diperlukan, berilah lapisan penutup pada dasar saluran sesuai dengan
macam percobaan
6) Letakan model sesuai macam percobaan dengan baik dan pastikan
kuncidengan erat
7) Sisi kiri kanan yang berimpit dengan saluran diberi plastisin agar air tidak
merembes/menerobos
8) Hidupkan sumber listrik
9) Buka kran penatur aliran hingga air mengalir ke saluran
10) Gunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya dan disimpan dengan baik jika
tidak digunakan
11) Pakailah sepatu, dan pakaian praktek pada saat praktikum
12) Setelah selesai, besihkan dan kumpulkan alat kerja.
d) Langkah Kerja
1) Memasang talang venture pada saluran dengan mendirikannya pada
saluran
2) Ukuran lebar talang dihulu dan hilir (Bo dan B1
3) Alirkan air ke dalam flume
4) Ukur h0, h1, h2 dan Q
5) Naikan aliran secara bertahap dan amati pola alirannya
6) Ukur h0, h1dan Q serta harganya
7) Pasang stop log diakhir saluran
8) Ulangi prosedur diatas
9) Tambahkan 1 stop log lagi untuk menaikkan kedalaman air di hilir dan
menggenangi venturi
10) Amati pengaliran yang terjadi dan buat sketsa alirannya.
83
11) Hitunglah koefisien debit yang terjadi
12) Buatlah grafik hubungan h dngan Q
13) Gambarkan grafik hubungan Cd dengan h0/h2 untuk aliran modular
14) Gambarkan grafik hubungan Cd dengan h0/h2 untuk aliran non modular
Keterangan :
Q : Debit Aliran
: Lebar Saluran
Non Modular =
Percobaan 1 :
Q = 1 m3/det
Ho = 0.0983
H1 = 0.01801
Vo= 0.5
V1= 4.2
m =
m =
m = 0.07047
= 2327.58
Modular
84
Percobaan 1 :
Q = 1 m3/det
Ho = 0.1002
H1 = 0.0623
Vo= 0.5
V1= 1.6
m =
m =
m = 0.23914
= 474.9254
Tabel
VENTURI
Bo (Lebar Talang) 0.078 m
B1 (Lebar Talang) 0.03 m
Percobaan ke Q ( Debit aliran) h0(tinggi muka air) v0(kec aliran) h1(tinggi muka air) v1(kec aliran) h2(tinggi muka air) v2 (kec aliran) m Cd (Koefisien Debit)
satuan m3/det m m/s m m/s m m/s
1 non modular 1 0.0983 0.5 0.01801 4.2 17.1 3.9 0.07047 2327.580737
2 non modular 1.1 0.1038 0.6 0.01905 4.4 18.8 4.3 0.07059 2486.903784
3 non modular 1.2 0.1092 1.5 0.01902 4.6 18.5 4.5 0.06699 2802.2658
1 modular 1 0.1002 0.5 0.0623 1.6 72.8 0.6 0.23914 474.9254647
2 modular 1.1 0.13808 0.5 0.06505 2.8 142.3 0.9 0.18119 685.7276627
3 modular 1.2 0.15907 0.5 0.11903 2.2 95.5 0.9 0.2878 310.8520926
85
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Saran dari praktikum kali ini adalah :
1) Diperlukan konsentrasi/ketelitian dalam menentukan ukuran dalam percobaan.
2) Disiplin dalam melakukan praktikum.
3) Mahasiswa hendaknya selalu diawasi oleh pembimbing dalam pelaksanaan
praktikum
86
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
Umum. Bandung
Kodoatie, R.J. 2009. Hidrolika Terapah Aliran Pada Saluran Terbuka dan
Bandung.
87