Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KLINIK SANITASI

‘’MAKALAH MALARIA’’

DISUSUN OLEH:

1. RAHAYU PUTRI DEWANTY 20170711014117


2. GRACE RUMBIAK

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

PAPUA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayahnya makalah ini dapat dibuat. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah kewirausahaan yang diampu oleh Ibu Novi. Tidak lupa diucapkan lupa terima
kasih kepada teman-teman dan keluarga yang selalu mendukung saya dalam menyelesaikan
makalah.

Saya menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini dan hasil dari makalah terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Sehingga saya sangat membuka bagi siapa pun yang ingin
memberikan kritik dan saran yang membangun bagi saya. Saya berharap dengan selesainya
makalah dengan judul “MALARIA’’dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, amin.

Jayapura, 19 Maret 2020

Penyusun
DAFATAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFATAR ISI...........................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
LATARBELAKANG..............................................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH........................................................................................................................5
TUJUAN.................................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................6
MALARIA..............................................................................................................................................6
CARA PENULARAN MALARIA..........................................................................................................7
FAKTOR RISIKO MALARIA...............................................................................................................9
PENGENDALIAN ATAU PENCEGAHAN MALARIA.....................................................................14
BAB III......................................................................................................................................................18
PENUTUP.................................................................................................................................................18
KESIMPULAN.....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Malaria adalah suatu penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles
betina, menyerang manusia di seluruh negara dunia. Penyakit malaria sudah diketahui
sejak zaman Yunani, namun penyebabnya baru diketahui pada tahun 1880 oleh Laveran.
Ia melihat ada sesuatu yang berbentuk pisang dalam darah penderita malaria. Penemuan
lebih dimaksimalkan hasilnya oleh Ross pada tahun 1897, bahwa malaria ditularkan oleh
nyamuk-nyamuk yang hidup di rawa-rawa.
Malaria merupakan salah satu penyakit yang tidak pernah hilang (emerging) yang
menunjukkan kecenderungan meningkatnya kasus di beberapa negara. Kejadian Luar
Biasa (KLB) malaria terjadi hampir di tiap benua dan telah meningkatkan tidak hanya
gangguan kesehatan masyarakat tetapi menimbulkan kematian, menurunnya produktifitas
kerja, dan dampak ekonomi lainnya termasuk menurunnya pariwisata. Peningkatan
penularan malaria sangat terkait dengan iklim baik musim hujan maupun musim kemarau
dan pengaruhnya bersifat lokal spesifik. Pergantian musim akan berpengaruh baik
langsung maupun tidak langsung terhadap vektor pembawa penyakit. Pergantian global
iklim yang terdiri daritemperatur, kelembaban, curah hujan, cahaya dan pola tiupan angin
mempunyai dampak langsung pada reproduksi vektor, perkembangannya
Berdasarkan laporan WHO (2000), terdapat lebih dari 2400 juta penduduk atau 40%
penduduk dunia tinggal di daerah endemis malaria. Sementara, prevalensi penyakit
malaria di seluruh dunia diperkirakan antara 300 - 500 juta penduduk setiap tahun. Dari
300 - 500 juta kasus klinis malaria di dunia, terdapat sekitar 3 juta kasus malaria berat
(malaria komplikasi) dan kematian akibat malaria. Kasus paling banyak disebabkan oleh
Plasmodium falciparum, yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian tinggi dan
memberi kerugian sosio-ekonomi yang tak terhingga bagi banyak manusia di dunia
Kawasan Indonesia Timur sebagian dilanda penyakit malaria yang sering terjadi
KLB. Provinsi Papua yang terletak paling timur kawasan Indonesia merupakan daerah
endemis malaria, angka kesakitan menempati urutan pertama dari 10 besar penyakit. Di
Papua terdapat 2 spesies nyamuk Anopheles telah diketahui menyebar di seluruh
kabupaten yaitu spesies An.farauti, dan An.punctulatus. Mobilisasi penduduk luar yang
masuk ke daerah ini dalam jumlah yang besar dan bersamaan seperti transmigrasi
terencana dan spontan mempunyai risiko besar tertular malaria. Adanya perubahan iklim,
pembakaran hutan, dan pesatnya proses pembangunan menyebabkan penyebaran
penyakit ini semakin meluas. Lingkungan fisik, kimia dan biologi daerah ini yang terdiri
dari rawa-rawa dan hutan. Angka Annual Parasite Incidence (API) di Papua pada tahun
2005 adalah 70%8. Pada tahun 2004, tingkat malaria tertinggi berada pada Kabupaten
Mimika (API = 226 / 1000 penduduk), Keerom (API = 217 / 1000 penduduk), Biak
Numfor (API = 202 / 1000 penduduk), Jayapura (API = 166 / 1000 penduduk), menyusul
Sarmi, Nabire, Boven Digul, dan kabupaten yang lain. Tahun 2005, tingkat malaria
tertinggi berada di Kabupaten Biak Numfor (API = 298 / 1000 penduduk), Keerom (API
= 216 / 1000 penduduk), Jayapura (API = 163 / 1000 penduduk), menyusul Yapen
Waropen, Sarmi, Mimika, dan kabupaten yang lainnya. Malaria yang disebabbkan oleh
Plasmodium falciparum lebih dominan dibanding Plasmodium vivax dibeberapa
Kabupaten.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi malaria ?
2. Apa faktor risiko dari malaria ?
3. Bagaimana cara penularan malaria ?
4. Bagaimana penanggulangan atau pencegahan malaria ?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi malaria
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor risiko dari malaria
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara penularan malaria
4. Mahasiswa dapat mengetahui penanggulangan atau pencegahan malaria
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. MALARIA
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa dari genus
Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh P. malariae, P.vivax, P.
falciparum dan P. ovale. Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina dari
Anopheles, sehingga terjadi infeksi pada sel darah merah oleh Plasmodium yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles, transfusi darah, dan suntikan dengan jarum
yang sebelumnya telah digunakan oleh penderita malaria. Pada tubuh manusia, parasit
membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati dan kemudian menginfeksi sel darah
merah. . Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area
(udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang
mengeluarkan bau busuk.
Menurut Achmadi (2010) di Indonesia terdapat empat spesies Plasmodium, yaitu:
1. Plasmodium vivax, plasmodium ini menyebabkan tertianabenigna, memiliki distribusi
geografis terluas, mulai dari wilayah beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropik.
Demam terjadi setiap 48 jam atau setiap hari ketiga, pada siang atau sore. Masa
inkubasi Plasmodium vivax antara 12 sampai 17 hari dan salah satu gejala adalah
pembengkakan limpa atau splenomegali.
2. Plasmodium falciparum, plasmodium ini merupakan penyebab malaria tropika, secara
klinik berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria celebral dan fatal.
Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal
linu, demam tidak begitu nyata, serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal.
3. Plasmodium ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab Plasmodium ovale adalah
12 sampai 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh
sendiri.
4. Plasmodium malariae, merupakan penyebab malaria quartana yang memberikan gejala
demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah gunung,
dataran rendah pada daerah tropik, biasanya berlangsung tanpa gejala, dan ditemukan
secara tidak sengaja. Namun malaria jenis ini sering mengalami kekambuhan
(Achmadi, 2010).
Penyakit malaria juga dapat dikatakan sebagai penyakit yang muncul kembali
(reemerging disease). Hal ini disebabkan oleh pemanasan global yang terjadi karena
polusi akibat ulah manusia yang menghasilkan emisi dan gas rumah kaca, seperti CO2,
CFC, CH3, NO, Perfluoro Carbon dan Carbon Tetra Fluoride yang menyebabkan
atmosfer bumi memanas dan merusak lapisan ozon, sehingga radiasi matahari yang
masuk ke bumi semakin banyak dan terjebak di lapisan bumi karena terhalang oleh
rumah kaca, sehingga temperatur bumi kian memanas dan terjadilah pemanasan global
(Soemirat, 2004).

B. CARA PENULARAN MALARIA


Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam
yaitu :
1. Penularan secara alamiah (natural infection)
Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang lebih
ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi vector
penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium. Sebagian besar
spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vector mempunyai
waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang pajar. Setelah nyamuk
Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit pada stadium seksual
(gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk
yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada
lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut siap
untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada dalam tubuh
nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebut terinfeksi lalu
menjadi sakit.
Secara sederhana dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Digigit
Orang sakit Nyamuk malaria
malaria (belum terinfeksi)

Menjadi Menjadi

Menggigit
Orang tidak sakit Nyamuk malaria terinfeksi
malaria (mengandung sporozoid)

Gambar. Cara penularan malaria secara alamiah (Depkes RI, 2003)

2. Penularan tidak alamiah (not natural infection)


a. Malaria bawaan
Terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria.
Penularannya terjadi melalui tali pusat atau plasenta (transplasental). Penularan
terjadi karena adanya kelainan sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang
infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.
b. Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik. Penularan
melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang menggunakan jarum
yang tidak steril lagi, penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intravena
dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa
pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposable).

C. FAKTOR RISIKO MALARIA


Secara Epidemiologi, penyakit timbul akibat adanya tiga faktor penting, yaitu faktor
Host (penjamu), factor Agent (penyebab), dan faktor Environment (lingkungan). Ketiga
faktor tersebut berinteraksi secara dinamis dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Sedangkan menurut teori Hendrik L. Blum (1974), ada empat faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan
kesehatan, dan faktor genetic atau keturunan.
1. Faktor Host
a. Perilaku
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku dapat menjadi salah satu
faktor penyebab terjadinya Malaria. Penelitian – peneltian tersebut dilakukan
dengan menggunakan desain cross sectional (Jane et al. (2015), Mulyono et al.
(2013), Ernawati et al. (2011)). Faktor perilaku yang menjadi faktor risiko
terjadinya Malaria ialah:
1) Kebiasaan keluar rumah
Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana
vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan
nyamuk. Kebiasaan penduduk berada di luar rumah pada malam hari dan
juga tidak berpakaian berhubungan dengan kejadian malaria.
2) Kebiasaan Menggantung Pakaian di dalam Ruangan
Kebiasaan menggantung pakaian dapat digunakan sebagai tempat
persembunyian nyamuk sehingga meningkatkan potensi kontak antara nyamuk
dengan manusia (Nurbayani, 2013). Kebiasaan menggantung pakaian ini
merupakan salah satu faktor yang meningkatkan insiden malaria.
3) Kebiasaan memakai kelambu
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemakaian kelambu secara
teratur pada waktu tidur malam hari mengurangi kejadian malaria. Menurut
penelitian Piyarat (1986), penduduk yang tidak menggunakan kelambu
secara teratur mempunyai risiko kejadian malaria 6,44 kali dibandingkan
dengan yang menggunakan kelambu. terkena malaria 2,8 kali di bandingkan
dengan yang menggunakan kelambu saat tidur.
4) Kebiasaan memakai Obat anti nyamuk
Kegiatan ini hampir seluruhnya dilaksanakan sendiri oleh masyarakat
seperti menggunakan obat nyamuk bakar, semprot, oles maupun secara
elektrik. Penelitian Subki (2000), menyatakan bahwa ada hubungan antara
penggunaan obat anti nyamuk dengan kejadian malaria (p=0.001).
b. Pekerjaan
Hutan merupakan tempat yang cocok bagi peristirahatan maupun
perkembangbiakan nyamuk (pada lubang di pohon-pohon) sehingga
menyebabkan vektor cukup tinggi. Menurut Manalu (1997), masyarakat yang
mencari nafkah ke hutan mempunyai risiko untuk menderita malaria karena
suasana hutan yang gelap memberikan kesempatan nyamuk untuk menggigit.
Penelitian Subki (2000), menyebutkan ada hubungan bermakna antara
pekerjaan yang berisiko (nelayan, berkebun) dengan kejadian malaria sebesar
2,51 kali dibandingkan yang tidak berisiko (pegawai, pedagang) (p=0,007).
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
tentang penyakit malaria dan cara berpikir seseorang dalam penerimaan penyuluhan
dan cara pengendalian yang dilakukan. Pengetahuan yang dimiliki seseorang
biasanya akan mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang melalui perilaku. Sikap
hidup seseorang yang tanggap dalam masalah kesehatan akan mengurangi risiko
ketularan penyakit (Admiral, 2010).

2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Fisik

1) Suhu udara
Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau
masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin
pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu makin
panjang masa inkubasi ekstrinsik. Pada suhu 26,7oC masa inkubasi ekstrinsik
pada spesies Plasmodium berbeda-beda yaitu P.falciparumI 10 samapi 12 hari,
P.vivax 8 samapi 11 hari, P.malariae 14 hari P.ovale 15 hari. Menurut Chwatt
(1980), suhu udara yang optimum bagi kehidupan nyamuk berkisar antara 25-30 o
C . Menurut penelitian Barodji (1987) bahwa proporsi tergigit nyamuk
Anopheles menggigit adalah untuk di luar rumah 23-24oC dan di dalam rumah
25-26oC sebagai suhu optimal.
2) Kelembaban udara
Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk.
Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan
menggigit, istirahan, dan lain-lain dari nyamuk. Tingkat kelembaban 60%
merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk.
Pada kelembaban yang tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering
menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria. Menurut penelitian
Barodji (1987) menyatakan bahwa nyamuk Anopheles paling banyak
menggigit di luar rumah pada kelembaban 84-88%dan di dalam rumah 70-
80%.
3) Ketinggian
Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin
bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada
ketinggian di atas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Ketinggian paling
tinggi masih memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m di atas
permukaan laut.
4) Angin
Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang
merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau keluar rumah, adalah
salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak antara manusia
dengan nyamuk. Jarak terbang nyamuk (flight range) dapat diperpendek atau
diperpanjang tergantung kepada arah angin. Jarak terbang nyamuk
Anopheles adalah terbatas biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat
perindukannya. Bila ada angin yang kuat nyamuk Anopheles bisa terbawa
sampai 30 km.

5) Hujan
Hujan berhubungan dengan perkembangan larva nyamuk menjadi
bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan,
derasnya hujan, jumlah hari hujan jenis vektor dan jenis tempat
perkembangbiakan (breeding place). Hujan yang diselingi panas akan
memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles.
6) Sinar matahari
Sinar matahari memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada spesies
nyamuk. Nyamuk An. aconitus lebih menyukai tempat untuk berkembang
biak dalam air yang ada sinar matahari dan adanya peneduh. Spesies lain
tidak menyukai air dengan sinar matahari yang cukup tetapi lebih menyukai
tempat yang rindang, Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva
nyamuk berbeda-beda. An. sundaicus lebih suka tempat yang teduh, An.
hyrcanus spp dan An. punctulatus spp lebih menyukai tempat yang terbuka,
dan An. barbirostris dapat hidup baik di tempat teduh maupun yang terang.
7) Arus air
An. barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis / mengalir
lambat, sedangkan An. minimus menyukai aliran air yang deras dan An.
letifer menyukai air tergenang. An. maculatus berkembang biak pada
genangan air di pinggir sungai dengan aliran lambat atau berhenti. Beberapa
spesies mampu untuk berkembang biak di air tawar dan air asin seperti
dilaporkan di Kecamatan Tanjung Bunga, Flores Timur, NTT bahwa An.
subpictus air payau ternyata di laboratorium mampu bertelur dan berkembang
biak sampai menjadi nyamuk dewasa di air tawar seperti nyamuk Anopheles
lainnya.
8) Keadaan dinding
Keadaan rumah, khususnya dinding rumah berhubungan dengan
kegiatan penyemprotan rumah (indoor residual spraying) karena insektisida
yang disemprotkan ke dinding akan menyerap ke dinding rumah sehingga
saat nyamuk hinggap akan mati akibat kontak dengan insektisida tersebut.
Dinding rumah yang terbuat dari kayu memungkinkan lebih banyak lagi
lubang untuk masuknya nyamuk. Penelitian Yoga (1999) menyatakan bahwa
penduduk dengan rumah yang dindingnya banyak berlubang berisiko sakit
malaria 18 kali di banding dengan rumah penduduk yang mempunyai
dinding rapat.

9) Pemasangan kawat kasa


Pemasangan kawat kasa pasda ventilasi akan menyebabkan semakin
kecilnya kontak nyamuk yang berada di luar rumah dengan penghuni
rumah, dimana nyamuk tidak dapat masuk ke dalam rumah. Menurut
Davey (1965) penggunaan kasa pada ventilasi dapat mengurangi kontak
antara nyamuk Anopheles dan manusia48. Hasil penelitian Rizal (2001)
menyebutkan bahwa masyarakat yang rumahnya tidak terlindung dari
nyamuk mempunyai risiko 2,41 kali untuk tertular malaria dibandingkan
dengan rumah yang terlindung dari nyamuk.

b. Lingkungan Kimia
Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar
garam dari tempat perkembangbiakan. Sebagai contoh An. sundaicus tumbuh
optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12 – 18% dan
tidak dapat berkembang biak pada kadar garam 40% ke atas, meskipun di
beberapa tempat di Sumatera Utara An. sundaicus sudah ditemukan pula dalam
air tawar. An. letifer dapat hidup ditempat yang asam/pH rendah.

c. Lingkungan Biologi
1) Tempat perkembangbiakan nyamuk
Adanya danau air payau, genangan air, pesawahan, tambak ikan dan
pertambangan di suatu daerah akan menimbulkan penyakit Malaria karena
tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk Malaria (Prabowo,
2004). tempat potensial yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk ialah:
Sungai yang jernih dengan aliran air perlahan, Kolam dengan air jenih, Mata air
yang jernih, Lagun, Genangan atau cekungan air, Sawah, Saluran irigasi dengan
aliran lambat, Danau, Tambak ikan, tambak udang, Pertambangan, Hutan bakau,
dll.
2) Tempat Peristirahatan Nyamuk
Tempat peristirahatan nyamuk telah dibuktikan berhubungan dengan
kejadian Malaria, tempat tersebut antara lain ialah semak - semak, kebun,
rumpun bambu, rembulung. Kodongan et al. (2015) menyebutkan bahwa
kejadian Malaria di desa Ranoketang Tua berhubungan dengan adanya semak -
semak di sekitar rumah warga. Warga yang tinggal di sekitar semak - semak
memiliki risiko 3,188 kali menderita penyakit Malaria dibandingkan dengan
warga yang tidak tinggal di sekitar semak - semak.
3) Keberadaan Tumbuhan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Larva
Tumbuhan bakau, lumut dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi
pertumbuhan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi
diri dari serangan makhluk hidup lain (Arsin, 2012).

d. Lingkungan Sosial

Berbagai kegiatan seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan,


pertambangan dan pembangunan pemukiman baru akibat perpindahan penduduk
juga sering mengakibatkan perubahan lingkungan sehingga penularan Malaria
dapat terjadi (Muslim, dkk, 2011). Pada tahun 2011 terjadi peningkatan kasus
Malaria di Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan, setelah dilakukan penelitian
oleh Indriyati and Waris (2012) dapat disimpulkan bahwa penularan Malaria di
daerah tersebut disebabkan oleh pembukaan lahan hutan menjadi pemukiman baru
oleh masyarakat setempat.

D. PENGENDALIAN ATAU PENCEGAHAN MALARIA


perilaku dalam pengendalian malaria keberhasilan upaya pencegahan dan
pengobatan penyakit tergantung pada kesediaan orang yang bersangkutan untuk
melaksanakan dan menjaga perilaku sehat. Mantra (1997), membedakan perilaku
individu atas 3 jenis, yaitu, perilaku ideal (ideal behaviour), perilaku sekarang (current
behaviour) dan perilaku yang diharapkan (expected behaviour).
1. Pencegahan Primer
a. Tindakan terhadap manusia
- Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan
kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis.
Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria,
risiko terkena malaria, dan yang terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda
malaria, pengobatan malaria, pengetahuan tentang
- Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan memberikan penyuluhan
pada masyarakat tentang cara pencegahan malaria.
- Proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigitan nyamuk
dengan menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan kelambu, memakai
obat penolak nyamuk, dan menghindari untuk mengunjungi lokasi yang rawan
malaria.
- Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas diluar rumah mulai senja
sampai subuh di saat nyamuk anopheles umumnya menggigit.
b. Kemoprofilaksis (tindakan terhadap plasmodium sp)
Walaupun upaya pencegahan nyamuk cukup efektif mengurangi paparan
dengan nyamuk, namun tidak dapat menghilangkan sepenuhnya risiko terkena
infeksi. Diperlukan upaya tambahan, yaitu kemoprofilaksis untuk mengurangi
risiko jatuh sakit jika telah digigit nyamuk infeksius. Beberapa obat-obat
antimalaria yang saat ini digunakan sebagai kemoprofilaksis adalah klorokuin,
meflokuin (belum tersedia di Indonesia), doksisiklin, primakuin dan sebagainya.
Dosis kumulatif maksimal untuk pengobatan pencegahan dengan klorokuin pada
orang dewasa adalah 100 gram basa.
c. Tindakan terhadap vector
- Pengendalian secara mekanis, sarang atau tempat berkembang biak serangga
dimusnahkan misalnya dengan mengeringkan genangan air yang menjadi
sarang nyamuk. Termasuk dalam pengendalian ini adalah mengurangi kontak
nyamuk dengan manusia misalnya memberi kawat nyamuk pada jendela dan
jalan angin lainnya.
- Pengendalian secara biologis, dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup
yang bersifat parasitik terhadap nyamuk atau penggunaan hewan predator atau
pemangsa serangga. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, melakukan
radiasi terhadap nyamuk jantan sehingga steril dan tidak mampu membuahi
nyamuk betina. Pada saat ini sudah dapat dibiakkan dan diproduksi secara
komersial berbagai mikroorganisme yang merupakan parasit nyamuk. Bacillus
thuringiensis merupakan salah satu bakteri yang banyak digunakan, sedangkan
Heterorhabditis termasuk golongan cacing nematode yang mampu
memberantas serangga.
- Pengendalian secara kimiawi, adalah pengendalian serangga menggunakan
insektisida. Dengan ditemukannya berbagai jenis bahan kimia yang bersifat
sebagai pembunuh serangga yang dapat diproduksi secara besar-besaran, maka
pengendalian serangga secara kimiawi berkembang pesat.
2. Pencegahan Sekunder
a. Pencarian penderita malaria
Pencarian secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan dini
penderita malaria dengan dilakukan pengambilan slide darah dan konfirmasi
diagnosis (mikroskopis atau Rapid Diagnosis Test) dan secara pasif dengan cara
melakukan pencatatan dan pelaporan kunjungan kasus malaria.
b. Diagnosa dini
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat dari penderita
tentang keluhan utama (demam, menggigil, berkeringat, dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal), riwayat berkunjung
dan bermalam1-4 minggu yang lalu ke daerah endemis malaria, riwayat tinggal di
daerah endemis malaria, riwayat sakit malaria, riwayat minum obat malaria satu
bulan terakhir, riwayat mendapat tranfusi darah. Selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan fisik berupa:
- Demam (pengukuran dengan thermometer ≥ 37,50C)
- Anemia
- Pembesaran limpa (splenomegali) atau hati (hepatomegali).
c. Pengobatan yang tepat dan adekuat Berbeda dengan penyakit lainnya, malaria
tidak dapat disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-
gejala penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit
dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup.
3. Pencegahan Tersier
a. Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria
Kematian pada malaria pada umunya disebabkan oleh malaria berat karena infeksi
P. falciparum. Manifestasi malaria berat dapat bervariasi dari kelainan kesadaran
sampai gangguan fungsi organ tertentu dan gangguan metabolisme. Prinsip
penanganan malaria berat:
- Pemberian obat malaria sedini mungkin
- Penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap gangguan
fungsi ginjal, pemasangan ventilator pada gagal nafas.
- Tindakan suportif berupa pemberian cairan serta pemantauan tanda vital
untuk mencegah memburuknya fungsi organ vital.
b. Rehabilitasi mental/psikologis Pemulihan kondisi penderita malaria, memberikan
dukungan moril kepada penderita dan keluarga di dalam pemulihan dari penyakit
malaria, melaksanakan rujukan pada penderita yang memerlukan pelayanan
tingkat lanjut.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa dari genus
Plasmodium. Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh P. malariae, P.vivax, P.
falciparum dan P. ovale.
2. Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu :
Penularan secara alamiah (natural infection) Malaria ditularkan oleh nyamuk
Anopheles, Penularan tidak alamiah (not natural infection) malaria bawaan dari ibu
ke bayi dan secara mekanik melalui transfusi darah dan jarum suntik
3. Faktor resiko malaria :
- faktor lingkungan (suhu udara, kelembaban udara, ketinggian, angin, hujan, sinar
matahari, arus air, tempat perkembangbiakan nyamuk, pemasangan kawat kasa)
- Faktor lingkungan biologi (ganggang dan berbagai tumbuhan laut)
- faktor lingkungan sosial ekonomi dan biologi (kebiasaan keluar rumah,
pekerjaan, pendidikan).
4. Pengendalian atau pencegahan malaria :
- tindakan terhadap manusia : melakukan kegitan kewaspadaan dini, dengan
membeikan penyuluhan, menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan
pakaian lengkap, tidur menggunakan kelambu, memakai obat penolak nyamuk
- Pengendalian secara mekanis, sarang atau tempat berkembang biak serangga
dimusnahkan misalnya dengan mengeringkan genangan air yang menjadi sarang
nyamuk.
- Pengendalian secara biologis, dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup
yang bersifat parasitik terhadap nyamuk atau penggunaan hewan predator atau
pemangsa serangga.
- Pengendalian secara kimiawi, adalah pengendalian serangga menggunakan
insektisida.
DAFTAR PUSTAKA

Sang Gede Purnama . 2016. Penyakit Berbasis Lingkungan.

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/e1cf67b8122c12a4d2a95d6ac50137ff.p

df

Andi Arsuanan Arsin. 2012. Malaria Di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi. Masagena Press,

Makassar

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3109/MALARIA_Layout.pdf?

sequence=1

Ikrayama Babba. 2007. Faktor-faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Malaria. Universitas

Diponegoro, Semarang.

https://core.ac.uk/download/pdf/11717456.pdf

Hermendo. 2008. Faktor Resiko Kejadian Malaria. Universitas Diponegoro, Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/17514/1/HARMENDO.pdf

Ika Nur Atikoh. 2014. Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37959/1/IKA%20NUR%20ATIKOH-

FKIK.pdf

Anda mungkin juga menyukai