Mata Kuliah :
Tambang Terbuka
Program Studi :
Teknik Pertambangan
Oleh:
Fazrul Asikin
D1101171034
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
Kata Pengantar
Puji dan syukur Kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya. Saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah tambang terbuka. Makalah
ini disusun berdasarkan jurnal STUDI KASUS SISTEM
PENYALIRAN PADA TAMBANG TERBUKA KABUPATEN
TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN.
Penulis
i
DAFTAR ISI……………………………………………………….... i
KATA PENGANTAR……………………………………………..... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….. 2
1.3 Tujuan……………………………………………………. 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sumber air tambang antara lain air hujan, air limpasan,
dan air tanah. Sumber air tambang tersebut harus diketahui volume per
jamnya serta penentuan debit limpasan yang masuk ke area penambangan
dalam perdetiknya dan penentuan diamensi luasan sumuran atau Sump
serta penetuan kapasitas pompa yang di gunakan agar proses penambangan
dapat berjalan dengan baik.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui rata-rata curah hujan maksimum tahun 2006-2014 serta
mengetahui volume sumuran dan kolam pengendapa yang ideal, serta
waktu pengerukan kolam pengendapan.
1
1.2 Rumusah Masalah
Bagaimana mengandalikan air limpasan yang masuk ke bukaan
tambang ?
Metode apa saja yang digunakan untuk menghitung curah hujan rata-
rata dan volume limpasan air yang masuk ke sumuran ?
1.3 Tujuan
untuk mengendalikan air limpasan yang masuk kebukaan tambang
agar proses penambangan tidak terganggu
Mengetahui metode yang digunakan untuk menghitung curah hujan
rata-rata dan volume air limpasan yang masuk ke sumuran serta luas
kolam pengendapan yang dibutuhkan.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah penyaliran tambang, serta diharapkan manfaat dari
pembahasan ini agar dapat menambah wawasan mahasiswa lebih
lanjut tentang konsep pembentukan, rembesan, dan sebagainya yang
berhubungan dengan air tanah secara umum yang ada di bumi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Hidrogeologi (hidro- berarti air, dan -geologi berarti ilmu
mengenai batuan) merupakan bagian dari hidrologi yang mempelajari
penyebaran dan pergerakan air tanah dalam tanah dan batuan di kerak
Bumi (umumnya dalam akuifer). Faktor-faktor yang diperlukan dalam
sistem pengontrolan penyaliran air tambang antara lain Sump terdiri dari
sumur dalam atau sumur pompa, curah hujan rata-rata, debit air minimum-
maksimum, kualitas air dan biaya.
Tujuan dari Sistem penyaliran Air Tambang adalah untuk membuat
lokasi kerja di areal penambangan selalu kering karena bila tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah, misalnya adalah lokasi kerja
tergenang, jalan tambang becek dan licin, stabilitas lereng tambang rawan
longsor, peralatan tambang cepat rusak, kesulitan dalam mengambil
contoh (sampling), efisiensi kerja menurun, dan terancamnya keselamatan
pekerja maupun kesehatannya. Yang harus diperhatikan dalam sistem
penyaliran tambang adalah pengontrolan jumlah air tambang yang ada.
Air dalam jumlah tertentu diperlukan untuk aktifitas-aktifitas yang
lainnya seperti untuk mengurangi konsentrasi debu di jalan tambang atau
crushing plant, sebagai media pemisahan dan pencucian dalam pengolahan
bahan galian, keperluan sehari-hari di kantor dan perumahan.
2.2 Konsep Pembentukan Air Tanah
Air merupakan hasil sirkulasi alamiah yang berlangsung terus
menerus Sirkulasi tersebut tidak sesederhana yang di bayangkan karena
melibatkan intensitas sinar matahari yang menimbulkan adanya perbedaan
tekanan dan suhu, kondisi fisik dan kimiawi permukaan bumi, tingkat
permeabilitas dan porosits lapisan batuan didalam kulit bumi, intensitas
perpohonan lebat dan sebagainya.
3
Beberapa sumber air dapat berasal dari beberapa tempat, diantaranya
sebagai berikut :
1. Resapan air laut, danau, sungai, rawa, cadangan lempung dan lapisan
penutup yang lembab.
2. Resapan dari goa-goa batu kapur yang mengandung unsur karbonat.
3. Resapan dari kantong-kantong air yang terperangkap di dalam batuan
4. Resapan dari celah-celah patahan.
5. Aliran dari permeabilitas primer (inherent)
6. Aliran dari permeabilitas sekunder (rekahan)
7. Air magmatis (uap air yang keluar dari aktifitas magma)
8. Akibat perbuatan manusia, misalnya :
a) Resapan tanggul penahan banjir
b) Penyaliran yang tidak sempurna
c) Rekahan-rekahan hasil btuan yang runtuh
d) Lubang bor terbuka.
2.3 Sistem Penyaliran Air Tambang
Sistem Penyaliran Air tambang pada makalah ini dititikberatkan
pada metode atau penanggulangan air pada tambang terbuka saja.
Penyaliran air tambang dapat berupa Pencegahan atau pengendalian air
masuk ke lokasi penambangan. Secara umum, perusahaan cenderung
menggunakan salah satu cara saja dengan pertimbangan biaya tanpa
mengurangi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) didalam penambangan
Batubara. Hal penting yang perlu diperhatikan didalam sistem penyaliran
tambang adalah bagaimana cara memprediksikan kapan cuaca ekstrim
terjadi, yaitu dimana aliran air tanah dan limpasan sangat membahayakan
front penambangan. Ketika pengambilan keputusan untuk memilih salah
satu cara penyaliran saja tanpa memperhitungkan kondisi cuaca ekstrim,
maka bila terjadi banjir di dalam front penambangan semua akan sia-sia
dan biaya pun akan membengkak. Hal ini menyebabkan, kondisi cuaca
pada tambang terbuka sangat berperan besar efeknya terhadap aktivitas
penambangan dan apabila hal ini sudah diperhitungkan sebelumnya, maka
4
front penambangan akan terhindar dari kondisi yang membahayakan
karyawan dan peralatan mekanis yang di pergunakan.
1. Efek Air Tambang
Efek dari air tambang sebenarnya mudah dilihat, yaitu kebanyakan
menyangkut tentang biaya dan keselamatan serta kesehatan pekerja. Efek
Air Tambang dapat dibedakan menjadi 2 secara umum yaitu Efek secara
langsung dan Efek secara Tidak Langsung, yaitu :
Efek langsung dari air terhadap penambangan
a) Biaya Penyaliran dapat berupa air yang ada di proses untuk
keperluan bahan galian dan sebagainya.
b) Terjadinya longsoran akibat resapan air sehingga menghentikan
aktifitas produksi dan merusak fron penambangan, perolehan bijih
menjadi rendah, atau bahkan dapat menyebabkan kecelakaan
tambang.
Efek air tak langsung terhadap penambangan
a) Mengurangi efisiensi kerja karyawan, peralatan dan menghambat
penangan material
b) Menambah waktu dan biaya perawatan (Maintenance) alat
c) Mengganggu aktifitas peledakan di lapangan
d) Jika terjadi runtuhan dapat membawa gas-gas beracun
e) Menghasilkan lumpur jika lereng mengalami longsor
f) Perusahaan harus membeli material yang tahan air (Waterproof)
untuk melindungi produk.
2. Pengendalian Air Tambang
Terdapat dua cara pengendalian air tambang yang sudah terlanjur
masuk ke dalam front penambangan yaitu dengan sistem kolam
terbuka (sump) atau membuat paritan dan adit. Sistem penyaliran
dengan membuat kolam terbuka dan paritan biasanya ideal diterapkan
pada tambang open cast atau kuari, karena dapat memanfaatkan
gravitasi untuk mengalirkan air dari bagian lokasi yang lebih tinggi ke
lokasi yang lebih rendah. Pompa yang digunakan pada sistem ini lebih
efektif dan hemat.
5
2.4 Penyaliran Air Tambang
Penyaliran tambang adalah mencegah air masuk ke lokasi
penambangan dengan cara membuat saluran terbuka sehingga air limpasan
yang akan masuk ke lubang bukaan dapat langsung dialirkan ke luar lokasi
penambangan. Upaya ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah
yang berasal dari sumber air permukaan.
Beberapa metode penyaliran tambang (mine drainage) adalah
sebagai berikut:
a) Metode Siemens
Pada setiap jenjang dari kegiatan penambangan dipasang pipa ukuran
8 inch, di setiap pipa tersebut pada bagian ujung bawah diberi lubang-
lubang, pipa yang berlubang ini berhubungan dengan air tanah,
sehingga di pipa bagian bawah akan terkumpul air, yang selanjutnya
dipompa ke atas secara seri dan selanjutnya dibuang.
b) Metode Elektro Osmosis
Bilamana lapisan tanah terdiri dari tanah lempung, maka pemompaan
sangat sulit diterapkan karena adanya efek kapilaritas yang disebabkan
oleh sifat dari tanah lempung itu sendiri. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka diperlukan cara elektro osmosis. Pada metode ini
digunakan batang anoda serta katoda. Bila elemen-elemen ini dialiri
listrik, maka air pori yang terkandung dalam batuan akan mengalir
menuju katoda (lubang sumur) yang kemudian terkumpul dan
dipompa keluar.
c) Metode kombinasi dengan lubang bukaan bawah tanah
Dilakukan dengan membuat lubang bukaan mendatar didalam tanah
guna menampung aliran air dari permukaan. Beberapa lubang sumur
dibuat untuk menyalurkan air permukaan kedalam terowongan bawah
tanah tersebut. Cara ini cukup efektif karena air akan mengalir sendiri
akibat pengaruh gravitasi sehingga tidak memerlukan pompa.
6
Pada perencaan saluran terbuka ada beberapa faktor lapangan yang
perlu diperhatikan, yaitu :
A. Catchment area / water divide
Merupakan suatu areal atau daerah tangkapan hujan dimana batas
wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga
akhirnya merupakan suatu poligon tertutup yang mana polanya
disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti kecenderungan
arah gerak air. Dengan pembatasan catchment area maka diperkirakan
setiap debit hujan yang tertangkap akan terkonsentrasi pada elevasi
terendah pada catchment tersebut. Pembatasan catchment area
diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap akan terkonsentrasi pada
elevasi terendah pada catchment tersebut. Pembatasan catchment area
biasanya dilakukan pada peta topografi dan untuk perencanaan sistem
penyaliran dianjurkan dengan menggunakan peta rencana penambangan
dan peta situasi tambang.
B. Waktu Konsentrasi
Adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari titik
terjauh ke tempat penyaliran. Waktu konsentrasi dapat di hitung dengan
menggunakan rumus “Kirpich”, dengan tc adalah waktu terkumpulnya air
(menit), L adalah jarak terjauh sampai ke titik penyaliran dan H adalah
beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat terkumpulnya air
(meter)
C. Intensitas Curah Hujan
Adalah besarnya intensitas (jumlah) hujan yang mungkin terjadi
dalam kurun waktu tertentu di hitung berdasarkan persamaan “Mononobe”
D. Jenis Material
Jenis Material pada areal penambangan berpengaruh terhadap
kondisi penyerapan air limpasan karena untuk jenis dan kondisi material
yang berbeda memiliki koefisien materialnya masing-masing. Koefisien
tersebut merupakan parameter yang menggambarkan hubungan curah
hujan dan limpasan, yaitu memperkirakan jumlah air hujan yang mengalir
menjadi limpasan langsung dipermukaan. Koefisien limpasan dipengaruhi
7
oleh faktor-faktor tutupan tanah, kemiringan dan lamanya hujan. Beberapa
perkiraan koefisien limpasan terlihat pada tabel 2.5 berikut ini.
No Material
Nilai Kecepatan aliran (m/det)
8
16 Tanah berumput 0.030 - 2
17 Pasangan batau 0.017 - 5
∑ CH
X = n .........................................................Persamaan (2-1)
n = Jumlah data
9
∑ ( Xi− X )2
S = √ (n−1 ) ……………………………Persamaan (2-2)
Xi = Data ke-I,
n = Jumlah data
T −1
Yt =
[ [ ]]
−ln −ln
T …………………………...Persamaan (2-3)
n+1−m
Yn =
[ [
−ln −ln
n+1 ]] ………………………….Persamaan (2-4)
∑ Yn
Kemudian tentukan : YN = n …………..........Persamaan (2-5)
10
Dimana : YN = Rata-rata Yn
∑ Yn = Jumlah nilai Yn
n = Jumlah data
∑ (Yn−YN )2
Sn
(2-6)
= √ n−1 ……………………………………Persamaan
Yn = Nilai Yn ke-i
YN = Rata-rata nilai Yn
n = Jumlah data
S = Standard deviasi
Sn = Koreksi Simpangan
Yt = Koreksi varians
YN = Rata-rata nilai Yn
11
Sedangkan rumus yang dapat digunakan untuk mengolah data
curah hujan harian kedalam satuan jam adalah dengan Rumus
Mononobe :
R 24 24 2
I = 24 t
. ( ) 3
......................................................Persamaan (2-8)
Evapotranspirasi
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari
permukaan tanah ke udara disebut penguapan (evaporasi), sedangkan
peristiwa penguapan dari tumbuhan disebut transpirasi. Apabila proses
tersebut terjadi keduanya disebut evapotranspirasi.
T RH
x (RS +50)(1+50− )
ETP= 0,4 x (T +15 ) 70 .............Persamaan (2-
9)
12
BAB III
13
Tabel 3.1. Curah hujan Tahun maksimum
Curah Hujan
No Tahun
Maksimum,(X)(mm)
1 2006 78,6
2 2007 54,5
3 2008 124
4 2009 90
5 2010 96
6 2011 72
7 2012 85
8 2013 77
9 2014 104
Total 781,1
Rata-Rata 86,80
14
Data yang dibutuhkan untuk analisis Daerah tangkapan hujan
adalah peta topografi serta penetuan luasan catchment area dengan cara
poligun tertutup sehingga didapatkan luas Daerah tangkapan hujan daerah
penelitian sebesar 4,26 km², daerah penelitian tangkapan hujan dapat
dilihat pada gambar 3.2.
Xt 24 2 /3
I= 24 t
= 3,60(24)0.67
= 3,60 8,41
= 30,27 mm/jam
= 726,48 mm/hari
15
Nilai intensitas curah hujan digunakan dalam perhitungan debit air
yang masuk ke areal bukaan tambang. Artinya bahwa kemungkinan
turunnya hujan dengan intensitas hujan 30,27mm/jam adalah 75 %
berdasarkan periode ulang 2 tahun.
Q = 0,278 x C x I x A
= 1.935,6 m3/menit
16
= 116.136 m3/jam
Jadi debit air limpasan yang akan masuk kedalam sump sebesar
116.136 m3/jam.
3.4 Sumuran (Sump)
Sumuran dibuat sebagai tempat penampungan air sementara sebelum
air dipompakan keluar. Dimensi sumuran ditentukan dengan
membandingkan akumulasi jumlah air yang masuk pada perhitungan
jumlah dan rata-rata jam serta hari hujan sehingga dapat diketahui ukuran
maksimal sump yang dibutuhkan. perhitungan dimensi sumuran dihitung
berdasarkan pada data debit air limpasan yang mengalir menuju lubang
bukaan tambang. Total debit air yang masuk menuju dasar lantai tambang
sebesar 0,28 jam atau 0,011 hari Sehingga diperoleh:Volume debit air
limpasan yang masuk kesumuran.
Q x tc = 116.136 x 0,011
= 1.277,5 m³/hari.
17
Gbr 3.4. Rancangan sumuran (sump).
3.5 Pompa
Berdasrkan volume air hujan yang jatuh pada lubang bukaan
tambang yang tertampung dalam sumuran mennggunan pompa satu yunit
(1), dengan kapasitas debit 80m³/jam maka jumlah air tambang yang dapat
di atasi adalah 528m³/jam dengan kapasitas pompa 25 lite/second.
3.6 Kolam Pengendapan
Kolam pengendapan (settling pond) berfungsi sebagai tempat
penampungan air sementara sebelum dialirkan kembali ke sungai, selain
kolam pengendapan juga berfungsi sebagai tempat untuk mengendapkan
partikel-partikel padatan yang terbawa oleh air yang keluar dari lokasi
penambangan, sehingga air yang dialirkan kesungai dalam keadaan jernih,
hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pendangkalan sungai
karena pengendapan lumpur.
Dengan debit total yang masuk sebesar 0,025 m3/detik, sedangkan
untuk kecepatan pengendapan didapat besarnya kecepatan pengendapan 4
x 10-6 m/detik. Untuk menghitung kecepatan pengendapan adalah dengan
menggunakan Hukum “Stokes”, yaitu :
9,8 x ( 4 x 10−6 ) x ( 1700−1000 )
Maka : V =
18 x 0,00000131
= 0,0000465 m3/detik
M3 = 537,63 m3
Jadi, volume kolam pengendapan dibutuhkan = 537,63 m3.
18
Kolam pengendapan pada area penambangan dibuat berdasarkan
debit air limpasan, kapasitas pompa, serta waktu pemompaan. Dengan
memperhatikan rata - rata hari hujan dan perhitungan intensitas curah
hujan rencana maka dirancang kolam pengendapan terdiri 4 komperter
dengan berdiamer masing - masing panjang 30m, lebar 15m dan
kedalaman 2m. Adapun rancangan kolam pengendapan dapat dilihat
separti pada gambar 3.6.
19
Pembuatan kolam pengendapan dimaksudkan untuk menampung
lumpur yang berupa partikel dan padatan, lumpur akan dikeruk oleh
Excavator sehingga kolam harus dapat menampung volume lumpur
sebelum dikeruk selama interval waktu tertentu.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Keseimpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
iii
4