Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

KAJIAN FISIKA SEKOLAH MENENGAH

ANALISIS MATERI PEMBELAJARAN

“SUHU DAN KALOR”

OLEH :

NAMA : IRFAN

NIM : E1Q016025

KELAS : B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
Suhu
Suhu adalah ukuran derajat panas dinginnya suatu benda atau sistem. Bisa
dikatakan bahwa semakin tinggi suhu suatu benda maka benda tersebut akan semakin
panas. Suhu merupakan suatu besaran pokok. Sebagai contoh air dalam mesin sauna
setelah dihubungkan dengan sumber listrik, maka lama-kelamaan air yang ada di dalamnya
akan menjadi panas.
Alat ukur untuk mengukur perubahan suhu disebut thermometer. Pada thermometer
terdapat titik tetap atas dan titik tetap bawah. Titik tetap atas yaitu skala yang ditunjukkan
oleh thermometer saat digunakan untuk mengukur suhu air mendidih (titik didih air) pada
tekanan normal. Titik tetap bawah yaitu skala yang ditunjukkan thermometer saat
digunakan untuk mengukur suhu air membeku (titik beku air) pada tekanan normal.
Terdapat empat skala yang digunakan dalam pengukuran suhu, yaitu skala celcius,
fahrenheit, reamur, dan kelvin. Berikut rentang temperatur yang dimiliki setiap skala,
antara lain:
1. Skala celsius memiliki titik didih air 100°C dan titik bekunya 0°C. Rentang
temperaturnya adalah 0°C – 100°C dan dibagi dalam 100 skala.
2. Skala reamur memiliki titik didih air 80°R dan titik bekunya 0°R. Rentang
temperaturnya adalah 0°R – 80°R dan dibagi dalam 80 skala.
3. Skala fahrenheit memiliki titik didih air 212°F dan titik bekunya 32°F. Rentang
temperaturnya adalah 32°F – 212°F dan dibagi dalam 180 skala.
4. Skala kelvin memiliki titik didih air 373,15 K dan titik bekunya 273,15 K. Rentang
temperaturnya adalah 273,15 K – 373,15 K dan dibagi dalam 100 skala.
Skala yang biasa digunakan pada alat-alat untuk mengukur suhu dikehidupan
sehari-hari adalah skala celcius. Misalnya, pada mesin sauna menggunakan thermometer
dengan skala celcius untuk mengukur suhu pada alat tersebut.
Persamaan untuk konversi satuan secara umum dapat adalah

ΔX ΔY X max  X Y Y
 atau  max
ΔXo ΔYo X max  X min Ymax  Ymin

Perubahan Suhu
Perhatikan kabel telepon pada musim dingin dan musim panas. Pada musim
dingin kabel terlihat kencang dan pada musim panas kabel terlihat kendor. Gelas yang
diisi air panas mendadak dapat pecah. Air yang mendidih kadang akan tumpah dari
wadahnya jika terus dipanasi. Beberapa peristiwa di atas merupakan contoh dari
pemuaian.
Pemuaian merupakan gerakan atom penyusun benda karena mengalami
pemanasan. Makin panas suhu suatu benda, makin cepat getaran antaratom yang
menyebar ke segala arah. Karena adanya getaran atom inilah yang menjadikan benda
tersebut memuai ke segala arah. Pemuaian dapat dialami zat padat, cair, dan gas.
Pemuaian Zat Padat
Pemuaian zat pada dasarnya ke segala arah. Namun, disini Anda hanya akan
mempelajari pemuaian panjang, luas, dan volume. Besar pemuaian yang dialami suatu
benda tergantung pada tiga hal, yaitu ukuran awal benda, karakteristik bahan, dan besar
perubahan suhu benda. Setiap zat padat mempunyai besaran yang disebut koefisien muai
panjang.
Koefisien muai panjang suatu zat adalah angka yang menunjukkan pertambahan
panjang zat apabila suhunya dinaikkan 1° C. Makin besar koefisien muai panjang suatu
zat apabila dipanaskan, maka makin besar pertambahan panjangnya. Demikian pula
sebaliknya, makin kecil koefisien muai panjang zat apabila dipanaskan, maka makin kecil
pula pertambahan panjangnya. Koefisien muai panjang beberapa zat dapat dilihat pada
Tabel 5.1. berikut. Sedangkan koefisien muai luas dan volume zat padat, masing-masing
adalah B = 2 (x dan y = 3α).
Tabel 5.1 Koefisien Muai Panjang

a. Pemuaian Panjang
Pada zat padat yang berukuran panjang dengan luas penampang kecil, seperti
pada kabel dan rel kereta api, Anda bisa mengabaikan pemuaian pada luas
penampangnya. Pemuaian yang Anda perhatikan hanya pemuaian pada pertambahan
panjangnya. Pertambahan panjang pada zat padat yang dipanaskan relatif kecil
sehingga butuh ketelitian untuk mengetahuinya.
Jika sebuah batang mempunyai panjang mula-mula lo, koefisien muai panjang

(α), suhu mula-mula T1, lalu dipanaskan sehingga panjangnya menjadi l dan suhunya
menjadi T2, maka akan berlaku persamaan, sebagai berikut.
l  l o (1  αΔT)

Keterangan:
l : panjang batang mula-mula (m)
lo : panjang batang setelah dipanaskan (m)

∆l : selisih panjang batang = l1 – l2


α: koefisien muai panjang (l°C)
T1 : suhu batang mula-mula (° C)
T2 : suhu batang setelah dipanaskan (° C)
∆T : selisih suhu (° C) = T2 – T1

b. Pemuaian Luas
Untuk benda-benda yang berbentuk lempengan plat (dua dimensi), akan terjadi
pemuaian dalam arah panjang dan lebar. Hal ini berarti lempengan tersebut mengalami
pertambahan luas atau pemuaian luas. Serupa dengan pertambahan panjang pada
kawat, pertambahan luas pada benda dapat dirumuskan sebagai berikut.
A  A o (1  ΔT) atau A  A o (1  ΔT)

Keterangan:
Ao : luas bidang mula-mula (m2)
A : luas bidang setelah dipanaskan (m2)
β: koefisien muai luas (/°C)
∆T : selisih suhu (° C)

c. Pemuaian Volume
Zat padat yang mempunyai tiga dimensi (panjang, lebar, dan tinggi), seperti bola
dan balok, jika dipanaskan akan mengalami muai volume, yakni bertambahnya
panjang, lebar, dan tinggi zat padat tersebut. Karena muai volume merupakan
penurunan dari muai panjang, maka muai ruang juga tergantung dari jenis zat.
V  Vo (1  ΔT) atau V  Vo (1  3ΔT)
Keterangan:
V1 : volume benda mula-mula (m3)
V2 : volume benda setelah dipanaskan (m3)

𝛾: koefisien muai ruang (/°C)


∆T : selisih suhu (° C)
Kalor
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Kalor yang
dimiliki suatu benda dapat diketahui dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya
tinggi maka kalor yang dimiliki benda besar, begitu juga sebaliknya. Satuan kalor adalah
kalori atau joule dengan konversi 1 kalori = 4,2 joule.
Setiap benda pasti memiliki kalor jenis dan juga kalor laten. Kalor jenis suatu
benda dapat didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan temperatur 1 kg suatu zat sebesar satu satuan suhu. Kalor jenis menunjukkan
kemampuan suatu benda untuk menyerap kalor. Semakin besar kalor jenis suatu benda,
semakin besar pula kemampuan benda tersebut untuk menyerap kalor.
Kalor laten di definisikan sebagai kalor yang diperlukan oleh satu kilogram zat
untuk berubah wujud. Kalor laten juga disebut kalor tersembunyi. Jenis-jenis kalor laten
antara lain, (1) Kalor uap: (2) Kalor embun: (3) Kalor lebur: (4) Kalor beku. Besar
kecilnya kalor laten sebuah benda selain dipengaruhi oleh massa benda juga dipengaruhi
oleh titik didih dan titik beku benda tersebut. Pada mesin sauna, kalor laten yang ada
didalamnya adalah jenis kalor uap.
Pengaruh Kalor Terhadap Benda
Ketika kalor diberikan kepada air, maka suhu air bertambah. Semakin banyak
kalor yang diberikan semakin banyak pula perubahan pada suhu air. Bila kalor terus
diberikan, lama kelamaan air akan mendidih. Ketika air sudah mendidih suhu air tidak
akan bertambah melainkan tetap. Dapat disimpulkan bahwa kalor yang diterima oleh
benda dapat mengubah suhu benda.
Kalor juga menyebabkan perubahan wujud pada benda-benda, seperti es batu. Es
batu yang diletakkan dalam piring di atas meja, lama-kelamaan es batu akan berubah
wujud dari padat menjadi cair atau bisa disebut dengan mencair.
Selain meningkatkan suhu dan merubah wujud zat, kalor juga dapat membuat
benda memuai. Jika suhu benda kembali pada kondisi semula, benda juga akan menyusut
kembali ke bentuk semula. Pemuaian yang sering diketahui adalah pemuaian panjang,
luas, dan volume.
Perubahan wujud zat
Perubahan wujud zat dapat terjadi disebabkan karena pelepasan atau penerimaan
kalor pada suatu zat. Terdapat beberapa jenis perubahan wujud zat, antara lain :
1. Membeku
Membeku adalah peristiwa perubahan wujud zat dari cair menjadi padat. Pada
peristiwa ini, zat cair melepaskan energi panas. Contoh dari peristiwa membeku ini
adalah air yang dimasukkan kedalam freezer akan menjadi es.
2. Mencair
Mencair merupakan peristiwa perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Peristiwa
mencair ini membutuhkan energi panas. Contoh dari peristiwa mencair ini adalah es
yang dibiarkan di ruang terbuka sampai menjadi air.
3. Menguap
Menguap adalah peristiwa perubahan wujud zat dari cair menjadi gas. Peristiwa
menguap ini membutuhkan energi panas. Contoh dari peristiwa menguap ini adalah
minyak wangi yang dibiarkan di tempat yang terbuka maka lama kelamaan akan habis,
berubah menjadi gas.
4. Mengembun
Mengembun merupakan peristiwa perubahan wujud zat dari gas menjadi cair.
Peristiwa ini melepaskan energi panas. Contoh dari peristiwa mengembun ini adalah
saat kita memasukkan es dalam gelas, maka bagian luar gelas akan terasa basah.
5. Menyublin
Menyublim merupakan peristiwa perubahan wujud zat dari padat menjadi gas.
Peristiwa ini, memerlukan energi panas. Contoh dari peristiwa menyublim ini adalah
saat kita menyimpan kapur barus dalam ruang terbuka, maka lama kelamaan kapur
barus akan habis.
6. Mengkristal
Mengkristal merupakan peristiwa perubahan wujud zat dari gas menjadi padat.
Peristiwa ini, melepaskan energi panas. Contoh dari peristiwa mengkristal adalah uap
air yang menjadi salju.
Asas Black
Asas black terjadi apabila terdapat dua zat yang memiliki suhu yang berbeda
kemudian dicampurkan, maka zat yang memiliki suhu tinggi akan melepas kalor dan
memberikannya pada zat yang memiliki suhu rendah sehingga suhu campuran dari kedua
zat tersebut menjadi sama.
Pada peristiwa asas black, kalor yang dilepaskan oleh zat yang memiliki suhu tinggi
sama besar dengan kalor yang diterima oleh zat yang bersuhu rendah, sehingga dapat
disimpulkan bahwa :

Qlepas = Qterima

Kalor lepas maupun kalor terima dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu massa zat,
kalor jenis zat dan perubahan suhu dari zat tersebut. Kalor lepas dipengaruhi oleh massa zat
yang melepas kalor, kalor jenis zat dari zat yang melepas kalor dan perubahan suhu zat yang
melepas kalor tersebut. Kalor terima dipengaruhi oleh massa zat yang menerima kalor, kalor
jenis zat dari zat yang menerima kalor dan perubahan suhu zat yang menerima kalor tersebut.
Sehingga dapat dituliskan sebagai berikut :

Qlepas = Qterima

ml cl ΔT = mt ct ΔT

Contoh peristiwa asas black pada kehidupan sehari – hari adalah proses pencairan,
peleburan, pendidihan dan penguapan.

Perpindahan Kalor
Kalor adalah suatu bentuk energi yang berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke
benda yang bersuhu rendah. Kita sering menjumpai peristiwa kalor ini dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, ketika kita memasak sayuran di dalam panci yang berisi air, sayuran
tersebut akan matang dan bila kita menyentuhnya akan terasa panas. Hal ini dikarenakan,
kalor berpindah dari api kompor ke dalam panci. Kemudian, kalor dalam panci berpindah ke
dalam air, sehingga air menjadi panas dan sayuran yang ada di dalamnya pun menjadi
matang. Peristiwa memasak tersebut membuktikan bahwa kalor dapat berpindah. Ada tiga
cara kalor dapat berpindah, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
1. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas antara dua sustansi dari sustansi yang bersuhu
tinggi, panas berpindah ke sustansi yang bersuhu rendah dengan adanya kontak kedua
sustansi secara langsung.
Konduksi panas atau konduksi termal merupakan penjalaran kalor tanpa disertai
perpindahan bagian-bagian zat perantaranya. Penjalaran ini biasanya terjadi pada benda
padat. Konduksi terjadi dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
Benda suhunya tinggi akan melepaskan kalor, sedangkan benda yang suhunya rendah akan
menerima kalor, hingga tercapai kesetimbangan termal. Contoh perpindahan kalor secara
konduksi:

Gambar 5.1. Konduksi

Bahan yang mudah atau cepat merambatkan kalor dinamakan konduktor kalor.
Peristiwa merambatnya kalor melalui konduktor tiap satuan waktu inilah yang dinamakan
hantaran atau laju konduksi.

Laju aliran kalor pada batang konduktor:

a. berbanding lurus dengan perbedaan suhu antar ujung batang


b. berbanding lurus dengan luas penampang batang

c. berbanding terbalik dengan panjang batang

Secara matematis laju aliran kalor (H) pada batang konduktor di rumuskan
sebagai berikut:

𝑸 𝒌. 𝑨. ∆𝑻
𝑯= =
𝒕 𝒍

Keterangan:
A : luas penampang batang konduktor (m2)
I : panjang batang konduktor (m)
∆𝑇 : perubahan suhu kedua ujung (0C / K)
k : koefisien konduktivitas termal (Wm0C /WmK)
Q : jumlah kalor yang (J)
t : waktu rambatan kalor (s)
Konduktivitas Termal dari Berbagai Jenis Zat Padat

Konduktivitas Termal k
Zat
𝐾𝑘𝑎𝑙/𝑠 𝑚℃ 𝐽/𝑠 𝑚℃

Perak 10 𝑥 10−2 420

Tembaga 9,2 𝑥 10−2 380

Aluminium 5,0 𝑥 10−2 200

Baja 1,1 𝑥 10−2 40

Gelas (biasa) 2,0 𝑥 10−4 0,84

Kayu 0,2 − 0,4 𝑥 10−4 0,08 – 0,16

Isolator fiberglass 0,12 𝑥 10−4 0,048

Dikutip dari: Douglas C. Giancoli halaman 443

Perpindahan energi kalor secara konduksi dapat terjadi melalui 2 proses yaitu:

1) Kalor dipindahkan melalui tabrakan antarpartikel. Pemanasan mengakibatkan energi


kinetik partikel bertambah sehingga bergerak lebih cepat. Gerakan partikel itu
mengakibatkan terjadinya tabrakan antar partikel-partikel yang berdekatan sekaligus
terjadi perpindahan kalor.
2) Kalor dipindahkan melalui elektron-elektron bebas. Pada bagian yang dipanaskan,
energi gerak elektron-elektron bertambah besar. Oleh karena elektron-elektron
bergerak bebas, energi itu dapat dipindahkan secara cepat melalui tumbukan dengan
elektron-elektron di sekitarnya.

2. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor melalui zat cair atau zat gas. Pada proses
konduksi molekul-molekul zat tidak berpindah, namun pada proses konveksi molekul-
molekul benda yang dipanaskan berpindah dari bagian fluida yang panas ke bagian yang
dingin. Ketika fluida dipanaskan, bagian yang dipanaskan bergerak menjauhi sumber
panas. Karena gerakan seperti ini tidak mungkin terjadi dalam zat padat, maka dari itu
peristiwa konveksi hanya terjadi pada zat
Konveksi dibedakan menjadi dua yaitu koneksi alami dan koneksi paksa. Konveksi
alami adalah peristiwa perpindahan molekul-molekul dalam fluida yang disebabkan oleh
perbedaan massa jenis, seperti udara di dekat api. Konveksi paksa adalah zat yang panas
digerakkan oleh kipas atau popma, seperti system pemanas air dan udara.
Konveksi banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya peristiwa
angin darat dan angin laut. Pada siang hari yang panas, daratan lebih cepat panas
dibandingkan dengan lautan. Udara panas di atas daratan akan naik karena massa jenisnya
berkurang dan udara dingin dari laut bertiup ke daratan maka terjadi angin laut. Pada malam
hari, daratan lebih cepat dingin dari pada lautan sehingga udara di atas lautan lebih hangat.
Akibatnya, angin bertiup dari daratan ke laut maka terjadi angin darat.
Jika bukan karena arus konveksi, akan sangat sulit untuk merebus air. Ketika air
dipanaskan dalam ketel, maka lapisan bawah yang hangat terlebih dahulu. Air ini
mengembang dan naik ke atas karena kepadatannya menurun. Pada saat yang sama, air
yang lebih padat, air dingin di permukaan tenggelam ke dasar ketel dan dipanaskan.
Proses yang sama terjadi ketika ruang dipanaskan oleh radiator. Panas radiator
menghangatkan udara di daerah yang lebih rendah dari ruangan. Udara hangat
mengembang dan naik ke langit-langit karena kepadatan yang lebih rendah. Udara padat,
udara yang lebih dingin dari atas wastafel, dan pola arus udara ditunjukkan pada Gambar
(a) (Serway, 586-588 : 2010).

Gambar 5.2. Arus konveksi yang dihasilkan radiator


Adapun secara empiris laju perpindahan kalor secara konveksi dapat dirumuskan sebagai
berikut.
H  h  A  T 4
Keterangan
H : laju perpindahan kalor (W)
A : luas permukaan benda (m² )
∆T : T2 – T1 = perbedaan suhu (K atau ° C)
h : koefisien konveksi (Wm-2K-4 atau Wm-2(°C)-4)
3. Radiasi
Radiasi adalah peristiwa perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat perantara.
Misalnya, panas dari api unggun yang langsung terasa oleh tubuh kita saat berada di
dekatnya. Panas dari api unggun itu bisa sampai ke tubuh kita tanpa melalui zat perantara,
sehingga peristiwa ini dinamakan radiasi. Contoh lain, kalor dari matahari merambat ke
bumi tanpa zat perantara.
Tidak semua benda dapat menyerap kalor radiasi dengan baik. Contoh benda yang
dapat menyerap kalor dengan baik, yaitu benda yang berwarna hitam. Hal ini disebabkan
warna hitam merupakan penyerap kalor radiasi yang paling baik. Benda-benda berwarna
hitam lebih banyak menyerap kalor dan memantulkan sebagian kalor jika dibandingkan
dengan benda-benda yang berwarna putih dan berkilap.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

H  AeT 4
Keterangan:
H : laju radiasi (W)
A : luas penampang benda (m2)
T : suhu mutlak (K)
e : emisitas bahan
σ: tetapan Stefan-Boltzmann (5,6705119 × 10-8 W/mK4)

Anda mungkin juga menyukai