Anda di halaman 1dari 25

BAB III

PENGUKURAN SUHU

CAPAIAN PEMBELAJARAN SUB-MK (Learning Out Come)


Kode Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK)
Mahasiswa memahami transformasi skala suhu Celcius, Kelvin,
L1
Fahrenheit dan Rankine
Mahasiswa mampu mengklasifikasikan instrumen pengukur suhu
L2
efek mekanik, efek listrik dan efek radiasi.
Mahasiswa mampu menjelaskan macam dan prinsip kerja instrumen
L3
dan mengunduh gambar instrumen pengukur suhu efek mekanik.
Mahasiswa mampu menjelaskan macam dan prinsip kerja instrumen
L4
dan mengunduh gambar contoh instrumen pengukur suhu efek listrik.
Mahasiswa mampu menjelaskan macam dan prinsip kerja instrumen
L5 dan mengunduh gambar contoh instrumen pengukur suhu efek
radiasi.

A. Pendahuluan
Bagi kebanyakan orang suhu (temperatur) merupakan konsep intuisi yang
menyatakan apakah suatu benda “panas” atau “dingin”. Dalam penjabaran prinsip kedua
termodinamika, suhu dihubungkan dengan kalor , karena diketahui bahwa kalor mengalir
hanya dari suhu tinggi ke suhu rendah, bilamana tidak ada efek-efek lain. Dalam teori
kinetika gas dan termodinamika statistik telah dibuktikan bahwa suhu berhubungan dengan
energi kinetik rata-rata molekul gas ideal. Pengolahan lanjut termodinamika statistik
menunjukkan adanya hubungan antara suhu dan tingkat energi pada zat cair dan zat padat.
Pada pokok bahasan ini, pertama akan dijelaskan pengembangan pemahaman
prinsip-prinsip energi termal dan suhu, serta selanjutnya mengembangkan suatu
pengetahuan tentang berbagai transduser termal yang dipakai untuk mengukur suhu.

Skala Suhu
Dua skala suhu yang banyak digunakan adalah skala Fahrenheit dan skala
Celcius. Kedua skala ini didasarkan atas penentuan banyaknya peningkatan antara titik
beku dan titik didih air pada tekanan atmosfer standar. Skala Celsius mempunyai 100

15
satuan di antara kedua titik ini, sedang skala Fahrenheit mempunyai 180 satuan. Skala
Celsius absolut disebut skala Kelvin dan skala Fahrenheit absolut dinamakan skala
Rankine. Titik nol pada kedua skala abolut menunjukkan keadaan fisik yang sama dan
rasio dua nilai selalu sama pada kedua skala absolut itu, yaitu
 T2  T 
  =  2  ..……………..……………………….(2-1)
 T1  Rankine  T1  Kelvin
Titik didih air pada 1 atm adalah 100oC pada skala Celsius dan 212o pada skala
Fahrenheit. Hubungan antara kedua skala itu ditunjukkan pada Gambar 2-1.
o o oR
K C F

2273,16 2000 3632 4091,69

1773,16 1500 2732 3191,69

1273,16 1000 1832 2291,69

773,16 500 932 1391,69

673,16 400 752 1211,69

573,16 300 572 1031,69

473,16 200 392 851,69

373,16 100 212 671,69

273,16 0 32 491,69

233,16 -40 -40 419,69

173,16 -100 -148 311,69

Gambar 2-1. Hubungan antara skala suhu

Dari skala suhu ini didapatkan hubungan sebagai berikut :


9
oF
= 32,0 + oC …..……………………..…..……..………...….…..(2-2)
5
9
oR = K …………………..………………………………..………..(2-3)
5
K = 273,16 + oC ………..…………..…………………..…..……….(2-4)

16
Contoh 2-1.
Sebuah bahan mempunyai suhu sebesar 335 K. Carilah suhunya dalam oR, oC dan oF.
Penyelesaian :
T(K) = 335
T oR = 9/5 x 335 = 603 oR
T oC = 335 - 273,16 = 61,84 oC
T oF = 32 + 9/5 (61,84) = 143,312 oF

Contoh 2-2.
Nyatakan suhu sebesar 144,5 oC dalam
a. K
b. oF
Penyelesaian
a. T (K) = T(oC) + 273,16
= 144,5 + 273,16 = 417,66 K
b. T F = 9/5 (oC) + 32
o

= 9/5 x (144,5 oC) + 32 = 292,1 oF

B. Pengukuran Suhu dengan Efek Mekanik


Pengukuran suhu dengan efek mekanik adalah pengukuran suhu dengan
instrumentasi yang bekerja atas dasar perubahan dimensi mekanik akibat perubahan suhu.
Adapun instrumentasi pengukuran suhu secara mekanik antara lain :
a. Termometer zat cair dalam gelas
Termometer zat-cair-dalam-gelas merupakan jenis instrumentasi pengukuran suhu
yang paling umum. Konsentrasi rinci instrumen itu digambarkan pada Gambar 2-2.
Sebuah cembul yang relatif besar di bagian bawah termometer itu menampung
sebagian besar zat cair yang memuai bila dipanaskan dan mengisi tabung kapiler yang
telah diberi garis-garis penanda skala.
Pada bagian atas tabung kapiler itu ada lagi sebuah cembul yang ditempatkan
sebagai pengaman bilamana jangkauan suhu termometer itu secara tidak sengaja
terlampaui. Zat cair yang paling umum digunakan adalah alkohol dan raksa. Alkohol
mempunyai keunggulan karena koefisien muainya lebih besar dari raksa, akan tetapi
terbatas penggunaannya pada pengukuran suhu rendah karena zat ini mudah mendidih
pada suhu tinggi. Raksa tidak bisa digunakan di bawah titik bekunya yaitu -38,78 oF
(-56,5 oC). Ukuran kapiler tergantung pada ukuran (volume) cembul pengindera, zat cair
yang dipakai dan jangkauan suhu termometer itu.

17
Gambar 2-2. Skema termometer raksa dalam gelas

Dalam operasinya, cembul termometer zat cair dalam gelas dikontakkan


pada lingkungan yang akan diukur suhunya. Kenaikan suhu menyebabkan zat cair
di dalam cembul memuai dan naik di dalam kapiler dan akan menunjukkan skala
suhu. Pemuaian yang ditunjukkan oleh termometer itu adalah perbedaan pemuaian zat
cair dan pemuaian gelas. Perbedaan ini bukan hanya merupakan fungsi perpindahan
kalor dari lingkungan ke cembul tetapi juga fungsi konduksi kalor dari cembul ke pipa
kapiler. Makin besar konduksi batang dibandingkan dengan perpindahan kalor dari
lingkungan makin besar pula kesalahannya. Untuk memperhitungkan efek konduksi itu,
termometer itu biasanya dikalibrasi dengan kedalaman celup tertentu. Termometer raksa
dalam gelas bermutu tinggi mempunyai penandaan skala suhu yang digoreskan pada gelas
beserta tanda yang menunjukkan kedalaman celup yang seharusnya. Termometer raksa-
dalam-gelas yang sangat tepat (presisi tinggi) bisa didapatkan dari National Bureau of
Standarts (Biro Standar Nasional, Amerikan Serikat) lengkap dengan informasi
kalibrasinya bersama setiap termometer.
Termometer raksa-dalam-gelas biasanya dapat dipakai sampai 600 oF (301,3
oC), tetapi jangkauannya dapat diperluas hingga 1000 oF (523,6 oC) dengan jalan mengisi
ruang di atas raksa itu dengan gas seperti nitrogen. Hal ini akan meningkatkan tekanan di

18
atas raksa, menaikkan titik didihnya dan dengan demikian memungkinkan penggunaan
termometer itu pada suhu yang lebih tinggi.

b. Termometer Gas
Prinsip kerja dari termometer gas didasarkan pada hukum dasar dari gas (Gambar 2-
3). Jika suatu gas yang dijaga ada di dalam sebuah bejana pada volume konstan dan
kemudian tekanan serta suhunya diubah-ubah, maka perbandingan antara tekanan gas dan
suhunya adalah konstan pula.

Suhu yang tak


Pengukur
diketahui
Volume tekanan
V

Gambar 2-3. Skema termometer gas

Maka didapatkan persamaan sebagai berikut :


P1 P2
= ..………………………..………………..……(2-5)
T1 T2
dimana :
P1 ,T1 = tekanan dan suhu absolut (K) untuk keadaan 1
P2 ,T2 = tekanan absolut dan suhu absolut (K) untuk keadaan 2

Jangkauan suhu operasi termometer gas berkisar – 150 sampai +1000 oF

Contoh 2-3.
Sebuah gas yang ada di dalam sebuah bejana tertutup mempunyai tekanan sebesar 120 psi
pada suhu 20 oC. Berapakah tekanannya pada 100 oC.
Penyelesaian :
Konversikan suhunya ke skala Kelvin sehingga diperoleh 293,16 K dan 373,16 K.
Selanjutnya pergunakan persamaan 2-5 untuk memperoleh tekanan pada keadaan 2.
T2 373,16
P2 = P1 = (120 psi ) = 153 psi
T1 293,16

Karena termometer gas mengkonversikan informasi suhu secara langsung menjadi


sinyal tekanan, maka termometer gas ini sering dipakai pada sistem pneumatik. Transduser

19
seperti ini juga menguntungkan karena tidak mempunyai bagian-bagian yang bergerak.
Gas yang paling sering dipakai adalah gas nitrogen (Tabel 2-1).
Tabel 2-1 Gas Termometer
Temperatur Panas spesifik Viscositas Koefisien
Gas kritis oC pada tekanan x 10 – 6 ekspansi pada
konstan (satuan cgs) tekanan konstan
Udara -140 0,237 170 0,0037
Karbondioksida 31,1 0,203 139 0,0037
Helium -267 1,25 195 0,0037
Hydrogen -235 3,40 97 0,0037
Nitrogen -146 0,24 163 0,0037
Oksigen -118 0,218 212 0,0037

c. Termometer Tekanan Uap


Termometer tekanan uap mengkonversikan informasi suhu ke dalam tekanan
sebagaimana halnya termometer gas akan tetapi dengan proses yang berbeda. Jika sebuah
bejana tertutup diisi sebagian dengan cairan, maka ruangan diatas cairan tersebut akan
terdiri dari uap dan cairan yang tekanannya tergantung pada suhu. Jika suhu dinaikkan,
maka cairan yang menguap akan lebih banyak dan tekanan akan meningkat. Penurunan
suhu akan mengakibatkan terjadinya kondensasi sebagian uap dan tekanan akan turun.
Jadi, tekanan uap tergantung pada suhu (Gambar 2-4).
Pengukur
tekanan
Bourdon

Uap

Tabung kapiler
Zat cair

Gambar 2-4. Skema termometer tekanan uap


Tekanan itu digunakan sebagai penunjuk suhu keseluruhan sistim yang terdiri dari
cembul, kapiler dan pengukur tekanan dapat dikalibrasi bersama- sama secara langsung.
Suhu kapiler jelas ada pengaruhnya pada bacaan karena mengandung sebagian volume
fluida di dalamnya. Jika campuran seimbang zat cair dan uap digunakan di dalam cembul,

20
masalah ini dapat diatasi, asal suhu cembul selalu lebih tinggi dari suhu tabung kapiler.
Dalam hal ini fluida dalam kapiler akan selalu berada dalam keadaan zat cair lewat dingin,
sedang tekanan akan ditentukan semata-mata oleh suhu campuran yang terdapat di dalam
cembul.

d. Termometer Bimetal
Metode pengukuran suhu yang sangat luas pemakaiannya ialah keping bimetal.
Termometer bimetal digunakan untuk jangkauan suhu –100 sampai 10000F, banyak
digunakan dalam instrumen kendali suhu sederhana. Termometer bimetal terdiri dari dua
keping logam yang mempunyai koefisien ekspansi (muai) termal yang berbeda yang
disatukan sehingga membentuk instrumentasi pada Gambar 2-5.

(a)

(b)
Gambar 2-5 (a) Keping bimetal diperlukan panas dan dingin.
(b) Keping Bimetal tak terikat, terikat dan diklem

21
Bila keping itu dikenakan pada suhu yang lebih tinggi dari suhu pengikatnya dan
akan membengkok ke satu arah, bila dikenakan pada suhu yang lebih rendah dari suhu
pengikatnya, ia membelok ke arah lain.
Koefisien ekspansi termal beberapa bahan yang lazim dipakai diberikan dalam
Tabel 2-2.

Tabel 2-2. Sifat-sifat mekanik beberapa bahan termal yang umum dipakai
Bahan Koefisien ekspansi Modulus elastisitas GN/m2
Termal/0C Psi
Invar (64% Fe, 36% Ni) 1,7 x 10-6 21,4 x 106 147
Kuningan kuning 2,02 x 10-5 14,0 x 106 96,5
Monel 400 1,35 x 10-5 26,0 x 106 179
Inconel 702 1,25x 10-5 31,5 x 106 217
Baja anti-karat jenis 316 1,6 x 10-5 28 x 106 193

Tipe transduser suhu ini mempunyai karakteristik akurasi yang relatif kurang,
mempunyai histerisis, mempunyai waktu tanggap yang relatif rendah dan biayanya murah.
Instrumen seperti ini dipakai untuk menutup kontak-kontak saklar atau untuk
mengaktifkan suatu mekanisme pada waktu suhu dinaikkan ke suatu set point, juga pada
sejumlah aplikasi khususnya pada daur on/off.

Kebanyakan industri, termometer bimetal menggunakan sebuah koil helix yang


dapat didesain seperti bentuk spiral yang dilindungi oleh sebuah tube. Termometer bimetal
jenis ini dapat mengukur suhu gas atau liquid yang mengalir di dalam saluran pipa.
Termometer jenis ini dapat dilihat pada Gambar 2-6.

Gambar 2-6 Termometer bimetal koil helix

Gambar 2-6 termometer Bimetal Helik

22
B.2 Pengukuran Suhu dengan Efek Listrik
Metode-metode listrik untuk pengukuran suhu sangat baik karena memberikan
sinyal yang mudah dideteksi yang banyak dipergunakan untuk tujuan pengendalian.
Disamping itu metode ini biasanya cukup teliti bila telah dikalibrasi dan dikompensasi
dengan baik. Klasifikasi transduser yang melakukan pengukuran ini pada dasarnya terdiri
dari 3 tipe yaitu termometer tahanan listrik, termistor, dan termokopel. Pada pokok
bahasan ini akan di berikan prinsip-prinsip kerja dan informasi aplikasi dari ketiga
transduser ini.

a. Termometer tahanan listrik


Termometer tahanan listrik (gambar 2-7) adalah instrumen suhu berdasarkan
kenaikan resistensi logam terhadap suhu. Logam-logam yang dipergunakan dalam
peralatan ini bermacam-macam mulai dari platina yang dapat dipakai secara berulang,
amat sensitif dan harganya amat mahal, sampai ke nikel kurang ketahanan untuk
pemakaian berulang, agak sensitif dan tidak begitu mahal. Salah satu metoda primer untuk
pengukuran suhu secara elektris menyangkut perubahan resistansi listrik pada material
tertentu yang selanjutnya mengambil suhu lingkungan. Jadi, suatu pengukuran resistansi
menunjukkan suhu instrumen dan lingkungan. Tanggapan waktu menjadi amat penting
dalam kasus ini karena pengukuran harus menunggu sampai instrumen ada dalam
kesetimbangan termal dengan lingkungan.
Pada waktu ada suatu arus yang dilewatkan pada suatu material, maka elektron-
elektron pita konduksi saja yang merupakan pembawa arus. Resistansi logam adalah suatu
fungsi dari vibrasi atom-atom dan suhu. Ketika suhu meningkat, atom-atom bervibrasi
dengan amplitudo dan frekuensi yang lebih besar yang akan mengakibatkan tumbukan
yang jauh lebih hebat dengan elektron-elektron. Termometer tahanan listrik,
menggunakan elemen sensitif dari kawat platina, tembaga atau nikel murni, yang
memberikan nilai tahanan yang terbatas untuk masing-masing temperatur di dalam
jangkauannya.
Hubungan antara temperatur dan tahanan konduktor dalam jangkauan temperatur
sekitar 00 C dapat ditentukan dari persamaan berikut :
Rt = Ref ((1 + t ) ……………………...…………..………..…. (2-7)

23
dimana :
( )
Rt = tahanan konduktor pada temperatur t 0 C
( )
Ref = tahanan pada temperatur referensi, biasanya 00 C
 = koefisien temperatur tahanan
t = selisih antara temperatur kerja dan temperatur referensi

Gambar 2-7. Termometer tahanan Pt 100

Hampir semua konduktor logam memiliki koefisien tahanan temperatur yang


positif sehingga bertambah terhadap kenaikan suhu. Beberapa bahan seperti karbon dan
germanium, memiliki koefisien tahanan temperatur yang negatif yang menandakan bahwa
tahanan tersebut berkurang terhadap pertambahan temperatur. Dalam sebuah elemen
pengindera temperatur diinginkan nilai  yang tinggi, sehingga suatu perubahan tahanan
yang besar terjadi pada perubahan temperatur yang relatif kecil. Perubahan tahanan ini
( R ) dapat diukur dengan sebuah jembatan wheatstone, yang dapat dikalibrasi agar
menunjukkan suhu yang menyebabkan perubahan tahanan daripada menunjukkan
perubahan tahanannya sendiri.
Gambar 2-8 memperlihatkan variasi tahanan terhadap suhu untuk berbagai bahan
yang lazim digunakan, grafik menunjukkan bahwa tahanan platina dan tembaga bertambah
hampir linear terhadap suhu, sedang karakteristik untuk nikel jelas tidak linier. Perlu
dicatat bahwa termometer tahan platina digunakan skala suhu internasional antara titik
oksigen dan titik antimonium.

24
Besi Nikel
T8
a7 Tembaga
h6 Perak
a5 Platina
n4
a3
n2
1
0
200 400 600 800 1000
Temperatur (oC)

Gambar 2-8. Tahanan relatif (Rt / Rref ) terhadap suhu untuk


beberapa logam murni.

Elemen pengukur dari sebuah termometer tahanan dipilih berdasarkan pemakaian


yang diinginkan. Tabel 2-3 menyajikan karakteristik dari tiga bahan tahanan yang umum
dipakai adalah kawat platina (kebanyakan untuk pemakaian laboratorium dan untuk
pengukuran ketelitian tinggi pada industri), kawat nikel, dan tembaga lebih murah dan
lebih mudah dibuat daripada elemen kawat platina dan sering digunakan di industri untuk
pemakaian pengukuran suhu rendah.
Umumnya termometer tahanan listrik jarum penunjuknya berbentuk jarum
pengukur untuk dicelupkan ke dalam medium yang suhunya akan diukur atau dikontrol.
Elemen pengukur khas bagi sebuah termometer jenis jarum pengukur dibuat dengan
melapisi sebuah pipa (tabung) platina atau perak yang kecil dengan bahan keramik,
menggulungkan kawat tahanan melalui tabung berlapis tersebut dan melapisi kembali
gulungan yang telah selesai dengan keramik. Rakitan yang kecil ini kemudian dibakar
pada temperatur tinggi guna menjamin kekuatan gulungan dan kemudian dipasang pada
ujung jarum pengukur. Jarum pengukur dilindungi oleh sebuah penutup guna
menghasilkan elemen pengukur yang lengkap.

25
Tabel 2-3. Elemen-elemen termometer tahanan
Jenis Jangkauan Ketelitian Keuntungan Kekurangan
Platina 300 0 F sampai  10 F − Umur panjang − Waktu respons
+1500 0 F − Sensitivitas tinggi yang relatif
− Koefisien lambat (15 s)
temperatur tinggi − Ttidak selinear
tembaga
Tembaga -325 0 Fsampai  0,50 F − Linearitas tinggi − Rangkuman
+250 0 F − Ketelitian dalam temperatur
jangkauan terbatas (sampai
temperatur 250 0 F)
sekeliling
Nikel +32 0 F sampai  0,50 F − Murah − Lebih linear
+ 150 0 F − Stabilitas tinggi daripada tembaga
− Rangkuman kerja − Jangkauan
lebar (temperatur
terbatas sampai
150 0 F)

Secara praktis semua termometer tahanan untuk pemakaian industri dipasang di


dalam sebuah tabung atau lobang guna memberikan proteksi terhadap kerusakan mekanis
dan melindungi terhadap pengotoran dan kerusakan akhir. Lobang-lobang proteksi
dirancang untuk pemakaian di dalam cairan atau gas pada tekanan tinggi seperti pipa-pipa
saluran, pembangkit tenaga uap, tangki tekanan, stasium pemompaan dan sebagainya.
Kegunaan sebuah lobang proteksi menjadi penting sekali pada tekanan-tekanan di atas 3
atm. Skema termometer tahanan listrik dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2-9. Skema termometer tahanan

26
Sebuah rangkaian khas jembatan dengan termometer tahanan Rt pada lengan

jembatan yang tidak diketahui ditunjukkan pada Gambar 2-10. Saklar fungsi
menghubungkan tiga tahanan yang berlainan di dalam rangkaian. Ref adalah sebuah

tahanan tetap yang tahanannya sama dengan tahanan elemen termometer pada temperatur
referensi ( 00 C ) dengan membuat sakelar fungsi pada posisi REF , tahanan pengatur nol
diubah-ubah sampai indikator jembatan menunjuk nol. R fs adalah sebuah tahanan tetap lain

yang tahanannya sama dengan tahanan elemen termometer pada pembacaan penuh
indikator arus. dengan membuat sakelar fungsi pada posisi MEAS , menghubungkan
termometer tahanan Rt didalam rangkaian. Bila karakteristik termperatur tahanan dari

elemen termometer adalah linear, penunjukkan galvanometer dapat diinterpolasi secara


linear antara nilai-nilai suhu referensi yang disetel dan suhu skala penuh.
Jembatan wheatstone memiliki kekurangan tertentu bila digunakan untuk
mengukur variasi tahanan dari termometer tahanan. Kekurangan tersebut adalah efek
tahanan kontak dari sambungan terhadap terminal-terminal jembatan, pemanasan elemen-
elemen oleh arus yang tidak seimbang dan pemanasan kawat-kawat penghubung antara
termometer dan jembatan.

Gambar 2-10. Rangkaian jembatan dengan sebuah termometer


tahanan sebagai salah satu elemen.

Sedikit modifikasi terhadap jembatan wheatstone, seperti halnya jembatan kawat


geser dobel, menghilangkan kebanyakan kesulitan ini. Termometer tahanan mempunyai
ketelitian untuk pengukuran temperatur dengan jangkauan -183oC sampai 6300C.
27
b. Termistor
Termistor adalah alat semi-konduktor dengan tahanan yang mempunyai
koefisien suhu negatif, berlawanan dengan koefisien yang positif pada kebanyakan logam.
Kepekaan yang tinggi terhadap perubahan temperatur ini membuat termistor sangat sesuai
untuk pengukuran, pengontrolan dan kompensasi temperatur secara presisi. Termistor
terbuat dari campuran oksida logam yang diendapkan seperti mangan, nikel, kobalt,
tembaga, besi dan uranium. Jangkauan tahanan adalah dari 0,5  sampai 75  dan
tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran.
Tiga karakteristik penting yang bermanfaat untuk pengukuran dan pengontrolan
yaitu:
1. Karakteristik temperatur tahanan
2. Karakteristik tegangan arus
3. Karakteristik arus waktu.

(a) (b)

(c)
Gambar 2-11. Kurva karakteristik termistor

GAmbar 2-11 Karakteristik temperatur tahanan.


Pada Gambar 2-11.a menunjukkan bahwa termistor mempunyai koefisien tahanan
temperatur negatif yang tinggi sehingga membuatnya menjadi sebuah transduser

28
temperatur yang ideal. Antara -1000C dan +400oC, tahanan bahan termistor tipe A berubah
dari 107 sampai 1 ohm-cm, sedangkan tahanan platina hanya berubah sebesar faktor sekitar
10 sepanjang jangkauan suhu yang sama.
Karakteristik tegangan arus pada Gambar 2-11.b menunjukkan bahwa penurunan
tegangan sebuah termistor bertambah terhadap kenaikan arus sampai mencapai suatu nilai
puncak setelah penurunan tegangan berkurang jika arus bertambah. Karakteristik
pemanasan sendiri, memberikan suatu bidang pemakaian yang sama sekali baru bagi
termistor, misalnya untuk mengukur aliran, tekanan, level cairan, komposisi gas, dan lain-
lain.
Karakteristik arus waktu pada Gambar 2-11.c menunjukkan keterlambatan waktu
untuk mencapai arus paling besar sebagai fungsi dari tegangan yang dimasukkan.
Termistor (gambar 2-12) adalah alat yang sangat peka dan dengan kalibrasi yang
baik bisa memberikan unjuk kerja yang konsisten dengan ketelitian 0,010C.

Gambar 2-12. Pengukuran suhu dengan termistor di dalam


sebuah rangkaian jembatan

Suatu ciri yang menarik mengenai termistor ialah dapat digunakan untuk
kompensasi suhu rangkaian listrik. Alat kompensasi terdiri dari sebuah termistor yang
paralel dengan sebuah tahanan.

29
c. Termokopel
Metode listrik yahg paling umum untuk pengukuran suhu adalah menggunakan
termokopel seperti pada Gambar 2-13. Termokopel bekerja mengukur suhu berdasarkan
efek termoelektrik.

Rangkaian
dalam

Logam 1
A

Sambungan
T i

B
logam 2

Gambar 2-13. Rangkaian dasar termokopel

Ada 3 efek termoelektrik yaitu:


1. Efek Seebeck
Bila ujung dua jenis logam yang berbeda disatukan seperti Gambar 2-14, akan timbul
tegangan gerak elektrik (tge) atau electromotive force (emf) antara dua titik A dan B
yang merupakan fungsi suhu persambungan. Emf yang dihasilkan sebanding dengan
perbedaan suhu dan terhadap perbedaan konstanta transport panas logam. Apabila
kedua logam adalah dari jenis yang sama maka emf = nol, dan jika temperatur kedua
ujung sambungan juga sama maka emf juga akan = nol.

Gambar 2-14. Efek Seebeck


2. Efek Peltier
Efek Peltier merupakan kebalikan dari efek Seebeck, ketika dua logam berbeda A dan
B disambungkan dalam bentuk lingkar tertutup kemudian potensial listrik dari luar
dihubungkan sehingga arus mengalir dalam lingkar tersebut. Karena perbedaan sifat
elektrotermal transport kedua logam tersebut, ternyata salah satu ujung akan

30
dipanaskan sedangkan ujung lainnya didinginkan seperti halnya proses pendinginan
kulkas.

Gambar 2-15. Efek peltier

3. Efek Thomson
Bila terdapat gradien suhu pada salah satu atau kedua bahan, tge sambungan akan
mengalami perubahan sedikit lagi.

Ada 3 macam tge yang terdapat dalam rangkaian termoelektrik


1. tge Seebeck disebabkan oleh logam yang tidak sama
2. tge Peltier disebabkan oleh arus yang mengalir di dalam rangkaian
3. tge Thomson disebabkan oleh adanya gradien suhu pada bahan

Ada 2 kaidah yang digunakan :


1. Jika logam ketiga dihubungkan dengan rangkaian itu seperti terlihat pada Gambar 2-16,
tge neto rangkaian itu tidak terpengaruh selama sambungan baru itu berada pada suhu
yang sama.
2. Rangkaian-rangkaian termokopel sederhana itu terbuat dari logam-logam yang sama,
tetapi beroperasi pada batas-batas suhu yang berbeda.

T1 T2 T2 T3 T1 T3

E1 E2 E3 = E1+ E2

(a) (b) (c)


Gambar 2-16. Rangkaian hukum suhu antara

31
3. Rangkaian dalam Gambar 2-16 (a) membangkitkan tge E1 antara suhu T1 dan T2,
rangkaian Gambar 2-16 (b) membangkitkan tge E2 antara T2 dan T3. hukum suhu
antara menunjukkan bahwa rangkaian ini akan membangkitkan tge E3 = E1 + E2 bila
dioperasi antara suhu T1 dan T3. seperti terlihat dalam Gambar 2-16 (c).

Sebuah termokopel terdiri dari sepasang kawat logam yang tidak sama
dihubungkan bersama-sama pada satu ujung dan berakhir pada ujung lain (ujung dingin)
yang dipertahankan pada suatu temperatur konstan yang diketahui (temperatur referensi)
Bila antara ujung pengindera dan titik referensi terdapat perbedaan temperatur,
suatu tge yang menyebabkan arus didalam rangkaian akan dihasilkan. Bila titik referensi
ditutup oleh sebuah alat ukur atau instrumen pencatat seperti dalam Gambar 2-17.
penunjukkan alat ukur tersebut akan sebanding dengan selisih temperatur antara ujung
panas dan titik referensi.

Tembaga
Konstantan

Besi

Tembaga

Peranti
pengukuran
tegangan

Campuran
es-air
(a)

Gambar 2-17 Metode-metode konvensional untuk memantapkan suhu


rujukan dalam rangkaian termokopel

32
Konstantan

T
Besi Konstantan

Peranti
pengukuran
tegangan

Campuran
es-air
(b)

Susunan yang lazim untuk memantapkan suhu referensi ialah dengan


menggunakan tangas es (ice bath) sebesar 310F.
Tge termoelektrik biasa dinyatakan dalam potensial. Konfigurasi standar tertentu
dari termokopel yang digunakan. Contoh-contohnya diberikan pada Tabel 2-4. masing-
masing tipe mempunyai aplikasi tersendiri.

Tabel 2-4. Termokopel standar


Tipe Bahan-bahana Daerah normal (0C)
J Besi – konstantan b -190 – 760
T Tembaga-konstantan -200 - 371
K Khrom-alumel -190 -1260
E Khrom-konstantan -100 -1260
S 90% platina + 10% rhodium-platina -0 -1482
R 87% platina + 13% rhodium-platina -0 - 482
a Material pertama lebih positif jika suhu yang diukur lebih dari suhu referensi

b Konstantan, khrom dan alumel terdaftar sebagai logam paduan

Untuk mendapatkan rangkaian yang lebih peka, termokopel kadang-kadang


dihubungkan dalam susunan seri seperti pada Gambar 2-18. Susunan demikian disebut
termopil dan untuk situasi tiga sambungan panas dan sambungan dingin seragam. Susunan
termopil sangat berguna untuk mendapatkan tge yang agak besar untuk pengukuran beda-
suhu kecil antara dua sambungan. Dengan cara ini didapatkan instrumen yang relatif
murah untuk pengukuran tegangan. Bila memasang termopil perlu dijaga bahwa
sambungan-sambungan itu terisolasi satu sama lain. Termokopel yang umum mengukur
perbedaan suhu antara satu titik yang tidak diketahui dengan titik lain yang dianggap
sebagai suhu rujukan.

33
Peranti
2 pengukuran
T E tegangan
T1

Gambar 2-18. Hubungan termopil

Pada Gambar 2-19 terlihat susunan termokopel susunan seri. Keempat susunan
dijaga pada suhu yang berbeda-beda dan dihubungkan secara seri. Oleh karena jumlah
sambungan genap, tidak perlu memasang sambungan rujukan karena logam jenis yang
sama dihubungkan ke kedua terminal potensiometer. Arus akan mengalir dari plus ke
minus dan sambungan memberikan penurunan potensial pada arah ini, maka sambungan B
dan D akan menghasilkan penurunan potensial pada arah yang berlawanan dan sambungan
C memberikan penurunan potensial pada arah yang sama dengan sambungan A.

eC
eA
A C
eD
eB D

+ E -

Gambar 2-19. Termokopel hubungan seri


Jadi, tge total yang diukur pada terminal potensiometer adalah
E = eA – eB + eC – eD …………………………………………..(2-8)
Bacaan akan nol apabila semua sambungan berada pada suhu yang sama dan akan
mempunyai nilai lain pada kondisi-kondisi lain. Namun harus dicatat bahwa tge hubungan

34
seri ini tidak menunjukkan suatu suhu tertentu dan tidak pula menunjukkan suhu
sambungan rata-rata.
Hubungan parallel dalam gambar 2-20 dapat digunakan untuk mendapatkan suhu
rata-rata pada beberapa titik. Keempat sambungan itu masing-masing berada pada suhu
yang berbeda-beda dan karena itu membangkitkan tge yang berbeda-beda pula. Potensial
yang diberikan oleh potensiometer itu merupakan rata-rata dari potensial keempat
sambungan..
T2

T1 T3

T4

E
Peranti
pengukuran tegangan

Gambar 2-20. Termokopel hubungan parallel

Kompensasi Termokopel
Suatu termokopel digunakan untuk mengukur variasi suhu transien. Respon
termokopel itu bergantung pada banyak faktor maka sistem itu diberikan jaringan listrik
pengkompensasi, respon frekuensi termokopel itu dapat ditingkatkan. Kerugian daripada
jaringan kompensasi adalah bahwa hal itu mengurangi keluaran termokopel tetapi jika
instrumen pengukur cukup peka, masalah ini tidaklah terlalu kritis.
Suatu contoh jaringan kompensasi termokopel ditunjukkan pada Gambar 2-21.
Tegangan masuk termokopel ditunjukkan oleh Ei dan tegangan keluar E0.
Rc

Masukan C
Ei R Eo Keluaran
termokopel

35
Gambar 2-21. Contoh jaringan kompensasi termokopel

B.3. Pengukuran Suhu dengan Efek Radiasi


Suhu suatu benda dapat ditentukan melalui pengukuran radiasi termal yang
dipancarkan benda itu. Dua macam instrumen yang umum dipakai untuk pengukuran suhu
dengan efek radiasi ialah pirometri optik dan pirometri radiasi. Sebelum membahas kedua
instrumen itu, perlu diuraikan terlebih dahulu tentang radiasi termal.
Radiasi termal adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu benda
sebagai akibat dari suhunya. Radiasi termal terletak dalam daerah panjang gelombang
antara kira-kira 0,1 – 100  m (1  m=10-6). Radiasi termal total yang dipancarkan oleh
benda hitam diberikan oleh
Eb = T 4 ……………………..…………………………….….(2-9)

diimana :
 = konstanta Stefan-Boltzman = 0,1714 x10−8 Btu / h. ft 2 R 4
0

Eb =daya emisi Btu / h. ft 2 = 5,669 x10−8 w / m 2 k 4


T = suhu absolut 0R atau K

Daya emisi benda-hitam berubah dengan panjang gelombang menurut persamaan distribusi
Plank :
C1−5
Eb = c 2 / T …………..………..……………. (2-10)
e −1
dimana :
Eb = daya emisi benda hitam monokromatik
= Btu/h.ft2 . m = w/m2. m
 = panjang gelombang, m
T = suhu, oR atau K
C1 = 1,187 x 108 Btu. m4/h.ft2 = 3,743 x 108 W.. m4/m2
C2 = 2,5896 x 104 m .oR = 1,4387 x 104 m .K

a. Pirometri Optik
Penunjukkan suhu suatu permukaan dengan warna radiasi yang dipancarkannya.
Jika permukaan dipanaskan, permukaan itu menjadi merah tua, jingga dan akhirnya putih.
Titik maksimum dalam kurva-kurva radiasi benda hitam bergeser ke panjang gelombang
yang lebih pendek dengan kenaikan suhu menurut Hukum Wien.

maksT = 5125,6 / m.0 R(2897 mK ). ……………………...(2-11)

36
λmaks adalah panjang gelombang pada titik maksimum pada suhu tinggi menyebabkan
terjadinya konsentrasi radiasi pada bagian panjang gelombang pendek spektrum itu.
Pengukuran suhu terdiri dari penentuan perubahan suhu dengan warna benda itu. Gambar
2-22 adalah skema pirometri optik. Radiasi dari sumber dilihat melalui susunan lensa dan
penyaring (filter). Penyaring absorpsi pada bagian depan peranti itu menurunkan intensitas
radiasi masuk sehingga lampu standar dapat dioperasikan pada tinggi yang lebih rendah.
Lampu standar itu ditempatkan pada lintas optik radiasi datang mengatur arus lampu,
warna filamen dapat dibuat sesuai dengan warna radiasi datang. Pada tempat melihat
dipasang filter merah untuk menjamin bahwa perbandingan itu dibuat untuk radiasi
monokromatik, jadi menghapuskan sebagian dari ketakpastian yang disebabkan oleh
perubahan sifat-sifat radiasi dengan panjang gelombang.

Gambar 2-22. Skema pirometer optik

Untuk menentukan suhu, kita harus mengetahui emisivitas bahan sehingga


1
 E 
4

T =  …………………..………………………… …(2-12)
  
Dimana :
 = emisivitas
E = emisi suatu permukaan nyata
Eb = daya emisi benda hitam pada suhu yang sama

37
b. Pirometer radiasi
Pirometer merupakan instrumen pengukur suhu yang jangkauan suhunya hampir
sama dengan termokopel. Pirometer radiasi menggunakan sifat thermal radiasi yang
diemisikan semua bahan kecuali gas inert pada temperatur absolut 0. Pirometer radiasi
sangat luar biasa karena tidak membutuhkan kontak langsung dengan material yang
temperaturnya akan diukur. Pengukuran temperatur didapatkan dari perhitungan energi
radiasi dan dari pengukuran. Hukum Stefan – Bolzman yaitu radiasi berhubungan dengan
energi radiasi, E. Temperatur badan, Tb dan temperatur Tr didapatkan persamaan :
E =  (Tb − Tr ) .……………………..………………... (2-13)

dimana konstanta Stefan – Bolzman,  = 0,1713 x 10-8 btu/ft2/h oR

Gambar 2-23. Pirometer radiasi

C. Rangkuman
1. Hubungan dari keempat satuan suhu yaitu:
9
oF
= 32,0 + oC
5
oR = 9 K
5
K = 273,16 + oC

38
2. Pengukuran suhu dengan efek mekanik meliputi termometer raksa, termometer gas,
termometer tekanan uap dan termometer bimetal
3. Transduser-transduser suhu tekanan uap dan gas mengkonversikan suhu menjadi
tekanan gas yang selanjutnya dikonversikan menjadi sinyal listrik.
4. Sebuah keping bimetal mengkonversikan suhu menjadi suatu gerakan fisik dari
elemen-elemen logam keping ini bisa dipakai untuk menutup saklar.
5. Termometer tahanan listrik adalah sebuah transduser yang tergantung pada kenaikan
tahanan logam terhadap suhu kenaikan ini hampir merupakan garis lurus (linear).
6. Termistor didasarkan pada penurunan resistansi semi konduktor terhadap suhu.
Instrumenn ini mempunyai kurva resistansi versus suhu yang tidak linier. Transduser
seperti ini dapat menunjukkan perubahan resistansi yang sangat besar terhadap suhu.
7. Termokopel adalah suatu alat pengukur suhu yang terdiri dari sepasang kawat logam
yang tidak sama dihubungkan bersama-sama pada satu ujung (ujung panas) dan
berakhir pada ujung lain (ujung dingin) yang dipertahankan pada suatu temperatur
konstan yang diketahui (temperatur referensi)
8. Pirometrik optik dan pirometer radiasi adalah suatu alat pengukur suhu dengan efek
radiasi.

D. Soal Latihan
1. Konversikan 4800R menjadi K, 0F dan 0C.
2. konversikan –222 F menjadi oC, oR dan K
3. Bedakan berdasarkan skala suhu untuk oF, 0C, 0R dan K.
4. Jelaskan prinsip dasar operasi termometer raksa-dalam-gelas.
5. Uraikan karakteristik tahanan termistor.
6. Tuliskan hukum logam antara dalam termokopel.
7. Tuliskan perbedaan antara efek seebeck, efek peltier dan efek Thomson.
8. Mengapa suhu referensi diperlukan bila kita menggunakan termokopel.
9. Uraikan prinsip kerja pirometri optik.

39

Anda mungkin juga menyukai