PENGUKURAN SUHU
A. Pendahuluan
Bagi kebanyakan orang suhu (temperatur) merupakan konsep intuisi yang
menyatakan apakah suatu benda “panas” atau “dingin”. Dalam penjabaran prinsip kedua
termodinamika, suhu dihubungkan dengan kalor , karena diketahui bahwa kalor mengalir
hanya dari suhu tinggi ke suhu rendah, bilamana tidak ada efek-efek lain. Dalam teori
kinetika gas dan termodinamika statistik telah dibuktikan bahwa suhu berhubungan dengan
energi kinetik rata-rata molekul gas ideal. Pengolahan lanjut termodinamika statistik
menunjukkan adanya hubungan antara suhu dan tingkat energi pada zat cair dan zat padat.
Pada pokok bahasan ini, pertama akan dijelaskan pengembangan pemahaman
prinsip-prinsip energi termal dan suhu, serta selanjutnya mengembangkan suatu
pengetahuan tentang berbagai transduser termal yang dipakai untuk mengukur suhu.
Skala Suhu
Dua skala suhu yang banyak digunakan adalah skala Fahrenheit dan skala
Celcius. Kedua skala ini didasarkan atas penentuan banyaknya peningkatan antara titik
beku dan titik didih air pada tekanan atmosfer standar. Skala Celsius mempunyai 100
15
satuan di antara kedua titik ini, sedang skala Fahrenheit mempunyai 180 satuan. Skala
Celsius absolut disebut skala Kelvin dan skala Fahrenheit absolut dinamakan skala
Rankine. Titik nol pada kedua skala abolut menunjukkan keadaan fisik yang sama dan
rasio dua nilai selalu sama pada kedua skala absolut itu, yaitu
T2 T
= 2 ..……………..……………………….(2-1)
T1 Rankine T1 Kelvin
Titik didih air pada 1 atm adalah 100oC pada skala Celsius dan 212o pada skala
Fahrenheit. Hubungan antara kedua skala itu ditunjukkan pada Gambar 2-1.
o o oR
K C F
273,16 0 32 491,69
16
Contoh 2-1.
Sebuah bahan mempunyai suhu sebesar 335 K. Carilah suhunya dalam oR, oC dan oF.
Penyelesaian :
T(K) = 335
T oR = 9/5 x 335 = 603 oR
T oC = 335 - 273,16 = 61,84 oC
T oF = 32 + 9/5 (61,84) = 143,312 oF
Contoh 2-2.
Nyatakan suhu sebesar 144,5 oC dalam
a. K
b. oF
Penyelesaian
a. T (K) = T(oC) + 273,16
= 144,5 + 273,16 = 417,66 K
b. T F = 9/5 (oC) + 32
o
17
Gambar 2-2. Skema termometer raksa dalam gelas
18
atas raksa, menaikkan titik didihnya dan dengan demikian memungkinkan penggunaan
termometer itu pada suhu yang lebih tinggi.
b. Termometer Gas
Prinsip kerja dari termometer gas didasarkan pada hukum dasar dari gas (Gambar 2-
3). Jika suatu gas yang dijaga ada di dalam sebuah bejana pada volume konstan dan
kemudian tekanan serta suhunya diubah-ubah, maka perbandingan antara tekanan gas dan
suhunya adalah konstan pula.
Contoh 2-3.
Sebuah gas yang ada di dalam sebuah bejana tertutup mempunyai tekanan sebesar 120 psi
pada suhu 20 oC. Berapakah tekanannya pada 100 oC.
Penyelesaian :
Konversikan suhunya ke skala Kelvin sehingga diperoleh 293,16 K dan 373,16 K.
Selanjutnya pergunakan persamaan 2-5 untuk memperoleh tekanan pada keadaan 2.
T2 373,16
P2 = P1 = (120 psi ) = 153 psi
T1 293,16
19
seperti ini juga menguntungkan karena tidak mempunyai bagian-bagian yang bergerak.
Gas yang paling sering dipakai adalah gas nitrogen (Tabel 2-1).
Tabel 2-1 Gas Termometer
Temperatur Panas spesifik Viscositas Koefisien
Gas kritis oC pada tekanan x 10 – 6 ekspansi pada
konstan (satuan cgs) tekanan konstan
Udara -140 0,237 170 0,0037
Karbondioksida 31,1 0,203 139 0,0037
Helium -267 1,25 195 0,0037
Hydrogen -235 3,40 97 0,0037
Nitrogen -146 0,24 163 0,0037
Oksigen -118 0,218 212 0,0037
Uap
Tabung kapiler
Zat cair
20
masalah ini dapat diatasi, asal suhu cembul selalu lebih tinggi dari suhu tabung kapiler.
Dalam hal ini fluida dalam kapiler akan selalu berada dalam keadaan zat cair lewat dingin,
sedang tekanan akan ditentukan semata-mata oleh suhu campuran yang terdapat di dalam
cembul.
d. Termometer Bimetal
Metode pengukuran suhu yang sangat luas pemakaiannya ialah keping bimetal.
Termometer bimetal digunakan untuk jangkauan suhu –100 sampai 10000F, banyak
digunakan dalam instrumen kendali suhu sederhana. Termometer bimetal terdiri dari dua
keping logam yang mempunyai koefisien ekspansi (muai) termal yang berbeda yang
disatukan sehingga membentuk instrumentasi pada Gambar 2-5.
(a)
(b)
Gambar 2-5 (a) Keping bimetal diperlukan panas dan dingin.
(b) Keping Bimetal tak terikat, terikat dan diklem
21
Bila keping itu dikenakan pada suhu yang lebih tinggi dari suhu pengikatnya dan
akan membengkok ke satu arah, bila dikenakan pada suhu yang lebih rendah dari suhu
pengikatnya, ia membelok ke arah lain.
Koefisien ekspansi termal beberapa bahan yang lazim dipakai diberikan dalam
Tabel 2-2.
Tabel 2-2. Sifat-sifat mekanik beberapa bahan termal yang umum dipakai
Bahan Koefisien ekspansi Modulus elastisitas GN/m2
Termal/0C Psi
Invar (64% Fe, 36% Ni) 1,7 x 10-6 21,4 x 106 147
Kuningan kuning 2,02 x 10-5 14,0 x 106 96,5
Monel 400 1,35 x 10-5 26,0 x 106 179
Inconel 702 1,25x 10-5 31,5 x 106 217
Baja anti-karat jenis 316 1,6 x 10-5 28 x 106 193
Tipe transduser suhu ini mempunyai karakteristik akurasi yang relatif kurang,
mempunyai histerisis, mempunyai waktu tanggap yang relatif rendah dan biayanya murah.
Instrumen seperti ini dipakai untuk menutup kontak-kontak saklar atau untuk
mengaktifkan suatu mekanisme pada waktu suhu dinaikkan ke suatu set point, juga pada
sejumlah aplikasi khususnya pada daur on/off.
22
B.2 Pengukuran Suhu dengan Efek Listrik
Metode-metode listrik untuk pengukuran suhu sangat baik karena memberikan
sinyal yang mudah dideteksi yang banyak dipergunakan untuk tujuan pengendalian.
Disamping itu metode ini biasanya cukup teliti bila telah dikalibrasi dan dikompensasi
dengan baik. Klasifikasi transduser yang melakukan pengukuran ini pada dasarnya terdiri
dari 3 tipe yaitu termometer tahanan listrik, termistor, dan termokopel. Pada pokok
bahasan ini akan di berikan prinsip-prinsip kerja dan informasi aplikasi dari ketiga
transduser ini.
23
dimana :
( )
Rt = tahanan konduktor pada temperatur t 0 C
( )
Ref = tahanan pada temperatur referensi, biasanya 00 C
= koefisien temperatur tahanan
t = selisih antara temperatur kerja dan temperatur referensi
24
Besi Nikel
T8
a7 Tembaga
h6 Perak
a5 Platina
n4
a3
n2
1
0
200 400 600 800 1000
Temperatur (oC)
25
Tabel 2-3. Elemen-elemen termometer tahanan
Jenis Jangkauan Ketelitian Keuntungan Kekurangan
Platina 300 0 F sampai 10 F − Umur panjang − Waktu respons
+1500 0 F − Sensitivitas tinggi yang relatif
− Koefisien lambat (15 s)
temperatur tinggi − Ttidak selinear
tembaga
Tembaga -325 0 Fsampai 0,50 F − Linearitas tinggi − Rangkuman
+250 0 F − Ketelitian dalam temperatur
jangkauan terbatas (sampai
temperatur 250 0 F)
sekeliling
Nikel +32 0 F sampai 0,50 F − Murah − Lebih linear
+ 150 0 F − Stabilitas tinggi daripada tembaga
− Rangkuman kerja − Jangkauan
lebar (temperatur
terbatas sampai
150 0 F)
26
Sebuah rangkaian khas jembatan dengan termometer tahanan Rt pada lengan
jembatan yang tidak diketahui ditunjukkan pada Gambar 2-10. Saklar fungsi
menghubungkan tiga tahanan yang berlainan di dalam rangkaian. Ref adalah sebuah
tahanan tetap yang tahanannya sama dengan tahanan elemen termometer pada temperatur
referensi ( 00 C ) dengan membuat sakelar fungsi pada posisi REF , tahanan pengatur nol
diubah-ubah sampai indikator jembatan menunjuk nol. R fs adalah sebuah tahanan tetap lain
yang tahanannya sama dengan tahanan elemen termometer pada pembacaan penuh
indikator arus. dengan membuat sakelar fungsi pada posisi MEAS , menghubungkan
termometer tahanan Rt didalam rangkaian. Bila karakteristik termperatur tahanan dari
(a) (b)
(c)
Gambar 2-11. Kurva karakteristik termistor
28
temperatur yang ideal. Antara -1000C dan +400oC, tahanan bahan termistor tipe A berubah
dari 107 sampai 1 ohm-cm, sedangkan tahanan platina hanya berubah sebesar faktor sekitar
10 sepanjang jangkauan suhu yang sama.
Karakteristik tegangan arus pada Gambar 2-11.b menunjukkan bahwa penurunan
tegangan sebuah termistor bertambah terhadap kenaikan arus sampai mencapai suatu nilai
puncak setelah penurunan tegangan berkurang jika arus bertambah. Karakteristik
pemanasan sendiri, memberikan suatu bidang pemakaian yang sama sekali baru bagi
termistor, misalnya untuk mengukur aliran, tekanan, level cairan, komposisi gas, dan lain-
lain.
Karakteristik arus waktu pada Gambar 2-11.c menunjukkan keterlambatan waktu
untuk mencapai arus paling besar sebagai fungsi dari tegangan yang dimasukkan.
Termistor (gambar 2-12) adalah alat yang sangat peka dan dengan kalibrasi yang
baik bisa memberikan unjuk kerja yang konsisten dengan ketelitian 0,010C.
Suatu ciri yang menarik mengenai termistor ialah dapat digunakan untuk
kompensasi suhu rangkaian listrik. Alat kompensasi terdiri dari sebuah termistor yang
paralel dengan sebuah tahanan.
29
c. Termokopel
Metode listrik yahg paling umum untuk pengukuran suhu adalah menggunakan
termokopel seperti pada Gambar 2-13. Termokopel bekerja mengukur suhu berdasarkan
efek termoelektrik.
Rangkaian
dalam
Logam 1
A
Sambungan
T i
B
logam 2
30
dipanaskan sedangkan ujung lainnya didinginkan seperti halnya proses pendinginan
kulkas.
3. Efek Thomson
Bila terdapat gradien suhu pada salah satu atau kedua bahan, tge sambungan akan
mengalami perubahan sedikit lagi.
T1 T2 T2 T3 T1 T3
E1 E2 E3 = E1+ E2
31
3. Rangkaian dalam Gambar 2-16 (a) membangkitkan tge E1 antara suhu T1 dan T2,
rangkaian Gambar 2-16 (b) membangkitkan tge E2 antara T2 dan T3. hukum suhu
antara menunjukkan bahwa rangkaian ini akan membangkitkan tge E3 = E1 + E2 bila
dioperasi antara suhu T1 dan T3. seperti terlihat dalam Gambar 2-16 (c).
Sebuah termokopel terdiri dari sepasang kawat logam yang tidak sama
dihubungkan bersama-sama pada satu ujung dan berakhir pada ujung lain (ujung dingin)
yang dipertahankan pada suatu temperatur konstan yang diketahui (temperatur referensi)
Bila antara ujung pengindera dan titik referensi terdapat perbedaan temperatur,
suatu tge yang menyebabkan arus didalam rangkaian akan dihasilkan. Bila titik referensi
ditutup oleh sebuah alat ukur atau instrumen pencatat seperti dalam Gambar 2-17.
penunjukkan alat ukur tersebut akan sebanding dengan selisih temperatur antara ujung
panas dan titik referensi.
Tembaga
Konstantan
Besi
Tembaga
Peranti
pengukuran
tegangan
Campuran
es-air
(a)
32
Konstantan
T
Besi Konstantan
Peranti
pengukuran
tegangan
Campuran
es-air
(b)
33
Peranti
2 pengukuran
T E tegangan
T1
Pada Gambar 2-19 terlihat susunan termokopel susunan seri. Keempat susunan
dijaga pada suhu yang berbeda-beda dan dihubungkan secara seri. Oleh karena jumlah
sambungan genap, tidak perlu memasang sambungan rujukan karena logam jenis yang
sama dihubungkan ke kedua terminal potensiometer. Arus akan mengalir dari plus ke
minus dan sambungan memberikan penurunan potensial pada arah ini, maka sambungan B
dan D akan menghasilkan penurunan potensial pada arah yang berlawanan dan sambungan
C memberikan penurunan potensial pada arah yang sama dengan sambungan A.
eC
eA
A C
eD
eB D
+ E -
34
seri ini tidak menunjukkan suatu suhu tertentu dan tidak pula menunjukkan suhu
sambungan rata-rata.
Hubungan parallel dalam gambar 2-20 dapat digunakan untuk mendapatkan suhu
rata-rata pada beberapa titik. Keempat sambungan itu masing-masing berada pada suhu
yang berbeda-beda dan karena itu membangkitkan tge yang berbeda-beda pula. Potensial
yang diberikan oleh potensiometer itu merupakan rata-rata dari potensial keempat
sambungan..
T2
T1 T3
T4
E
Peranti
pengukuran tegangan
Kompensasi Termokopel
Suatu termokopel digunakan untuk mengukur variasi suhu transien. Respon
termokopel itu bergantung pada banyak faktor maka sistem itu diberikan jaringan listrik
pengkompensasi, respon frekuensi termokopel itu dapat ditingkatkan. Kerugian daripada
jaringan kompensasi adalah bahwa hal itu mengurangi keluaran termokopel tetapi jika
instrumen pengukur cukup peka, masalah ini tidaklah terlalu kritis.
Suatu contoh jaringan kompensasi termokopel ditunjukkan pada Gambar 2-21.
Tegangan masuk termokopel ditunjukkan oleh Ei dan tegangan keluar E0.
Rc
Masukan C
Ei R Eo Keluaran
termokopel
35
Gambar 2-21. Contoh jaringan kompensasi termokopel
diimana :
= konstanta Stefan-Boltzman = 0,1714 x10−8 Btu / h. ft 2 R 4
0
Daya emisi benda-hitam berubah dengan panjang gelombang menurut persamaan distribusi
Plank :
C1−5
Eb = c 2 / T …………..………..……………. (2-10)
e −1
dimana :
Eb = daya emisi benda hitam monokromatik
= Btu/h.ft2 . m = w/m2. m
= panjang gelombang, m
T = suhu, oR atau K
C1 = 1,187 x 108 Btu. m4/h.ft2 = 3,743 x 108 W.. m4/m2
C2 = 2,5896 x 104 m .oR = 1,4387 x 104 m .K
a. Pirometri Optik
Penunjukkan suhu suatu permukaan dengan warna radiasi yang dipancarkannya.
Jika permukaan dipanaskan, permukaan itu menjadi merah tua, jingga dan akhirnya putih.
Titik maksimum dalam kurva-kurva radiasi benda hitam bergeser ke panjang gelombang
yang lebih pendek dengan kenaikan suhu menurut Hukum Wien.
36
λmaks adalah panjang gelombang pada titik maksimum pada suhu tinggi menyebabkan
terjadinya konsentrasi radiasi pada bagian panjang gelombang pendek spektrum itu.
Pengukuran suhu terdiri dari penentuan perubahan suhu dengan warna benda itu. Gambar
2-22 adalah skema pirometri optik. Radiasi dari sumber dilihat melalui susunan lensa dan
penyaring (filter). Penyaring absorpsi pada bagian depan peranti itu menurunkan intensitas
radiasi masuk sehingga lampu standar dapat dioperasikan pada tinggi yang lebih rendah.
Lampu standar itu ditempatkan pada lintas optik radiasi datang mengatur arus lampu,
warna filamen dapat dibuat sesuai dengan warna radiasi datang. Pada tempat melihat
dipasang filter merah untuk menjamin bahwa perbandingan itu dibuat untuk radiasi
monokromatik, jadi menghapuskan sebagian dari ketakpastian yang disebabkan oleh
perubahan sifat-sifat radiasi dengan panjang gelombang.
T = …………………..………………………… …(2-12)
Dimana :
= emisivitas
E = emisi suatu permukaan nyata
Eb = daya emisi benda hitam pada suhu yang sama
37
b. Pirometer radiasi
Pirometer merupakan instrumen pengukur suhu yang jangkauan suhunya hampir
sama dengan termokopel. Pirometer radiasi menggunakan sifat thermal radiasi yang
diemisikan semua bahan kecuali gas inert pada temperatur absolut 0. Pirometer radiasi
sangat luar biasa karena tidak membutuhkan kontak langsung dengan material yang
temperaturnya akan diukur. Pengukuran temperatur didapatkan dari perhitungan energi
radiasi dan dari pengukuran. Hukum Stefan – Bolzman yaitu radiasi berhubungan dengan
energi radiasi, E. Temperatur badan, Tb dan temperatur Tr didapatkan persamaan :
E = (Tb − Tr ) .……………………..………………... (2-13)
C. Rangkuman
1. Hubungan dari keempat satuan suhu yaitu:
9
oF
= 32,0 + oC
5
oR = 9 K
5
K = 273,16 + oC
38
2. Pengukuran suhu dengan efek mekanik meliputi termometer raksa, termometer gas,
termometer tekanan uap dan termometer bimetal
3. Transduser-transduser suhu tekanan uap dan gas mengkonversikan suhu menjadi
tekanan gas yang selanjutnya dikonversikan menjadi sinyal listrik.
4. Sebuah keping bimetal mengkonversikan suhu menjadi suatu gerakan fisik dari
elemen-elemen logam keping ini bisa dipakai untuk menutup saklar.
5. Termometer tahanan listrik adalah sebuah transduser yang tergantung pada kenaikan
tahanan logam terhadap suhu kenaikan ini hampir merupakan garis lurus (linear).
6. Termistor didasarkan pada penurunan resistansi semi konduktor terhadap suhu.
Instrumenn ini mempunyai kurva resistansi versus suhu yang tidak linier. Transduser
seperti ini dapat menunjukkan perubahan resistansi yang sangat besar terhadap suhu.
7. Termokopel adalah suatu alat pengukur suhu yang terdiri dari sepasang kawat logam
yang tidak sama dihubungkan bersama-sama pada satu ujung (ujung panas) dan
berakhir pada ujung lain (ujung dingin) yang dipertahankan pada suatu temperatur
konstan yang diketahui (temperatur referensi)
8. Pirometrik optik dan pirometer radiasi adalah suatu alat pengukur suhu dengan efek
radiasi.
D. Soal Latihan
1. Konversikan 4800R menjadi K, 0F dan 0C.
2. konversikan –222 F menjadi oC, oR dan K
3. Bedakan berdasarkan skala suhu untuk oF, 0C, 0R dan K.
4. Jelaskan prinsip dasar operasi termometer raksa-dalam-gelas.
5. Uraikan karakteristik tahanan termistor.
6. Tuliskan hukum logam antara dalam termokopel.
7. Tuliskan perbedaan antara efek seebeck, efek peltier dan efek Thomson.
8. Mengapa suhu referensi diperlukan bila kita menggunakan termokopel.
9. Uraikan prinsip kerja pirometri optik.
39