OLEH
KELOMPOK 3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “Penyakit Menular” ini dibuat dalam
rangka pemenuhan tugas mata kuliah Komunikasi, Promosi Kesehatan &
Epidemiologi.
kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan kami terima
dengan senang hati demi perbaikan makalah lebih lanjut.
KELOMPOK 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Bahan berbahaya dan beracun
B. Klasifikasi Bahan berbahaya dan beracun
C. Penanganan
BAB III
STUDI KASUS
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga,
perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa cair, padat bahkan
berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita. Tetapi ada limbah yang
lebih berbahaya lagi yang disebut dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal
tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil dan sepele, karena apabila limbah
(B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan
penanganan yang salah dalam menangani limbah B3 tersebut, maka dampak dari Limbah
B3 tersebut akan semakin meluas, bahkan dampaknyapun akan sangat dirasakan bagi
lingkungan sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan
makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun dampak
yang akan dirasakan dalam jangka ersama dimasa yang akan ersam.
Kita tidak akan tahu seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi,namun
seperti kata pepatah”Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati”, hal tersebut menjadi
salah satu aspek pendorong bagi kita semua agar lebih berupaya mencegah dampak dari
limbah B3 tersebut, ketimbang menyaksikan dampak dari limbah B3 tersebut telah terjadi
dihadapan kita, dan kita semakin sulit untuk menanggulanginya.
Secara garis besar,hal tersebut menjadi salah satu patokan bagi kita,bahwa segala
sesuatu yang terjadi merupakan tanggung jawab kita ersama untuk
menanggulanginya,khususnya pada masalah limbah (B3) tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu bahan berbahaya dan beracun ?
2. Apa saja klasifikasi bahan berbahaya dan beracun ?
3. Bagaimana cara penanganan suatu bahan berbahaya dan beracun ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi B3
2. Mengetahui Klasifikasi B3
3. Mengetahui penanganan B
1
BAB II
PEMBAHASAN
adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25⁰C, 760 mmHg) dapat meledak
atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya.
2
Penanganan : Hindari pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala
lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Contoh : KClO3, NH4NO3, Trinitro Toluena
(TNT).
Adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber
nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus
terbakar hebat dengan dalam waktu lama.
Penanganan : Jauhkan dari benda-benda yang berpotensi mengeluarkan api.
Contoh : Minyak terpentin.
3. Bersifat reaktif (Almendah, 2014)
Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil, dapat menyebabkan perubahantanpa
peledakan. Misalnya sianida, sulfida atau ammonia.
Contoh : Tabung gas mudah meledak/bereaksi pada suhu dan tekanan 25 OC 760
mmHg
4. Beracun (toxic) (Wardiyah, 2016)
Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadaap kesehatan manusia
yang menyebabkan kematian apabila terserap kedalam tubuh karena tertelan,lewat
pernafasan atau kontak lewat kulit.Penanganan : Jangan ditelan dan jangan dihirup,
hindari kontak langsung dngn kulit.
Contoh : Metanol, Benzena.
5. Menyebabkan infeksi (Alfiah T, 2012)
Yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau
limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang
diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
Contoh : Jarum suntik bekas untuk menyuntik pasien apabila digunakan kembali
karena akan menularkan penyakit, misalnya penularan penyakit HIV.
6. Bersifat korosif (corrosive) (Wardiyah, 2016)
Adalah bahan kima yang terkena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan
apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain (karat pada logam).
Contoh : HCl, H2SO4, NaOH (>2%)
7. Berbahaya (harmful) (Wardiyah, 2016)
Bahan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan apabila terhirup, tertelan, atau
kontak dengan kulit.
Penanganan : Jangan dihirup, jangan ditelan dan hindari kontak langsung dengan
kulit.
Contoh : NaOH, C6H5OH, Cl2
Contohnya pada kasus bunuh diri dengan dichlorvos dan phenthoate pada seorang
pria berusia sekitar 80 tahun. Pada kasus tersebut diawali dengan uji skrining obat dengan
menggunakan prinsip immunochemical drug screening kit Triage DOA [3]. Triage DOA
(drug of abuse) adalah salah satu immunoassay yang digunakan untuk penentuan kualitatif
dari metabolit utama obat-obatan terlarang seperti Benzodiazepin, Kokain, Amfetamin
atau Metamfetamin, Metadon, Tetrahidrocannabinol, Opiat, Barbiturat, dan Antidepresan
Tricyclic dalam urin. Dalam penelitian ini uji skrining menggunakan immunochemical
drug screening kit Triage DOA memberikan hasil negatif. Sehingga dapat diketahui
bahwa kasus kematian tersebut tidak disebabkan oleh obat-obatan terlarang.
Pada deskripsi kasus dijelaskan bahwa polisi menemukan barang bukti berupa
botol yang berisi cairan kecoklatan gelap yang terdiri dari dichlorvos dan phenthoate.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan pengujian skrining obat dengan pendekatan
yang ditargetkan. Untuk mengetahui secara pasti senyawa yang menjadi tersangka pada
kasus kematian ini, dilakukan pula pemeriksaan secara internal terhadap korban. Hasil
dari pemeriksaan secara internal pada kasus kematian ini yaitu darah jantung berwarna
merah kehitaman, mukosa esofagus didenaturasi menjadi warna kecoklatan dan
kehilangan elastisitas, serta di dalam lambung ditemukan cairan berlumpur coklat
dengan bau yang mudah menguap [3]. Hasil pemeriksaan internal menunjukkan ciri-ciri
tubuh terpapar oleh adanya senyawa dichlorvos dan phenthoate. Selanjutnya dilakukan
uji konfirmasi atau uji pemastian untuk memastikan identitas analit yang terlibat dalam
kasus kematian yang telah dilaporkan. Uji pemastian dari kasus tersebut menggunakan
teknik HPLC-MS [4]. Pada kasus ini sampel yang akan dianalisis dari hasil autopsi
adalah sampel darah, urine, dan cairan pencernaan [3].
DAFTAR PUSTAKA
Redjeki, S. 2016. Modul Bahan Ajar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Pusdik SDM
kesehatan. Jakarta
Alfiah, T. 2012. Klasifikasi B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) menurut PPRI No 74 tahun
2001. https://tatyalfiah.wordpress.com/2012/04/21/klasifikasi-b3-bahan-berbahaya-dan-
beracun-menurut-ppri-no-74-tahun-2001/2/. Diakses tanggal 27 september 2018.
Almendah, 2014. Bahan berbahaya dan beracun pengertian dan jenis.
https://alamendah.org/2014/10/05/bahan-berbahaya-dan-beracun-b3-pengertian-dan-jenis/.
Diakses tanggal 27 september 2018.
Syukur, A. 2017. Penanganan bahan berbahaya dan beracun.
https://www.slideshare.net/mobile/abdulsyukur75/penanganan-bahan-berbahaya-dan-
beracun-b3-handling. Diakses tanggal 27 september.
Anonym, 2012. Arti Warna Pada Simbol Keselamatan.
http://safetytrainingindonesia.blogspot.com/2012/12/www.linkterusan.blogspot.com.html.
Diakses tanggal 8 oktober 2018.
Prasetiawan, 2014. Pengelolaan Limbah.
https://www.academia.edu/6745548/Makalah_Pengelolaan_Limbah_B3. Diakses tanggal 8
oktober 2018.
Wardiyah, 2016. Modul Kimia Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Mubarok, 2016. Empat Tipe Kontaminan. http://farmasiindustri.com/industri-farmasi-2/empat-
tipe-kontaminan-yang-ditemukan-di-dalam-kelas-bersih.html. Diakses tanggal 12 oktober
2018.
Suri, 2016. Penanganan Limbah B3.
https://www.scribd.com/document/330635426/PENANGANAN-LIMBAH-B3. Diakses
tanggal 12 oktober 2018.