Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Pascasarjana IX ITS, Surabaya 12 Agustus 2009

ISBN No.

PENGUKURAN KESETIMBANGAN UAP-CAIR UNTUK SISTEM


BINER TRIETHYLENE GLYCOL-AIR
PADA TEKANAN 200, 400 DAN 600 mmHg
Adhy Marwanto 1*, Kuswandi 2
1*

Teknik Kimia, ITS, Surabaya, Indonesia


Adhy_aswj@chem-eng.its.ac.id
Teknik Kimia, ITS, Surabaya, Indonesia2

Abstrak
Dehidrasi terhadap gas alam sangat penting dalam industri pengolahan gas. Hal ini
diperlukan untuk menghilangkan kandungan uap air pada aliran gas karena air dapat
menyebabkan pembentukan hidrat pada kondisi suhu rendah yang dapat menyumbat valve
dan fitting pada pipa gas. Selain itu, air dapat menyebabkan korosi ketika bereaksi dengan
hidrogen sulfida atau karbon dioksida yang biasanya muncul pada aliran gas. Dalam
praktiknya, untuk menghilangkan air ini digunakan TEG pada proses dehidrasi gas.
Regenerasi TEG dapat dilakukan pada kondisi atmosferik dengan menggunakan stripper
yang tergabung dengan absorber, sehingga sistem dapat berjalan kontinyu. Penelitian ini
menggunakan Permodelan NRTL, UNIQUAC dan UNIFAC dalam memprediksi kurva
kesetimbangan dan membandingkanya dengan hasil eksperimen. Dari penelitian ini
diperoleh error minimal pada metode NRTL dan error tertinggi pada metode UNIFAC.
Katakunci : Ebulliometer, TEG, NRTL, UNIQUAC, UNIFAC.

1. Pendahuluan
Triethylene Glycol (TEG) pada industri
Pemrosessan Gas alam banyak digunakan
dalam proses dehidrasi (pengabsorb air). Hal ini
diperlukan karena kandungan air pada aliran gas
dapat menyebabkan pembentukan hidrat pada
kondisi suhu rendah yang dapat menyumbat
valve dan fitting pada pipa gas. Selain itu, air
dapat menyebabkan korosi ketika bereaksi
dengan hidrogen sulfida atau karbon dioksida
yang biasanya muncul pada aliran gas. Proses
yang paling efektif untuk menghilangkan air dari
gas alam adalah dengan menggunakan TEG
pada proses dehidrasi pada kolom absorber.
(Twu et.al, 2005)
TEG dalam proses absorbsi akan
mengalami kondisi jenuh ketika menyerap air.
Regenerasi TEG dapat dilakukan pada kondisi
atmosferik dengan menggunakan stripper yang
tergabung dengan absorber, sehingga sistem
dapat berjalan kontinyu. Agar tidak mengalami
dekomposisi, regenerasi TEG dioperasikan
dalam kondisi vacum untuk menurunkan titik
didih campuran TEG-Air.
Dengan
korelasi
thermodinamika
modern dalam mempresentasikan kelakuan
campuran tidak ideal seperti persamaan NRTL,
UNIQUAC
dan
UNIFAC.
perkiraan
kesetimbangan sistem multikomponen dapat
dilakukan hanya berdasarkan data percobaan
sistem biner.
Data kesetimbangan uap-cair sistem
biner air-TEG pada temperatur, tekanan vacum,
dan komposisi tertentu yang diperoleh dari
eksperimen belum ditemui, sehingga perlu

dilakukan penelitian untuk menentukan data-data


kesetimbangan uap-cair sistem biner. Untuk
mengetahui keakuratan data kesetimbangan uapcair yang diperoleh, maka dilakukan tes
konsistensi
thermodinamika
seperti
yang
diusulkan oleh Herrington (1951) dan Wisniak
(1994).

2. Metodologi Penelitian
Percobaan dilakukan dalam beberapa
tahap. Pertama, melakukan kalibrasi peralatan
terlebih dahulu dengan menggunakan sistem
etanol (1) - Air (2) kemudian membandingkan
hasil data T-x,y hasil kalibrasi dengan data dari
Perrys chemical Engineering Handbook. Setelah
data sesuai dengan literatur, dilanjutkan
percobaan untuk memperoleh data T-x,y dengan
sistem TEG(1)-Air(2) dengan berbagai komposisi
dan tekanan sesuai dengan variabel. Kemudian
data tersebut diolah untuk mencari koefisien
aktivitas yang selanjutnya melakukan tes
konsistensi thermodinamika menggunakan tes
luasan Herrington dan wisniak. Data yang sudah
dites konsistensinya di korelasikan dengan
parameter
NRTL
dan
UNIQUAC
untuk
mendapatkan parameter interaksi.
Prediksi kesetimbangan uap-cair untuk
sistem biner dari parameter interaksi percobaan
dan literatur untuk mendapatkan koefisien
aktivitas masing-masing komponen. Kemudian
digunakan untuk mencari data T,y dengan
perhitungan data bubble T. Dari data T,x,y dibuat
grafik kesetimbangan uap-cair T,x,y pada
tekanan vakum.

Seminar Nasional Pascasarjana IX ITS, Surabaya 12 Agustus 2009


ISBN No.

2.1 Bahan
Aquabidestilata diperoleh dari PT. Ikapharmindo
Putramas pharmaceutical Laboratories, Jakarta.
Etanol dengan kemurnian 99,9% dibeli dari
Merck KGaA, Darmstadt, Germany. Triethylene
Glycol dengan kemurnian 99% diperoleh dari
Amerada Hess Ltd, Ujung Pangkah, Gresik.
2.2 Alat
Peralatan utama yang digunakan adalah
Ebulliometer Berro-Rogalski yang dimodifikasi,
dengan
perubahan
berupa
penghilangan
syphone
dan
internal
heater
untuk
penyederhanaan dan kemudahan fabrikasi alat
tanpa perubahan hasil yang berarti.
Alat ini dilengkapi dengan tabung stabilizer dan
pompa vakum untuk menjaga kestabilan tekanan
sistem sesuai dengan variabel percobaan.
Untuk mengetahui suhu sistem digunakan
Thermokopel Shimaden type SD 15, yang
dilengkapi dengan digital display.

2.3 Prosedur Percobaan


2.3.1 Kalibrasi Peralatan
1. Menyusun peralatan ebulliometer.
2. Membuat campuran biner Etanol (1) Air (2)
untuk berbagai komposisi mulai dari fraksi
nol sampai satu.
3. Mengalirkan air pendingin melalui kondensor
(C1 dan C2).
4. Memasukkan variabel larutan ke dalam
tabung umpan (U) sampai tabung boiler (B)
penuh ditandai dengan terendamnya ujung
pipa dalam tabung boiler (B) lalu
menjalankan pemanas pada boiler (B).
5. Setelah tercapai keadaan steadystate yang
ditandai dengan stabilnya suhu pada
thermokopel, minimum selama 30 menit.
6. Mengambil sampel fase cair (pada valve L)
dan fase uap (pada valve V).
7. menganalisa
hasil
kalibrasi
dengan
menggunakan Refraktometer.
2.3.2 Percobaan
1. Menyusun peralatan ebulliometer.
2. Membuat campuran biner Air (1) TEG (2)
untuk berbagai komposisi mulai dari fraksi
nol sampai satu.
3. Mengalirkan air pendingin melalui kondensor
(C1 dan C2).
4. Memasukkan sampel larutan ke dalam
tabung umpan (U) sampai tabung boiler (B)
penuh ditandai dengan terendamnya ujung
pipa dalam tabung boiler (B) lalu
menjalankan pemanas pada Boiler (B).
5. Setelah tercapai keadaan steadystate yang
ditandai dengan stabilnya suhu pada
thermokopel, minimum selama 30 menit.
6. Mengambil sampel fase cair (pada valve L)
dan fase uap (pada valve V).
7. menganalisa
hasil
kalibrasi
dengan
menggunakan Refraktometer.

3. Pembahasan Hasil

Keterangan :
P
: Menuju ke Stabilizer
W
: Air pendingin
C
: Kondensor
K
: Tabung kesetimbangan
U
: Tabung umpan
V
: Pengambilan sampel uap
L
: Pengambilan sampel liquid
CP
: Pompa cottrell
B
: Boiler yang dilengkapi Pemanas
H
: Lubang pemasukan batu didih
D
: Keran untuk drain
T
: Thermokopel dengan display
Gambar 1. Ebulliometer

3.1 Uji Reliabilitas Ebulliometer


Sebelum digunakan untuk percobaan,
Ebulliometer perlu diuji reliabilitasnya karena
Ebulliometer mengalami beberapa modifikasi.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan
sistem biner yang telah diketahui data
kesetimbangan uap-cair untuk menentukan
apakah ebulliometer masih layak untuk
melakukan penelitian kesetimbangan uap cair
system Air (1) TEG (2) dalam kondisi vakum.
Sistem biner yang dipilih untuk menguji adalah
sistem Ethanol(1)-Air(2).
Berdasarkan uji reliabilitas yang telah
dilakukan, disimpulkan bahwa Ebulliometer
Berro-Rogalski yang telah dimodifikasi masih
konsisten dan layak digunakan. Hasil uji reabilitas
Ebulliometer ditampilkan oleh gambar 2 serta
tabel 1 dan tabel 2.

Seminar Nasional Pascasarjana IX ITS, Surabaya 12 Agustus 2009


ISBN No.

3.2 Tes Luasan Herrington


Tes luasan Herrington dilakukan dengan
memplot antara ln(1/2) terhadap x1. Luas
daerah di atas dan di bawah sumbu x harus
sama. Persamaan garis yang dibentuk sesuai
dengan persamaan ekspansi Redlich-Kister,
dimana konstantanya dihitung secara matriks.
Hasil analisa uji konsistensi di tampilkan oleh
gambar 4 gambar 6.

0.8
0.6
0.4
0.2

ln(1 /2 )

0.0
0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1.0

-0.2
-0.4
-0.6
-0.8

0.3

-1.0

0.2
-1.2

x1

0.1
Data Percobaan

Gambar 2. Kurva uji konsistensi thermodinamika sistem


Ethanol (1) Air (2) pada tekanan atmosfer

ln(1/2)

Eks. Redlich Kister

0.0
0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

-0.1

Tabel 1 Data konsistensi thermodinamika sistem


Ethanol (1) Air (2) metode Herrington.
Sistem
Air Etanol

D (%)

J(%)

D-J (%)

Konsistensi

37.11

32.55

4.56

Baik

-0.2
-0.3

D (%)

J(%)

D-J (%)

Konsistensi

37.11

32.89

4.22

Baik

Data Percobaan

Gambar 4. Kurva luasan uji konsistensi pada tekanan


200 mmHg

Tabel 2 Data konsistensi thermodinamika sistem


Ethanol (1) Air (2) metode Wisniak.
Sistem
Air Etanol

x1
Eks. Redlich Kister

0.3

Selain itu, berdasarkan pengamatan


visual, hasil yang didapatkan tidak menyimpang
terlalu jauh dari data kesetimbangan Ethanol (1) Air (2) Perry (1999) seperti yang ditampilkan
pada gambar berikut :

ln(1/2)

0.2

0.1

0.0
0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

-0.1

-0.2

100

x1
Eks. Redlich Kister

Data Percobaan

95

Gambar 5. Kurva luasan uji konsistensi pada tekanan


400 mmHg
0.4

T ( C)

90

0.3
0.2
85

0.1
ln(1 /2 )

0.0
80

-0.1 0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

-0.2
-0.3

75
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5
xEtOH, y

x1 Percobaan

y1 Percobaan

0.6

0.7

0.8

0.9

EtOH

-0.4
-0.5

x1 Perry

y1 Perry

Gambar 3. Kurva kesetimbangan uap cair T-x-y sistem


Ethanol (1) Air (2).

3.2 Uji Konsistensi Thermodinamika


Rangkaian data kesetimbangan uap-air
yang diperoleh dari percobaan seharusnya
konsisten
dan
memenuhi
kaidah-kaidah
thermodinamika, dalam hal ini memenuhi
persamaan
Gibbs-Duhem.
Karenanya,
dibutuhkan uji konsistensi terhadap data tersebut.
Konsistensi data percobaan diuji dengan
menggunakan metode tes luasan sebagaimana
yang disarankan oleh Herrington dan Wisniak.

-0.6
-0.7

x1
Eks. Redlich Kister

Data Percobaan

Gambar 6. Kurva luasan uji konsistensi pada tekanan


600 mmHg

Menurut hasil uji konsistensi Herrington


di atas, data kesetimbangan uap-cair pada
variabel 400 mmHg memiliki konsistensi yang
baik. Sedangkan, konsistensi data-data tekanan
200 dan 600 mmHg masih dapat diterima.

Seminar Nasional Pascasarjana IX ITS, Surabaya 12 Agustus 2009


ISBN No.

3.3 Parameter persamaan model NRTL dan


UNIQUAC
Data-data
percobaan
yang
telah
diperoleh dan diuji konsistensinya selanjutnya
dikorelasikan dengan persamaan model NRTL
dan UNIQUAC sehingga diperoleh parameter
optimal dari persamaan model tersebut.
Persamaan NRTL mengandung tiga parameter,
sedangkan
persamaan
UNIQUAC
hanya
mengandung dua parameter.
Pada persamaan NRTL, optimasi hanya
dilakukan pada dua parameter, yaitu b12 dan b21,
sedangkan parameter ketiga, , ditentukan
besarannya terlebih dahulu. Pada perhitungan,
nilai ditetapkan sebesar 0,1. Berikut tabel yang
menampilkan parameter NRTL untuk tiap
variabel tekanan dan parameter NRTL untuk
semua variabel tekanan (selanjutnya kita sebut
parameter ini dengan parameter global).
Dengan didapatkannya harga parameter
persamaan NRTL dan UNIQUAC, koefisien
aktifitas untuk setiap komponen dapat dihitung
kembali, sehingga kurva prediksi kesetimbangan
uap-cair T-x,y dapat disusun untuk kemudian
dibandingkan dengan data percobaan.
Error pada perhitungan pencarian
parameter korelasi NRTL didasarkan pada
E
deviasi antara nilai G /RT hasil percobaan
dengan GE/RT hasil perhitungan. Deviasi
tersebut ditampilkan pada tabel berikut :
3.4 Estimasi Koefisien aktifitas dengan
Metode UNIFAC
Metode
ini
tidak
di
tentukan
parameternya karena metode ini memperkirakan
koefisien aktifitas fase liquid berdasarkan
interaksi antar gugus molekul, dalam bentuk
kombinatorial dan residual dengan persamaan
(2.21) (2.33). Setelah itu dihitung dengan iterasi
dan hasilnya di plot untuk memperoleh diagram
T-x,y menurut pendekatan metode UNIFAC di
atas.
3.5 Kesetimbangan Uap-Cair Sistem Air (1) Trietilen Glikol (2)

Dari gambar 7, dapat diamati prediksi


kesetimbangan uap-cair dari sistem Air (1)
Trietilen Glikol (2) yang dihitung berdasarkan
parameter
200-600
mmHg
dengan
menggunakan model NRTL. Secara visual
terlihat bahwa prediksi kesetimbangan dengan
model NRTL masih cukup akurat dalam
mempresentasikan data penelitian.
Selain dengan model NRTL, data
percobaan juga dikorelasikan dengan persamaan
model UNIQUAC.

Gambar 8. Kurva kesetimbangan uap-cair T-x-y sistem


Air(1)-TEG(2) dengan permodelan UNIQUAC
berdasarkan parameter 200-600 mmHg.

Dari gambar 8, Secara visual, dapat


diamati bahwa prediksi kesetimbangan uap-cair
dengan persamaan model UNIQUAC yang
dihitung dengan parameter 200-600 juga cukup
akurat dalam merepresentasikan data penelitian.
Berikut tabel yang menunjukkan deviasi rata-rata
data penelitian terhadap prediksi untuk masingmasing parameter.
Dan berikut ini adalah deviasi rata-rata data
penelitian terhadap prediksi kesetimbangan
dengan model NRTL
Tabel 2 Deviasi data percobaan terhadap persamaan
model NRTL dengan parameter 200-600 mmHg.

Tekanan
(mmHg)
200
400
600

(C)
Ratarata
0,00039 0,0024 0,46
0.00044 0,0029 0,49
0,00159 0,0052 1,59
y1
y1
Rata-rata Max

(C)
Max

1,24
1,97
2,70

Tabel 3 Deviasi data percobaan terhadap persamaan


model UNIQUAC dengan parameter 200-600 mmHg.

Tekanan
(mmHg)
200
400
600
Gambar 7. Kurva kesetimbangan uap-cair T-x-y sistem
Air(1)-TEG(2) dengan permodelan NRTL berdasarkan
parameter 200-600 mmHg.

(C)
Ratarata
0,00090 0,0054 1,26
0.00118 0,0043 1,62
0,00497 0,0114 3,14
y1
y1
Rata-rata Max

(C)
Max

2,13
3,94
5,34

Selain dengan persamaan model NRTL dan


UNIQUAC dilakukan juga estimasi dengan

Seminar Nasional Pascasarjana IX ITS, Surabaya 12 Agustus 2009


ISBN No.

menggunakan
permodelan
UNIFAC
diperoleh grafik seperti pada gambar 9.

yang

Gambar 11. Kurva kesetimbangan uap-cair T-x,y sistem


Air(1)-TEG(2) tekanan 400 mmHg dengan permodelan
NRTL, UNIQUAC dan UNIFAC

Gambar 9. Kurva Kesetimbangan uap-cair T-x-y sistem


Air(1)-TEG(2) dengan perediksi berdasar interaksi
group UNIFAC

Dari gambar di atas, secara visual,


dapat diamati prediksi kesetimbangan uap-cair
yang dihitung berdasarkan prediksi UNIFAC
untuk tekanan 200, 400 dan 600 mmHg. Prediksi
paling akurat terdapat pada kondisi tekanan 200
mmHg. Hal ini didukung oleh data deviasi pada
table 4.
Tabel 4 Deviasi data percobaan terhadap persamaan
model UNIFAC dengan parameter 200-600 mmHg.

Tekanan
(mmHg)
200
400
600

y1
y1
Rata-rata Max

(C)
Ratarata
0,0003 2,44
0,0045 3,13
0,0057 4,03

(C)
Max

0,0001
0.0007
0,0012

4,23
5,36
8,08

Gambar-gambar
berikut
akan
menampilkan
perbandingan
kurva
kesetimbangan uap-cair sistem Air (1) Trietilen
glikol (2) berdasarkan persamaan NRTL dan
UNIQUAC dalam merepresentasikan data
percobaan.
Kurva keseimbangan uap-cair T-x-y
untuk parameter global ditampilkan sebagai
berikut :

Gambar 10. Kurva kesetimbangan uap-cair T-x-y


sistem Air(1)-TEG(2) tekanan 200 mmHg dengan
permodelan NRTL, UNIQUAC dan UNIFAC

Gambar 12. Kurva kesetimbangan uap-cair T-x-y


sistem Air(1)-TEG(2) tekanan 600 mmHg dengan
permodelan , UNIQUAC dan UNIFAC

Ketiga kurva kesetimbangan uap-cair di


atas menunjukkan persamaan NRTL dapat
merepresentasikan data percobaan lebih baik
dibanding persamaan UNIQUAC. Sedangkan
untuk estimasi dengan UNIFAC terlihat bahwa
terjadi deviasi yang cukup jauh.
Dari Penelitian diperoleh hasil dengan
error terbesar terdapat pada tekanan 600 mmHg
dengan y1 rata-rata sebesar 0.0012 dan y1
Maksimum sebesar 0.0057 serta T rata-rata
sebesar 4.03 C dan T Maksimum sebesar 8.08
C. deviasi terkecil ada pada perhitungan untuk
tekanan 200 mmHg dengan y1 rata-rata
sebesar 0.0001 dan y1 Maksimum se.besar
0.0003 serta T rata-rata sebesar 2.44 C dan
T Maksimum sebesar 4.23 C.
Setelah
membandingkan
akurasi
prediksi
kesetimbangan uap-cair oleh persamaan NRTL,
UNIQUAC dan estimasi dengan UNIFAC
terhadap data percobaan, baik berdasarkan
parameter korelasi masing-masing tekanan dan
parameter global, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa persamaan model NRTL lebih unggul
dibanding UNIQUAC dan estimasi UNIFAC
dalam merepresentasikan kesetimbangan uapcair sistem Air (1)-Trietilen glikol (2). Menurut
Walas (1985), walaupun persamaan model
UNIQUAC lebih rumit dan memiliki built-in
temperature dependence, seringkali UNIQUAC

Seminar Nasional Pascasarjana IX ITS, Surabaya 12 Agustus 2009


ISBN No.

tidak lebih baik dalam merepresentasikan data


kesetimbangan uap-cair daripada model-model
yang lebih sederhana, seperti NRTL dan Wilson.

4. Kesimpulan
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa estimasi
dengan menggunakan NRTL memperoleh hasil
terbaik dibandingkan UNIQUAC dan UNIFAC
dengan error terkecil.

5. Pustaka
Berro, C., and Rogalski, M., (1982). A New
Ebulliometric Technique Vapour-Liquid
Equilibria In The Binary Systems Ethanoln-Heptane And Ethanol-n-Nonane, Fluid
Phase Equilib., 8 55-73.
Gupta, S. K., et al., (1989). Isobaric Vapor-Liquid
Equilibria Of The Systems: BenzeneTriethylene Glycol, Toluene-Triethylene
Glycol And Benzene-N-Methylpyrrolidone,
Fluid Phase Equifibria, 46 95-102.
Hidouche ,M. dan Dahmani O., (2006). Isobaric
vaporliquid equilibria for binary systems
of butyl chlorides with heptane, toluene
and cyclohexane at 101.3, 80.0 and 53.3
kPa, Fluid Phase Equilib. 243 18.
Lee, Y., S. Jang, M.S. Shin, H. Kim. (2009).
Isobaric vaporliquid equilibria for the nhexane + 2-isopropoxyethanol and nheptane + 2-isopropoxyethanol systems.
Fluid Phase Equilib. 276 5356
Liu, Z., W. Xu, Y. Tian, H. Li. (2006). Isobaric
vaporliquid equilibria of the binary system
maleic anhydride and dimethyl phthalate
at 2.67, 5.33 and 8.00 kPa, Fluid Phase
Equilib. 247 5458
Marrufo, B., A. Aucejo, M. Sanchotello, S. Loras.
(2009). Isobaric vaporliquid equilibrium
for binary mixtures of 1-hexene + nhexane and cyclohexane + cyclohexene at
30, 60 and 101.3 kPa. Fluid Phase Equilib.
279 1116
Mostafazadeh, A.K., et al., (2009), Vapor-Liquid
Equilibria of Water + Triethylene Glycol
(TEG) and Water + TEG + Toluene at 85
kPa, J. Chem. Eng, 54, 876-881.
Perry, R.H., and Green, D. (1999). Perrys
th
Engineers Handbook 7 ed. New York :
McGraw-Hill Book Company.
Poling, B.E, Prausnitz, J.M., dan Oconel, J.P.,
(2001), The Properties of Gases and
Liquids, 5th ed; Singapore : McGraw-Hill
International Editions.
Rogalski, M., and Malanowski, S., (1980),
Ebulliometers Modified For The Accurate
Determination
Of
Vapour-Liquid
Equilibrium, Fluid Phase Equilib. 5 97112.
Sandra,S. Luchis, R. dan Chalim. A.(2004), Analisa
Instrumentasi,
Petunjuk
Praktikum
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Malang, Malang.
Smith, J.M, Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M.,
(2001),
Chemical
Engineering
th
Thermodynamics, 6 edition, Singapore:
McGraw-Hill International Ed.

Twu,

C.H, V. Tassone, Wayne D. Sim,


S.Watanasiri. (2005). Advanced equation
of state method for modeling TEGwater
for glycol gas dehydration, Fluid Phase
Equilib. 228229
Wisniak, J., (1994), The Herington Test for
Thermodynamic
Consistency,
Ind.Eng.Chem.Res, vol 33, hal 177-180.
Zhu, R., H. Xu, Z. Dong, Y. Tian. (2008). Isobaric
vaporliquid equilibria of the binary
system: Maleic anhydride + di-nbutylsebacate at 2.67, 5.33 and 8.00 kpa.
Fluid Phase Equilib. 272 6064.

Anda mungkin juga menyukai