Anda di halaman 1dari 32

Makalah

Perencanaan & Pengembangan Permukiman

Krisis Air Bersih Di Desa Batu Merah


Kecamatan Sirimau
Kota Ambon

Nama : Alman Rivaldi Rumadan


NIM : 202074097
Kelas :A
Prodi : Perencanaan Wilayah & Perkotaan

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PATTIMURA

TAHUN 2022
Kata pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang tidak ternilai harganya. Sholawat serta

salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Berkat limpahan rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan makalah ini guna

memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan dan Pengembangan Permukiman.

Makalah ini disusun agar kita dapat memperluas wawasan mengenai

permasalahan krisis air bersih di Indonesia terutama Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau

Kota Ambon beserta dengan solusi pemecahan masalahnya yang penulis sajikan

berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi dan berita.

Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan baik itu yang datang dari diri

penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama

pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Dengan menyadari terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis

miliki, tiada gading yang tak retak, maka kritik dan saran yang bersifat membangun

senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap

semoga makalah ini bermanfaat bagi mereka yang memerlukannya dan senantiasa

mendapat ridho Allah SWT. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------- 1

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------ 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ---------------------------------------------------------------------------------- 3

1.2 Rumusan masalah ------------------------------------------------------------------------------ 5

1.3 Tujuan Penulisan ------------------------------------------------------------------------------ 5

1.4 Metode Penulisan ------------------------------------------------------------------------------ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air --------------------------------------------------------------------------------- 7

2.2. Data Konsumsi Air --------------------------------------------------------------------------- 8

2.3. Ciri Air Bersih dan Layak Minum --------------------------------------------------------- 9

2.4. Siklus Air -------------------------------------------------------------------------------------- 10

2.5. Potensi Air di Dunia -------------------------------------------------------------------------- 10

2.6. Kebijakan Pemerintah Terkait Sumber Daya Air ---------------------------------------- 10

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ------------------------------------------------------ 12

3.2. Gambaran Umum Krisis Air Bersih ------------------------------------------------------- 13

3.3. Contoh Kasus ---------------------------------------------------------------------------------- 14

3.4. Penyebab Terjadinya Krisis Air di Desa Batu Merah ------------------------------------ 18

3.5. Alternatif Pemecahan Masalah Krisis Air di Desa Batu Merah ----------------------- 21

BAB IVPENUTUP

4.1. Kesimpulan ------------------------------------------------------------------------------------ 27

4.2. Saran -------------------------------------------------------------------------------------------- 27

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik

dalam lingkup perkotaan maupun pedesaan, dan juga memiliki fungsi sebagai lingkungan

tempat hunian serta tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Permukiman dengan pola campur yaitu pola penyebaran permukiman diwilayah desa kota

yang pembentukannya berakar dari pola campuran antara ciri perkotaan dan perdesaan

(Koestor, 1997).

Menurut Undang-undang Nomor 4 tahun 1992, permukiman terdiri dari

komponen: perumahan, penduduk, sarana dan prasarana, dan tempat kerja. Selanjutnya

menurut Soefaat (1998), permukiman baru ialah daerah kediaman atau hunian yang baru

dan dibangun dalam skala besar, sebagai perluasan dari pusat kota yang ada, atau

pembangunan baru pada lahan milik pribadi atau perusahaan dengan dilengkapi berbagai

ragam tipe rumah, sistem transportasi lokal yang berhubungan dengan daerah pusat kota

yang ada.

Pertambahan jumlah penduduk berakibat pada pertambahan permukiman.

Permukiman diwilayah perkotaan telah padat, termasuk dengan telah banyak berdiri

gedung-gedung terutama hotel yang membutuhkan suplai air berlimpah. Kebutuhan air,

terutama air tanah sulit dihindari. Permukiman tidak dapat dihentikan, maka sasaran

berikutnya adalah lahan yang ada diluar perkotaan. Sebagian wilayah diluar perkotaan

adalah wilayah resapan. Perluasan lahan permukiman yang seakan-akan sulit terkendali

berdampak pada menyempitnya lahan peresapan air hujan serta berkurangnya sumber-

sumber air.

3
Air merupakan kebutuhan pokok setiap makhluk hidup dibumi. Manusia

tergantung pada air bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik rumah tangga

melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperti kebutuhan produksi,

kebutuhan industri, dan kebutuhan lainnya. Seiring berjalannya waktu, meningkatnya

jumlah populasi berbanding lurus pada meningkatnya kebutuhan akan air.

Ketersediaan air didunia ini begitu melimpah ruah, namun yang dapat

dikonsumsi oleh manusia untuk keperluan air minum sangatlah sedikit. Selain itu,

kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air bersih dari

hari ke hari. Semakin meningkatnya populasi, semakin besar pula kebutuhan akan air

minum.

Disamping bertambahnya populasi manusia, kerusakan lingkungan merupakan

salah satu penyebab berkurangnya sumber air bersih. Abrasi pantai menyebabkan

rembesan air laut ke daratan, yang pada akhirnya akan mengontaminasi sumber air bersih

yang ada dibawah permukaan tanah. Pembuangan sampah yang sembarang disungai juga

menyebabkan air sungai menjadi kotor dan tidak sehat untuk digunakan.

Di Indonesia sendiri diperkirakan, 60 persen sungainya, terutama di Sumatera,

Jawa, Bali, dan Sulawesi, tercemar berbagai limbah, mulai dari bahan organik hingga

bakteri coliform dan fecal coli penyebab diare. Pembabatan hutan dan penebangan pohon

yang mengurangi daya resap tanah terhadap air turut serta pula dalam menambah

berkurangnya asupan air bersih.

Berkaitan dengan krisis air ini, diramalkan 2025 nanti hampir dua pertiga

penduduk dunia akan tinggal didaerah-daerah yang mengalami kekurangan air. Ramalan

itu dilansir World Water Assesment Programme (WWAP), bentukan United Nation

Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco). Lembaga itu menegaskan

bahwa krisis air didunia akan memberi dampak yang mengenaskan. Tidak hanya

4
membangkitkan epidemi penyakit yang merenggut nyawa, tapi juga akan mengakibatkan

bencana kelaparan.

Dengan telah munculnya Berbagai dampak dari krisis air, seperti kekeringan

diwilayah perkotaan karena banyak sumur yang semakin dalam permukaan airnya serta

sumber sumber air yang mulai terasa asin dan hilang. Dibutuhkan segera Tindakan untuk

menghindari krisis air berkepanjangan. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini

dengan mengangkat topik permasalahan “Krisis Air Di Desa Batu Merah Kecamatan

Sirimau Ambon” dengan tujuan membahas penyebab - penyebab terjadinya krisis air di

desa batu merah serta alternatif pemecahan permasalahannya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah

1. Bagaimana permasalahan krisis air di desa batu merah?

2. Apa saja penyebab timbulnya permasalahan krisis air di desa batu merah?

3. Bagaimana alternatif pemecahan masalah krisis air di desa batu merah?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu: Mengetahui permasalahan krisis air di Desa Batu

Merah serta sebab - sebab yang ditimbulkan karena krisis air dan bagaimana cara

mengatasi masalah krisis air di Desa Batu Merah.

1.4 Metode penulisan

metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif berupa observasi

dilapangan serta pengumpulan data. Menurut hidayat (2010) penelitian deskriptif adalah

5
sebuah penelitian yang lebih luas dalam penggunaan data-datanya. Maksud “luas” dalam

hal ini artinya lebih condong pada analisa yang panjang dari ujung awal sampai akhir.

Menurut sukmadinata (2006), metode deskriptif adalah karakteristik penelitian yang

mengungkapkan secara spesifik berbagai fenomena sosial dan alam yang ada didalam

kehidupan masyarakat. Kata spesifik dalam definisinya dimaksudkan untuk menyebutkan

pada aspek hubungan, dampak, dan penyelesaian dari kegiatan penelitian.

6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air

Dalam UU RI No.7 Tahun 2004 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907

Tahun 2002, disebutkan beberapa pengertian terkait dengan air, yaitu sebagai berikut :

1. Sumber daya air adalah air, dan daya air yang terkandung didalamnya

2. Air adalah semua air yang terdapat pada diatas, ataupun dibawah permukaan tanah

3. Air Bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah

dimasak

4. Air Minum (drinking water) adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa

proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum

5. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.

Kebutuhan dasar kehidupan tidak lain adalah air. Tanpa air, kehidupan tidak

akan dapat berlangsung. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi (wikipdia, 2016). Air

merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk

dikonsumsi maupun digunakan untuk kepentingan lain. Namun, air bersih semakin sedikit

persediaannya karena banyak sumber daya air yang tercemar.

Air merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting bagi manusia dan

keseimbangan lingkungan. Ketersediaan air didunia begitu melimpah ruah, namun

semakin meningkatnya populasi maka akan semakin meningkat pula kebutuhan akan air

terutama air bersih. Kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya

ketersediaan air bersih dari hari ke hari.

Kondisi kurangnya sumber daya air yang diperlukan untuk memenuhi standar

kebutuhan air disebut krisis air. World Water Council menyebutkan bahwa krisis air juga

7
sering disebabkan oleh ketidakseimbangan antara penggunaan air dan suplai air yang ada.

Hal ini dapat disebabkan karena lonjakan permintaan air yang diikuti dengan berbagai

kegiatan eksploitasi sumber daya air. Namun perlu digarisbawahi bahwa krisis air dalam

hal ini tidak hanya mengacu pada kebutuhan air secara umum, namun juga kebutuhan air

layak konsumsi.

Berbagai sumber air alami yang tersebar diperkotaan seperti sungai dan waduk

sekilas memiliki debit air yang cukup, namun memiliki kualitas tidak layak untuk

digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci bahan makanan, hingga

untuk dikonsumsi secara langsung.

Saat ini kualitas air minum dikota-kota besar di Indonesia masih

memprihatinkan. Kepadatan penduduk, tata ruang yang salah dan tingginya eksploitasi

sumber daya air sangat berpengaruh pada kualitas air

2.2 Data Konsumsi Air

Menurut (Rustan, dkk., 2019) kebutuhan air merupakan jumlah air yang cukup

dibutuhkan untuk kebutuhan dasar manusia dan kegiatannya lainnya yang memerlukan air.

Sedangkan pemakaian air adalah jumlah air yang digunakan dari sistem yang ada

bagaimanapun keadaannya. Pemakaian air bersih menurut Departemen Pekerjaan Umum

adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Standar Kebutuhan Air Departemen Pekerjaan Umum

Keperluan Konsumsi (Liter/Orang/Hari)

Mandi, cuci, kakus 12,0

Minum 2,0

Cuci pakaian 10,7

8
Kebersihan rumah 31,4

Taman 11,8

Cuci kendaraan 21,1

Wudhu 16,2

Lain-lain 21,7

Jumlah 126,9

Sumber: Slamet, 1994 dalam Rustan, dkk., 2019

2.3 Ciri Air Bersih dan Layak Minum

Pemerintah Indonesia sudah menetapkan Standar Air Bersih pada Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku

Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene

Sanitasi, Kolam Renang, Solusi Per Aqua, Dan Pemandian Umum. Air yang sesuai untuk

kebutuhan sanitasi yaitu air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh atau memiliki

tingkat kekeruhan yang rendah. Selain itu, air tersebut juga tidak mengandung bakteri E.

coli serta mengandung kadar kimiawi yang rendah, seperti PH, zat besi, deterjen, sianida,

pestisida, timbal, seng, dan lain-lain.

Adapun standar air bersih untuk minum yaitu seharusnya terlindung dari

sumber pencemaran, binatang yang membawa penyakit, dan tempat perkembangbiakan

hewan atau bakteri. Secara fisik air bersih untuk layak minum yaitu tidak berbau,

warnanya jernih, rasanya tawar, dan tidak terpapar secara langsung dengan sinar matahari

atau memiliki suhu sejuk sekitar 10–25 derajat Celcius, dan tidak memiliki endapan

dibagian bawah air (Safitri, 2020).

9
2.4 Siklus Air

Air merupakan zat cair yang dinamis bergerak dan mengalir melalui siklus

hidrologi yang abadi. Menurut siklus hidrologi, jumlah air adalah tetap. Hal ini tentu saja

akan menimbulkan masalah dikemudian hari, yaitu krisis air.

Menurut kodoatie dan sjarief (2010), air merupakan sumber daya alam yang

paling unik jika dibandingkan dengan sumber daya lain karena sifatnya yang terbarukan

dan dinamis. Artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang pada

musimnya. Namun, pada kondisi tertentu air bisa bersifat tak terbaharukan, misalnya pada

kondisi geologi tertentu dimana proses perjalanan air tanah memerlukan waktu ribuan

tahun, sehingga bila pengambilan air tanah dilakukan secara berlebihan, air akan habis.

2.5 Potensi Air Di Dunia

Bumi sebenarnya masih mempunyai banyak persediaan air tetapi hanya sedikit

sekali air yang layak dikonsumsi. Dalam 20 tahun ini, air yang dibutuhkan untuk

konsumsi dunia, baik air minum maupun air untuk mengairi tanaman, sudah tak cukup

lagi. Hanya 2,5 persen saja air didunia ini yang tidak mengandung garam. Dan dua pertiga

dari jumlah itu terkubur dalam gunung es dan glasier.

2.6 Kebijakan Pemerintah Terkait Sumber Daya Air

Sumber daya air merupakan kebutuhan mutlak setiap individu yang harus

dipenuhi untuk kelangsungan hidupnya. Apabila terjadi pengurangan kuantitas maupun

kualitas sumber daya air maka akan mempengaruhi kehidupan manusia secara bermakna.

Untuk menjamin ketersediaan dan pengelolaan sumber daya air ini, maka pemerintah

sebagai pemangku tanggung jawab kesejahteraan warga negaranya, berkewajiban

menetapkan suatu kebijakan atau Undang-Undang untuk mengatur sumber daya air.

10
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 merupakan salah satu Undang-

Undang yang dibuat untuk mengaturnya. Secara umum Undang-Undang tersebut terdiri

atas delapan belas bab, yang sebagian besar membahas tentang Ketentuan Umum,

Wewenang dan Tanggung Jawab, Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber

Daya Air, dan Pengendalian Daya Rusak Air

11
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Kota Ambon terletak dipulau Ambon merupakan ibukota Provinsi Maluku.

Secara geografis terletak pada posisi 3°34’4,80” - 3°47’38,4” Lintang Selatan dan

128°1’33,6” - 128°18’7,20” Bujur Timur, dimana secara keseluruhan Kota Ambon

berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tengah.

Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 13 tahun 1979, luas wilayah Kota Ambon

seluruhnya 377 km2 dan berdasarkan hasil survey Tata Guna Tanah tahun 1980 luas

daratan Kota Ambon tercatat 359.45 km2 dan laut seluas 17.55 km dengan panjang garis

pantai 98 km.

sesuai Perda Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006, Kota Ambon memiliki 5

kecamatan dengan luas masing-masing: Kecamatan Nusaniwe 88,35 km2, Kecamatan

Sirimau 86,81 km2, Kecamatan Teluk Ambon 93,68 km2, Kecamatan Teluk Ambon

Baguala 40,11 km2, dan Kecamatan Leitimur Selatan 50,50 km2.

Gambar 1: Peta Desa Batu Merah

12
Penelitian ini dilakukan di Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Kota Ambon.

Desa Batu Merah merupakan salah satu desa di Kecamatan Sirimau dengan luas wilayah

16,67 km2 dengan jumlah penduduk menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

tahun 2019 sebanyak 74,376 jiwa (Kota Ambon dalam angka, 2019).

3.2 Gambaran Umum Krisis Air Bersih

Air merupakan sumber daya alam yang sangat vital dan diperlukan untuk

menentukan keberlanjutan kehidupan seluruh makhluk hidup dimuka bumi (Mawardi,

2014). Dalam segala macam kegiatan manusia, air merupakan kebutuhan pokok untuk

melangsungkan berbagai kegiatan, seperti keperluan rumah tangga, misalnya untuk

minum, masak, mandi, mencuci, keperluan industri, keperluan perdagangan, keperluan

pertanian dan peternakan, keperluan pelayaran dan lain sebagainya. Oleh karena itulah air

sangat berfungsi dan berperan bagi kehidupan makhluk hidup dibumi ini (Ambarwati,

2014).

Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada 2019 mencatat bahwa 2,2

miliar orang atau seperempat populasi dunia masih kekurangan air minum yang aman

dikonsumsi. Sementara itu, 4,2 miliar orang tidak memiliki layanan sanitasi yang aman

dan 3 miliar tidak memiliki fasilitas cuci tangan dasar.

Adapun menurut laporan Bappenas, ketersediaan air disebagian besar wilayah

Pulau Jawa dan Bali saat ini sudah tergolong langka hingga kritis. Sementara itu,

ketersediaan air di Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan

diproyeksikan akan menjadi langka atau kritis pada tahun 2045.

Kelangkaan air bersih juga berlaku untuk air minum. Menurut RPJMN 2020-

2024, hanya 6,87 persen rumah tangga yang memiliki akses air minum aman. Adapun

berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 dari BPS juga menunjukkan

13
ada sebesar 90,21 persen rumah tangga yang memiliki akses air minum layak, meskipun

distribusinya tidak merata (Iswara, 2021).

3.3 Contoh Kasus

Contoh kasus yang terjadi di Kota Ambon pada umumnya dan Desa Batu

Merah pada Khususnya contoh kasus ini berdasakan observasi lapangan dan media sosial.

1. Pada tahun 2019 Dinas Pekerjaan Umum melakukan penggalian sumur bor

didaerah Batu Merah Dalam RT.004 RW.003 untuk airnya dialirkan ke daerah

Batu Merah Kampung karena air tanah ditempat mereka sudah terkena rembesan

air laut (sudah berasa payau/asin).(Wawancara dengan Ibu Salma sabtu 23 Juli

2022, warga RT.004/RW.003 Desa Batu Merah).

2. Akhir tahun 2021, pembangunan Cek DAM Retensi daerah Kampung Rinjani

RW.016 Desa Batu Merah yang merupakan satu kesatuan dengan Cek DAM

Yakobus Ahuru dan Cek DAM Waihoka menyebabkan air sungai menjadi keruh

dan berwarna coklat, sehingga masyarakat daerah Kepala Air RW.014 Batu Merah

Dalam yang mencuci dan mandi disumber mata air disungai jadi terganggu karena

air sudah bercampur dengan lumpur. (wawancara dengan Bapak Rama sabtu 23

Juli 2022, warga RT.003/RW.014 Desa Batu Merah)

Gambar 2: Air Sungai Batu Merah Keruh Karena Pembangunan Cek Dam.

14
3. Pada awal tahun 2021, warga masyarakat RT.002 RW.006 Galunggung melakukan

penggalian sumur bor didaerah Batu Merah Dalam RT.004 RW.003 untuk airnya

dialirkan ke Masjid di RT.002 RW.006 karena krisis air yang terjadi. (Wawancara

dengan Ibu Djena sabtu 23 Juli 2022, warga RT.004/RW.003 Desa Batu Merah).

4. Pada bulan februari tahun 2020 kawasan Batu Merah atas diantaranya Galunggung,

Tanah Rata, Kebun Cengkeh, Air Besar, Kahena mengalami krisis air bersih.

Dilansir dari media online (Satumaluku.id) Pelaksanaan Tugas (Plt) Direktur

Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Ambon, Apong Tetelepta,

menjelaskan, krisis air tersebut bukan karena persoalan jaringan pipa, namun

karena sumber air mengalami penurun drastis.

Sumber air menurun hingga menyebabkan terjadinya krisis air di kawasan

Galunggung, Kebun cengkeh, Air Kuning, Kahena sampai Air Besar karena musim

kemarau. Hal ini terlihat dari semula disalurkan sebanyak 6.000 kubik air per hari,

kini menurun menjadi 3.000 kubik. Itu karena musim panas ini yang menyebabkan

sumber air menurun.

3.000 kubik air per hari, kata beliau, harus melayani sebanyak kurang lebih 9.000

pelanggan dikawasan tersebut. Sehingga daftar antrian yang biasanya hanya 2-4

hari, mengalami peningkatan satu hari lebih lama. Maka ada yang biasanya dapat

air 2 hari sekali jadi 3 hari, 3 hari jadi 4 hari, 4 hari bisa sampai seminggu. Jadi

tidak sinkron antara stok yang ada dengan pemakai.

Setiap musim kemarau debit air menurun. Penyebabnya, selain karena musim

kemarau juga karena hutan lindung yang terbakar dan sudah rusak.

Menurut beliau, upaya PDAM untuk mendapatkan sumber air telah dilakukan.

Tapi ternyata, air bawah tanah di kawasan Air Besar sudah tidak ada, sudah keluar.

Sedangkan untuk daerah Karang Panjang pada kedalaman 150 meter sudah ada air.

15
Namun struktur di Air Besar, Ahuru itu batu besar. Kalau mau dihancurkan harus

dibakar dulu. Sedang pada kedalaman dibawah semuanya berbatu. Pemkot Ambon

sudah pernah melakukan pengeboran untuk mencari sumber air tanah namun

hasilnya belum sesuai harapan.

5. Dalam dialog Tanggap Bencana yang digelar RRI Ambon, dikantor Sinode Gereja

Protestan Maluku pada kamis 03 Juni 2021 Wilayah Kota Ambon diprediksikan

pada 3 dekade (30 tahun) mendatang akan mengalami krisis air bersih. Ancaman

ini menyusul makin meluasnya kawasan pemukiman penduduk yang memicu

berkurangnya wilayah resapan air di Kota Ambon.

Beberapa wilayah di Kota Ambon yang menjadi kawasan resapan air (aquifer) itu,

sudah beralih fungsi, misalnya wilayah Gunung Nona, Halong dan Air Besar.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku, Roy Syauta pada

media (Beritabeta.com) Puluhan tahun lalu, kawasan Gunung Nona pernah

menjadi kawasan konservasi. Tapi kini, kawasan itu sudah dipenuhi permukiman.

Menurut Syauta, pemberian izin pembangunan yang tak terkontrol telah menjadi

penyebab utama tergerusnya kawasan lindung dibeberapa wilayah. Untuk

mengatasi hal ini, maka Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon, diharapkan agar

memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang bisa dijadikan

pijakan pengembangan Kota Ambon dimasa mendatang.

6. (Ombudsman.go.id, 2022) Ombudsman RI Perwakilan Maluku memperingatkan

kemungkinan Kota Ambon beberapa tahun ke depan diprediksi akan

mengalami krisis air bersih. Untuk itu Ombudsman Ambon meminta Pemkot

Ambon membuat daerah resapan air yang cukup. Permintaan Ombudsman tersebut

bukan tanpa alasan, mengingat saat ini tanda-tanda krisis air bersih sudah mulai

muncul.

16
Kepala Ombudsman Maluku, Hasan Slamat mengatakan bahwa Ombudsman

Maluku banyak menerima laporan masyarakat Kota Ambon tentang kelangkaan air

bersih, laporan yang masuk beragam yakni warga tidak dapat air, air mengalir

menggunakan jadwal antara 3 - 4 hari, musim hujan air tidak bisa dikonsumsi

karena bercampur dengan tanah, musim kemarau ketersediaan air berkurang dan

masalah lainnya.

Selanjutnya dari persoalan-persoalan yang dilaporkan menunjukkan bahwa

ketersediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat di Kota

Ambon telah berkurang dan sudah menjadi persoalan.

Sesuai kewenangan Ombudsman, maka dilakukan proses kajian cepat untuk

menemukan potensi apa saja yang menjadi sumber masalah kelangkaan

ketersediaan air bersih di Kota Ambon. Proses kajian dimulai dengan proses

deteksi dini tentang persoalan apa saja yang menjadi penyebab kelangkaan air

bersih di Kota Ambon. Dugaan sementara adalah hutan Kota Ambon yang menjadi

daerah resapan air sudah mulai hilang sebagai akibat dari banyaknya pemukiman

warga serta pembukaan lahan pertanian oleh masyarakat.

Beberapa waktu lalu (08/09/2021) Ombudsman RI Perwakilan Maluku melakukan

investigasi langsung ke lokasi hutan lindung sekaligus hutan tangkapan air yang

berada pada Hutan Soya Kota Ambon. Pasalnya, sejumlah kawasan yang dulunya

menjadi daerah konservasi kini telah beralih fungsi. Contohnya yakni Halong,

Gunung Nona, dan Air Besar yang saat ini sudah banyak dipenuhi pemukiman

penduduk. Dalam investigasi tersebut, pihaknya menemukan hutan yang menjadi

kawasan resapan air tersebut telah hilang dan berubah menjadi lahan pertanian.

Untuk itu Pemkot Ambon diharapkan bergerak cepat untuk mengantisipasi dampak

lebih besar yang merugikan masyarakat, yaitu dengan menyediakan daerah resapan

17
air. Dengan begitu kedepannya tidak akan terjadi lagi krisis air bersih seperti yang

sering dialami masyarakat Ambon sekarang ini.

Jika dilihat dari kewenangan Ombudsman, maka hal ini menimbulkan potensi mal

administrasi terkait pelayanan air bersih di Kota Ambon dikarenakan Pemerintah

Kota Ambon dan Pemerintah Provinsi Maluku belum memiliki kebijakan terkait

perlindungan kawasan Hutan Tangkapan Air sebagaimana termuat dalam UU

nomor 17 tahun 2019 tentang sumber daya air yang pada pasal 8 disebutkan bahwa

(1) Hak rakyat atas Air yang dijamin pemenuhannya oleh negara demi memenuhi

kebutuhan pokok minimal sehari-hari.

Selanjutnya kondisi hutan saat ini memerlukan konservasi sebagaimana disebutkan

dalam UU nomor 37 tahun 2014 pasal 22 ayat (5), tentang Konservasi Tanah dan

air yakni Penataan kawasan di Kawasan Lindung yang dilaksanakan oleh

pemerintah daerah kabupaten/kota berupa penataan kawasan hutan resapan air.

Jika hal ini tidak segera dilakukan penataan kawasan hutan Resapan air maka

persoalan kelangkaan air bersih akan terjadi di Kota Ambon.

3.4 Penyebab Terjadinya Krisis Air Di Desa Batu Merah

Di Negara - Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, pencemaran

oleh mikroorganisme (bakteri atau virus) terhadap badan air maupun dalam suplai air

minum merupakan kasus yang sering terjadi, dan saat ini pencemaran oleh factor kimia

dan fisika misalnya pencemaran oleh senyawa polutan mikro yang bersifat mutagenik

dan/atau penyebab kanker (carsinogenic) perlu segera diwaspadai. Hal tersebut sering

muncul akibat cepatnya laju urbanisasi dan industrialisasi, dan juga akibat penggunaan

teknologi produksi yang mana sering tidak atau kurang ramah terhadap lingkungan

ataupun terhadap kesehatan masyarakat.

18
Ada beberapa faktor yang meyebabkan krisis air bersih. Pertama, pasokan air

baku berkurang. Kedua, tingkat kebocoran air (nonrevenue water/NRW) yang masih

tinggi. Ketiga, persoalan tarif air yang tinggi dan keempat telah terjadi kesalahan dalam

pengelolaan air sehingga air sungai, danau, dan kanal yang seharusnya bisa diolah menjadi

air baku, tak bisa dimanfaatkan karena sudah tercemar logam berbahaya (Nofrita, 2011).

Selain itu, faktor musim kemarau juga mempengaruhi penyediaan air.

Pergantian musim menyebabkan pasokan air tidak merata. Pergantian antara musim hujan

dan musim kemarau di Kota Ambon terlihat menjadi sangat kontras di mana pada musim

hujan terjadi banjir tapi pada saat musim kemarau terjadi krisis air bersih.

Gambar 3: Permukiman yang tidak tertata di Daerah Pasar Desa Batu Merah.

Berbagai penyebab krisis air bersih di Desa Batu Merah yaitu

1. Permasalahan kependudukan.

Faktor-faktor yang terkait dengan penurunan kualitas air di antaranya:

a. Laju pertambahan dan perpindahan penduduk yang cukup tinggi;

b. Penggunaan lahan yang tidak memperhatikan konservasi tanah dan air.

Pembangunan gedung dan rumah yang tidak mematuhi perbandingan lahan

terpakai dan lahan terbuka, sehingga mengganggu proses penyerapan air hujan

ke dalam tanah;

c. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan aktivitas domestik, industri,

erosi, dan pertanian; dan


19
d. Eksploitasi air tanah yang berlebihan.

2. Masih belum merata cakupan pelayanan PDAM keseluruh pelosok Desa Batu

Merah. Pelayanan pendistribusian air bersih juga dirasa diskriminasi, untuk

penditribusian pemenuhan air bersih baik pemukiman elit, dan indutri lainnya

hampir terlayani dangan baik, namun yang sering merasakan dan dikeluhkan

buruknya pelayanan distribusi air bersih adalah masyarakat menengah kebawah,

terutama diarea memungkinan padat penduduk..

3. Berkurangnya sumber air baku untuk diolah menjadi air bersih. Sumber air yang

ada seperti laut, sungai, waduk pengendali banjir sudah sejak lama tidak lagi dapat

dijadikan sumber air baku dikarenakan sungai dan waduk telah tercemar berat

(85%) dan mengalami sedimentasi yang sangat tebal sehingga menurunkan daya

tampung dan pengaliran air. Sementara air laut disepanjang pantai juga telah

tercemar akibat sampah dan limbah buangan rumah tangga serta pabrik tahu.

Gambar 4: Pantai Batu Merah yang Tercemar Sampah dan Limbah Rumah Tangga dan
Limbah Pabrik Tahu

4. Degradasi daya dukung daerah aliran sungai (DAS) hulu akibat kerusakan hutan

yang tak terkendali menyebabkan kemampuan DAS untuk menyimpan air

dimusim kemarau.

5. Perubahan/konversi Kawasan hutan lindung menjadi pemukiman dan

menyebabkan berkurangnya sumber-sumber mata air dan persediaan air.

20
Gambar 5: Sumber Mata Air yang Tercampur Sampah

6. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta sadar untuk

menjaga lingkungannya dengan baik

Gambar 6: Limbah Rumah Tangga yang Dibuang Di Sungai Batu Merah Dalam

3.4 Alternatif Pemecahan Masalah Krisis Air Di Desa Batu Merah

Krisis air adalah masalah yang sangat mendesak untuk diselesaikan karena

menyangkut kebutuhan dasar makhluk hidup baik hewan, tumbuhan maupun manusia

yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Diperlukan

suatu inovasi untuk memecahkan masalah krisis air ini. Berikut penulis paparkan alternatif

pemecahan masalah krisis air bersih yang penulis sadur dari berbagai sumber:

1. Menghemat Air (penggunaan air bersih dengan bijaksana atau seperlunya saja)

Salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi krisis air adalah dengan

cara menghemat penggunaan air dan tidak melakukan pemborosan. Caranya

21
dengan mematikan kran air atau saluran air lainnya ketika tidak digunakan atau

dengan menghabiskan air minum yang ada di gelas. Selain itu, air yang sudah

digunakan dapat digunakan kembali. Contohnya ialah air dari cucian beras bisa

digunakan untuk menyiram tanaman.

2. Tidak Membuang Sampah sembarangan dan disaluran air

Membuang sampah disaluran air akan mengakibatkan kualitas air akan memburuk

dan menjadi tidak bersih. Oleh karena itu, tindakan tidak membuang sampah pada

saluran air dan membuangnya ditempat sampah adalah langkah yang bijak untuk

mengatasi masalah ini.

3. Tidak mencemari sumber air, sungai, danau, waduk, laut dengan sampah dan

limbah rumah tangga serta industri

Membuang limbah, berupa limbah industri dan limbah rumah tangga pada sungai

dan laut akan menyebabkan air sungai tercemar. Pencemaran limbah tidak hanya

meningkatkan pertumbuhan bakteri koli tapi juga menigkatkan jumlah bakteri

pathogen lain seperti salmonella, shigella, dan vibrio cholerae. Air yang tercemar

sudah tidak dapat dikonsumsi dan dipergunakan lagi.

4. Pengolahan sampah

Gambar 7: Bank Sampah Bumi Lestari Maluku (Penimbangan Sampah,


Pengolahan Sampah, dan Pembuatan Pupuk Kompos Oleh Bank Sampah )

22
Mengubah Pola pikir mengenai sampah dengan melakukan 3R (Reuse, Reduce,

dan Recycle) serta memiliki pemahaman akan dampak dan akibat dari sampah dan

limbah pemukiman. Dengan satu Langkah kecil, dimulai dari diri sendiri

5. Menanam Pohon atau Reboisasi

Menanam pohon adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi

krisis air bersih. Pohon memiliki akar yang berfungsi untuk menyerap air dalam

tanah. Semakin banyak pohon, maka cadangan air makin banyak tersimpan.Untuk

itu, menanam pohon atau reboisasi (penghijauan lahan) dapat dilakukan disekitaran

rumah dan tepian sungai. Reboisasi sendiri merupakan salah satu upaya untuk

mengurangi krisis air bersih.

6. Membuat Tempat Penampungan air Hujan

Gambar 8: Tempat Penampungan Air Hujan Sederhana

Air hujan dapat difungsikan sebagai sumber air alternatif. Untuk itu, tempat

penampungan air hujan tentu menjadi salah satu solusi untuk menambah

ketersediaan air bersih dan juga mengurangi kondisi krisis air bersih yang ada.

Penampungan Air Hujan (PAH) dapat digunakan secara individu maupun komunal

(berkelompok).

Bak penampung PAH dapat terbuat dari bahan ferro semen, pasangan bata, dan

fiberglass reinforced plastic (FRP). Sedangkan bahan dari besi (drum) tidak

23
direkomendasikan karena sifatnya yang mudah berkarat dan mudah menyerap

panas.

7. Konservasi Air Tanah

Gambar 9: Sumur Resapan

Konservasi tanah dapat dilakukan dengan membuat sumur resapan. Konstruksi

sumur resapan yang ideal sebaiknya memiliki sistem penyaringan air dan

kelebaran lubang sumur yang standar. Sumur Resapan pada umumnya berfungsi

sebagai pengendali banjir. Penggunaan sumur resapan mampu memperkecil aliran

permukaan sehingga menghindari penggenangan. Selain itu, sumur resapan

memberi manfaat untuk memperbaiki ketersediaan air tanah atau mendangkalkan

permukaan air sumur, sehingga menambah jumlah air dalam tanah.

8. Membuat penampungan air seperti waduk, dam, dan embung agar dapat menjaga

keberadaan air untuk memenuhi kebutuhan hidup.

24
Gambar 10: Atas; Cek Dam Yakobus. Kanan; Cek Dam Petra. Kiri; Kolam Retensi Cek
Dam Rinjani. Ambon

9. Teknologi Pengolahan Air Bersih

Gambar 11: System Grey water Bio Rotasi

Teknologi Pengolahan Air Bersih diklaim dapat memercepat peningkatan akses

sanitasi dan mengatasi kelangkaan air, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di

perkotaan. Teknologi pertama adalah instalasi pengolahan air limbah Grey Water

Bio Rotasi, yang terdiri dari sistem bio filter dan taman sanitasi dengan resirkulasi

yang dapat mengolah air limbah rumah tangga untuk digunakan kembali menjadi

air bersih. Teknologi kedua, mirip dengan yang pertama, mendaur ulang air limbah

25
untuk menjadi air bersih, yang cocok digunakan di rumah susun, dan juga dapat

digunakan untuk menyaring air limbah sehingga tidak mencemari jika dibuang ke

sungai. Namun, teknologi ini membutuhkan ruang yang besar.

10. Desalinasi Air Laut

Gambar 12: Desalinasi Air Laut

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumberdaya air laut yang besar

untuk diolah menjadi air bersih atau air minum. Salah satu teknologi yang dapat

digunakan adalah Desalinasi Air laut dengan tahapan: pengambilan air laut,

pengolahan awal, proses pemisahan garam, dan pengolahan akhir. Setelah itu,

dilakukanlah pengolahan awal untuk membersihkan air laut dari bahan ‘pengotor’,

seperti molekul makro dan mikro. Kemudian dilakukan proses penyisihan garam,

bisa berbasis panas dan berbasis membran. Penambahan mineral dilakukan pada

tahap pengolahan akhir agar dihasilkan produk air bersih dengan kualitas air

minum.

11. Konservasi sumber mata air

Konservasi pada sumber mata air yaitu upaya mengelola sumber daya air yang

dilakukan secara bijak dengan memperhatikan manfaat yang didapat serta

mempertahankan komponen penyusunnya agar keberadaannya tetap ada yang

dapat dinikmati di masa mendatang.

26
BAB IV PENUTUP;

4.1 Kesimpulan

Perkembangan pemukiman yang semakin luas akibat dari pertumbuhan jumlah

penduduk diberbagai wilayah dapat mengancam problem air bersih. Berbagai dampak

akibat berkurangnya ruang resapan serta sumber mata air telah mulai dirasakan terutama

masalah air bersih dipemukiman padat penduduk. Laju percepatan pembangunan

pemukiman dengan mengurangi akan menjadi momok menakutkan apabila pemerintah

tidak segera memiliki rancangan yang bersifat mitigasi bencana krisis air bersih

4.2 Saran

Perubahan iklim, pengambilan air tanah secara berlebihan, adanya konflik

kepentingan ekonomi, dan perusakan sumber-sumber mata air, menjadi beberapa faktor

terjadinya krisis air bersih di Desa Batu Merah. Masyarakat harus menyadari akan krisis

air bersih. Pemerintah harus bekerjasama dengan masyarakat dan organisasi – organisasi

kemasyarakatan agar perlu melakukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah krisis air

seperti mengurangi penggunaan air yang berlebihan, penanaman pohon, tidak membuang

sampah di aliran air, dan membuat tempat penampungan air hujan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R D, ST. MT. 2014. “Manfaat Air Bagi Kehidupan Manusia”. Artikel

Lingkungan Hidup. Vol.4 No.2 (1 – 6).

Amboina. 2021. “3 Dekade Mendatang Kota Ambon Terancam Alami Krisis Air Bersih”.

https://beritabeta.com/3-dekade-mendatang-kota-ambon-terancam-alami-krisis-air-

bersih. Diakses tanggal 26 Juli 2022.

Arifa, Siti Nur. 2022. “System Grey Water Bio Rotasi”. https://oktyimagine.com/system-

grey-water-bio-rotasi. Diakses tanggal 26 Juli 2022.

Batu Merah krisis Air Bersih, PDAM Tuding Pemkot. https://kabartimurnews.com/batu-

merah-krisis-air-bersih-PDAM-tuding-pemkot. 2019 Diakses 26 Juli 2022.

FMSRB. 2022. “Cek Dam Batu Merah”. https://FMSRB.org/Berita. Diakses tanggal 26

Juli 2022.

Ely, Rafsanjani. 2022. “Ini Penyebab kawasan Kebun Cengkih & Sekitarnya Krisis Air

Bersih”. https://m.rri.co.id/ini-penyeban-kawasan-kebun-cengkih-&-sekitarnya-

krisis-air-bersih. Diakses 26 Juli 2022.

Gischa, Serafica. “Upaya yang Bisa Dilakukan Untuk Menjaga Ketersediaan Air Bersih”.

https://Kompas.com/upaya-yang-bisa-dilakuan-untuk-menjaga-ketersediaan-air-

bersih. Diakses 26 Juli 2022.

Hapsari, Jelita Mawar. 2022. “BMKG Peringatkan Krisis Air Bersih Akibat Perubahan

Iklim”. https://rdk.fidkom.uinjkt.ac.id/BMKG-peringatkan-krisis-air-bersih-akibat-

perubahan-iklim. Diakses 26 Juli 2022.

Harian, Berita. 2021. “Upaya Apa yang Dapat Dilakukan untuk Mengurangi Krisis Air

Bersih?”. https://kumparan/upaya-apa-yang-dapat-dilakukan-untuk-mengurangi-

krisis-air-bersih. Diakses 26 Juli 2022.

28
Hidayat, Alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta:

Heath Books.

Iswara, Made Anthony. 2021. “Krisis Air Bersih yang Kian Memburuk Saat pandemi

Menerjang”. https://tirto.id/krisis-air-bersih-yang-kian-memburuk-saat-pandemi-

menerjang. Diakses 26 Juli 2022.

JDIH. “Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002 Tentang Syarat dan

Pengawasan Kualitas Air Minum”. https://peraturan.bpk.go.id/detail. Diakses 26

Juli 2022.

JDIH. “Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu

Kesehatan Lngkungan”. https://peraturan.bpk.go.id/detail. Diakses 26 Juli 2022.

JDIH. “UU No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman”.

https://peraturan.bpk.go.id/detail. Diakses 26 Juli 2022.

JDIH. “UU No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air”.

https://peraturan.bpk.go.id/detail. Diakses 26 Juli 2022.

JDIH. “UU No.17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya air”.

https://peraturan.bpk.go.id/detail. Diakses 26 Juli 2022.

Kawasan Galunggung, Tanah Rata, Air Besar, dan Tantui Krisis Air Bersih, PDAM

Ambon: Sumber Air Menurun Karena Kemarau. https://satumaluku.id/kawasan-

galunggung-tanah-rata-air-besar-dan-tantui-krisis-air-bersih-PDAM-Ambon-

sumber-air-menurun-karena-kemarau. Diakses 26 Juli 2022.

Kecamatan Sirimau Dalam Angka. 2020. Ambon: BPS Kota Ambon.

Kodoatie, Robert J dan Sjarief Roestam. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Penerbit

Andi.

Koesteer, R H. 1997. Perspektif Ligkungan Desa Kota, Teori Dan Kasus. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia (UI – Press)

29
Kusuma, Isa Brata. 2012. “Krisis Air Bersih Di Jakarta”.

https://isaevolusi.blogspot.co.id/krisis-air-bersih-di-jakarta. Diakses tanggal 26 Juli

2022.

Mawardi, Muhjidin. 2014. “Air dan Masa Depan Kehidupan” Jurnal: Tarjih dan

Pengembangan Pemikiran Islam. Vol.12 No.1 (131 – 141).

Nofrita. 2011. “Miskin Air Baku; Jakarta Krisis Air Bersih”. https://indii.co.id/miskin-air-

bau-jakarta-krisis-air-bersih. Diakses tanggal 26 Juli 2022.

Prasmasari, Oktayuri Rilien. 2021. “Kelangkaan Air Bersih Akibat Hilangnya Hutan

Tangkapan air Di Kota Ambon”. https://ombudsman.go.id/kelangkaan-air-bersih-

akibat-hilangnya-hutan-tangkapan-air-di-kota-ambon. Diakses tanggal 26 Juli

2022.

Prima, Aries R. 2016. Mengelola Air Bersih.Teknologi Pengolahan Air Bersih. Weekend,

2016, Vol. 2.

Radiodms. 2022. “Debit Air Menurun Tiga Kawasan di Kecamatan Sirimau Krisis Air

Bersih”. https://radiodms.com/debit-air-menurun-tiga-kawasan-di-kecamatan-

sirimau-krisis-air-bersih. Diakses 26 Juli 2022.

Rustan, Fathur Rahman dkk. 2019. “Analisis Pemakaian Air Bersih Rumah Tangga Warga

Perumahan Bumi Mas Graha Asri Kota Kendari”. Stabilita: Jurnal Ilmiah Teknik

sipil Vol. 7 No.2 (151 – 160).

Safitri, Raras Utami. 2020. “Ketahui Standar Baku Air Bersih Di Rumah Anda”.

https://adikatirtadaya.co.id/ketahui-standar-baku-air-bersih-di-rumah-anda.

Sukadana, I Wayan. 2019. “Ragam Cara Panen Air Hujan”.

https://tokohinspiratif.id/ragam-cara-panen-air-hujan. Diakses tanggal 26 Juli

2022.

30
Sukmadinata, Nana syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Tangkapan Air Hujan Perbanyak Sumur Resapan. https://tirtabenteng.co.id/tangkapan-air-

hujan-perbanyak-sumur-resapan. Diakses 26 Juli 2022.

Wikipedia. 2022. “Air”. https://wikipedia.org/air. Diakses tanggal 26 Juli 2022.

Yunita, Versha. 2015. “Desalinasi: Memanfaat Air Laut Untuk Minum”

https://environment.indonesia.com/desalinasi-memanfaatkan-air-laut-untuk-

minum. Diakses 26 Juli 2022

31

Anda mungkin juga menyukai