Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KUNJUNGAN LAPANGAN

CURUG TELU DAN CURUG PETE


MATA KULIAH : PENYEHATAN AIR

Oleh :

KELOMPOK 7 Kelas IIB B2


1. Mutiarani Pribadi (P1337433115079)
2. Faramitha Fatima .A. (P1337433115080)
3. Anita Resti .A. (P1337433115081)
4. Menik Damayanti (P1337433115082)
5. Agustin Eki .P. (P1337433115083)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KESEHATAN LINGKUNGAN
PURWOKERTO
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Praktikum
Kunjungan Lapangan Curug Telu dan Curug Pete tepat pada waktunya.
Dengan pembuatan Laporan Praktikum Kunjungan Lapangan Curug Telu dan Curug
Pete ini pembaca diharapkan dapat mengetahui perlindungan mata air, bangunan perlindungan
mata air serta cara pemeliharaannya .Pembaca juga diharapkan dapat mengambil hikmah dan
pelajaran yang berharga.
Selanjutnya ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah Penyehatan Air dan teman-
teman anggota kelompok 7 yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan
keterbatasan yang ada. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis sangat mengharapkan
saran serta kritik dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Semoga ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan bermanfaat bagi kita semua. AMIN.

Purwokwerto, 16 Desember 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. LatarBelakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 2
BAB III. HASIL KUNJUNGAN
A. Hasil Kunjungan Lapangan........................................................................... 8
B. Form Inspeksi Sanitasi Perlindungan Mata Air ............................................ 12
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 15


LAMPIRAN ....................................................................................................................... 16

i
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan esensial bagi manusia. Tampa air, tidak satupun
manusia dapat bertahan hidup, hal ini dikarenakan hampir 70% dari tubuhnya terdiri dari
cairan. Selain itu air juga berpengaruh terhadap kualitas lingkungan hidup manusia. Suatu
lingkungan tidak akan tercipta kebersihan dan kesehatannta tanpa tersedianya air. Dengan
kata lain makin banyak air yang tersedia dengan kualitas yang baik akan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan lingkungannya (Slamet, 1994).
Pemenuhan kebutuhan air bersih dapat diperoleh dari sumber sumber seperti
perlindungan mata air, perpipaan, penampungan air hujan, terminal air, sumur pompa tangan
dalam, sumur pompa tangan dangkal, sumur gali dan sebagainya dan ditinjau dari segi
kesehatan masyarakat, penyediaan air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Di Indonesia banyak sekali sumber mata air yang bisa digunakan sebagai air
bersih dan air minum untuk kebutuhan masyarakat, namun sumber mata air tersebut terbuka
dan dapat tercemar oleh daun daun kering, bangkai binatang dan kotoran kotoran
binatang oleh karena mata air tersebut berada pada tempat terbuka dan tidak dilengkapi
dengan pagar yang berguna untuk mengurangi tingkat pencemaran.
Perlindungan mata air sangat penting dilakukan untuk melindungi mata air dari
berbagai cemaran yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia. Oleh karena
itu kita harus mengetahui bagian-bagian perlindungan mata air serta bangunan perlindungan
mata air serta cara memeliharanya agar air yang kita ambil dari mata air tersebut tetap aman
di konsumsi oleh masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

B. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui contoh perlindungan mata air di curug telu dan curug
pete.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian pada perlindungan mata air di curug telu dan
curug pete.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeliharaan perlindungna mata air

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mata air di dalam cakupan habitat merupakan ekosistem lahan basah dan sering kali
sebagai permulaan aliran sungai. Sumber mata air adalah aliran air tanah yang muncul ke
permukaan tanah secara alami, yang di sebabkan oleh terpotongnya aliran air tanah oleh
bentuk topografi setempat dan keluar dari batuan. Pada umumnya mata air muncul di daerah
kaki perbukitan atau bagian lereng, lembah perbukitan dan daerah dataran.
Mata air yang muncul ke permukaan tanah kebanyakan karena perubahan
topografi dan dipengaruhi oleh perbedaan lapisan permeable gunung api dengan lapisan
impermeable (lava bongkah) dengan tipe seepage (rembesan). Biasanya wilayah morfografi
kaki gunung api, banyak di temukan sumber mata air yang relative besar berupa spring (titik-
titik mata air) karena secara hidromorfologi wilayah ini merupakan spring belt (jalur mata
air) dari suatu hidromorfologi gunung api. Mata air muncul karena bertemunya lapisan
permeable yang mampu menyimpan dan mengalirkan air tanah di atasnya dengan lapisan
impermeable di bawahnya yang relatif lebih kompak. Pada beberapa tempat tertentu dapat
ditemukan juga beberapa empang atau danau kecil karena hasil akumulasi mata air atau
karena terlalu dangkalnya lapisan akifer.
Pada umumnya ketersediaan mata air dipengaruhi oleh faktor-faktor geologi
seperti kondisi morfologi, litologi, struktur geologi, dan tataguna lahan setempat. Menurut
jenisnya (Todd, 1995) mata air dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu :
I. Mata air depresi (depresion springs) terbentuk Karena permukaan tanah memotong
muka air tanah.
II. Mata air rekahan/struktur sesar (fracture/fault springs), muncul dari stuktur rekahan
atau jalur sesar.
III. Mata air kontak (contact springs), muncul pada kontak batuan impermeable (batuan
Tersier) dan permeable (batuan Kuarter).
IV. Mata air artesis
Kondisi daerah resapan (recharge area) sangat berpengaruh terhadap debit mata air dan
kualitas airnya. Tata guna lahan pada daerah resapan berpengaruh langsung terhadap bagian
air hujan yang masuk ke dalam tanah sebagai aliran air tanah (sumber mata air). Beberapa
daerah pada pulau jawa telah mengalami kerusakan mengkhawatirkan. Beberapa di antaranya
telah mengalami penurunan debit bila dibandingkan dengan kondisi tahun 1970an. Apabila
tidak ada upaya pengendalian kerusakan ekosistem mata air, maka dapat dipastikan bahwa
pemanfaatan mata air di masa mendatang akan terganggu. Penurunan / hilangnya debit mata
air juga berarti kerusakan ekosistem mata air secara keseluruhan sebagai salah satu ekosistem
lahan basah.
2
Dalam upaya pemanfaatan mata air secara optimal dan berkelanjutan, diperlukan
langkah-langkah yang tepat, meliputi perumusan strategi dan penyusunan program
pengelolaan mata air serta dukungan kelembagaan yang memadai. Pengelolaan mata air dan
pengendalian kerusakan ekosistem mata air meliputi kegiatan : Inventarisasi potensi mata air,
pendayagunaan mata air, perizinan, pengawasan dan pemantauan, serta konservasi ekosistem
mata air.
a. Inventarisasi potensi mata air
Kegiatan inventarisasi potensi mata air meliputi kegiatan pemetaan, penyelidikan serta
pengumpulan data dan evaluasi potensi mata air yang mencakup : sebaran lokasi mata air
dan lapisan akifer, daerah resapan (recharge area) dan daerah lepasan/pemanfaatan
(discharge area), debit mata air dan kualitas air, debit penurapan mata air dan jenis
pemanfaatannya, serta data lain yang berkaitan dengan ekosistem mata air.
o Sebaran lokasi mata air mencakup data letak geografis, elevasi dan letak administrasi,
sedangkan jenis mata air diidentifikasi berdasarkan lapisan akifer, sehingga lokasi mata
air dapat dengan mudah ditelusuri untuk keperluan pendayagunaan maupun pengendalian
kerusakannya.
o Delineasi daerah resapan (recharge area) perlu dilakukan untuk mengetahui secara
pasti batasan wilayah yang harus dilindungi atau dikelola untuk mempertahankan debit
dan kualitas air serta menjaga keberlanjutan pendayagunaan mata air.
o Data debit penurapan mata air perlu dibandingkan dengan debit mata air secara
alamiah, sehingga diketahui efisiensi pemanfaatan mata air untuk memenuhi kebutuhan
air domestik, industri, PLTA, pertanian atau perikanan, dan peruntukan lainnya.
o Data lain yang berkaitan dengan ekosistem mata air antara lain meliputi tata guna
lahan dan keanekaragaman hayati di wilayah:
a) Sekitar (radius 200 meter) lokasi mata air.
b) Daerah resapan (recharge area).
c) Daerah lepasan/pemanfaatan (discharge area).

b. Pendayagunaan Mata Air


Perencanaan pemanfaatan mata air untuk memenuhi kebutuhan tertentu harus dilakukan
dengan mempertimbangkan:
a) Kebutuhan mata air jangka panjang, berdasarkan kondisi pemanfaatan yang telah ada
dan rencana pengembangan mata air di masa mendatang, sehingga dapat didayagunakan
secara berkelanjutan.
b) Debit mata air yang keluar secara alamiah, yang ditangkap dengan teknis penurapan
yang benar.
c) Kemanfaatan untuk masyarakat, dengan pengertian bahwa selain manfaat finansial,
pemanfaatan mata air juga harus tetap memberikan manfaat sosial, khususnya masyarakat
yang telah memperoleh manfaat sebelum mata air dikembangkan.
3
d) Konservasi daerah resapan, untuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan mata air.
Sesuai dengan peraturan pemerintah (PP) No 22 tahun 1982 tentang tata pengaturan air,
maka urutan prioritas peruntukan pemanfaatan mata air adalah sebagai berikut :
1. Air minum
2. Rumah tangga
3. Peternakan dan pertanian sederhana
4. Industri
5. Irigasi
6. Pertambangan
7. Usaha perkotaan
8. Untuk kepentingan lain.
Namun demikian prioritas peruntukan mata air dapat disesuaikan dengan
mempertimbangkan kepentingan masyarakat umum serta kondisi spesifik setempat.
Pendayagunaan mata air meliputi kegiatan perencanaan, desain teknis dan konstruksi
penurapan mata air. Setiap tahap pendayagunaan mata air ini harus dilakukan dengan
mengikuti petunjuk teknis penurapan mata air yang ditetapkan oleh lembaga yang
berkompeten.
Kegiatan perencanaan pemanfaatan mata air dilakukan sebagai dasar untuk
pendayagunaan mata air pada suatu satuan wilayah sebaran mata air tertentu.
Perencanaan pemanfaatanini harus dibuat berdasarkan data inventarisasi dan evaluasi
potensi mata air.
Desain teknis dan konstruksi penurapan mata air mencakup bangunan-bangunan
penangkap mata air (bron capturing), jaringan transmisi, reservoir distribusi, dan jaringan
distribusi. Desain dan konstruksi ini harus memperhitungkan debit aliran secara alamiah,
dalam arti tidak dilakukan dengan rekayasa teknik (dengan melakukan pemompaan atau
pemboran) untuk meningkatkan debit penurapan dengan mengubah cara pemunculannya.
Debit maksimum penurapan mata air ditentukan dengan pertimbangan :
Tidak melebihi debit minimum mata air yang keluar secara alamiah dikurangi dengan
debit pemanfaatan yang telah ada sebelumnya.
Menyediakan air kepada masyarakat (apabila diperlukan), maksimum sebesar 10%
dari debit yang diizinkan untuk dieksploitasi.
c. Perizinan, Pengawasan, dan Pemantauan
Proses perizinan harus ditetapkan dan diikuti dengan mempertimbangkan hak-hak
kepemilikan lahan dan hak-hak pengelolaan mata air. Kegiatan penurapan mata air dapat
dilakukan setelah memperoleh izin, dengan mengikuti ketentuan bahwa peruntukan mata air
untuk keperluan air minum dan rumah tangga merupakan prioritas utama di atas segala
keperluan lain. Prioritas peruntukan pemanfaatan mata air dapat disesuaikan dengan
memperhatikan kepentingan umum dan kondisi setempat.
4
Perizinan penurapan mata air selain sebagai perwujudan aspek legalitas, juga juga
dimaksudkan untuk mengendalikan pendayagunaan mata air dengan cara mengikuti
ketentuan-ketentuan teknisyang harus dipatuhi serta daya dukung ketersediannya (debit mata
air secara alami).
Kegiatan penurapan mata air dapat dilakukan setelah memperoleh izin penurapan
dari instansi yang berwewenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku (KepMen Energi dan
Sumberdaya Mineral No 1451 K/10/MEM/2000). Selain sebagai perwujudan aspek legalitas,
perizinan ini harus disikapi sebagai upaya pengendalian, agar dapat dilakukan
pendayagunaan mata air yang berkelanjutan. Prinsip-prinsip hak kepemilikan lahan harus
dipisahkan dengan hak pengelolaan atas mata air.
Keberlanjutan pendayagunaan mata air sangat tergantung pada efektivitas fungsi
pengendalian, pengawasan dan pemantauan. Kegiatan pengawasan yang perlu dilakukan
meliputi :
1. Pengawasan pentaatan terhadap ketentuan teknis yang tercantum dalam perizinan.
2. Pengawasan pentaatan terhadap ketentuan dalam UKL dan UPL atau AMDAL.
3. Pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan ekosistem mata air.
Kegiatan pemantauan secara berkala dan berkelanjutan perlu dilakukan untuk mendapatkan
data fluktuasi atau kecenderungan perubahan debit mata air dan kualitas airnya. Pengukuran
dan pemantauan dilakukan minimal dalam kurun waktu satu tahun, untuk memperoleh data
fluktuasi debit sepanjang tahun. Untuk selanjutnya pemantauan debit dan kualitas air dapat
dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau. Kegiatan pengukuran dan pemantauan
dapat dilakukan oleh pihak pengguna mata air atau instansi yang terkait dengan upaya
pendayagunaan dan konservasi mata air. Adapun kegiatan pemantauan yang perlu dilakukan
meliputi : pemantauan debit mata air dan kualitas airnya, pemantauan perubahan penggunaan
lahan di daerah resapan, pemantauan perubahan lahan di sekitar mata air dan pemantauan
dampak lingkungan akibat pendayagunaan mata air.
d. Konservasi Ekosistem Mata Air
Upaya konservasi ekosistem mata air sangat diperlukan untuk menjamin
keberlanjutan pendayagunaan mata air serta mencegah dan menanggulangi dampak negatif
yang ditimbulkan akibat kegiatan eksploitasi mata air. Dengan pemanfaatan secara bijaksana
diharapkan ketersediaan debit mata air maupun kualitasnya dapat terjamin, baik untuk masa
kini maupun untuk masa mendatang. Setiap pemegang izin pengambilan mata air wajib
melaksanakan konservasi mata air sesuai dengan fungsi kawasan yang ditetapkan sesuai tata
ruang wilayah yang bersangkutan.
Upaya konservasi mata air yang sangat penting untuk dilakukan adalah
rehabilitasi dan konservasi daerah resapan. Hai ini mengingat bahwa potensi suatu mata air
sangat ditentukan oleh kondisi biofisik daerah resapan, yang menjamin adanya aliran air
tanah sebagai sumber utama dari mata air. Apabila tata guna lahan pada daerah resapan tidak
tertutup oleh vegetasi yang memadai, maka curah hujan yang turun pada daerah resapan
5
sebagaian besar akan dialirkan sebagai limpasan (aliran permukaan).
Dengan demikian bagian hujan yang masuk ke dalam tanah yang mengisi aliran air tanah
yang akan muncul sebagai mata air, akan semakin berkurang.
Rehabilitasi dan konservasi daerah resapan harus dilakukan secara tepat, yaitu
pada wilayah yang harus dilindungi atau dikelola, yang telah ditentukan berdasarkan
delineasi daerah resapan. Salah satu kendala yang ada di lapangan dalam upaya konservasi
mata air adalah dalam hal status kepemilikan/pengelolaan lahan. Kepemilikan/ pengelolaan
daerah resapan maupun daerah sekitar mata air biasanya mencakup areal yang relatif luas dan
melibatkan masyarakat. Oleh karena itu di samping pendekatan teknis, dalam pelaksanaan
konservasi mata air perlu dilakukan pendekatan sosial, agar upaya konservasi yang dilakukan
dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Upaya konservasi mata air yang harus dilakukan meliputi :
1. Rehabilitasi dan konservasi daerah resapan untuk meningkatkan debit imbuhan. Pada
sebagian besar lokasi mata air, delineasi daerah resapan belum dilakukan sehingga tidak
dapat diketahui secara pasti dimana lokasi daerah resapan yang sudah kritis dan memerlukan
rehabilitasi. Oleh karena itu pemetaan daerah resapan merupakan langkah awal yang sangat
penting, sebagai dasar berpijak untuk penyusunan program maupun implementasi kegiatan
rehabilitasi dan konservasi mata air. Teknis budidaya kehutanan (Silvikultur) perlu
disesuaikan dengan kondisi setempat, khususnya mengenai jenis-jenis tanaman lokal yang
potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman konservasi.
2. Pentaatan dan penegakan ketentuan teknis penurapan mata air. Ketentuan teknis
mencakup bangunan penangkapmata air, jaringan transmisi, reservoir distribusi, dan jaringan
distribusi. Tata letak dan pembangunan infrastruktur ini harus diupayakan sedemikian rupa
sehingga mampu menghindari konflik sosial yang tidak diinginkan. Oleh karena itu dalam
mengikuti ketentuan teknis penurapan mata air, harus pula memperhatikan kondisi sosial
ekonomi masyarakat setempat, misalnya yang terkait dengan hak kepemilikan lahan pada
lokasi infrastruktur tersebut.
3. Perlindungan daerah sekitar mata air (radius 200 m). pada saat ini kondisi tata guna lahan
sekitar mata air pada setiap daerah sangat beragam. Beberapa lokasi mata air, daerah
sekitarnya telah terdapat bangunan fisik. Pada lokasi mata air yang demikian maka yang
harus diperhatikan adalah menjaga agar sistem bangunan penangkap mata air yang telah ada
tidak di ganggu, tetapi harus dipelihara dengan baik.

Perlindungan Mata Air (PMA) adalah suatu bangunan penangkap mata air, yang
menampung/menangkap air dari mata air.Mata air yang akan dimanfaatkan paling sedikit
mempunyai debit 0,3 liter/detik. Sarana PMA pada umumnya terdiri dari bangunan
penangkap mata air dan bak penampung:
6
1. Bangunan penangkap mata air:
Bangunan ini dibuat untuk melindungi mata air dari pengotoran, sehingga kualitas air
terjaga.
2. Bak penampungan yang memenuhi syarat mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
- lubang control
- pipa udara
- pipa peluap
- pipa/kran pengambil air
- pipa penguras
- alat pengukur debit
- tangga
Bangunan penangkap mata air dan bak penampungan dapat dijadikan satu.
PMA juga harus dilengkapi dengan saluran pembuangan air

Cara penggunaan PMA


* pengambilan air dilakukan melalui pipa/kran yang tersedia pada bak penampung, bukan
melalui lubang kontrol dengan timba
* dalam masa/ keadaan tertentu seperti wabah diare, air di dalam bak penampung harus
diberi kaporit untuk membunuh kuman dalam air
*untuk menjaga keutuhan/ kelangsungan bangunan, perlu ditunjuk orang/organisasi
(POKMAIR), yang bertanggung jawab memelihara PMA tersebut.

7
BAB III
HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN

A. Hasil
Lokasi : Curug Telu di Desa Karang Salam, Kecamatan
Baturraden dan Curug Pete
Tanggal/waktu praktikum : Kamis, 15 Desember 2016, Pukul 08.00 WIB
Hasil :
1. Curug Tiga
Air (mata air) keluar dari celah-celah batuan tebing, untuk melindungi mata
air tersebut maka dibangunlah Bron Capturing. Bron Capturing adalah bangunan
penangkap mata air. Di curug telu Bron Capturing ini merupakan bak penangkap dan
penampung sementara mata air.
Bagian-bagian bron capturing yang ada di curug telu :
a) Lubang control
Lubang control yaitu pintu/lubang yang digunakan untuk mengontrol bron capturing.
b) Pipa udara (man hole)
Pipa udara ini untuk sirkulasi udara dalam bron capturing.
c) Pipa peluap
Pipa yang berfungsi mengalirkan air keluar apabila terjadi penambahan air yang
melebihi kapasitas bron capturing. Pipa peluap posisinya lebih tinggi dari pipa
penguras dan trnsmisi. Pipa peluat selalu dalam keadaan terbuka.

d) Pipa penguras.
Pemeliharaan untuk dibersihkan lewat lubang penguras. Pipa penguras terletak di
bagian bawah bron capturing.
e) Pipa Tranmisi atau outlet.
Pipa yang mengalirkan air dari bron capturing menuju ke konsumen.

Pemeliharaan Bron capturing :


a) Sumber air harus dalam keadaan aman dari sumber pencemaran, sebaiknya
disekeliling sumber air dibuat pagar pengaman
b) Kran air harus selalu dalam keadaan bersih
c) Lantai selalu dalam keadaan bersih dan tidak licin
d) Pipa tranmisi dan distribusi dalam keadaan baik dan aman dari benturan yang dapat

8
menyebabkan kebocoran. Apabila pipa tranmisi dalam keadaan rusak dapat di
gunakan pipa cadangan untuk mengalirkan air ke konsumen.
e) Periksa apakah ada penyumbatan terhadap air masuk ke bak penampungan maupun
yang mengalir ke konsumen.
f) Menguras bak penampungan jika tampak airnya sudah kotor. lobang penguras dapat
difungsikan.
g) Perbaiki atau buat saluran baru jika SPAL (saluran pembuangan air) tidak berfungsi
dengan baik
h) Menguras, menggati kinci pintu manhole bila rusak , mengontrol pipa peluap, pipa
penguras dan lubang hawa.

2. Curug Pete
Air (mata air) keluar dari celah-celah batuan tebing, untuk melindungi mata
air tersebut maka dibangunlah Bron Capturing. Di curug pete bron capturing ini
merupakan bak penangkap air (mata air), sedangkan bak penampung mata air letaknya
berjauhan dengan bak penangkap mata air.
Beberapa bangunan perlindungan mata air yang ada di curug telu :
a) Bak Penangkap mata air ( Bron capturing )
Bak Penangkap mata air terletak di celah-celah batuan tebing sebelah curug pete.
Terdapat 3 bak penangkap mata air yang pertama milik PDAM yang kedua milik
POLTEKES KEMENKES SEMARANG, dan yang ketiga milik Warga desa
Bagian-bagian Bak Penangkap mata air :
1) Lubang control
Lubang control yaitu pintu/lubang yang digunakan untuk mengontrol bron
capturing.
2) Pipa penguras.
Pemeliharaan untuk dibersihkan lewat lubang penguras. Pipa penguras terletak di
bagian bawah bron capturing.
3) Pipa peluap
Pipa yang berfungsi mengalirkan air keluar apabila terjadi penambahan air yang
melebihi kapasitas bron capturing. Pipa peluap posisinya lebih tinggi dari pipa
penguras dan trnsmisi. Pipa peluap selalu dalam keadaan terbuka.
4) Pipa outlet.
Pipa yang mengalirkan air dari bron capturing menuju ke bak pelepas tekanan dan
bak penampungan
b) Bak pelepas tekanan
Bak pelepas tekanan agak jauh dari bak penangkap mata air.
c) Bak penampungan
Bak penampungan letaknya cukup jauh dari bak penangkap mata air. Bak
penampungan ada 2:
9
1) Bak penampungan milik PDAM
Bagian-bagian bak penampungan :
a. Pipa inlet.
Mengalirkan air ke bak penampungan
b. Lubang control
Lubang control yaitu pintu/lubang yang digunakan untuk mengontrol
bron capturing.
c. Pipa udara (man hole)
Pipa udara ini untuk sirkulasi udara dalam bron capturing.
d. Bak bagian atas untuk pembubuhan kaporit yang diencerkan
e. Pipa penguras.
Pemeliharaan untuk dibersihkan lewat lubang penguras.
f. Pipa peluap
Pipa yang berfungsi mengalirkan air keluar apabila terjadi
penambahan air yang melebihi kapasitas bak . Pipa peluap selalu
dalam keadaan terbuka.
g. Pipa transmisi atau outlet.
Pipa yang mengalirkan air menuju ke konsumen.
2) Bak penampungan lain di sebelah PDAM
Bagian-bagian bak penampungan :
a. Pipa inlet.
Mengalirkan air ke bak penampungan
b. Lubang control
Lubang control yaitu pintu/lubang yang digunakan untuk mengontrol
bron capturing.
c. Pipa udara (man hole)
Pipa udara ini untuk sirkulasi udara dalam bron capturing.
d. Pipa penguras.
Pemeliharaan untuk dibersihkan lewat lubang penguras.
e. Pipa peluap
Pipa yang berfungsi mengalirkan air keluar apabila terjadi
penambahan air yang melebihi kapasitas bak. Pipa peluap selalu dalam
keadaan terbuka.
f. Pipa transmisi atau outlet.
Pipa yang mengalirkan air menuju ke konsumen.

Pemeliharaan:
a) Sumber air harus dalam keadaan aman dari sumber pencemaran, sebaiknya
disekeliling sumber air dibuat pagar pengaman.
10
b) Kran air harus selalu dalam keadaan bersih
c) Lantai selalu dalam keadaan bersih dan tidak licin
d) Pipa tranmisi dan distribusi dalam keadaan baik dan aman dari benturan yang dapat
menyebabkan kebocoran.
e) Periksa apakah ada penyumbatan terhadap air masuk ke bak penampungan maupun
yang mengalir ke konsumen.
f) Menguras bak penampungan jika tampak airnya sudah kotor.
g) Perbaiki atau buat saluran baru jika SPA (saluran pembuangan air) tidak berfungsi
dengan baik.
h) Menguras, menggati kinci pintu manhole bila rusak , mengontrol pipa peluap, pipa
penguras dan lubang hawa.

11
B. FORM INSPEKSI SANITASI PERLINDUNGAN MATA AIR/ SUMUR ARTESIS

JENIS SARANA : PERLINDUNGAN MATA AIR CURUG TELU


JENIS PEMAKAI : Jiwa, KK
KUALITAS FISIK AIR : a) Keruh : Tidak
b) Berbau : Tidak
c) Berasa : Tidak
d) Warna : Tidak
DIAGNOSA KHUSUS
No. Diagnosa Khusus Ya Tidak
Apakah Konstruksi bangunan masih memungkinkan air
1
hujan untuk masuk ke dalam?
2 Apakah terdapat retak-retak pada bangunan?
3 Apakah tersedia pipa penguras?
4 Apakah tidak tersedia pipa peluap pada bangunan?
Apakah bangunan tersebut tidak dilengkapi dengan
5
lubang pemeriksaan (manhole)?
6 Apakah manhole tidak dilengkapi dengan penutup?
7 Apakah penutup manhole tidak dikunci dengan baik?
Apakah semua bagian yang terbuka( pel,uap, pipa, hawa,
8
tidak terlindung terhadap masuknya serangga /binatang?

Jumlah item
Kategori menyimpang
Rendah (R) 0-2 Jawaban "Ya"
Sedang (S) 3-5 Jawaban "Ya"
Tinggi (T) 6-8 Jawaban "Ya"
Amat Tinggi (AT) 9-10 Jawaban "Ya"

Tingkat resiko pencemaran kategori rendah ( Jawaban Ya 0)

12
FORM INSPEKSI SANITASI PERLINDUNGAN MATA AIR/ SUMUR ARTESIS

JENIS SARANA : PERLINDUNGAN MATA AIR CURUG PETE


JENIS PEMAKAI : Jiwa, KK
KUALITAS FISIK AIR : a) Keruh : Tidak
b) Berbau : Tidak
c) Berasa : Tidak
d) Warna : Tidak
DIAGNOSA KHUSUS
No. Diagnosa Khusus Ya Tidak
Apakah Konstruksi bangunan masih memungkinkan air
1
hujan untuk masuk ke dalam?
2 Apakah terdapat retak-retak pada bangunan?
3 Apakah tersedia pipa penguras?
4 Apakah tidak tersedia pipa peluap pada bangunan?
Apakah bangunan tersebut tidak dilengkapi dengan
5
lubang pemeriksaan (manhole)?
6 Apakah manhole tidak dilengkapi dengan penutup?
7 Apakah penutup manhole tidak dikunci dengan baik?
Apakah semua bagian yang terbuka( pel,uap, pipa, hawa,
8
tidak terlindung terhadap masuknya serangga /binatang?

Jumlah item
Kategori menyimpang
Rendah (R) 0-2 Jawaban "Ya"
Sedang (S) 3-5 Jawaban "Ya"
Tinggi (T) 6-8 Jawaban "Ya"
Amat Tinggi (AT) 9-10 Jawaban "Ya"

Tingkat resiko pencemaran kategori rendah ( Jawaban Ya 0)

13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan pada hari Kamis 15 Desember 2016,
di Curug Telu dan Curug Pete didapatkan kesimpulan bahwa perlindungan mata air di curug
telu dilakukan dengan bangunan born capturing, pemeliharaannya dengan cara Menguras,
menggati kinci pintu manhole bila rusak , mengontrol pipa peluap, pipa penguras dan lubang
hawa, sedangkan kualitas fisik air dari curug telu tidak berasa tidak berbau, tidak keruh dan
tidak berwarna. Dari hasil pengisian form inspeksi sanitasi perlindungan mata air, Born
capturing di curug telu memliliki tingkat resiko pencemaran katagori rendah.
Perlindungan mata air di curug Pete dilakukan dengan bangunan-bangunan
perlindungan mata air (born capturing) seperti bak penangkap mata air dan bak penampung
mata air, ada juga bak pelepas tekanan, pemeliharaannya dengan cara Menguras, menggati
kinci pintu manhole bila rusak , mengontrol pipa peluap, pipa penguras dan lubang hawa,
sedangkan kualitas fisik air dari curug telu tidak berasa tidak berbau, tidak keruh dan tidak
berwarna. Dari hasil pengisian form inspeksi sanitasi perlindungan mata air, bangunan di
Curug Pete memliliki tingkat resiko pencemaran katagori rendah.

B. Saran
Perlu ada pemeliharaan yang teratur pada bak penangkapan mata air di curug
pete, dan perlu di tambahkan pagar besi di dekat bak penangkapan mata air karena bak
tersebut yang letaknya di tebing dekat curug, licin dan tanpa pagar pengaman dapat
membahayakan keselamatan orang atau petugas yang memelihara ataupun yang melakukan
pengawasan pada bak tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Di akses pada tanggal Jumat 16 Desember 2016

https://arpiljumawal.blogspot.co.id/2014/11/perlindungan-mata-air-pma.html

http://jembojemri.blogspot.co.id/2011/06/studi-tentang-sarana-perlindungan-mata.html

www.purwokertoguidance.com

http://mara5668.blogspot.co.id/2013_01_01_archive.html

https://backpackerjakarta.com

15
LAMPIRAN

Gb. Bangunan Perlindungan mata air (Born Capturing) di Curug Telu

Gb. Pipa peluap dan pipa penguras di curug tellu Gb. Pipa Transmisi/outlet/distribusi

Gb. Bak penampungan air dari mata air Gb. Bak penampungan air yang berasal dari mata air
curug pete milik PDAM di curug pete
16
Gb. Bak pelepas tekanan Gb. Bak penangkap mata air
(born capturing) di curug pete

17

Anda mungkin juga menyukai