Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM KIMIA

Dosen Pengampu: Mutiara Agustina Nst. S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH:

NAMA : DINA ASIMA

NIM : 4203131009

KELAS : PSPK 20-D

MATA KULIAH : PENGELOLAAN LABORATORIUM

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

OKTOBER 2022
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan. Karena Atas
Rahmat dan Karunia-Nya berupa Kesehatan dan percaya akhirnya penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Disini penulis dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan
tugas makalah tentang Pengelolaan Limbah Laboratorium.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing yang telah
mengajari dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga memahami jika makalah ini tentu jauh
dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya
penulis dilain waktu.

Medan, 15 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................1
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN LABORATORIUM DAN LIMBAH LABORATORIUM.......................................3
2.2 PENGERTIAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)....................................................3
2.3 JENIS-JENIS LIMBAH B3...............................................................................................................4
2.4 LANGKAH-LANGKAH PENGURANGAN LIMBAH DI LABORATORIUM.............................4
2.5 PRINSIP PENGELOLAAN LIMBAH..............................................................................................5
2.6 CARA PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM...................................................................6
2.7 PEMBUANGAN LIMBAH B3.........................................................................................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................................10
3.2 SARAN...........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Laboratorium kimia merupakan tempat untuk melakukan kegiatan praktikum,
eksperimen, penelitian, dan pembelajaran. Praktikan dan peneliti di dalam menjalankan
pekerjaan mereka, kontak dengan bahan kimia baik langsung maupun tidak langsung akan sering
terjadi bahkan mungkin berlangsung secara rutin. Kita ketahui bahwa bahan kimia secara umum
memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya terhadap kesehatan pelaku maupun dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan seperti kebakaran. Hal ini dapat dipahami karena bahan kimia
tertentu dapat memiliki tipe reaktivitas tertentu dan juga dapat memiliki sifat mudah terbakar.
Untuk dapat mendukung jaminan kesehatan dan keselamatan kerja maka para pelaksana yang
bekerja dan menggunakan bahan kimia harus mengetahui dan memiliki pengetahuan serta
keterampilan untuk menangani bahan kimia khususnya dari segi potensi bahaya yang mungkin
ditimbulkan. Limbah laboratorium kimia sebagian besar merupakan bahan berbahaya dan
beracun.

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan
pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun
dan berbahaya). Limbah Laboratorium adalah buangan yang berasal dari laboratorium. Dalam
hal ini khususnya adalah laboratorium kimia. Limbah ini dapat berasal dari bahan kimia,
peralatan untuk pekerjaan laboratorium dan lain-lain. Limbah laboratorium ini mempunyai
resiko berbahaya bagi lingkungan dan mahluk hidup.Sebagai limbah, kehadirannya cukup
mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari laboratorium kimia. Bahan beracun dan
berbahaya banyak digunakan di laboratorium kimia. Beracun dan berbahaya dari limbah
ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya.
Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain mudah terbakar, mudah
meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi bukan radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah
membusuk dan lain-lain. Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat

1
merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu
ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana penanganan limbah laboratorium?

1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui cara penanganan limbah laboratorium.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN LABORATORIUM DAN LIMBAH LABORATORIUM


Laboratorium adalah sarana/tempat di dalamnya terdapat kegiatan ilmiah
(praktikum/penelitian)yang dilakukan oleh sekelompok manusia (praktikan/peneliti) untuk
menghasilkan produk ilmiah. Laboratorium biologi adalah sebuah tempat yang mempunyai
tujuan dan fungsi sebagai pendidikan dan penelitian yang menerapkan serta mengembangkan
teori-teori dan konsep-konsep dalam bidang biologi dan bidang yang terkait. Laboratorium
Biologi memiliki 3 fungsi pokok, yaitu sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan praktikum
mata kuliah, melaksanakan kegiatan penelitian dan tempat melaksanakan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat, berupa penelitian teknologi terapan yang langsung diaplikasikan kepada
masyarakat. Dalam PP no 18 tahun 1999 disebutkan bahwa pengertian limbah adalah sisa suatu
kegiatan/usaha. Dalam pengertian lain limbah adalah buangan yang dihasilkan dari aktivitas-
aktivitas produksi, baik itu domestik ataupun nondomestik. Domestik meliputi rumah tangga,
pasar, sekolah, pusat keramaian, dan sebagainya. Sedangkan nondomestik meliputi pabrik,
transportasi, industry, pertanian, peternakan, dsb.

Dalam jumlah tertentu limbah dapat berdampak negatif pada lingkungan, terutama pada
kesehatan dan ekosistem. Sedangkan pengertian limbah laboratorium yaitu suatu zat sisa yang
berasal dari buangan hasil reaksi-reaksi kimia dari berbagai macam eksperimen atau penelitian
dan juga berupa benda-benda penunjang kegiatan di laboratorium yang sudah tidak di perlukan
lagi. Limbah ini memiliki sifat khas yang berbeda dengan limbah yang berasal dari kegiatan
industri, karena biasanya memiliki keragaman jenis limbah yang sangat tinggi walaupun bahan
yang dibuang tersebut jumlahnya tidak banyak. Artinya, limbah laboratorium meskipun
volumenya relative lebih kecil dari limbah industry, namun justru bisa saja mengandung jenis B3
yang bervariasi dengan konsentrasi yang relatif tinggi.

3
2.2 PENGERTIAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.

B3 adalah bahan buangan bentuk (padat, cair dan gas) yang dihasilkan baik dari proses
produksi maupun dari proses pemanfaatan produksi industri tersebut yang mempunyai sifat
berbahaya dan sifat beracun terhadap ekosistem karena dapat bersifat korosif, eksplosif, toksik,
reaktif, mudah terbakar, menghasilkan bau, radioaktif dan bersifat karsinogenik maupun
mutagenik terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

2.3 JENIS-JENIS LIMBAH B3


Pengelompokan limbah B3 yang lain dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu:

1. Mudah terbakar (Flamable). Buangan ini apabila dekat dengan api/sumber api, percikan,
gesekan mudah menyala dalam waktu yang lama baik selama pengangkutan, penyimpanan
atau pembuangan. Contoh jenis ini buangan BBM atau buangan pelarut (benzena, toluen,
aseton).
2. Mudah meledak (Explosive), yaitu buangan yang melalui reaksi kimia menghasilkan ledakan
dengan cepat, suhu, tekanan tinggi mampu merusak lingkungan. Penanganan secara khusus
selama pengumpulan, penyimpanan, maupun pengangkutan.
3. Menimbulkan karat (Corrosive), yaitu buangan yang pH nya sangat rendah (pH < 3) atau
sangat tinggi pH > 12,5) karena dapat bereaksi dengan buangan lain, dapat menyebabkan
karat besi dengan adanya buangan lain, dapat menyebabkan karat baja/besi. Contoh: sisa
asam terutama asam sulfat, limbah asam dan baterei.
4. Buangan pengoksidasi (Oxidizing waste), yaitu buangan yang dapat menyebabkan kebakaran
karena melepaskan oksigen atau buangan peroksida (organik) yang tidak stabil dalam suhu
tinggi. Contoh : magnesium, perklorat dan metil etil keton peroksida
5. Buangan yang menimbulkan penyakit (Infectious Waste), yaitu dapat menularkan penyakit.
Contoh : tubuh manusia, cairan tubuh manusia yang terinfeksi, limbah laboratorium yang
terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.

4
6. Buangan beracun (Toxic waste), yaitu buangan berkemampuan meracuni, menjadikan cacat
sampai membunuh mahluk hidup dalam jangka panjang ataupun jangka pendek. Sebagai
contoh logam berat (seperti Hg, Cr), pestisida, pelarut, halogenida

2.4 LANGKAH-LANGKAH PENGURANGAN LIMBAH DI LABORATORIUM


Langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah di laboratorium yaitu:
1) Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah digunakan, setelah
melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai untuk pelarut
yang telah digunakan) Pelarut organik seperti etanol, aseton, kloroform, dan dietil eter
dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah dan dilakukan destilasi.
2) Sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan yang bereaksi
secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisia bahan kimia. Selain
menghemat bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan.
3) Pembuangan langsung dari laboratorium. Metoda pembuangan langsung ini dapat diterapkan
untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut
dalam air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan
kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru
bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun
seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian
cairannya dinetralkan dan dibuang.
4) Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-
bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan
organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
5) Pembakaran dalan insenerator. Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan
untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-
senyawa yang bersifat toksik.

2.5 PRINSIP PENGELOLAAN LIMBAH


Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi
atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau
biologi. Upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume
bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada
sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah.

5
1. Reduce
Reduce berarti mengurangi sumber limbah dan mencegah timbulnya limbah (teknik
minimalisasi limbah). Contoh: industri ramah lingkungan, perkampungan peternakan sapi.
Teknik minimalisasi limbah B3 adalah suatu cara dalam penanganan yang ditujukan pada
sumber masalah pencemaran sebelum dampak terhadap lingkungan terjadi. Tehnik ini
bersifat pencegahan (polution prevention) bukan suatu penanganan pencemaran lingkungan
(pollution control). Teknik minimisasi melindungi lingkungan dari bahaya pencemaran,
memberikan keuntungan penghematan biaya produksi industri dan dapat diterapkan untuk
industri lama/baru.
2. Reuse.
Kita dapat mempergunakan kembali limbah sesuai bentuk aslinya untuk kegunaan lain (botol
air mineral untuk tempat minyak), atau mengubah bentuk limbah untuk kegunaan lain (botol
air mineral untuk membuat lampion).
3. Recycle (daur ulang).
Recycling adalah suatu proses dimana limbah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan
mentah untuk produk baru. Plastik bekas diproses sehingga menjadi peralatan rumah tangga
daur ulang (plastic warna lebih tua dan kurang cemerlang). Empat tahapan proses daur ulang
adalah: pengumpulan limbah yang dapat didaur ulang, pemisahan limbah berdasarkan
jenisnya, mengubah menjadi bentuk yang dapat diproses lanjut, dan membentuk menjadi
bahan yang bermanfaat.
4. Replace.
Kita bisa mengganti bahan yang tidak dapat diperbaruhi dengan bahan yang dapat diperbarui.
Sebagai contoh, system pemanasan air yang biasa digunakan di Hongkong adalah system
yang ramah lingkungan yaitu energi matahari.

2.6 CARA PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM

Setiap limbah mempunyai cara pengolaham tersendiri tergantung dari jenisnya. Berikut
adalah cara pengolahan limbah berdasarkan jenisnya:

1. PENGOLAHAN LIMBAH PADAT


a. Penimbunan Terbuka

6
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan
terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai
hama dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh
pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta
mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan
mencemari tanah serta air.

b. Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung
dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Pada landfill yang lebih
modern, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-
pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses
pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.

Insinerasi

Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang disebut
insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak
(bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan.

2. PENGOLAHAN LIMBAH PADA FASA CAIR (WATER PHASE TREATMENT)


Sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan berikut:
 Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum
 Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan
 Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di dalam
penggunaannya sehari-hari
 Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang mengakibatkan penyakit
 Tidak terbuka dan harus tertutup
 Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap

Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

7
1. Pengolahan secara Fisika
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat
disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
2. Pengolahan secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-
partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat
organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.

3. Pengolahan secara Biologi


Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan
sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan
efisien.

3. PENGOLAHAN LIMBAH FASA GAS (GAS PHASE TREATMENT)


1. Mengontrol Emisi Gas Buang
Emisi gas buang dapat dikurangi dengan mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif
yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.
2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan
 Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak
ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari
cerobong.
 Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam
gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu.
 Membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat,
sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat.
 Dengan pengendap elektrostatik, yaitu menggunakan arus listrik untuk mengionkan
limbah. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif
dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai.

8
2.7 PEMBUANGAN LIMBAH B3
Pembuangan akhir ke tanah dibedakan atas landfill dan sumur injeksi. Pembuangan akhir
ke tanah bukan merupakan akhir permasalahan dari sistem pengolahan sampah. Cara
penimbunan ke tanah merupakan cara yang popular dan umum. Cara ini mudah dilaksanakan,
tidak perlu keahlian khusus maupun alat khusus, biaya awal rendah, bila dibandingkan dengan
biaya setelah penutupan landfill maka penimbunan menjadi mahal. Sebagian dari limbah B3
yang telah diolah atau tidak dapat diolah dengan teknologi yang tersedia harus berakhir pada
pembuangan (disposal).

Tempat pembuangan akhir yang banyak digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan
urug) dan disposal well (sumur pembuangan). Landfill untuk penimbunan limbah B3
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: (1) secured landfill double liner, (2) secured landfill
single liner, dan (3) landfill clay liner dan masingmasing memiliki ketentuan khusus sesuai
dengan limbah B3 yang ditimbun. Di Indonesia, peraturan secara rinci mengenai pembangunan
lahan urug telah diatur oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) melalui
Kep04/BAPEDAL/09/1995.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Limbah laboratorium yaitu suatu zat sisa yang berasal dari buangan hasil reaksi-reaksi
kimia dari berbagai macam eksperimen atau penelitian dan juga berupa benda-benda penunjang
kegiatan di laboratorium yang sudah tidak di perlukan lagi. Pengelolaan limbah B3 dapat
dilakukan mulai dari perencanaan pembelian, penyimpanan. Perbaikan pengelolaan dilakukan
dengan memperbaiki prosedur pembelian, dan penyimpanan.

3.2 SARAN
Hendaknya dalam penanganan limbah dilakukan dengan baik agar tidak mencemari
lingkungan baik tanah, air dan udara.

10
DAFTAR PUSTAKA

Padmaningrum, R. T. (2010). Penanganan Limbah Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Kanisius.

Sulman, L., & Irawan, J. (2016). Pengelolaan Limbah Kimia di Laboratorium Kimia PMIPA
FKIP UNRAM. Jurnal Pijar Mipa, 11(2).

Widjajanti, E. (2009). Penanganan limbah laboratorium kimia. Yogyakarta: FMIPA UNY.

11

Anda mungkin juga menyukai