Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI RUMAH SAKIT


“PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN”

Mata Ajar Pengantar K3 dan kedokteran Okupasi

Oleh:
dr. Mohamad Wicaksono
dr. Palupi Agustina Djayadi

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN OKUPASI


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA

1
MARET,2018
DAFTAR ISI

DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………. 1
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………..………………………. 2
I.1. Latar Belakang………...……….……………………...…………………………... 2
I.2. Tujuan……………………………………………………………………….………. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi ………………………………………………………………………….….. 3
II.2. Identifikasi B3 ……………………………………………………………………... 3
II.3. Penanganan tumpahan B3 …………………………………………………….… 5
II.4. Pemasangan simbol dan label B3 …………………………………………….… 7
II.5. Panduan Pembuangan limbah B3 …………………………………………….. 11

BAB III. KESIMPULAN ………………………………………………….………………. 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sebagai suatu fasilitas umum juga suatu tempat bekerja, Rumah sakit
memiliki potensial bahaya untuk terjadinya suatu kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Salah satu bahaya potensial yang terdapat di Rumah Sakit yaitu keberadaan bahan
berbahaya dan beracun (B3). Berdasarkan data yang diterbitkan oleh badan kesehatan
dunia WHO, sebanyak 15% dari limbah pelayanan medis adalah bahan berbahaya yang
bersifat infeksius, beracun atau mengandung radioaktif.1
Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pasal 165
berbunyi: “ Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan hal tersebut, maka pengelola tempat kerja di Rumah Sakit mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya
kesehatan kerja disamping upaya keselamatan kerja. Rumah Sakit harus menjamin
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun
masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu Rumah
Sakit dituntut untuk melaksanakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang
dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh, sehingga risiko terjadinya penyakit akibat
kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja di Rumah Sakit dapat dihindari. 2

I.2. Tujuan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah:
I.2.1. Diketahuinya kebijakan pemerintah berupa peraturan mengenai pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun
I.2.2. Diketahuinya Tatalaksana pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi
Menurut peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014, yang dimaksud dengan Bahan
Berbahaya dan Beracun adalah zat, energi dan/ atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi dan/ atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan
hidup manusia dan mahluk hidup lain.3

II.2. Identifikasi B31,3,4


Suatu zat dikatakan masuk kedalam bahan berbahaya dan beracun bika memiliki satu atau
lebih sifat-sifat berikut:

1. Mudah meledak
Bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25°C, 760 mmHg) dapat meledak atau
melalui reaksi kimia dana tau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya.
2. Pengoksidasi
Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3 pengoksidasi dapat
dilakukan dengan metoda uji pembakaran menggunakan ammonium persulfat
sebagai senyawa standar. Sedangkan untuk bahan berupa cairan, senyawa standar
yang digunakan adalah larutan asam nitrat. Dengan pengujian tersebut, suatu bahan
dinyatakan sebagai B3 pengoksidasi apabila waktu pembakaran bahan tersebut
sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.

3. Mudah menyala atau terbakar

4
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan
pengimbangan kehilangan panas, sehingga tercapai kecepatan reaksi yang
menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala
(flash point) rendah (21°C)

4. Reaktif
Bahan yang bila bereaksi dengan air akan mengeluarkan panas dan gas yang
mudah terbakar.

5. Infeksius
Bahan yang mengandung mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, rickettsia,
parasite, jamur atau suatu rekombinan, hybrid atau muatan yang dapat menimbulkan
penyakit pada manusia dan hewan.

6. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baj (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35
mm/tahun dengan temperature uji 55°C, mempunyai Ph sama atau kurang dari 2
(asam), dan sama atau lebih dari 12,5(basa)1

7. Beracun
Karakteristik beracun melalui uji toksikologi LD50 lebih besar dari 50mg/kgBB hewan
uji dan lenih kecil atau sama dengan 5000mg/kgBB hewan uji. B3 yang bersifat
racun bagi manusia akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila
masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
Tingkatan racun B3 dikelompokkan sebagai berikut:

Urutan Kelompok LD50 (mg/Kg)


1 Amat sangat beracun ≤1
(extremwly toxic)
2 Sangat beracun (Highly toxic) 1 - 50
3 Beracun (moderately toxic) 51 - 500
4 Agak beracun (slightly toxic) 501 – 5.000
5 Praktis tidak beracun (practically non-toxic) 5001 – 15.000

5
6 Relative tidak berbahaya (relatively >15.000
harmless)

8. Berbahaya (Harmful)
bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas yang jika terjadi kontak atau melalui
inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai
tingkat tertentu.

8. Berbahaya bagi Lingkungan


Bahaya yang ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon (misalnya
CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan tersebut dapat merusak
lingkungan.

9. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel tubuh yang perangainya berubah menjadi
ganas.
10. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio

11. Mutagenik
Sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang berarti dapat merubah
genetika.

II.3. Penanganan tumpahan B34


a. Ketentuan Umum mengatasi Tumpah
Harus dipahami bahwa tumpahan pada area kerja harus dibersihkan karena
dapat menyebabkan kecelakaan akibat kontak dengan bahan tum pahan.
Kecelakaan yang ditimbulkan antara lain : keracunan akibat menghirup uap

6
bahan tersebut, korosif dan dapat menimbulkan kebakaran dan ledakan jika
bereaksi dengan bahan-bahan mudah terbakar, serta menyebabkan kontaminasi
oleh mikroba (untuk bahanbahan mikrobiologi).
b. Penanganan B3 tumpah secara umum adalah :
1) Identifikasi / Kenali lokasi terjadinya tumpah, jumlah bahan yang tumpah ,
sifat kimia dan fisika tumpahan, sifat bahaya dan risiko tumpahan dan
mengetahuteknik aman penanganannya.
2) Pastikan penggunaan alat pengaman diri (khususnya sarung tangan,
pelindung mata/muka dan pelindung pernafasan bila perlu).
3) Cegah tumpahan meluas dan hentikan sumber tumpahan jika hal tersebut
aman dilakukan.
4) Tangani (di tempat) dengan cara yang tepat. (Lihat MSDS)
5) Secara umum proses yang dilakukan adalah netralisasi.
6) Netralisasi dapat menggunakan basa (soda ash/lime) untuk tumpahan yang
bersifat asam dan
7) Larutan asam asetat untuk tumpahan yang bersifat basa.
8) Bahan yang paling umum digunakan untuk keadaan darurat apabila terjadi
tumpahan adalah pasir, tanah, natrium karbonat dan kapur
9) Bekas tumpahan bahan kimia di area kerja dapat dibersihkan dengan air,
sabun detergen , atau pembersih lain yang sesuai dengan bahan
pengotornya.
10) Tetapi untuk penanganan yang lebih tepat dapat dilihat di dalam “Material
Safety Data Sheet” (MSDS).
c. Langkah Selanjutnya Setelah Pembersihan tumpahan B3
1) Simpan semua limbah pada tempatnya yang sesuai kemudian tutup untuk
penanganan lebih lanjut
2) Bersihkan pastikan kembali area tersebut telah bersih dan aman.
3) Bersihkan area / meja kerja segera setelah terjadi tumpahan zat/ bahan
kimia.
4) Apabila bahan kimia yang tumpah tersebut cukup/sangat berbahaya, selain
dibersihkan dengan lap, tangan harus dilindungi dengan sarung tangan dan
Alat Pelindung Diri (APD) lainnya : masker dan sepatu pelindung)
d. Panduan penanganan terpapar B3 pada kulit
1) Penanganan bila terjadi Kontaminasi Bahan-bahan Berbahaya pada
Pekerja, Bila Terkena Kulit dan Rambut

7
2) Membawa segera pekerja yang terkontaminasi menuju sumber air
terdekat dan lepaskan seluruh pakaian yang menutup bagian yang
terkontaminasi
3) Membasahi atau menyiram pekerja yang terkontaminasi dengan air (bila
mungkin air mengali ratau air pancuran atau shower), lihat petunjuk gambar
4) Membersihkan kontaminasi dengan sabun jika ada
5) Mempergunakan sarung tangan/baju pelindung untuk melindungi diri dari
kontaminan bahan kimia yang dibersihkan (beberapabahan kimia yang
melepas uap berbahaya bagi pernafasan, pastikan tidak menghirupnya)
6) Membawa pekerja yang terkontaminasi ke poli pegawai atau Instalasi
Rawat Darurat bila memerlukan pertolongan medis lebih jauh
7) Melaporkan kejadian kecelakaan kerja ke Panitia K3 Rumah Sakit melalui
Poli Pegawai

e. Panduan penanganan terpapar B3 pada mata


1) Penanggulangan Bila Terjadi Kontaminasi Bahan-bahan Berbahaya pada
Pekerja, bila Terkena Mata :
a) Membaringkan dan memposisikan pekerja yang terkontaminasi
dengan posisi kepala menengadah dan miring ke arah mata yang
terkontaminasi
b) Membersihkan segera bahan kimia yang mengenai mata dengan
sejumlah air yang dingin dan bersih selama 15–20 menit
c) Memastikan air yang di siram menjauhi muka dan tidak
mengenai mata sebelahnya
d) Memastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal ketika
menyiram di sekitar kulit, alis dan kelopak mata
e) Memastiakn pekerja yang terkontaminasi tidak menggosok matanya
f) Membawa pekerja yang terkontaminasi ke Poli Pegawai dan Instalasi
Rawat Darurat bila memerlukan pertolongan medis lebih jauh
Melaporkan kejadian kecelakaan kerja ke Panitia K3 Rumah Sakit
melalui Poli Pegawai.

II.4. Pemasangan simbol dan label B35


Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan peringatan
pada wadah atau tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan
pencegahan yang esensial. pegawai yang bekerja pada pengelolaan B3 biasanya belum

8
mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para
pengguna di ruaangan dari barang tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda
menjadi sangat penting.
Peringatan tentang bahaya dengan simbol dan label merupakan syarat penting
dalam perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai
perlindungan yang sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap
diperlukan.
a. Panduan Umum pemasangan Simbol
1) Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol sesuai dengan klasifikasinya dan
label sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.
2) Setiap tempat penyimpanan kemasan dan alat pengangkutan B3 wajib diberi
simbol B3.
3) Bentuk dasar, ukuran dan bahan
a) Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat sehingga membentuk
belah ketupat berwarna dasar putih dan garis tepi belah ketupat tebal
berwarna merah (lihat gambar A). Simbol yang dipasang pada kemasan
disesuaikan dengan ukuran kemasan. Sedangkan simbol pada
kendaraan pengangkut dan tempat penyimpanan kemasan B3 minimal
berukuran 25 cm x 25 cm.

Gambar 1. Bentuk dasar symbol

b) Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap air, goresan dan
bahan kimia yang akan mengenainya. Warna simbol untuk dipasang di
kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun harus dengan cat
yang dapat berpendar (fluorenscence). Jenis simbol B3
c) Simbol B3 merupakan gambar yang menunjukan klasifikasi B3 beberapa
Gambar 2. Simbol B3 :

9
b. Ketentuan

pemasangan Label
Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan
jenis B3. Penggunaan Label B3 tersebut dilakukan informasi tentang produsen
B3, identitas B3 serta kuantitas B3. Label harus mudah terbaca, jelas terlihat,
tidak mudah rusak, dan tidak mudah terlepas dari kemasannya.
1) Bentuk, warna dan ukuran.
a) Label B3 berbentuk persegi panjang dengan ukuran disesuaikan dengan
kemasan yang digunakan, ukuran perbandingannya adalah panjang :
lebar = 3:1, dengan warna dasar putih dan tulisan serta garis tepi
berwarna hitam, sebagaimana gambar
b) Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak mudah terhapus
dan dipasang pada setiap kemasan B3. Pada label wajib dicantumkan
informasi

Nama B3/Nama Dagang Nama B3


Komposisi
No CAS/No UN)
Produsen
Informasi Tindakan Penanganan

Keterangan Tamabahan Kata peringatan

Pernyataan Bahaya :
Identitas Pemasok Klasifikasi B3

10
Fisik, Kesehatan dan Lingkungan

Gambar 3. Label B3

2) Pengisian Label
Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak mudah terhapus dan
dipasang pada setiap kemasan B3. Pada label wajib dicantumkan informasi
minimal sebagai berikut :

No Jenis Farmasi Penjelasan Pengisian


1 Nama B3; Nama dagang B3/Nama bahan
Komposisi, No.CAS/No kimia.
UN; Komposisi atau formulasi bahan
Produsen kimia.
Informasi lengkap mengenai
penghasil.

2 Simbol Disesuaikan dengan klasifikasi B3

3 Kata peringatan Pilih salah satu “bahaya” atau


“awas” sesuai dengan tingkat
resiko

4 Pernyataan bahaya: Menjelaskan simbol secara lebih


- klasifikasi B3. detil sesuai dengan klasifikasi B3.
- fisik, kesehatan, Misal: sangat mudah menyala,
lingkungan. sangat beracun, karsinogenik, dan
lain-lain.

5 Informasi Penanganan Prosedur penanganan kecelakaan


dan darurat

11
6 Keterangan tambahan Tanggal kadaluarsa.
Tujuan penggunaan.
Jumlah dan isi kemasan atau
kontainer.

7 Identitas pemasok Informasi lengkap mengenai


pemasok

3) Pemasangan label B3.


Label B3 dipasang pada kemasan di sebelah bawah simbol dan harus terlihat
dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada wadah yang akan
dimasukkan ke dalam kemasan yang lebih besar. Contoh pemasangan simbol
dan label pada kemasan/wadah, sebagaimana gambar 6.b.

Simbol

Label

Gambar 4. Kemasan B3 dengan symbol dan label

II.5. Panduan Pembuangan limbah B36


Limbah B3 yang terdapat didalam TPS LB3 RS dikirim ke pihak ketiga
yang telah mendapat ijin untuk melakukan pengolahan limbah B3 dari KLH.

12
Dalam penanganan residu abu pasca pembakaran residu abu dimasukkan
kedalam drum kemudian dilakukan solidifikasi dimana dilakukan pengecoran
dengan spesi semen dan pasir.
Panduan tentang pembuangan limbah B3 :
a. Tiap limbah baik karena rusak, pecah,kadaluarsa maupun sisa hasil
proses yg tidak digunakan harus dibuang pada saluran khusus yg disiapkan
atau tempat sampah khusus B3
b. Jika limbah asam dan Basa harus dinetralkan dahulu sebelum dibuang.
Untuk zat2 logam berbahaya harus diendapkan dahulu hingga buangan aman
tidak lebih ambang
c. Limbah sisa gas yg mudah terbakar harus diamankan
d. Semua wadah/kemasan B3 harus dibakar dg benar
e. Membuang limbah B3 secara manual harus menggunakan APD yg
sesuai. Hati-hati hindari bahaya percikan, jatuh, terpeleset, tersiram, dsb

13
BAB III

KESIMPULAN

B3 adalah Bahan Berbahaya dan Beracun, dimana yang dimaksud adalah zat yang
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lain.
Bahan B3 teridentifikasi menjadi 12 bagian, yang dibedakan berdasarkan sifat potensinya
dalam menimbulkan bahaya. Sifat-sifat tersebut adalah: mudah meledak, pengoksidasi,
mudah menyala atau terbakar, reaktif, berbahaya bagi lingkungan, karsinogenik, teratogenik,
dan mutagenik.
Tata cara, dan standar untuk identifikasi, penyimpanan, penanganan terpapar B3,
penanganan tumpahan B3, pemasangan simbol dan label B3, dan cara pembuangan limbah
B3 sudah diatur dan ditetapkan oleh; WHO, keputusan menteri kesehatan tentang standar
kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit, keputusan pemerintah tentang
pengelolaan limbah berbahaya dan Beracun

14
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Health-care waste. Tersedia di:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs253/en
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1087 tahun 2010 tentang Standar kesehatan dan
keselmatan kerja di Rumah Sakit. Tersedia di : http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2011/Kepmenkes-1087-Standar-K3-RS.pdf
3. Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan limbah Berbahya
dan Beracun. Tersedia di:
https://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/produkhukum/PP%20Nomor
%20101%20Tahun%202014_0.pdf
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.74 Tahun 2001 tentang pengelolaan
bahan berbahaya dan beracun.
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 03 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Pemberian Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun
6. Peraturan Pemerintah No. 85 Junto No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
B3.

15

Anda mungkin juga menyukai