Anda di halaman 1dari 17

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

“TOKSIKOLOGI KLINIK”

Dosen Pengampu : Erich C. Wayangkau, SKM, M. Kes

Nama Kelompok 5 :

1. SINDHY AYU PATINGGI


2. RAHAYU PUTRI DEWANTY

PEMINATAN : KESLING

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaiakan tugas makalah dengan judul
‘’MAKALAH TOKSIKOLOGI KLINIK”. Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
dalam mata kuliah TOKSIKOLOGI. Atas bimbingan bapak/ibu dosen maka disusunlah tugas
makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kami
semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kelompok kami di perkuliahan. Tugas makalah
ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak,
maka kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam menyusun tugas
makalah ini kami telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat tugas makalah
yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini,
oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar tugas makalah ini dan kami berharap semoga tugas makalah
ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Amin

Jayapura, 4 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................... Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................. Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
LATAR BELAKANG .............................................................................................................................. 4
TUJUAN ................................................................................................................................................... 5
MANFAAT ............................................................................................................................................... 5
BAB II............................................................................................................ Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ Error! Bookmark not defined.
TOKSIKOLOGI ....................................................................................................................................... 6
KLINIK ..................................................................................................................................................... 6
AWAL MULANYA TERJADI PENCEMARAN.................................................................................... 6
JENIS TOKSIK YANG DIHASILKAN .................................................................................................. 7
DAMPAK TOKSIKOLOGI BAGI LINGKUNGAN ............................................................................. 8
DAMPAK TOKSIKOLOGI BAGI KESEHATAN MANUSIA ............................................................ 9
UPAYA PENCEGAHAN DAMPAK TOKSIK BAGI LINGKUNGAN . Error! Bookmark not defined.
UPAYA PENCEGAHAN DAMPAK TOKSIK BAGI KESEHATAN MANUSIA .............................. 13
BAB III .......................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENUTUP ..................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 14
SARAN ................................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan pembangunan pada berbagai sektor nantinya dapat memberikan
dampak positif (keuntungan) maupun dampak negatif (merugikan) pada lingkungan yang
akhirnya memberikan dampak negative pada kesehatan maupun kerusakan lingkungan.
Adapun yang dimaksud dengan sehat menurut WHO (1948) adalah keadaan fisik, mental
dan sosial yang sempurna dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacadan.
klinik merupakan institusi pelayanan bidang kesehatan dengan bidang preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun promotif. Kegiatan dari rumah
sakit menghasilkan limbah baik itu limbah padat, limbah cair maupun gas. Limbah cair
klinik merupakan limbah infeksius yang masih perlu pengelolaan sebelum dibuang ke
lingkungan, hal ini dikarenakan limbah dari kegiatan rumah sakit tergolong limbah B3
yaitu limbah yang bersifat infeksius, radioaktif, korosif dan kemungkinan mudah
terbakar. Selain itu, karena kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka klinik
menjadi sumber segala macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat pula
sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni, dipergunakan dan dikunjungi
oleh orang-orang yang rentan dan lemah terhadap penyakit. limbah cair yang berisi zat
kimiawi tidak akan mampu dinetralisir dengan baik sehingga sangat membahayakan
warga sekitar rumah sakit. Kandungan penyakit utamanya meresap melalui tanah dan
langsung tertuju ke dalam sumur yang lazim dijadikan sumber konsumsi air.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui awal mulanya terjadi pencemaran
2. Untuk mengetahui jenis toksik yang dihasilkan
3. Untuk mengetahui dampak toksikologi bagi lingkungan (air, tanah, udara)
4. Untuk mengetahui Dampak toksikologi bagi kesehatan manusia
5. Untuk mengetahui pencegahan dampak toksik bagi lingkungan
6. Unruk mengetahui pencegahan dampak toksik bagi kesehatan manusia

C. MANFAAT
Dapat mengetahui toksik yang dihasilkan oleh klinik dan dapat mengetahui cara
pencegahannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TOKSIKOLOGI
Istilah Toksikologi awalnya berasal dari bahasa latin yaitu “toxon” yang artinya
racun, sedangkan ilmu pengetahuan dikenal dengan kata “logos”. (Toxicology).
Secara etimology Toksikologi terbagi dari dua kata : ilmu tentang racun.
Toksikologi juga didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari efek-efek merugikan dari
suatu zat. (Nelwan, 2010.). Toksikologi merupakan ilmu atau pemahaman tentang
pengaruh berbagai macam zat-zat kimia yang merugikan bagi kelangsungan hidup
makhluk hidup.

B. KLINIK
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 9 tahun 2014, klinik adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang
menyediakan pelayanan medis dasar atau spesifik. Berdasarkan jenis pelayanan klinik
dibagi menjadi 2 jenis yaitu klinik pertama dan klinik utama. toksikologi klinik berupa
analisis kualitatif maupun kuantitatif

C. AWAL MULANYA TERJADI PENCEMARAN


Awalmulanya terejadi pencemaran diklinik yaitu Tidak adanya SOP yang
menyebabkan pengelolaan limbah medis kurang terstruktur dengan baik, tidak adanya
penyediaan sarana dan tidak adanya petugas yang menangani pemusnahan limbah
tersebut sehingga limbah-limbah klinik tersebut di buang sembarangan tanpa melalui
pengolahan terlebih dahulu.
Tidak dilakukan pengawasan secara berkala juga menyebabkan timbulnya ketidak
sesuaian pada pelaksanaan pengelolaan limbah medis. Kunjungan pasien yang tinggi
membuat dokter gigi terfokus pada pengerjaan pasien dan kurang fokus terhadap
pemilahan limbah medis selama pengerjaan pasien tersebut.
D. JENIS TOKSIK YANG DIHASILKAN
Berbagai material/ bahan yang digunakan klinik dokter gigi pada akhirnya akan
menjadi limbah yang harus dikelola dengan benar sesuai dengan karakteristiknya. Berikut
beberapa contoh bahan maupun obat yang biasa digunakan oleh dokter gigi dalam
pelayanannya antara lain :
1. Bahan tumpat: Amalgam-mercury, composite resin, glass ionomer, logam mulia Au,
Ag, Pd dan Zinc Oxide
2. Bahan crown: logam mulia, Ag, Akrilik, ceramic
3. Dental film: Developer X-ray (mengandung hydroquinone, Pb)
4. Bahan irigasi: Sodium hipoklorit (NaOCl 2,5%), Chlor Hexidin (CHX 0,2%), H2O2
3%
5. Rubber: sarung tangan, rubber dam
6. Masker
7. Jarum suntik, jarum endodontik, spuit, dll
8. Alat pemanas: pemotong guttap point, pelunak guttap point
9. Obat-obat endodontik : Arsen, formaldehid,dll
10. Sinar : Halogen, laser,dll
Limbah pelayanan klinik gigi mencakup limbah infeksius dan limbah kimia yang
berbahaya bagi lingkungan jika tidak dikelola secara benar. Limbah infeksius berpotensi
menyebabkan penularan penyakit jika dibuang sembarangan. Beberapa potensi bahaya
yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia pada kedokteran gigi antara lain :

1. Limbah amalgam. Merkuri sebagai bahan pencampur amalgam merupakan bahan toksik.
Kandungan merkuri dalam amalgam 40- 50%. Terbuangnya limbah merkuri ke aliran
limbah dapat merugikan lingkungan kalau tidak diperhatikan. Limbah amalgam tersebut
berasal dari: Scrap-amalgam, amalgam kapsul (kosong, bocor atau tidak dapat dipakai),
amalgam dari gigi yang dicabut, pecahan amalgam berasal dari cairan yang mengendap
di unit, amalgam yang menempel di amalgam separator.
2. Limbah bahan kimia untuk fiksasi, developer dan cleaner pada pencucian foto rontgen.
a. Bahan fiksasi film X-ray adalah larutan yang tertinggi pada proses pencucian film X
ray, merupakan limbah yang toksik karena kandungan silver yang tinggi
b. Bahan developer x-ray dilarang dibuang sembarangan mengingat kandungan
hydroquinone yang merupakan limbah berbahaya
c. X-ray cleaner merupakan limbah berbahaya bila mengandung chromium
d. Bungkus film X-ray yang mengandung Pb, dapat dilebur. Karenanya bahan ini
menjadi limbah yang tidak berbahaya bila dalam bentuk scrap metal
e. Film x-ray sendiri termasuk limbah berbahaya karena kandungan silvernya. Untuk
mengindari limbah berbahaya dari X-ray tersebut dianjurkan menggunakan alat
digital X-ray]
3. Limbah bahan sterilisasi alat kedokteran gigi merupakan limbah berbahaya apabila
mengandung alkohol, glutaraldehyde dan bahan berbahaya lain, seperti ortho-
phthaldehyde (OPA). Untuk mensterilisasi ditambah glycine. Cairan bleaching
merupakan limbah yang berbahaya apabila konsentrasinya tinggi. Penurunan konsentrasi
kurang dari 1% tidak membahayakan.
4. air limbah gigi dapat menghasilkan merkuri hingga 4,5 gram / hari / dokter gigi dan
sekitar 100-200 g dari merkuri per tahun
5. gypsum dilarang dibuang ditempat pembuangan sampah umum dan harus dilakukan
pemisahan dengan sampah lainnya. Hal ini disebabkan karena limbah gypsum akan
menghasilkan gas hidrogen sulfida (H2S) yang berbahaya.

E. DAMPAK TOKSIKOLOGI BAGI LINGKUNGAN


1. AIR
Air limbah gigi yang mengandung merkuri yang dibuang sembarangan dapat
mencemari sumber air di sekitarnya, dan akan mamatikan biota sungai atau jika biota
laut tidak mati kemudian dimakan oleh manusia, orang yang memakannya akan mati
akibat ikan atau biota yang sudah tercemar merkuri tersebut.
2. TANAH
Obat-obat endodontik : Arsen, formaldehid, dapat mempengaruhi tanah
3. UDARA
Pencemaran udara yang mengandung gas SO2, disebabkan karena limbah gypsum
akan menghasilkan gas hidrogen sulfide (H2S) dari aksi mikroba yang menyebabkan
bau busuk dan dengan sinar matahari dapat menimbulkan gas SO2 yang mudah
terbakar sehingga terjadi pencemaran lingkungan. gas SO2 juga merusak tanaman
dan bangunan akibat pembentukan hujan asam dari reaksi ½ O2 + SO2+ H2O
menjadi H2SO4.

F. DAMPAK TOKSIKOLOGI BAGI KESEHATAN MANUSIA

1. Merkuri yang terhisap dapat lewat udara berdampak akut atau terakumulasi dan
terbawa ke organ-organ tubuh lainnya, menyebabkan bronkitis, hingga rusaknya
paru-paru. Pada keracunan merkuri tingkat awal, pasien merasa mulutnya kebal
sehingga tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, dan
sering sakit kepala. Jika terjadi akumulasi yang lebih dapat berakibat pada degenerasi
sel-sel saraf di otak kecil yang menguasai koordinasi saraf, gangguan pada luas
pandang, degenerasi pada sarung selaput saraf dan bagian dari otak kecil.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika dinyatakan bahwa dokter gigi 7,6
kali beresiko mengalami masalah neurologis dan perawat beresiko 63% tidak hamil
akibat terpapar oleh merkuri yang ada pada amalgam (Ismawati Y dalam Sonia 2016)

2. limbah gypsum akan menghasilkan gas hidrogen sulfide (H2S) dari aksi mikroba
yang menyebabkan bau busuk dan dengan sinar matahari dapat menimbulkan gas
SO2 dapat menyebabkan terjadinya iritasi tenggorokan pada konsentrasi lebih dari 5
ppm diudara. Bahkan untuk penderita yang mempunyai gangguan pada system
pernafasan, kardiovaskular, dan lanjut usia, paparan 0,2 ppm sudah menyebabkan
iritasi tenggorokan

3. Dari berbagai studi di negara lain, diungkapkan bahwa akibat paparan penggunaan
amalgam di klinik-klinik gigi terhadap para perawat, pekerja gigi dan dokter-dokter
gigi dalam jangka panjang berpengaruh buruk terhadap kesehatan reproduksi, sistem
syaraf, motorik, kesehatan mental dan daya ingat praktisi gigi. Beberapa penelitian
ilmiah juga mengungkapkan dampak genetik amalgam terhadap para praktisi gigi.
G. UPAYA PENCEGAHAN DAMPAK TOKSIK LINGKUNGAN
1. Minimisasi dari sumber
Berdasarkan hasil penelitian, semua lokasi penelitian (klinik) melakukan
minimisasi limbah medis dari sumber dengan pengadaan produk/bahan kimia dalam
jumlah yang kecil serta menggunakan produk/bahan kimia sampai habis.

2. Pemilahan dari sumber


Berdasarkan pengamatan, pemilahan yang dimaksud adalah upaya memisahkan
wadah limbah dari sumber berdasarkan kategorinya dan dengan warna kantong
plastik yang sesuai serta memiliki label/simbol pada wadah limbah. Dari hasil
penelitian, telah dilakukan proses pemilahan limbah medis secara benar oleh
beberapa klinik seperti melakukan pemisahan limbah medis dan non medis, wadah
sampah memiliki simbol/label, limbah diletakkan sesuai kategorinya, serta warna
kantong plastik limbah medis yang sesuai kategori.

3. Penyimpanan Sementara
Berdasarkan pengamatan, penyimpanan sementara yang dimaksud adalah limbah
medis yang dikumpulkan dari sumber disimpan sementara pada tempat penyimpanan
yang disediakan baik berupa bangunan khusus yang terletak diluar klinik maupun
ruangan-ruangan tertentu di dalam klinik.
dengan cara menyimpan sementara pada bangunan khusus TPS limbah medis,
tempat sampah troli, ruangan kosong, ruangan poliklinik serta ada pula yang langsung
menyimpan pada tempat sampah domestik.

4. Pengangkutan dan Pengolahan Limbah Medis


Berdasarkan pengamatan, pengangkutan /pengolahan yang dimaksud adalah
proses pembuangan akhir limbah medis yang dilakukan oleh klinik seperti
menyerahkan limbah medis kepada pihak ketiga seperti menyerahkan kepada
perusahaan pengangkut/pengolahan limbah, meyerahkan/menitipkan ke rumah sakit,
serta ada pula yang melakukan pembakaran sendiri secara manual pada tempat
sampah domestik/halaman belakang klinik dan membuangnya pada tempat sampah
domestik.

2. Limbah Cair
Sama halnya dengan limbah padat, limbah cair klinik juga harus dilakukan upaya
pengelolaan sejak limbah cair itu dihasilkan hingga diolah dan dibuang ke
lingkungan.
a. Pemilahan Kegiatan pemilahan dalam pengelolaan limbah cair ini dimaksudkan
untuk memastikan tidak adanya limbah padat yang ikut termasuk ke dalam saluran
pembuangan limbah cair dan yang diolah adalah limbah yang berbentuk cair.
Kegiatan pemilahan ini dapat dilakukan dengan adanya bar screen atau penyaring
di muara pembuangan atau sumber limbah cair sebelum masuk ke saluran
pembuangan air limbah. Selain itu upaya pemilahan juga dilakukan terhadap
limbah cair dengan karakteristik tertentu, misalnya pada limbah cair bahan kimia
tertentu perlu adanya pengenceran, penetralan dan atau perlakukan tertentu
sebelum dibuang ke saluran pembuangan air limbah.
b. Pengumpulan Pengumpulan limbah cair di rumah sakit dibantu dengan sistem
perpipaan yang menghubungkan antara muara pembuangan yang berasal dari
sumber limbah dengan bak penampung sementara. Ukuran bak penampung
disesuaikan dengan kebutuhan / kapasitas limbah yang ditampung sebelum
dialirkan ke bak pengolahan. Pengumpulan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan gravitasi (jika bangunan rumah sakit vertikal), namun jika rumah
sakit bentuknya memanjang atau horizontal maka pengumpulan harus dibantu
dengan pompa. Perpompaan dapat dilakukan secara automatik dengan meletakan
pompa celup ke dalam bak penampungan atau secara manual diletakan di atas bak
penampung sementara. Masing-masing dari sistem ini memiliki kelebihan dan
kekurangan masingmasing. Limbah cair yang telah dikumpulkan di bak
penampung sementara akan dialirkan ke bak penampung utama baik secara
automatis maupun dengan pendistribusian pompa manual. Kegiatan pengumpulan
mulai dari pendistribusian dan penampungan harus melalui saluran yang tertutup
dan kedap air. Setelah terkumpul di bak penampung utama baru akan dialirkan ke
bak pengolahan untuk diproses selanjutnya.
c. Pengolahan Berbagai teknologi banyak dilakukan dalam pengolahan limbah,
namun pada dasarnya pengolahan limbah cair dilakukan secara fisika, biologi,
kimia atau kombinasi dari ketiga proses pengolahan tersebut. Proses fisika
meliputi screening treatment, ekualisasi, sedimentasi, dan floatasi. Tujuan
dilakukannya Screening treatment adalah agar padatan/ sampah tidak terbawa
dalam limbah cair yang dapat mengganggu pengolahan dan menyebabkan
penyumbatan saluran pembuangan air limbahnya. Ekualisasi dilakukan agar
limbah cair berada dalam kondisi homogen dan pH limbah yang ada berada dalam
kondisi netral. Apabila telah homogen dan netral maka limbah cair tersebut siap
untuk diolah secara biologi. Kegiatan sedimentasi bertujuan untuk memisahkan
padatan yang ada di air dengan bantuan gravitasi sehingga air buangan yang
dihasilkan lebih jernih. Selain dengan sedimentasi, juga dapat dilakukan floatasi
atau penampungan agar padatan terpisah dari air. Sistem floatasi ini dilakukan
apabila densitas partikel lebih kecil dibandingkan dengan densitas air sehingga
cenderung mengapung. Biasanya floatasi dilakukan dalam proses pemisahan
lemak dan minyak serta pengentalan lumpur. Biasanya digunakan pada
pretreatment di gizi dan laundry. Pembersihan zat-zat organik atau pengubahan
zat organik menjadi bentuk lain yang kurang berbahaya merupakan tujuan dari
pengolahan dengan sistem biologi. Pengolahan biologi merupakan pengolahan
sekunder dan merupakan pengolahan yang paling murah dan efisien. Proses
pengolahan kimia biasa dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang
tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat
organik beracun dengan menambahkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Biasanya digunakan klorin. Penggunaan bahan kimia lain dapat digunakan
tergantung pada jenis dan jumlah limbah cair yang akan diolah serta lingkungan
setempat. Pada dasarnya proses kimia pada limbah cair meliputi netralisasi,
koagulasi dan flokulasi. Netralisasi merupakan reaksi antara asam dan basa yang
menghasilkan air dan garam. Netralisasi air limbah yang bersifat asam dapat
dilakukan dengan penambahan NaOH (natrium hidroksida), sedangkan netralisasi
air limbah yang bersifat basa dapat dilakukan dengan penambahan H2SO4 (asam
sulfat). Pada limbah cair laboratorium, dapat dilakukan pretreatment dengan
memanfaatkan proses pengolahan kimia misalnya menetralisir dan mereduksi
kandungan logam berat yang ada dalam limbah cair sehingga tidak mengganggu
pada unit IPAL utama. Koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari
polutanpolutan yang tersuspensi koloid yang sangat halus di dalam
d. Pembuangan Limbah cair yang telah melalui tahap pengolahan akan dibuang ke
lingkungan. Air buangan limbah cair harus memenuhi baku mutu yang telah
ditentukan sesuai dengan “Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah” dan atau
peraturan daerah setempat. Pengukuran kualitas sesuai dengan baku mutu yang
telah ditentukan tersebut wajib dilakukan minimal sebulan sekali dan dilaporan ke
dinas lingkungan hidup setempat. Pengukuran harian dilakukan terhadap debit
limbah cair baik inlet maupun outlet, serta pengukuran pH harian. Pengukuran
debit harian ini dilakukan untuk memastikan tidak adanya kebocoran pada saat
pendistribusian limbah dan mengetahui jumlah limbah cair yang dihasilkan dan
diolah. Pengukuran ph harian untuk memastikan kualitas pengolahan dan limbah
yang dibuang ke lingkungan berada dalam kondisi yang stabil dan tidak terjadi
pencemaran.

H. UPAYA PENCEGAHAN DAMPAK TOKSIK BAGI KESEHATAN MANUSIA


1. Membuat kebijakan-kebijakan atau program tentang limbah yang neracun yang berkaitan
dengan kesehatan manusia
2. Pemakaian sarung tangan, masker, baju kerja, dan pelindung mata merupakan sarana
yang baik mencegah dampak toksik bagi kesehatan manusia
3. Menggunakan alat-alat kesehatan yang sekali pakai untk menghindari pemakaian
berulang kali.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Toksikologi merupakan ilmu atau pemahaman tentang pengaruh berbagai macam zat-
zat kimia yang merugikan bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.
2. awal mulanya terjadi pencemaran di klinik, Tidak adanya SOP yang menyebabkan
pengelolaan limbah medis kurang terstruktur dengan baik dan tidak adanya
penyediaan sarana, Sarana juga menjadi penghambat dalam mengelola limbah medis
dan tidak adanya petugas yang menangani pemusnahan limbah tersebut sehingga
limbah-limbah klinik tersebut di buang sembarangan tanpa melalui pengolahan
terlebih dahulu.
3. Limbah pelayanan klinik gigi mencakup limbah infeksius dan limbah kimia yang
berbahaya bagi lingkungan jika tidak dikelola secara benar. Limbah infeksius
berpotensi menyebabkan penularan penyakit jika dibuang sembarangan. Beberapa
potensi bahaya yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia pada kedokteran gigi
antara lain : limbah amalgam, limbah bahan kimia untuk fiksasi, developer dan
cleaner pada pencucian foto rontgen, Limbah bahan sterilisasi alat kedokteran gigi,
air limbah gigi dapat menghasilkan merkuri hingga 4,5 gram / hari / dokter gigi dan
sekitar 100-200 g dari merkuri per tahun, gypsum.
4. Pencegahannya dilakaukan minimisasi dari sumber, pemilahan dari sumber,
penyimpanan sementara, pengangkutan dan penggolahan limbah medis.

B. SARAN
1. MASYARAKAT
a. Masyarakat juga harus berpartisipasi dengan pengungkapan atas keberadaan
pencemaran lingkungan akibat limbah medis

2. PEMERINTAH
a. Dapat mengatur serta mengembangkan kebijaksanaan yang tegas dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup dengan tegas;
b. Memberikan penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan
hidup dan pemanfaatan kembali sumber daya alam, termasuk genetiknya sesuai
dengan aturan yang berlaku;
c. Mengatur perbuatan hukum dan hubungan antara orang lain dan/atau subjek
hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber
daya buatan, termasuk sumber daya genetik;
d. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak pencemaran lingkungan hidup
serta kegiatan sosial di masyarakat;
e. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Melakukan pemantauan secara rutin terhadap setiap kegiatan usaha yang
mempunyai dampak terhadap lingkungan;
g. Menyediakan fasilitas untuk rumah sakit maupun instalasi kesehatan untuk
mengelola limbah medis; dan
h. Melakukan survei kepada pelaku usaha atau perusahaan, khususnya perusahaan
pengelola limbah medis untuk memastikan bahwa limbah medis telah
dibakar/dihancurkan dengan benar sehingga dapat dipastikan tidak terjadi
penumpukan limbah medis.

3. PERUSAHAAN
a. Perlu peningkatan pengetahuan bagi pihak klinik baik perawat, cleaning sevice,
dokter maupun yang lainnya tentang pentingnya pengelolaan limbah medis secara
baik dan benar melaui pelatihan dan peyuluhan baik oleh Dinas Kesehatan
maupun Lingkungan Hidup Daerah.
b. Menyediakan sarana dan prasarana penanganan limbah medis sesuai dengan
peraturan pemerintah yang berlaku, seperti wadah khusus limbah medis,
pemberian simbol/pelabelan, kantong plastik dengan standar yang tepat, serta
menyediakan ruangan/bangunan khusus untuk penyimpanan sementara limbah
medis sesuai dengan peraturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, O. dkk. 2019. Analisa Limbah Medis Layanan Kesehatan Gigi Mandiri dan Potensi
Pencemarannya di Kota Pekanbaru. Jurnal Dinamika Lingkungan Indonesia, Vol 6, No 1
https://www.researchgate.net/publication/335017031_Analisis_Limbah_Medis_Layanan_Keseha
tan_Gigi_Mandiri_dan_Potensi_Pencemarannya_di_Kota_Pekanbaru

Alwin Kasim, dkk. 2012. Prosiding Temu Ilmiah Forum Dies S3. Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Padjajaran: Bandung
https://lib.unpad.ac.id/index.php?node=Fakultas+Kedokteran+Gigi&p=show_detail&id=4894&k
eywords=

Rosihan Andhani. 2018. Pengelolaan Limbah Medis Pelayanan Kesehatan. Penerbit: Lambung
mangkrut University Press. Banjarmasin
http://eprints.ulm.ac.id/2939/1/Buku%20Pengelolaan%20limbah%20medis%20pelayanan%20ke
sehatan_final_26feb2018.pdf

Anda mungkin juga menyukai