DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
NAMA ANGGOTA:
1. ALFRIAN LIMBONGAN
2. DAVID SAMBERI
3. EGA WIDYA NARTO
4. IMELDA ABISAY
5. RAHAYU PUTRI DEWANTI
6. SINDHI AYU PATINGGI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Tugas Mata Kuliah “Penyediaan Air Bersih”. tepat pada
waktunya. Makalah ini berisikan tentang sistem penyediaan air bersih dalam
keadan bencana alam (banjir dan pasca banjir). Kami harap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah
ini dari awal hingga akhir.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar belakang
Definisi bencana menurut UU No. 24 tahun 2007 adalah rangkaian kejadian yang
mengancam dan mengganggu kehidupan atau penghidupan masyarakat yang disebabkan
baik oleh faktor alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa maupun harta benda, pengaruh psikologis, serta kerusakan alam dan lingkungan
(Khasan dan Widjanarko, 2011). Penyebab bencana alam salah satunya adalah gangguan dari
lingkungan sekitar dimana manusia juga termasuk diantaranya, dimana hal tersebut dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan manusia itu sendiri salah satunya
terhadap kesehatan masyarakat. (Effendy, 1998).
Banjir adalah salah satu jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia,
yaitu ketika keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung
sungai sehingga terjadi limpasan atau genangan air pada lahan yang tidak seharusnya terdapat
air. Disebut pula ketika aliran air tidak dapat ditampung oleh saluran drainase
sehingga meluap ke tempat lain dan menimbulkan gangguan pada aktivitas
manusia. (Mawardi dan Sulaeman, 2011).
Dalam keadaan darurat seperti bencana alam akan sangat rentan terjadinya wabah
penyakit akibat terganggunya sistem sanitasi seperti sarana air bersih,
pembuangan tinja, dan limbah. Faktor sanitasi akan sangat bertambah kritis ketika
berinteraksi dengan perilaku atau kebiasaan buruk manusia. Apabila air
kondisinya tidak memenuhi syarat yang ditetapkan untuk di konsumsi manusia
karena tercemar bakteri didukung dengan perilaku manusia yang tidak sehat
seperti pembuangan tinja yang tidak sesuai standar, kebersihan perorangan dan
lingkungan yang jelek, maka dapat menimbulkan wabah penyakit (Sander, 2005).
Kuantitas Air Dengan kondisi banjir akan sangat menyulitkan bagi warga untuk mendapatkan
akses air bersih yang layak karena sistem saluran air bersih tertutup oleh lumpur
ataupun kotoran, terlebih jika penduduk menolak untuk mengungsi dan tetap
tinggal di pemukiman yang terkena bencana. Kondisi sumur penampung air
maupun sumur pompa terendam genangan banjir dalam beberapa hari dapat
menjadi masalah yang sulit diatasi ketika terjadi bencana. Masalah lain yang
timbul adalah ketika di tempat pengungsian tidak tersedia sarana air bersih maupun
sanitasi yang memadai karena sebagaimana biasanya bantuan dari Pemerintah baru
datang 2 sampai 3 hari setelah banjir terjadi, padahal kebutuhan air bersih bagi
pengungsi banjir tidak dapat ditunda. Sementara pada paska banjir sumur gali
ataupun sumur pompa tercemar baik secara kimia maupun bakteriologi.
Kualitas air harus layak dan cukup volumenya untuk digunakan sebagai
keperluan dasar seperti minum, masak, dan mandi tanpa menyebabakan timbulnya
risiko-risiko terhadap kesehatan akibat pencemaran kimiawi atau radiologis dari
penggunaan jangka pendek.
Tolak ukur kunci kualitas air:
Kandungan bakteri dari pencemaran kotoran manusia tidak lebih dari 10
coliform per 100 mili liter pada sumber air yang tidak terdisinfektan, Air harus
didisinfektan lebih dahulu sebelum digunakan sehingga mencapai standar yang
bias diterima (yakni residu klorin pada kran air 0,2 – 0,5 miligram perliter dan
kejenuhan dibawah 5 NTU) untuk air yang disalurkan melalui pipa – pipa kepada
penduduk yang jumlahnya lebih dari 10.000 orang, atau bagi semua pasokan air
pada waktu ada resiko atau sudah ada kejadian perjangkitan penyakit diare, Pada
air yang biasa diminum tidak terdapat dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan
pengguna air, akibat pencemaran kimiawi atau radiologis dari pemakaian jangka
pendek, konduksi tidak lebih dari 2000 jiwa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan banjir secara umum?
2. Apa saja penyebab banjir?
3. Apa prinsip dasar pengolahan air dalam keadaan banjir dan pasca banjir?
4. Di mana mencari sumber air yang sehat?
5. Bagaimana mendatangkan air sehat atau air tangki?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian banjir secara umum
2. Untuk mengetahui penyebab banjir
3. Untuk mengetahui prinsip dasar pengolahan air dalam keadaan banjir dan
pasca banjir
4. Untuk mengetahui sumber air yang sehat
5. Untuk mengetahui cara mendatangkan air sehat atau air tangki
BAB II
PEMBAHASAN
1.diskusi
mengenai
permasalahan
air bersih pada 1.diharapkan
1. Analisis pra ada
saat banjir dan
pelaksanaan peningkatan
identifikasi
terkait dengan pengetahuan
pengetahuan
permasalahan dan
masyarakat
air bersih pada keterampilan
akan teknologi
saat banjir dan masyarakat
pengolahan air.
aspek kualitas dalam
air pada saat 2.praktek penyediaan air
banjir. pengolahan air bersih dari air
banjir menjadi banjir
air baku
1. Besifat tepat guna dan sesuai dengan kondisi,lingkungan fisik, maupun sosial
budaya masyarakat setempat
2. Pengoperasiannya mudah dan sederhana
3. Bahan-bahan yang digunakan mudah dan sederhana
4. Bahan-bahan yang digunakan berharga murah
5. Bahan-bahan yang digunakan tersedia dilokasi dan mudah diperoleh
6. Efektif memiliki daya pembersih yang b esar untuk memurnikan air
D. Mencari sumber air yang sehat
1. Pemanenan air hujan
Pada saat kondisi banjir beberapa sumber air baku seperti sumur, mata air dan
air sungai telah terkena lumpur dan, sementara jika menggunakan air bersih yang
berasal dari PDAM akan sangat terbatas kesediaannya , sebab untuk mengakses
sumber air yang difasilitasi oleh pemerintah akan sulit. Oleh karena itu salah satu
solusi yang dapat diterapkan adalah menggunakan air hujan dengan menggunakan
instalasi yang cukup sederhana dan dapat dirancang sendiri oleh masyarakat
dengan biaya yang terjangkau. Ketersediaan air bersih dari pemanen air hujan
dapat membantu menghindarkan para pengunggsi dari beberapa penyakit
pencernaan, diare, penyakit kulit. Karena biasanya distribusi bantuan air bersih
dari pemerintah datangnya satu dua hari pasca banjir.
Kuantitas air bersih yang berasal dari rainwater harvesting bisa mencapai
kapasitas tampungan antara 500- 750 liter pada tiap tempat pengungsian. Proses
pemanen air hujan alternative yang sangat baik untuk memperoleh air bersih pada
kondisi darurat. Bahkan dapat menggurangi genangan air yang mengakibatkan
banjir serta mempertahankan kualitas dan menigkatkan kuantitas air tanah.
Rangkaian unit sistem pemanen air hujan dapat menggunakan sistem rumah
tangga sehingga peralatan yang digunakan cukup sederhana yang diantaranya
adalah hujan yang mengenai tap rumah kemudian ditangkap oleh talang dan air
hujan dialirkan pada bak tendon dengan memanfaatkan gravitasi. Komponen
tersebut terdiri dari :
a. Atap rumah : unit penangkap air hujan.
b. Talang air : unit proses yang menangkap air dari atap rumah untuk kemudian
dialirkan melalui pipa.
c. Filter : unit yang berfungsi menyaring air hujan, unit ini terbuat dari pipa
penyaring.
d. Pipa connection : material ini terbuat dari pipa PPC yang menghubungkan
talang ke wadah atau tendon.
e. Tendon penampung : sebagai wadah tampungan air, wadah ini dapat terbuat
dari drum atau tong bekas.
f. Sumur resapan : tanah yang digali menyerupai pembuatan sumur kemudian
diisi dengan batu kecil, memiliki manfaat sebagai tempat untuk menampung
luapan air dari tandon yang berlebihan untuk kemudian dimasukkan ke dalam
tanah agar tanah terisi oleh air hujan.
Sistem ini sangat tepat digunakan pada wilayah rawan banjir pada saat
maupun pasca bencana banjir untuk mendapatkan sumber air bersih yang
kualitasnya terjaga apabila air banjir yang resiko tercemar.
A. Kesimpulan
- Prinsip Dasar Pengolahan Air Dalam Keadaan Banjir dan Pasca Banjir.
Besifat tepat guna dan sesuai dengan kondisi,lingkungan fisik, maupun
sosial budaya masyarakat setempat, Pengoperasiannya mudah dan
sederhana, Bahan-bahan yang digunakan mudah dan sederhana, Bahan-
bahan yang digunakan berharga murah , Bahan-bahan yang digunakan
tersedia dilokasi dan mudah diperoleh , Efektif memiliki daya pembersih
yang besar untuk memurnikan air.
- Mencari sumber air yang sehat dengan cara memanen air hujan, menggolah
air banjir menjadi air baku dengan cara kogulasi, pengendapan, dan filtrasi.
- Mendatangkan air bersih dengan cara, mendatngkan PDAM dan Prototipe
Unit Instalasi air bersi dan Air Minum Sistem Mobile
B. Saran
Situasi darurat bencana alam merupakan situasi yang membutuhkan
kesiagaan dan kesiapan, maka diharapkan masyarakat mampu mengatasi situasi
darurat dengan melakukan program pengolahan air bersih secara sederhana
sehingga masyarakat dapat tau cara menyediakan atau memenuhi kebutuhan air
bersih sendiri pada saat banjir melanda. Dan juga badan nasional penanggulangan
bencana (BNPB) & Basarnas diharapkan dapat bergerak cepat dalam mengatasi
bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Muslimah Nur Addinia. 2017. Pengolahan Dasar Air Minum Dalam Bencana
Banjir.
Online : Diakses : 20 November 2019.
https://www.scribd.com/document/366434524/Kelompok-2-Pengolahan-
Dasar-Air-Minum-Dalam-Bencana-Banjir.
Tawakal Iiham Afrizal. 2017. Sistem Perencanaan Air Bersih dan Sanitasi Pada
Keadaan Darurat Akibat Banjir.
Online : Diakses : 19 November 2019.
https://www.academia.edu/38095210/SISTEM_PERENCANAAN_AIR_B
ERSIH_DAN_SANITASI_PADA_KEADAAN_DARURAT_AKIBAT_B
ANJIR.
Dwiratna Sophia, dkk. 2018. Pemberdayaan Mayarakat Dalam Pengolahan Air
Banjir Menjadi Air Baku di Daerah Rawan Banjir.
Online : Diakses : 20 November 2019.
file:///C:/Users/acer/Downloads/11444-46787-1-PB%20(8).pdf