Disusun Oleh :
DEPARTEMEN
KESEHATAN LINGKUNGAN
ANGKATAN 2016
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan laporan ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SWT.
Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Sistem
Penyaringan Pasir Lambat”, yang kami sajikan berdasarkan beberapa referensi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum..................................................................... 2
C. Prinsip Kerja............................................................................ 2
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 19
B. Saran........................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu memerlukan air terutama
untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Dengan kata lain
bahwa air merupakan kebutuhan pokok manusia. Air yang dipergunakan
hendaknya dapat memenuhi kriteria yang sesuai dengan peruntukkannya.
Upaya untuk pemenuhan kebutuhan pengembangan air bersih harus
dilakukan dengan baik sehingga tidak saja dapat memenuhi kebutuhan
dalam jangka waktu yang lama, namun juga dapat menjaga kelestarian
keberadaannya. Sumber air yang dapat dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih dapat berasal dari berbagai sumber antara lain adalah
air permukaan, air sungai, air rawa/danau, air tanah dangkal, air tanah
dalam, dan mata air.
Dalam rangka meningkatkan kebutuhan dasar masyarakat khususnya
mengenai kebutuhan akan air bersih, maka perlu disesuaikan dengan
sumber air baku serta teknologi yang sesuai dengan tingkat penguasaan
teknologi dalam masyarakat itu sendiri. Salah satu alternatif yakni dengan
menggunakan teknologi pengolahan air sederhana dengan "Saringan Pasir
Lambat”.
Sistem saringan pasir lambat adalah pengolahan air yang sangat
sederhana dengan hasil air bersih dengan kualitas yang baik. Sistem
saringan pasir lambat ini mempunyai keunggulan antara lain tidak
memerlukan bahan kimia (koagulan) yang mana bahan kimia ini
merupakan kendala sering dialami pada proses pengolahan air.
Cara ini sangat sesuai untuk pengolahan yang air bakunya
mempunyai kekeruhan yang rendah dan relatif tetap. Biaya operasi rendah
karena proses pengendapan biasanya tanpa bahan kimia. Tetapi jika
kekeruhan air baku cukup tinggi, pengendapan dapat juga memakai bahan
kimia (koagulan) agar beban filter tidak terlalu berat.
1
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui cara menjernihkan air dari air yang keruh menjadi air
yang lebih jernih agar dapat dimanfaatkan.
2. Menambah ilmu pegetahuan dan keterampilan mahasiswa agar dapat
melakukan penjernihan air melalui saringan pasir lambat.
C. Prinsip Kerja
1. Memisahkan sampel air yang akan di uji coba sebagai perbandingan
antara hasil sebelum dan sesudah di jernihkan melalui saringan pasir
lambat.
2. Langkah kedua membersihkan semua peralatan percobaan terutama
pasir, batu dan kerikil, arang dan ijuk. Tujuan dari pembersihan ini
adalah agar dalam proses tidak terlihat lagi perubahan air ketika
direndam
3. Membuat wadah tabung saringan dari pipa paralon dan kaca yang bagian
ujung dari pipa dan kaca tersebut di berikan ruang untuk tempat
mengalirnya air ketika proses penyaringan dengan merekatkan keran air
sebagai pengontrol keluarnya air yang telah di filtrasi.
4. Dalam wadah tabung Saringan di isi bahan – bahan dengan susunan
sebagai berikut : lapisan pertama yaitu batu besar 20 cm, ijuk dengan
tebal 10 cm, selanjutnya lapisan ketiga yaitu arang dengan tebal 15 cm,
lapisan keempat ijuk 5 cm, selanjutnya kerikil kecil 20 cm, selanjutnya
ijuk 5 cm, pasir halus 30 – 70 cm, di lanjutkan lapisan terakhir dengan
kerikil di campur dengan batu sekitar 10 cm,
5. Selanjutnya, setelah di susun seperti di atas langkah selanjutnya adalah
memasukkan sampel air yang akan di olah pada saringan tersebut.
6. Setelah memasukkan sampel air olahan, maka tinggal menunggu hasil.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Air
Air merupakan elemen yang paling melimpah di atas Bumi, yang
meliputi 70% permukaannya dan berjumlah kira-kira 1,4 ribu juta kilometer
kubik. Apabila dituang merata di seluruh permukaan bumi akan terbentuk
lapisan dengan kedalaman rata-rata 3 kilometer. Namun hanya sebagian
kecil saja dari jumlah ini yang benar-benar dimanfaatkan, yaitu kira-kira
hanya 0,003%. Sebagian besar air, kira-kira 97%, ada dalam samudera atau
laut, dan kadar garamnya terlalu tinggi untuk kebanyakan keperluan. Dari
3% sisanya yang ada, hampir semuanya, kira-kira 87 persennya, tersimpan
dalam lapisan kutub atau sangat dalam di bawah tanah. Dalam satu tahun,
rata-rata jumlah tersebut tersisa lebih dari 40.000 kilometer kubik air segar
yang dapat diperoleh dari sungai-sungai di dunia. Bandingkan dengan
jumlah penyedotan yang kini hanya ada sedikit di atas 3.000 kilometer
kubik tiap tahun. Ketersediaan ini (sepadan dengan lebih dari 7.000 meter
kubik untuk setiap orang) sepintas kelihatannya cukup untuk menjamin
persediaan yang cukup bagi setiap penduduk, tetapi kenyataannya air
tersebut seringkali tersedia di tempat-tempat yang tidak tepat.
B. Pengolahan Air
Pengolahan air adalah suatu usaha teknis yang dilakukan untuk
memberikan perlindungan pada sumber air dengan perbaikan mutu asal air
sampai menjadi mutu yang diinginkan dengan tujuan agar aman
dipergunakan oleh masyarakat pemakai air (Siregar, 2005).
Sutrisno (1987), mengemukakan sistem pengolahan air ada 2 (jenis)
pengolahan, yaitu:
1. Pengolahan Fisik
3
Pengolahan air yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan
kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir serta
mengurangi zat-zat organik dalam air yang akan diolah.
2. Pengolahan Kimiawi
Proses pengolahan dengan penambahan bahan kimia tertentu dengan
tujuan untuk memperbaiki kualitas air. Penambahan bahan kimia
tersebut berupa:
a) Koagulan
Koagulan yang dibutuhkan pada proses pengolahan air bertujuan
untuk membentuk flok-flok dari partikel-partikel tersuspensi dan
koloid yang tidak terendap. Koagulan yang ditambahkan biasanya
berupa Al2SO4, FeCl3, atau Poly Aluminium Chloride (PAC), dan
lain-lain.
b) Bahan Netralisir
Pembubuhan alkali dimaksudkan untuk menetralkan pH, karena pada
umumnya pH akan turun setelah pembubuhan koagulan yang bersifat
asam. Pembubuhan alkali diperlukan bila air baku yang diolah
memiliki kadar alkalinitas rendah.
c) Desinfektan
Bertujuan untuk membunuh bakteri patogen yang masih terdapat
dalam air yang sudah melalui tahap filter. Desinfektan yang
digunakan adalah substansi kimia yang merupakan oksidator kuat
seperti khlor dan kaporit.
4
Teknik pengolahan air yang diterapkan dengan bantuan koagulan kimia
seperti Polyelektrolit (misalnya: PAC atau Poly Aluminium Chloride,
PAS atau Poly Aluminium Sulfat), garam aluminat (misalnya: alum,
tawas), garam Fe, khitin, dan sebagainya. Untuk Flokulasi dapat
digunakan polimer kationik, anionik, atau nonionik (misalnya:
poliakrilik, poliakrilamida). Sedangkan untuk pengendapan dapat
digunakan teknologi baffle, settler, lumpur aktif, aerasi, dan lain-lain.
Untuk lakuan yang optimal teknik tersebut dapat digabung.
2. Teknik Filtrasi
Teknik pengolahan air yang diterapkan dengan bantuan media filter
seperti pasir (misalnya: silika, antrasit), senyawa kimia atau mineral
(misalnya: kapur, zeolit, karbon aktif, resin, ion exchange), membran,
biofilter atau teknik filtrasi lainnya.
3. Teknik Redoks
Teknik pengolahan air yang diterapkan dengan bantuan inhibitor seperti
senyawa khlor (misalnya: kaporit), non khlor atau teknik redoks lainnya.
4. Bioremoval dan Bioremediasi
Merupakan teknik pengolahan air dengan menggunakan biomaterial.
Biomaterial tersebut antara lain lumut, daun teh, sekam padi, dan sabut
kelapa sawit, atau juga dari bahan non biomaterial seperti perlit, tanah
gambut, lumpur aktif dan lain-lain.
5. Reverse Osmosis
Teknik pengolahan air yang merupakan kebalikan dari proses osmosis
alami. Osmosis adalah perpindahan cairan dari konsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi yang melewati membran semipermeabel.
5
gravitasi, sangat lambat, dan simultan pada seluruh permukaan media.
Proses penyaringan merupakan kombinasi antara proses fisis (Filtrasi,
sedimentasi, dan adsorpsi), proses biokimia dan proses biologis. Saringan
pasir lambat lebih cocok mengolah air baku, yang mempunyai kekeruhan
sedang sampai rendah, dan kosentrasi oksigen terlarut (dissolved oxygen)
sedang sampai tinggi. Kandungan oksigen terlarut tersebut bermaksudkan
untuk memperoleh proses biokimia dan biologis yang optimal. Apabila air
baku mempunyai kandungan kekeruhan tinggi dan kosentrasi oksigen
terlarut rendah, maka sistem saringan pasir lambat membutuhkan
pengolahan pendahuluan, yang direncanakan terpisah dari standar ini (SNI
3981:2008 tentang Perencanaan instalasi saringan pasir lambat).
Saringan pasir lambat merupakan instalasi pengolahan air yang
mudah, murah, dan efisien. Saringan pasir lambat mempunyai efisiensi
yang tinggi untuk menghilangkan kekeruhan, rasa, dan bau pada air, bahkan
mampu menghilangkan bakteri dengan sangat baik. Untuk menghilangkan
rasa dan bau pada air kadag-kadang perlu dilengkapi dengan karbon aktif
dan untuk menghilangkan bakteri sering dipergunakan kaporit.
6
Umumnya disain konstruksi dirancang setelah didapat hasil dari
survai lapangan baik mengenai kuantitas maupun kualitas. Dalam
gambar desain telah ditetapkan proses pengolahan yang dibutuhkan
serta tata letak tiap unit yang beroperasi. Kapasitas pengolahan dapat
dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan. Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari
sebuah bak yang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak
fiber glass untuk menampung air dan media penyaring pasir dengan
arah penyaringan dari atas ke bawah. Bak ini dilengkapi dengan sistem
saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol.
7
c. Bagian Pengeluaran (Outlet). Bagian outlet ini selain untuk
pengeluran air hasil olahan, berfungsi juga sebagai weir untuk kontrol
tinggi muka air di atas lapisan pasir.
8
c. Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena proses
penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia.
d. Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat
sederhana.
Sedangkan beberapa kelemahan dari sistem saringan pasir lambat
konvensiolal tersebut yakni antara lain :
a. Jika air bakunya mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter
menjadi besar, sehingga sering terjadi kebutuan. Akibatnya waktu
pencucian filter menjadi pendek.
b. Kecepatan penyaringan rendah, sehingga memerlukan keuangan yang
cukup luas.
c. Pencucian filter dilakukan secara manual, yakni dengan cara
mengeruk lapisan pasir bagian atas dan dicuci dengan air bersih, dan
setelah bersih dimasukkan lagi ke dalam bak saringan seperti semula.
d. Karena tanpa bahan kimia, tidak dapat digunakan untuk menyaring
air gambut.
9
Air baku dialirkan ke tangki penerima, kemudian dialirkan ke bak
pengendap tanpa memakai zat kimia untuk mengedapkan kotoran yang
ada dalam air baku. selanjutnya di saring dengan saringan pasir lambat.
Setelah disaring dilakukan proses klorinasi dan selanjutnya ditampung di
bak penampung air bersih, seterusnya di alirkan ke konsumen. Jika air
baku dialirkan ke saringan pasir lambat, maka kotoran-kotoran yang ada
di dalamnya akan tertahan pada media pasir. Oleh karena adanya
akumulasi kotoran baik dari zat organik maupun zat anorganik pada
media filternya akan terbentuk lapisan (film) biologis. Dengan
terbentuknya lapisan ini maka di samping proses penyaringan secara
fisika dapat juga menghilangkan kotoran (impuritis) secara bio-kimia.
Biasanya ammonia dengan konsetrasi yang rendah, zat besi, mangan dan
zat-zat yang menimbulkan bau dapat dihilangkan dengan cara ini. Hasil
dengan cara pengolahan ini mempunyai kualitas yang baik. Cara ini
sangat sesuai untuk pengolahan yang air bakunya mempunyai kekeruhan
yang rendah dan relatif tetap. Biaya operasi rendah karena proses
pengendapan biasanya tanpa bahan kimia. Tetapi jika kekeruhan air
baku cukup tinggi, pengendapan dapat juga memakai baghan kimia
(koagulan) agar beban filter tidak terlalu berat. Hal ini tidak lain karena
debit air bersih yang dihasilkan oleh SPL relatif kecil.
Proses penyaringan pada Saringan Pasir Lambat (SPL) dilakukan
secara fisika dan biologi. Secara Fisika, partikelpartikel yang ada dalam
sumber air yang keruh atau kotor akan tertahan oleh lapisan pasir yang
ada pada saringan. Secara biologi, pada saringan akan terbentuk sebuah
lapisan bakteri. Bakteri-bakteri dari genus Pseudomonas dan
Trichoderma akan tumbuh dan berkembang biak membentuk sebuah
lapisan khusus. Pada saat proses filtrasi dengan debit air lambat (100-
200 liter/jam/m2) luas permukaan saringan), patogen yang tertahan oleh
saringan akan dimusnahkan oleh bakteri-bakteri tersebut. Untuk
perawatan saringan pasir lambat, secara berkala pasir dan kerikil harus
selalu dibersihkan. Hal ini untuk menjaga agar kuantitas dan kualitas air
10
bersih yang dihasilkan selalu terjaga dan yang terpenting adalah tidak
terjadi penumpukan patogen atau kuman pada saringan. Untuk
mendapatkan hasil air bersih yang lebih maksimal baik kualitas maupun
kuantitasnya, anda dapat menggabungkan atau mengkombinasikan
saringan pasir lambat ini dengan berbagai jenis metode penyaringan air
sederhana lainnya. Adapun untuk disinfeksi atau penghilangan kuman
yang terkandung dalam air dapat menggunakan menggunakan berbagai
cara seperti khlorinasi, brominasi, ozonisasi, penyinaran ultraviolet
ataupun menggunakan aktif karbon. Untuk menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan, sebaiknya air hasil penyaringan dimasak terlebih dahulu
hingga mendidih sebelum dikonsumsi atau anda mungkin dapat
menggunakan cara disinfeksi atau menghilangkan kuman pada air secara
sederhana lainnya.
11
Air baku dialirkan ke tangki penerima, kemudian dialirkan ke bak
pengendap tanpa memakai zat kimia untuk mengendapkan kotoran yang
ada dalam air baku. Selanjutnya, dilakukan penyaringan dengan saringan
pasir lambat dan kemudian dialirkan kebak penampungan air bersih.
Jika air baku dialirkan kesaringan pasir lambat, maka kotoran-kotoran
yang ada di dalamnya akan tertahan pada media pasir oleh karena adanya
akumulasi kotoran baik dari zat organik maupun anorganik pada media
filternya akan terbentuk lapisan (film) biologis. Dengan terbentuknya
lapisan ini maka disamping proses penyaringan secara fisika dapat juga
menghilangkan (impuritis) secara biokimia. Biasanya ammonia dengan
kosentrasi yang rendah, zat besi, mangan dan zat-zat yang menimbulkan
bau dapat dihilangkan dengan cara ini. Hasil dengan cara pengolahan ini
mampunyai kualitas baik.
Cara ini sangat sesuai untuk penolahan air baku yang mempunyai
kekeruhan yang rendah dan relatif tetap. Biayaa operasi rendah karena
proses pengendapan biasanya tanpa bahan kimia dan proses pencucian
media saring dengan mengeruk lapisan pasir bagian atas dan dicuci dengan
air bersih. Tetapi jika kekeruhan air baku cukup tinggi, pengendapan dapat
juga memakai bahan kimia (koagulasi) agar beban filter tidak terlalu berat.
12
macam jasad renik, zat organik akan mengisi atau menutupi celah-
celah dari pasir sekitar 0,5 sampai 2cm dari ketebalan lapisan pasir
maka semakin banyak lapisan schmuztdecke yang akan terbentuk.
b. Ketebalan Lapisan Pasir
Semakin tebal lapisan pasir, semakin luas permukaan partikel-partikel
dan semakin besar jarak yang harus ditempuh sehingga air yang
dihasilkan semakin baik kualitasnya. Ketebalan lapisan pasir yang
standart untuk digunakan sebagai media penyaringan adalah 50-
60cm.
c. Diameter Butiran
Semakin kecil diameter butiran pasir menyebabkan semakin kecil
celah-celah butir pasir makin kecil, sehinga akan meningkatkan
efektifitas penahanan partikel. Ukuran efektifitas untuk diameter yang
akan digunakan dalam saringan pasir lambat antara 0,3-1 mm.
d. Jenis Pasir
Jenis pasir yang baik adalah pasir yang mengandung senyawa kimia
SiO2 (silika oksida). semakin tinggi kandungan SiO2 dalam pasir akan
semakin meningkatkan tingkat kekerasan pasir.
e. Lama Pemakaian Media Saring
Bila proses pemakaian penyaringan sudah tidak lancar maka pasir
harus dicuci kembali.
2. Suhu Air
Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air
tersebut dan dapat mempengaruhi pula reaksi kimia dalam pengolahan,
terutama apabila temperatur tersebut sangat tinggi.
3. Kecepatan Penyaringan
Kecepatan penyaringan akan mempengaruhi masa operasi filter, agar
masa operasi saringan dapat diperpajang, diperlukan tekanan pada
lapisan pasir dengan menambah ketinggian air diatas lapisan media
saring. Kecepatan penyaringan pada saringan pasr lambat adalah 0,1-0,2
13
m/jam hal ini dikarenakan dalam penyaringan pasir lambat tanpa
pengolahan berlebihan dahulu sehingga lama.
4. Kualitas Air Baku
Jika air baku mempunyai kekeruhan yang tinggi maka harus dilakukan
prses pendahuluan sebelum dilakukan proses penyaringan.
14
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Metode Praktikum
1. Jenis Praktikum
Praktikum yang kami lakukan adalah Pembuatan Saringan Pasir
Lambat. Jenis praktikum ini bersifat Observasi dengan pengukuran
sampel yang menggunakan Larutan PO4, NH3, Fe, O2, serta pengukuran
Ph Air.
2. Waktu dan Lokasi
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2019 pada pukul 14.40
Wita. Lokasi praktikum Pembuatan Saringan Pasir Lambat yaitu di
Kampus FKM Unmul.
15
C. Prosedur kerja
1. Prosedur Kerja Pembuatan Saringan Pasir Lambat
a. Persiapkan alat bahan yang akan digunakan.
b. Bersihkan semua peralatan percobaan terutama pasir, batu, kerikil,
arang dan ijuk.
c. Membuat lubang didasar aquarium sebagai jalan keluar air yang telah
melewati proses filtrasi.
d. Dalam wadah aquarium yang berukuran 50x50x50 cm diisi dengan
bahan-bahan yang sudah disipakan. Susunannya yaitu batu, ijuk,
karbon aktif ( arang ), ijuk, kerikil , ijuk , pasir , ijuk , dan batu
dengan ketebalan 3-5 cm.
e. Langkah selanjutnya yaitu memasukkan sampel air yang akan diolah
pada saringan tersebut.
f. Setelah memasukkan sampel air, tinggal menunggu hasil penyaringan
air.
2. Prosedur kerja pengujian sampel air
a. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Melakukan pengambilan sampel air yang akan diuji.
c. Setelah sampel air sudah di ambil, masukan sampel air sebanyak
20ml kedalam botol BOD.
d. Tambahakan 6 tetes larutan, kemudian homogenkan.
e. Stetelah dihomogenkan, bandingkan dengan O2 Test dan lihat
hasilnya.
f. Lakukan langkah c-e pada larutan Po4 , NH3 dan Fe
g. Pada pengukuran ph air, masukan ph meter sampai batas yang telah
ditentukan pada sampel air .
h. Kemudian tunggu hingga angka Ph meter berhenti ( kadar Ph ).
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Saringan pasir lambat adalah bak saringan yang menggunakan pasir sebagai
media filter dengan ukuran butiran sangat kecil, namun mempunyai kandungan
kuarsa yang sangat tnggi. Proses penyaringan berlangsung tidak begitu lama.
Proses penyaringan merupakan kombinasi antara proses fisis (filtrasi,
sedimentasi, dan adbsorbsi) dan biokimia. Saringan pasir lambat lebih cocok
mengolah air baku yang mempunyai kekeruhan sedang sampai rendah dan
konsentrasi oksigen terlarut sedang sampai tinggi.
Apabila air baku mempunyai kandungan kekeruhan tinggi dan oksigen
terlarut rendah, maka sistem saringan pasir lambat membutuhkan pengolahan
pendahuluan yang di rencanakan secara terpisah dari standar saringan pasir
lambat dengan tingkat kekeruhan air sedang sampai rendah. Ukuran media pasir
saringan yang sangat kecil akan membentuk pori – pori antara butiran media juga
sangat kecil. Meskipun ukuran pori – pori sangat kecil, ternyata masih belum
mampu menahan partikel koloid dan bakteri yang ada dalam air baku terlebih jika
media alirannya tidak berkelok atau lurus seperti yang di lakukan pada percobaan
ini sehingga tidak ada ruang untuk partikel saling kontak sama lain.
Untuk saringan pasir lambat menggunakan bak atau pipa merupakan
penyaringan dengan menggunakan media kecil dan tidak membutuhkan waktu
yang sangat lama untuk mendapatkan air yang jernih meskipun hasil dari
penyaringannya ini memiliki kualitas yang sama dengan dengan menggunakan
media besar dengan kualitas air baku dengan tingkat kejernihan sangat tinggi
yaitu belum memenuhi standar untuk di gunakan sebagai air minum. Dan sampel
yang di gunakan dalam penyaringan menggunakan pipa adalah air sumur atau
danau yang tingkat kekeruhan yang rendah.
17
Penyaringan atau filtrasi air dengan menggunakan metode pasir lambat
dibuat dari bahan-bahan sederhana yang mudah ditemukan, yaitu: batu kerikil,
ijuk, karbon aktif (arang), dan pasir. Susunan bahan penyaringan pada wadah
penyaring yang terbuat dari kaca ukuran 50x50x50 cm adalah batu kerikil, ijuk,
karbon aktif (arang), batu, ijuk, pasir dengan ketebalan 3-5cm, ijuk dan batu.
Masing-masing dari bahan memiliki karakteristik tertentu untuk bisa digunakan
sebagai bahan utama filtrasi tersebut. Batu kerikil berukuran kecil diletakkan
pada bagian paling bawah, bagian tengah, dan paling atas sebagai filter untuk
substansi yang berukuran besar dan kasat mata karena tumpukan batu tersebut
membuat celah-celah kecil yang sulit dilalui substansi yang dimaksud, seperti:
daun kering, ranting, plastik, dll. Ijuk berbahan dasar dari pohon aren tersebut
diletakkan diantara bahan filter sebagai pembatas dan penahan sekaligus
penyaring bahan filtrasi lainnya agar tidak tercampur. Karbon aktif (arang)
digunakan untuk menyaring).
Sampel air yang digunakan pada pengamatan adalah air yang tersedia di
parit besar belakang Gedung Kampus Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan 2
kali pengambilan sampel air yang digunakan untuk Penyaringan Pasir Lambat.
Indikator yang diperiksa pada sampel air adalah kadar PH, Oksigen terlarut, Besi
(Fe), Amoniak (NH4), dan Fosfat (PO4). Pengujian sampel air dilakukan untuk
membuktikan keefektifan dan efisiensi Penyaringan Pasir Lambat yang telah
dibuat.
Hasil pengamatan sampel air yang belum difiltrasi menunjukkan kadar PH
sebesar 7,4 hal, kadar Oksigen terlarut sebesar 8,0 Mg/L, kadar besi sebesar 1,0
Mg/L, Kadar Amoniak sebesar 0,06 Mg/L, dan kadar Fosfat sebesar 0,5 Mg/L.
18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Saringan pasir lambat merupakan suatu teknologi sederhana untuk
menjernihkan air dengan tingat kekeruhan sedang sampai rendah. Air
olahan dari saringan pasir lambat tidak bisa langsung di gunakan sebagai
air minum. Teknologi saringan pasir lambat yang digunakan adalah
saringan pasir lambat konvesional dengan arah aliran dari atas ke bawah
(down flow), sehingga jika kekeruhan air baku naik, terutama pada
waktu hujan, maka sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir,
sehingga perlu dilakukan pencucian secara manual dengan cara
mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah bersih dipasang lagi seperti
semula, sehingga memerlukan tenaga yang cucup banyak.
2. Pengujian sampel air dilakukan untuk membuktikan keefektifan dan
efisiensi Penyaringan Pasir Lambat yang telah dibuat, dengan hasil
pengamatan sampel air yang belum difiltrasi menunjukkan kadar PH
sebesar 7,4 hal, kadar Oksigen terlarut sebesar 8,0 Mg/L, kadar besi
sebesar 1,0 Mg/L, Kadar Amoniak sebesar 0,06 Mg/L, dan kadar Fosfat
sebesar 0,5 Mg/L.
B. Saran
Sistem saringan pasir lambat ini dapat membantu penduduk yang
kesulitan mendapatkan air bersih, karena sistem ini cukup sederhana baik
dari segi konstruksi operasionalnya, serta biaya operasinya yang sangat
murah.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/250673427/saringan-pasir-lambat-paling-lengkap.
Diakses pada tanggal 24 Mei 2019, pada pukul 23.35 WITA.
Heltina, Desi, dkk. 2012. Pengolahan Air Bersih dengan Proses Saringan Pasir
Lambat UP FLOW di Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Rumbai
Pekanbaru. Diakses pada 25 Mei 2019
https://dokumen.tips/documents/saringan-pasir-lambat-paling-lengkap.html
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Pasir/pasir.html
https://hasnawatinurdin.wordpress.com/2014/05/03/laporan-praktikum-spal-
saringan-pasir-lambat/
20
LAMPIRAN
21