Anda di halaman 1dari 28

TUGAS BESAR

REKAYASA IRIGASI

Disusun Oleh :

Angga Jaka Pradana (22640120)


Aisyah Novi Ariani (22640121)
Elliana Mahardika (20640073)
Endah Larasati (23646009)

Teknik Sipil 3C

PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan “TUGAS BESAR IRIGASI”
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Dengan penyusunan Tugas ini, banyak pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis banyak mengucapkan terima kasih terhadap:

1. Ibu Dr. Sri Suciati, M.Hum, selaku Rektor Universitas PGRI Semarang.
2. Bapak Dr. Ikhwanudin,S.T,M.T, selaku Ketua Prodi Teknik Sipil.
3. Bapak Dr. Ikhwanudin,S.T,M.T, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Irigasi
Universitas PGRI Semarang.
4. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
penulis dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa pembuatan dan penyusunan tugas ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan dan belum sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran penulis
harapkan demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata besar harapan penulis agar tugas ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis serta bagi pembaca.

Semarang, Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................. 2
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN .......................................................................................... 2
1.4 MANFAAT .................................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................................ 3
LANDASAN TEORI ................................................................................................................ 3
2.1 PENGERTIAN IRIGASI ............................................................................................. 3
2.2 BANGUNAN IRIGASI ............................................................................................... 7
BAB III .................................................................................................................................... 11
ANALISA PERHITUNGAN ................................................................................................. 11
3.1 PERENCANAAN SALURAN PRIMER, SEKUNDER, TERSIER ........................ 12
BAB IV.....................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................23
KESIMPULAN........................................................................................................................23
SARAN.....................................................................................................................................23
LEMBAR ASISTENSI ........................................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Berdasarkan kepustakaan mengenai sejarah kehidupan manusia, dapat dikethaui
bahwa hubungan antara manusia dengan sumber daya air sudah terjalin sejak beradab-
abad yang lalu.

Kerajaan-kerajaan besar yang sempat mencapai kejayaannya, baik di negara kita


maupun di belahan dunia yang lain, sebagian besar muncul dan berkembang dari
lembah dan tepi sungai (Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Mesir, Mesopotamia, dll.)
1.1.1 Hal penting yang menyebabkan eratnya hubungan manusia dengan sumber daya
air, dapat disebutkan antara lain :
1.1.1.1 Kebutuhan manusia akan kebutuhan makanan nabati : Untuk
kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan juga makanan
nabati. Jenis makanan ini didapat manusia dari usahanya dalam
mengolah tanah dengan tumbuhan penghasil makanan, Untuk
keperluan tumbuh dan berkembangnya, tanaman tersebut memerlukan
penanganan khusus, terutama dalam pengaturan akan kebutuhan
airnya. Manusia kemudian membuat bangunan dan saluran yang
berfungsi sebagai prasarana pengambil, pengatur dan pembagi air
sungaia untuk pembasahan lahan pertaniannya. Bangunan pengambil
air tersebut berupa bangunan yang sederhana dan sementara berupa
tumpukan batu, kayu dan tanah, sampai dengan bangunan yang
permanen seperti bendung, waduk dan bangunan-bangunan lainnya.
1.1.1.2 Kebutuhan manusia akan kenyamanan dan keamanan hidupnya Seperti
telah diketahui bersama, dalam keadaan biasa dan normal, sungai
adalah mitra yang baik bagi kehidupan manusia.
1.1.2 Namun, dalam keadaan dan saat tertentu, sungaipun adalah musuh manusia
yang akan merusak kenyamanan dan keamanan hidupnya. Pada setiap kejadian
dan kegiatan yang ditimbulkan oleh sifat dan perilaku sungai, manusia
kemudian berfikir dan berupaya untuk sebanyak-banyaknya memanfaatkan sifat
dan perilaku sungai yang menguntungkan dan memperkecil atau bahkan
berusaha menghilangkan sifat yang merugikan kehidupannya.Manusia lalu
untuk memanfaatkan sumber daya air sungai, misalnya bendungan-bendungan,
pusat listrik tenaga air ataupun membuat bangunan yang diharapkan akan dapat
melindungi manusia terhadap bencana yang ditimbulkan oleh perilaku sungai,
misalnya waduk, krib, tanggul, penahan lereng, bronjong dan fasilitas lainnya.
1.1.3 Kenyataan sejarahpun kemudian membuktikan, bahwa manusia yang tidak bias
bersahabat dan melestarikan keberadaan sumberdaya air yang ada, akan surut
dan runtuh kejayaannya, kehancuran tersebut tidakhanya semata-mata karena
disebabkan oleh bencana yang ditimbulkan oleh perilaku sungai, namun
kebanyakan merupakan proses akibat menurunnya fungsi sumber daya air

1
sungai sehingga mematikan beberapa sarana dan prasarana yang penting bagi
kehidupan manusia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas maka yang menjadi
permasalahannya adalah :
1.2.1 Bagaimanakah cara mengatur debit air agar dapat di gunakan oleh manusia
dalam kebutuhan hidup ?
1.2.2 Bagaimanakah sistematika dalam memperhitungkan debit air yang akan di
alirkan dalam suatu daerah yang membutuhkan air ?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan Tujuan dilakukan perencanaan system jaringan irigasi adalah :
1.3.1 Secara umum studi ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana cara
menghitung debit air yang di perlukan oleh suatu daerah yang membutuhkan
air. Untuk mencapai maksud tersebut maka tujuan studi adalah Untuk
mengetahui sistematika perencanaan dalam memperhitungkan saluran primer,
sekunder, dan tersier.

1.3.2 Tujuan pembuatan suatu bangunan air di sungai adalah sebagai upaya manusia
untuk meningkatkan faktor yang menguntungkan dan memperkecil atau
menghilangkan faktor yang merugikan dari suatu sumber daya air terhadap
kehidupan manusia

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari perencanaan suatu sitem jaringan irigasi sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat dari suatu bangunan air di sungai adalah untuk membantu manusia
dalam kelangsungan hidupnya, dalam upaya penyediaan makanan nabati dan
memperbesar rasa aman dan kenyamanan hidup manusia terutama yang hidup
di lembah dan di tepi sungai.
1.4.2 Adapun manfaat suatu sistem irigasi adalah :
1.4.2.1 Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada
daerah yang curah hujannya kurang atua tidak menentu.
1.4.2.2 Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah
pertanain dapat di airi sepanajng waktu, baik pada musim kemarau
mupun pada musim penghujan.
1.4.2.3 Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang
mengandung lumpur pada daerah pertanian sehingga tanah dapat
menerima unsur-unrur penyubur.
1.4.2.4 Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah (rawa)
dengan endapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN IRIGASI
Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum
Masehi. Hal ini dapat dibuktikan oleh peninggalan sejarah, baik sejarah nasional
maupun sejarah dunia.Keberadaan bangunan tersebut disebabkan oleh adanya
kenyataan bahwa sumber makanan nabati yang disediakan oleh alam sudah tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Segi teknis dari persoalan pertanian
ini menimbulkan permasalahan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.
Air tunduk pada hukum gravitasi, sehingga air dapat mengalir melalui saluran-saluran
secara alamiah ke tempat yang lebih rendah.
Untuk keperluan air irigasi, dengan cara yang paling sederhanapun telah dapat
dicapai hasil yang cukup memadai. Kemajuan ilmu dan teknologi senantiasa
memperluas batas-batas yang dapat dicapai dalam bidang keirigasian.Manusia
mengembangkan ilmu alam, ilmu fisika dan juga hidrolika yang meliputi statika dan
dinamika benda cair. Semua ini membuat pengetahaun tentang irigasi bertambah
lengkap.
2.1.1 Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan bangunan dan saluran yang
dipergunakan untuk mengatur jalannya air irigasi, dimulai dari penyediaan,
pengambilan, pembagian, pemberian dan pemanfaatannya. Secara umum
saluran atau jaringan irigasi di bagi jadi jaringan utama dan tersier.
Jaringan irigasi utama :
2.1.1.1 Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan ke
petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir.
2.1.1.2 Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak
tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran
ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
2.1.1.3 Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan
sumber yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan
irigasi primer.
2.1.1.4 Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak
tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini
termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu
pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.
2.1.2 Tujuan Irigasi
Dalam tujuan irigasi dibahas : tujuan irigasi secara langsung dan secara tidak
langsung.
2.1.2.1 Tujuan irigasi secara langsung
Tujuan irigasi secara langsung adalah membasahi tanah, agar dicapai
suatu kondisi tanah yang baik untuk pertmbuhan tanaman dalam

3
hubungannya dengan prosentase kandungan air dan udara diantara
butir-butir tanah. Pemberian air dapat juga mempunyai tujuan sebagai
pengangkut bahan-bahan pupuk untuk perbaikan tanah.
2.1.2.2 Tujuan irigasi secara tidak langsung
Tujuan irigasi secara tidak langsung adalah pemberian air yang dapat
menunjang usaha pertanian melalui berbagai cara antara lain :
2.1.2.2.1 Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu daerah suhu tanah
terlalu tinggi dan tidaksesuai untuk pertumbuhan tanaman
maka suhu tanah dapat disesuaikan dengan caramengalirkan
air yang bertujuan merendahkan suhu tanah.
2.1.2.2.2 Membersihkan tanah, dilakukan pada tanah yang tidak subur
akibat adanya unsur unsur racun dalam tanah. Salah satu
usaha misalnya penggenangan air di sawah untuk
melarutkan unsur-unsur berbahaya tersebut kemudian air
genangan dialirkan ketempat pembuangan.
2.1.2.2.3 Memberantas hama, sebagai contoh dengan penggenangan
maka Jiang tikus bisa direndam dan tikus keluar, lebih
mudah dibunuh
2.1.3 Klasifikasi Jaringan Irigasi

Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas


jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
2.1.3.1 Jaringan irigasi sederhana
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh
suatu kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun
kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas.
Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan
yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan
membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan
karena menyangkut pemakai air dari latar belakang sosial yang
sama. Namun jaringan ini masih memiliki
beberapa kelemahan antara lain:
2.1.3.1.1 Terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang,
2.1.3.1.2 Air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah
bawah yang lebih subur, dan
2.1.3.1.3 Bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak
mampu bertahan lama.

4
Gambar 2.1 memberikan ilustrasi jaringan irigasi sederhana.

2.1.3.2 Jaringan irigasi semi teknis

Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen


ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah
dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan
saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun system
pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur.
Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem
pengorganisasian biasanya lebih rumit.

Gambar 2.2 jaringan irigasi semi teknis

5
2.1.3.3 Jaringan irigasi teknis.
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen.
Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan
mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran
pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari
bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Untuk memudahkan
sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu
organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder,
petak tersier, petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil.

Gambar 2.3, Jaringan irigasi Teknis

2.1.4 Petak Tersier


Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas
kuranglebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan
perneliharaan di petaktersier menjadi tanggungjawab para petani yang
mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan
pemeintah. Petak tersier sebaiknya mempunyai batas--batas yang jelas,
misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas lainnya. Ukuran petaktersier
berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang
berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara lain jumlah petani,
topografi danjenis tanaman. Apabila kondisi topografi memungkinkan, petak
tersier sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi empat. Hal ini akan
memudahkan dalam pengaturantata letak dan perabagian air yang efisien.

Petak tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran sekunder


atausaluran primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier yang terletak
tidak secara langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi utama, karena
akan memerlukan saluranmuka tersier yang mebatasi petak-petak tersier
lainnya.

6
2.1.5 Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani olehsatu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air
dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-
batas petak sekunder pada urnumnya berupa tanda topografi yang jelas
misalnya saluran drainase. Luas petak sukunder dapat berbeda-beda
tergantung pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan. Saluran
sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi
kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya.
Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang
mengairi lereng lereng medan yang lebih rendah.
2.1.6 Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil
langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran
primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di
sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan
cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati
sepanjang garis tinggi daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani
langsung dari saluran primer.

2.2 BANGUNAN IRIGASI


Keberadaan bangunan ingasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan
pengaturan air irigasi Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijurnpai dalam
praktek irigasi antara lain (1) bangunan utama, (2) bangunan pembawa, (3)
bangunan bagi, (4) bangunan sadap, (5) bangunanm pengatur muka air, (6)
bangunan pernbuang dan penguras serta (7) bangunan pelengkap.

2.2.1 Bangunan Utama


Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber
air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan
sumber airnya, bangunan utarna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kategori, (1) bendung, (2) pengambilan bebas, (3) pengambilan dari waduk,
dan (4) stasiun pompa.
2.2.1.1 Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang
dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan
maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka
air di bending mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air
sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-
ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung,
diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak
(barrage) dan (3) bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan
bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam

7
energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong
lumpur dan tanggul banjir.
2.2.1.2 Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai
menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani.
Perbedaan dengan bendung adalah pada bangunan pengambilan
bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di sungai. Untuk
dapat mengalirkan air secara, gravitasi muka air di sungai harus
lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.
2.2.1.3 Pengambilan dari waduk
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi
kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari
kegunaannya, waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna. Pada
urnumnya waduk dibangun memiliki banyak kegunaan seperti
untuk irigasi, pernbangkit listrik, peredam banjir, pariwisata, dan
perikanan. Apabila salah satu kegunaanwaduk untuk irigasi, maka
pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk
irigasi. Alokasi pernberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi
yang dilayani serta karakteristik waduk.
2.2.1.4 Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan
apabilaupaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak
memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik maupun
ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan
pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya
operasi dan eksploitasi yang sangat besar.

2.2.2 Bangunan Pembawa


Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air
darisurnbemya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk
dalam bangunan pernbawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan
dan got miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah
irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan
sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut Berikut
ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistern irigasi.
2.2.2.1 Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran
primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
2.2.2.2 Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah
bangunan sadap terakhir

8
2.2.2.3 Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah
bangunan boks tersier terkahir.
2.2.2.4 Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari
boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah
bangunan boks kuarter terkahir

2.2.3 Bangunan Bagi dan sadap


Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran
primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa
oleh saluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter
bangunan bagi ini masingmasing disebut boks tersier dan boks kuarter.
Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder
menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi
dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan. Bangunan bagi
pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian
utama, yaitu:

2.2.3.1 Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air


sesuai dengan tinggi pelayanan yang direncanakan
2.2.3.2 Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain
menuju salurancabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka
ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu
pengatur agar debit yang masuk salurandapat diatur.
2.2.3.3 Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan
untuk mengukur besarnya debit yang mengalir.

2.2.4 Bangunan pengatur dan pengukur


Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu
dilakukanpengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran
primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur
muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit
yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan
pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar
aliran yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapatjuga berfungsi
sebagai bangunan pangatur.

2.2.5 Bangunan Drainase


Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di
petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui
saluran pernbuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui

9
bengunan pelimpah. Terdapatbeberapa jenis saluran pembuang, yaitu
saluran pembuang kuerter, saluran pernbuang tersier, saluran pernbuang
sekunder dan saluran pernbuang primer. Jaringan pembuang tersier
dimaksudkan untuk :

2.2.5.1 Mengeringkan sawah


2.2.5.2 Mernbuang kelebihan air hujan
2.2.5.3 Mernbuang kelebihan air irigasi

Saluran pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di


daerah atasnya ataudari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran
pernbuang tersier menampung air buangan dari saluran pernbuang kuarter.
Saluran pernbuang primer menampung dari saluran pernbuang tersier dan
membawanya untuk dialirkan kernbali ke sungai.

2.2.6 Bangunan Pelengkap


Sebagaimana namanya,bangunan pelengkap berfungsi sebagai
pelengkap bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya.
Bangunan pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas
dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga
dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap
antara lain jalan inspeksi, tanggul, jernbatan penyebrangan, tangga mandi
manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.

10
BAB III
ANALISA PERHITUNGAN

Diketahui kriteria perencanaan irigasi sebagai berikut :

1. Faktor kekasaran dinding saluran seluruh daerah irigasi di tetapkan


KA = 55
2. Kemiringan talud / saluran A = 1 : 2
3. Luas petak – petak tersier 80 Ha (Standar perencanaan irigasi
KP – 05)
4. Kebutuhan di petak tersier / sawah = 1,1 l/det/Ha
5. Efisiensi air irigasi di saluran tersier 60 % , sekunder 70% dan primer 80%
6. Kecepatan pengaliran pada saluran :

a. Primer = 0,75 m/det


b. Sekunder = 0,65 m/det
c. Tersier = 0,30 m/det s/d 0,40 m/det

7. Peta Daerah irigasi skala 1 : 5.000 atau 10.000

Rencanakan suatu sistem irigasi sesuai kriteria perencanaan diatas dan buat skema
petak tersier dan ketentuan lain yang belum ada agar diambil sendiri dari referensi yang
digunakan.

11
3.1 PERENCANAAN SALURAN PRIMER, SEKUNDER, TERSIER
3.1.1 Saluran Primer

Diketahui : a = 1,1 l/det/Ha


V primer = 0,75 m/det
KA = 55
Luas Petak (Do) = 80 Ha (40 Ha)
Kemiringan talud =1:2
Efisiensi primer = 80 %

 Menentukan debit atau banyaknya air tiap detik


Q = Do . a . eff
Keterangan :
Do = Luas Petak ( Ha)
a = Kebutuhan air normal untuk masing – masing saluran
(l/det/Ha)
eff = Efisiensi air irigasi

Q = Do . a . eff
Q = 40 . 1,1 . 0,80
Q = 35,2 l/det
Q = 0,0352 m3/det

 Menentukan Luas Penampang Basah


𝑄
𝐴=𝑉
Keterangan :
A = Luas Penampang Basah
Q = Debit / Banyaknya air tiap detik (m³ / dt)
V = kecepatan air dalam saluran ( m / dt )

𝑄
𝐴=𝑉
0,0352
𝐴= 0,75
A = 0,0469 m2

 Menentukan Tinggi muka air dan Lebar dasar Saluran


Tinggi muka air :
A=(b+mh)h
Keterangan :
h = tinggi muka air (m)
b = lebar dasar saluran (m)
m = kemiringan talud

12
 m = b : h = 1 : 2  m = 0,5
 b : h = 1 : 2 2b = h
A =(b+mh).h
0,0469 = (h + 0,5h) h
0,0469 = ℎ2 + 0,5 ℎ2
0,0469 = 1,5 ℎ2
h = 0,177 m
Sehingga (tinggi muka air ) h = 0,177 m

Lebar Saluran :
Kemiringan talud = 1 : 2 → (vertical : horizontal )
Dimana b:h = 1:2
b = 2.h
b = 2. 0,177
b = 0,354 m

 Menentukan Keliling Basah


P = b + 2h √( 1 + m² )
Dimana :

b = lebar dasar saluran (m)


m = kemiringan talud
m = 1/2 = 0,5
P = b + 2h √( 1 + m² )
P = 0,354 + 2(0,177) √( 1 + 0,5² )
P = 0,791 m

 Menentukan Jari – jari Hidrolis


A
R =
p
0,04693
R =
0,791
R = 0,0593 m

 Menentukan Kemiringan Saluran


2 1
𝑉 = 𝐾 . 𝑅3 . 𝐼2
𝑉 2
𝐼= ( 2 )
𝐾𝐴 𝑥 𝑅 ⁄3
Dimana :
V = kecepatan air dalam saluran ( m / dt )
KA = Faktor Kekasaran

13
R = jari – jari hidrolis

2 1
𝑉 = 𝐾 . 𝑅3 . 𝐼2
𝑉
𝐼= ( 2 )2
𝐾𝐴 𝑥 𝑅 ⁄3
0,75 2
𝐼= ( 2 )
55 𝑥 0,059 ⁄3
𝐼 = 0,00868

Kesimpulan Hasil Perhitungan


 Debit atau banyaknya air tiap detik (Q) = 0.0352 m³/dt
 Tinggi muka air (h) = 0,177 m
 Kecepatan air dalam saluran (V) = 0,75 m/dt
 Kemiringan talud (m ) = 1 : 2
 Lebar dasar saluran (b) = 0,354 m
 Kemiringan Saluran (I) = 0,00868

Gambar Saluran Primer

14
3.1.2 Saluran Sekunder
Diketahui : a = 1,1 l/det/Ha
V sekunder = 0,65 m/det
KA = 55
Luas Petak (Do) = 80 Ha (diambil 30 Ha)
Kemiringan talud =1:2
Efisiensi sekunder = 70 %

 Menentukan debit atau banyaknya air tiap detik


Q = Do . a . eff
Keteranagan :
Do = Luas Petak ( Ha)
a = Kebutuhan air normal masing – masing saluran (l/det/Ha)
eff = Efisiensi air irigasi

Q = Do x a x eff
Q = 40 x 1,1 x 0,80
Q = 23,1 1/det
Q = 0,0231 m3/det

 Menentukan Luas Penampang Basah


𝑄
𝐴=𝑉
Keterangan :

A = Luas Penampang Basah


Q = Debit / Banyaknya air tiap detik ( m³ / dt )
V = kecepatan air dalam saluran ( m / dt )
𝑄
𝐴=𝑉
0,0231
𝐴= 0,65
A = 0,03555 m2

 Menentukan Tinggi muka air dan Lebar dasar Saluran


Tinggi muka air :
A=(b+mh)h
Keterangan :
h = tinggi muka air (m)
b = lebar dasar saluran (m)
m = kemiringan talud

m = b/h =1/2 = 0,5

15
A=(b+mh).h
0,0355 = ( h + 0,5 h )h
0,0355 = (ℎ2 + 0,5 h2)
0,0355 = 1,5 ℎ2
h = 0,154 m

Sehingga Tinggi Muka Air 0,154 m

Lebar Saluran :
Kemiringan talud =1:2
Dimana b:h =1:2
b =2h
b = 2 . (0,154)
b = 0,308 m

 Menentukan Keliling Basah


p = b + 2h √( 1 + m² )

Keterangan :
b = lebar dasar saluran ( m )
m = kemiringan talud
m = 1/2 = 0,5
P = b + 2h √( 1 + m² )
P = 0,308 + 2(0,154) √( 1 + 0,5² )
P = 0,688 m

 Menentukan Jari – jari Hidrolis


A
R =
p
0,03554
R =
0,688
R = 0,052 m

 Menentukan Kemiringan Saluran


2 1
𝑉 = 𝐾 . 𝑅3 . 𝐼2
𝑉 2
𝐼= ( 2 )
𝐾𝐴 𝑥 𝑅 ⁄3
Keterangan :
V = kecepatan air dalam saluran( m / dt )
K = Faktor Kekasaran
R = jari – jari hidrolis

16
2 1
𝑉 = 𝐾 . 𝑅3 . 𝐼2
𝑉
𝐼= ( 2 )2
𝐾𝐴 𝑥 𝑅 ⁄3
0,65 2
𝐼= ( 2 )
55 𝑥 0,0652 ⁄3
𝐼 = 0,00868

Kesimpulan hasil perhitungan

 Debit atau banyaknya air tiap detik (Q) = 0,0231 m³/dt


 Tinggi muka air (h) = 0.154 m
 Kecepatan air dalam saluran (V) = 0,65 m/dt
 Kemiringan talud (m) = 1 : 2
 Lebar dasar saluran (b) = 0,308 m
 Kemiringan Saluran (I) = 0,00868

Gambar Saluran Sekunder

17
3.1.3 Saluran Tersier

Diketahui : a = 1,1 1/det/Ha


V tersier = 0,30 m/det - 0,40 m/det (diambil
0,40 m/det)
KA = 55
Luas Petak (Do) = 80 Ha (diambil 10 Ha)
Kemiringan talud =1:2
Efisiensi tersier = 60 %

 Menentukan debit atau banyaknya air tiap detik


Q = Do . a . eff
Keterangan :
Do = Luas Petak ( Ha)
a = Kebutuhan air normal untuk masing – masing saluran (l/det/Ha)
eff = Efisiensi air irigasi

Q = Do . a . eff
Q = 40 x 1,1 x 0,8
Q = 6,6 l/det
Q = 0,0066 m3/det

 Menentukan Luas Penampang Basah


𝑄
𝐴=𝑉
Keterangan :
A = Luas Penampang Basah
Q = Debit / Banyaknya air tiap detik ( m³ / dt )
V = kecepatan air dalam saluran ( m / dt )
𝑄
𝐴=𝑉
0,0066
𝐴= 0,40
A = 0,0165 m2

 muka air dan Lebar dasar Saluran


Tinggi muka air :
A=(b+mh)h
Keterangan :
h = tinggi muka air ( m )
b = lebar dasar saluran ( m )
m = kemiringan talud

18
m = b/h =1/2 = 0,5
A=(b+mh).h
0,0165 = ( h + 0,5 h )h
0,0165 = (ℎ2 + 0,5 h2)
0,0165 = 1,5 ℎ2
h = 0,105 m

Lebar Saluran :
Kemiringan talud = 1 : 2
Dimana b : h = 1 :2
b =2h
b = 2 . 0,105
b = 0,210 m

 Menentukan Keliling Basah


P = b + 2h √( 1 + m² )

keterangan :
b = lebar dasar saluran (m)
m = kemiringan talud
m = 1/2 = 0,5
P = b + 2h √( 1 + m² )
P = 0,21 + 2(0,105 ) √( 1 + 0,5² )
P = 0,469 m

 Menentukan Jari – jari Hidrolis


A
R =
p
0,0165
R =
0,469
R = 0,0352 m

 Menentukan Kemiringan Saluran


2 1
𝑉 = 𝐾 . 𝑅3 . 𝐼2
𝑉 2
𝐼= ( 2 )
𝐾𝐴 𝑥 𝑅 ⁄3
Keterangan :
V = kecepatan air dalam saluran( m / dt )
K = Faktor Kekasaran
R = jari – jari hidrolis

19
2 1
𝑉 = 𝐾 . 𝑅3 . 𝐼2
𝑉
𝐼= ( 2 )2
𝐾𝐴 𝑥 𝑅 ⁄3
0,40 2
𝐼= ( 2 )
55 𝑥 0,035 ⁄3
𝐼 = 0,00868

Kesimpulan hasil perhitungan


 Debit atau banyaknya air tiap detik (Q) = 0,0066 m3/det
 Tinggi muka air (h) = 0,105 m
 Kecepatan air dalam saluran (V) = 0,40 m/dt
 Kemiringan talud ( m ) = 1 : 2
 Lebar dasar saluran (b) = 0,21 m
 Kemiringan Saluran (I) = 0,00868

Gambar Saluran Tersier

20
Skema Saluran Irigasi

21
Layout Jaringan Irigasi

22
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari seluruh proses pembahasan studi, dapat kita simpulkan bahwa kita
dapat merencanakan sebuah saluran primer, sekunder dan tersier.
Penghitungan debit air pada pengukuran dengan metode sederhana
menunjukkan setiap detiknya irigasi primer, sekunder dan tersier. Hasil
perhitungan analisis dan alat biasanya akan mengalami perbedaan. Perbedaan
debit ini terjadi dimungkinkan karena ketidaksesuaian prosedur pengukuran
atau alat yang digunakan.

Kebutuhan dalam waktu pengairan sebenarnya bergantung pada komoditi


dan jenis tanahnya. Prinsip dasar yang perlu kita anut bahwa perhitungan
waktu ini erat kaitannya dengan efisiensi air. Hal ini diperhatikan dengan
pertimbangan bahwa jumalai air setiap musim tanam tidak sama maka untuk
membagi air yang seefisien mungkin perlu pengetahuan tentang lama

Saran

1. Untuk mengurangi tingkat kesalahan dan memperbesar ketelitian sebaiknya


dalam perhitungan desain jaringan irigasi digunakan berbagai software
yang mendukung. Seperti Microsoft Excel untuk membantu perhitungan
data.
2. Teliti dalam proses perhitungan karena jika salah kita harus mengulang dari
awal.
3. Rencanakan wilayah yang kita inginkan dengan baik atau simple terlebih
dahulu dikarenakan kita masih tahap belajar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Chow, V. T., Maidment, D. R., & Mays, L. W. (1988). Applied Hydrology. New York:
McGraw-Hill.

Singh, P. (1995). Irrigation Engineering. New Delhi: Standard Publishers Distributors.

Keller, A., & Bliesner, R. D. (1990). Sprinkle and Trickle Irrigation. Berlin: Springer.

Merriam, J. L., & Keller, J. (1978). Farm Irrigation System Evaluation: A Guide for
Management. Logan: Utah State University.

Smith, M. (2003). Modern Irrigation Technologies for Smallholders in Developing


Countries. Wallingford: CABI.

World Bank. (2005). Irrigation and Water Resources Management in the World: A Global
Status Report. Washington, DC: The World Bank.

24
LEMBAR ASISTENSI
TUGAS BESAR
REKAYASA IRIGASI
FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
2023

Nama : Kelompok 3
Kelas : 3C – Teknik Sipil
Mata Kuliah : Rekayasa Irigasi
Dosen Pengampu : Dr. Ikhwanudin, S.T., M.T.

No. Hari/Tanggal Keterangan Paraf

25

Anda mungkin juga menyukai