Anda di halaman 1dari 27

KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD ZAT

Standar kompetensi :
➢ Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai
perubahan energi
Kompetensi Dasar :
➢ Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat
Indikator :
➢ Mendefinisikan pengertian suhu
➢ Mendefinisikan pengertian kalor
➢ Melakukan eksperimen kalorimeter
➢ Menyebutkan peristiwa perubahan wujud zat
➢ Mengidentifikasi perubahan wujud zat
Konsep Prasyarat :
➢ Suhu
Konsep Esensial :
➢ Kalor
➢ Kalor jenis
➢ Kapasitas kalor
➢ Pemuaian

KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD ZAT


A. SUHU DAN KALOR
1. SUHU
a) Pengertian Suhu
Suhu merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya suatu zat atau benda.
Misalkan kita mempunyai dua batang logam, logam A panas dan logam B dingin,
kemudian kita dekatkan kedua batang tersebut hingga bersentuhan. Logam A akan
sedikit menyusut, yang menyatakan bahwa logam tersebut mengalami pendinginan,
sedangkan logam B akan sedikit memuai, yang menyatakan bahwa logam B tersebut
mengalami pemanasan. Kondisi seperti ini dikatakan bahwa kedua batang tersebut
mengalami kontak termal. Pada akhirnya proses ini berhenti, artinya kedua batang
tersebut tidak mengalami lagi perubahan panjang. Kondisi yang dialami oleh kedua
batang ini dikatakan saling berada dalam kesetimbangan termal.

Didekatkan
Logam A PANAS Logam B DINGIN

Sedikit Logam A PANAS


Logam B DINGIN Sedikit
menyusut memanjang

Logam A Logam B

Gambar Kesetimbangan termal


Dua benda yang berada dalam kesetimbangan termal terhadap satu sama lain akan
mempunyai suhu yang sama.
Perubahan sifat fisis suatu benda (zat) pada saat temperaturnya berubah
dinamakan sifat termometrik zat. Sifat-sifat termometrik zat, diantaranya volume zat
cair dan gas, panjang logam, hambatan listrik logam, tekanan gas pada volume tetap,
dan sebagainya. Sifat-sifat termometrik ini dapat digunakan untuk menetapkan skala
suhu dan membentuk sebuah alat ukur suhu yaitu termometer.

b) Mengukur Suhu dengan Termometer


Derajat panas atau dinginnya suatu zat dapat diukur dengan termometer. Suhu zat
yang diukur dengan termometer ketika terjadi kesetimbangan termal sama besarnya
dengan skala yang ditunjukkan oleh termometer. Termometer dapat dikalibrasi
dengan menempatkannya dalam kontak termal dengan suhu lingkungan yang dijaga
konstan, dengan catatan :
• Lingkungan bisa berupa campuran es dan air dalam kesetimbangan termal,
• Lingkungan bisa berupa campuran air dan uap dalam kesetimbangan termal.
Pada saat dilakukan pengukuran suhu dengan termometer akan terjadi rambatan kalor
dari zat yang diukur suhunya ke dalam termometer, atau sebaliknya. Oleh sebab itu,
suhu zat yang diukur harus mempunyai volume relatif jauh lebih besar dari volume
termometernya, supaya tidak terjadi penurunan suhu dari zat karena ada kalor yang
diserap atau diberikan oleh termometer.
Untuk membuat sebuah termometer dapat digunakan sebuah labu kaca berskala, dan
di dalamnya diisi dengan cairan yang dapat memuai secara linier jika terjadi kenaikan
suhu. Pada umumnya, cairan yang digunakan raksa dan alkohol. Jika suhu naik,
cairan di dalam labu kaca akan memuai dan naik ke dalam pipa kaca sempit.
Pertambahan volume yang kecil saja akan memberikan kenaikan yang cukup besar
pada pipa kaca sempit sehingga mudah untuk mengamati terjadinya kenaikan suhu.
Untuk pengisian termometer cairan yang banyak digunakan adalah raksa dan alkohol.
Keunggulan raksa dari zat cair lain adalah :
1) Cepat terjadi keseimbangan termal antara zat yang diukur,
2) Raksa dapat dipakai untuk mengukur suhu yang rendah sampai yang tinggi karena
mempunyai titik beku pada -39 ºC dan titik didihnya 357 ºC,
3) Tidak membasahi dinding tabung sehingga pengukurannya menjadi lebih teliti,
4) Pemuaian raksa linear terhadap kenaikan suhu,
5) Mudah diamati karena raksa mengkilap.
Termometer yang menggunakan alkohol tidak dapat digunakan untuk
mengukur suhu yang tinggi karena titik didih alkohol 78 ºC. Akan tetapi, alkohol
mempunyai titik beku yang rendah, yaitu -115 ºC sehingga termometer yang berisi
alkohol hanya untuk mengukur suhu zat yang rendah saja. Jenis-jenis termometer dan
kegunaannya
1. Termometer Klinis, digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia.
Termometer ini banyak digunakan di tempat-tempat medis. Jika suhu naik,
raksa di dalam wadah akan naik melalui celah sempit. Jika suhu turun, maka
raksa akan tetap tertahan di dalam pipa sehingga memudahkan pembacaan.
Cara untuk mengembalikan raksa ke tabungnya adalah dengan mengkibas-
kibaskannya.

2. Termometer dinding, digunakan untuk mengukur suhu ruangan. Raksa di


dalam pipa kapiler akan bergerak naik atau turun bergantung pada suhu
ruangan di mana temometer tersebut berada.

3. Termometer Six-Bellani, digunakan untuk mengukur suhu ruangan.


Termometer ini sering juga disebut sebagai termometer maksimum-minimum.
Penetapan skala suhu termometer menggunakan dua titik acuan, yaitu titik
tetap atas dan titik tetap bawah. Setiap titik acuan tersebut harus memenuhi
persyaratan tertentu, yaitu tidak berubah dan mudah didapatkan. Celsius dan
Fahrenheit menggunakan es pada saat mencair sebagai titik acuan bawah (titik beku)
dan air pada saat mendidih sebagai titik acuan atas ( titik didih ) pada tekanan udara 1
atm.
Kalibrasi termometer adalah penetapan tanda-tanda untuk pembagian skala pada
suatu termometer. Adapun langkah-langkah kalibrasi termometer adalah sebagai
berikut :
1. menentukan titik tetap bawah ( Tb ),
2. menentukan titik tetap atas ( Ta ),
3. menentukan jumlah skala di antara titik-titik tetap, dan
4. memperluas skala di luar titik tetap.
Ada beberapa macam skala termometer yang biasa digunakan dalam pengukuran
suhu, yaitu :
1. Termometer skala Celsius,
Pada skala Celsius digunakan titik lebur es murni sebagai titik tetap bawah dan
ditandai dengan angka nol. Sedangkan untuk menyatakan titik tetap atas digunakan
titik didih air pada tekanan 1 atmosfer dan ditandai dengan angka 100, sehingga ada
100 pembagian skala.

2. Termometer skala Kelvin


Pada skala Kelvin, penentuan suhu nol derajat digunakan suhu terendah yang
dimiliki oleh suatu partikel yang setara dengan -2730, yaitu keadaan di mana energi
kinetik partikel sama dengan nol, sehingga tidak ada panas yang terukur. Setiap satu
skala Kelvin sama dengan satu skala Celsius, sehingga titik tetap bawah dan titik
tetap atas skala Kelvin masing-masing adalah 273 K dan 373 K. Pada skala Kelvin
tidak ada suhu yang bernilai negatif sehingga disebut sebagai skala suhu mutlak atau
skala termodinamik, dan Kelvin ditetapkan sebagai satuan SI untuk suhu.

3. Termometer skala Fahrenheit


Dalam penggunaan sehari-hari, di Amerika Serikat masih digunakan termometer
dalam skala Fahrenheit. Pada skala Fahrenheit, titik lebur es diberi angka 32 dan titik
didih air diberi angka 212. Skala ini diberi nama skala Fahrenheit sesuai dengan nama
ilmuwan yang membuatnya pertama kali, yaitu ahli fisika berkebangsaan Jerman,
Gabriel Fahrenheit (1686 - 1736).

4. Termometer skala Reamur


Pada skala Reamur, penentuan skala titik tetap bawah dan titik tetap atas sama
halnya pada skala Celsius, namun dinyatakan dalam skala 0 dan 80, sehingga ada 80
pembagian skala.

5. Termometer skala Rankine


Pada skala Rankine, titik lebur es diberi angka 491 dan titik didih air diberi angka
671.
Hubungan antara skala Celcius, skala Fahrenheit, skala Kelvin skala Reamur
dan Rankine dapat kita nyatakan seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 1b.1. Perbandingan Skala Termometer Termometer Titik Beku Air Titik
Didih Air Pembagian Skala

TITIK BEKU TITIK DIDIH PEMBAGIAN


TERMOMETER
AIR AIR SKALA
CELCIUS (ºC) 0 100 100
KELVIN 273 373 100
FAHRENHEIT
32 212 180
(ºF)
REAMUR (ºR) 0 80 80
RANKINE 491 671 180

Kita juga dapat melakukan pengkonversian skala dari satu termometer ke termometer
lain. Sebagai contoh, suhu suatu benda menunjukkan skala X ketika diukur dengan
termometer X yang memiliki Tb = Xb dan Ta = Xa. Maka ketika suhu benda tersebut
diukur dengan menggunakan termometer Y yang memiliki Tb = Yb dan Ta = Ya,
skala Y akan menunjukkan angka yang dapat dihitung dengan persamaan 1 berikut:

X-XbXa-Xb= Y-YbYa-Yb
Contoh : Kita mau mengkonversi suhu dari skala termometer Celsius ke skala
termometer Fahrenheit. Kita ketahui bahwa titik tetap bawah Celsius (Cb = 0) dan
titik tetap atasnya (Ca = 100), dan untuk titik tetap bawah Fahrenheit (Fb = 32) dan
titik tetap atasnya (Fa = 212), sehingga hasil konversinya adalah :

C-CbCa-Cb= F-FbFa-Fb

C-0 100-0=F-32212-32
C=100180 ( F-32)

C= 59 (F-32)

Berdasarkan persamaan di atas kita dapat melakukan pengkonversian di antara kelima


skala suhu diatas seperti contoh diatas.

c) Pemuaian
Pada umumnya suatu zat akan memuai ketika dipanaskan, dan menyusut
ketika didinginkan. Walaupun pemuaian ini biasanya cukup kecil untuk bisa diamati,
namun fenomena ini sangat penting karena gaya yang dihasilkan sangat besar dan
harus diperhitungkan untuk merancang bangunan-bangunan tertentu. Pada saat
sebuah benda dipanaskan, gerakan molekul-molekulnya semakin cepat, sehingga
pergeserannya semakin besar.
Besarnya pemuaian suatu benda ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: jenis
bendanya, ukuran benda mula-mula, dan lamanya pemanasan.

1. Pemuaian Zat Padat


Zat padat yang dipanaskan partikel-partikelnya akan bergerak lebih cepat dari
sebelumya sehingga jarak antar partikel satu dengan yang lainnya akan semakin
besar. Oleh karena itu, ukuran panjang, luas, maupun volumenya akan bertambah
besar.
a) Pemuaian Panjang
Jika suatu benda yang berbentuk panjang yang panjangnya Lo, dipanaskan
sehingga suhunya berubah sebesar Δt, maka benda tersebut akan bertambah panjang
sebesar ΔL.
Pertambahan panjang ΔL adalah sebanding dengan panjang mula-mula Lo, jenis
benda (yang dinyatakan dengan koefisien muai panjang α) dan perubahan suhu Δt.
Atau secara matematis dapat dirumuskan sebagai,
ΔL=Lo α Δt
Oleh karena itu, panjang akhir Lt setelah pemuaian dapat dirumuskan sebagai
Lt = L0 + ΔL
Lt = L0 + L0 α Δt
Jadi,
Lt = L0 ( 1 + α Δt)
Dengan, Lt : panjang akhir (m)
L0 : panjang mula-mula (m)
α : koefisien muai panjang (oC-1 atau K-1)
Δt : perubahan suhu (oC atau K)

b) Pemuaian Luas
Jika suatu benda berbentuk bujur sangkar (mempunyai luas) tipis dengan sisi
Lo dipanaskan sehingga suhunya berubah sebesar Δt, maka bujur sangkar akan
memuai pada kedua sisinya.
Karena setiap sisi memuai sebesar ΔL, maka akan membentuk bujur sangkar baru
denga sisi (Lo + ΔL), sehingga luas akhir benda adalah :

At = ( Lo + ΔL )2
At = 2L0 + 2L0 ΔL + (ΔL)2
Mengingat ΔL cukup kecil, maka nilai (ΔL)2 mendekati nol sehingga dapat diabaikan.
Dengan menggunakan anggapan ini kita memperoleh luas akhir benda menjadi,
At = L02+ 2L0 ΔL
Dengan memasukan ΔL = Lo α Δt, L02 = Ao, dan β = 2α, maka luas akhir benda
setelah pemuaian menjadi,
At = Ao ( 1 + β Δt)
Dengan,
At : Luas akhir (m2)
Ao : Luas mula-mula (m2)
β : Koefisien muai luas (0C-1 atau K-1)
Δt : Perubahan suhu (0C atau K)
Perubahan luas akibat pemuaian adalah :
ΔA = A - Ao
ΔA = Ao α Δt

c) Pemuaian Volume
Jika suatu benda berbentuk kubus dengan sisi Lo, dipanaskan sehingga
suhunya berubah sebesar Δt, maka kubus akan memuai pada ketiga sisinya.
Volume benda mula-mula adalah :
Vo = Lo3
Karena setiap sisi memuai sebesar ΔL, maka akan terbentuk kubus baru dengan sisi
(Lo + ΔL). Jadi, volume akhir benda adalah
Vt = (Lo + ΔL)3
Vt = Lo3 + 3Lo2 ΔL + 3Lo(ΔL)2 + (ΔL)3
Mengingat ΔL cukup kecil, maka nilai (ΔL)2 dan (ΔL)3 mendekati nol sehingga dapat
diabaikan. Dengan menggunakan anggapan ini kita peroleh volume akhir benda
menjadi,
Vt = Lo3 + 3Lo2 ΔL
Dengan memasukan ΔL = Lo α Δt, Vo = Lo3 dan γ = 3 α, maka volume akhir benda
setelah pemuaian menjadi,
Vt = Vo ( 1 + γ Δt )
Dengan,
Vt : volume akhir benda (m3)
Vo : volume mula-mula benda (m3)
γ : koefisien muai volume (0C-1 atau K-1)
Δt : Perubahan suhu (0C atau K)
Perubahan volume akibat pemuaian adalah
ΔV = Vt – Vo
ΔV = Vo γ Δt

2. Pemuaian Zat Cair


Berbeda dengan zat padat, pada zat cair kita hanya mengenal pemuaian
volume. Jadi, pada umumnya volume zat cair bertambah ketika suhunya dinaikan.
Karena molekul zat cair lebih bebas dibandingkan dengan molekul zat padat, maka
pemuaian pada zat cair lebih besar dibandingkan pada zat padat. Sifat pemuaian zat
cair inilah yang digunakan sebagai dasar pembuatan termometer. Rumus-rumus pada
pemuaian zat padat berlaku juga pada pemuaian zat cair.
Anomali Air
Pada umumnya zat cair akan memuai jika dipanaskan. Akan tetapi, tidak
demikian halnya untuk air ketika dipanaskan dari 0o hingga 4o, karena dalam keadaan
ini justru air menyusut. Pada saat kita memanaskan es pada suhu -5oC, maka es akan
memuai sama seperti zat padat sampai es mencapai suhu 0oC. Apabila es kita
panaskan lagi maka akan terjadi proses perubahan wujud hingga seluruh es mencair.
Air akan menyusut ketika dipanaskan dari suhu 0oC hingga mencapai volume
minimum pada suhu 4oC. Massa air tidak berubah selama penyusutan, massa jenis air
mencapai maksimum pada suhu 4oC (zat cair pada umumnya, mencapai massa jenis
maksimum pada titik bekunya). Pada suhu di atas 4oC, air akan memuai seperti
halnya zat cair lainnya. Jadi, pada suhu di antara 0oC dan 4oC air akan menyusut dan
di atas suhu 4oC air memuai jika dipanaskan. Sifat pemuaian air yang tidak teratur ini
disebut anomali air.

3. Pemuaian Gas
Sama halnya dengan zat cair, pemuain gas termasuk pemuaian volume atau
pemuaian ruang. Berdasarkan koefisien muai volume untuk semua jenis gas adalah
sama yaitu, γ = 1273 oC-1
Volume mula-mula suatu gas adalah Vo, kemudian gas itu dipanaskan pada tekanan
tetap hingga suhunya naik sebesar Δt, dan volumenya bertambah sebesar ΔV, maka
secara matematis dapat ditulis sebagai berikut,
ΔV = Vo γ Δt ΔV = 1273 V0Δt
Vt = Vo + ΔV Vt = V0 (1 + 1273 Δt)
Dengan,
Vt : Volume akhir benda (m3)
Vo : Volume mula-mula benda (m3)
γ : Koefisien muai volume (℃-1 atau K-1)
Δt : Perubahan suhu (oC atau K)
ΔV : Perubahan volume (m3)

4. Prinsip Pemuaian dalam Kehidupan Sehari-hari


Pemuaian zat padat ternyata membawa beberapa masalah, khususnya pada
konstruksi seperti jembatan, jalan raya, dan rel kereta api, di mana setiap hari secara
terus menerus mengalami perubahan suhu akibat panas sinar Matahari dan dinginnya
udara di malam hari. Untuk itu para perancang konstruksi harus memberikan ruang
lebih yang memungkinkan bahan-bahan konstruksi tersebut memuai. Ruang lebih
inilah yang harus benar-benar diperhitungkan oleh para perancang bangunan sehingga
nilainya tidak boleh kurang atau lebih.
Masalah-masalah yang dapat ditimbulkan pemuaian zat, antara lain :
a) Pemasangan kaca jendela.
b) Sambungan rel Kereta Api.
c) Celah pemuaian pada suatu jembatan.
d) Pemasangan kawat telepon atau kawat listrik.

2. KALOR
Kalor adalah energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lain karena
perbedaan suhu kedua benda.
Pentransferan energi panas (termis) suatu sistem yang sering dinyatakan sebagai
energi ineternal akan terjadi bila suatu sistem yang panas dan sistem yang dingin
saling didekatkan dan disentuhkan satu sama lain, maka energi internal akan
ditransfer dari sistem yang panas ke sistem yang lebih dingin dalam bentuk kalor.
Satuan kalor adalah kalori (kal). Satu kalori didefiniskan sebagai jumlah energi panas
yang diperlukan untuk menaikan suhu satu gram air sebesar 1oC atau 1 K. Karena
kalor merupakan bentuk lain dari energi, maka satuan kalor secara SI sama dengan
satuan energi yaitu joule (J).
1 kal = 4,184 joule ≈ 4,2 joule
Di Amerika Serikat satuan kalor yang digunakan sehari-hari adalah Btu (British
thermal unit), yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan untuk
menaikan suhu satu pound air dari 63 derajat Fahrenheit hingga 64 derajat Fahrenheit
(sebesar satu derajat Fahrenheit).
Jika Btu dihubungkan dengan kalori dan joule maka kesetaraannya adalah,
1 Btu = 252 kal = 1.054 joule

B. PERBEDAAN SUHU DAN KALOR


Setelah kita membahas suhu dan kalor, marilah kita bahas mengenai
perbedaan antara suhu dan kalor.
Sampai dengan pertengahan abad kedelapan belasan istilah suhu dan kalor
masih memiliki arti yang sama, hal ini disebabkan kalor timbul sebagai akibat dari
adanya perbedaan suhu. Joseph Black pada tahun 1760 merupakan orang pertama
yang menyatakan perbedaan antara suhu dan kalor. Dari pengertian suhu dan kalor di
atas, kami menyimpulkan bahwa suhu sesungguhnya adalah ukuran energi kinetik
rata-rata partikel ( berkaitan dengan gerak partikel-partikel ) dalam suatu benda.
Sedangkan kalor selalu mengacu pada energi yang berpindah dari satu benda ke
benda lainnya karena perbedaan suhu. Begitu proses perpindahan energi ini berhenti
maka kalor tidak lagi memiliki arti.
Perbedaan antara suhu dan kalor dapat kita lihat pada proses perubahan wujud zat.
Untuk mengubah es menjadi air diperlukan kalor. Pada peristiwa perubahan wujud
ini, es bersuhu 0oC berubah menjadi air bersuhu 0oC. Jadi, tidak ada perubahan suhu
pada saat es mencair, tetapi dibutuhkan kalor untuk mengubah wujud es tersebut.

C. PERCOBAAN KALORIMETER
1.1 Alat dan bahan
➢ Neraca [Ohauss, triple beam, 311 gram, 0.01 gram] 1 buah
➢ Kalorimeter [bejana pengaduk, tutup dan jaket] 1 buah
➢ Termometer [-10 – 0 – 100]oC 2 buah
➢ Becker glass 600 ml 1 buah
➢ Pemanas bunsen 1 buah
➢ Kasa 1 buah
➢ Lup 1 buah
➢ Statip dengan batangnya dan penjepit 1 set
➢ Gelas staenless dengan penutup 1 buah
➢ Zat padat, air, es
➢ Lap meja

1.2 Prosedur
Percobaan 1: Menentukan Kapasitas Kalor Kalorimeter
1. Ukur dan catat masa kalorimeter beserta pengaduknya (m1). Perhatikan ketika
setiap akan melakukan pengukuran, teliti harga skala nol pada alat ukur yang
akan digunakan.
2. Isi 1/3 volume kalorimeter dengan air, ukur dan catat massa kalorimeter
dengan air (m2) serta suhu kalorimeter beserta air di dalamnya (td).
3. Isi gelas staenless dengan dengan air sekitar 1/3 volumenya, panaskan air
tersebut hingga suhu di atas 75oC, catat suhu air panas sebagai tp.
4. Masukan air panas ke dalam kalorimeter berisi air tadi dengan cepat dan hati-
hati.
5. Aduk pelan-pelan dan perhatikan kenaikan suhu pada kalorimeter, jika dalam
waktu yang lama tidak terjadi kenaikan suhu, catat suhu dalam keadaan ini
(ts).
6. Ukur dan catat masa kalorimeter beserta isisnya (m3).
7. Ulangi langkah 1-6 sebanyak 3 kali!
8. Bersihkan semua alat.

Percobaan 2: Menentukan Kalor Lebur Es


1. Ukur dan catat masa kalorimeter beserta pengaduknya (m1). Perhatikan ketika
setiap akan melakukan pengukuran, teliti harga skala nol pada alat ukur yang
akan digunakan.
2. Isi kalorimeter dengan air sekitar 150 ml, ukur dan catat masa kalorimeter
dengan air(m2) serta suhu kalorimeter dan air di dalamnya (ta).
3. Ambil potongan es, ukur suhunya dan masukan kedalam kalorimeter. Aduk
pelan-pelan sampai semua es melebur dan sistem mencapai suhu
kesetimbangannya, lalu catat suhunya (ts)
4. Ukur dan catat masa Kalorimeter itu beserta isinya (m3)
5. Ulangi langkah 1 – 4 sebanyak 3 kali.
6. Bersihkan semua alat.

D. KALOR JENIS
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepas suatu zat
untuk menaikkan atau menurunkan suhu 1 kg zat tersebut sebesar 10C atau 1 K.
Kalor jenis beberapa zat pada 20°C dan tekanan tetap 1 atm adalah sebagai berikut :

Tabel. Kalor Jenis beberapa zat pada 20 0C (1 atm) Zat Kalor jenis (J kg-1k-1)

ZAT KALOR JENIS (J kg-1 K-1)


Aluminium 900
Tembaga 390
Kaca 840
Besi atau baja 450
Timah hitam 130
Marmer 860
Perak 230
Kayu 1700
Alcohol 2400
Raksa 140
Air
Fase es (-5oC) 2100
Fase Cair (15oC) 4180
Fase Uap (110oC) 2010
Badan manusia 3470
Udara 1000
Air laut 390
Kuningan 367
Seng 388
Spirtus 240
Timbal 130
Apabila sejumlah kalor diberikan pada suatu benda, maka suhu benda itu akan naik.
Kemudian yang menjadi pertanyaan, seberapa besar kenaikan suhu suatu benda
tersebut? Pada abad ke-18, sejumlah ilmuwan melakukan percobaan dan menemukan
bahwa besar kalor Q yang diperlukan untuk mengubah suhu suatu zat yang besarnya
ΔT sebanding dengan massa m zat tersebut.

E. KAPASITAS KALOR
Jika pada air dan alkohol dengan massa sama diberikan kalor yang sama
banyaknya maka kenaikkan suhu pada alkohol lebih besar daripada air. Dalam
peristiwa tersebut dikatakan alkohol memiliki kapasitas kalor yang lebih besar
daripada air.
Sehingga banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu yang sama dari
benda yang berbeda pada umumnya berbeda besarnya. Perbandingan banyaknya
kalor yang diberikan terhadap kenaikkan suhu benda dinamakan kapasitas kalor atau
kapasitas panas.
Kata ”kapasitas‟ dapat memberikan pengertian yang kurang tepat karena kata
tersebut menyatakan ‘banyaknya kalor yang dapat dimiliki oleh sebuah benda’ yang
dalam fisika tidak memiliki arti. Yang sebenarnya diartikan oleh kata tersebut adalah
‘banyak energi yang harus diberikan dalam bentuk kalor untuk menaikkan suhu suatu
benda sebesar 1 derajat.’
Jika kalor yang dibutuhkan sebesar Q untuk menaikkan suhu suatu benda sebesar t,
maka kapasitas kalor (C) benda tersebut dapat durumuskan :
C = Q/t atau Q = C.t
Dengan :
Q : kalor yang diserap atau dilepas (J atau kalori)
Δt : perubahan suhu (K atau 0C)
C : kapasitas kalor (J/K atau kal/0C)
Dari persaman di atas, kapasitas kalor didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan suhu benda sebesar 10C atau 1 K.
Terdapat perbedaan pengertian antara kapasitas kalor (C) dengan kalor jenis (c),
tetapi secara matematis keduanya mempunyai hubungan :
C = m.c
Dengan :
C : kapasitas kalor (J/K atau kal/0C)
c : kalor jenis (J/kg K)
m : massa benda (kg)

F. PERUBAHAN WUJUD ZAT


1. Pengertian Zat
Berdasarkan etimologi zat merupakan sebuah partikel yang memiliki sifat
yang sama diseluruh bagian dan massanya terdistribusi secara merata. Zat memilki
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berwujud
b. Kongkrit (nyata)
c. Benda yang tidak dapat dihitung (air, udara, minyak, logam, dsb)
d. Unsur pembentuk suatu benda.

Zat dapat berada dalam tiga wujud yaitu, wujud padat, cair, dan gas. Padat
adalah wujud zat yang memilki bentuk dan volume yang tetap selama tidak ada
pengaruh dari luar, cair adalah wujud zat yang memiliki volume yang tetap sedang
bentuknya selalu berubah disesuaikan dengan tempatnya, gas adalah wujud zat yang
memiliki volume dan bentuk yang tidak tetap, gas akan selalu mengisi seluruh
ruangan yang ditempatinya.

a. Padat; b. Cair; c. Gas; d. Partikel


2. Perubahan Wujud Benda Pengaruh Kalor Laten
Perubahan wujud benda “perubahan fasa” merupakan kondisi fisis suatu zat
dari satu bentuk menjadi bentuk yang lain. Dalam proses perubahan wujud diperlukan
kalor, kalor ini dinamakan kalor laten yaitu kalor yang digunakan untuk mengubah
suatu wujud zat dari padat menjadi cair, atau dari cair menjadi uap, kalor laten tidak
mempengaruhi kenaikkan suhu. Penerapan kalor laten dapat kita lihat pada saat es
mencair, suhunya tidak naik, meskipun terus dipanaskan. Demikian halnya pada
waktu air mendidih, kalor yang diberikan api tidak digunakan untuk menaikkan suhu.
Pada saat terjadi perubahan wujud dari padat menjadi cair, atau sebaliknya,
dari cair menjadi gas, atau sebaliknya, selalu disertai dengan pelepasan atau
penyerapan kalor. Setiap perubahan wujud suatu zat tidak selalu disertai dengan
perubahan suhu.
Ketika gas dipanaskan, molekul-molekulnya bergerak sangat cepat. Ketika
gas didinginkan, molekul-molekulnya bergerak lambat bersama-sama (tidak banyak
bergerak). Jika gas didinginkan lagi pada suhu yang sangat rendah, gas akan mencair.

3. Kalor Penguapan
Menguap merupakan perubahan wujud zat dari cair menjadi uap (gas), sedang
kalor uap adalah kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg x menjadi uap.
Menguap tidak sama dengan mendidih. Menguap dapat diamati pada saat memasak
air, jika tutup panci dibuka (misalnya, pada suhu 40oC, 50oC, dst). Ternyata pada
tutup panci sudah ada bintik-bintik air. Penguapan terjadi pada saat itu hanya pada
permukaan air saja, sedangkan pada peristiwa mendidih terjadi penguapan total dari
dasar sampai permukaan air. Pada waktu mendidih, suhu zat tetap sekalipun
pemanasan terus dilakukan. Semua kalor yang diberikan kepada zat digunakan untuk
mengubah wujud dari cair menjadi uap. Suhu tetap ini disebut titik didih yang
besarnya sangat bergantung pada tekanan dipermukaan zat tersebut. Titik didih zat
pada tekanan 1 atm disebut titik didih normal.
Penguapan zat penting artinya bagi kehidupan sehari-hari. Garam diperoleh dengan
jalan menguapkan air laut, hujan terjadi karena penguapan air, penerapan lain pada
saat proses penguapan keringat. Penguapan ini adalah cara tubuh kita mengatur suhu
badan. Pada saat suhu darah naik sedikit di atas suhu normal, kelenjar hypothalamus
mendeteksi kenaikan suhu ini, kemudian mengirim sinyal ke kelenjar keringat agar
meningkatkan produksi keringat. Keringat ini keluar dari pori-pori, kemudian
menguap. Kalor yang diperlukan untuk menguapkan keringat diambil dari tubuh kita
sendiri sehingga tubuh menjadi lebih dingin. Ketika tubuh kita berkeringat karena
berolahraga, janganlah berdiri di tempat yang aliran anginnya kuat. Aliran angin kuat
akan menyebabkan turunnya ketahanan tubuh kita terhadap infeksi. Akibatnya tubuh
mudah terserang penyakit.
Empat cara untuk mempercepat penguapan, yaitu :

a. Memanaskan
Jika suatu zat cair dipanaskan, maka kecepatan molekul-molekul menjadi besar.
Lebih banyak molekul-molekul yang dapat meninggalkan zat cair dan menjadi uap.
Penguapan berjalan lebih cepat.

b. Memperluas permukaan zat cair


Kalau permukaan zat cair itu diperluas, maka lebih banyak kesempatan bagi molekul-
molekul zat cair untuk meninggalakan permukaaan zat cair itu. Penguapan dipercepat
dengan jalan memperluas permukaan zat cair. Hal ini kita ketahui juga dari
pengalaman. Pakaian yang kita jemur akan lebih lekas kering kalau pakaian itu
direntangkan pada tempat penjemuran. Air yang jatuh di lantai lebih lekas kering
kalau air itu disapu sehingga menjadi lebih luas.

c. Meniupkan udara di atas permukaan zat cair


Kalau permukaan zat cair ditiup, maka molekul-molekul zat yang ada di permukaan
tersingkirkan dari permukaan itu. Karena itu lebih banyak kemungkinan bagi
molekul-molekul dalam zat cair untuk meninggalkan zat cair dan masuk ke dalam
ruang di atas permukaan zat cair.

d. Mengurangi tekanan uap pada permukaan zat cair.


Bila tekanan uap di atas pemukaan suatu zat cair diperkecil, maka molekul-molekul
zat cair itu dapat lebih mudah meninggalkan permukaannya.
Mengembun merupakan perubahan wujud dari gas menjadi cair, sedang kalor embun
adalah kalor yang dilepas untuk mengubah y kg uap menjadi cair. Peristiwa
mengembun dapat diamati pada saat kita memanaskan air sampai mendidih. Jika di
atas ditangkap dengan tutup panci (misalnya) maka pada tutup itu akan terlihat bintik-
bintik air. Untuk tekanan yang sama ternyata titik embun sama dengan titik didih.
Penerapan proses pengembunan dalam kehidupan sehari-hari antara lain pada saat
kita memasukan es kedalam segelas air, dimana akan timbul titik-titik air diluar
permukaan gelas ini terjadi karena adanya perbedaan suhu antara es dengan air dan
keadaan lingkungan, selain itu pada saat kita berada dalam sebuah mobil dengan
keadaan cuaca hujan, akan timbul embun pada kaca mobil, ini disebabkan karena
suhu di ruangan mobil lebih panas dibanding suhu lingkungan. Untuk menghilangkan
embun pada kaca mobil dipasang AC ini dimaksudkan untuk menetralkan suhu di
luar dengan di dalam ruangan mobil tersebut.
Jika dikatakan bahwa kalor uap air 540 satuan, maka itu berarti bahwa untuk
menguapkan 1 kg air pada titik didihnya sampai seluruhnya menjadi uap, 540 satuan
kalor. Maka dapat dikatakan bahwa kalor yang diterima atau yang dilepaskan akan
sebanding dengan massa dan akan muncul konstanta yaitu kalor laten (L).
Q = m Lu
Q : kalor yang diterima atau dilepaskan (kkal)
m : massa zat (kg)
Lu : kalor laten penguapan atau pengembunan (kal/kg)
Tabel E.1.1 Titik didih dan kalor uap berbagai zat pada tekanan 1 atm
Zat Titik Didih Normal Kalor Didih
(oC) (J/kg)
Helium -268,93 209 x 103
Hydrogen -252,89 425 x 103
Nitrogen -195,81 201 x 103
Oksigen -182,97 213 x 103
Alkohol 78,00 853 x 103
Raksa 357,00 272 x 103
Air 100,00 2256 x 103
Sulfur 444,60 326 x 103
Timah hitam 1750,00 871 x 103
Antimony 1440,00 561 x 103
Perak 2193,00 2336 x 103
Emas 2660,00 1578 x 103
Tembaga 1187,00 5069 x 103
4. Kalor Peleburan dan Pembekuan
Melebur merupakan perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Kalor yang
diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat padat menjadi zat cair dinamakan kalor
lebur (kalor laten beku), sedang suhu pada waktu zat melebur disebut titik lebur.
Membeku merupakan perubahan wujud zat dari cair menjadi padat, sedang
kalor beku adalah kalor yang dilepaskan untuk mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi
padat. Peristiwa pembekuan terjadi bila kita mendinginkan air, air itu kemudian akan
membeku, proses pembekuan air ini disertai pelepasan kalor.Suhu ketika air
membeku disebut titik beku. Banyaknya kalor yang dibutuhkan atau dilepaskan oleh
zat untuk mencair atau membeku sebanding dengan massa zat itu dan bergantung
pada kalor lebur (beku) zat tersebut. Kalor lebur suatu zat sama dengan kalor beku zat
tersebut.
Untuk meleburkan 1 kg es menjadi 1 kg air, pada titik leburnya diperlukan 80 satuan
kalor. Untuk meleburkan 2 kg diperlukan 2 x 80 satuan = 160 satuan. Untuk
meleburkan m kg diperlukan m x 80 satuan = 80 m satuan. Untuk meleburkan 1 kg
timbal padat menjadi 1 kg timbal cair, pada titik leburnya, diperlukan 327 satuan
kalor. Untuk meleburkan m kg timbal diperlukan 327 m satuan. Kalau kalor lebur
suatu zat kita sebut L maka untuk meleburkan m kg zat itu pada titik leburnya dari
padat menjadi air diperlukan mL satuan. Jika kalor yang diperlukan itu kita sebut Q
maka:
Q = m Lb
Q : kalor yang diterima tau dilepaskan (kkal)
m : massa zat (kg)
Lb : kalor laten peleburan atau pembekuan (kal/kg)
Contoh soal :
Diketahui kalor laten pembekuan air menjadi es sebesar 80 kal/g. Jika terjadi
pembekuan air sebanyak 500 gram sehingga seluruhnya menjadi es bersuhu 0 oC,
tentukan jumlah kalor yang dilepaskan!
Jawab
Dik : Lpembekuan = 80 kal/g; mair = 500g; tair = 0oC
Q = m L = (500g)(80kal/g) = 40.000 kal = 40 kkal

Tabel E.2.1. Titik lebur dan kalor lebur berbagi zat pada tekanan 1 atm

Zat Titik Lebur Kalor Lebur


(oC) (J/kg)
Helium -269,65 5,23 x 103
Hydrogen -259,31 58,6 x 103
Nitrogen -209,97 25,5 x 103
Oksigen -218,79 13,28 x 103
Alkohol -114,00 104,2 x 103
Raksa -39,00 11,8 x 103
Air 0,00 334,0 x 103
Sulfur 119,00 38,1 x 103
Timah hitam 327,23 24,5 x 103
Antimony 630,50 165,0 x 103
Perak 960,80 88,3 x 103
Emas 1063,00 64,5 x 103
Tembaga 1187,00 134,0 x 103

Jika zat padat dipanaskan pada tekanan rendah, ada kemungkinan zat itu tidak
melebur, tetapi langsung menjadi gas, peristiwa itu disebut menyublim (melenyap).
Kalor yang diperlukan untuk menyublim tiap satuan massa disebut kalor sublimasi
dan suhunya disebut titik sublimasi.
1. Perubahan Wujud Es Menjadi Uap
Sejumlah massa es yang suhunya di bawah 0oC dipanaskan (diberi kalor) hingga
suhunya di atas 100oC maka sejumlah massa es tersebut berubah wujud seluruhnya
menjadi uap.
Grafik E.3.1. Pemanasan es pada tekanan 1 atmosfer
Keterangan :
A-B : Sejumlah energi kalor diberikan kepada es sehinnga suhu es naik dari –t oC
menjadi 0oC. Seluruh massa masih berbentuk zat padat yaitu es.
B-C : Sejumlah energi kalor diberikan untuk mengubah wujud zat sehingga es
menjadi air dengan suhu tetap yaitu 0oC.
C-D : Sejumlah energi kalor diberikan untuk menaikkan suhu dari 0oC hingga air
mendidih pada suhu 100oC. Seluruh massa masih berbentuk wujud zat cair
yaitu air.
D-E : Sejumlah energi kalor diberikan untuk mengubah wujud zat sehingga zat cair
yang mendidih berubah menjadi uap, pada suhu tetap yaitu 100oC.
E-F : Sejumlah energi kalor diberikan untuk menaikkan suhu uap dari 100oC menjadi
toC. Seluruh massa sudah berbentuk uap.
DAFTAR PUSTAKA
Wiladi, Hasan, S.Pd., M.Si., dan Kamajaya, M.Sc. 2002. Fisika Untuk SMU Kelas I
Jilid I B. Grafindo Media Pratama : Bandung
Tipler, Paul A .1998 . Fisika Untuk Sains dan Teknik ( Edisi Tiga ) Jilid 1.
Erlangga : Jakarta
Kaginan, Marthen. 2003. Seribu Pena Fisika SMU Kelas 1. Erlangga : Jakarta
Taranggono, Agus dan Subagyo, Hari. 2004. Sains Fisika untuk SMA kelas 1.
Erlangga : Jakarta
Sumarsono, Joko. 2008. Fisika Untuk SMA Kelas X. Pusat perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Peta Konsep

KALOR

ZAT

PEMUAIAN PERUBAHAN WUJUD PERUBAHAN SUHU

Zat padat Padat


Zat cair Cair
Gas Gas
Kalor
Kalor
Pengertian
Kalo
Suh
Pengaruh
Suhu Kalor
Pemuaian
Pemuaian kalor
Pemuaian
Kapasitas
Perubahan
Pengertian
Mengukur
Pemuaia
dan
Muai
Muai zat
zat
wujud
laten
padat
cair
gas
kalor nkalor
suhu zat
rpanjang
volume
luas
penguapan
peleburan
zatu jenis

Bagan materi

Anomali
air

Anda mungkin juga menyukai