PENDAHULUAN
Sebuah studi awal dari sistem terner lithium, natrium, dan kalium nitrat dibuat lebih dari satu
abad yang lalu oleh Carveth. Dia mempelajari sistem terner secara rinci dan menemukan bahwa
titik eutektik dalam sistem adalah 120 -C dan 27,27 wt.% LiNO3, 18,18 wt.% NaNO3 dan 54,54%
berat KNO3. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sejumlah besar pengukuran dalam
menentukan titik beku dalam campuran terner daripada akurasi komposisi. Bergman dan Nogoev
mempelajari sistem terner menggunakan metode poli-termal visual dan menemukan bahwa
komposisi eutektik adalah 37,5 mol.% LiNO3 (30,01 berat), 18 mol.% NaNO3 (17,76 wt.%), dan
44,5 mol.% NO3 (52,23 wt.%) dan suhu eutektik adalah 120℃ . Bradshaw dan Meeker telah
melaporkan komposisi eutektik yang berbeda dari 30 wt.% LiNO3, 18% berat NaNO3, dan 52 wt.
% KNO3dan 120℃ .untuk sistem terner yang sama. Dua peneliti baru-baru ini memperoleh
komposisi dan suhu eutektik yang hampir sama untuk sistem tersebut. Meskipun suhu eutektik
dari sistem garam terner tetap sama seperti yang dilaporkan dalam studi eksperimental yang
rumit tahun 1898, bahkan komposisi campuran eutektik berbeda dari laporan paling awal.
Campuran garam cair memiliki kecenderungan dalam bentuk ion. Komposisi dan suhu eutektik
dalam sistem logam biner atau orde lebih tinggi dapat ditentukan dengan akurasi tinggi; namun,
dalam sistem garam orde terner atau lebih tinggi, komposisi eutektik tidak ditentukan dengan
akurasi seperti itu. Pada jurnal ini telah mengembangkan metode pemodelan termodinamika
untuk memprediksi komposisi eutektik dan suhu untuk sistem garam terner yang
menggabungkan energi fusi Gibbs dari garam penyusunnya dan pendekatan larutan reguler untuk
pencampuran garam. Penerapan metode ini tidak harus terbatas pada sistem yang memiliki anion
yang sama tetapi terbatas pada sistem yang tidak membentuk larutan padat atau senyawa.
MODEL TERMODINAMIKA
Model termodinamika untuk memprediksi titik eutektik dalam sistem garam terner berasal dari
energi Gibbs dari fusi garam individu dan energi Gibbs dari pencampuran sistem biner
konstituen. Pada titik leleh, energi Gibbs fase padat dan cair dari garam adalah setara. Energi
Gibbs fusi garam ∆ Gf diberikan oleh ∆ G = ∆ H - ∆ S dimana ∆ H adalah eltalpi peleburan dan ∆ S
d ∆G
adalah entalpi fusi. Sehingga = −∆ S .
d∆T
METODE
Litium anhidrat, natrium, dan kalium nitrat dibeli dari Sigma-Aldrich Inc., St. Louis, MO. Litium
nitrat memiliki kemurnian > 98,0%, dan NaNO3dan KNO3keduanya >99,0% murni. Garam
digunakan tanpa pemurnian lebih lanjut.
10 gram garam dibuat berdasarkan komposisi sistem terner (25,92% berat LiNO3, 20,01 berat
NaNO3, dan 54,07% berat KNO3).
Diukur titik leleh garam terner dengan Pemindaian Diferensial, Diamond DSC, dari Perkin Elmer
Dipanaskan sampel dari 50 hingga 200 -C pada 5 -C/ menit dan kemudian didinginkan ke suhu awal
PEMBAHASAN
Data yang diperoleh untuk sistem terner menggunakan model larutan ideal tercantum dalam
Tabel 2 untuk tujuan perbandingan.
Hasil yang diperoleh untuk suhu leleh dan komposisi (dalam mol) dari LiNO3-NaNO3-KNO3
sistem terner adalah T = 116℃ dan X LiNO3 = 0.328, X NaNO3 = 0.205, dan X KNO3 = 0.467,
dimana jumlahnya sesuai dengan yang sudah diberikan yaitu 25,92 % LiNO3, 20.01% NaNO3
dan 54.07% KNO3. Titik leleh garam terner ditentukan secara eksperimental menggunakan DSC.
Angka 1 menunjukkan pemindaian DSC garam selama tujuh siklus pemanasan/pendinginan.
Temperatur leleh 118,4℃ diperoleh dari siklus pemanasan. Puncak endotermik kecil diamati
pada 102℃ di semua siklus pemanasan. Hal ini menunjukkan bahwa fase transformasi terjadi
dalam keadaan padat sebelum mencair. NaNO3 dan KNO3 mengalami transformasi fase dalam
keadaan padat sebelum titik lelehnya. Karena sistem terner mengandung kedua nitrat dalam
jumlah yang cukup besar, puncak endotermik sebelum puncak leleh di plot DSC dengan jelas
menunjukkan adanya transformasi fasa dalam sistem. Percobaan diulang beberapa kali untuk
memverifikasi pengulangan suhu leleh dalam sistem. Titik leleh yang dihitung dari sistem terner
adalah 116 dan 118,4℃ adalah nilai yang ditentukan secara eksperimental. Titik lebur yang
diprediksi dari sistem terner dan yang ditentukan secara eksperimental sangat cocok.
KESIMPULAN
Sebuah model termodinamika untuk memprediksi titik eutektik dalam sistem garam cair
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip termodinamika fusi. Titik eutektik dalam LiNO3-
NaNO3-K NO3 sistem terner diprediksi menggunakan pemodelan termodinamika. Komposisi
eutektik yang dihitung disintesis dan suhu eutektik eksperimental ditentukan dengan teknik DSC.
Suhu eutektik eksperimental dan dihitung ditemukan dalam kesepakatan yang sangat baik. Suhu
dan komposisi eutektik untuk sistem yang dilaporkan dalam literatur sedikit berbeda dari hasil
saat ini.
JURNAL 2
PENDAHULUAN
Sekarang ini metode-metode prediksi makin maju dan telah tersedia banyak data VLE untuk
berbagai kombinasi di literatur, namun tidak semua data yang dipublikasikan konsisten secara
thermodinamika. Selain itu untuk memberikan hasil yang dapat dipercaya, penggunaan zat
dengan kemurnian tinggi dan peralatan untuk pengukuran yang cepat dan akurat lebih dianjurkan
daripada hanya mengevaluasi data yang ada di literatur (Rogalski, 1980). Sampai saat ini sudah
banyak korelasi yang disarankan, baik berdasarkan persamaan keadaan maupun aktifitas fase
cair, tetapi belum ditemukan korelasi yang dapat digunakan secara umum mengekspresikan baik
sistem biner maupun sistem terner secara serempak. Korelasi yang berdasarkan aktifitas fasa
cair, seperti persamaan Margules dan Van Laar merupakan persamaan empiris murni, sehingga
untuk sistem multikomponen tidak bisa digunakan.
Sistem Kesetimbangan
Konsistensi Termodinamika
Untuk menguji validasi dari data percobaan kesetimbangan uap-cair sistem biner, maka data
percobaan diuji konsistensinya secara thermodinamika. Metode tes konsistensi yang pernah
dilakukan antara lain adalah metode “Tes Area” dan “Infinite Dilution Test” dari data
kesetimbangan uap-cair (VLE = vapor liquid equilibrium) untuk sistem biner pada tekanan
rendah.
Konsep Mengkorelasikan Data Percobaan
Perbandingan antara model Wilson, NRTL dan UNIQUAC dapat dirangkum sebagai berikut :
Disamping itu dapat diaplikasikan untuk memperkirakan kesetimbangan uapcair dan cair-cair
baik untuk sistem biner maupun multikomponen hanya dengan parameter biner.
Perbandingan dengan empat metode secara komprehensif telah dilakukan dalam DECHEMA
Vapor-Liquid Data Collection (1977). Dalam studi tersebut fitting terbaik dari data
percobaan diidentifikasi untuk masingmasing data. Untuk sistem biner persamaan Wilson
keluar sebagai persamaan terbaik dan persamaan UNIQUAC jatuh pada urutan terakhir,
tetapi ada perbedaan yang menyolok untuk kelompok zat tertentu karena persamaan NRTL
ternyata terbaik untuk larutan yang encer. Karena keunggulan atara metode satu dengan
metode yang lainnya masih selalu kurang jelas, sehingga dalam praktek pemilihan persamaan
masih tergantung kepada pengalaman dan analogi.
METODE
Pengukuran data VLE dilakukan dengan menggunakan Glass Othmer Still. Sebelum
digunakan kelayakan peralatan tersebut dikonfirmasikan dengan boiling point dari aseton, n-
butanol dan etanol murni
Dimasukkan sekitar ± 350 cc campuran biner aseton-etanol ke dalam
boiling still
Tiga jam setelah kesetimbangan tercapai contoh fasa cair dan fasa
uap untuk dianalisa komposisinya menggunakan gas kromatografi
(GC)
HASIL
Data percobaan yang didapat untuk masing-masing sistem biner dan terner, serta boiling point
telah dikoreksi ke tekanan 760 mmHg dengan menggunakan metode yang disarankan oleh
Yoshikawa (1980). Hubungan kesetimbangan uap-cair untuk tekanan rendah sekitar 1 atm
dihitung dengan persamaan berikut:
Data yang didapat kemudian diuji konsistensinya secara thermodinamika dengan metode tes area
(Herington 1951 & Wisniak 1994). Kedua metode pengujian tersebut didasarkan atas korelasi
Gibbs Duhem. Koefisien aktifitas dikorelasikan dengan persamaan Wilson, NRTL dan
UNIQUAC dimana parameter biner dari masing-masing persamaan tersebut diestimasi dengan
metode Gaussian. Kesetimbangan uap-cair kemudian diestimasi menggunakan tiga korelasi
persamaan diatas.
Dari hasil tes konsistensi didapat bahwa untuk tes area semua sistem yang diteliti konsisten
secara thermodinamika. Hasil estimasi parameter dan deviasi dari masing-masing persamaan
tersebut ditunjukkan pada Tabel 1. Dari parameter-parameter tersebut dapat digunakan sebagai
parameter-parameter untuk campuran terner aseton-n-butanol-etanol dari ketiga persamaan,
sehingga dapat diestimasi kesetimbangan uap-cair campuran ternernya. Melihat hasil yang
ditunjukkan oleh Tabel 3 harga ∆y1 rata yang paling kecil diperoleh dari persamaan Wilson
(0,0712), walaupun selisihnya dengan persamaan Wilason (0,0724) dapat dianggap tidak berarti.
Tetapi bila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari persamaan UNIQUAC (0,0938) relatif
besar. Sedangkan harga ∆y2 rata yang paling kecil diperoleh dari persamaan Wilson (0,3246),
walaupun selisihnya dengan persamaan NRTL (0,3247) dapat dianggap tidak berarti. Tetapi bila
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari persamaan UNIQUAC (0,3491) relatif besar.
Sehingga dari ∆y1 rata dan ∆y2 rata dapat diusulkan untuk menggunakan persamaan Wilson.
Harga ∆t1 rata yang paling kecil diperoleh dari persamaan UNIQUAC (0,0612). Sedangkan
persamaan Wilson (6,7387) dan NRTL (6,838) dapat dianggap sama. Sehingga dari ∆t1 rata
dapat diusulkan menggunakan persamaan UNIQUAC. Dari tiga persamaan ∆y1 rata, ∆y2 rata
dan ∆t1 rata tersebut, persamaan Wilson memenuhi dua pernyataan, maka pernggunaan
persamaan Wilson disarankan dalam memperkirakan kesetimbangan campuran terner aseton-n-
butanol-etanol. Sebagai perbandingan dihitung juga index kesalahan yang hasilnya dapat dilihat
pada Tabel 2 dimana dalam tabel tersebut perhitungan harga y1 dan y2 dari persamaan Wilson
paling kecil yaitu 0,13507 dan 1,10198. Sedangkan untuk T, persamaan UNIQUAC paling kecil
(0,06154). Sehingga persamaan Wilson lebih disarankan dalam memperkirakan kesetimbangan
cmpuran terner aseton-n-butanol-etanol.
KESIMPULAN
Tiga set data kesetimbangan uap-cair campuran biner yang konsisten secara thermodinamika
telah diperoleh secara percobaan. Parameter energi interaksi dari persamaan Wilson, NRTL dan
UNIQUAC juga berhasil dioptimasi dan akurasinya hampir sama dengan parameter energi
interaksi. Tiga persamaan tersebut berhasil diperkirakan kesetimbangan uapcair campuran terner
dimana hasil perkiraan dibandingkan dengan hasil percobaan sistem terner aseton-n-butanol-
etanol menunjukkan perbedaan yang relatif paling kecil diperoleh dari persamaan Wilson,
sehingga persamaan Wilson direkomendasi untuk perhitungan data kesetimbangan sistem terner
aseton-n-butanoletanol dalam rekayasa sistem proses pemisahan campuran aseton-n-butanol-
etanol.
IDENTITAS JURNAL 1
No/Vol : 2/33
Halaman : 110-116
DOI : 10.1007/s11669-012-0005-4