Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

HIDROLOGI TAMBANG

Dibuat oleh :
Chresvo dinata pramudya
10070120063

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah mengenai tata cara dan prosedur step drawdown. Tidak lupa penulis
ucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad S.A.W yang telah
membimbing penulis.
Penulis sangat mengharapkan agar makalah yang telah penulis buat ini
untuk dapat di terima oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk dapat lebih menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Bandung, 15 Maret 2022


Penulis

Chresvo dinata pramudya


100.701.20.063
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................2
DAFTAR ISI ...........................................................................................................3
BAB I TATA CARA DAN PROSEDUR STEP DRAWDOWN TEST ......................4
1.1 Latar belakang .....................................................................................4
1.2 Pengertian ...........................................................................................5
1.3 Kesimpulan ..........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9
BAB I
TATA CARA DAN PROSEDUR STEP DRAWDOWN TEST

1.1 Latar belakang


Air yang digunakan sehari-hari telah menjalani siklus, yaitu melalui
proses penguapan dari laut, danau, maupun sungai lalu mengalami
kondensasi atmosfer, dan kemudian menjadi hujan yang turun ke
permukaan bumi. Air hujan yang turun ke permukaan bumi. Ada yang
langsung mengalir di permukaan bumi dan ada yang meresap ke bawah
permukaan bumi.
Sementara itu, air yang meresap ke bawah permukaan bumi
melalui dua sistem, yaitu sistem air tidak jenuh (vadous zone) dan sistem
air jenuh. Sistem air jenuh adalah air bawah tanah yang terdapat pada
suatu lapisan batuan dan berada pada suatu cekungan air tanah. Sistem
ini dipengaruhi oleh kondisi geologi, hidrogeologi, dan gaya tektonik, serta
struktur bumi yang membentuk cekungan air tanah tersebut.
Definisi akuifer berdasarkan pendapat para ahli, Todd (1955)
menyatakan bahwa akuifer berasal dari bahasa latin yaitu aqui dari kata
aqua yang berarti air dan kata ferre yang berarti membawa, jadi akuifer
adalah lapisan pembawa air. Herlambang (1996) menyatakan bahwa
akuifer adalah lapisan tanah yang mengandung air, di mana air ini
bergerak di dalam tanah karena adanya ruang antar butir-butir tanah.
Berdasarkan kedua pendapat, dapat disimpulkan bahwa akuifer adalah
lapisan bawah tanah yang mengandung air dan mampu mengalirkan air.
Hal ini disebabkan karena lapisan tersebut bersifat permeable yang
mampu mengalirkan air baik karena adanya pori-pori pada lapisan
tersebut ataupun memang sifat dari lapisan batuan tertentu. Contoh
batuan pada lapisan 10 akuifer adalah pasir, kerikil, batu pasir, batu
gamping rekahan.
1.2 Pengertian
Akuifer Akuifer dapat diartikan sebagai formasi yang dapat
menyimpan air, airnya dapat diambil dan dapat diisi kembali. Ada berbagai
formasi geologi yang dapat berfungsi sebagai akuifer. Formasi geologi
tersebut diantaranya endapan aluvial, batu gamping, batuan vulkanik, batu
pasir serta batuan beku dan batuan metamorfose (Todd, 1980). Ditinjau
dari perlapisan batuan yang ada di sekitar akuifer, akuifer dapat
dikelompokkan menjadi akuifer bebas (unconfine aquifer) dan akuifer
tertekan (confine aquifer) (Redana, 2012). Akuifer terbentuk akibat adanya
proses-proses geomorfologi yang meliputi proses pelapukan, erosi,
letusan gunung berapi dan lain-lain. Yang menjadi agen dalam proses
geomorfologi itu adalah air dan angin. (Tjia, 1987). Berdasarkan letak
pengendapan material material hasil geomorfologi yang membentuk
akuifer, dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Simpen, 2015), yaitu: 1)
Material yang mengendap di sepanjang alur sungai atau parit, bagian
yang keras akan menjadi lapisan penutup atau lapisan pelindungnya,
sedangkan lapisan yang tidak keras dapat ditembus oleh air akan menjadi
akuifer. Untuk kasus ini akuifer akan menjadi bentuk urat seperti sungai-
sungai atau parit-parit yang terkubur. 2) Material yang mengendap di
daerah berstruktur datar, bagian yang keras menjadi lapisan penutup,
sedangkan bagian yang lunak dan dapat ditembus oleh air akan menjadi
akuifer. Adanya lapisan keras dan lapisan lunak yang berselang seling
akan membentuk akuifer dalam bentuk datar. 3) Material yang mengendap
di lembah, lapisan keras paling bawah kemudiam terisi oleh bagian yang
lunak serta ditutupi oleh bagian yang keras dan terakhir ditutupi lagi oleh
bagian yang lunak. Susunan material seperti ini akan membentuk akuifer
berupa cekungan. Bila hendak membuat sumur, akuifer-akuifer inilah yang
dicari. Setelah didapatkannya akuifer barulah dibuat sumur, yang perlu
dipertanyakan adalah seberapa besar produksi sumur tersebut? Sebagai
ilustrasi ada sumur yang sedikit saja diambil airnya sudah nampak
penurunan muka air tanahnya dan bahkan sampai habis, ada juga
sebaliknya, airnya dapat diambil berhari-hari tetapi permukaan airnya tidak
juga turun-turun. Untuk keperluan industri, peternakan atau pengairan,
sebelum sumur mulai produksi sebaiknya terlebih dahulu dianalisa untuk
mengetahui seberapa kuat produksinya? dan seberapa besar pompa yang
bisa dipasang? Pada kesempata ini membahas Step Drow Down Test
sebagai cara untuk mengetahui kemampuan sumur produksi.
Tes penarikan langkah adalah tes pemompaan satu sumur yang
dirancang untuk menyelidiki kinerja sumur pemompaan di bawah kondisi
pelepasan variabel terkontrol. Dalam uji penarikan bertahap, laju
pelepasan di sumur pemompaan ditingkatkan dari laju konstan awalnya
rendah melalui urutan interval pemompaan (langkah) dari laju konstan
yang semakin tinggi. Setiap langkah biasanya memiliki durasi yang sama,
berlangsung sekitar 30 menit hingga 2 jam. Setiap langkah harus memiliki
durasi yang cukup untuk memungkinkan disipasi efek penyimpanan
lubang sumur.
Metoda Step Drown Test merupakan suatu metoda dalam
menganalisa kemampuan sumur untuk memproduksi air dengan cara
melakukan pemompaan dengan debit bertingkat. Parameter yang diukur
pada metoda ini adalah waktu pemompaan, debit pemompaan dan
kedudukan muka air tanah selama pemompaan berlangsung sehingga
peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: pompa, dipmeter,
stop watch atau jam, alat ukur debit dan pipa-pipa sesuai kebutuhan.
Pompa air dapat dibedakan menjadi pompa sentrifugal seperti pompa isap
(suction pump), pompa turbin (turbine pumps), pompa selam (submersible
pumps) maupun pompa jet (jet pumps) (Sudarsono, 1998). Pompa mana
yang akan dipakai disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Waktu diukur
dengan stop watch atau jam. Stop watch diperlukan untuk mengukur debit
air yang dipompa. Sedangkan jam diperlukan untuk mengetahui telah
berapa lama pemompaan dilakukan. Dipmeter diperlukan untuk mengukur
muka air tanah sebelum maupun saat pemompaan dilakukan. Alat ukur
debit air dapat berupa ember, drum atau yang lain-lain untuk menampung
air yang keluar dari pompa kemudian diukur waktu serta voleme air yang
telah keluar. Debit air juga dapat diukur dengan ambang pengukur yang
berbentuk segitiga 600 , segitiga 900 , trapesium, atau segiempat
(Sudarsono, 1998). Masalah teknis serta masalah mekanis sering terjadi
pada pemompaan seperti debit pemompaan tidak konstan dan pompa
mati saat dipakai. Untuk menanggulangi hal ini pompa perlu dalam
keadaan prima, sediakan sumber listrik cadangan, isi pula meter listrik
dengan cukup.
Selain memperkirakan sifat hidrolik dari sistem akuifer
seperti transmisivitas dan konduktivitas hidrolik , tujuan dari uji penarikan
bertahap adalah untuk mengevaluasi kriteria kinerja sumur
seperti kehilangan sumur , efisiensi sumur , faktor kulit lubang
sumur dan radius sumur efektif .
Laju pemompaan yang digunakan dalam uji penarikan bertahap
harus mencakup laju pemompaan desain maksimum untuk sumur
(𝑄.maksimalQmaksimal). Tabel berikut menunjukkan satu skema yang
mungkin untuk laju pemompaan dalam uji penarikan bertahap yang terdiri
dari empat Langkah yakni:
1. Q maksimal 0,5
2. Q maksimal 0,75
3. Q maksimal 1
4. Q maksimal 1,25
Penelitian dilakukan dengan cara memompa air sumur memakai
pompa submersible. Pemompaan dilakukan dengan debit bertahap dan
mengukur penurunan permukaan air untuk masing-masing tahapan debit.
Lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pada sumur produksi dipasang pompa yang kekuatannya besar,
sekitar 10 m3/jam.
b. Selama pemompaan, air buangan dibuang jauh dari sumur, sehingga
air tidak memungkinkan masuk ke akuifer. Pompa dihidupkan secara
terus menerus walaupun dalam penggantian debit.
c. Selama pemompaan, lakukan variasi debit dengan cara output pompa
dipasangi stop kran. Variasi debit misalnya 2 m3/jam, 4 m3/jam, 6
m3/jam, 8 m3/jam dan 10 m3/jam.
d. Untuk masing-masing debit (Q) catat penurunan muka air tanah (Drow
Down = Sw) secara berkala, misalnya 30 menit, atau 1 jam.
Pengukuran dihentikan apabila muka air tanah sudah tidak turun
(dalam keadaan stedy) selama minimal 3 jam.
e. Analisa hasil pengukuran. Cari hubungan antara Q dengan Sw dalam
bentuk polinomial orde dua. Anggap Q sebagai X dan Sw sebagai Y.
Dari persamaan ini akan menghasilkan persamaan sumur yang
menunjukkan hubungan antara Q dengan Sw.
f. Berdasarkan data sumur, cari Sw maksimum, artinya turunnya air
maksimum yang diperbolehkan oleh spesifikasi pompa (sekitar 0,5 m
di atas pompa).
g. Masukkan harga Sw maksimum dalam persamaan sumur yang didapat.
Dari sini akan didapat nilai Q maksimum.
h. Cari persamaan Sw maksimum (Y mak) dengan Q maksimum (X
mak).
i. Cari titik potong antara persaman sumur (Y) dengan persamaan Y mak.
Titik potong ini menunjukkan nilai Q optimum dan Sw optimum.

1.3 Kesimpulan
1. Metoda Step Drown Test dapat dipakai untuk menganalisa
kemampuan sumur dalam memproduksi air.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudarsono, Untung, (1998), Prosedur Pompa Uji, Buletin Geologi


Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology), No. 23,
Juni 1998 pp.

2. Todd, D.K. (1980). Groundwater Technology. Associate Professor of


Civil Engineering California University. John Wiley and Son. New
York.

3. Redana, I Wayan, 2012, Air Tanah, Udayana University Press,


Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai