Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM KERJA LAPANGAN (PKL)

PENGELOLAAN TPSB3 DI RSIA PURI BUNDA

DISUSUN OLEH :

AYUNDA EKA PUTRI

(181213251328)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Pengelolaan TPSB# di RSIA PURI BUNDA

Nama : Ayunda Eka Putri

NIM : 181213251328

Telah disetujuioleh pembimbing praktikum kerja lapangan dan


pembimbingakademik Program Studi S! Kesehatan Lingkungan
STIKES Widyagama Husada Malang

Malang, 26 Juni 2021

Menyetujui

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

(Gilang Andhika S.) (Irfany Rupiwardhani, S.E., MMRS)

Mengetahui

Direktur RSIA Puri Bunda

(dr. Merry Nuthea, MMRS)


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan praktikum kerja lapangan yang berjudul:
”Pengelolaan TPSB3 Di RSIA PURI BUNDA”.

Saya menyampaikan terima kasih atas bimbingan, petunjuk, dan


dorongan sehingga tersusunnya laporan ini, kepada yang terhormat:

1. Dr. Rudi Joegijantoro MMRS selaku ketua STIKES


Widyagama Husada Malang dan pembimbing akademik
2. Ibu Fani Rupiwardani, SE.MMR S selaku ketua Prodi
Kesehatan Lingkungan STIKES Widyagama Husada Malang
dan Pembimbing Akademik Praktikum Kerja Lapangan
3. Bapak Gilang Andhika S. Selaku pembimbing lapangan
4. Keluarga yang telah memberikan dukungan serta motivasi
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan dengan tepat waktu
5. Teman-teman yang selalu memberi semangat. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait,
yang telah membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini.

Akhir kata, dalam penyusunan laporan ini saya sudah berupaya sebaik
mungkin, tetapi masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu apabila
ada salah atau kurangnya kami dengan terbuka menerima segala saran
dan kritik yang membangun.

Malang, 26 Juni 2021

Ayunda Eka Putri


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah


bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan
fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif)
kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Selain itu, rumah sakit
juga ditunjang oleh unit – unit lainnya seperti, ruang operasi,
laboratorium, farmasi, administrasi, dapur, laundry, pengolahan
sampah dan limbah. Berdasarkan undang-undang No. 44 tahun 2009
tentang rumah sakit, yang dimaksud rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yag menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Disamping kegiatan pelayanan kesehatan
untuk penyembuhan pasien, rumah sakit juga menjadi media
pemaparan dan atau penularan penyakit bagi para pasien, petugas,
pengunjung maupun masyarakat sekitar yang tinggal dekat rumah
sakit yang disebabkan oleh agent (komponen penyebab penyakit) yang
terdapat di lingkungan rumah sakit. (Ningrum, 2014)

Seiring jumlah rumah sakit yang bertambah setiap tahunnya di


Indonesia, maka semakin banyak pula jumlah produksi limbah medis
yang dihasilkan. Jika limbah medis tidak dikelola dengan baik, maka
kondisi tersebut akan memperbesar kemungkinan potensi limbah
rumah sakit dalam mencemari lingkungan serta menularkan penyakit
dan juga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Rumah sakit
memberikan dampak positif sebagai sarana untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat juga memberikan dampak negatif yaitu
penghasil limbah sehingga perlu mendapatkan perhatian. (Purwanti,
2018)

Produksi limbah medis padat rumah sakit di Indonesia secara


nasional diperkirakan sebesar 376.089 ton/hari. Limbah rumah sakit
dibagi menjadi dua kelompok secara umum yaitu limbah medis dan
limbah non medis (Pertiwi, 2017). Limbah medis rumah sakit
dikategorikan sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
seperti disebutkan dalam Lampiran I PP No. 101 Tahun 2014 bahwa
limbah medis memiliki karakteristik infeksius. Limbah B3 dapat
menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan juga dampak terhadap
kesehatan masyarakat serta makhluk hidup lainnya bila dibuang
langsung ke lingkungan. Selain itu, limbah B3 memiliki karakteristik
dan sifat yang tidak sama dengan limbah secara umum, utamanya
karena memiliki sifat yang tidak stabil, reaktif, eksplosif, mudah
terbakar dan bersifat racun. (Purwanti, 2018)

Di Indonesia dengan jumlah 2.889 rumah sakit, hanya 110


yang memiliki insinerator berizin. Kondisi ini mengakibatkan
terbatasnya kapasitas pengolah limbah B3 medis yang baru
mencapai 53,12ton/hari. Ditambah dengan kapasitas jasa
pengolahan oleh pihak ketiga sebesar 187,90ton/hari, sementara
jumlah limbah B3 medis diprediksi mencapai 294,66 ton/hari
(Prasetiawan,T, 2020). Provinsi Sumatera Barat memiliki fasyankes
sebanyak 2.831buah yang terdiri dari71 rumah sakit, 269
puskesmas, 931 puskesmas pembantu danserta 1.562
fasyankeslainnya dengan total timbulan limbah B3 medis
sebesar 1,64 ton/hari.Sampai saat ini, tidak satupun fasyankes
tersebut yang memiliki incineratorberizinkarenasulitnya proses
perizinan (Yolarita, 2020)

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


tahun 2019 bahwa jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai 2840
rumah sakit, 10.062 puskesmas dan 8.841 klinik. Mengingat
pentingnya dampak yang ditimbulkan oleh limbah B3 maka limbah
B3 harus di olah sesuai peraturan yang berlaku.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Mengetahui pengelolaan limbah B3 secara umum
2. Mengetahui proses pengelolaan limbah B3 rumah sakit
3. Mengetahui proses pengelolaan limbah B3 di RSIA Puri Bunda
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui proses pengelolaan Limbah B3 secara umum
2. Mengetahui proses pengelolaan Limbah B3di RSIA Puri
Bunda
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LIMBAH B3

Bahan Berbahaya dan Beracun yang disingkat B3 adalah zat,


enrgi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya,baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun yang disebut Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3).

Limbah B3 (LB3) berdasarkan kategori bahayanya dibagai


menjadi 2 yaitu limbah B3 kategori1 dan limbah B3 kategori 2,
sedangkan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) berdasarkan
sumbernya terdiri atas:

a. Limbah B3 dari Sumber Tidak Spesifik


Limbah B3 dari sumber tidak spesifik merupakan Limbah B3
yang pada umumnya bukan berasal dari proses utamnya, tetapi
berasal dari kegiatan antara lain pemeliharaan alat, pencucian,
pencegahan korosi atau inhibitor korosi, pelarutan kerak, dan
pengemasan
b. Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yang tumpah, B3 yang
tidak memenuhi spesifikasi produk yang akan dibuang dan
bekas kemasan B3
c. Limbah B3 dari Sumber Spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik merupakan Limbah B3 sisa
proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat
ditentukan

Limbah B3 dibedakan berdasarkan karakteristiknya sebagai berikut:


(Malayadi, 2017)

1. Mudah Terbakar (Flamable)


Buangan ini apabila dekat dengan api/sumber api, percikan,
gesekan mudah menyala dalam waktu yang lama baik selama
pengangkutan, penyimpanan atau pembuangan. Contoh jenis ini
buangan Bahan Bakar Minyak (BBM) atau buangan pelarut
(benzena, toluen, aseton)
Gambar 1. Logo mudah terbakar

2. Mudah Meledak (Explosive)


Buangan yang melalui reaksi kimia menghasilkan ledakan
dengan cepat, suhu, tekanan tinggi mampu merusak lingkungan.
Penanganan secara khusus selama pengumpulan, penyimpanan,
maupun pengangkutan. Limbah dengan sifat ini mrupakan
limbah yang pada suhu tekanan standar (25oC, 760 mmHg)
dapat meledak atau melalui reaksi kimia atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan
cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Limbah B3 denag
sifat mudah meledak yang paling berbahaya adalah limbah B3
peroksida organik karena bersifat oksidator dan tidak stabil.
Senyawa ini sangat sensitif terhadap guncangan, gesekan, dan
panas, serta terdekomposisi secara eksotermis dengan
melepaskan energi panas yang sangat tinggi. Contoh limbah B3
dengan sifat ini adalah asetil peroksida, benzoil peroksida, dan
jenis monomer yang mempunyai berpolimerisasi secara spontan
sambil melepaskan gas bertekanan tinggi (seperti butadien dan
metakrilat).
Gambar 2. Mudah meledak

3. Menimbulkan karat (Corrosive)


Buangan yang pH nya sanagat rendah (pH <3) atau sangat
tinggi (pH >12,5) karena dapat bereaksi dengan buangan lain,
dapat menyebabkan karat besi dengan adanya buangan lain,
dapat menyebabkan karat baja/besi. Contoh: sisa asam terutama
asam sulfat, limbah asam, dan baterai.
Gambar 3. Korosif

4. Buangan Pengoksidasi (Oxidizing waste)


Buangan yang dapat menyebabkan kebakaran karena
melepaskan oksigen atau buangan proksida (organik) yang tidak
stabil dalam suhu tinggi. Contoh: magnesium, perklorat dan
metil etil ketonperoksida.
Gambar4. Pengoksidasi

5. Buangan Yang Menimbulkan Penyakit (Infectious Waste)


Buangan ini dapat menularkan penyakit. Contoh: tubuh
manusia, cairan tubuh manusia yang terinfeksi, limbah
laboratorium yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat
menular. Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman
penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada
pekerja. Limbah jenis ini umumnya berupa limbah rumah sakit
atau laboratorium klinik, limbah laboratorium yang terinfeksi
kuman penyakit yang dapat menular, tubuh manusia, dan cairan
tubuh manusia yang terinfeksi.
Gambar 5. Infeksius

6. Berbahaya (Harmful Waste)


Buangan ini Berdasarkan PerMen LH Nomor 03 Tahun 2008
Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi sifat
berbahaya (Harmful) berwarna dasar putih dengan garis tepi
tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar silang berwarna
hitam. Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan baik berupa
padatan, cairan atau gas yang jika terjadi kotak atau melalui
inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan sampai tingkat tertentu.
Gambar 6. Berbahaya
7. Buangan Beracun (Toxic waste)
Buangan ini berkemampuan meracuni, menjadikan cacat
sampai membunuh makhluk hidup dalam jangka panjang
ataupun jangka pendek. Sebagai contoh logam berat (sperti Hg,
Cr), pestisida, pelarut dan halogenida.
Gambar7. Beracun

8. Dangerous for Environment (Berbahaya Bagi Lingkungan)


Berdasarkan PerMen LH Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata
Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan
Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi sifat berbahaya bagi
lingkungan berwarna dasar putih dengan garis tepi berwarna
merah. Simbol berupa gambar pohon dan media lingkungan
berwarna hitam serta ikan berwarna putih. Simbol ini
menunjukkan suatu bahan yang dapat menimbulkan bahaya
terhadap lingkungan. Bahan kimia ini dapat merusak atau
menyebabkan kematian pada ikan atau organisme aquatik
lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti
merusak lapisan ozon (misalnya CFC = Chlorofluorocarbon),
persistent lingkungan (misalnya PCBs = Polychlorinated
Biphenyls)
Gambar 8. Berbahaya bagi lingkungan

9. Presure Gas (Gas Bertekanan)


Berdasarkan PerMen LH Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata
Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan
Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi sifat gas bertekanan
berwarna dasar putih dengan garis tepi berwarna merah. Simbol
berupa gambar tabung gas silinder berwarna hitam. Simbol ini
untuk menunjukkan bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini
bertekanan tinggi dan dapat meledak bila tabung dipanaskan /
terkena panas atau pecah dan isinya dapat menyebabkan
kebakaran.
Gambar 9. Gas bertekanan
10.Carcinogenic, Tetragenic, Mutagenic (Karsinogenik,
Tetragenik, Mutagenik)
Berdasarkan PerMen LH Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata
Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan
Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi sifat karsinogenik,
tetragenik, dan mutagenik berwarna dasar putih dengan garis
tepi berwarna merah. Simbol berupa gambar kepala dan dada
manusia berwarna hitam dengan gambar menyerupai bintang
segi enam berwarna putih pada dada. Simbol ini menunjukkan
paparan jangka pendek, jangka panjang atau berulang dengan
bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai berikut:
a. Karsinogenik yaitu penyebab sel kanker
b. Teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio
c. Mutagenik yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom yang berarti dapat merubah genetika
d. Toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik
e. Toksisitas terhadap sistem reproduksi
f. Gangguan pernafasan

Gambar 10. Karsinogenik


Limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah lain yang
apabila diuji dengan metode toksikologi memiliki LD50 dibawah nilai
ambang batas yang telah ditetapkan. Pengujian toksikologi dilakukan
untuk menentukan sifat akut atau kronik dan menetapkan nilai LD50
(Lethal Dose Fifty). LD50 adalah perhitungan dosis (gram pencemar
per kilogram) yang dapat menyebabkan 50% populasi makhluk hidup
yang dijadikan percobaan. Apabila LD50 lebih besar dari 15 gram per
kilogram berat badan maka limbah tersebut bunkan limbah B3.
(Malayadi, 2017)

2.2 PERATURAN TERKAIT LIMBAH B3

Dalam melkukan penglolaan limbah bahan berbahaya dan beracun


(LB3) di fasilitas pelayanan kesehatan, maka wajib berpedoman pada
regulasi yang berlaku di Indonesia. Aspk regulasi ini akan
memberikan arahan bagi pihak fasyankes agar selama proses
pengelolaan limbah berbahaya dan beracun di fasyankes memenuhi
standar yang berlaku. Adapun regulasi terkait dengan pengelolaan
limbah berbahaya dan beracun (LB3) sebagaimana ditunjukkan pada
tabel 2.1 di bawah ini

Tabel 2.1 Regulasi Pengelolaan Limbah B3


No. Nomer Perihal
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Kesehatan

3. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun Kesehatan Lingkungan


2014
4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun Pengelolaan Limbah B3
2014
5. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun Pengesahan Amendment
2005 to the Basel Convention
on the control of
Transboundary
Movement of hazardous
waste and their disposal
(Amandemn Atas
Konvensi Basel tentang
Pengawasan
Perpindahan lintas batas
limbah bahan berbahaya
dan pembuangannya)
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 66 Keselamatan dan
Tahun 2016 Kesehatan Kerja
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 27 Pedoman Pencegahan
Tahun 2017 dan Pengendalian
Infeksi di Fasyankes
(PPI)
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 7 Kesehatan Lingkungan
Tahun 2019 Rumah Sakit
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Penyimpanan Limbah
dan Kehutanan Bahan Berbahaya Dan
P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 Beracun

2.3 LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LB3) DI


RUMAH SAKIT

Limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) di rumah sakit agdalah


semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk
padat, cair, dan gas. Jenis limbah B3 di rumah sakit jika dibandingkan
dengan kegitan dari instansi lainnya, maka jenis limbah rumah sakit
dapat dikategorikan kompleks. Jenis dan sumber limbah di rumah
sakit, meliputi:

a. Limbah Padat Rumah Sakit


Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit
yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang
terdiri dari limbah medis padat dan limbah non-medis, meliputi:
1. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologis, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.
2. Limbah non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit diluar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan
kembali apabila ada teknologinya
b. Limbah Cair
Limbah cair adalah semua air buanga termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit ynag kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun,dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan
c. Limbah Gas
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang
berasal dari kgiatan pembakaran di rumah sakit seperti
insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan
pembuatan obat sitotoksik
d. Limbah Infeksius
Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme
patogen yang tidak secara rutin ada dilingkungan dan organisme
tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk
menularkan penyakit pada manusia rentan
e. Limbah Sangat Infeksius
Limbah sangan infeksius adalah limbah yang berasal dari
pembiakan dan stock bahan sagat infeksius, otopsi, organ
binatang percobaan, dan bahan lain yang telah diinokulasi,
terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
f. Limbah Sitotoksis
Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang
terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis
untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup

2.5 DAMPAK LIMBAH B3


Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan
masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dari
laboratorium virology dan mikrobiologi yang sampai saat ini belum
ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair dan
limbah padat yang berasal dari rumah sakit dapat berfungsi sebagai
media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas,
penderita maupun masyarakat.

Limbah medis dan fasilitas pelayanan kesehatan dapat mengandung


berbagai macam mikroorganisme pathogen, yang dapat memasuki
tubuh manusia melalui beberapa jalur, yaitu:

a. Melalui tusukan, lecet, atau kulit di kulit


b. Melalui membran mukosa
c. Melalui pernafasan
d. Melalui ingesti

Di fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan bakteri yang resisten


terhadap antibiotika dan desinfektan kimia juga akan dapat
memperbesar bahaya yang muncul akibat limbah medis layanan
kesehatan yang tidak dilakukan pengelolaan dengan benar dan aman.
Limbah medis tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores, ttapi
juga menyebabkan luka tusuk yang akan dapat menginfeksi luka jika
terkontaminasi pathogen, karena risiko ini (cidera dan penularan
penyakit), maka limbah medis tajam termasuk dalam kelompok
limbah B3 yang berbahaya.

Beberapa infeksi yang menyebar melalui media lain atau disebabkan


oleh agen yang lebih resisten dapat menimbulkan risiko yang
bermakna pada resisten dapat menimbulkan risiko yang bermakna
pada pasien dan masyarakat.

Tabel 4.1

Infeksi Akibat Terpajan Limbah Layanan Kesehatan, Organisme


Penyebab dan Media Penularan

No Jenis Infeksi Organisme Penyebab Media


Penularan
1. Infeksi Enterobakteria, misal: Tinja dan/atau
gastroenteritis salmonella, shigellaspp, muntahan
vibrio cholera, cacing
2. Infeksi saluran Mycobacterium Sekret yang
pernafasan tuberculosis, terhirup, air liur
Streptococcus
pneumoniae, Virus campak
3. Infeksi mata Herpes virus Sekret mata
4. Infeksi genital Neisseria gonorrhoeae, Sekret genital
herpes virus
5. Infeksi kulit Streptococcus spp Nanah
6. Antraks Bacillus Anthracis Sekret kulit
7. Miningitis Neisseria miningitis Cairan
serebrospinal
8. AIDS Human Immunodeficiency Darah, sekret
Virus (HIV) alat kelamin
9. Demam berdarah Virus junin, Lassa, Ebola, Seluruh cairan
dan Marburg tubuh dan
sekret

Pengelolaan limbah cair yang tidak benar dapat menimbulkan


terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke
pekerja, dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan
kepada pengunjung rumah sakit. Untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang bekerja di sekitar
rumah sakit maka diperlukan adanya manajemen dan monitoring
limbah rumah sakit. Untuk mengamankan lingkungan dan
menggurangi energi, rumah sakit perlu mengembangkan Minimisasi
dengan menggunakan pedoman 4R sehingga dapat menggurangi
jumlah limbah yaitu reduce (menggurangi) - reuse (penggunaan
kembali) - recycle (daur ulang) - recovery (perolehan kembali), End
Off pipe Approach merupakan pilihan akhir dalam pengelolaan
limbah rumah sakit, dimana limbah rumah sakit diolah dan
dimusnahkan sesuai dengan teknologi yang akrab lingkungan. Dengan
minimisasi limbah rumah sakit dapat memberikan berbagai
keuntungan dan memberikan nilai tambah bila dilaksanakan oleh
pihak rumah sakit secara konsisten. (Subekti, 2011)

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Gambaran Umum RSIA Puri Bunda

RSIA Puri Bunda status kepemilikanya adalah perusahaan swasta


yaitu PT. Putraning Husada bertempat di Jl. Simpang Sulfat Utara No.
60A Malang dengan inti pelayanan sopan santun, penuh perhatian,
cepat, tepat dan terjangkau, yang diselenggarakan secara terpadu
untuk mencapai apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Lokasi
rumah sakit yang terletak pada dalam wilayah Kota Malang dan pada
jalur alternatif ke arah Malang utara memungkinkan RSIA Puri Bunda
menjangkau masyarakat baik di wilayah kota maupun kabupaten
Malang. Lokasi rumah sakit yang dekat dengan area perumahan
maupun perkampungan menyebabkan pasien RSIA Puri Bunda sangat
bervariasi baik dari segi pendidikan maupun pendapatan. Dengan
demikian RSIA Puri Bunda berkewajiban memberikan pelayanan
yang komprehensif dan menawarkan banyak pilihan terutama untuk
pelayanan Keluarga Berencana.

RSIA Puri Bunda menempati lahan dengan luas tanah 4.678,29 m2


dan luas bangunan 1.631,25 m2 terdiri dari 3 lantai dengan kapasitas
71 tempat tidur (TT) untuk rawat inap dengan rincian 71 Tempat
Tidur meliputi VIP 6 TT, Kelas I 19 TT, Kelas II 14 TT, Kelas 3 20
TT, Isolasi 1 TT, Perinantologi Fisiologis 25 TT, Perinantologi
Patologis (HCU) 9 TT, HCU Dewasa 2 TT.

3.2 Jumlah Karyawan

- Dokter Spesialis Kandungan : 7 Orang

- Dokter Spesialis Anak : 3 Orang

- Dokter Spesialis Anastesi : 3 Orang

- Dokter Spesialis Bedah : 1 Orang

- Dokter Spesialis Penyakit Dalam : 2 Orang

- Dokter Spesialis Konservasi Gigi : 2 Orang


- Dokter Spesialis Patologi Klinik : 1 Orang

- Dokter Spesialis Andrologi : 1 Orang

- Dokter Spesialis Radilogi : 1 Orang

- Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin : 1 Orang

- Dokter Umum : 10 Orang

- Perawat : 57 Orang

- Tenaga Kesehatan Lainya : 42 Orang

- Non Klinis : 66 Orang

3.3 Pemanfaatan Lahan

Pemanfaatan Lahan RSIA Puri Bunda adalah sebagai berikut :

- ALD : 2.694 m2

- Parkir : 1.140 m2

- RTH : 245 m2

- IPAL : 45 m2

- Lantai Bangunan : 4 Lantai

- Lantai 1 : Kasir, Reseptionis, Poliklinik, Kamar


Operasi, IGD, Instalasi Farmasi, Ponek, HCU, Kamar Bersalin,
Laboratorium, Ruang Rawat Inap 14 TT, Gizi (Dapur), Kantor, Ruang
Dekontaminasi, Kantin, R.Pertemuan, Gudang Farmasi dan B3, TPS
B3, TPS Umum, Unit Pemeliharaan Sarana, Tandon Air,IPAL dan
Post Mortem
- Lantai 2 : Ruang Patologi, Ruang Fisiologi, Ruang
NICU/PICU, Ruang Laktasi, Ruang Rawat Inap 41 TT

- Lantai 3 : Ruang Rawat Inap 12 Kamar, Area


Laundry,

- Lantai 4 : Gudang Rekam Medis, Tandon Air

3.4 Proses Pengelolaan Limbah B3

Berdasarkan peraturan RI Nomor 101 Tahun 2014, pengolahan limbah


B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,dan/atau
penimbunan. (Malayadi, 2017)

1. Pengurangan
Pengurangan limbah B3 adalah kegiatan Penghasil Limbah B3
untuk mengurangi jumlah dan/atau mengurangi sifat bahaya
dan/atau racun dari limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu
usaha atau kegiatan.

2. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang
dilakukan oleh pengahsil atau pengumpul atau pemanfaat atau
pengolah dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud
menyimpan sementara.
3. Pengumpulan
Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan
limbah B3 dari penghasil limbah B3 sebelum diserahkan
kepada pemanfaat limbah B3, pengolah Limbah B3, dan/atau
penimbun Limbah B3.
4. Pengangkutan
Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan
limbah B3 dari penghasil atau dari pengumpul atau dari
pemanfaat atau dari pengolah ke pengumpul atau ke pemanfaat
atau ke pengolah atau ke penimbun limbah B3. Setiap
pengangkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib
disertai dokumen limbah B3 yang ditetapkan oleh kpala intansi
yang bertanggung jawab.
5. Pemanfaatan
Pemanfaaan limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali,
daur ulang, dan/atau perolehan kembali yang bertujuan untuk
mengubah limbah B3 menjadi yang dapat digunakan sebagai
subtitusi bahan baku, bahan penolong, dan/atau bahan bakar
yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 PENGELOLAAN LIMBAH B3

Berdasarkan peraturan RI Nomor 101 tahun 2014, pengelolaan limbah


B3 adalah kegiatan yang meliputi: (Malayadi, 2017)
1. Pengurangan
Pengurangan limbah B3 adalah kegiatan Pengahsil Limbah B3
untuk mengurangi jumlah dan/atau mengurangi sifat bahaya
dan/atau racun dari limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu
usaha atau kegiatan. Pengurangan limbah B3 wajib dilakukan
oleh penghasil limbah B3 dengan cara:
a. Subtitusi bahan, pemilihan bahan baku dan/atau bahan
penolong yang semula mengandung B3 digantikan dengan
yang tidak mengandung B3
b. Modifikasi proses, pemilihan dan penerapan produksi yang
lebih efisien
c. Penggunaan teknologi ramah lingkungan

2. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang
dilakukan oleh pengahsil atau pengumpul atau pemanfaat atau
pengolah dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud
menyimpan sementara. Prnghasil limbah B3 dapat menyimpan
limbah B3 paling lambat 90 hari sebelum menyerahkannya
kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau
penimbun limbah B3. Apabila limbah B3 yang dihasilkan
kurang dari 50 kilogram per hari, enghasil limbah B3 dapat
menyimpan limbah B3 lebih dari 90 hari sebelum diserahkan
kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau
penimbun limbah B3, dengan persetujuan instansi yang
bertanggungjawab. Kegiatan penyimpanan sementara limbah
B3 wajib memiliki izin dari Bupati/Walikota.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Pasal 1 Nomor 101
Tahun 2014 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun penyimpanan limbah B3 dilakukan ditempat
penyimpanan yang sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Lokasi tempat penyimpanan bebas banji, tidak rawan
bencana, dan diluar kawasan lindung serta sesuai dengan
rencana tata ruang
b. Rancangan bangunan disesuaikan dengan jumlah,
karakteristik limbah B3 dan upaya pengendalian pencemaran
lingkungan
c. Desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3
dari hujan dan sinar matahari.
d. Memiliki penerangan dan ventilasi
e. Memiliki saluran drainase dan bak penampung
3. Pengumpulan
Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan
limbah B3 dari penghasil limbah B3 sebelum diserahkan
kepada pemanfaat limbah B3, pengolah Limbah B3, dan/atau
penimbun Limbah B3. Pengumpul limbah B3 adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan pengumpulan dengan tujuan
untuk mengumpulkan limbah B3 sebelum dikirim ke tempat
pengolahan atau pemanfaat atau penimbun limbah B3.
Kewajiban pengumpul limbah B3 hampir sama dengan
penghasil limbah B3 dalam urusan catatan dan penyimpanan.
Kegiatan pengumpulan limbah B3 wajib memiliki izin dari:
a. Meteri untuk pengumpulan limbah B3 skala nasional setelah
mendapat rekomendasi dari gubernur
b. Gubernur untuk pengumpulan limbah B3 skala provinsi
c. Bupati/Walikota untuk pengumpulan limbah B3 skala
kabupaten/kota.

Dalam hal setiap orang yangmenghasilkan mampu melakukan


sendiri. Pengumpulan Limbah B3 diserahkan kepada
dihasilkannya, Pengumpulan Limbah Pengumpul Limbah B3.
Penyerahan Limbah B3 kepada Pengumpul dengan bukti
penyerahan Limbah B3. Salinan bukti penyerahan Limbah B3
disampaikan oleh setiap orang kepada Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya paling lama 7
(tujuh) hari sejak penyerahan Limbah B3.

4. Pengangkutan
Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan
limbah B3 dari penghasil atau dari pengumpul atau dari
pemanfaat atau dari pengolah ke pengumpul atau ke pemanfaat
atau ke pengolah atau ke penimbun limbah B3. Setiap
pengangkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib
disertai dokumen limbah B3 yang ditetapkan oleh kpala intansi
yang bertanggung jawab.
Berdasarkan penjelasan PP RI No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Dokumen
Limbah B3 adalah surat yang dibrikan pada waktu penyerahan
limbah B3 oleh penghasil limbah B3 atau pengumpul limbah
B3 kepada pengangkut limbah B3. Dokumen limbah B3
tersebut berisi ktentuan sebagai berikut:
a. Nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3 yang
menyerahkan limbah B3
b. Tanggal penyerahan Limbah B3
c. Nama dan alamat pengangkut Limbah B3
d. Tujuan pengangkutan limbah B3
e. Jenis, jumlah, komposisi, dan karakteristik limbah B3 yang
diserahkan

Pengangkutan limbah B3 dilakukandengan alat angkut khusus


yang memenuhi persyaratan dengan tata cara pengangkutan
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Sarana pengangkutan yang dipakai mengangkut
limbah B3 adalah truk, kereta api, atau kapal. Pengangkutan
dengan mengemasi limbah B3 ke dalam container dengan drum
kapasitas 200 liter. Untuk limbah B2 cair jumlah besar
menggunakan tanker, sedangkan limbah B3 pada menggunakan
ligger box dari baja. Kegiatan pengangkutan limbah B3 wajib
memiliki izin dari menteri yang menyelenggarakan urusan di
bidang perhubungan setelah medapat rekomendasi dari menteri

5. Pemanfaatan
Pemanfaaan limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali,
daur ulang, dan/atau perolehan kembali yang bertujuan untuk
mengubah limbah B3 menjadi yang dapat digunakan sebagai
subtitusi bahan baku, bahan penolong, dan/atau bahan bakar
yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
6. Pengolahan
Pengolahan limbah B3 memenuhi persyaratan:
a. Lokasi Pengolahan
Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil
limbah atau di luar lokasi penghasil limbah
1) Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:
a) Daerah bebas banjir
b) Jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter

2) Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus:


a) Daerah bebas banjir
b) Jarak dengan jalan utama tol minimum 150 m atau 50
m untuk jalan lainnya
c) Jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan
aktivitas umum 300 m
d) Jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk
minimum 300 m
e) Dan jarak dengan wilayah terlindungi (seperti cagar
alam dan hutan lindung) minimum 300 m

b. Fasilitas Pengolahan
Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi,
meliputi:
1) Sistem keamanan fasilitas
2) Sistem pencegahan terhadap kebakaran
3) Sistem penanggulangan keadaan darurat
4) Sistem pengujian peralatan
5) Pelatihan karyawan
c. Penanganan Limbah B3 Sebelum Diolah
Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji
analisis kandungan guna menetapkan pprosedur yang tepat
dalam pengolahan limbah tersebut. Setelah uji analisis
kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode
yang tepat guna pengolahan limbah trsebut sesuai dengan
karakteristik dan kandungan limbah.
Penanganan limbah sebelum diolah lainnya adalah proses
penyimpanan. Penyimpanan merupakan kegiatan
penampungan sementara limbah B3 sampai jumlahnya
mencukupi untuk diangkut atau diolah. Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan efisiensi dan ekonomis. Penyimpanan
limbah B3 untuk waktu yang lama tanpa kpastian yang jelas
untuk memindahkan ke tempat fasilitas pengolahan,
penyimpanan, dan pengolahan tidak diperbolehkan.
Penyimpanan dalam jumlah yang banyak dapat dikumpulkan
di lokasi pengumpulan limbah
Limbah cair maupun limbah padat dapat disimpan, untuk
limbah cair dapat dimasukkan ke dalam drum dan disimpan
dalam gudang yang terlindungi dari panas dan hujan.
Limbah B3 bentuk padat/lumpur disimpan dalam bak
pnimbun yang dasarnya dilapisi dengan lapisan kedap air.
Penyimpanan terus mempertimbangkan jenis, jumlah B3
yang dihasilkan.
Jenis dan karakteristik B3 akan menentukan bentuk dan
bahan pewadahan yang sesuai dengan sifat limbah B3,
sedangkan jumlah timbunan limbah B3 dan periode timbulan
menentukan volume yang harus disediakan. Bahan yang
digunakan untuk wadah dan sarana lainnya dipilih berdasar
karakteristik buangan. Contoh untuk buangan yang korosif
disimpan dalam wadah yang terbuat dari fiber glass.
d. Pengolahan
Penentuan karakteristik limbah B3 biasanya mengacu
pada Material Safety Data Sheet (MSDS) pada setiap zat
kimia yang dominan terkandung pada limbah B3. Material
Safety Data Sheet atau MSDS adalah suatu form yang berisi
keterangan data fisik (titik lebur, titik didih, titik falsh, dsb),
toksisitas, pengaruh terhadap kesehatan, pertolongan
pertama, reaktifitas, penyimpanan dan pembuangan yang
ama, peralatan proteksi, serta prosedur penanganan bahaya.
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari
karakteristik dan kandungan limbah. Perlakuan limbah B3
untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sebagai
berikut:
1) Proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa,
netralisasi, pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, pertukaran
ion dan pirolisa
2) Proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas,
pemisahan cairan dan penyisihan komponen-komponen
spesifik dengan metode kritalisasi, dialisa, osmosis balik,
dll.
3) Proses stabilisasi solidifkasi, dengan tujuan untuk
mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3
dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya
racun sebelum limbah dibuang ke tmpat penimbunan
akhir.
4) Proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran
materi limbah menggunakan alat khusus insinerator
dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99%
atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin
dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa
pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr.

Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis


limbah B3, tetapi proses dipilih brdasarkan cara terbaik melakukan
pengolahan sesuai dengan jenis dan materi limbah.

7. Penimbunan
Penimbunan limbah adalah kegiatan menempatkan limbah B3
pada fasilitas penimbunan dengan maksud tidak membahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Adapun syarat dan
lokasi penimbunan limbah B3 yaitu:
1) Bebas banjir
2) Pemeabilitas tanah
3) Merupakan daerah yang secara geologis aman, stabil, tidak
rawan bencana, dan di luar kawasan lindung
4) Tidak merupakan daerah resapan air tanah terutama yang
digunakan untuk air minum
4.2MACAM-MACAM PIHAK KETIGA LIMBAH B3 DI
INDONESIA
1. PT. Putra Restu Ibu Abadi (PRIA)
a. Sejarah PT. PRIA
PT. Putra Restu Ibu Abadi (PRIA) adalah perusahaan yang
bergerak di bidang jasa pengangkutan, pengolahan dan
pemanfaatan limbah B3. Berlokasi di Jalan Raya
Lakardowo, Jetis Mojokerto. Perusahaan ini mulai berdiri
pada tahun 2010. PT. PRIA menangani limbah B3 dengan
baik, benar, dan profesional serat ditunjang fasilitas yang
memadai sesuai dengan hukum, dan peraturan yang berlaku
di Indonesia. PT. PRIA telah memiliki perijinan dalam
bidang pengangkutan, pengolahan, dan pemanfaatan limbah.
b. Visi dan Misi PT. PRIA
1) Visi
Menjadi perusahaan pengolahan limbah terbaik di
Indonesia
2) Misi
a. Berperan aktif dalam mendukung program pemerintah
dalam upaya pengelolaan lingkungan
b. Berpartisipasi adalam upaya kemajuan riset dan
teknologi di bidang pengolahan limbah brbahay dan
beracun (B3)
c. Membuka lapangan pekerjaan dengan sistem padat
karya yang dapat meningkatkan kesejahteraan
penduduk sekitar
d. Mampu memberikan kontribusi yang bersifat positif
terhadap bangsa dan negara
e. Dalam jangka panjang diharapkan dapat mencapai
skala perusahaan besar dan bertaraf Nasional

2. PT. PPLI
PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) adalah
perusahaan Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1994
menyediakan koleksi, daur ulang, pengobatan dan layanan
pembuangan limbah berbahaya dan limbah tidak berbahaya.
PPLI adalah 95% dimiliki oleh DOWA dan 5% oleh
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Badan Usaha Milik
Negara. PPLI perusahaan induk, DOWA Eco-System Co Ltd,
adalah perusahaan yang didedikasikan untuk manajemen
lingkungan dan daur ulang, dan anak perusahaan yang
sepenuhnya dimiliki DOWA Holdings Co Ltd Group didirikan
pada tahun 1884 sebagai pertambangan dan logam peleburan /
pemurnian perusahaan di Jepang. Bisnis DOWA Eco-System
berpusat pada daur ulang sumber daya, pengelolaan sampah,
remediasi tanah dan konsultasi lingkungan.
Pelayanan PT. PPLI mencakup:
1. Profil Limbah
Aerosol, limbah elektronik, limbah laboratorium, limbah
minyak, limbah farmasi, bahan / produk yang ditolak,
kemasan, limbah baterai basah, limbah lampu dll.
2. Proses Pre-Penerimaan
Laboratorium PT PPLI beroperasi meberikan pelayanan
teknis secara terpadu di Cileungsi, Bogor. Laboratorium
terdiri dari laboratorium fisika dan kimia modern,
sepenuhnya diakreditasi oleh KAN untuk Laboratorium
Penguji ISO 17025, dan terdaftar sebagai Laboratorium
Lingkungan oleh Kementerian Lingkungan. Sebelum limbah
diterima, sampel dikumpulkan dan dianalisis di PT PPLI
Laboratorium untuk menentukan untuk tepat metode dan
proses pengobatan penanganan bahan limbah pelanggan.
3. Transportasi Limbah
Semua kendaraan yang masuk dan keluar dimonitor
menggunakan CCTV, GPS & dokumentasi nyata, dan label
limbah, bar coding untuk memastikan transportasi limbah
yang aman dan lancar.
4. Pengolahan Limbah Padat
PPLI menawarkan pengolahan dengan metoda stabilisasi
untuk limbah padat yang dikirim dalam bentuk non-stabil.
Limbah berbahaya tidak dapat diurug di landfil sampai
dipastikan bahwa limbah secara fisik dan kimiawi stabil.
Proses stabilisasi melibatkan berbagai bentuk pra-perlakuan
kimia, diikuti pencampuran dengan semen portland, abu
terbang, tanah liat penyerap, air, dan reagen lainnya dalam
berbagai proporsi untuk membuat zat yang stabil. Setelah
stabil, produk akhir disimpan dengan aman ke dalam eco-
TPA.
5. Pengolahan Limbah Cair
Sebagian besar proses industri menghasilkan limbah cair
dalam berbagai jumlah. Limbah cair mungkin berbahaya
atau tidak berbahaya tergantung pada jenis proses dan bahan
baku. PPLI mampu mengolah berbagai jenis limbah cair
yang mengandung kontaminasi tingkat tinggi. Proses
pengolahan dangan menggabungkan kedua proses fisik dan
kimia serta proses biologi. Proses pengolahan limbah cair
meliputi:
a. Kimia, koagulasi, dan flokulasi
b. Dissolved Air Floatation
c. Penghilangan padatan dengan fliter tekan
d. Reaktor Sequencing Batchi
e. Sistem karbon aktif
f. Engineered wetlands
6. Konversi Limbah Menjadi Energi
PT PPLI percaya pada pemulihan energy dan mengambil
satu langkah maju, PT PPLI telah mengembangkan fasilitas
yang memungkinkan untuk mengkonversi limbah menjadi
energi yang dapat digunakan kembali. PT PPLI mampu
mengkonversi limbah cair menjadi bahan bakar sintetis
melalui proses yang disebut bahan bakar blending dan
limbah padat menjadi AFR (Bahan Bakar Alternatif dan
Bahan Baku).
7. Eco-TPA
Modern hazardous and non-hazardous waste eco-landfill
direkayasa dan dioperasikan oleh para profesional untuk
memenuhi standar Indonesia, Bank Dunia, US-EPA, dan
Uni Eropa. Metode dan bahan yang digunakan dalam
layanan ini menjamin bahwa limbah berbahaya dan tidak
berbahaya dikelola dengan baik dan permanen aman.
Monitoring dan audit dengan system pengamanan
lingkungan tingkat tinggi. Fasilitas pembuangan ini
memberikan kepercayaan dan keamanan jangka panjang.
Penutupan dan rencana pasca penutupan dilakukan oleh PT
PPLI sepenuhnya untuk memberikan jaminan jangka
panjang. Eco-Landfill kelas 1 telah difasilitasi di PPLI
Cileungsi sejak tahun 1994. Eco-TPA kelas 2 telah
beroperasi sejak 2007. PT PPLI sedang mengembangkan
sebuah sistem di PT PPLI Eco-TPA yang akan
memungkinkan untuk mengkonversi metana gas yang
dihasilkan oleh limbah menjadi listrik yang akan
memberdayakan semua fasilitas PPLI ini.
8. Layanan Site
PT PPLI memiliki tim layanan lapangan dengan lengkap,
mampu memenuhi tuntutan pelanggan pada berbagai proyek
lapangan terkait. PT PPLI juga telah mendukung proyek
pengeboran, minyak, gas dan panas bumi, dan layanan
terkait lapangan pelanggan industri sejak tahun 1994.
Proyek layanan lapangan meliputi:
a. Pembersihan, penghapusan, dan pemulihan tanah yang
terkontaminasi
b. Pemulihan lumpur
c. Segregasi dan lain-lain.
9. Pengolahan Limbah Lanjutan
komitmen PT PPLI sebagai perusahaan jasa Penanganan
Limbah secara Total, PT PPLI juga telah mengembangkan
pengolahan khusus untuk aliran limbah yang sulit, termasuk,
namun tidak terbatas pada: baterai lithium, lampu merkuri,
transformator PCB, baterai akumulator, zat zona depleting,
pengurangan asbes dan laboratorium kimia.
10.Pengolahan Limbah Pengeboran
terfokus dan pendekatan solusion-driven untuk proyek
pengeboran sektor minyak, gas dan energi panas bumi yang
mengoptimalkan desain, pengiriman, dan pengelolaan
limbah pengeboran di menu layanan terpadu, disesuaikan
dengan sesuai dengan kebutuhan spesifik pelanggan. Hal ini
dilengkapi produk, peralatan, teknologi, dan layanan oleh
personil yang sangat terlatih dan berkualitas.

4.3FESTRONIK
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
Nomor P.4/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020 Tentang
Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun pada Bab
IV membahas tentang Fetronik Pengangkutan Limbah B3 dalam
beberapa pasal, antara lain:
1. Pasal 18
(1) Pengangkutan Limbah B3 wajib disertai dengan
Festronik.
(2) Festronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan oleh:
a. Pengangkut Limbah B3; dan
b. Penghasil Limbah B3, Pengumpul Limbah B3,
Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3,
dan/atau Penimbun Limbah B3.
(3) Penggunaan Festronik oleh Pengangkut Limbah B3
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan
dengan mengisi data Limbah B3 yang diangkut.
(4) Penggunaan Festronik oleh Penghasil Limbah B3,
Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, Pengumpul
Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b untuk
melakukan konfirmasi terhadap data yang diisi oleh
Pengangkut Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (3).
(5) Dalam hal pengangkutan Limbah B3 dilakukan secara
multimoda, pengisian data Limbah B3 yang diangkut
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh
Pengangkut Limbah B3 yang mengangkut Limbah B3
pertama.
(6) Festronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diisi
secara daring pada laman http://festronik.menlhk.go.id.
2. Pasal 19
Kewajiban menggunakan Festronik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 dikecualikan terhadap:
a. pengangkutan Limbah B3 oleh Penghasil Limbah B3 yang
dilakukan dalam wilayah kerja usaha dan/atau kegiatan yang
sama dan melewati jalan umum;
b. pengangkutan Limbah B3 untuk kegiatan ekspor; dan
c. pengangkutan Limbah B3 untuk tujuan penelitian.
3. Pasal 20
(1) Pengangkut Limbah B3, Penghasil Limbah B3, Pemanfaat
Limbah B3, Pengolah Limbah B3, Pengumpul Limbah B3,
dan/atau Penimbun Limbah B3 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (2) harus melakukan pendaftaran pada
laman http://festronik.menlhk.go.id untuk dapat mengakses
Festronik.
(2) Pendaftaran bagi Penghasil Limbah B3 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus disertai dengan dokumen:
a. Formulir pendaftaran Festronik;
b. Akta pendirian badan usaha; dan
c. Surat kuasa penunjukan administrator Festronik, untuk
pendaftaran administrator Festronik yang merupakan
pihak selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Pendaftaran bagi Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah
B3, Pengumpul Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai dengan
dokumen:
a. Formulir pendaftaran Festronik;
b. Akta pendirian badan usaha;
c. Salinan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pemanfaatan Limbah B3, izin Pengelolaan Limbah B3
untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3, dan/atau izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan
Limbah B3; dan
d. Surat kuasa penunjukan administrator Festronik, untuk
pendaftaran administrator Festronik yang merupakan
pihak selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Formulir pendaftaran Festronik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dan ayat (3) huruf a disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini
4. Pasal 21
(1) Terhadap permohonan pendaftaran Festronik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1), Menteri menugaskan
Direktur Jenderal untuk melakukan validasi.
(2) Validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan untuk memastikan kesesuaian dokumen dengan
persyaratan permohonan pendaftaran Festronik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) dan ayat (3).
(3) Dalam hal hasil validasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) menyatakan:
a. Dokumen sesuai, Direktur Jenderal menerbitkan nama
pengguna dan kata sandi akun Festronik; atau
b. Dokumen tidak sesuai, Direktur Jenderal menerbitkan
penolakan permohonan pendaftaran Festronik.
5. Pasal 22
Direktur Jenderal berwenang untuk membekukan akun
Festronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) huruf
a jika:
a. Hasil pengawasan menunjukkan Pengangkut Limbah B3,
Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, Pengumpul
Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3 terbukti
melakukan pelanggaran ketentuan Peraturan Perundang-
undangan di bidang Pengelolaan Limbah B3; dan
a. merupakan permintaan Pengangkut Limbah B3, Pemanfaat
Limbah B3, Pengolah Limbah B3, Pengumpul Limbah B3,
dan/atau Penimbun Limbah B3 sebagaimana dimaksud
dalam huruf a.
4.4 TINDAKAN MENGURANGI LIMBAH B3

Pembahasan belum menjawab rumusan masalah tolong diperbaiki


DAFTAR PUSTAKA

Purwanti, AA. 2018. Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya


Dan Beracun (B3) Rumah Sakit Di Rsud Dr.Soetomo
Surabaya (The Processing Of Hazardous And Toxic Hospital
Solid Waste In Dr.Soetomo Hospital Surabaya). Jurnal
Kesehatan Lingkungan Vol. 10 , No.3
Astuti, A. 2014. Kajian pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Journal Community Health.
2(1)

Malayadi, FA. 2017. Karakteristik dan Sitem Pengelolaan Limbah


Bahan Berbahaya dan Beracun Laboratorium Universitas
Hasanuddin Kota Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Hasanuddin. Makassar

Ningrum, PT dan Khalista, NN. 2014. GAMBARAN


PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DI RUMAH SAKIT X
KABUPATEN JEMBER. Jurnal IKESMA Volume 10
Nomor 2

Pertiwi, V. 2017. Evaluasi pengelolaan limbah Bahan Berbahaya Dan


Beracun (B3) di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 5(3),

Prasetiawan, T. 2020. Permasalahan Limbah Medis Covid-19 Di


Indonesia. Info Singkat, Vol. XII, No. 9/I/Puslit/Mei/202

Subekti, S. 2011. Pengaruh Dan Dampak Limbah Cair Rumah Sakit


Terhadap Kesehatan Serta Lingkungan. Majalah Ilmiah
Universitas Pandanaran. Vol. 9 (19)

Yolarita, E dan Kusuma DW. 2020. PENGELOLAAN LIMBAH B3


MEDIS RUMAH SAKIT DI SUMATERA BARAT PADA
MASA PANDEMI COVID-19 (Hospital Medical Waste
Management inWest Sumateraduring COVID-19 Pandemic).
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 19 No. 3

Anda mungkin juga menyukai