Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh:
1. Eka Agustiana
2. Ferni Hardiana
3. Hany Hibatullah
4. Rolli Mardiana
5. Tika Dillijayanti
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan puji kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat
rahmat dan karuniaNya yang diberikan kepada kita,penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul " PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN “, berdasarkan
tugas yang telah di berikan oleh dosen mata kuliah ini.
Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini dengan lancar,sehingga dapat melatih kami untuk
membuat makalah berikutnya kelak.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan ini masih belum sempurna
dan banyak kekurangan-kekurangan lainnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembuatnya dan para pembaca. Aamin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) merupakan masalah penting
dalam industri atau laboratorium. Sifat B-3 yang mungkin mudah meledak, toksik, korosif,
mudah terbakar dan merusak lingkungan, dapat menimbulkan kecelakaan atau gangguan
kesehatan. Akibat tersebut dapat merugikan pekerja maupun perusahaan dan bahkan pula
masyarakat sekeliling. Hal terakhir ini sering menimbulkan konflik antara industri dan
masyarakat.
Ilmu pengetahuan telah berkembang amat pesat. Tidak seperti di zaman Al Chemie,
kini sifat-sifat bahan kimia berbahaya telah dapat dipelajari dengan baik. Demikian pula
interaksi antara bahan dengan bahan lain atau dengan mahluk hidup dan lingkungan. Teori-
teori keselamatan pun telah banyak dikembangkan untuk mencegah dan menanggulangi
setiap kecelakaan. Pengetahuan diatas amat diperlukan bagi para pekerja industri dan
laboratorium agar mereka dapat mengelola dan menangani B-3 dengan aman. Ini akan amat
menguntungkan tidak hanya bagi pekerja tetapi juga perusahaan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hukum pasal 1 ayat 1 Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya.
1. pH
Hasil pengukuran pH jika pH kurang lebih sama dengan 5 atau pH kurang lebih sama
dengan 12,5, maka limbah tersebut dapat dinyatakan sebagai golongan limbah B3 karena
bersifat korosif.
Reaktifitas air ini merupakan suatu parameter untuk menguji reaktifitas menggunakan air.
Suatu limbah dapat dinyatakan bersifat reaktif apabila dalam pengujiannya terjadi gejala-
gejala seperti adanya pelepasan gas, terbentuknya emulsi, perubahan temperatur dan lain-lain.
3. Pengoksidasi
Dalam pengujian pengoksidasi ini apabila suatu limbah menunjukan adanya kandungan
senyawa oksidan (oksidan positif), maka dapat diambil kesimpulan bahwa limbah tersebut
mempunyai indikasi sebagai limbah B3. Karena apabila senyawa oksidan bercampur dengan
senyawa organik dapat bereaksi secara spontan menghasilkan panas, gas atau bahkan
menimbulkan ledakan.
Seperti kita ketahui bahwa salah satu karakteristik bahan kimia B3 adalah mudah meledak
atau mudah terbakar. Sehingga ketika suatu limbah didekatkan pada suatu nyala api , apabila
sampel langsung terbakar maka dapat diindintikasi limbah tersebut memiliki karakteristik
mudah terbakar.
Dalam hal ini gas amonia pelu diuji karena termasuk gas yang beracun. Apabila suatu
limbah mengandung gas amonia, dapat dinyatakan bahwa limbah tersebut kemungkinan
termasuk kedalam limbah B3, karena apabila bercampur dengan suatu basa maka akan
bersifat reaktif.
Sama halnya dengan amonia, gas sianida ini merupakan gas yang beracun dan
mematikan. Apabila suatu limbah mengandung sianida positif, maka dapat dinyatakan bahwa
limbah tersebut kemungkinan termasuk kedalam limbah B3, karena apabila bercampur
dengan suatu asam maka akan bersifat reaktif.
Gas sulfida merupakan gas yang beracun dan mematikan. Apabila suatu limbah
mengandung sianida positif, maka dapat dinyatakan bahwa limbah tersebut kemungkinan
termasuk kedalam limbah B3, karena apabila bercampur dengan suatu asam maka akan
bersifat reaktif.
Limbah B3 memiliki sifat mudah terbakar dan meledak, dan limbah tersebut bisa berupa
gas, cair, cair ataupun padat dengan karakteristik yang berbeda.
Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai beberapa sifat
berikut : 1) limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan
tanpa peledakan. 2) limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air. 3) apabila tercampur air
akan meledak, menghasilkan gas, uap, asap beracun yang membahayakan bagi manusia dan
lingkungan. 4) limbah sianida, sulfida, atau amoniak yang dapat membahayakan kesehatan
manusia. 5) limbah yang mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar
(25˚C,760 mmHG). 6) limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas/menerima
oksigen.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat beracun bagi
manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila
masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut. Limbah yang menyebabkan
infeksi ialah bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang
terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit
yang dapat menular. Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang bersifat : 1)
menyebabkan iritasi pada kulit. 2) menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
dengan laju korosi lebih besar dari 6,35mm/tahun dengan temperatur 55˚C. 3) mempunyai pH
sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam atau lebih besar dari 12,5 untuk bersifat
basa.
B. Pengenalan Bahan B3
Semua bahan buangan atau sampah seharusnya dikumpulkan menurut jenis bahan
tersebut. Bahan-bahan tersebut ada yang dapat didaur ulang dan ada pula yang tidak dapat
didaur ulang. Bahan yang termasuk kelompok bahan buangan/sampah yang dapat di daur
ulang antara lain gelas, kaleng, botol baterai, sisa-sisa konstruksi bangunan, sampah
biologi seperti tanaman, buah-buahan, kantong the dan beberapa jenis bahan-bahan kimia.
Sedangkan bahan-bahan buangan yang tidak dapat didaur ulang atau yang sukar didaur
ulang seperti plastik hendaknya dihancurkan. Karena belum ada aturan yang jelas dalam
cara pembuangan jenis sampah di Indonesia, maka sebelum sampah dibuang harus
berkonsultasi terlebih dahulu dengan pengurus atau pengelola laboratorium yang
bersangkutan.
1. Finechemical
Fine chemicals hanya dapat dibuang ke saluran pembuangan atau tempat sampah jika :
a. Tidak bereaksi dengan air.
b. Tidak eksplosif (mudah meledak).
c. Tidak bersifat radioaktif.
d. Tidak beracun.
e. Komposisinya diketahui jelas.
2. Larutan basa.
Hanya larutan basa dari alkali hidroksida yang bebas sianida, ammoniak, senyawa
organik, minyak dan lemak dapat dibuang kesaluran pembuangan. Sebelum dibuang
larutan basa itu harus dinetralkan terlebih dahulu. Proses penetralan dilakukan pada
tempat yang disediakan dan dilakukan menurut prosedur mutu laboratorium.
3. Larutan asam.
Seperti juga larutan basa, larutan asam tidak boleh mengandung senyawa-senyawa
beracun dan berbahaya dan selain itu sebelum dibuang juga harus dinetralkan pada
tempat dan prosedur sesuai ketentuan laboratorium.
4. Pelarut
Pelarut yang tidak dapat digunakan lagi dapat dibuang ke saluran pembuangan jika
tidak mengandung halogen (bebas Fluor, Clorida, Bromida, dan Iodida). Jika
diperlukan dapat dinetralkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air keluar.
Untuk pelarut yang mengandung halogen seperti kloroform (CHCl3) sebelum dibuang
harus dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan pengurus atau pengelola
laboratorium tempat dimana bahan tersebut akan dibuang.
6. Bahan radiokatif.
Sampah radioaktif memerlukan penanganan yang khusus. Otoritas yang berwenang
dalam pengelolaan sampah radioaktif di Indonesia adalah Badan Tenaga Atom
Nasional (BATAN).
7. Air pembilas.
Air pembilas harus bebas merkuri, sianida, ammoniak, minyak, lemak, dan bahan
beracun serta bahan berbahaya lainnya sebelum dibuang ke saluran pembuangan keluar.
Beberapa bahan kimia seperti eter, metanol, kloroform, dan lain-lain bersifat mudah
terbakar dan mudah meledak. Apabila karena sesuatu kelalaian terjadi kecelakaan
sehingga mengakibatkan kebakaran laboratorium atau bahan-bahan kimia, maka kita harus
melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
a. Jika apinya kecil, maka lakukan pemadaman dengan Alat Pemadam Api Ringan.
b. Matikan sumber linstrik/ gardu utama agar listrik tidak mengganggu upaya pemadaman
kebakaran.
c. Lokalisasi api supaya tidak merember ke arah bahaan mudah terbakar lainnya.
d. Jika api mulai membesar, jangan mencoba-coba untuk memadamkan api dengan APAR.
Segera panggil mobil unit Pertolongan Bahaya Kebakaran (PBK) yang terdekat.
e. Bersikaplah tenang dalam menangani kebakaran, dan jangan mengambil tidakan yang
membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
1. Jangan PANIK
2. Pakai Alat Pelindung Diri yang sesuai MSDS
3. Isolasi daerah tumpahan
4. Beri peringatan “Awas, ada tumpahan bahan kimia”
5. Beri “tali pembatas” agar tidak ada yang melintas
6. Tutup tumpahan dengan penjerap jenis matras atau disedot dengan vakum khusus, jika
perlu lakukan penetralan.
7. Perlakukan buangan tumpahan seperti tumpahan B3, jangan dibuang langsung ke
lingkungan.
D. Sumber Limbah B3
1.Limbah B3 dari sumber tidak spesifik (sebagaimana lampiran I tabel 1 PP 85/1999) yaitu
limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya melainkan dari kegiatan
pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarutan kerak, pengemasan dan lain-lain.
2.Limbah B3 dari sumber spesifik (sebagaimana lampiran I tabel 2 PP 85/1999) yaitu sisa
proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian
ilmiah.
3.Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi (sebagaimana lampiran I tabel 3 PP 85/1999).
E. Dampak B3 terhadap Kesehatan Manusia
Limbah B3 masuk ke lingkungan melalui media air, tanah, udara, dan hewan / biota yang
mempengaruhi secara kontinyu dan tidak kontinyu, bertahap dan seketika, teratur dan tidak
teratur. Limbah B3 meracuni makhluk hidup melalui rantai makanan sehingga menyebabkan
organisme (tumbuhan, hewan dan manusia) terpapar oleh zat-zat beracun.
a. Oral yaitu melalui mulut dan kemudian saluran pencernaan, sulit mencapai peredaran
darah
b. Inhalasi yaitu melalui saluran pernapasan, bersifat cepat memasuki peredaran darah.
c. Dermal yaitu melalui kulit sehingga mudah masuk ke dalam peredaran darah.
Dampak limbah B3 terhadap kesehatan manusia salah satu contohnya yaitu kasus
Penyakit Minamata : Dipinggir teluk Minamata di Jepang bermukim rakyat nelayan. Para
nelayan rupanya telah terbiasa mengkonsumsi ikan yang berasal dari teluk tersebut. Akan
tetapi teluk tersebut sudah tercemar limbah, yang diakibatkan oleh beberapa industri
membuang limbah ke teluk Minamata. Para ahli kimia pabrik mengatakan bahwa limbah
pabrik mengandung methylmercury yang tidak berbahaya, namun kenyataannya fitoplankton,
zooplankton dan ikan yang ada di teluk tetap hidup. Namun, setelah terakumulasinya
methylmercury sekitar 10 tahun, tanpa disadari telah berlipat ganda ribuan kali mercury di
dalam tubuh nelayan. Karena methylmercury termasuk logam berat, maka akan menimbulkan
dampak kesehatan yaitu keturunan dari nelayan yang telah mengkonsumsi ikan dari teluk
Minamata mengalami cacat jasmani dan mental. Jadi penyakit sejenis penyakit Minamata
dapat terjadi dimana saja, melalui proses akumulasi dan penggandaan biologik.
F. Hukum dalam Penanganan Limbah B3
Limbah B3 perlu dikelola sebab jumlah dan jenis bahan kimia yang beredar meningkat.
Dengan beredarnya segala jenis limbah B3, maka banyak terjadi kasus-kasus kecelakaan,
keracunan, atau gangguan kesehatan serta lingkungan yang disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya : penanganan dan penggunaan pestisida yang kurang baik dan tepat, peredaran
bahan kimia berbahaya yang sudah dilarang (arsen, garam dan sianida), sistem pengemasan
dan penandaan (simbol/label yang tidak memadai), sistem penyimpanan yang tidak
memenuhi persyaratan teknis.
Dengan kasus-kasus di atas, maka perlu dilakukan pengelolaan limbah B3 yang baik dan
benar. Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3
termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut (PP No.18 & 85 tahun 1999). Dengan
Pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka mata rantai siklus perjalanan limbah
B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah
limbah B3 dapat diawasi.
1. Daur ulang atau recovery dengan memanfaatkan kembali bahan baku dengan metoda daur
ulang atau recovery.
KESIMPULAN
Untuk mengetahui suatu limbah merupakan limbah B3 atau bukan dapat dengan
melakukan uji kualitatif dan kuantitatif. Dalam uji kuantitatif dapat menggunakan parameter
pH, reaktifitas air, pengoksidasian, mudah terbakar, kandungan amonia, kandungan sianida
dan kandungan sulfida.
Limbah B3 hasil buangan industri, kesehatan, maupun kegiatan rumah tangga yang
dibuang ke lingkungan sangat berbahaya dan dapat merusak lingkungan. Maka dari hal
tersebut tidak hanya berdampak buruk bagi lingkungan, tetapi juga bagi kesehatan manusia.
Oleh karena itu, untuk mencegah dampak negatif dari limbah B3, yang salah satu caranya
yaitu dengan pengelolaan limbah B3 yang baik sesuai dengan Peraturan Pemerintah : PP
No.18 Pasal 1 dan 85 Tahun 1999. Dan penanganan limbah B3 harus didukung oleh semua
pihak, baik pemerintah maupun masyarakat umum, guna mencegah peredaran limbah B3
yang berbahaya ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://chemcareasia.wordpress.com
http://smk3ae.wordpress.com/2009/06/10/pengenalan-bahan-kimia-beracun-dan-berbahaya-serta-
teknik-preparasi-bahan/
http://nairanulichi.blogspot.com/2012/09/cara-mengatasi-tumpahan-merkuri.html
http://k3pelakan.blogspot.com/2010/11/pengelolaan-limbah-bahan-berbahaya-dan.html
http://belajar.kemdiknas.go.id/index5.php?display=view&mod=script&cmd=Bahan
%20Belajar/Pengetahuan%20Populer/view&id=181&uniq=1477.