MATERI PEMBELAJARAN
A. Suhu
1. Suhu dan Alat Ukur Suhu
Dalam kehidupan sehari-hari, suhu merupakan ukuran mengenai panas atau
dinginnya suatu zat atau benda. Oven yang panas dikatakan bersuhu tinggi,
sedangkan es yang membeku dikatakan memiliki suhu rendah.
Suhu dapat mengubah sifat zat, contohnya sebagian besar zat akan memuai
ketika dipanaskan. Sebatang besi lebih panjang ketika dipanaskan daripada dalam
keadaan dingin. Jalan dan trotoar beton memuai dan menyusut terhadap
perubahan suhu. Hambatan listrik dan materi zat juga berubah terhadap suhu.
Demikian juga warna yang dipancarkan benda, paling tidak pada suhu tinggi.
Kalau kita perhatikan, elemen pemanas kompor listrik memancarkan warna merah
ketika panas. Pada suhu yang lebih tinggi, zat padat seperti besi bersinar jingga
atau bahkan putih. Cahaya putih dari bola lampu pijar berasal dari kawat tungsten
yang sangat panas.
Alat yang dirancang untuk mengukur suhu suatu zat disebut termometer. Ada
beberapa jenis termometer, yang prinsip kerjanya bergantung pada beberapa sifat
materi yang berubah terhadap suhu. Sebagian besar termometer umumnya
bergantung pada pemuaian materi terhadap naiknya suhu. Ide pertama
penggunaan termometer adalah oleh Galileo, yang menggunakan pemuaian gas,
tampak seperti pada Gambar 6.2.
Termometer umum saat ini terdiri dari tabung kaca dengan ruang di tengahnya
yang diisi air raksa atau alkohol yang diberi warna merah, seperti termometer
pertama yang dapat digunakan seperti pada Gambar 6.3(a). Pada Gambar 6.3(b),
menunjukkan termometer klinis pertama dengan jenis berbeda, juga berdasarkan
pada perubahan massa jenis terhadap suhu.
2. Skala Termometer
Untuk menyatakan suhu dengan bilangan diperlukan patokan suhu yang tetap
yang dapat dibuat kembali dengan mudah dan teliti. Patokan suhu yang digunakan
disebut titik tetap. Dari skala suhu yang ada sekarang telah ditetapkan:
a. Skala Celcius
Memiliki titik didih air 100°C dan titik bekunya 0°C. Rentang
temperaturnya berada pada temperatur 0°C – 100°C dan dibagi dalam 100
skala.
b. Skala Kelvin
Memiliki titik didih air 373,15 K dan titik bekunya 273,15 K. Rentang
temperaturnya berada pada temperatur 273,15 K – 373,15 K dan dibagi dalam
100 skala.
c. Skala Fahranheit
Memiliki titik didih air 212°F dan titik bekunya 32°F. Rentang
temperaturnya berada pada temperatur 32°F – 212°F dan dibagi dalam 180
skala
d. Skala Reamur
Memiliki titik didih air 80°R dan titik bekunya 0°R. Rentang
temperaturnya berada pada temperatur 0°R – 80°R dan dibagi dalam 80 skala.
Jadi, jika diperhatikan pembagian skala tersebut, satu skala dalam derajat
Celsius sama dengan satu skala dalam derajat Kelvin, sementara satu skala Celsius
kurang dari satu skala Reamur dan satu skala Celsius lebih dari satu skala
Fahrenheit. Secara matematis perbandingan keempat skala tersebut,yaitu sebagai
berikut:
dengan:
L = panjang benda saat dipanaskan (m)
L0 = panjang benda mula-mula (m)
∝= koefisien muai linier/panjang (/oC)
ΔT = perubahan suhu (oC)
Jika perubahan suhu ΔT = T – T0 bernilai negatif, maka ΔL = L – L0
juga negatif, berarti panjang benda memendek (menyusut).
Nilai koefisien muai panjang (∝) untuk berbagai zat pada suhu 20 oC
dapat dilihat pada Tabel 6.1. Perlu diperhatikan bahwa koefisien muai panjang
(∝) sedikit bervariasi terhadap suhu. Hal ini yang menyebabkan mengapa
termometer yang dibuat dari bahan yang berbeda tidak memberikan nilai yang
tepat sama.
b. Muai Luas
Dengan demikian, air memiliki massa jenis yang paling tinggi pada 4 ℃.
Perilaku air yang menyimpang ini sangat penting untuk bertahannya kehidupan air
selama musim dingin. Ketika suhu air di danau atau sungai di atas 4 ℃ dan mulai
mendingin karena kontak dengan udara yang dingin, air di permukaan terbenam
karena massa jenisnya yang lebih besar dan digantikan oleh air yang lebih hangat
dari bawah. Campuran ini berlanjut sampai suhu mencapai 4 ℃. Sementara
permukaan air menjadi lebih dingin lagi, air tersebut tetap di permukaan karena
massa jenisnya lebih kecil dari 4 ℃ air di sebelah bawahnya. Air di permukaan
kemudian membeku, dan es tetap di permukaan karena es mempunyai massa jenis
lebih kecil dari air.
Perilaku yang tidak biasa dari air di bawah 4 ℃, menyebabkan jarang terjadi
sebuah benda yang besar membeku seluruhnya, dan hal ini dibantu oleh lapisan es
di permukaan, yang berfungsi sebagai isolator untuk memperkecil aliran panas ke
luar dari air ke udara dingin di atasnya. Tanpa adanya sifat yang aneh tapi
istimewa dari air ini, kehidupan di planet kita mungkin tidak bisa berlangsung.
Air tidak hanya memuai pada waktu mendingin dari 4 ℃ sampai 0 ℃, air juga
memuai lebih banyak lagi saat membeku menjadi es. Hal inilah yang
menyebabkan es batu terapung di air dan pipa pecah ketika air di dalamnya
membeku.
3. Pemuaian pada Zat Gas
Perubahan volume zat cair akibat pemuaian, ternyata tidak cukup untuk
mendeskripsikan pemuaian gas. Hal ini karena pemuaian gas tidak besar, dan
karena gas umumnya memuai untuk memenuhi tempatnya. Persamaan tersebut
hanya berlaku jika tekanan konstan. Volume gas sangat bergantung pada tekanan
dan suhu. Dengan demikian, akan sangat bermanfaat untuk menentukan hubungan
antara volume, tekanan, temperatur, dan massa gas. Hubungan seperti ini disebut
persamaan keadaan. Jika keadaan sistem berubah, kita akan selalu menunggu
sampai suhu dan tekanan mencapai nilai yang sama secara keseluruhan.
a. Hukum boyle
Untuk jumlah gas tertentu, ditemukan secara eksperimen bahwa
sampai pendekatan yang cukup baik, volume gas berbanding terbalik dengan
tekanan yang diberikan padanya ketika suhu dijaga konstan, yaitu:
dengan P adalah tekanan absolut (bukan “tekanan ukur”). Jika tekanan gas
digandakan menjadi dua kali semula, volume diperkecil sampai setengah nilai
awalnya.
Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Boyle, dari Robert Boyle (1627 -
1691), yang pertama kali menyatakan atas dasar percobaannya sendiri. Grafik
tekanan (P ) terhadap volume gas (V ) untuk suhu tetap tampak seperti pada
Gambar 6.12.
Hukum Boyle juga dapat dituliskan:
dengan:
P = tekanan gas pada suhu tetap (Pa)
V = volume gas pada suhu tetap (m3)
P1 = tekanan gas pada keadaan I (Pa)
P2 = tekanan gas pada keadaan II (Pa)
V1 = volume gas pada keadaan I (m3)
V2 = volume gas pada keadaan II (m3)
Persamaan (6.13) menunjukkan bahwa pada suhu tetap, jika tekanan
gas dibiarkan berubah maka volume gas juga berubah atau sebaliknya,
sehingga hasil kali PV tetap konstan.
C. Kalor
1. Pengertian Kalor
Kalor adalah energi yang diterima oleh sebuah benda sehingga suhu benda
tersebut naik atau melakukan perubahan wujud. Satuan kalor adalah kalori atau
disingkat kal. Satu kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
memanaskan 1 gram air sehingga suhunya naik 10C.
𝑸 = 𝒎. 𝒄. ∆𝑻
Keterangan:
Q= energi kalor (joule)
m= massa (kg)
c= kalor jenis benda (J/kg. 0C)
∆𝑇= kenaikan suhu (0C)
2. Asas Black
Apabila suatu zat dicampur dengan zat lain yang suhunya berbeda, maka
antara kedua zat itu akan terjadi pertukaran kalor hingga tercapainya
keseimbangan termal dimana suhu kedua zat akan sama. Black menemukan
bahwa pada proses pencampuran ini, besarnya kalor yang dilepaskan oleh zat
yang suhu awalnya lebih tinggi akan sama dengan besarnya kalor yang diterima
oleh zat yang suhu awalnya lebih rendah. Black kemudian merumuskan asasnya
yang berbunyi: kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima. Asas Black
merupakan bentuk lain dari hukum kekekalan energi, yaitu banyaknya energi
selalu tetap. Artinya, bila sebuah benda memberikan kalor kepada benda lain,
maka kalor yang diterima sama dengan kalor yang diberikan. Secara matematis:
Selain kalor jenis dikenal pula istilah kapasitas kalor. Kapasitas kalor
adalah kemampuan suatu benda untuk menerima atau melepas kalor sehingga
dapat menaiikkan atau menurunkan suhu benda sebesar 1 0C atau 1 K
𝑄
𝐶 = ∆𝑇 atau C= m.c
Keterangan :
Q= energi kalor (joule)
C= kapasitas kalor (J/0C)
m= massa (kg)
c= kalor jenis benda (J/Kg 0C)
∆𝑇 = kenaikan suhu (0C)
4. Perubahan Wujud
Perubahan wujud benda di pengaruhi oleh energi kalor. Perubahan wujud
zat semacam ini dinamakan perubahan fisika. Fase zat atau wujud zat yaitu padat,
cair dan gas. Proses perubahan wujud zat dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
D. Perpindahan Kalor
Kalor adalah energi yang diterima oleh sebuah benda sehingga suhu benda
tersebut naik atau melakukan perubahan wujud. Satuan kalor adalah kalori atau
disingkat kal. Satu kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan
1 gram air sehingga suhunya naik 10C. James Prescott Joule, seorang ahli fisika dari
Inggris, mempelajari hubungan antara timbul dan hilangnya kalor terhadap perubahan
energi mekanik. Melalui percobaan yang dilakukan berulang kali akhirnya diperoleh
hubungan sebagai berikut:
1 kal = 4,2 joule
1 kkal = 4.200 joule
1 joule = 0,24 kal
Perpindahan kalor dari suatu benda terjadi jika ada perubahan atau perbedaan
suhu, sedangkan jika suhunya sama akan terjadi keseimbangan yang berarti tidak ada
perpindahan kalor atau energi. Perpindahan kalor dapat dikelompokkan dalam tiga
bagian yaitu perpindahan kalor secara :
1. Konduksi
Konduksi adalah proses transformasi panas di dalam zat perantara dimana
energi panas berpindah dari molekul yang satu ke molekul yang ada di dekatnya
hanya dengan jalan getaran termal berkala, tanpa ada pemindahan massa zat
perantara sama sekali.
𝑄
𝐻=
𝑡
Atau
𝑘. 𝐴. ∆𝑇
𝐻=
𝑡
Keterangan :
k= konduktivitas termal bahan ( W/m K atau W/m ℃)
H= laju perpindahan kalor (J/s)
A= luas penampang (m2)
∆𝑇= perbedaan sistem (K atau ℃)
L= panjang batang/sistem (m)
Q= kalor yang berpindah/ merambat (J)
t= waktu (s)
Contoh konduksi terjadi pada besi yang salah satu ujungnya dipanaskan.
Untuk mencegah konduksi pada barang-barang rumah tangga yang terbuat dari
logam yaitu dengan menambahkan bahan isolator seperti plastik pada pegangan
sendok, panci, dan lain-lain.
2. Konveksi
Konveksi adalah proses pemindahan panas dari suatu tempat ke tempat
lain melalui perpindahan massa zat cair atau gas yang dipanasi dari tempat satu ke
tempat yang lain. Hanya terjadi pada zat cair dan gas.
𝑄
𝐻= = ℎ. 𝐴. ∆𝑇
𝑡
Keterangan :
Q= kalor yang berpindah/ merambat (J)
h= tatapan konveksi ( W/m2 K)
H= laju perpindahan kalor (J/s)
A= luas penampang (m2)
∆𝑇= perbedaan sistem (K atau ℃)
t= waktu (s)
Contoh penerapan konveksi antara lain cerobong asap, pengisian gas
freon, obat nyamuk, minyak wangi, dan lain-lain. Untuk mencegah terjadinya
konveksi terutama pada bangunan biasanya dipasang plafon di bagian bawah atap
bangunan.
3. Radiasi
Radiasi adalah transformasi energi panas lantaran gelombang
elektromagnetik, tidak ada zat perantara yang memegang peranan dalam proses
pemindahan ini.
Energi total yang dipancarkan oleh suatu permukaan hitam sempurna
dalam bentuk radiasi kalor setiap satuan waktu, setiap satuan luas, sebanding
dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan itu. Laju kalor secara radiasi
menurut persamaan:
𝑊 = 𝜎𝑇 4
Energi dipancarkan tiap satuan waktu didefenisikan sebagai:
𝑄
𝐻= = 𝜎𝐴𝑇 4
𝑡
Persamaan di atas berlaku untuk permukaan hitam benda sempurna.
Supaya persamaan berlaku untuk semua jenis permukaan benda, persamaan harus
dikalikan dengan sebuah konstanta. Konstanta tersebut disebut dengan emisitivitas
benda (e), yang bernilai anatar 1 dan 0
𝑄
𝐻= = 𝑒𝜎𝐴𝑇 4
𝑡
Keterangan :
𝜎= tatapan boltzman = 5,67 x 10-8 W/m2 K4
H= laju kalor (J/s)
Q= kalor yang terpancar (J)
A= luas permukaan hitam (m2)
∆𝑇= perbedaan sistem (K atau ℃)
t= waktu (s)
e= emitivitas benda (0 <e<1)
T= suhu benda (K)
Contoh : radiasi sinar matahari. Untuk mencegah terjadinya radiasi
misalnya pemakaian kostum anti radiasi, rumah dicat putih agar memantulkan
kembali kalor radiasi matahari.