Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TUTORIAL

BLOK DENTOMAKSILOFASIAL II

“ LIMBAH MEDIS”

Disusun Oleh :

KELOMPOK TUTORIAL 8

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2014

1
SKENARIO 2 : BLOK KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN

TUTOR : drg. Roedy Budirahardjo, M.Kes., Sp. KGA

GANJIL 2014/2015

OLEH :

Ketua : Roni Handika (131610101068)

Scriber papan : Nawang Lintang C (131610101094)

Scriber meja : Dessy Fitri Wulandari (131610101086)

Anggota :

1. Adriano Joshua (131610101065)

2. Alvin Ananda S (131610101066)

3.Zoevana anandra p. (131610101078)

4.Yuliandari Amilia P (131610101081)

5.Dea Lovinda (131610101085)

6.Emastari Rosyada A (131610101088)

7.Sani Sonia (131610101090)

8.Kharisah Muslikhah (131610101093)

9.Usnida Mubarokah (131610101096)

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat, taufik serta
hidayahnya sehingga penyusunan laporan tutorial ”Limbah Medis ’’ dapat
terselesaikan dengan baik. Laporan tutorial ini merupakan tugas yang diberikan
pada Blok Kedokteeran Gigi Pencegahan sebagai syarat untuk memenuhi tugas
dari dosen yang bersangkutan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Roedy Budirahardjo, M.Kes.,Sp.KGA selaku tutor atas masukan dan
bimbingan yang telah diberikan pada penulis selama ini.
2. Para dosen pemateri Blok Kedokteran Gigi Pencegahan yang telah
memberikan ilmu.
3. Teman-teman kelompok tutorial 8 dan semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tutorial ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, Kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diperlukan dalam penyusunan yang akan datang. Harapan penulis semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 27 Oktober 2014

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG........................................................................................ 5
1.1 RUMUSAN MASALAH........................................................... 6
1.2 TUJUAN.................................................................................... 6
1.3 MAPPING................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 9

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................14

3.1 PENGERTIAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS.......... 14

3.2 JENIS – JENIS LIMBAH MEDIS...................................23

3.3 DAMPAK LIMBAH MEDIS

3.4 PENGELOLAAN DAN PENANGANAN LIMBAH MEDIS

BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN.......................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................49

BAB I

4
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan
pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Kegiatan tersebut akan
menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya
antara lain adalah sampah dan limbah medis maupun non medis yang dapat
menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian khusus. Oleh
karenanya perlu upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan
untuk melindungi masyarakat dan karyawan akan bahaya pencemaran
lingkungan yang bersumber dari sampah maupun limbah rumah sakit. Sampah
atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya karena dapat bersifat
racun, infeksius dan juga radioaktif. Karena kegiatan atau sifat pelayanan yang
diberikan, maka rumah sakit menjadi depot segala macam penyakit yang ada
di masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena
selalu dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan
lemah terhadap penyakit. Di tempat ini dapat terjadi penularan baik secara
langsung (cross infection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun melalui
serangga (vector borne infection) sehingga dapat mengancam kesehatan
masyarakat umum.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa perbedaan dari limbah medis dan non medis ?
1.2.2 Apa saja jenis dari limbah medis ?
1.2.3 Bagaimana dampak dari limbah medis ?
1.2.4 Bagaimana pengelolaan dan penanganan limbah medis ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi limbah medis dan non medis
1.3.2 Untuk mengetahui macam – macam limbah medis
1.3.3 Untuk mengetahui dampak dari limbah medis
1.3.4 Untuk mengetahui cara mengelola dan menangani limbah medis

1.4 Mapping

5
LIMBAH SUMBER

MEDIS PERBEDAAN NON-MEDIS

JENIS

DAMPAK

PENGELOLAAN
DAN
PENANGANAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Limbah Rumah Sakit

Menurut bishop (2001), limbah adalah sesuatu yang dibuang dari


sumbernya. Menurut PP 18 jo 85 tahun 1999, limbah diartikan sebagai sisa
suatu usaha dan atau kegiatan manusia. Jadi dari beberapa definisi tersebut
pengertian limbah adalah sesuatu yang dibuang dari sumbernya karena tidak
digunakan, tidak diinginkan dan tidak berasal dari kegiatan manusia.

6
Limbah rumah sakit merupakan semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Berdasarkan sifatnya
limbah rumah sakit dibedakan menjadi limbah medis dan limbah non medis
(Depkes,2006):
a. Limbah medis , merupakan semua bahan buangan yang dihasilkan dari
fasilitas pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, bank darah,
praktek dokter gigi, dan rumah sakit hewan. Serta fasilitas penelitian
medis dan laboratorium. (U.S Environmental Protection Agency, 2011).
Sedangkan menurut depkes (2002), limbah medis merupakan limbah yang
berasal dari perawatan gigi, veterinary, farmasi, serta limbah rumah sakit
saat dilakukan perawatan ataupun penelitian.
b. Limbah nonmedis, merupakan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan
di rumah sakit di luar medis yang berasal dari perkantoran, dapur, taman
dari halaman yang dimanfaattkan kembali apabila ada teknologinya.

2.2 Limbah Berbahaya dan Beracun (B3)


2.2.1 Definisi Limbah B3
Limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan
beracun dengan kode limbah D277 sesuai dengan PP jo 85 tahun 1999.
Menurut PP 18 jo tahun 1999, limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3) adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung B3
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan atau
merusak lingkungan hidup sehingga dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia. Sedangkan
menurut PP no. 74 tahun 2001, B3 merupakan nahan yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
atupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan hidup, dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya.

7
Dari uraian di atas maka dapat didefinisikan limbah B3 merupakan
hasil atau sisa dari proses produksi yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun, yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan dan lingkungan.
Berdasrkan definisi di atas, upaya pengololaan limbah B3 dimaksudkan
untuk menghilangkan atau mengurangi sifat sifat atau kerakteristik
berbahaya dan beracun yang dikandungnya agar tidak membahayakan
kesehatan manusia sekaligus mencegah terjadinya segala resiko
pencemaran yang dapat merusak kualitas lingkungan.

2.2.2 Karakteristik Limbah B3


Menurut PP no. 18 tahun 1999, karakteristik limbah berbahaya dan
beracun (B3) antara lain:
a. Mudah meledak (explosive) adalah limbah yang melalui reaksi
kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan.
b. Mudah terbakar (ignitable dab flamable) adalah limbah yang jika
berdekatan dengan api atau percikan api ataupun gesekan atau
sumber nyala lain akan mudah terbakar dan jika sudah menyala
maka akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
c. Bersifat reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena
melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida
yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
d. Beracun (toxic) adalah limbah yang mengandung racun berbahaya
bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan
kematian atau sakit jika masuk ke dalam tubuh manusia baik
melewati pernapasan, kulit, atau mulut. Penentuan sifat racun untuk
identifikasi limbah ini dengan menggunakan bahan baku
konsentrasi TCLP ( tixicity charactereristic leaching prosedure).
Klasifikasi limbah yang bersifat toksik yaitu:
 Carcinogenic (karsinogen) yaitu sifat bahan penyebab sel kanker

8
 Teratogenic yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio

 Mutagenic yaitu sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan


kromosom yang dapat merubah genetika.

e. Menyebabkan infeksi (infectious) adalah limbah laboratorium yang


terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit,
seperti bagian rtubuh manusi yang diamputasi dan cairan tubuh
manusia yang terken infeksi.
f. Bersifat korosif
 Menyebabkan iritasi atau terbakar di kulit
 Mempunyai pH < 2 untuk limbah asam dan > 12,5 untuk
limbah yang bersifat basa.

2.3 Klasifikasi Limbah Medis


Penggolongan kategori limbah medis dapat diklasifikasikan berdasrkan
potensi bahaya yang tergantung di dalamnya, serta volume dan sifat
persistensinya yang menimbulkan masalah (Depkes, 2006; CDC, 2003) ;
1. Limbah benda tajam, yaitu limbah denga materi padat yang dapat
menyebabkan luka iris atau tusuk. Limbah beda tajam meliputi jarum
suntik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, kaca sediaan (preparat
glass), ampul atau vial obat, pecahan kaca dan lain sebagainya. Semua
benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera
melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontamisasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi bahan
beracun atau radioaktif.
2. Limbah infeksius yaitu limbah yang diduga mengandung mikroorganisme
patogen dalam konsentrasi jumlah yang cukup untuk menyebabkan
penyakit pada orang yang rentan. Limbah infeksius meliputi:
a. Kultur dan stok agen infeksius dari berbagai aktifitas laboratorium

9
b. Limbah hasil operasti atau otopsi dari pasien yang menderita penyakit
menular
c. Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari unit isolasi
d. Alat atau materi lain yang kontak langsung dengan orang yang sakit.
Di rumah sakit, sumber utama limbah infeksius meliputi ruang operasi,
lanoratorium, ICU, laboratorium patologis, dialisis, dan poliklinik
(Cheng et al, 2008).
3. Limbah patologi (jaringan tubuh) adalah limbah yang berasal dari jaringan
atau organ tubuh (anggota badan atau placenta yang tidak melalui
penguburan), atau cairan tubuh.
4. Limbah genotoksik adalah limbah yang sangat berbahaya dan bersifat
mutadenetik, teratogenetik, atau karsinogenik. Limbah genotoksik
meliputi:
a. Obat-obatan sitotoksik yang memiliki kemampuan untuk membunuh
atau menghentikan pertumbuhan sel dan digunakan dalam kemoterapu
kanker.
b. Muntahan urine, atau tinja pasien yang diterapi dengan menggunakan
obat-obatan sitotoksik, zat kimia, maupun radioaktif.
c. Bahan-bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi
dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan
terapi sitotoksik.
5. Limbah farmasi, berasal dari obat-obatan, vaksin, dan serum yang sudah
kadaluarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi
spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat yang dikembalikan
oleh pasien dan limbah yang dihasilkan selama peracikan atau produksi
obat. Barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani
produk farmasi seperti sarung tangan, masker, botol obat berisi residu, dan
ampul obat.
6. Lombah kimia , yaitu limbah yang mengandung zat kimia yang berasal
dari kegiatan diagnostik, pemeliharaan kebersihan, dan pemberian
desinfektan. Limbah ini dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan

10
medis, veterinaty, laboratorium, zat kimia fotografis, formaldehid, proses
sterilisasi, dan riset.
7. Limbah radioaktif, merupakan bahan yang terkontaminasi dengan
radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionuklida
yang terbebtukakibat pelaksanaan prosedur seperti analisis in-vitro pada
jaringan dan cairan tubuh, pencitraan organ, dan lokalisasi tumor secara
in-vivo serta terapi kanker.
8. Kontainer bertekanan yaitu limbah medis yang berasal dari kegiatan di
instalasi kesehatan yang memerlukan gas. Limbah kontainer bertekanan
meliputi (gas cylinders, cartilage, kaleng aerosol).
9. Limbah yang mengandung logam berat merupakan limbah berbahaya dan
biasanya sangat toksik seperti limbah yang berasal dari peralatan
kedokteran yang pecah (termometer dan stetoskop), bahan tumpatan,
limbah cadmium dari baterau bekas dan lain sebagainya.
10. Menurut Gil Jong Oh (2006), limbah medis berupa limbah plastik seperti
syringes, ringer’s solution set, kantong darah.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perbedaan Limbah Medis dan Non Medis


3.1.1 Definisi Limbah Medis Dan Non Medis
 Limbah medis merupakan semua bahan buangan yang dihasilkan
dari tindakan medis seperti limbah yang berasal dari perawatan
gigi, veterinary, farmasi, serta limbah rumah sakit saat dilakukan
perawatan ataupun penelitian.
 Limbah non medis merupakan semua bahan buangan yang
dihasilkan bukan dari tindakan medis seperti yang berasal dari
perkantoran, dapur rumah sakit, taman dari halaman yang
dimanfaattkan kembali apabila ada teknologinya.

3.1.2 Karakteristik Limbah Rumah Sakit

11
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan
limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan
penunjang lainnya.Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain,
maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit
dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah
sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis
dan non klinis baik padat maupun cair.
Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan,
penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun,
infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan
pengamanan tertentu. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan
berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya.

3.1.3 Limbah B3

Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah


B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya
dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap materi yang
karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3
dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun
jenis sisa bahannya.

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap


bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,
reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik

12
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan
lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori,


yaitu berdasarkan sumber dan berdasarkan karakteristik antara lain :

a. Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:


limbah B3 dari sumber spesifik, limbah B3 dari sumber tidak
spesifik, dan limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan,
bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi
spesifikasi.
b. golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan
dengan sifat:

 Mudah meledak (explosive) adalah limbah yang melalui reaksi


kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi
yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
 Mudah terbakar (ignitable dab flamable) adalah limbah yang
jika berdekatan dengan api atau percikan api ataupun gesekan
atau sumber nyala lain akan mudah terbakar dan jika sudah
menyala maka akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
 Bersifat reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran
karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik
peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
 Beracun (toxic) adalah limbah yang mengandung racun
berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat
menimbulkan kematian atau sakit jika masuk ke dalam tubuh
manusia baik melewati pernapasan, kulit, atau mulut. Penentuan
sifat racun untuk identifikasi limbah ini dengan menggunakan
bahan baku konsentrasi TCLP ( tixicity charactereristic leaching
prosedure). Klasifikasi limbah yang bersifat toksik yaitu:
Carcinogenic (karsinogen) yaitu sifat bahan penyebab sel

13
kanker, Teratogenic yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio, dan Mutagenic yaitu
sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan kromosom yang
dapat merubah genetika.
 Menyebabkan infeksi (infectious) adalah limbah laboratorium
yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman
penyakit, seperti bagian rtubuh manusi yang diamputasi dan
cairan tubuh manusia yang terken infeksi.
 Bersifat korosif
- Menyebabkan iritasi atau terbakar di kulit
- Mempunyai pH < 2 untuk limbah asam dan > 12,5 untuk
limbah yang bersifat basa.

3.2. Jenis – Jenis Limbah Medis

3.2.1 Klasifikasi Limbah Rumah Sakit

Menurut Darmadi (2008) sumber mikroba itu didapatkan dari produk


samping yang dihasilkan dari segala kegiatan pelayanan medis atau non-
medis pada rumah sakit. Dimana produk sampingan yang dihasilkan oleh
aktivitas rumah sakit berupa sampah dan limbah.

Sampah adalah semua barang atau benda sisa yang sudah tidak berguna
dan terbuang dari kegiatan sehari-hari. Sedangakan Limbah adalah
produk akhir yang berupa material buangan dari sebuah proses
pencucian,dekontaminasi/proses metabolisme tubuh. Di dalam rumah
sakit, keduanya ini masih digolongkan berdasarkan tingkat infeksius dan
asal darinya.

1. Sampah Rumah Sakit


Untuk sampah rumah sakit dibagi menjadi dua, yakni sampah domestic
dan sampah medis. Sampah rumah sakit ini lebih umumnya berbentuk
padat.Berikut keduanya akan dijelaskan:
a. Sampah Domestik

14
Merupakan sampah yang dihasilkan dari segala kegiatan
kerumahtanggaan (house keeping) rumah sakit. Sampah jenis
domestic ini bisa dihasilkan dari ruangan rekam medis,kantor,TU,
dapur, gudang, taman dan sebagainya. Sampah jenis ini sama sekali
tidak infeksius.
Contoh : kertas,plastik,kaleng, sayur/buah,daun, ranting dan
sebagainya.
b. Sampah medis
Merupakan sampah yang dihasilkan dari produk samping setelah
digunakan dalam membantu upaya diagnose,pengobatan, tindakan
medis/perawatan penderita.untuk sampah medis ini merupakan
benda-benda yang infeksius, dengan demikian diperlukan
pengolahan terlebih dahulu untuk mengurangi penyebaran mikroba
pathogen.
Contoh: verban,handscoon,syringe,botol infuse,kantong darah dsb.
2. Limbah Rumah Sakit
Seperti halnya sampah rumah sakit, limbah rumah sakit ini dibagi lagi
menjadi tiga subbagian, yakni Limbah Domestik Medis,Limbah Klinis
Medis, Dan Limbah Patologis Medis. Limbah rumah sakit ini lebih
infeksius dibandingkan dengan sampah medis rumah sakit.Limbah
rumah sakit ini dapat berbentuk padat,cair atau setengah padat. Berikut
macam ketiganya akan dibahas lebih lanjut:
a. Limbah Domestik Medis
Yakni limbah rumah sakit yang dihasilkan dari kegiatan
kerumahtanggaan.
Contoh :
i. Sisa air kegiatan cuci piring alat makan penderita penyakit
menular
ii. Sisa air kegiatan laundry dari kamar operasi,kamar bersalin,
serta dari bangsal menular.
b. Limbah Klinis Medis
Yakni limbah yang diperoleh dari proses patofisiologis penderita
dan berbagai tindakan medis.
Contoh :
i. Sekreta,ekskreta,fese,urine, dan sebagainya
ii. Cairan/sisa makanan yang dimuntahkan penderita

15
iii. Cairan ,darah,sisa jaringan dari kamar operasi, bedah
mayat, laboratorium.
c. Limbah Patologis Medis
Yakni limbah rumah sakit yang berwujud jaringan tubuh manusia
yang didapatkan karena pemisahan ataupun pemotongan selama
tindakan medis, limbah jenis ini perlu penanganan khusus karena
sifatnya sangat infeksius. Contoh :Potongan dari tindakan
amputasi, Jaringan kanker dan jaringan nekrotik

3.2.2 Klasifikali Limbah Medis

1.  Limbah benda tajam 

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk   kulit   seperti   jarum   hipodermik,   perlengkapan   intravena,
pipet   pasteur,   pecahan   gelas,   pisau   bedah.   Semua   benda   tajam   ini
memiliki   potensi   bahaya   dan   dapat   menyebabkan   cedera   melalui
sobekan   atau   tusukan.   Benda­benda   tajam   yang   terbuang   mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
beracun atau radioaktif. 

2. Limbah infeksius 
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: 
a.  Limbah   yang   berkaitan   dengan   pasien   yang   memerlukan   isolasi
penyakit menular (perawatan intensif)
b.  Limbah   laboratorium   yang   berkaitan   dengan   pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit
menular. 
3. Limbah jaringan tubuh 
Limbah   jaringan   tubuh   meliputi   organ,   anggota   badan,   darah   dan
cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

16
 4. Limbah sitotoksik 
Limbah   sitotoksik   adalah   bahan   yang   terkontaminasi   atau   mungkin
terkontaminasi   dengan   obat   sitotoksik   selama   peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat
limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan
suhu diatas 1000oc
5. Limbah farmasi 
Limbah  farmasi ini  dapat berasal dari obat­obat kadaluwarsa,  obat­
obat   yang   terbuang   karena  batch  yang   tidak   memenuhi   spesifikasi
atau   kemasan   yang   terkontaminasi,   obat­obat   yang   dibuang   oleh
pasien   atau   dibuang   oleh   masyarakat,   obat­obat   yang   tidak   lagi
diperlukan   oleh   institusi   yang   bersangkutan   dan   limbah   yang
dihasilkan selama produksi obat­obatan. 
6. Limbah kimia 
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan
kimia   dalam   tindakan   medis,   veterinari,   laboratorium,   proses
sterilisasi, dan riset. 
7. Limbah radioaktif 
Limbah   radioaktif   adalah   bahan   yang   terkontaminasi   dengan   radio
isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir,
radio­imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau
gas.   Limbah   cair   yang   dihasilkan   rumah   sakit   mempunyai
karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.

Tabel klasifikasi limbah medis 
Contoh limbah yang
No Kategori Limbah Definisi
dihasilkan
Kultur laboratorium,
1 Infeksius Limbah yang terkontaminasi

17
organisme patogen (bakteri, limbah dari bangsal
virus, parasit, atau jamur)
yang tidak secara rutin ada isolasi, kapas, materi,
lingkungan dan organism
tersebut dalam jumlah dan atau peralatan yang
virulensi yang cukup untuk
menularkan penyakit pada teresentuh pasien
manusia rentan. yang

terinfeksi, ekskreta.
Limbah berasal dari Bagian tubuh manusia
2 Patologis pembiakan dan stock bahan
yang sangat infeksius, otopsi, dan hewan (limbah
organ binatang percobaan dan
bahan lain yang telah anatomis), darah dan
diinokulasi,
cairan tubuh yang
terinfeksi atau kontak dengan lain,
bahan yang sangat infeksius.
janin.
Limbah dari bahan yang Dari materi yang
3 Sitotoksis
terkontaminasi dari persiapan terkontaminasi pada
dan pemberian obat sitotoksis saat persiapan dan
untuk kemoterapi kanker yang pemberian obat,
mempunyai kemampuan misalnya spuit,
untuk membunuh atau ampul, kemasan, obat
mengahambat pertumbuhan kedaluarsa, larutan
sel hidup. sisa, urine, tinja,
muntahan pasien yang

mengandung obat

sitotoksik.
merupakan materi yang dapat jarum, jarum suntik,
4 Benda Tajam
menyebabkan luka iris atau skalpel, pisau bedah,
luka
peralatan infus,
tusuk. Semua benda tajam ini gergaji

18
memiliki potensi bahaya dan bedah, dan pecahan
dapat menyebabkan cedera kaca
melalui sobekan atau tusukan.
Benda- benda tajam yang
terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun
atau radioaktif.
mengandung zat kimia yang
5 Kimia Reagent di
berbentuk padat, cair, maupun laboratorium, film
gas yang berasal dari aktivitas untuk rontgen,
desinfektan yang
diagnostic dan eksperimen kadaluarsa atau sudah
serta dari pemeliharaan tidak diperlukan lagi,
kebersihan rumah sakit solven
dengan menggunakan
desinfektan.
Limbah farmasi mencakup obat-obatan, vaksin,
6 Farmasi produksi farmasi. Kategori ini dan serum yang sudah
juga mencakup barang yang
akan di buang setelah kedaluarsa, tidak
digunakan untuk menangani digunakan, tumpah,
produk farmasi, misalnya dan terkontaminasi,
botol atau kotak yang berisi yang tidak diperlukan
residu, sarung tangan, masker, lagi.
slang penghubung darah

atau cairan, dan ampul obat.


Cairan yang tidak
7 Radioaktif Bahan yang terkontaminasi
dengan radioisotop yang terpakai dari
berasal dari penggunaan radioaktif atau riset
medis atau riset radio dilaboratorium,
nukleida. Limbah ini dapat peralatan kaca, kertas
berasal dari antara lain : absorben yang
tindakan kedokteran nuklir, terkontaminasi, urine
radio-imunoassay dan dan ekskreta dari
bakteriologis; dapat berbentuk pasien yang diobati

19
padat, cair atau gas atau diuji dengan
radionuklida yang
terbuka.
Logam yang Limbah yang mengandung Thermometer, alat
8 bertekanan logam berat dalam konsetrasi
tinggi termasuk dalam pengukur tekanan
tinggi/ berat subkategori limbah kimia darah, residu dari
berbahaya dan biasanya ruang
sangat toksik. Contohnya
adalah limbah merkuri yang pemeriksaan gigi, dan
berasal dari bocoran peralatan sebagainya.
kedokteran yang

rusak
Kontainer Limbah yang berasal dari tabung gas, kaleng
9 berbagai jenis gas yang
Bertekanan digunakan di rumah aerosol yang

sakit. mengandung residu,


gas cartridge.

3.3 Dampak Limbah Medis

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan


dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :
a. Gangguan kenyamanan dan estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol,
eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
b. Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air
yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas
bangunan di sekitar rumah sakit.
c. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

20
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida,
logam nutrien tertentu dan fosfor.
d. Gangguan terhadap kesehatan manusia
Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa
kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari
bagian kedokteran gigi.

e. Gangguan genetik dan reproduksi


Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan
genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan
radioaktif.

Menurut pruss, giroult, dan rushbrook (2005), pajanan limbah rumah sakit
yang berbahaya dapat mengakibatkan tertular penyakit atau cedera.
1. Resiko tertular penyakit
Resiko tertular penyakit melalui kontak langsung dengan limbah
medis dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat rumah sakit yang
rentan yaitu dokter, perawat, pasien rawat inap atau berobat jalan,
pengunjung atau pengantarorang sakit, karyawan rumah sakit, serta
masyarakat di sekitar rumah sakit. Selain itu pemulung yang
mengumpulkan limbah untuk didaur ulang dari tempat pembuangan akhir
limbah berisiko kontak langsung dengan bahan infeksius.
Resiko tertular penyakit yang berasal dari limbah medis karena
mengandung agen penyakit berupa limbah yang bersifat infeksius, bahan
kimia toksik, dan radioaktif. Agen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh
manusia melalui empat jalur yaitu, kulit, selaput lendir, saluran pernapasan,
dan saluran pencernaan. Pemaparan dapat terjadi melalui percikan cairan
yang mengandung kuman masuk ke dalam selaput lendir (selaput lendir
mata, hidung, dan mulut).

21
2. Resiko kecelakaan atau cedera
Petugas yang mengelola limbah medis akan beresiko mengalami
kecelakaan kerja seperti tertusuk benda tajam saan mengangkut atau
memindahkan limbah. Resiko tersebut terus ada setiap proses penanganan
limbah yaitu selama limbah dibuang, dikumpulkan, dipindahkan untuk
dimusnahkan.

3. Resiko terhadap lingkungan


Limbah medis selain menimbulkan dampak buruk terhadap pencemaran
lingkungan meliputi pencemaran air (water borne diseases), pencemaran
tanah (soil borne siseases) seperti pembuangan limbah secara terbuka yang
menimbulkan bahaya lingkungan terhadap masyarakat, dan pencemaran
udara (air borne diseases) seperti pemusnahan limbah medis dengan cara
dibakar dengan menggunakan insinerator engan suhu rendah dapat
menghasilkan emisi gas yang beracun.

3.4 Pengelolaan Limbah Medis


Menurut kepmenkes 1204 tahun 2004 yaitu rangkaian kegiatan yang
mencakup segregasi, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan,
pengolahan, dan penimbunan limbah medis. Mnurut WHO (2005), pruss,
giroult, dan rushbrokk (2005), beberapa elemen penting dalam pengelolaan
limbah rumah sakit yaitu meminimasi limbah, pelabelan, dan pengemasan,
transportasi, penyimpanan, pengolahan, dan pembuangan limbah. Pada
dasarnya pengolahan limbah bertujuan untuk mengendalikan pencemaran
yang disebabkan oleh kegiatan industri. Sistem pengelolaan limbah yang
digunakan harus dirancang untuk meminimalkan kontak dengan limbah
berbahaya. Mislkan mengurangi penanganan ganda, penyediaan fasilitas,
penyimpanan yang baik, transportasi yang efektif.

3.4.1 Tahap Pengelolaan Limbah Medis

22
Dalam pengelolaan limbah medis terdapat beberapa tahap yang
harus dilakukan antara lain:
1. Meminimasi limbah
Meminimasi limbah merupakan upaya untuk mengurangi volume,
konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari
proses produksi, dengan cara reduksi pada sumbernya dan atau
pemanfaatan limbah berupa reuse, recycle, dan recovery. Menurut
kepmenkes RI No. 1204 tahun 2001 menyebutkan bahwa minimasi
limbah merupakan salah satu upaya untuk mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehata. Jadi
minimasi limbah medis yaitu upaya untuk mengurangi volume,
konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari
kegiatan rumah sakit. Berikut upaya untuk meminimalisasi limbah
dengan cara reduksi pada sumber yaitu:
a. Melakukan housekeeping, yaitu dengan menjaga kebersihan
lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau
kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan
sebaik mungkin seperti mangutamakan metodw pembersihan
secara fisik daripada secara kimiawi, menggunakan sedikit
mungkin bahan kimia.
b. Pemilihan atau segregasi limbah, yakni memisahkan berbagai
jenis limbah menurut jenis komponen, konsentrasi atau
keadaannya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi
volume atau mengurangi biaya pengolahan limbah.
c. Pemeliharaan pencegahan, yaitu pemeliharaan atau penggantian
alat atau bagian alat menurut waktu yang telah diwajibkan.
Ujuan dari metode ini untuk melindungi asset dan meningkatkan
keandalan sistem, mengurangi biaya penggantian, mengurangi
cedera. Tempat pewadahan limbah infeksius segera dibersihkan
dengan larutan desinfektan apabila akan dipergunakan kembali.

23
d. Pemilihan teknologi dan proses, yakni pemilihan teknologi dan
proses yang tepat untuk mengeluarkan limbah B3 denga efisien
yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan sejak awal
pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagai
untinya.
e. Pengelolaan bahan, yaitu agar persediaan bahan selalu cukup
untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, namun tidak
berlebihan sehingga tidak menimbulkan gangguan lingkungan,
sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.
Pengelolaan bahan sangat tepat untuk dilakukan di unit farmasi
dan laboratorium rumah sakit seperti manajemen persediaan
yang cermat dan menyeluruh sehingga dapat menurunkan
kuantitas limbah yang dihasilkan.
f. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik, pengoperasian
alat sesuai kondisi yang optimum sehingga dapat meningkatkan
efisiensi dalam mengurangi terjadinya limbah.
g. Memodifikasi bahan, mengganti bahan-bahan yang dapat
mengurangi terjadinya limbah berbahaya dan baha-bahan yang
tidak menghasilkan banyak limbah
h. Penggunaan teknologi bersih, menggunakan teknologi yang
tidak atau kurang memiliki potensi untuk menghasilkan limbah
B3 dengan efisiensi yang cukp tinggi.

2. Pemanfaatan limbah
Pemanfaatan limbah medis yaitu upaya mengurangi volume,
konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya yang menyebar di
lingkunga, dengan cara reuse, recycle, dan recovery. Pemanfaatan
limbah dilakukan setelah melakukan uapaya reduksi pada sumber.
a. Reuse (penggunaan kembali), merupakan upaya penggunaan
barang atau limbah untuk digunakan kembali untuk kepentingan
yang sama tanpa mengalami proses pengolahan atau perubahan

24
bentuk. Reus dapat mengurangi biaya pwmbwlian dan
mengurangi limbah dari kegiatan perawatan pasien. Berikut ini
fasilitas kesehatan yang dapat direuse diantaranya linen yang
dapat digunakan kembali, perawatan seperti pispot, cekungan
muntah, dan peralatan makan. Sebaiknya jarum suntik tidak
digunakan kembali karena dapat membahayakan kesehatan,
walaupun dapat digunakan kembali, rumah sakit harus
mengeluarkan biaya untuk membersihkan dan mensterilkan
peralatan tersebut.
b. Recycle (daur ulang) merupakan upaya pemanfaatan limbah
dengan cara proses daur ulang melalui perubahan fisik atau
kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama maupun
produk yang berlainan dengan maksud kegunaan yang lebih.
Limbah padat yang dapat didaur ulang yaitu kertas, kardus,
kaca, plastik, kayu, logam, sisa makanan, daun, dan limbah
pekarangan, dan berbagai bahan campuran.
c. (recovery (perolehan kembali), merupakan upaya pemanfaatan
limbah dengan cara memproses untuk memperoleh kembali
materi atau energi yang terkandung di dalamnya atau
merupakan suatu proses pemulihan. Misalnya pengambilan
perak dari fixing-bath yang digunakan dalam pengolahan foto
rontgen.
3. Pemisahan Limbah Medis
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan
dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan
dengan pengelolaan, limbah klinis dikategorikan menjadi 5
golongan sebabagi berikut :
a. Golongan A :
- Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi
dari kamar bedah.
- Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.

25
- Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),
bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan swab dan dreesing.
b. Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-
benda tajam lainnya.
c. Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang
termasuk dalam golongan A.
d. Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
e. Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan
stomach.
cara yang paling teoat dalam pengelolaan limbah medis adalah
dengan melakukan pemilihan limbah berdasrkan warna kantong atau
kontainer plastik yang digunakan. Hal ini dapat meminimalkan
volume limbah medis yang infeksius dan mengurangi biaya untuk
pembuangan limbah tersebut. Berikut contoh warna kantong
menurut DepKes RI :
 Kantong hitam untuk limbah umum
 Kantong kuning untuk limbah yang harus diinsinerasi
 Kantong kuning untuk limbah yang sebaiknya diinsinerasi, tetapi
dapat dibuang ke landfill.
 Kantong biru muda untuk limbah yang harus disterilisasi

26
4. Pengumpulan Limbah Medis
Pada tahap pengumpulan limbah, maksimal 2/3 bak
sampah yang sudah tersisi harus diambil, atau kontainer harus
diangkat jika sudah tiga perempat penuh. Kantong plastik yang
belum terisi penug dapat disegel dengan cara membuat disimpul
ikatan di bagian lehernya. Untung kantong yang terisi penuh
mungkin perlu diikat denga menggunakan labeel plastik pengikat
dan tidak boleh ditutup dengan cara distaples. Rumah sakit harus
mempunyai program rutin untuk pengumpulan limbah karena
limbah tidak boleh menumpuk di satu titik pengumpulan. Limbah
harus dikumpulkan setiap hari dan diangku ke tempat penampungan
yang telah ditentukan. Persediaan akntong plastik dan kontainer
harus tersedia di semua tempat yang menghasilkan limbah.
5. Pengangkutan Limbah Medis
Setelah proses pengumpulan, tahap selanjutnya adalah
pengangkutan limbah. Pengangkutan limbah dilakukan oleh petugas
kebersihan dari sumber penghasil limbah. Pengangkutan limbah

27
medis harus menggunakan alat angkut berupa kereta, gerobak, atau
troli. Alat angkut tersebut harus didesain sedemikian rupa sehingga
permukaan harus licin, rata dan tidak tembus; tidak akan menjadi
sarang serangga dan mudah dibersihan dan dikeringkan.
Dalam proses pengangkutan limbah medis, disarankan
menggunakan alat angkut yang terpisahkan antara limbah domestik
dan tidak boleh digunakan untuk mengangkut materi lainnya.
Limbah benda tajam dan limbah medis lainnya yang tekah terisi
penuh kemudiaan diangkut secara rutin menggunakan troli khusus
dengan wadah tertutup yang kokoh dan kuat dibawa ke tempat
pembuangan. Pengangkutan limbah dari ruangan atau unit yang ada
dalam rumah sakit ke tempat penampungan limbah sementara
melalui rute yang paling cepat yang harus direncanakan sebelum
perjalanan atau yang sudah ditetapkan.
Jika pengangkutan menggunakan lift, disarankan jangan
menggunakan lift yang sama untuk lift pasien atau pengunjung atau
makanan dalam pengangkutan limbah medis. Kendaraan
pengangkut limbah medis harus dibersihkan dan didesinfeksi setiap
hari dengan menggunakan desinfektan yang tepat yaitu dengan
0,5% klorin kemudian dibilas dengan air bersih.
6. Penyimpanan Limbah Medis
Setelah pengumpulan dari sumber penghasil limbah
kemudian ditempatkan pada tempat penampungan sementara.
Tempat penampungan limbah harus memiliki lantai yang kokoh
dengan dilengkapi drainase yang baik dan mudah dibersihkan serya
didesinfeksi. Selain itu, tidak boleh berada dekat dengan lokasi
penyimpanan bahan makanan atau dapur. Harus ada pencahayaan
yang baik serta kemudahan akses untuk kendaraan pengumpul
limbah. Lokasi untuk tempat penyimpanan limbah yang berbahaya
dan beracun minimum berjarak 50 meter dari lokasi fasilitas umum
dan daerah bebas banjir sehingga aman dari kemungkinan terkena
banjir.

28
Tempat penyimpanan limbah juga harus dilengkapi dengan
penutup, menjaga agar areya penyimpanan limbah medis tidak
bercampur dengan limbah non medis, membatasi akses sehingga
hanya orang tertentu yang dapat memasuki area penampungan.
7. Pemusnahan Limbah Medis
Setelah limbah medis ditampund pada tempat penampungan
sementara, proses selanjutnya yaitu pengolahan limbah medis yaitu
pemusnahan dan pembuangan akhir. Menurut PP ni. 18 jo 85 tahun
1999, pengolahan limbah medis yang termasuk kategori limbah B3
adalah proses mengubah jenis, jumlah, dan karakteristik limbah B3
menjafi tidak berbahaya dan tidak beracun sebelum ditimbun.

1) Limbah infeksius dan benda tajam

a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan


agen infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan
pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini
mungkin. Untuk limbahinfeksius yang lain cukup dengan
cara desinfeksi.

b.Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila


memungkinkan dan dapat diolah bersama dengan limbah
infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.

c. Setelah insinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuaang


ke tempat penampungan B3 atau di buang ke landfill jika
residunya sudah aman.

2) Limbah Farmasi

Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan


insinerator pirolitik (pyrolitik incinerator), rotary klin, dikubur
secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau
insinerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan
fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary kli, kapsulisasi
dalam drum logam, dan inersisasi.

3) Limbah Sitotoksik

29
a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang
dengan penimbunan (landfiil) atau saluran limbah umum.

b. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh


karena kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila
tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat
tersebut sudah kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.

c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C dibutuhkan untuk


menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu
rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke
udara.

d. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak


tersedia, kapsulisasi atau inersisasi dapat di pertimbangkan
sebagai cara yang dapat dipilih.

4) Limbah bahan kimiawi

Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino,
garam, dan gula tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor.
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang
terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi
pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).

5) Limbah dengan kandungan logam berat tinggi

Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak


boleh dibakar atau diinsinesrasi karena berisiko mencemari udara
dengan uap beracun dan tidak boleh dibuang landfill karena dapat
mencemari air tanah.

6) Kontainer Bertekanan

Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer


bertekanan adalah dengan daur ulang atau pengunaan kembali.
Apabila masih dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke
distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam
bentuk cair dan dikemas dalam botol harus di perlakukan sebagai
limbah bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya.

30
7) Limbah radioaktif

Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam


kibijakan dan strategi nasional yang menyangkut perturan,
infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih.
(Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).

BAB IV

KESIMPULAN

Toksikologi limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara
umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang


terkandung di dalamnya diantaranya limbah benda tajam, limbah infeksius tubuh,
limbah sitotoksik, limbah kimia, limbah radioaktif , limbah plastik.

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap lingkungan dan kesehatan antara


lain gangguan kenyamanan dan estetika, kerusakan harta benda, kesehatan
manusia, reproduksi, dan ganguan terhadap tanaman maupun binatang. Oleh
karena itu limbah harus dikelola dengan baik dengan cara memisahkan limbah
padat dan cair, dan membuangnya di tempat yang sudah ditentukan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., 2008, ‘Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan’,


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Hindarko ,5 15. Ir. 2003. Mengolah limbah supayah tidak mencemari


orang lain.
Jakarta.

Keraf, sonny. Dr . 2000. Analisis dampak lingkungan hidup, rencana


pengelolah lingkungan.
Jakarta.

32
33

Anda mungkin juga menyukai